Anda di halaman 1dari 115

Hujan rintik-rintik menghiasi musim semi tahun ini.

Kazekawa Yuri, seorang murid Kitahoro


High School menggeser pintu kamar apartemennya. suara pintu kamarnya, membuat seorang
wanita muda berparas cantik ikut keluar dari kamar wanita itu. Yuri segera mengunci kamarnya.
"eh? Yuri-chan?" Yuri berbalik. dia tersenyum seraya membungkuk. "Reika-onee-chan?" Reika
Shonjou mendekatinya sambil sesekali menghisap rokoknya. "kau mau sekolah?" Yuri
mengangguk. "hari ini. hari pertama masuk sekolah." Jelas Yuri. Wanita berusia 26 tahun itu
mengangguk mengerti. dia memerhatikan rok Yuri. Yuri merasa risih. "kenapa rokmu begitu
pendek?" Tanya Reika seraya melihat rok sekolah Yuri yang menutupi seluruh pahanya. Yuri
tersenyum. "memang segini, onee-chan." "kau tidak menaikkannya, kan?" Raut muka Yuri
berubah menjadi kesal. "Onee-chan?" Reika tertawa. "aku hanya bercanda, sayang. oh, ini.."
Reika merogoh sakunya. dia mengeluarkan 3 kon 100 yen. "untukmu. ambilah." Yuri
menggeleng. "tidak usah, onee-chan. aku masih punya uang." Reika menggigit ujung batang
rokoknya. dia memegang tangan Yuri dan memberikan 3 koin 100 yen dengan paksa. "ambil
saja. diluar dingin. lagipula, makanan disekolahmu mahal, kan?" Yuri menghela nafas. "terima
kasih, onee-kun." Yuri membungkuk. Reika mengangguk. "ya, ya." Yuri tersneyum kepada
Reika. "aku pergi dulu." dia membungkuk lagi. "ya, ya. pergilah." Kata Reika seraya berbalik ke
kamarnya. Yuri tersenyum. dia segera turun dari lantai tujuh. Apartemen Miyafuji adalah
apartemen tempat Yuri tinggal yang berlokasi di Sakai. Pemilik apartemen itu adalah seorang
pria berusia 31 tahun bernama Yoshika Miyafuji. Yoshika juga termasuk Otaku profesional yang
telah memenangkan Final Fantasy I sampai Final Fantasy VII dan Fatal Frame I hingga III.
Karena kecintaannya kepada games- games itu membuat Yoshika memutuskan untuk menikahi
karakter-karakter wanita didalam games itu sejak usianya 22 tahun. Sebenarnya, Yoshika adalah
seorang wanita yang sangat cantik, tapi saat usianya 19 tahun dia mulai menyukai games dan
karakter-karakter wanita dalam games-games itu yang cantik dan seksi. Karena itu, saat usianya
22 tahun, dia mengoperasi seluruh tubuhnya menjadi seorang pria tampan. Ting! Bunyi lift
membuat Yoshika menoleh. dia sedang mengelap meja resepsionis. Yuri keluar. "Yuri-san?"
panggilnya. Yuri menoleh sambil tersenyum. "paman?" Yuri mendekatinya dan segera
membungkuk. "semangat, Yuri!" Yoshika memberi semangat. Yuri tersenyum lebar. "makasih,
paman." Dia membungkuk lagi. "heh, aku membuatkan mu makan siang. kau pasti suka." Kata
Yoshika bersemangat. "benarkah? Ah.. tidak usah paman. aku bisa beli bento diluar." Tolak Yuri
pelan. Alis mata Yoshika turun. "Oh, tidak apa, Yuri. dulu kau juga sering membuatkanku
makan siang. tunggu sebentar." Yoshika masuk kedalam kamarnya. Yuri menghela nafas.
"terima kasih." Yuri membungkuk kembali. Yoshika keluar dari kamarnya dengan membawa
sebuah kotak makanan yang dibungkus rapi dengan kain furokshiki berwarna biru yang terbuat
dari katun. "ini dia," Gumam Yoshika menghampiri Yuri. Yuri tersenyum. "kau tahu, kemarin
aku sampai kehujanan karena mencarikan furoshiki warna biru ini." Jelas Yoshika. Yuri
menghela nafas. "paman, tidak usah repot-repot." Biru memang warna kesukaan Yuri. "Akh~
tidak apa. aku senang melakukannya. Ini, ambillah." Yuri mengambil kotak makanan itu dari
Yoshika seraya membungkuk. "aku pergi, paman." Yuri membungkuk kembali dan pergi.
Yoshika tersenyum. "anak itu... tidak capek membungkuk setiap saat?" Gumam Yoshika heran.
Diluar hujan rintik-rintik, Yuri membuka payungnya. dia bergegas ke stasiun.

Sebuah mobil mewah berwarna hitam sedang dipanasi didepan sebuah rumah mewah minimalis
diperumahan orang-orang kaya. seorang anak perempuan duduk didepan cermin. Dia menyisir
rambut pendek bergelombangnya sambil tersenyum. "Oh, Sayoko Arashiyama, kau cantik
sekali." Puji dirinya sendiri. dia segera menyemprotkan parfum mahalnya diseluruh badannya.
"onee-kun?" Panggil Mizuki Arashiyama mengagetkan Arashi. Arashi mendengus. "eh,
Shiro-kun? kau tidak bisa mengetuk pintu dulu?" Tanya Arashi berkacak pinggang. "ibu dan
ayah menyuruhku memanggil onee-kun. onee-kun tukang dandan! kulaporin ayah!" Kata Shiro
seraya pergi. Arashi kaget. "eh? Shiro-kun?" Dia segera melempar parfumnya kekasur dan
mengambil tasnya. "ayah...ayah...ayah..." Panggil Shiro dengan nada, sambil menuruni tangga.
"Shiro?" panggil Arashi mengejar Shiro. Shiro segera duduk didepan ayah. "eh? kalian berdua?
kalian kenapa?" Tanya ayah melipat korannya. Arashi segera duduk disamping Shiro. nafasnya
ngos-ngosan, maklum, dia tidak biasa berlari dan berolah raga. "ayah... ayah... onee-kun..
mmfh..mmfh.." Arashi segera menutup mulut adiknya dengan kedua tangannya. Ayah dan Ibu
melihatnya. Arashi tertawa. dia membisiki Shiro. "kau mau coklat, kan?" Shiro mengangguk.
"diam!" Shiro mengangguk. "Arashi, shiro? kalian kenapa?" Tanya Ibu. Arashi melepasnya dan
kembali tertawa. "tidak. tidak ada." Arashi mengeluarkan coklatnya. Shiro tersenyum lebar. Dia
memang sangat menyukai coklat. Arashi segera memakan nasinya. mereka semua kembali
sarapan. "ayah, onee-kun tukang dandan!" Gumam Shiro. Arashi menunduk. Ayah dan ibu
tertawa kecil. "dasar anak SD!" Gumam Arashi kesal. "Arashi..." Panggil Ibu. Arashi kembali
makan. Shiro memang masih SD kelas 4. Usai sarapan, ayah segera mengantar Arashi dan Shiro
ke sekolah. "Ayah, antar aku dulu, ya?" Pinta Shiro mendekati ayah. Arashi kaget. dia mendekati
ayahnya juga. "tidak. aku duluan. sekolahku jauh dengan rumah. kau tahu?" Shiro menggeleng.
"tidak tahu. oh, ayah, boleh, ya? ini kan hari pertama sekolah, aku mau duduk didepan. Onee-kun
kan bisa duduk dimana saja. ya, ayah, ya?" ayah menghela nafas. "Arashi, kau mengalah ya?"
Arashi mendengus. "baiklah." "setiap hari, ya, ayah?" Tambah Shiro. Arashi menyerah. Setiap
hari memang mereka diantar dan biasanya Arashi diantar lebih dulu dibanding adiknya.

Kereta bawah tanah yang mengantar Yuri berhenti. semua penumpang segera turun, begitu juga
Yuri. dia menghela nafas. Yuri tinggal di kota Sakai, tapi dia bersekolah di Osaka, menurutnya,
sekolah di Osaka jauh lebih baik dibanding di Sakai. Yuri segera keluar dari stasiun kereta
bawah tanah itu sambil membuka payung berwarna birunya. Stasiun kereta tidak begitu jauh
dengan sekolahnya, Kitahoro High School. sekitar 30 menit, dia akan sampai. Yuri melihat jam
besar penghias sebuah toko jam terbesar di kota Osaka. Masih jam 8 dan Kitahoro High School
masukkan sekitar jam 8 lewat 45 menit. Yuri mempercepat langkahnya. dia takut terlambat.
"Yuri-chan?!" teriak seseorang dari belakang. Yuri berhenti, dia berbalik. Endou Izuna dan
Endou Shizuna melambaikan tangan. Yuri tersenyum. Mereka berdua berlari mendekati Yuri.
"shizuna? Izuna?" Yuri sedikit membungkuk. "eh, Yuri, selamat ya?" Kata Shizuna memberi
selamat. Yuri mengernyitkan dahi. "selamat?" Izuna mendroong Yuri dan Shizuna kedepan.
"bagaimana kalau kita sambil jalan saja?" Tawar Izuna. mereka kembali jalan. "selamat untuk
apa?" tanya Yuri lagi. "kau lulus tes kenaikan tingkat." Yuri tidak percaya. "Shizuna? itu benar?"
Shizuna mengangguk. "kau hebat sekali, Yuri. kami bangga padamu." Shizuna senang sekali.
Yuri tersenyum lebar memperlihatkan kawat gigi berwarna biru. "berarti, kau akan masuk ke
kelas 3-A." tambah Izuna. Yuri terdiam. "kelas 3-A? kelas anak-anak pintar itu?" Izuna
mengangguk. "kau tahu, siapapun yang masuk kedalam kelas 3-A adalah murid-murid pilihan
dan murid-murid yang paling disayang oleh guru-guru. Jumlah murid kelas 3-A sekitar 30
orang. Yang aku tahu, murid-murid yang memang pintar dengan rata-rata minimal 90,5 pasti
masuk kesana. bisa dibilang, murid-murid yang masuk kedalam kelas 3-A adalah murid-murid
yang cerdas seperti.. seperti.." Izuna berpikir."..albert.. albert.. en.. en... eh, siapa orang cerdas
itu?" Tanya Izuna. dia bingung. "Shizuna?" Goda Shizuna. Yuri tertawa. Izuna memukul saudara
kembarnya. "bukan. pokoknya murid-muridnya sangat cerdas dan memiliki banyak piala
dirumah. mengerti?" Yuri mengangguk cepat. "dan sisanya dari tes kenaikan tingkat. Jadi, sekitar
29 orang murid kelas 3 yang telah disaring dan 5 orang yang karena lulus." Yuri terdiam. "eh?
tunggu? 5 orang? bukan 10 orang?" Tanya Yuri. Izuna menggeleng. "aku tidak tahu kenapa. Tapi
yang kutahu, hanya 5 orang yang lulus. termasuk kau." Shizuna menyikut Yuri. "kau hebat
sekali." Yuri tersipu. dia tertunduk. "tapi, katanya hanya ada 4 orang yang lulus dan 1 orang lagi
dia menyogok sekolah." "benarkah?" Gumam Shizuna. Yuri kaget. Izuna memukul Shizuna lagi.
"hey?" Shizuna kesal. "bukannya kemarin sudah kuberitahu?" Sewot Izuna. "aku hanya
bercanda." Jawab Shizuna. Kelakuan saudara kembar itu membuat Yuri tertawa. Izuna
melihatnya. "wah, kawat gigimu semakin bagus saja, Yuri." Puji Izuna. Yuri terdiam. Dia
tertunduk malu. Shizuna mengangguk. "kau baru menggantinya." Yuri mengibas-ngibaskan
tangannya didepan kedua sahabatnya sambil tertunduk. "oh, sudahlah. kalian membuatku malu."
mereka berdua tertawa.

Mereka sampai di Kitahoro High School. Izuna tersenyum. "Ah~ sekolahku yang tercinta."
Gumam Izuna. beberapa orang mendengarnya dan sedikit tertawa. Yuri dan Shizuna sedikit
mundur. "eh? mana murid-murid kelas 1?" tanya Izuna kepada Shizuna dan Yuri. Yuri
mengangkat bahu. Shizuna mencuekinya. Izuna melihat ke kanan dan ke kiri. dia tersenyum.
"mereka disana. ayo." Izuna menarik tangan Yuri. Yuri menarik tangan Shizuna. Shizuna
mendengus kesal. Setiap tahun, murid baru Kitahoro High akan dikumpulkan dan akan
dijelaskan tentang Kitahoro High oleh organisasi Ketua Siswa. Izuna, Yuri, dan Shizuna berdiri
didekat pohon besar. Yuri sedikit mundur. dia merasa bodoh berdiri ditempat itu dan beberapa
murid baru memerhatikan mereka. Izuna hanya tersenyum. dia memerhatikan beberapa murid
laki-laki. Shizuna mengeluarkan headsetnya. dia mencoba untuk mendengarkan musik. Izuna
adalah seorang fans fanatik boyband korea selatan, tidak salah kalau dia benar-benar menyukai
pria tampan, imut, manis, dan berbadan tegap dan sixpack. Berbeda dengan Shizuna, Shizuna
sebenarnya juga menyukai korea selatan tapi hanya suka. dia masih cinta dengan negaranya. "eh,
Yuri?" Izuna merangkul Yuri. "Kau mau pacar, tidak?" "umm?" "bukannya kau belum pernah
pacaran? kau mau kucarikan pacar?" Yuri memanas. "Izuna?" Yuri kesal. Izuna kaget. "ah? kau
kenapa? kau memang belum pernah pacaran, kan?" Yuri melepas rangkulan Izuna dan
meninggalkannya. "eh, Yuri? kau mau kemana?" Tanya Izuna. Yuri berbalik. "aku mau ke toilet
lalu ke kelasku." Yuri meninggalkannya. Shizuna melihatnya. dia mengalungkan headset
miliknya. "dia kenapa?" tanya Shizuna. " ke toilet." Shizuna mengerti. "aku juga." Shizuna
meninggalkannya. Izuna kaget. "hey? hey? Shizuna?" Izuna kesal tapi kekesalannya mereda
ketika seorang murid baru yang tampan dan manis. Izuna tersenyum. "tunggu, sayang." Izuna
mengikutinya. Yuri mengganti sepatunya dengan sepatu sekolah. Yuri kesal dengan Izuna. Yuri
memasukkan payung lipatnya kedalam rak sepatu miliknya. dia segera berjalan menuju toilet.
Sejak dulu memang Yuri belum pernah pacaran. Bahkan seorang pria menyukainya saja tidak
ada. diantara Shizuna, Izuna, dan dia, hanya dia yang belum pernah pacaran. Shizuna sekarang
sedang berpacaran dengan murid kelas 3 sedangkan Izuna memiliki 2 pacar yang begitu
menyayanginya. Yuri masuk kedalam toilet. dia menyalakan wastafel dan membasahi wajahnya.
Yuri memerhatikan wajahnya yang basah dicermin. dia memang tidak cantik. dikedua pipinya
muncul jerawat kecil-kecil yang tidak bisa hilang dan itu sangat banyak ditambah dia memiliki
warna kulit sawo matang. berbeda dengan wanita-wanita Jepang yang memiliki warna kulit putih
dan kuning langsat. Sebenarnya, wajah Yuri berjerawat karena sewaktu kelas 3 SMP, Reika
menyuruh Yuri mencuci mukanya dengan sabun pemutih badan diwajahnya. selama tiga hari,
Yuri memakainya dan hasilnya wajah Yuri perlahan timbul jerawat. Reika merasa tidak bersalah
dan mengatakan "produknya yang salah. kau harus tuntut." Yuri menghela nafas mengingat itu
semua. dia keluar dari toilet. Bruk! Tiba-tiba Yuri tanpa sengaja menabrak Arashi. Semua orang
langsung menoleh. mereka berdua hampir terjatuh. "hey?! kau punya mata tidak?!" Teriak
Arashi kesal. Yuri langsung membungkuk 90 derajat. "maafkan aku." Arashi memperbaiki
bajunya yang agak berantakan. "dasar bodoh. kenapa disekolah ini semakin banyak orang aneh?"
Arashi meninggalkannya. jantung Yuri terus berdetak kencang. dia tidak pernah dibentak
sekasar. Shizuna melihatnya, dia menghampiri Yuri. Yuri berdiri. dia mengatur nafas. "Yuri, kau
baik-baik saja?" Tanya Shizuna khawatir. Yuri tersenyum. "tidak apa. aku baik-baik saja." Yuri
mencoba menenangkan dirinya sendiri. "dia sombong sekali." Sungut Shizuna. "sudah.. sudah.."
Semua orang kembali ke aktivitas mereka masing-masing. "astaga! Yuri!" pekik Shizuna
tiba-tiba. Yuri menatapnya. "dia Sayoko Arashiyama. murid yang lolos dalam tes kenaikan
tingkat." Yuri kaget. "dan kau tahu, dia adalah murid kelas 1-A yang menjadi juara 1 umum
kemarin. dia juga seorang murid teladan dan kebanggaan para guru." glek! Yuri menelan ludah.
tiba-tiba dia merinding.

Arashi tersenyum manis. dia menggeser pintu kelas 3-A. semua menoleh. "apa kabar, semua?"
Arashi membungkuk. "Arashi?" Panggil Erika Amino senang. Arashi tersenyum. "onee-kun?"
Erika mendekati Arashi. "kau lulus?" Arashi mengangguk sambil tersenyum. "syukurlah. oh, ayo
masuk." Erika menarik Arashi kedalam. "teman-temanku pasti akan menyukaimu." Erika
mengajak Arashi ke sebuah meja yang dikelilingi beberapa anak perempuan. "apa kabar,
semua?" Arashi membungkuk. mereka menoleh. "namamu siapa?" Tanya salah satu dari mereka.
"Sayoko Arashiyama. Tapi panggil saja Arashi." Jawab Arashi tegas. "hey, Arashi ini anaknya
baik dan pintar loh," Goda Erika. "Ah~ onee-kun..." Raut muka Arashi menjadi malu. mereka
tertawa. Arashi ikut tertawa dan melirik ke seorang anak laki-laki yang begitu manis. Dia adalah
Kirihara Yuki, orang yang disukai Arashi sejak kelas 1 SMA. Kirihara sedang mengobrol dengan
teman-temannya. Dia begitu asyik sampai membuat Arashi beberapa kali cekikikan melihat
Kirihara. "hey, Arashi," Panggil Minami Kanna, anak perempuan yang paling cantik diantara
mereka. Arashi menoleh. "kau duduk dengan kami saja. kebetulan disamping Komari mejanya
kosong." arashi menoleh kearah Nanako Matsushima, gadis manis dengan kacamata yang trendy.
Arashi tersenyum. Nanako membalas senyumannya.

Berbeda dengan Arashi, Yuri takut untuk masuk kedalam kelas 3-A. Yuri duduk dibangku
koridor diarea kelas 9 bersama Shizuna. "sudahlah, kau masuk saja." Kata Shizuna. Arashi
menggeleng. "aku takut." Shizuna mengernyitkan dahi. "takut apa? mereka makan nasi dengan
sumpit seperti kita. apa yang kau takutkan?" Tanya Shizuna heran. Yuri menggeleng. "aku tetap
takut." Shizuna menghela nafas. "kalau begitu kita tunggu sampai masukkan." Saran Shizuna.
Yuri menggeleng kembali. "sampai bel masukkan berbunyi." "sama saja Yuri." Yuri hanya
mengangguk. "Yuri-chan?! Shizuna-kun?!" Teriak Izuna membuat beberapa orang menoleh dan
kesal dengan teriakan Izuna yang mengganggu. Shizuna dan Yuri menunduk. "Dia bikin malu
saja." Gumam Shizuna kesal. Yuri mengangguk setuju. Izuna duduk disamping Shizuna dengan
hati berbunga-bunga. "hey-hey-hey-hey-hey." Panggil Izuna. Shizuna mendongak. "kau tidak
bisa bilang 'hey' satu saja?" Tanya Shizuna datar. Izuna menggeleng. "kau tahu, tadi aku bertemu
dengan murid kelas 1 yang begitu tampan. Namanya Moritsugu Reiji. astaga, dengar namanya
saja kita sudah tahu dia tampan." Yuri menggeleng. "aku biasa saja." balas Shizuna. Izuna
cekikikan. "ah~ kalian iri saja, kan? aku juga mendapat nomor dan nama akunnya. kalian iri,
kan?" Izuna benar-benar bangga. "aku tidak." Jawab Yuri seraya menggeleng. "Ah~ kalian tidak
usah malu. aku tahu itu." Shizuna mendengus. "tidak, sama sekali." kata Shizuna datar. Izuna
tertawa geli. "Ah! kalian tidak usah malu-malu seperti itu. ya sudah," Izuna berdiri. "aku mau
kekelas. kau mau ikut, Shizuna?" Shizuna melihat Yuri. Yuri tersenyum. "kau hati-hati, ya?
semangat!" Yuri membalasnya dengan senyuman lebar. Shizuna berdiri. "Yuri, fighting!!" Izuna
menyemangati Yuri dengan bahasa korea. Yuri hanya tersenyum. mereka pergi. Yuri menghela
nafas. dia menyandarkan tubuhnya. "bagaimana ini?" Gumam Yuri lemas. Bel masukkan
tiba-tiba berbunyi. Yuri berdiri dengan lemas dan segera masuk ke kelas 3-A. Yuri lewat pintu
belakang agar tidak ada yang melihatnya. Yuri melihat kesekelilingnya. semua meja sudah penuh
tapi ada satu kursi yang masih kosong. Yuri mendekati meja itu dan segera duduk dengan
nyaman. Deg! Jantung Yuri berdegup kencang. dia benar-benar takut untuk menoleh. Ya Tuhan,
lindungi aku. aku takut. Jangan biarkan mereka menyapaku dan melihatku, Ya Tuhan. Amin.
Yuri berdoa dalam hati. Yang Yuri lakukan sekarang hanya menunduk. suasana kelas masih
lumayan berisik tapi Yuri bisa merasakan ada bagian yang tenang. Satu hal yang tidak ingin Yuri
lakukan. Menoleh. "Selamat pagi, semua." Sapa seorang wanita. semua kembali ke meja
masing-masing. Yuri mendongak sedikit. Tiba-tiba Yuri merinding melihat seorang wanita
duduk didepannya dengan rambut merahnya yang dikonde rapi. Wajahnya tampak tegas dengan
tahi lalat dipipi kanannya. Wajahnya tegas tapi dia begitu cantik. Yuri tetap takut melihat
wajahnya. "Saya Hayashibara Magumi tapi kalian bisa memanggil saya sensei saja. karena saya
tidak suka nama saya dipanggil oleh murid-murid saya. mengerti?" Suaranya meninggi.
"mengerti!" jawab mereka kompak. bruk! wanita itu memukul meja dengan buku-buku besarnya.
semua anak menjadi takut. Tiba-tiba ponsel Magumi berbunyi. dia membukanya. "semuanya
tetap diam!" Magumi keluar kelas. Yuri hanya diam memainkan jari jemarinya.

Magumi masuk sekitar pukul 9. Yuri dan yang lainnya sempat mengantuk. Magumi berdiri
didepan meja. "kita mulai jam kedua ini dengan pengenalan. dimulai dari depan ujung kanan."
Deg! Jantung Yuri berdegup kencang. tangannya begitu dingin dan semakin dingin ketika satu
persatu barisan depan mulai berkenalan. "terima kasih," Gumam anak perempuan disamping
Yuri seraya duduk. Yuri belum mau berdiri. semua menunggunya. "ehem.." Migami berdehem.
Yuri tetap tidak mau berdiri. dia takut. "kau tidak mau berdiri?" Teriak seseorang dari belakang.
Yuri mengambil nafas. dia berdiri. dia membungkuk kepada Migami. Perlahan Yuri
membalikkan badannya. Deg! Deg! Deg! rasanya jantungnya semakin berdetak kencang. lebih
dari 2 pasang mata memerhatikannya. bukankah dia yang tadi? Batin Arashi menopang dagu.
Yuri membungkuk pelan. tangannya terus bermain. dia sangat gugup dan takut. "Apa kabar,
semua?" Sapanya pelan. "Namaku Yuri Ishikawa..." "hah? Yuurei?" Sambung Arashi. semua
tertawa. Yuri menoleh kearah Arashi dan teman-temannya dengan wajah datar. semua terdiam
ketika melihat wajah Yuri yang tertutup poni panjangnya. "maaf.." Gumam Yuri. Yuri menghela
nafas. "perkenalkan nama saya, Yuri Ishikawa dari 1-E." Dia membungkuk lagi. "hah? 1-E?"
beberapa anak berbisik. Magumi memerhatikan Yuri dengan baik. "terima kasih." Suaranya
begitu lembut. Dia kembali duduk dengan pelan tanpa suara. beberapa anak yang duduk
didekatnya jadi merinding. Yuri hanya menunduk malu. perkenalan dilanjutkan lagi hingga
Arashi. Arashi berdiri dengan ceria. dia membungkuk kepada semua. Yuri memerhatikannya.
"pagi, semua? Namaku Sayoko Arashiyama. tapi lebih singkat panggil saja Arashi. aku dari
kelas 1-A. terima kasih." Semua memberi tepuk tangan. Yuri memerhatikan Arashi yang
tersenyum manis dengan teman-temannya. dia sempurna sekali Gumam Yuri. dia menghela
nafas panjang. Yuri menunduk lagi. kelas 1-A? berwajah cantik? semua orang pasti
menyukainya. Batin Yuri lagi. dia menghela nafas. "perkenalkan.." Yuri terdiam. suara itu tidak
asing. dia menoleh kebelakang. Kirihara berdiri. Arashi memerhatikannya. "semuanya, aku
Kirihara Yuki..." Kirihara memerhatikan sekelilingnya. dia melihat Arashi memerhatikannya.
Kirihara tersenyum. Arashi tersipu. "aku dari 2-A. terima kasih." Kirihara kembali duduk. semua
bertepuk tangan. Yuri teringat sesuatu. Saat itu hujan deras. Yuri masih kelas 1. Yuri sedikit
terlambat pulang karena kemarin dia sakit dan harus ulangan susulan. setelah selesai. Yuri segera
pulang dan mengambil payung panjang warna birunya tapi payungnya tidak ada. Payung yang
tersisa hanya sebuah payung kuning yang terobek-robek. Yuri mengambilnya. "bagaimana ini?"
Yuri berdiri didepan pintu sekolah. Hujan masih deras. Yuri membuka payung itu. payung itu
berlubang dan sangat banyak. "payungmu kenapa?" Tanya seseorang mengagetkan Yuri. Yuri
menoleh. seorang anak laki-laki berbadan tinggi berdiri didepan. "Mm.." Yuri tidak bisa
menjawab. dia memerhatikan payung itu dan hujan deras. dia tersenyum. "tenang saja." dia
mengeluarkan sebuah lakban hitam yang besar. "kemarikan," anak itu mengambil payung Yuri.
Yuri hanya diam. dia memperbaiki payung Yuri dengan menutupinya dengan lakban hitam. Yuri
memerhatikannya. baik sekali batin Yuri. "selesai," dia mengembalikannya. Yuri mengambilnya.
dia membungkuk. "te.. terima kasih." anak itu tersenyum. " tidak masalah. oh, hari ini hari sabtu,
bukan?" Yuri mengangguk. dia tersenyum. "hati-hati." Katanya seraya tersenyum dan berlari
kelaur. "eh?" Yuri kaget. anak itu terus berlari. Yuri tersenyum. "terima kasih." Yuri
membungkuk kembali.

Setelah semua memperkenalkan diri, Minami memperjelas tentang peraturannya. "tapi sebelum
itu, saya akan memilih siapa yang akan menjadi ketua kelas dan sekretaris kelas 3-A. ada yang
berminat?" semua terdiam. sebenarnya, ada yang berminat tapi mereka takut. "tidak ada? saya
tunjuk secara langsung. ketua kelas, Kirihara Yuki." Yuri menoleh. Kirihara tersenyum. semua
bertepuk tangan. "sekretaris.." semoga aku, semoga aku batin Arashi. "Yuurei Ishikawa.." Yuri
menganga. aku? batin Yuri kaget. semua bertepuk tangan pelan. tunggu.. Yuurei? Yuri lemas.
"selamat untuk kalian berdua. apa ada yang keberatan? tidak ada? bagus. kita lanjut ke peraturan
saya." semua mengangguk. Arashi melirik Yuri dengan sinis. "peraturan pertama saya, tidak ada
yang boleh mendengarkan musik, bermain ponsel, dan tidak berkonsentrasi dalam pembelajaran
Fisika, Kimia, dan biologi saya nanti. kedua, setiap murid yang bermasalah, urus sendiri.
berusahalah untuk bertanggung jawab...." Magumi mulai menjelaskan peraturannya panjang
lebar tanpa putus. tapi Yuri mencoba mematuhi peraturan kedua untuk terus berkonsentrasi.
Magumi terus menjelaskan peraturannya hingga bel istirahat berbunyi. Magumi terdiam.
"baiklah, kita lanjutkan nanti. selamat pagi." Magumi segera pergi. Yuri menghela nafas hingga
menjatuhkan kepalanya ke meja. "ngantuk sekali," Gumam Yuri. beberapa anak satu persatu
keluar dari kelas. "hey, Yuurei.." Yuri mendongak, seorang anak perempuan berdiri didepan
mejanya. "Ada seseorang yang mencarimu." dia menunjuk pintu dengan muka datar. Yuri
menoleh. Izuna dan Shizuna melambaikan tangan. Yuri tersenyum. dia menoleh kearah anak
perempuan yang memberitahunya. tapi anak itu menghilang. Yuri menghela nafas, dia
menghampiri kedua sahabatnya. Shizuna dan Izuna menarik tangan Yuri ke arah jendela yang
terbuka. "bagaimana 2 jam pertamamu?" Tanya Izuna antusias. "Mm... menyenangkan." Jawab
Yuri pelan. "ceritakan." Pinta Shizuna. Yuri menghela nafas. "ya... wali kelasku adalah sensei
Magumi." "hah? kau dengannya?" Izuna kaget. Yuri kaget. "kau tahu, wanita itu adalah wali
kelas terburuk disekolah ini. dia memang selalu menjadi wali kelas di kelas tertinggi dan dia
tidak peduli dengan apa yang dibuat murid-muridnya kecuali hal yang membanggakan dan
nilai-nilai yang selalu sempurna." Yuri merinding lagi. "lalu?" Tanya Shizuna kepada Yuri.
"Mm.. setelah itu kami saling berkenalan, kalian tahu, hanya aku yang bukan kelas 1-A.
semuanya dari kelas 2-A dan 1-A." Cerita Yuri. glek! Izuna dan Shizuna menelan ludah
bersamaan. "wah, kau hebat sekali, Yuri." Puji Shizuna. Shizuna memang benar-benar bangga
dengan sahabatnya, karena hanya dia murid yang bukan murid terpintar disekolah. "setelah itu?"
tanya Izuna. "Mm... setelah perkenalan sensei memilih aku menjadi sekretaris kelas." "apa?!"
Teriak Izuna membuat beberapa orang menoleh. Yuri menunduk malu. Shizuna menghela nafas.
"kau tidak bisa biasa saja? kapan kau membuat kami tidak malu?" Shizuna kesal. Izuna hanya
tertawa. "eh? lalu, ketua kelas siapa?" Tanya Izuna. "Mm.. Kirihara-nii-kun." mereka
mengangguk. "oh, kau lapar? kami akan mentraktirmu." Kata Shizuna. Yuri menggeleng. "tidak
usah. aku tidak lapar. sungguh." "hey, Yuurei?" Panggil sesorang. mereka menoleh. Ishigami
Kunio memanggilnya. Ishigami sekelas dengan Yuri. "sensei memanggilmu." Katanya cuek.
Izuna kesal. "hey, kau panggil apa tadi?" Ishigami baru mau menjawab tapi Yuri menahan
mereka. "ah.. sudahlah. terima kasih." Yuri membungkuk. Ishigami kembali ke kelas. "kalian
kembali ke kelas kalian saja." Pinta Yuri. Izuna mendengus. "mereka sombong sekali. kau sabar,
ya, Yuri." Yuri tersenyum. mereka segera pergi. Yuri menghela nafas. dia berjalan kearah ruang
guru.

Magumi memanggil Yuri hanya untuk memberikan buku absensi kelas. Yuri semakin takut
dengan Magumi yang begitu menatap Yuri dengan tatapan tidak suka. setelah dia dari kantor, dia
segera ke kelas. Yuri masuk kedalam kelas. semua murid yang melihatnya. Yuri menoleh,
tiba-tiba semua orang ketakutan. Yuri menghela nafas. dia segera duduk. Yuri sudah hafal semua
murid kelas 3-A, dia menuliskan semua nama murid kelas 3-A. "nii-kun?" Panggil Arashi
tiba-tiba. Yuri menoleh. Arashi mendekati Kirihara dan teman-temannya didepan pintu depan.
"eh, Arashi-kun? kenapa?" Tanya Kirihara. Yuri memerhatikan mereka berbicara. mereka cocok
sekali. bodohnya aku, bisa menyukainya Batin Yuri. Yuri kembali menatap buku absensi yang
telah diisinya. "terima kasih." Gumam Kirihara tiba-tiba. deg! Jantung Yuri berdegup kencang.
dia mendongak. Kirihara berdiri didepannya sambil tersenyum. "maaf, seharusnya aku yang
harus mengambilnya tapi malah kau yang mengambilnya." Jelas sambil tertawa. Yuri
menggeleng. Kirihara tersenyum. "baiklah, kalau begitu." Kirihara meninggalkannya ke
belakang. Yuri melirik ke belakang, semua orang menatapnya. Yuri menunduk kembali.

Seminggu sudah Yuri belajar di kelas 3-A. Sebutan 'Yuurei' untuknya semakin banyak orang
yang mengetahuinya dan mulai membicarakan Yuri. "kau tahu, aku benar-benar merinding
ketika mendengar ada Yuurei disekolah kita." Cerita seorang anak perempuan didalam toilet.
Yuri mendengarnya, dia ada dibilik toilet. "katanya, dia ada dimana-mana. dia memang seperti
hantu. yang aku dengar dia bisa tiba-tiba muncul." Tambah temannya. Yuri menghela nafas.
Krek! Dia membuka kunci bilik toilet. dua anak perempuan itu terdiam. Yuri keluar. "permisi~"
Yuri melewati merka. mereka hanya mematung ketakutan. Yuri menghela nafas. dia berjalan
pelan menuju kelas. apa aku memang seperti hantu? Batin Yuri. selama Yuri berjalan menuju
kelasnya, murid-murid yang ada dikoridor ketakutan melihat mereka. Yuri masuk kedalam kelas,
auranya sudah terasa oleh teman-teman sekelasnya. mereka semua menoleh kearah Yuri. Yuri
melihat mereka. tiba-tiba mereka semua merinding. Yuri segera duduk ditempatnya. dia
menghela nafas lagi. "ohayo," Yuri menoleh. Kirihara menyapa beberapa orang didekatnya.
"ohayo, Kirihara-kun" sapa beberapa orang. Arashi masuk kedalam kelas. Kirihara melihatnya.
"oh, ohayo, Arashi-chan." Sapa Kirihara. "chan? Arashi-chan?" Gumam Yuri. dia menunduk
kembali. setelah masuk kedalam kelas itu, Yuri jadi kebiasaan untuk menunduk. Kirihara melihat
Yuri. dia mendekatinya. "ohayo, kazekawa." Sapa Kirihara. Yuri terdiam. deg! Jantung Yuri
berdegup kencang. Yuri mendongak. Kirihara tersenyum padanya. "ohayo," Ya Tuhan, ada
seseorang yang mengucapkan selamat pagi padaku? Yuri tersipu. "oh..oha..." Belum Yuri
membalasnya. Makada Tensei merangkul Kirihara tiba-tiba. Kirihara menoleh. "hey?" Makada
menoleh kearah Yuri. dia ketakutan. "eh.. oh.. bukankah kau punya cerita bagus untukku? ayo,"
Makada menarik Kirihara menjauhi Yuri. "hayo..." Yuri menunduk lagi. Kirihara sempat melirik
Yuri yang kembali menunduk. "semuanya?! selamat pagi?!" teriak seseorang dari pintu. semua
menoleh. Yamashita Satoru, guru olahraga mereka. semua kembali ke tempat masing-masing.
Yamasitha segera berdiri didepan meja guru. Yamasitha melirik Yuri yang sedang menunduk.
glek! Yamasitha juga takut dengannya. "Mm.. baiklah.. Mm.. sensei tercinta kalian sekarang
tidak bisa hadir karena dia sedang sakit." "Yey~" beberapa orang berteriak kesenangan.
Yamasitha tersenyum. "karena itu, saya ditugaskan, menjadi wali kelas kalian sementara untuk
menyiapkan persiapan dalam rangka ulang tahun sekolah?!" Suaranya meninggi. "wah? ulang
tahun sekolah?" beberapa anak terdengar berbisik-bisik senang. Yuri menghela nafas. dia ingat
ketika dia masih dikelas 1, ketika dikelas 1 dia tidak bisa ikut karena tiba-tiba dia sakit demam.
Yuri curiga dengan obat pemutih milik Reika. Waktu itu, Reika menyuruhnya untuk meminum
sebuah pil pemutih agar saat diacara ulang tahun sekolah, dia akan terlihat cantik. tapi dugaan
Reika dan Yuri salah. besoknya, Yuri tidak bisa bangun dan tubuhnya terasa panas. "... yang
akan dilaksanakan di taman kota. Karena itu, ketua kelas dan sekretaris kelas harap ikut saya ke
ruang rapat untuk membicarakan ini semua." semua menganga. "sekretaris?" beberapa orang
kaget. "Siapa ketua kelas 3-A?" Kirihara mengangkat tangan. Yamasitha mengangguk.
"sekretaris kelas?" dengan pelan Yuri mengangkat tangannya. "aku..." Raut muka Yamasitha
berubah. tiba-tiba dia batuk. "oh... oh kalau... kalau begitu... kita langsung saja." Arashi hanya
melihat Yuri meninggalkan kelas bersama Yamashita dan Kirihara.

Mereka sampai diruang rapat. kursi-kursi ruang rapat semakin terisi. "Yuri-san?" teriak Shizuna.
Yuri dan Kirihara menoleh. Yuri tersenyum. dia sedikit membungkuk. "hey, kau ikut rapat?"
Tanya Shizuna. Yuri mengangguk. Shizuna melihat Kirihara. "eh? nii-chan?" Sapa Shizuna
seraya membungkuk. Kirihara tersenyum. "hey? kalau kalian tidak masuk kalian tidak dapat
tempat." Jelas Yamasitha yang masih was-was dengan Yuri. Yuri meliriknya. Yamasitha
menahan nafas. mereka segera masuk. Rapat segera dimulai. "hey, Yuri, bagaimana kelasmu?
kau sudah 1 minggu disanakan?" Yuri mengangguk sambil tersenyum. Kirihara menoleh.
"menyenangkan. semua menjadi temanku." Shizuna tersenyum. "benarkah? jadi kau sudah punya
banyak teman?" Yuri mengangguk. "tentu saja. mereka begitu baik dan sering menolongku."
Jawab Yuri. "kazekawa..." Gumam Kirihara pelan. "lalu? sebutan Yuurei itu bagaimana?" Yuri
menggeleng. "mereka hanya bercanda. mereka sering memanggil nama asliku." Shizuna lega.
"syukurlah kalau begitu. aku senang mendengarnya." Yuri tersenyum sesaat. dia kembali
memerhatikan rapat dengan muka sedih. Shizuna tidak bisa melihat muka sedih Yuri karena
mukanya tertutup poni panjang Yuri tapi Kirihara bisa melihatnya. Rapat ini membicarakan
tentang apa yang akan dilakukan para murid. di acara ulang tahun sekolah nanti, hanya ada satu
perlombaan, yaitu pengumpulan koin terbanyak. Maksudnya, setiap kelas akan membuat sebuah
stan. setiap kelas, ukuran stannya sama. Di perlombaan itu mereka harus menjual makanan atau
minuman atau barang-barang bekas yang layak pakai atau barang kreasi sendiri yang akan dibeli
oleh pengunjung dengan menggunakan koin merah yang telah disiapkan sekolah. Setelah rapat
berakhir, semua murid kembali ke kelas masing-masing. Yuri berjalan dibelakang Kirihara.
mereka hanya diam. Tiba-tiba Kirihara berhenti. Yuri masih terus berjalan. Bruk! tanpa sengaja
dia menabrak punggung Kirihara. Yuri kaget. dia langsung membungkuk. "maafkan aku,"
Kirihara tertawa. Yuri menoleh. Kirihara berbalik sambil tertawa. Yuri melihat tawa itu. deg!
Jantung Yuri berdegup kencang lagi. "untuk apa minta maaf? kau jalan lambat sekali." Kirihara
berbalik. dia kembali jalan. Yuri menyusulnya. Mereka sampai dikelas, Yuri langsung duduk
ditempatnya tapi Kirihara berdiri didepan meja guru. "Mm... lomba kali ini kita harus berjualan
disebuah stan." beberapa mengerang. Kirihara tersenyum. "kita akan membagi beberapa tugas.
pertama, 3 orang yang akan membuat makanan, 2 orang yang akan membuat minuman, dan 5
orang yang akan membuat kerajinan. sebenarnya hanya diberikan satu pilihan, tapi lomba ini
mengejar jumlah pendapatan terbanyak. dan sisanya akan menjaga stan. mengerti?" semua
mengangguk. Arashi memerhatikan Kirihara sambil tersenyum.

Hari Ulang tahun sekolah tiba. Yuri memakai sebuah pakaian terusan berwarna biru. Yuri
menghela nafas didepan cermin. Yuri mencoba mengikat satu rambutnya tapi menurutnya terlalu
jelek. Yuri segera menyisir rambutnya. Untuk kali ini, tidak ada campur tangannya Reika. Yuri
bernafas lega karena kemarin malam Reika mabuk berat. Yuri berbalik. dia melihat sebuah
bungkusan kertas berwarna coklat bergambar Ikon senyuman diatas meja. dia ingin mencoba
membantu kelasnya dengan menjual biskuit buatannya. Yuri memang pandai membuat biskuit.
dulu dia tinggal disebuah panti asuhan di Sakai. disana, Yuri sering membantu suster-suster
disana membuat biskuit. Yuri menghela nafas, dia tersenyum. Yuri mengambil bungkusan kertas
itu dan keluar dari kamar. dia membuka pintu sangat pelan, takut Reika terbangun. Yuri
melongok keluar. dia tersenyum, Reika tidak ada. Yuri menghela nafas. Yuri segera menutup
pintunya dan pergi. Yuri turun ke lantai satu menggunakan lift. ting! Yuri keluar. Yoshika juga
tidak ada. Yuri mempercepat langkahnya pergi. Cuaca kali ini begitu cerah. Yuri tersenyum. Dia
segera pergi ke stasiun. Taman Kota ada dipusat kota Osaka. Yuri duduk dikursi kereta sambil
memegang erat bungkusan itu. dia tersenyum tapi beberapa orang menjauhinya. mereka begitu
takut ditambah beberapa anak kecil menangis melihatnya. Yuri tidak peduli dan merasa malu.
sejak dulu, semua anak kecil bahkan kucing atau anjing tidak menyukainya. Kereta berhenti
distasiun yang diharapkan Yuri. dia segera turun dan mempercepat langkahnya ke taman kota.
Taman kota mulai ramai, beberapa pengunjung sudah mulai masuk. Yuri melihatnya. dia
benar-benar mempercepat langkahnya. ketika sampai ditaman kota, Yuri berjalan kearah stan
berwarna biru, stan kelasnya. stan kelasnya belum mulai berjualan. "maaf, terlambat." Yuri
membungkuk ketika dia masuk kedalam stan. semua menoleh. Arashi tersenyum. "tidak apa. kau
belum terlambat." Yuri terdiam. dia menoleh. Arashi tersenyum padanya. dia... dia manis
sekali... Batin Yuri. Arashi mendekatinya. "oh, aku minta maaf, Suzuki salah mengetik
namamu." Arashi memberikan name-tag kepada Yuri. Yuri mengambilnya. glek!
"Yu..Yuu...Yuurei?" Arashi tertawa. "maaf, dia tidak memberitahuku sebelumnya." Yuri
menghela nafas. "tidak.. tidak apa-apa..."Yuri memakainya. Yuurei kazekawa? Apa nama asli ku
mereka lupa? Batin Yuri lemas. "oh, kau menjaga tempat minuman bersama Shiori-kun dan
Suzuki-san. bisa?" Yuri melirik mereka. mereka menunduk. Yuri mengangguk. "baiklah." Arashi
tersenyum. "syukurlah. stan kita bisa dibuka." Yuri menghampiri Shiori dan Suzuki. "ohayo..."
Sapa Yuri. Shiori dan Suzuki mundur. Stan 3-A dibuka. Yuri menunggu tempat minuman sambil
menunduk. beberapa pengunjung yang ingin masuk ke stan 3-A mengurungkan niatnya ketika
melihat "penampakan" Yuurei. Suzuki dan Shiori tiba-tiba pergi. Yuri terus menunggu. stan 3-A
sangat sepi. bruk! Tiba-tiba bungkusan Yuri terjatuh. dia turun. Shiori dan Suzuki datang. "eh?
Yuurei, tidak ada? huft~ syukurlah." Gumam Shiori senang. Yuri terdiam. dia memerhatikan
bungkusannya yang baik-baik saja. "ya... menurutku tempat kita akan kalah karena dia. siapa
yang berani masuk ke stan yang berhantu?" mereka tertawa. Yuri menghela nafas. perlahan, dia
berjalan jongkok keluar melewati pintu belakang. Yuri berdiri. dia meninggalkan stan 3-A. Yuri
berjalan seorang diri menuju sebuah kursi taman yang kosong. Bruk! Seseorang melempar Yuri
dengan batu. Yuri menoleh. segerombolan anak-anak memegang batu dan menatapnya. "serang
hantu?!" teriak salah satu dari mereka. mereka langsung melempar batu-batu itu. Yuri hanya
menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. dia tidak bisa berlari. Yuri menahan sakit,
tangannya mulai berdarah. anak-anak itu terus melempari Yuri batu. "hentikan?!" teriak
seseorang didepan Yuri. Yuri meringis. dia mengintip. "hah?" Kirihara..kun? Batin Yuri.
Kirihara berdiri didepan Yuri. "ah~ tidak seru! ayo?" mereka segera pergi. Kirihara berbalik. dia
tersenyum. "kau tidak apa?" Yuri menggeleng. "terima kasih." Yuri memerhatikan Kirihara.
pipinya berdarah. "pipimu?" Tunjuk Yuri. "oh?" Kirihara mencoba menyentuh pipinya. "eh?"
Yuri menahannya. "jangan disentuh. itu sakit." Jawab Yuri polos. Kirihara tertawa kecil. dia
menyentuhnya. "tidak sakit. eh?" Yuri melihat kedua tangan Yuri berdarah. "eh? tanganmu
berdarah?" Yuri melihatnya. "kau mau kuobati?" Yuri menggeleng. "tidak usah. nanti sembuh
sendiri." Kirihara menggeleng. "ayo," Yuri menarik Kirihara ke bangku taman. deg! Jantung
Yuri berdegup kencang. dia melihat tangan Yuri dipegang Kirihara. tidak pernah ada pria yang
memegang tangannya. mereka duduk dibangku taman. Kirihara mengeluarkan sapu tangannya.
Yuri kaget. "ah~ tidak usah saja. aku... mm... ini biasa." Kirihara memerhatikan Yuri.
"benarkah?" Yuri tersenyum. Kirihara tersenyum geli. "kulihat, kau memakai kawat gigi?" Yuri
menunduk. "Ah~ kau membuatku malu." Yuri mengibas-ngibaskan tangannya. Kirihara
tersenyum. "manis. aku belum pernah melihat wanita jepang berani seperti kau, memakai kawat
gigi." Yuri terdiam. jantungnya semakin cepat berdegup. ya Tuhan, kenapa jantungku begitu
berdetak kencang? Batin Yuri. Kirihara melihat bungkusan yang terus dipegang Yuri. "itu apa?"
Tunjuk Kirihara. Yuri menoleh. "oh.. eh.. ini.. ini.. ini biskuit.." Jawab Yuri gagap. "benarkah?"
"mm... kau mau coba?" Yuri menyodorkannya kepada Kirihara. Kirihara tersenyum. dia
membuka lipatan bungkusan. dia tertawa kecil ketika melihat bentuk biskuit itu. berbentuk
kepala orang. "sayang sekali untuk dimakan." Kirihara mencicipinya. "enak." Yuri kaget.
"benarkah?" Kirihara menghabisi satu biskuit. "serius. lain kali kau buatkan aku, ya?" Yuri
mengangguk sambil tersenyum. "Um... sebenarnya... biskuit itu aku buat untuk membantu kelas
kita mendapatkan koin." "Mm.. benarkah?" Yuri mengangguk. Kirihara tersenyum. dia melipat
kembali. dia berdiri. Yuri mendongak. "tunggu sebentar," Kirihara meninggalkan Yuri. Yuri
memerhatikan Kirihara pergi. "ah, permisi bibi," Sapa Kirihara. Yuri melihatnya. "Mm... bisa
kau beli biskuit buatan temanku? terserah berapapun bibi mau bayar." "apa ini enak?" kirihara
mengangguk. "aku yang mencobanya." Bibi itu tersenyum. "baiklah." Bibi itu memberikan 3
koin merah. "terima kasih." Kirihara tersenyum. Yuri tersenyum lebar. Kirihara menoleh kearah
Yuri. "terima kasih," Yuri sedikit membungkuk.
Reika keluar dari lift. "Hooamm~" Dia menguap. Reika berjalan kearah resepsionis.
"Yoshika-san? Yoshika?!" Yoshika membuka pintu kamarnya dengan pelan. "hey? kau tidak
bisa memanggilku pelan-pelan?" Reika bingung. "kau kenapa?" tanya Reika. "kemarilah. cepat."
Reika masuk kekamar Yoshika. "kau kenapa?" Tanya Reika lagi. Yoshika mengunci pintunya.
Reika menatapnya dengan curiga. "kau mau mencoba meniduriku?" Tebak Reika. Yoshika
menatapnya dengan heran. "kau pikir aku menyukai wanita jalang sepertimu?" "Ah! sudahlah.
kau mau apa?" Yoshika duduk dimeja panasnya. Reika duduk didepannya. "kau tahu kan aku
seorang otaku?" Reika mengangguk. "kau juga tahu kan aku sudah sering berkali-kali menikahi
karakter games?" Reika mengangguk. "kau operasi aku juga tahu." Yoshika mengangguk. "dan
itu kudapatkan semua bukan dari hasil apartemenku. maksudku, aku bisa merubah jati diriku,
menikah, memiliki banyak permainan PS bukan hanya dari penghasilanku. aku ke rentenir."
"hah? kau bodoh? walaupun aku seorang wanita jalang, aku tidak berani seperti." Yoshika
mengangguk. "aku tahu. tapi aku tidak bisa menahan keinginan itu semua." "dan sekarang
bagaimana?" Yoshika menghela nafas. dia tertunduk. aura kewanitaanya mulai muncul. "sudah 8
tahun aku berhutang dengannya. awalnya aku masih bisa membayar bunganya dari tahun ke
tahun. tapi rentenir itu licik, dia menambahkan bunga itu terus menerus. aku tentu saja tidak bisa
membayar." "jadi?" "rentenir itu akan mengambil apartemen ini dua minggu lagi." "hah? kau
gila? bagaimana denganku? hanya apartemen ini yang paling dekat dan paling murah." Yoshika
memandangnya dengan sinis. "aku tidak peduli denganmu." "bagaimana dengan Yuri? sejak dia
kelas 1 SMP dia ada disini." Yoshika terdiam. Dulu Yuri tinggal dipanti asuhan sejak usianya
masih 6 tahun. Dia tidak menyukai panti asuhan itu karena selama dia belajar disana, semua anak
panti menyebutnya sebagai hantu penasaran karena namanya Yuri dan kadang mereka
memanggilnya Yuurei. Yuri tidak tahan, dia mencoba untuk keluar dari panti asuhan itu. "suster,
apa aku bisa keluar dari tempat ini?" Suster tersenyum. "kau hanya boleh pergi sampai orang tua
angkatmu datang atau saat usiamu 25 tahun. mengerti?" Yuri mengerti tapi dia tidak menyerah.
tanpa sepengetahuan suster-suster, sepulang sekolah, Yuri langsung kepasar mencari uang. dia
tidak mengemis tapi dia membantu orang dewasa membawakan barang-barangnya. tapi kadang
ada orang yang berbaik hati langsung memberikan uang kepada Yuri tapi kadang Yuri
menolaknya. "maaf, bibi. keringatku tidak keluar karena uang ini. berikan saja kepada orang
lain." Jelasnya sopan. kata-kata Yuri membuat beberapa orang yang mendengarnya luluh dan
memberikan uang mereka. Yuri masih kecil, saat itu usianya masih 8 tahun, dia tidak bisa
menolaknya. Kadang juga, Yuri hanya mendapatkan roti, tapi roti itu dijual kembali. Yuri hanya
butuh uang saat itu. dan setelah semua uangnya terkumpul, setelah malam kelulusan SD, Yuri
kabur dari panti asuhan dan memutuskan tinggal diapartemen Miyafuji. "kau tahu kan? dia
tinggal disini tidak bayar. kalau aku mungkin aku akan bayar, tapi Yuri? dia hanya menjual
biskuit murah, dia juga masih sekolah." Reika menghela nafas. Yoshika menatap tajam Reika.
"dia akan ikut denganku." "apa?" "aku tahu... aku tahu rentenir itu akan terus menambah
bunganya... tidak ada didunia ini rentenir yang baik. sebulan yang lalu, aku sudah membeli
sebuah rumah disebuah perumahan di Osaka." "benarkah?" Yoshika mengangguk. "kau tenang
saja. dia akan baik-baik saja." Reika tersenyum lebar. "aku ikut denganmu, ya? mungkin saja
rentenir itu akan meninggikan harganya." "tidak mau." Tolak Yoshika langsung. "Aah~ ayolah,
aku tidak akan merepotkanmu. aku tidak akan membawa laki-laki kerumah." Yoshika tetap
menolak. Reika mendengus. "Yoshika-chan?" Yoshika menatap Reika dalam. "baiklah," Reika
tersenyum lebar. "tapi kau jangan senang dulu. aku melakukannya karena aku memikirkan Yuri.
dia mungkin kesepian kalau tanpa kau." Reika mengangguk cepat sambil tersenyum lebar. "tapi,
kau jangan macam-macam." "janji." "terutama terhadap Yuri. aku tidak mau, kulitnya menjadi
hitam pekat karena kau." Reika mengangguk. "janji." "tapi..." Yoshika melemahkan suaranya.
"untuk sementara waktu... Yuri jangan sampai tahu." "kenapa?" Yoshika menggeleng. "aku tidak
mau. aku takut, dia akan berusaha mencari uang untuk membayar rentenir itu." Reika menghela
nafas panjang. "benar. aku setuju. dia baik sekali." Reika mengeluarkan nafas. "baiklah. aku
tidak akan memberi tahunya." Yoshika tersenyum. "beritahu dia satu minggu setelah ini." Reika
mengangguk.

Yuri berjalan pelan menuju sekolahnya dengan payung yang melindunginya dari hujan
rintik-rintik. selama Yuri berjalan, semua orang mundur ketika melihat Yuri. Yuri hanya terus
menunduk. menunduk benar-benar menjadi kebiasaannya sekarang. Yuri masuk kedalam
sekolah. dia mengganti sepatunya dan menaruh payungnya disamping sepatunya. Yuri masuk
kedalam kelas. "ohayo," Sapa Kirihara. Yuri menoleh. Seperti biasa, Kirihara menyapa semua
orang. Kirihara melihat Yuri. dia mendekati Yuri. deg! Jantung Yuri berdegup kencang. semua
orang melihatnya. "ohayo, kazekawa." "Oh...Oha... Ohayo..." Yuri sedikit membungkuk.
"bagaimana lukamu?" Yuri menggeleng. "baik-baik saja." Kirihara tersenyum. "baguslah,"
Kirihara meninggalkannya. Yuri duduk. dia mengingat senyuman Kirihara padanya. Yuri
tersenyum kecil. "semuanya?! kita menang?!" Teriak Arashi tiba-tiba. Yuri menoleh. Arashi
melewatinya, berjalan kearah teman-temannya. "benarkah?" Erika tidak percaya. Arashi
mengangguk. "kau diberitahu siapa?" Tanya Minami. "aku punya teman di ketua siswa." Jelas
Arashi. "wah... padahal kemarin koin kelas 2-A lebih banyak dibanding kita." Tambah Shiori.
Kirihara melirik Yuri sambil tersenyum. Saat itu, setelah Kirihara mendapatkan 3 koin itu,
Kirihara mendekati Yuri. "hey, kazekawa. kita dapat." Yuri tersenyum. "syukurlah," Kirihara
tersenyum. "oh, aku harus pulang." Kirihara kaget. "kenapa?" Yuri menggeleng. "tidak apa. aku
hanya ingin pulang, lagipula aku mau mengobati luka-luka ini." Jawab Yuri pelan. "oh... kalau
begitu, kau kuantar dengan sepedaku saja." Yuri menggeleng. "aku naik kereta saja." "kereta?"
Yuri membungkuk. "terima kasih atas segalanya." Yuri berbalik dan meninggalkan Kirihara.
Kirihara menghela nafas. dia berjalan kearah stan 3-A. "Kirihara-nii-kun?" Sapa Arashi. Kirihara
menoleh. dia tersenyum. "nii-kun, semuanya telah habis terjual." "benarkah?" Arashi
mengangguk. "karena itu," Tunjuk Ishigami. Kirihara menganga. Ishigami menunjuk sebuah
boneka penangkal setan yang digantung diujung stan. "karena itu semuanya terjual." Kirihara
hanya tersenyum kecil. "aah~ hanya 229 koin." Gumam Suzuki lemas. "benarkah?" tanya Arashi
berbalik. Suzuki mengangguk. "paling banyak 231 kelas 2-A. masa kita kalah dengan anak kelas
2?" Shiori kesal. Kirihara tersenyum. dia mendekati mereka dan memasukkan 3 koin itu secara
diam-diam. Kirihara teringat itu semua. "permisi," Kata seseorang dari pintu depan. semua
menoleh. dua murid dari organisasi ketua siswa masuk kedalam kelas 3-A sambil membawa
sebuah kotak besar yang terbungkus kertas coklat. "permisi, maaf mengganggu semua. kami dari
ketua siswa, ingin memberikan hadiah ini sebagai pemenang juara satu acara kemarin." semua
bertepuk tangan. "pihak penanggung jawab, bisa maju kedepan." Erika mendorong Arashi.
Arashi maju dengan malu. wah... dia tersipu saja cantik.. Batin Yuri. Yuri membayangkan
dirinya tersipu seperti itu. Yuri mau tertawa membayangkannya. "silahkan diterima," Ujar salah
satu dari mereka. "terima kasih banyak," Arashi mengambilnya. "selamat ya?" Arashi
mengangguk. "baiklah, kami permisi dulu. selamat untuk nii-chan dan onee-chan." mereka
membungkuk dan pergi. semua murid 3-A langsung berteriak. Arashi membukanya dimeja guru.
"isinya apa, ya?" semua anak berbisik-bisik. Arashi mengeluarkan sesuatu dari kotak itu. Arashi
mengangkatnya, satu plastik besar yang berisikan pin-pin keren. "wah..." "wah..." semua kagum.
"kita bagi berapa?" tanya arashi. "masing-masing dapat 10?!" teriak Ishigami. "huh~ dasar
rakus." Umpat beberapa orang. Arashi tertawa. wah... dia tertawa cantik sekali... Batin Yuri.
"Mm... bagaimana kalau masing-masing anak dapat dua?" Tawar Arashi manis. semua setuju.
Arashi mengangguk. dia mulai membagikan pin-pin itu. Arashi berdiri disamping Yuri. "Yuurei,
maaf, kau tidak bisa dapat." Kata Arashi pelan. Yuri mendongak. "ini hadiah hanya untuk yang
bekerja keras kemarin. maaf, aku tidak bisa memberikannya karena kemarin kau tiba-tiba
menghilang." Jelas Arashi. Yuri menggeleng. "tidak apa-apa." Arashi tersenyum. "terima kasih,
kau baik sekali." Yuri mengangguk pelan. dia sedikit kecewa. Yuri melirik kesampingnya,
mereka begitu senang mendapatkan pin-pin itu. Aku juga mau... Batin Yuri pelan. "nii-kun, kerja
keras kita terbayar," Ungkap Arashi ke Kirihara seraya memberikan 2 pin kepada Kirihara.
Kirihara tersenyum. "kau juga." Arashi tersenyum. Kirihara melihat Yuri. dia tidak mendapatkan
pin. Kirihara melihat pin yang diberikan Arashi kepadanya. bukankah aku hanya sedikit bekerja?
Batin Kirihara. Kirihara berdiri dan mendekati Yuri. "untukmu," Kirihara memberikan salah satu
pinnya kepada Yuri. Yuri menoleh. "eh, Kirihara? apa yang kau lakukan?" Yuri hanya diam.
"kemarin aku juga tidak banyak bekerja. aku perlu satu saja." "tapi kau masih tetap memberikan
koin kepada kami." Tambah Minami. "kita menang karena koin kazekawa." semua terdiam.
Arashi berhenti diujung meja. "dia menjual biskuit buatannya tanpa kalian tahu. dia pantas
mendapatkan satu." Yuri sedikit membungkuk. "terima kasih," gumannya. Kirihara kembali
kemejanya. Yuri mengambil pin itu. Arashi mendengus kesal. dia membanting palstik yang
masih berisikan pin-pin itu dimeja yang paling ujung. "ambil saja semuanya." Arashi kembali ke
mejanya dengan kesal. Yuri memerhatikan pin itu. couple pin. Kirihara memberikan Yuri sebuah
pin dengan gambar setengah hati. Yuri tersenyum kecil.

Yuri sedang duduk dimejanya sambil mengerjakan sebuah tugas. Jam sudah menunjukkan pukul
3. satu jam yang lalu, semua orang sudah kembali kerumahnya. Yuri menghela nafas panjang.
Saat pelajaran matematika, dia salah membawa buku, sehingga tugas rumahnya ketinggalan.
Hasilnya, Yuri harus mengerjakan ulang disekolah tapi ditambah dengan beberapa soal lagi.
Sekitar pukul setengah 4, Yuri keluar dari ruang guru. tugas matematikanya sudah selesai. Yuri
bernafas lega. "Ah~ akhirnya..." Gumam Yuri senang. Yuri mengganti sepatunya dan segera
berjalan kearah pintu sekolah. dia membuka payungnya. "hah?" payungnya terobek. Yuri
menjadi lemas. "bagaimana ini?" Yuri menoleh kebelakang. sudah tidak ada orang. Yuri
memutuskan untuk menunggu sampai pukul 6. Tapi hujan belum reda juga. Yuri melipat
payungnya. Perlahan dia keluar dari hujan. dia menembus hujan, berjalan menuju stasiun.
badannya basah kuyup. semua orang jadi memerhatikannya. Yuri segera masuk kedalam kereta
yang 5 menit lagi akan berangkat. "Ih.. ibu.. lihat... kakak itu.. basah-basahan.." Tunjuk salah
seorang anak. "hush~ sayang?" Yuri melirik kesekelilingnya. semua orang melihatnya dan
berbisik-bisik. Yuri tahu mereka pasti tidak suka. Tapi Yuri tidak peduli. Osaka ke Sakai jauh
jika jalan kaki.. Yuri sampai diapartemen sekitar pukul 7. "11... 12... 13..." salah seorang
penghuni apartemen sedang membayar uang sewa. Yoshika melihat Yuri. "Yuri-chan?"
penghuni itu menoleh kearah Yuri. Yuri terus berjalan kearah lift. "anak itu... kenapa dia?" "14...
15... 16..." Penghuni itu hanya menghitung. Yoshika terus memerhatikan Yuri. "17...18... 19..
20.." Penghuni itu memberikan uang terakhir. Yoshika menoleh. dia tersenyum. "oke, pas."
penghuni itu tersenyum lebar. "terima kasih, yoshika." Yoshika mengangguk. dia kembali keatas.
Yoshika memerhatikan tumpukan uang didepannya. dia merasa itu jauh lebih tipis. Yoshika
menghitung kembali. "hah? hey?" Penghuni itu segera kabur. Yoshika mendengus kesal.

Hari ini tes kesehatan. Walau kemarin Yuri kehujanan hingga 1 jam, dia tidak akan sakit.
mungkin karena Reika sering memberi sesuatu ketubuh Yuri sehingga tubuhnya menjadi kebal
dengan hujan. Untuk pemeriksa kesehatan, pria dan perempuan dipisahkan. Yuri menghela
nafas. dia sedang berbaris. orang-orang yang berada dibelakang Yuri memiliki jarak 1 meter
dengannya. Yuri tidak peduli. Yuri menunduk. memerhatikan kedua sepatunya. Dia teringat saat
dia kelas 2 SMP. SMP Yuri selalu mengadakan pemeriksaan kesehatan 2 tahun sekali. Yuri
masuk pertama kali. Awalnya baik-baik saja. suhu tubuh, berat badan, tinggi badan, darah, tapi
ketika detakan jantungnya diperiksa. dokter sekolah tidak mendengarnya padahal sudah
mengenakan stetoskop. Yuri hanya memerhatikan dokter itu yang semakin bingung. "ada apa,
dokter?" dokter menatap Yuri. Bruk! Tiba-tiba dokter itu pingsan. "dokter? dokter?" Dan Yuri
harus dipulangkan karena dirinya dikira sakit. Yuri menghela nafas lagi mengingat itu semua.
Yuri yakin, stetoskop itu rusak. Yuri masih merasakan jantungnya berdegup. satu persatu murid
keluar-masuk ruang kesehatan. "Yuurei kazekawa?" Yuri kaget. siapa yang mengganti namaku?
Batin Yuri kesal. "aku?" Yuri angkat. asisten dokter itu kaget. "astaga! cepat masuk.."
Jantungnya berdegup kencang. Yuri segera masuk. pintu ruang kesehatan ditutup. Yuri menghela
nafas berat. Yuri mengikuti asisten dokter itu. "Mm.. maaf," Panggil Yuri. "ya, ada apa?" Tanya
asisten itu tanpa menoleh. mereka berhenti didepan sebuah timbangan. "naik." perintahnya. Yuri
mengangguk. "Mm... nama saya Yuri kazekawa. bukan Yuurei kazekawa.." Kata Yuri. "40kg.
oke. hah? Yuri? oh maaf," asisten itu segera mengubah 'Yuurei' menjadi 'Yuri'. "baik, kita ukur
tinggi." mereka berjalan kearah tempat mengukur. Tinggi Yuri diukur. "Mm.. apa disini
stetoskopnya bagus? maksudku tidak rusak?" "163cm. oke. oh? iya, setiap bulan kami
mengeceknya." Yuri benafas lega. "golongan darah?" "A" Asisten itu menulis. "oke, silahkan
masuk kedalam sana," Asisten itu menunjuk kesebuah tempat yang ditutupi horden putih. "oh,
baik." Yuri membungkuk kepadanya. "terima kasih." Yuri berjalan kearah horden itu. Dia
menghela nafas kembali. Yuri membuka horden itu. "maaf, dokter.." Panggil Yuri pelan. Dokter
berbalik. "oh, ba... Aahh!!" Tiba-tiba dokter itu berteriak. Bruk! dia pingsan. Yuri menghela
nafas. "ada apa?" Asisten itu membuka lebar horden putih itu. Yuri membungkuk. "maafkan
aku." "astaga?! dokter?!" "Mm... semuanya normal. terima kasih." Yuri membungkuk kembali
dan segera keluar. pintu tergeser. semua murid mundur dua meter. Yuri pergi.

Yuri harus segera pulang karena membuat dokter sekolah harus dibawa ke rumah sakit karena
jantungnya tiba-tiba berhenti. Yuri keluar dari kelas dengan lemas. beberapa anak langsung
tertawa. Arashi hanya tersenyum kecil. Kirihara berdiri. dia keluar kelas. "kazekawa?" panggil
Kirihara. Yuri berhenti. deg! Jantungnya kembali berdegup kencang. Yuri berbalik. "kau mau
kuantar?" Tawar Kirihara. Yuri menggeleng. "itu sangat merepotkan." Kirihara menggeleng.
"sama sekali tidak. lagipula, setelah ini jam kosong. kau mau, ya?" Yuri berpikir.
"kirihara-nii-kun?" panggil Arashi. Yuri dan Kirihara menoleh. "Um... Kirihara-kun.." Kirihara
menoleh. Yuri membungkuk. "sampai besok." Yuri pergi. Arashi mendekatinya. "kalian
kenapa?" Kirihara menggeleng. "tidak apa." Kirihara memerhatikan kepergian Yuri.

Keesokan harinya, Yuri masuk kedalam kelas. suasana kelas sangat sunyi, semua anak sedang
belajar. Hari ini ada ujian IPA dan Bahasa inggris. semalam Yuri sudah belajar dengan serius.
"ohayo, Kazekawa." deg! Jantung Yuri berdegup kencang. Arashi menoleh. Yuri berbalik.
"ohayo," Kirihara tersenyum. "kau sudah belajar?" Tanya Kirihara ramah. Yuri mengangguk
pelan. Kirihara tertawa kecil. "baiklah. semangat." Kirihara meninggalkannya. "ohayo," dia
mulai menyapa teman-temannya. Yuri tersenyum kecil. dia kembali duduk. Arashi
memerhatikan Yuri. "Kirihara baik sekali dengan Yuri," Bisik Erika. Suzuki mengangguk. "apa
Kirihara menyukai penampakan itu?" Tanya Suzuki heran. "kurasa dia hanya baik dengan anak
itu. heh, Arashi," Panggil Erika. Arashi menoleh. "kau tahu, kau termasuk kriteria perempuan
Kirihara." "benarkah? ah... itu hanya perasaan kalian saja." Erika menggeleng. "sungguh. aku
sudah sekelas dengan Kirihara selama 3 tahun. aku tahu semua tentang Kirihara." Jelas Erika.
Arashi tertawa kecil. "lagipula, kalian berdua memang terlihat sangat cocok." Tambah Suzuki.
Arashi hanya tersenyum kecil sambil melirik Yuri yang sedang menunduk. Yuri menghela nafas.
"selamat pagi, semua." Sapa magumi tiba-tiba. 34 murid menoleh. mereka segera memasukkan
buku mereka kedalam tas. "masukkan semua buku kedalam tas. siapkan alat tulis kalian. taruh
tas kalian disamping." Jelas Magumi tanpa basa-basi. Yuri sudah melakukannya daritadi.
"setelah kalian selesai. langsung kerjakan ulangan bahasa inggris." Jelas Magumi seraya
membagikan soal-soal itu. Yuri memerhatikan ujian IPA itu. dia tersenyum. semua soal itu sama
yang dipelajarinya semalam. Semalam Yuri mempelajari buku-buku soal beberapa tahun yang
lalu. Yuri memiliki buku-buku soal dari tahun 2003 hingga 2012. dia mulai mengumpulkan itu
semua sejak dia kelas 2. dimana saat itu, dia memang bekerja keras untuk bisa masuk. Yuri
tersenyum. dia mulai mengerjakan ulangan IPA tapi sebelum itu dia harus berdoa dahulu. dia
masih ingat, saat dipanti asuhan, semua anak harus berdoa sebelum makan, tidur, belajar, dan
semua aktivitas yang menyenangkan atau aktivitas yang menyusahkan bagi kita. "jika sudah
selesai, bisa langsung mengambil soal ujian bahasa inggris." Tiba-tiba satu, dua orang anak
langsung maju. Yuri menganga. dia mulai mengerjakannya. Magumi memerhatikan Yuri
mengerjakan tugas. semua rambut Yuri menutupi soalnya. Yuri juga terlalu menunduk. Kirihara
melihat Yuri mengerjakan soal. dia tersenyum kecil melihatnya. Sebelum Yuri mengerjakan di
kertas ujian, Yuri selalu mengerjakannya terlebih dahulu disebuah kertas kecil agar saat dia
mengerjakan dikertas ujian, tinggal menyalin. Satu jam Yuri mengerjakan ujian IPA. dia
mendongak. Yuri tersenyum lebar. Yuri berdiri dan memberikan ujiannya. "ah?" Yuri menganga.
lembar ujian bahasa inggris sisa satu. Yuri segera menukarnya. glek! Tidak ada yang
dimengerti Yuri. maksudnya, Yuri tahu apa maksudnya, tapi dia tidak tahu jawabannya. Yuri
berdoa kembali. Tuhan, kali ini saja. Bantu aku. aku mohon. Amin. Yuri mulai mengerjakannya.
dia begitu kesusahan. Kirihara memerhatikannya kembali. Yuri masih seperti tadi. apa dia bisa
bertahan seperti itu? Batin Kirihara heran. Magumi melihat jam tangan mahalnya. "15 menit
lagi." "Aah!" teriak Yuri tiba-tiba. semua murid dan Magumi ikut terkaget. "Kazekawa!?" Teriak
Magumi kesal. Yuri malu. "maaf," dia membungkuk didepan, kanan, dan kiri. Kirihara
tersenyum. "bikin kaget saja." Gumam Minami kesal. Yuri kembali mengerjakannya. sisa dua
nomor lagi, dan dia tidak bisa berpikir. "ohayo, Kazekawa" Yuri teringat kata-kata Kirihara tadi.
"...semangat." Yuri tersenyum. dia mulai mengerjakannya kembali. Waktu begitu cepat berlalu.
"waktu habis." Yuri menghela nafas. dia selesai tepat waktunya. Yuri melipat kertas-kertas kecil
itu menjadi satu seraya mendongak. semua orang sudah mengumpulkannya. mereka cepat sekali,
Batin Yuri. Setelah lembar milik Yuri dikumpulkan, semua segera berdiri dan membungkuk
seraya mengatakan, "selamat pagi.". Magumi segera keluar. Yuri bernafas lega. "akhirnya."
ucapnya seraya terduduk "Yuurei-chan?" panggil Izuna tiba-tiba. Yuri menoleh. hah?
Yuurei-chan? batin Yuri lagi. dia mendekati Izuna dengan lemas. "ada apa?" tanya Yuri. "wah,
ternyata benar. kau memang mirip dengan Yuurei." Jawab Izuna. Yuri terdiam. "oh, baiklah.
bye-bye." Izuna pergi. "ah?" Yuri menganga. dia sedikit sedih dengan reaksi sahabatnya tadi.
gadis berambut panjang itu segera kembali ke mejanya dan memasukkan semua Alat tulisnya
kedalam kotak pensil. Dimejanya, Arashi memperhatikan Yuri seraya tersenyum kecil.

Yuri sedang membaca buku paket bahasa inggris. dia tidak ingin ujian selanjutnya, dia
kebingungan. ketika dia sedang membaca, matanya mencuri sesuatu. Konsentrasi Yuri mulai
goyah. Yuri mengamati pin yang diberikan Kirihara. dia mengambilnya. Yuri tersenyum melihat
pin itu. "kau baik sekali." Gumam Yuri. Tiba-tiba bayangan Arashi muncul dipikiran Yuri. raut
muka Yuri berubah. dia bangkit dan berjalan kearah cermin. Yuri mengibaskan poni panjangnya
kebelakang. Yuri mencoba tersenyum. "jelek~" Yuri menghela nafas. "Yuri-chan?!" Panggil
Reika dari luar mengagetkan Yuri. anak itu segera berlari kearah pintu dan membuka pintu.
Reika langsung masuk. Yuri menutup pintu. "ada apa, onee-kun?" Tanya Yuri. Reika tersenyum.
"mulai malam ini, kau harus mengemas semua barang-barangmu, bukumu, bajumu, semuanya."
Yuri mengernyitkan dahi. "untuk... apa?" Reika menarik Yuri duduk didepan meja Yuri. "kalau
kukatakan, jangan lakukan apapun. jangan pernah mau mencoba membantu. mengerti?" Yuri
mengangguk cepat. "Mm... mulai minggu depan kita tidak akan tinggal disini." Yuri kaget.
"Yoshika bodoh itu meminjam uang kepada rentenir dan tidak bisa membayarnya." "lalu?"
Tanya Yuri antusias. "rentenir itu akan mengambil apartemen ini." "apa? lalu paman?" Reika
tersenyum. "kenapa kau mengurusi Yoshika? kau sendiri bagaimana?" Yuri menggeleng. "aku
bisa menjual biskuitku dipasar." Reika tertawa. Yuri bingung. "Oh, Yuri. sebentar lagi kau akan
ujian. tapi kau tenang saja, kau akan ikut dengan kami." Yuri bingung. "kami?" Reika
mengangguk. "Yoshika sudah mendapatkan rumah untuk kau, aku, dan Yoshika diperumahan di
kota Osaka." "hah? paman? Itu benar?" Yuri terharu. matanya berkaca. Reika melihat mata Yuri.
"eh? kau nangis?" Yuri menggeleng. Reika malah tertawa. "dasar kau. cengeng." Yuri hanya
tertawa kecil menahan air matanya turun.

Semua murid kelas 3-A tegang. awal Magumi masuk kelas, aura hitamnya sudah membuat satu
kelas merinding. Bruk! Dia membanting buku yang dibawanya. "saya bangga dengan kalian,
semua nilai kalian tidak ada yang dibawah 90. semuanya 100." beberapa anak bangga. "Bahasa
inggris, juga demikian. saya merasa bangga bisa menjadi wali kelas disini. tapi, saya cukup
kecewa. satu diantara kalian telah menyontek." semua kaget. "siapa?" semua anak berbisik.
Arashi tersenyum. Magumi memperlihatkan dua kertas kecil milik Yuri. Yuri menganga. Itu...
Batin Yuri kaget. deg! Jantung Yuri berdegup kencang. Dia kaget, kertas coretannya ada
ditangan Magumi. "siapa? milik siapa? contekan IPA dan bahasa inggris ini?" tanya Magumi
tajam. Yuri ingin mengangkat tangan, tapi itu bukan contekan. Yuri mengepal kedua tangannya.
rasanya dia sesak. "tidak ada yang mengaku?" Magumi tersenyum. dia memegang buku-bukunya
kembali. "ujian IPA, dan bahasa inggris kalian, 0." jelas Magumi seraya pergi. semuanya syok.
Yuri mengambil nafas, dia mulai mendorong badannya. "aku! itu milikku!" kata Kirihara tegas.
semua menoleh. Kirihara berdiri. Magumi berhenti. dia menoleh. "kau?" Magumi menatapnya
tajam. "temui saya sepulang sekolah." magumi keluar. Kirihara kembali duduk. dia hanya
tertunduk. Yuri merasa bersalah. Dia tidak berani menoleh. dia hanya bisa menunduk. semua
anak menatap Kirihara. "siapa yang melakukan ini? Kirihara-kun tidak mungkin." Bisik beberapa
orang. Arashi menatap Yuri tajam. Sejak itu, Yuri hanya terus menunduk. dia benar-benar
merasa bersalah. Yuri berani berdiri ketika kelas benar-benar sepi. Yuri berdiri. dia menoleh ke
belakang. sudah tidak ada orang. Yuri melihat jam kelas. sudah jam setengah setenagh. dia
berjalan pelan ke arah rak sepatunya. Yuri terdiam didepan rak sepatunya. sekitar jam setengah
6, Kirihara meninggalkan ruang guru. "wanita itu tidak capek berbicara terus?" Gumam Kirihara.
"eh?" Kirihara kaget. Yuri berdiri mematung didepan rak sepatunya. Kirihara mendekatinya.
Mata Yuri berkaca. tiba-tiba air matanya jatuh. "kazekawa?" Panggil Kirihara. Yuri berbalik.
"maaf," kata Yuri menunduk. "hah?" "maaf, karena aku..." Tiba-tiba Yuri terisak. Kirihara kaget.
"kaze..." "maafkan aku." Yuri membungkuk 90 derajat. dia menangis. "maafkan aku," Kata Yuri
lagi. Kirihara mendekati Yuri. "tidak ada yang perlu minta maaf." Kata Kirihara. Yuri berdiri.
"ada. aku.". deg! Kirihara terdiam. "seharusnya, aku tidak membuat coretan itu. seharusnya, aku
langsung berdiri. seharusnya," "kazekawa?" Yuri membungkuk. "mulai sekarang, kau tidak usah
lagi menolongku. kau akan sakit. maafkan aku." Yuri membungkuk lagi. dia pergi. "kazekawa?"
Yuri masih terus menangis.

Keesokan harinya, kelas 3-A sedang berolahraga dilapangan. Hari ini, mereka ujian lari 12
menit. mendengar lari, Yuri langsung lemas. "Yamasitha sensei," Panggil Yuri. deg! Yamasitha
merinding. dia menoleh. "eh...eh.. Yu.. Yuurei? ke..kenapa?" Jantung Yamasitha berdegup
kencang. "Um.. apa ujian lari, kita harus lari?" Yamasitha menganga. "oh.. oh.. tentu saja. tentu
saja." Yuri mengangguk. "terima kasih, sensei." Yuri membungkuk. dia pergi. Yamasitha
menghela nafas berat. "hampir saja." Gumamnya. "heh, menurutmu bagaimana Yuurei berlari?"
Tanya takako Matsu. mereka berpikir. tiba-tiba mereka ketakutan sendiri. Yuri merogoh saku
celana olahraganya. dia membawa ikat rambut. Priit!! Yamasitha meniup pluit. Ujian lari untuk
10 murid pertama selesai. Yuri mengambil nafas. dia menggulung seluruh rambutnya dan
mengikatnya. Yuri segera berjalan kearah tempat mereka akan memulai lari. "siap?" Priit!!
semua langsung berlari. Kirihara melepas dahaganya. "eh, bukankah itu Yuurei?" Tunjuk
Ishigami. beberapa anak menoleh kearah yang ditunjuk Ishigami. Kirihara terdiam. "dia tidak
cantik." Sungut Suzuki. Nanako mengangguk. "wajahnya berjerawat." Tambah Nanako.
"menurutku, lumayan." Gumam Kirihara tiba-tiba. teman-temannya menoleh. "kenapa?
benarkan?" Ishigami memerhatikan Yuri. "iya. kurasa begitu." Kirihara memerhatikan Yuri.
Baru 2 putaran, Yuri sudah kelelahan. dia memang tidak menyukai lari. "...Semangat." deg! Yuri
teringat perkataan Kirihara kemarin. Yuri menghela nafas berat. dia berlari kembali. Priit!!
Yamasitha meniup pluitnya. Yuri terdiam. "ngek? cepat sekali." Gumam Yuri. selama 12 menit,
dia berhasil mendapatkan 5 putaran. Yuri melepaskan ikat rambutnya. semua murid segera
kembali ke kelas. "huft~ lelah sekali." Gumam beberapa orang. Yuri tidak kelas dahulu, dia ingin
sekali duduk sebentar. merenggangkan kakinya. Yuri menghela nafas. dia tidak membawa air
minum. Kirihara duduk disampingnya. Yuri menoleh. Kirihara menyodorkan air mineral
miliknya. Yuri menggeleng. Kirihara tersenyum. "maaf," Kata kirihara tiba-tiba. Yuri menoleh.
Kirihara tersenyum kepada Yuri. "seharusnya kau tidak usah minta maaf. kau tidak salah" Yuri
menatapnya dengan bingung. "ini memang tugasku, membantu semua murid kelas 3-A.
semangat." Kirihara meninggalkan botol air mineralnya. dia pergi. "Kirihara?" Panggil Yuri
seraya berdiri. Kirihara menoleh. "terima kasih." Yuri membungkuk. Kirihara hanya tersenyum
sambil mengacungkan jempolnya. dia pergi. Yuri tersenyum kecil. dia mengambil botol
Kirihara.

Yuri berjalan kearah sekolah. Saat dikereta, beberapa anak menangis melihatnya. Bahkan
orang-orang memerhatikannya dengan serius. ketika Yuri mendongak. semua membuang muka.
Sejak dulu, Yuri memang selalu disebut hantu oleh teman-temannya. ketika kecil, Yuri disebut
'Yuri-onna' karena saat itu, suster panti pernah menceritakan tentang siluman wanita salju atau
Yuri -onna. semuanya begitu menyimak hingga selesai. "suster," salah satu anak angkat tangan.
"apa Yuri-onna masih ada?" suster tersenyum. "mungkin saja. Tapi, siapa tahu Yuri-onna bukan
seperti yang dulu." Jelas suster. "apa Yuri-onna sekarang anak kecil?" celetuk salah satu anak.
Sret! Pintu tergeser. "suster..." Panggil Yuri dengan nada pelan. semua menoleh. "Aah!" Teriak
semua anak. Saat itu, rambut yuri memang menutupi wajahnya dan dia memakai baju terusan
berwarna putih. Semenjak itu, dia disebut dengan Yuri-onna sampai dia lulus SD. Ketika di awal
kelas 1 SMP, Yuri baik-baik saja. Tapi, setelah Reika memotong poni panjang Yuri, semua
orang menyangkanya dia adalah Sadako. karena Yuri sering tiba-tiba muncul atau keluar dari
toilet. Ketika masuk SMA, poni Yuri mulai memanjang kembali. saat SMA kelas 1, Tidak ada
yang memanggil Yuri dengan sebutan hantu. Mungkin karena saat itu dia berteman dengan
Shizuna dan Izuna, Yuri dipandang sebagai murid biasa. Tapi ketika kelas 3, sebutan hantu
kembali menjadi sebutan sehari-harinya bahkan sekarang nama aslinya tidak ada lagi yang
menyebutnya. Yuri masuk kedalam kelas dengan lemas. Yuri melihat, beberapa anak termasuk
Arashi mengobrol dengan Kirihara.Yuri langsung duduk. Yuri membuka tasnya. dia membawa
sebungkus biskuit coklat yang dibuatnya semalam. Hari ini Kirihara ulang tahun. Yuri
mengetahuinya dari obrolan Arashi, Erika, dan Minami. biskuit coklat bikinannya akan diberikan
kepada Kirihara. dia masih ingat ketika Kirihara mengatakan kalau dia ingin Yuri membuatnya
lagi. Yuri tersenyum kecil. "sayang sekali untuk dimakan." Dia teringat kata-kata Kirihara. Yuri
berdiri. dia keluar kelas. dia mau ke toilet. ketika dia masuk, dia tersenyum kecil. tidak ada
orang. yuri segera masuk kedalam salah satu bilik toilet. "hmm.." Yuri menghela nafas. "Apa
Kirihara-kun menyukai Arashi-san? mereka cocok sekali." Raut muka Yuri berubah menjadi
sedih. Sejak Kirihara peduli dengannya, dia mulai menyukai Kirihara. "Kirihara-kun memanggil
Arashi dengan nama panggilannya tapi dia tidak begitu padaku." Yuri sedih. "Akh!" teriak Yuri
seraya menendang pintu. Bruk! ada seseuatu yang jatuh diluar. glek! Perlahan Yuri keluar dari
bilik toilet. deg! Ada salah satu murid yang pingsan. Perlahan Yuri keluar dari toilet.

Pelajaran bahasa jepang berakhir. Yuri segera memasukkan buku pelajarannya kedalam tas. Yuri
terdiam ketika melihat sebuah kotak yang terbuat dari kertas berwarna coklat didalam tasnya.
Yuri ragu untuk memberikannya. "kirihara-nii-kun, ini untukmu," Yuri menoleh. siswi kelas 1
memberikan sebatang coklat kepada kirihara. Kirihara tersenyum. "wah, kau baik sekali. terima
kasih." siswi kelas 1 itu tersipu. "selamat ulang tahun, nii-kun." Yuri melihat coklat yang
dipegang Kirihara. Yuri ingin sekali membelikannya coklat, tapi kalau dia membeli coklat, dia
tidak akan bisa makan untuk minggu berikutnya. Yuri menutup tasnya. dia menghela nafas
pelan. Dia menoleh kearah pintu. Kirihara sudah tidak ada. "eh? Arashi-chan mana?" Tanya
Erika. Yuri mendengarnya. dia menoleh. "bukankah dia bersama Kirihara? Duh... mereka cocok
sekali." Jawab Suzuki. Yuri menunduk. Yuri mengurungkan niatnya untuk memberikan biskuit
buatannya kepada Kirihara. "berikan saja, bukankah kau rela tidak belajar demi dia? coklat
yang semalam kau beli, itu mahal. kebaikan dibalas kebaikan, Yuri. ingat." Suara hati Yuri
berbicara. Yuri mengepal kedua tangannya. Yuri mengeluarkan hadiah yang akan diberikannya
kepada Kirihara. Yuri menyembunyikannya dibalik kedua tangannya yang disilangkan. Yuri
keluar tapi bukan menemui Kirihara. dia ingin ke toilet kembali. Yuri masuk kedalam toilet
dengan pelan-pelan. Dia takut anak perempuan itu masih ada. tapi, anak perempuan itu sudah
tidak ada. Yuri menghela nafas. dia segera masuk kedalam bilik toilet. Yuri hanya duduk dan
diam. dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Dia terus diam hingga bel masukkan
berbunyi. Yuri keluar. tidak ada orang. Yuri menghela nafas berat. aku gagal memberikannya
Batin Yuri sedih. Yuri keluar dari toilet sambil berjalan pelan dengan malas. "Kazekawa?"
panggil Kirihara. deg! Yuri berhenti. dia berbalik. Kirihara membawa beberapa coklat. "oh.."
Yuri menutupi biskuit coklatnya. "Kazekawa Yuri, kasih saja. bukankah kau menunggu
kesempatan ini?" Suara hati Yuri berbicara lagi. "kazekawa? kau kenapa?" tanya Kirihara. Yuri
mendongak. "Um.." Yuri menyodorkan hadiah yang selama ini ia sembunyikan. Kirihara kaget.
"terimalah, ini.. ini biskuit buatanku..." Jawab Yuri pelan. Kirihara tersenyum. dia
mengambilnya. "benarkah? terima kasih," "se...selamat.. selamat ulang tahun.." Ucap Yuri
terbata-bata sambil menunduk. Kirihara tersenyum. "kapan? kapan kau ulang tahun?" Yuri
mendongak. Yuri terdiam. Kirihara menanyakan ulang tahunku? Batin Yuri. tiba-tiba raut muka
Yuri berubah. "u..ulang tahunku?" Kirihara mengangguk. "Um.." Yuri berpikir. sejak dia disebut
'Yuri-onna' ketika SD, dia tidak lagi merayakan ulang tahunnya sampai sekarang. bahkan dia
lupa. "tanggal..." Yuri berpikir. "ah.. sebentar.." Yuri berbalik. Yuri membuka dompetnya. dia
melihat tanggal ulang tahunnya di kartu pelajar. 22 Desember. raut muka Yuri berubah. lama
sekali. Yuri berbalik. "Um.. 22 desember.." Kirihara tersenyum. "baiklah, kau undang aku kalau
kau merayakannya, ya?" Deg! deg! deg! Jantung Yuri kembali berdetak kencang. Yuri
menunduk. Pipinya terasa panas. "Kirihara-nii-kun?" panggil Arashi. Kirihara dan Yuri menoleh.
arashi melihat kado yang diberikan Yuri ditangan Kirihara. Arashi tersenyum. dia mendekati
mereka. "Yuri-chan?" raut muka Yuri berubah. dia memanggilku 'Yuri-chan'? Batin Yuri. "oh..
eh.. aku harus ke kelas." Yuri membungkuk. dia mempercepat langkahnya pergi. Kirihara
tersenyum. Arashi melihat senyuman Kirihara. "Ah... nii-kun.. sini, biar aku yang bawa.." Arashi
mengambil semua barang yang dipegang Kirihara. "ah.. terima kasih.." Arashi tersenyum.
Mereka kembali. Arashi melambatkan jalannya. dia memegang keras biskuit yang diberikan
Yuri. Dengan cepat, Arashi memasukkan kado dari Yuri ke tempat sampah. Arashi tersenyum
kecil. dia berlari mengejar Kirihara.

Waktunya makan siang. Yoshika sudah menyiapkan makan siang spesial hari ini. Yuri tidak tahu
kenapa. Yuri menoleh kebelakang. hampir semuanya keluar. sisanya sedang asyik makan siang.
Yuri tersenyum. dia segera membuka bekal makan siangnya. "ah~" Yuri kaget. Yoshika
membuat ikon senyum dibekal Yuri. Yuri tertawa kecil. "terima kasih, paman." Yuri makan
dengan lahap. Tiba-tiba Yuri teringat dengan Shizuna dan Izuna. entah kenapa, setelah mereka
pisah kelas, mereka begitu jauh. Mungkin karena mereka jarang bertemu. Yuri sadar itu semua.
setelah makan, Yuri membereskan tempat bekalnya. dia segera memasukkan kedalam tasnya.
"oh.." dia teringat kertas coretannya. Yuri membuka isi kotak pensilnya. kertas coretan itu masih
ada. Yuri membuka lipatannya. Mata Yuri melotot. kertas coretan itu isinya kosong. Apa ada
orang jahat disini? Batin Yuri. Yuri berdiri. dia ingin membuang kertas coretan itu. Tidak ada
tong sampah dikelas, tong sampah hanya ada di dekat toilet. Yuri membuka penutup tong
sampah itu. "hah?" Yuri kaget. hadiah darinya ada di tong sampah. Yuri mengambilnya. bahkan
kotak itu belum terbuka sedikit pun. Raut muka Yuri sedih. matanya berkaca. Mungkin dia tidak
suka? Batin Yuri sedih. dia kembali ke kelas. Tiba-tiba Yuri mendengar suara orang-orang
tertawa didalam kelas. Yuri berhenti. dia menyembunyikan kado itu dibelakang punggungnya.
Mungkin Kirihara tidak mau membuatku kecewa, jadi dia membohongiku. Batin Yuri sedih. Yuri
masuk kedalam kelas. Dia melihat Kirihara bersama teman-temannya sedang asyik mengobrol.
dengan cepat, dia memasukkannya kembali kedalam tas. Yuri menghela nafas panjang.
seharusnya aku tahu, dia tidak mungkin mau dengan kue murahan ini. Air mata Yuri jatuh.

"Aku pulang," Kirihara melepas sepatunya. Kirihara Izumi, adik perempuan Kirihara berlari
mendekatinya. "nii-chan sudah pulang?" Kirihara mengangguk sambil tersenyum. "ini." Kirihara
menyodorkan tas yang berisikan hadiah-hadiah dari teman-temannya. "Apa ini?" tanya Izumi
polos. "coklat." Izumi tersenyum. dia berlari masuk. "ibu?! Nii-kun, bawa coklat?!" Teriaknya
girang. Kirihara tertawa kecil. dia naik kekamar. Kirihara menutup pintu kamarnya. dia
tersenyum kecil. "se...selamat.. selamat ulang tahun.." Kirihara teringat kata-kata Yuri tadi. "22
desember? saat musim dingin." "...ini biskuit buatanku.." Kirihara teringat kado yang diberikan
Yuri. dia langsung berlari keluar. Izumi makan coklat dengan nikmat didepan TV. "Izumi?"
Izumi menoleh. Kirihara mendekati Izumi. dia membongkar isi tas itu. "nii-kun cari apa?"
"kotak. kotak warna coklat." Jawab Kirihara cemas. Izumi berpikir. "kotak? warna coklat? tidak
ada, nii-kun. hanya coklat." Kirihara terdiam. bagaimana bisa... Batin Kirihara.

Yuri telah siap. semua pakaiannya telah dimasukkan kedalam koper. buku-bukunya sudah
dimasukkan kedalam kardus besar. "Yuri-chan?" Panggil Reika seraya membuka pintu. "kau
sudah siap?" Yuri mengangguk. "eh?" Yuri teringat sesuatu. "ada apa?" Tanya Reika. "oh, ada
sesuatu yang tertinggal." Jawab Yuri. "oh, baiklah. kau panggil aku jika kau sudah siap." Yuri
mengangguk. Reika keluar sambil menutup pintu. Yuri membungkuk. dia segera membuka
kulkas. dia masih menyimpan botol mineral yang diberikan Kirihara saat itu. Airnya juga masih
ada. Yuri tersenyum. Biskuit untuk kado Kirihara juga masih dia simpan dan masih terbungkus
rapi. Yuri segera memasukkannya kedalam koper miliknya. "astaga!" Pekik Yuri. dia membuka
tas sekolahnya. Kemarin, Magumi memberi surat rapat hari ini. Yuri menutup tasnya dan
membawanya kebawah. Reika dan Yoshika sudah menunggunya dibawah. mereka sudah
memasukkan barang-barang mereka kedalam koper. Ting! Yuri keluar dari lift. Yoshika dan
Reika menoleh. "eh? kau sudah selesai? Reika?" Reika menghela nafas. "kenapa harus aku?"
Yuri menggeleng. "tidak." mereka berdua terdiam. "ada apa, Yuri?" tanya Yoshika. "Um.. anu...
hari ini ada rapat orang tua dan itu wajib datang." "oh... ya sudah, Reika, cepat keatas." Perintah
Yoshika. "baik~" Jawab Reika lemas seraya berjalan kearah lift. "apa...yang dilakukan
onee-kun?" Tanya Yuri. Yoshika tersenyum. "tidak apa-apa. oh, nanti kami akan datang." Yuri
tersenyum. "terima kasih." Yuri membungkuk dan langsung pergi. saat Yuri pergi, sebuah sedan
hitam berhenti didepan apartemen. Yuri menoleh. seorang wanita dewasa turun dari mobil itu.
"mereka siapa?" Yuri mengangkat bahu. "mungkin penghuni baru," Yuri pergi. Ting! Reika
muncul dengan barang-barang Reika. "kau tidak kasihan denganku membawa semua ini?" Tanya
Reika mendekati Yoshika. Yoshika menggeleng. Reika cemberut. "apartemen yang bagus."
Gumam seorang wanita. mereka berdua menoleh. glek! "siapa dia?" Bisik Reika. "dia
rentenirnya, Nishio Mari." Bisik Yoshika ketakutan. glek! Reika menelan ludah. Reika
memerhatikan wanita itu. Pakaian malam berwarna merah, dengan lipstik berwarna merah
menyala, dan rambut pirang bergelombang. Reika menahan tawa ketika melihat wajah wanita
itu. Mari tersenyum. dia mendekati Yoshika dan Reika. mereka berdua membungkuk kepadanya.
"kau sudah siap pergi?" Yoshika mengangguk. Mari puas. "eh?" Mari melihat Reika. "mm.. kau..
siapa?" Reika kaget. "Mm... aku..." Reika melirik Yoshika. dia tersenyum. "..istri Yoshika.."
Jawab Reika seraya menggandeng Yoshika. Mari mengernyitkan dahi. "istri? bukankah istrimu
seorang hologram?" tanya Mari kepada Yoshika. "oh.. enggak.." Elak Reika. Mari melihatnya.
"sebenarnya, kami sudah menikah. tapi setelah kami menikah dia malah jatuh cinta dengan
wanita-wanita hologram. Karena aku begitu menyayanginya, aku rela dia poligami." Mari
mengerti. "baiklah, kalian boleh pergi." Yoshika dan Reika bernafas lega. "tapi.." deg! mereka
tegang kembali. "... apa apartemen ini ilegal?" Yoshika menggeleng cepat. "tidak. Apartemen ini
memiliki surat yang sah." Mari mengangguk. "kalian boleh pergi." mereka membungkuk.
Yoshika segera mendorong koper miliknya dan milik Yuri. Raut muka Reika berubah. Dia harus
membawa kardus itu seorang diri. Reika mendengus. dia menarik kardus dan kopernya keluar.

Reika dan Yoshika sampai dirumah barunya dengan mobil baru mereka. "buka pagarnya."
Perintah Yoshika. Reika turun dengan muka kesal. Dia menggeser pagar besi itu. Perlahan
Yoshika memasukkan mobil biru itu. Seorang wanita mengintip dari rumahnya. "apa ada
tetangga baru?" Gumamnya. Yoshika keluar. Reika memandangnya dengan kesal. Yoshika
melihatnya. "kenapa?" Reika menggeleng. "tidak apa." Yoshika mengangguk. "Oh, angkat
barang-barangnya. aku harus memeriksa rumah baruku." Jelas Yoshika seraya meninggalkannya.
Reika cemberut. dia membuka pintu belakang. Yoshika masuk kedalam rumah itu. dia
tersenyum. Reika mendekatinya dengan mendorong koper miliknya, Yoshika, dan Yuri. "Wah...
bersih sekali." Puji Reika. Yoshika tersenyum bangga. Yoshika mengganti sepatunya dengan
sandal rumah. Reika menaruh tiga koper itu disamping tangga. dia mengikuti Yoshika. "apa ini
bekas rumah orang?" tanya Reika yang terus mengamati rumah sederhana itu. "iya. pemilik awal
rumah ini pindah ke Tokyo karena kantornya dipindahkan ke Tokyo." Reika mengangguk. "eh?
aku tinggal diatas ya?" Pinta Reika. "tidak." Tolak Yoshika seraya berbalik. "disini ada 3 kamar.
dilantai dua, ada 2 kamar. dilantai satu, ada 1 kamar. kamar diatas adalah kamar milikku, dan
milik Yuri-chan. kamar dibawah adalah kamar kau." Jelas Yoshika. Reika menghela nafas.
tok-tok-tok. seseorang mengetuk pintu. Yoshika segera membuka pintu. Reika membuka kamar
barunya. "hah?" Reika menganga. hanya sebuah kasur, meja lampu, meja belajar, dan sebuah
lemari besar. Reika cemberut. "pelit sekali wanita itu." Gumam Reika kesal. "Ah... apa kabar?"
Sapa Yoshik seraya membungkuk. wanita itu juga membungkuk. "apa kau yang akan tinggal
disini?" Tanya wanita itu. Yoshika mengangguk. "semoga kita bisa menjadi tetangga yang baik."
wanita itu tersenyum. Reika menghela nafas. dia keluar dari kamarnya. "hey, Yoshika? aku
lapar." Kata Reika seraya menutup pintu. glek! Yoshika kaget mendengar perkataan Reika.
"Reika-chan?" Reika menoleh. "a..pa?" reika kaget. ada seorang wanita dewasa yang
memerhatikannya. "eh..oh.. eh.. apa kabar?" dia membungkuk. Yoshika menunduk. wanita itu
tersenyum. "kebetulan hari ini aku masak banyak makanan, kalian boleh mencicipinya." Reika
tersenyum lebar. "wah, kau baik sekali bibi. terima kasih. ayo, Yoshika." Reika mendekati
wanita itu. "ayo," Wanita itu duluan. "kau memalukan, Reika." Sungut Yoshika kesal. "tidak
dengar... tidak dengar..." Ejek Reika dengan nada. dia keluar. Yoshika mendengus kesal. rumah
wanita itu tepat disamping rumah mereka. "wah..." Reika takjub. rumah itu besarnya sama
dengan rumah mereka tapi rumah itu terlihat bersih dan indah. "ayo, silahkan." wanita itu
membuka pintu rumah. Reika mengikutinya. "kalau setiap pagi, saya memang merasa kesepian.
semua anak-anak saya sekolah, suami kerja." Jelasnya sambil tertawa. Reika ikut tertawa
mendengar suara tawa itu. Yoshika menyusul mereka. "tapi, setelah ada tetangga baru, saya
pikir, tidak akan kesepian lagi." Jelasnya lagi. "ya, kurasa begitu." wanita itu mengeluarkan
sarapan tadi. "makanlah," Reika duduk dimeja makannya. "terima kasih," Yoshika berdiri
didekat Reika. Reika menoleh. "eh? kau sudah datang?" "oh, silahkan. aku senang kalau ada
orang lain yang makan masakanku." yoshika tersenyum. "oh, iya. kita belum kenalan. kenalkan
aku Yoshika Miyafuji." Yoshika membungkuk. wanita itu berpikir. "yoshika? miyafuji? seperti
nama wanita, ya?" Reika menahan tawa. Yoshika menahan kesal. "oh, aku Shounjou Reika. tapi
kau panggil saja Reika." wanita itu tersenyum. "nama saya, Matsuura Aya, tapi panggil saja bibi
Kirihara. Kirihara adalah marga suami saya, Igawa Kirihara." Yoshika duduk disamping Reika.
"oh, ayo, silahkan, dimakan." Reika mengangguk.

Bel makan siang berbunyi. Setelah guru keluar, beberapa murid 3-A mulai menghambur keluar.
Yuri memasukkan buku-bukunya dan mengeluarkan kotak makannya. "hey, Yuurei," panggil
Minami. Yuri menoleh. "ada seseorang yang mencarimu" Tunjuk Minami seraya pergi. "Hmm?"
Yuri menoleh. "heh? Yuri-chan, rambutmu?" Reika kaget. Yuri tersenyum lebar. Reika dan
Yoshika berdiri didepan pintu kelas Yuri. Yuri mendekati mereka sambil membawa bekalnya.
Kirihara melihat mereka. Yuri membungkuk. "onee-chan? paman? kenapa ada disini?" tanya
Yuri kaget. Yoshika tersenyum. "bukankah untuk rapatmu?" Yuri menggeleng. "jam 4 paman."
Yoshika mengerti. "Ah.. tidak apa-apa. kau mau makan siang, kan? ayo," Reika menariknya
pergi. Yoshika mengikuti dari belakang. "eh? Kirihara? kau mau makan tidak?" Kirihara
menoleh. dia mengangguk. Yuri mengajak Reika dan Yoshika ke taman belakang sekolah. "apa
setiap hari kau makan sendiri?" tanya Yoshika sedikit khawatir. Yuri menggeleng sambil
tersenyum. "karena ada paman dan onee-chan. makanya, kita makan disini." Yoshika mengerti.
"heh, Yuri-chan, kau tidak merasa aneh dengan rambut seperti itu?" Yuri menggeleng. "aku
suka," Raut muka Reika berubah. dia merogoh sakunya. "ini." dia memberikan sebuah ikat
rambut. "ikat rambutmu." Yuri mengangguk. dia mengikat poni panjangnya. Reike tersenyum.
"kau jauh lebih baik seperti itu." Yuri tersenyum. "Mm... mungkin ponimu harus kupotong lagi.."
Gumam Reika seraya memegang rambut Yuri. "jangan?!" teriak Yuri. Yoshika dan Reika kaget.
"kau kenapa?" tanya Yoshika heran. Yuri menggeleng. "aku senang seperti ini." Jawab Yuri.
"ah... bagaimana kalau rambutmu kurapikan? kulihat rambutmu semakin aneh." tawar Reika.
Yuri berpikir. selama Reika menjadi "tukang salon" bagi Yuri, seluruh tubuh Yuri menjadi
"hancur". Yuri menggeleng. "aku tidak mau." Reika cemberut. "ah... kau denganku saja." Yuri
dan Reika menoleh kearah Yoshika. "kalian lihat rambutku ini? siapa yang merapikannya?"
Tunjuknya dengan bangga. Yuri tersenyum lebar. "aku mau, paman." Reika cemberut. kriuk!
Tiba-tiba perut Yuri berbunyi. dia tersipu. Yoshika dan Yuri tertawa. "ya sudah, ayo makan."
Perintah Yoshika. Yuri mengangguk. diwaktu yang sama, Kirihara dan teman-temannya masuk
kedalam kelas. Kirihara membuka jendela bagian kanan paling ujung. udara saat ini begitu sejuk.
Kirihara begitu menikmatinya. "hahaha..." tawa Reika begitu keras. Kirihara menoleh. "hm?
Kazekawa?" Gumam Kirihara pelan. Kirihara melihat Yuri begitu bahagia. dia begitu tertawa
lepas dengan kedua temannya. Kirihara tersenyum melihatnya. Arashi masuk kedalam kelas. dia
kaget melihat Kirihara senyum-senyum sendiri. Arashi mendekati jendela untuk melihat apa
yang dilihat Kirihara. "eh?" Dia kaget. Kirihara memerhatikan Yuri tertawa dan Kirihara
tersenyum. Arashi mengepal tangan kanannya.
Bel pulang berbunyi. "berdiri?!" teriak Kirihara. semua berdiri. "membungkuk?!" semua
membungkuk. "selamat siang," Guru itu keluar. semua murid langsung bubar keluar. Reika dan
Yoshika meminta Yuri untuk menunggu mereka sampai selesai. Yuri menghela nafas. dia segera
duduk dibangku koridor. Saat sekolah benar-benar sepi, Yuri berjalan kearah pengumuman
sekolah. Yuri berdiri didepan sebuah poster berwarna biru tua. Yuri menoleh kekanan dan kekiri.
Ya Tuhan, maafkan aku. Batin Yuri berdoa. Yuri melepas poster itu dengan pelan.
"maaf-maaf-maaf.." sambil mengucapkan "maaf" berkali-kali. Setelah poster itu terlepas, Yuri
kembali duduk. dia tersenyum kecil. Itu adalah poster beasiswa kuliah ke luar negeri. tepatnya,
University California. beasiswa ini kadang diberikan ke setiap sekolah secara tiba-tiba.
"ka-ze-ka-wa.." panggil Kirihara dengan nada. deg! Yuri kaget. dia menoleh. "uh.um...
kirihara-kun?" Kirihara tersenyum. Kirihara dari ruang guru, dia harus mengikuti ulangan IPA
dan bahasa inggris lagi. dia duduk disamping Yuri. "apa yang kau lakukan?" Yuri menggeleng.
"tidak ada." kirihara melihat poster yang dipegang Yuri. "poster ini..." Yuri menunduk. "maaf,
aku ingin memilikinya, jadi.." Kirihara tersenyum. "aku juga pernah mengambil satu." Yuri
mendongak. "aku mengambilnya saat pertama kali poster itu ditempel. aku ingin sekali kesana."
Jawab Kirihara sambil tersenyum. Yuri memandangi poster itu. "aku juga," Kirihara
memandangnya. "setelah melihat poster ini, aku merasa...aku sudah memiliki mimpi." Yuri
mulai bercerita. "awal masuk sekolah ini, aku merasa aku sudah mewujudkan mimpiku. tapi,
ternyata belum." Kirihara mulai tersenyum mendengar cerita Yuri. "aku bukan murid pintar
disini. saat masuk SMA ini, aku masuk kelas yang tidak begitu baik. sebuah kelas yang lebih
buruk dari kelas terbawah. rankingku juga tidak begitu bagus. tapi setelah melihat poster ini, aku
merasa, disini, aku mulai membangun mimpiku. aku rela melakukan apapun agar bisa lulus tes
kenaikan tingkat. setiap hari yang kulakukan hanya belajar. Tidak ada hal penting yang
kulakukan." Yuri menghela nafas. "kebaikan dibalas kebaikan. menurutku, hasil belajarku pasti
akan dibalas dengan hasil yang bagus." jelas Yuri seraya mendongak kearah Kirihara. deg! wajah
Kirihara memerah. dia salah tingkah. Yuri melihatnya dengan aneh. "kau kenapa?" tanya Yuri.
Kirihara mengatur nafas. "ti.. tidak apa-apa." Kirihara membuang mukanya. Yuri memerhatikan
poster itu kembali. Kirihara memerhatikan Yuri lagi. "sebenarnya," Yuri menoleh. "kau tinggal
dimana?" tanya Kirihara. "aku tinggal di Sakai." Kirihara kaget. "Sakai? itu jauh sekali." Gumam
Kirihara. "benarkah?" Yuri berpikir. Kirihara tertawa kecil. "kau manis sekali." deg! Jantung
Yuri berdegup kencang. dia menatap Kirihara. Kirihara terdiam. Kirihara merasakan kedua pipi
panasnya. Kirihara membuang pandangannya dari Yuri. jantung Yuri semakin berdegup
kencang. "Yuri-chan?" panggil Reika tiba-tiba. mereka berdua menoleh. Reika dan Yoshika
mendekati mereka. "paman? onee-chan?" Yuri berdiri. "rapatnya sudah selesai?" tanya Yuri.
Yoshika mengangguk. "tentang apa?" tanya Yuri. "tidak ada yang penting." Yoshika merangkul
bahu Yuri. "ya sudah, kita pulang." Yuri mengangguk. "oh," Yuri berbalik kearah Kirihara. "aku
pergi," Yuri sedikit membungkuk. mereka segera pergi. Kirihara tersenyum. "hati-hati," gumam
Kirihara pelan. "Yuri," panggil Yoshika. Yuri menoleh. "sebelum kita ke rumah, kita harus ke
salon dulu." "apa?" Yoshika tersenyum. "ayo," Yoshika mengajak Yuri berjalan kearah sebuah
mobil berwarna biru. "ayo, masuk." Yoshika melepas rangkulannya. Raut muka Yuri berubah.
"hah?" Reika tersenyum. "Yoshika baru saja membeli mobil. dia membelinya karenamu." Jawab
Reika. "hah?" Mata Yuri berkaca. "paman..." yoshika tersenyum. Reika melihat Yuri dengan
datar. "sudahlah, kau tidak usah menangis." Yuri menyeka air matanya. "baik," Yuri segera naik.

setelah mereka ke salon, mereka segera ke rumah baru mereka. Rambut Yuri hanya dirapikan.
ujung rambut Yuri benar-benar rata dibuatnya. mobil biru itu masuk kesebuah rumah. Yoshika
mematikan mesin. "kita sampai." Yuri tersenyum. mereka keluar. Reika membuka pintu.
"selamat datang dirumah baru." Yuri tersenyum lebar. "ayo, masuk. kau harus lihat kedalam."
Reika menarik Yuri masuk. "wah... rumah ini bagus sekali." Puji Yuri senang. "benarkah? aku
senang mendengarnya." Yoshika tersenyum lebar. "oh, kamarmu ada diatas." Jelas Yoshika.
Mata Yuri berkaca. "paman.. onee-chan.." Air mata Yuri jatuh. "terima kasih banyak." Yuri
membungkuk 90 derajat. Yoshika tidak tahan. Dia juga ingin menangis. Reika menatap Yoshika
dengan datar. "Mm.. Yuri-chan," panggil Reika. Yuri menoleh. "kau langsung kekamarmu saja."
Yuri mengangguk. dia membungkuk kembali. Yuri langsung berlari keatas. Yoshika terduduk di
kursi makan. dia menangis. "dasar cengeng," Reika meninggalkannya. Yuri menggeser sebuah
pintu berwarna biru. "aah~" Yuri menganga. kamar barunya berwarna biru. Yuri tersenyum
kecil. "paman baik sekali." Yuri masuk kedalam. semua yang ada dikamar Yuri berwarna biru.
Yuri mendekati kasur besar itu. "kasurnya besar sekali." gumam Yuri. "eh?" Yuri melihat
sepucuk surat didekat sebuah komputer. Yuri mendekatinya. "Yuri-san." Yuri membacanya. "aku
tahu, setelah kau masuk sekolah kau jadi rajin belajar dan memiliki banyak buku. menurutku itu
sangat menyusahkanmu jadi aku membelikanmu sebuah komputer dan beberapa kaset yang
berisikan soal-soal dari 10 tahun yang lalu. kau pasti suka. dan maaf, semua buku soalmu
kuberikan kepada orang-orang yang membutuhkan. Yoshika." Yuri tersenyum kecil. "paman?"
Yuri meletakkan kembali surat itu. dia memperhatikan komputer itu. "astaga," Pekik Yuri.
"bukankah komputer ini mahal?" Yuri tidak enak. dia melihat kebawah meja. tumpukan kaset
pendidikan tersusun rapi. "terima kasih, paman."

Malam harinya, "saatnya makan?!" Teriak Matsuura Aya. "Ibu tidak bisa kalau tidak berteriak?"
Tanya Kirihara seraya menuruni tangga. "Ah... Kirihara-kun, ayo cepat. sayurnya masih hangat."
Kirihara berjalan lemas ke arah meja makan. "oh, ibu, apa rumah disamping ini sudah ada
penghuni baru?" Tanya Ishigami Yuki. Matsuura mengangguk. "iya. kurasa mereka sepasang
suami-istri. suaminya sangat tampan, wajahnya seperti wanita." Izumi tersenyum. "benarkah?
apa dia tampan sekali?" Izumi Yuki adalah seorang pecinta korea selatan. Matsuura
mengangguk. "iya, dia tampan sekali. oh, nanti kita undang mereka makan malam disini, ya?"
"setuju!" Teriak Izumi senang. "mereka darimana, bu?" Tanya Ishigawa. "katanya, mereka dari
Sakai." "uhuk..uhuk.." Tiba-tiba Kirihara tersedak. "eh, kau tak apa?" Kirihara menggeleng. apa
mungkin... Batin Kirihara. "lalu?" tanya Izumi. "apartemen milik mereka diambil oleh rentenir.
jadinya, mereka pindah ke Osaka. kebetulan suaminya mendapat sebuah pekerjaan disebuah
perusahaan games." Jelas Matsuura. sepertinya bukan. Batin Kirihara lagi.

Keesokan harinya, Yuri sampai disekolah dengan peta buatan Yoshika. rumahnya tidak begitu
jauh dari sekolah. "ohayo, Kazekawa." Sapa Kirihara tiba-tiba dari belakang. deg! Yuri berhenti.
Kirihara mendekatinya. Yuri menoleh. "ohayo..." Kirihara tersenyum. "kau potong rambut?"
Setelah ujung-ujung rambutnya diratakan, Reika menyuruh Yuri untuk mengikat kuncir satu
tingkat pada rambut Yuri. Reika tidak suka rambut Yuri menutupi wajahnya Yuri mengangguk
seraya menunduk. "aku suka melihatnya." Yuri mendongak. Kirihara tersipu. "kirihara-kun?"
panggil Arashi. mereka menoleh. Arashi mendekati mereka. "eh, Yuri-chan? kau potong
rambut?". Yuri mengangguk pelan. "cantik." Puji Arashi seraya tersenyum. Yuri menatapnya. dia
tersipu. "oh, Kirihara-kun..." Arashi menarik Kirihara pergi. Yuri menghela nafas. dia mengikuti
mereka dari belakang. mereka cocok sekali Batin Yuri. dia iri melihat Arashi begitu akrab
dengan Kirihara. Yuri menunduk kembali. Sesampai di kelas, Yuri segera ke toilet. saat sarapan
Yuri minum banyak. "kau tadi lihat Yuurei, kah?" Tanya seseorang. Yuri mulai mendengarkan.
salah seorang dari mereka tertawa. "iya. aku jadi ingat Kotobuki Karen, 3 tahun yang lalu." "oh,
yang bunuh diri itu?" glek! Yuri menelan ludah. dia mengangguk. "yang kudengar, dia hamil.
lalu dia bunuh diri di toilet lantai 2." "hiii.. ngeri sekali. oh, jangan-jangan Yuurei itu adalah
arwah penasaran Karen." mereka berdua tertawa. Raut muka Yuri berubah. kenapa bisa
kebetulan seperti itu? Batin Yuri heran Byur! Suara kloset berbunyi. mereka terdiam. salah satu
pintu bilik terbuka, mereka berdua masih terdiam. Yuri keluar. mereka berdua menoleh. Yuri
mencoba tersenyum. "ohayo~" Sapanya. "Kyaaa!!" teriak mereka berdua seraya berlari keluar.
"heh?" Yuri kaget. Yuri tertunduk. dia keluar dari toilet. beberapa orang melihatnya. Yuri
menoleh. "Oh.." Yuri baru mau menyapa, orang-orang itu langsung pergi. Yuri tertunduk
kembali.

Sore harinya, Yuri sedang mengerjakan PR. "Yuri-chan?!" Teriak Reika. "Ya?" Yuri keluar dari
kamarnya. "kau bisa membuat biskuit sebentar?!" Teriak Reika. Yuri mendekatinya. "biskuit?
untuk apa?" Tanya Yuri. Reika tersenyum. tentu saja buat tetangga sebelah kita. mereka harus
mengetahui kelezatan biskuitmu." Jelas Reika. "baiklah. tapi, aku tidak membawa perlengkapan
memasakku. itu semua kutinggalkan." Reika tersenyum lebar. "tenang saja. Yoshika sudah
menyiapkan." Yuri tersenyum kecil. Reika mengeluarkan perlengkapan membuat biskuit. Yuri
tersenyum lebar. "baiklah." dia menggulung kedua lengannya. "tapi, onee-chan bantu, ya?" Reika
mengangguk. "baik. aku juga mau belajar membuat biskuit." Yuri tertawa kecil. Mereka mulai
membuat biskuit berbentuk hati rasa coklat-strawberry. Mereka membuat biskuit-biskuit itu dari
jam setengah 5 hingga jam setengah 7. Reika tersenyum puas melihat biskuit yang masih panas
itu didalam sebuah piring plastik berwarna biru. "biskuit pertama Reika." Gumam Reika. Yuri
tertawa kecil. "ya sudah, kau berikan kepada mereka." Reika memnyodorkannya. Yuri
mengangguk. "baik," Yuri membungkuk. dia pergi. "aku pergi" Kata Yuri sereya keluar dari
rumah. Reika menarik nafas. "hmm... lebih baik Yuri saja yang membersihkannya." Reika
melihat jam dinding. "sudah setengah 7.. Mm... nonton saja." Reika meninggalkan dapur yang
berantakan. Yuri berjalan kerumah itu. Yuri menghela nafas panjang. Yuri mendekati pintu
rumah itu. "permisi, selamat sore." Sapa Yuri. "siapa?" glek! Seorang wanita dewasa
membukakan pintu. Yuri tersenyum manis. "apa kabar, bibi?" Matsuura mengernyitkan dahi.
"siapa..." Yuri tersenyum. "Saya Kazakawa Yuri, tetangga sebelah." Matsuura tersenyum. "oh,
kau anak Yoshika-chan?" "hah?" Yuri kaget. "ada urusan apa kesini?" Tanya Matsuura. "oh..
eh... ini, kami buatkan biskuit coklat." Yuri menyodorkannya. Matsuura melihatnya, dia
tersenyum. "wah... ini pasti enak. masuklah," "oh, tidak usah. saya... saya masih ada urusan."
Tolak Yuri pelan. "begitu?" Yuri mengangguk. Matsuura mengambil piring itu. "baiklah. terima
kasih." Jawab Matsuura. Yuri membungkuk 90 derajat. dia pergi. Matsuura tersenyum. dia
segera menutup pintu dan masuk kedalam. "Izumi-chan?" panggil Matsuura. Izumi mendatangi
ibunya. "ibu punya kue." Izumi tersenyum. "benarkah?" Matsuura mengambil dua mangkok
kecil. dia membagikan biskuit-biskuit itu. "untukmu," Matsuura memberikan salah satu mangkok
kepada Izumi. "makasih ibu," Matsuura tersenyum. Izumi berlari kearah ruang TV. Matsuura
membawa satu mangkok lagi ke kamar Kirihara. "kirihara-kun?" matsuura membuka pintu
kamarnya tiba-tiba. Kirihara kaget. "ibu?" Kirihara kesal. Matsuura tersenyum. "kau kenapa?"
Tanya Matsuura mendekati Kirihara. Kirihara mencuekinya. dia kembali fokus dengan belajar.
Matsuura meletakkan mangkok kecil yang berisikan biskuit. Kirihara tertegun. "ibu membuat
kue?" Matsuura menggeleng sambil tersenyum. "tetangga baru kita yang membuatnya. cobalah,
kurasa enak." Jelas Matsuura seraya meninggalkan Kirihara. Kirihara mengambil satu. dia
mencicipinya. "Hmm..." Kirihara terdiam. dia berpikir. "kenapa rasanya tidak asing, ya?"

Keesokan harinya, Yuri segera masuk kedalam kelas. dia langsung duduk dikursinya. "semalam
Emi menelponku." Kyoko memulai cerita. "katanya, hari ini dia sakit." Jelas Kyoko. "benarkah?
dia sakit apa?" "katanya, dia sakit demam. padahal kemarin tidak hujan." "ah~ jangan-jangan
gara-gara kemarin." "Hmm?" "bukankah kemarin dia duduk dikursi Yuurei? jangan-jangan
karena dia duduk dikursi Yuurei, dia jadi sakit. Yuurei mengutuknya." Yuri mendengus.
wajahnya menjadi datar. bagaimana bisa? Batin Yuri heran. "hah? apa kemarin aku pilek itu
karena duduk disamping Yuurei?" tambah Kyoko. Yuri menghela nafas. sudahlah.. Batin Yuri
heran. "Ah! bisa jadi!" Bruk! Yuri memukul mejanya. kedua anak itu kaget. mereka menoleh.
"ada serangga." mereka berdua pergi. Yuri menghela nafas. Saat pelajaran pertama, Kirihara
membawa sebuah kotak berisikan angka meja. setiap pergantian musim, semua kelas berganti
tempat. Kirihara meletakkan kotak itu dimeja guru. "baiklah. siapapun, segera ambil." Kirihara
segera menggambar denah pergantian tempat. satu persatu maju mengambil nomor. Yuri ikut
mengambil. dia membukanya. 10? Batin Yuri. tiba-tiba Yuri merinding, perasaannya tidak enak.
"Yuri-chan?" Panggil Arashi. "ya?" Yuri menoleh. "kamu nomor berapa?" Tanyanya dengan
wajah imut. "mm.. 10." Tiba-tiba semua murid berbisik. "wah.. dia nomor 10..." Yuri
mendengarnya. "astaga. aku disampingnya. huu~ aku tidak mau." Kata Kyoko. Yuri tertunduk.
apa aku seburuk itu? Batin Yuri. matanya terasa panas. Yuri segera menarik mejanya ke dekat
jendela. dia menyesuaikan denah. Mata Yuri berkaca. semua murid menjauhinya. Yuri mencoba
tegar. dia menurunkan kursinya. "eh? eh? apa yang dilakukannya?" Tanya seseorang. Yuri
menoleh. "ha?" Yuri kaget. Kirihara membawa mejanya kearahnya. dia menunduk.
Kirihara-kun? Batin Yuri. Kirihara menaruh mejanya. Kirihara menoleh kearah Yuri sambil
tersenyum. deg! Jantung Yuri berdegup kencang. "tidak apa, kan aku disini?" Yuri menahan
tangisnya. dia menggeleng pelan. Kirihara tersenyum padanya. "syukurlah." "aku tidak butuh
ini." Chibana membuang kertas itu ke belakang. Yuri menoleh. Chibana membawa mejanya
kedepan meja Yuri. "Kurara-kun?" Chibana menoleh. dia tersenyum. Miyuki menyusul Chibana.
"Ishikawa-kun?" "sebenarnya aku tidak mau disini. aku mau dibelakang, tapi tiba-tiba orang itu
langsung mengambilnya." Miyuki menunjuk kebelakang. Yuri menoleh. Mutsuki menoleh.
"siapa? aku?" Miyuki mencuekinya. "ehem.." Ishigami membawa mejanya kebelakang Kirihara.
Yuri dan Kirihara menoleh. "kau disini?" Tanya Kirihara. Ishigami mengangguk. "mejaku
disini." Jelas Ishigami. Yuri tersenyum kecil. dia kembali duduk menghadap depan. Tiba-tiba air
mata Yuri jatuh. "kau menangis Yuurei?" Tanya Chibana. Yuri menggeleng. Kirihara menoleh.
"tidak... aku..." Chibana menyikut Yuri. "kawat gigimu warna biru, ya?" Yuri terdiam. dia
memerah. "aah~" Yuri mengibas-ngibaskan tangannya. "kau membuatku malu." Chibana dan
Miyuki tertawa. Kirihara tersenyum geli sambil memerhatikan Yuri. Arashi duduk disamping kiri
Kirihara. dia menoleh kearah Kirihara. "Kirihara-nii-kun?" Kirihara dan Yuri menoleh. Arashi
tersenyum padanya. Kirihara membalas senyumannya.

Yuri benar-benar berterima kasih kepada orang-orang yang rela duduk disampingnya. Saat
istirahat pertama, Yuri mendatangi Chibana dan Miyuki. "Um.." mereka berdua menoleh.
"Anu..." Yuri menunduk. "terima kasih," Yuri membungkuk. "aku... senang kalian mau masuk
kelompokku..." Jawab Yuri terbata-bata. Chibana dan Miyuki tersenyum. "sama-sama." Jawab
Chibana. Yuri mengangguk pelan. dia berbalik. "eh? kau mau kemana?" Tanya Miyuki. Chibana
mendekati Yuri. "kau mengobrol dengan kami saja." Yuri berbalik. "kau duduk dikursiku." Yuri
menurut. Chibana mengambil satu kursi untuknya. "sekarang.." Miyuki angkat bicara. "apa kau
merasa kami memiliki tujuan aneh kepadamu?" Tanya Miyuki "tujuan?" Yuri berpikir. "Um...
sebenarnya.." Yuri menunduk. dia memainkan jemarinya. ".. aku kaget, ketika kalian menuliskan
nama kalian dibawah namaku. aku berpikir..." "...kami akan mempermainkanmu?" Sambung
Chibana. "Ah.. iya.. eh? ma..maksudku.." dia tergagap. wajahnya memerah. Chibana dan Miyuki
tertawa. Miyuki bahkan sampai memukul-mukul pundak Yuri. "kau lucu sekali, Yuurei."
mungkin mulai besok namaku harus kuganti Yuurei Batin Yuri heran. Chibana berhenti dia
tertawa. "kau tahu Yuurei, semua itu tidak memiliki pilihan. kelompok Minami? aku benci cewek
genit seperti dia, walau dia memang cantik, tapi aku tetap tidak suka dia. kelompok Hiro? mereka
semua kutu buku. bagaimana dengan kami kalau masuk kedalam kelompok yang begitu sunyi?
kelompok Kyoko? Hmm.." Chibana berpikir. "...sebenarnya kami ingin masuk kedalam
kelompok itu tapi..." "...biasanya kelompok terakhir mendapatkan angka sial." Tambah Miyuki.
Chibana setuju. "karena itu kami memilih kelompokmu karena ada kau yang aneh."Tunjuk
Miyuki. "hm? aku?" Yuri menunjuk dirinya sendiri. "tentu saja. karena kau juga teman kami."
Jawab Miyuki. "teman?" Gumam Yuri pelan. Tiba-tiba mata Yuri berkaca. "eh? kau menangis?"
Tanya Chibana kaget. Yuri menggeleng. dia tersenyum lebar. "wuh? ternyata kau memakai
kawat gigi, ya?" deg! Yuri tertunduk. dia mengibaskan tangan kanannya, "ah.. kalian membuatku
malu..." Chibana dan Miyuki tertawa geli. Yuri ikut tertawa kecil sambil tersipu. Dan saat makan
siang, sebelum Yuri pergi ke taman, Yuri membeli 5 kotak susu cair untuk 5 teman barunya. Yuri
meletakkan susu terakhir dimeja Kirihara. dia tersenyum. "terima kasih," gumamnya. Yuri pergi.
Sesaat setelah Yuri pergi, Miyuki dan Chibana masuk kedalam kelas. "eh? dia kemana?" Tanya
Chibana. Mereka ingin mengajak Yuri ke kantin bersama. "eh?" Miyuki berjalan kearah
mejanya. "siapa yang memberikan ini?" Miyuki mengangkat susu itu. Chibana mendekati
mejanya. dia juga mendapatkannya. "tadi Yuurei yang memberikannya." Kata Hiro tiba-tiba.
mereka berdua menoleh. "Yuurei? memberikan ini?" Hiro mengangguk. "Ah~ dia membuat
dirinya repot sendiri." Chibana khawatir. Miyuki terharu. "dia baik sekali." Chibana menatapnya
heran. "kenapa kau jadi cengeng?" Miyuki jadi nangis. Chibana menghela nafas. "sudahlah. ayo
kita makan." Chibana keluar kelas. Miyuki mengikutinya. dia masih menangis. diwaktu yang
sama, Yuri mendapat tempat yang enak untuk makan siang. Yuri segera membuka bekalnya.
setelah dia masuk kedalam kelas 3-A, dia sudah tidak memiliki teman. Shizuna dan Izuna juga
sudah tidak pernah lagi mengunjunginya. Yuri tersenyum kecil. dia segera makan siang. 15 menit
berlalu, Kirihara dan teman-temannya kembali ke kelas. Kirihara kaget melihat susu cair ada
dimejanya. "wah... kau punya penggemar..." Sikut Ishigami. "heh? ini darimana?" Tanya
Mutsuki. Kirihara menoleh. Mutsuki juga mendapatkannya. Ishigami kembali duduk. dia kaget,
dia juga mendapatkannya. "siapa yang memberikan ini?" Ishigami memegangnya. "sepertinya
Yuurei," Kata Hiro. mereka berdua menoleh. "tadi, kulihat Yuurei yang menaruhnya." Kirihara
memerhatikan susu itu. dia memegang erat kotak susu itu. Tiba-tiba, Kirihara berlari keluar. Dia
mencari Yuri. Kirihara berlari kearah taman belakang. di taman belakang, Yuri mengikat
furosikinya. "Kazekawa?" Panggil Kirihara. Yuri menoleh. deg! Jantung Yuri berdegup kencang.
Yuri segera berdiri. Kirihara tidak bisa menatap mata Yuri. pipinya terasa panas.
"Kirihara-kun?"Gumam Yuri pelan. tiba-tiba angis berhembus sepoi-sepoi. rambut panjang Yuri
tertiup angin. Mereka hanya diam. Kirihara tidak tahu apa yang harus dikatakannya. Yuri terus
menatap Kirihara. wajahnya tersipu. Arashi membuka jendela kelas. dia melihat Kirihara dan
Yuri bersama lagi.

Keesokan harinya, Yuri datang lebih awal. hari ini dia begitu bersemangat. semalam dia
membuat biskuit buat teman-teman barunya. Yuri memegang tasnya erat-erat. "Ohayo,
kazekawa." Sapa Kirihara. Yuri menoleh. deg! Jantungnya kembali berdegup kencang.
"Oh...Ohayo." Balas Yuri tergagap. Kirihara tersenyum padanya. "ohayo, nii-kun." Kirihara
menoleh. Arashi tersenyum padanya. "ohayo," Balas Kirihara seraya tersenyum. Yuri
memerhatikan mereka. "oh, nii-kun, aku membawanya." Kirihara tersenyum lebar. "benarkah?"
Arashi mengeluarkan sebuah CD lagu. Dia memberikannya. "Wah... terima kasih, Arashi-chan."
Yuri tertunduk. kenapa Kirihara bisa memanggil Arashi dengan chan dan panggilannya?
kenapa dia memanggilku dengan nama pertama? Batin Yuri. dia menghela nafas. Arashi melirik
Yuri. "Yuri-chan," Yuri menoleh. "apa kau tahu F.T Island?" Kirihara menatapnya. Yuri berpikir.
F.T Island? apa itu? Batin Yuri. "Mm... iya, bukankah itu..." Yuri melirik CD yang dipegang
Kirihara. Yuri bisa melihat sedikit sebuah gambar gitar listrik dan tulisan korea. "... Mm.. band
korea selatan?" Arashi tersenyum lebar. "Wah, kau tahu, ya? kau suka lagu apa?" glek! Yuri
menyesal berbohong. Arashi dan Kirihara menatapnya. "Mm..." Yuri melirik CD itu lagu. Yuri
tersenyum kecil, dia melihat ada sebuah tulisan. "Mm... watashi wa watashi..." Jawab Yuri
bangga. "kau menyukainya?" tanya Kirihara. deg! jantung Yuri berdegup kencang kembali. Yuri
mengangguk pelan. Arashi cemburu. "Ng.. kau bisa nyanyikan? aku ingin mendengar kau
menyanyi." Yuri kaget. Raut muka Yuri kaget. "Um..." Yuri berpikir lama sekali. Kirihara dan
Arashi menunggu Yuri. "Arashi-chan?" panggil Minami. Arashi dan Yuri menoleh. "ada yang
mencarimu." Jelas Minami. "siapa?" Tanya Arashi seraya berdiri. Minami mengangkat bahunya.
Arashi berjalan kearah pintu. Yuri bernafas lega. "untunglah," Yuri lega. "untunglah? untunglah
kenapa?" tanya Kirihara. Yuri tergagap kembali. Dia benar-benar menyesal telah berbohong.
"untunglah.. Um..." Yuri berpikir kembali. Kirihara memandangnya sambil tersenyum ramah.
"Um..." Yuri menoleh kearah Kirihara. deg! Kirihara terdiam. mereka berdua terdiam. Pipi
Kirihara terasa panas. mereka berdua segera membuang muka. "cieee?!" Teriak murid-murid
diluar. mereka berdua menoleh. "ada apa?" Tanya Yuri pelan. Kirihara berdiri. "kau mau
melihatnya?" tanya Kirihara. Yuri mengangguk. mereka keluar kelas. Diluar, seorang murid
kelas 2 sedang menyatakan perasaannya kepada Arashi. Yuri tiba-tiba merinding melihat mereka.
"Arashi beruntung sekali." Gumam Yuri pelan. Kirihara mendengarnya. "beruntung?" Kirihara
memancingnya. Yuri mengangguk. "seseorang menyatakan perasaannya kepada Arashi. berarti
Arashi populer dan cantik. Hmm... aku iri sekali. aku juga ingin seperti dia." Jawab Yuri cuek.
Kirihara tertawa. deg! Yuri keceplosan. Dia tertunduk. Yuri berjalan pelan kedalam kelas.
Kirihara tersenyum kecil. Yuri kembali ke mejanya. Chibana dan Miyuki mengikutinya. "eh?
Yuurei? kau tidak menonton?" Tanya Chibana. Yuri menggeleng. "Aah~ seperti itu untuk apa
ditonton? aku juga sering ngerasain." Jelas Miyuki cuek. Chibana menatapnya curiga.
"benarkah?" "iya, didalam mimpi." Jawab Miyuki cuek. Yuri tertawa kecil. "diluar itu ada apa?"
Tanya Mutsuki melewati meja Miyuki, Chibana, Yuri, dan Kirihara. "ada pria yang ingin
menjadi kekasih baru Arashi." Jawab Chibana. "bukankah itu romantis?" Tambah Miyuki. "oh,"
Jawab Mutsuki cuek. "hah? oh?" Chibana kesal. "kau tak tahu? hal itu begitu penting bagi
perempuan seperti kita." Jelas Miyuki. Mutsuki mencuekinya. dia kembali membenamkan
kepalanya dibawah kedua tangannya. "Iih! orang itu?!" Miyuki geram. Chibana menghela nafas.
"sudahlah." Kirihara kembali ke mejanya bersama Ishigami. "bagaimana?" Tanya Chibana.
Kirihara mengangkat bahu. "Arashi-chan terus diam." Yuri menghela nafas panjang. dia
membuka tasnya. "Anu..." semua menoleh. Yuri membuka tasnya. "aku..." Yuri mengeluarkan
sebuah kotak. "... membuat biskuit untuk kalian." Chibana tersenyum lebar. "benarkah?" Yuri
membukanya. Miyuki dan Chibana mengambil satu. "berikan aku satu." Pinta Mutsuki. Yuri
menyodorkan kotak itu. Mutsuki mengambil 3. "aku lapar." Miyuki melirik. "bilang saja rakus."
Yuri menyodorkannya kepada Ishigami. "terima kasih," Ishigami tersenyum. Yuri menyodorkan
pelan kepada Kirihara. Kirihara mengambil satu. "Wah... enak sekali." Puji Chibana. Yuri
menoleh. "Ya. bisa kubilang biskuit buatanmu lebih hebat dibanding biskuit buatan ibuku." Yuri
tersenyum. Chibana mengambil lagi. Kirihara mencoba biskuit itu. Kirihara seperti pernah
memakan biskuit. "lain kali kau bawa lagi, ya, Yuurei?" Miyuki nambah. Yuri mengangguk
cepat. Mutsuki berdiri. dia mengambil kotak makanan itu dan membawanya ke mejanya. "hey?
Mutsuki?" Chibana kesal. "kenapa? aku lapar." Mutsuki memakannya kembali. Ishigami
mengambil lagi. Yuri tersenyum kecil.

Sore harinya, Yuri selesai mandi. dia ganti baju dikamar mandi. Setelah itu, Yuri bergegas ke
kamarnya. Yuri menyisir rambut panjangnya didepan cermin. Tiba-tiba Yuri teringat senyuman
Kirihara. deg! Jantung Yuri berdegup kencang kembali. Yuri memegang dadanya. "Ya Tuhan,
kenapa setiap bertemu Kirihara-kun, jantung ini selalu berdegup kencang?" Yuri menghela nafas
panjang. "Yuri-chan?! masih lama?!" Teriak Reika. "sebentar lagi?!" Yuri mempercepat
merapikan rambutnya. dia memakai bando yang pernah diberikan Yoshika setahun yang lalu.
Yuri segera turun. "Wah... kau manis sekali." Puji Yoshika. Yuri tersipu. Hari ini, keluarga Yuki
mengajak Yoshika, Reika, dan Yuri makan malam dirumah mereka. kebetulan besok hari
minggu, Matsuura ingin berkenalan lebih jauh tentang Yoshika, Reika, dan Yuri. Matsuura juga
ingin memperkenalkan Yuri dengan Kirihara. mereka segera kerumah Kirihara. ketika didepan
rumah Kirihara, "kau saja yang mengetuk." Perintah Yoshika. Reika tersenyum kecil. "aku? aku
ini seorang perempuan dan kau laki-laki. seharusnya kau mengalah." Reika tidak mau kalah.
"bukankah kau hanya menumpang?" glek! Reika menelan ludah. dia menyerah. tok-tok-tok..
Reika mengetuk pintu. "tunggu sebentar," Matsuura membukakan pintu. "selamat malam," Sapa
Reika. Mereka bertiga membungkuk. Matsuura tersenyum. dia membungkuk. "kalian datang
juga, ayo, silahkan masuk, semuanya sudah menunggu kalian." Reika mengangguk. mereka
bertiga masuk. "Yuri? kau manis sekali." Puji Matsuura. Yuri tersipu manis. "kau harus bertemu
anak bibi. dia tampan sekali." Yuri tersenyum kecil. mereka berjalan kearah dapur. Matsuura
berjalan lebih dulu dibanding mereka bertiga. "semuanya," Ishigami, Izumi, dan Kirihara
menoleh. "ini dia, tetangga baru kita." Yoshika, Reika, dan Yuri masuk kedalam dapur. "ha?
Kazekawa?" Kirihara kaget. mereka bertiga membungkuk. Yuri berdiri tegap. deg! dia melihat
Kirihara. "Kirihara-kun?" Gumam Yuri pelan. "ayo, silahkan duduk." Reika tersenyum lebar. dia
menarik Yuri duduk disampingnya, didepan Kirihara. Izumi menatap Yuri tajam. Yuri dan
Kirihara saling bertatapan tidak percaya. Matsuura melihat mereka berdua. "kalian tidak makan?"
mereka berdua salah tingkah. mereka segera makan. sesaat kemudian, "wah... makanan bibi enak
sekali." Puji Reika. Matsuura tersenyum bangga. "benarkah? hahaha... jadi malu." Izumi
menunduk. "ibu memalukan sekali." Gumam Izumi pelan. Matsuura mendengarnya. "Oh,
Izumi-kun, Kirihara-kun, kalian tahu, biskuit kemarin, Yuri-san yang membuatnya." Jelas
Matsuura. Izumi melirik Yuri. "kata ibu, yang membuat biskuit kemarin manis, menurutku, tidak,
wajahnya seperti Yuri-onna." Ledek Izumi. Yuri menunduk. Jika bisa, dia ingin membuang
mukanya ke tempat sampah. Reika melirik Izumi. "hey, anak kecil? kau pikir kau imut?" Reika
membalasnya. Izumi kaget. Matsuura dan Ishigami menikmatinya. Yoshika hanya menunduk.
"anak kecil? aku memang anak kecil dan aku memang imut. nii-chan ku saja tampan." Pamer
Izumi. Reika melihat Kirihara. "eh? bukankah kau temannya Yuri?" Kirihara terdiam. Matsuura
menoleh. "benarkah?" Reika mengangguk. Matsuura tersenyum. "Wah... jadi kalian sudah saling
kenal?" Yuri hanya diam. Kirihara mendongak. "Ibu, kita sedang makan." Matsuura mengerti.
"baiklah." Matsuura berpikir. "Oh, Yoshika-san? Apa Yuri anak perempuanmu?" Yuri kaget.
"uhuk..uhuk..." Yuri tersedak. dengan sigap, Kirihara segera memberikan air putihnya kepada
Yuri. Tapi Yuri meminum air putih miliknya. "lho? kenapa?" Kirihara menatap ibunya dengan
kesal. "ibu, kita sedang makan." Ucap Kirihara lagi. Ibunya hanya cengengesan. Kirihara
memerhatikan Yuri. Yuri benar-benar malu.

Setelah makan malam, mereka bertiga diajak mengobrol diruang tengah. Matsuura menyuguhkan
es jeruk, jeruk, dan biskuit buatannya. "ayo, silahkan dimakan." Reika langsung mengambil satu.
Yoshika malas mengurusi Reika. "Ah... Yuri-chan, kau bisa mencicipi biskuit buatan bibi? Bibi
tidak terlalu mahir membuat biskuit." Yuri mengambil satu. dia mencicipinya. Izumi menatapnya
tajam. Kirihara memerhatikannya sambil tersenyum kecil. "Um... manis..." Matsuura tersenyum
bangga. "tapi, menteganya terlalu bibi pakai. terlalu banyak margarin juga tidak baik." Jelas Yuri
malu. "benarkah?" Yuri mengangguk. "sok tahu," Cibir Izumi. Kirihara langsung menjitak kepala
adiknya yang masih berusia 10 tahun. "auw? nii-kun?" Yuri menunduk. "kau bisa diam tidak?"
Izumi cemberut. Matsuura tertawa kecil. "tadi pembicaraan kita belum selesai, kan?" Matsuura
menatap Reika. Reika menatapnya. "hm.. sebenarnya sedikit bingung, Yoshika Miyafuji, adalah
ayah Yuri-chan, lalu kenapa marga Yuri-chan kazekawa?" Yoshika dan Reika kaget. Reika
terpikir sesuatu. Dia tersenyum kecil. "Yoshika-chan memang seperti itu," Reika menggandeng
Yoshika. "Miyafuji adalah marga ibunya. saat itu, dia memang sempat terpisah dengan ayahnya
yang seorang tentara dan... Mm.. sempat menghilang. 20 tahun kemudian, mereka bertiga
bertemu kembali. setahun kemudian, kami bertemu, lalu setahun kemudian kami menikah,
setahun kemudian Yuri-chan lahir." Jelas Reika. dia memang ahli berbohong. Matsuura menepuk
tangan sekali. "kisah yang tragis. oh, Yuri?" Matsuura menatap Yuri. Yuri mendongak. "kau satu
sekolah dengan Kirihara-kun?" Yuri mengangguk. "Umur Yuri sekarang berapa?" "Mm..." Yuri
berpikir. Izumi memutar bola matanya. "apa Yuri-onna tidak bisa menghitung?" glek! Kirihara
mencubit pipi Izumi. "kau bisa diam tidak?" Izumi menatap Kirihara dengan cemberut.
"kenapa?" "Mm... 16 tahun..." Jawab Yuri. "berarti kau kelas 2?" Yuri menggeleng cepat. "saya
kelas 3." Matsuura kaget. "kemarin dia ikut tes kenaikan tingkat." Jelas Kirihara. Matsuura
mengangguk. "Yuri-chan berarti pintar, ya?" Yuri hanya tersipu. "oh... jadi kau sekelas dengan
Kirihara?" Tanya Matsuura lagi. Yuri mengangguk pelan. "wah... kebetulan sekali, ya? satu
sekolah, sekelas, bertetangga, seperti jodoh, ya?" deg! Kirihara dan Yuri tersipu. "hah?!" Izumi
kaget. mereka semua menoleh. "kalau nii-kun dan Yuri-onna menikah, jangan-jangan nanti
anaknya Sadako atau Yuurei?" Buk! Kirihara menjitak kepala Izumi lagi. "nii-kun~" "diamlah!"
Izumi cemberut. "Yuri, kapan ulang tahun?" glek! Yuri menelan ludah. dia lupa tanggal ulang
tahunnya, padahal baru seminggu dia mengatakannya kepada Kirihara. "Um..." Yuri berpikir. "22
desember." Jawab Kirihara cuek. Matsuura dan Yuri menatap Kirihara. Matsuura tersenyum
menggoda. "kau tahu darimana?" Kirihara terdiam. pipinya terasa panas. "sudahlah," Kirihara
berdiri. "aku mau belajar," Kirihara membungkuk. dia pergi. Izumi ikut berdiri. "aku juga,"
Izumi pergi. Matsuura tertawa kecil. "mereka itu memang seperti itu. oh, Yuri-chan, kau lebih
baik ke kamar Kirihara." "hah?" "kami ingin mencoba mengobrol yang lebih jauh. kau pasti
bosan mendengarnya." Yuri terdiam. "tapi..." Reika mencubit pipi Yuri. "auw!" Yuri berdiri.
Matsuura tersenyum. "tidak usah sungkan-sungkan." Yuri membungkuk. sambil menggaruk
lengannya, perlahan Yuri berjalan kearah kamar Kirihara. Kirihara langsung duduk dikursi
belajarnya. "hah~" Kirihara mendesah. Yuri menggeser pelan pintu kamar Kirihara.
"moshimoshi?" Kirihara langsung berdiri. "Kazekawa?" "Mm... maaf, sebenarnya ibumu yang
menyuruhmu kesini.. tapi sepertinya aku menganggumu... maaf," Yuri kembali menggeser pelan.
"eh, tidak... tidak apa-apa." Kirihara membuka lebar pintunya. Yuri masuk kekamar Kirihara
dengan malu. Dia pertama kalinya masuk kekamar pria. "eh?" Yuri berhenti. dia berdiri
menghadap jendela. Kirihara mendekatinya. "ada apa?" Yuri menunjuk sesuatu. "kamar kita
bersebelahan." Kirihara kaget. dia menoleh kearah yang ditunjuk Yuri. "kenapa aku tidak
menyadarinya?" Gumam Kirihara. Yuri mengangguk cepat. "iya, aku ju..." Yuri keceplosan
kembali. Kirihara tertawa kecil. Yuri menunduk malu. Kirihara menggeser kursi belajarnya
menghadap kekasurnya. "kau bisa duduk disini." Yuri menurut. Kirihara duduk didepannya.
"Jadi, kapan kau pindah?" "Hm?" Yuri tidak begitu mengerti. Kirihara tersenyum kecil. "kapan
kau pindah kesini? dari Sakai ke Osaka." Kirihara memperjelas lagi. Yuri mengangguk mengerti.
"Mm... kapan, ya?" Yuri berpikir. ingatannya memang buruk. ".. sekitar.. 3 hari yang lalu..."
Jawab Yuri yakin. Kirihara mengerti. "nii-kun?" panggil Izumi seraya membuka pintu. mereka
berdua menoleh. "aku punya PR. nii-kun, bantu ya?" Izumi mendekatinya. Kirihara mengangguk.
Dia membuka buku adiknya. "Mm...mungkin aku pergi sekarang..." Gumam Yuri. Izumi
mengangguk. "pergilah," Yuri berdiri. Kirihara ikut berdiri. "eh... jangan.." Izumi mengernyitkan
dahi. "tunggu saja sebentar." Yuri menggeleng. "tadi aku belum membersihkan rumah." Yuri
membungkuk. dia pergi. Kirihara menatap adiknya dengan kesal. "kau kerjakan sendiri saja. aku
mau belajar." Izumi menatap kakaknya dengan heran. "dasar pelit!" Izumi keluar.

Dua hari berikutnya, Yuri berdiri didepan cermin. dia sedang menyisir. Bruk! Tiba-tiba
seseorang melempar batu ke jendela Yuri. Yuri kaget. dia menoleh. kacanya baik-baik saja. Yuri
membuka jendela besarnya. dia kaget. diseberang, Kirihara berdiri menghadapnya sambil
memegang sebuah papan tulis yang bertuliskan "Bisa, kau tidak menutup jendela sampai kau
tidur setiap hari?" deg! Jantung Yuri berdegup kencang. "Kirihara?!" Teriak Matsuura tiba-tiba.
Kirihara masuk kedalam rumahnya. "Kirihara-kun?" Gumam Yuri pelan. "Yuri-chan?! kau tidak
sekolah, kah?!" Teriak Reika. Yuri berbalik. "Aah~ iya, sebentar, onee-kun." Sesaat kemudian,
Yuri keluar dari kamar. Reika melihatnya. "eh? kau sudah selesai?" Yuri mengangguk. Dia
segera sarapan bersama Yoshika. Setelah sarapan, Yuri langsung berangkat ke sekolah. "paman,
onee-kun, aku pergi." Gumam Yuri seraya membuka pintu. "hati-hati?!" Teriak Reika. Bruk!
Yoshika memukul meja makan. Reika kaget. "kau tidak capek berteriak terus?" tanya Yoshika
heran. "lebih baik kau segera berangkat daripada menanyakan hal seperti itu." Reika
meninggalkannya ke kamar. Yoshika cemberut. Yuri keluar dari rumahnya. Ketika dia berbelok,
Yuri terdiam. Kirihara berdiri bersandar ditembok dekat rumahnya. Kirihara menoleh. deg!
Jantung Yuri berdegup kencang kembali. Kirihara tersenyum. "mau berangkat sama-sama?"
tawarnya. Yuri mengangguk pelan. Kirihara tersenyum puas. "Kirihara-chan?!" Teriak seseorang
dari belakang. mereka menoleh. Seorang anak perempuan dengan tinggi yang sama seperti Yuri
berlari kearah mereka. Cantik sekali. Batin Yuri. Anak perempuan itu berhenti didepan Kirihara.
"kita berangkat sama-sama, ya?" Anak perempuan itu melirik Yuri. "eh? kau siapa?" Yuri
tersenyum kecil. Dia membungkuk. "Aku Kazekawa Yuri." Yuri memperkenalkan diri. "Oh, aku
Ryoko Hirosue tapi kau panggil saja Ryu. ayo, Kirihara-kun, nanti kita terlambat." Ryu menarik
Kirihara ke depan. Yuri mengikuti mereka dari belakang. Seragam Ryu berbeda dengan seragam
Yuri. Seragam Ryu seperti seragam Sailor Moon. Ryu memang tidak sekolah di Kitahoro high.
Ryu bersekolah disebuah sekolah akting di Osaka. Yuri begitu memerhatikan Ryu dari belakang.
Rambut Ryu seperti rambut laki-laki berwarna coklat tapi itu membuat Ryu semakin terlihat
menarik. dia cantik sekali. Kirihara pasti menyukainya. Batin Yuri. dia menghela nafas panjang.
Aku tidak mungkin bisa disukai Kirihara batin Yuri lagi. Ketika diperempatan mereka berdua
berpisah. Yuri kaget. Kirihara berhenti. Yuri ikut berhenti. Kirihara menoleh ke belakang. "kalau
kau selambat itu, kita bisa terlambat." "ouw.. maaf," Yuri mendekati Kirihara. mereka kembali
jalan. Sesaat mereka terdiam. Yuri ingin sekali bertanya tentang Ryu, tapi mulutnya tidak mau
mengeluarkan suara. "Rumah Ryu ada didepan rumahmu." Kirihara memulai cerita. Yuri
berpikir. didepan rumah... Batin Yuri. "Ryu sekolah di Summer High School, sekolah akting."
Yuri mengangguk. "dia cantik, ya?" Puji Yuri. Kirihara hanya diam. glek! Yuri ikut terdiam.
Sepertinya aku salah ngomong... Batin Yuri. "iya, dia memang cantik." Yuri menoleh. Kirihara
tersenyum kecil sambil mengahadap depan. Wajahnya berseri. Kau pasti menyukainya? Batin
Yuri. dia menghela nafas. "Hey?! Yuurei?!" teriak Miyuki dari belakang. mereka berdua
menoleh. Miyuki berlari kearah mereka berdua. "kau tinggal disini?" "Mm... sebenarnya tinggal
disana.." Yuri menunjuk ke belakang. Miyuki tertawa. "Ah... kau lucu sekali..." Yuri tersenyum
kecil. "eh? kenapa kalian bisa jalan bersama?" "Mm... kami bertetangga.." jawab Kirihara pelan.
"benarkah? kau tinggal dirumah biru itu, Yuurei?" Yuri mengangguk. Miyuki tersenyum. "lain
kali kau ajak aku kerumahmu, ya?" Yuri hanya tersenyum kecil.

Ketika di sekolah, Yuri kehilangan semangat untuk belajar. "iya, dia memang cantik." Yuri
teringat kata-kata Kirihara tadi pagi. Yuri teringat senyuman Kirihara. senyuman untuk Ryu.
Yuri menghela nafas. kenapa banyak anak perempuan yang cantik disekitarnya? Batin Yuri. dia
menjatuhkan kepalanya diatas kedua tangannya diatas meja. Chibana dan Miyuki memperhatikan
Yuri dari belakang. "mereka kenapa?" Tanya Miyuki heran. Kirihara sama seperti Yuri. "mereka
aneh sekali." Gumam Chibana. "semuanya segera kembali ke tempat duduk masing-masing.."
Magumi tiba-tiba masuk kedalam kelas. semua murid kembali ke meja masing-masing. Yuri dan
Kirihara mendongakkan kepala mereka bersama. Magumi berdiri didepan meja miliknya. "setiap
awal musim panas, sekolah kita selalu mengadakan festival olahraga..." Tiba-tiba Yuri merinding
mendengar kata "olahraga". "... dan kelas kita ikut meramaikan festival olahraga nanti..."
Magumi melirik kertas yang dipegangnya. "...ada 6 cabang olahraga yang akan dilombakan,
bisbol, sepak bola, lari marathon, renang, voli, bulu tangkis, dan tennis. Khusus sepak bola, akan
ada sepak bola khusus anak laki-laki, dan sepak bola khusus anak perempuan. Dan, saya juga
sudah memasukkan setiap murid dalam cabang-cabang olahraga. ehem..." Magumi berdehem.
"Renji Miura, Jun Matsumoto, Kunio Ishigami, Kurosaki Ichigo, Naoya Takayama, Nishimura
Kazuto, Okada Misaki, Sato Tomoyuki, Shun Ogiri, Takanori Jinnai, Watanabe Mutsuki, dan
Yuki Kirihara, sepak bola" Beberapa anak laki-laki berseru kegirangan. "Renji Miura, Jun
Matsumoto, Kurosaki Ichigo, Nishimura Kazuto, Ryosei Tayama, Shun Ogiri, Watanabe
Mutsuki, dan Yuki Kirihara, bisbol." Yuri melirik Kirihara. Kirihara hanya diam. "Minami
Kanna dan Yuto Sakamoto lari marathon..." Minami kaget. hah? lari? Batin Minami. "Kitano
Akira dan Sayoko Arashiyama renang..." Arashi mengangguk dengan manis. "Ishikawa Miyuki,
Kawashiwa Urika, Kurokawa Tomoka, Sonoko Suzuki, Amino Erika, dan Minami Kanna, voli."
Miyuki tersenyum kecil. "Kunio Ishigami, Naoya Takayama, Okada Misaki, Sato Tomoyuki,
Takanori Jinnai, dan Yuto Sakamato, voli pria." Magumi membaca. "Ayukawa Taiyou dan
Mizushima Hiro, bulu tangkis..." Magumi membalik kertas itu. "... Kurara Chibana, Sayoko
Arashiyama, Kizaki Emi, Matsushima Nanako, Fukada Kyoko, Kawada Kyoumi, Kazekawa
Yuurei, Sakita Shiori, Aizawa Tuka, Ayukawa Taiyou, Takahashi Nana, dan Yoshizawa
Hitomi, sepak bola.." Chibana menoleh ke Yuri sambil tersenyum. Yuri membalasnya. "...dan
Kazekawa Yuurei serta Ryosei Tayama, tennis.." "apa?" Gumam Yuri pelan. Yuri tidak bisa
bermain tennis dan dia benci permainan tennis. dia teringat saat dia kelas 1, wali kelasnya
mengikutkan Yuri dalam lomba tennis. Shizuna dan Izuna mengajak Yuri latihan tennis disebuah
tennis court. Awalnya Yuri baik-baik saja dalam latihan. Yuri latihan tennis dengan alat
pelempar bola tennis. Saat latihan, Yuri ditemani seseorang yang menjaga pelempar bola tenis itu
agar alat itu berjalan dengan labil. Tapi, ketika penjaga alat pelempar bola tennis itu pergi
sebentar, tiba-tiba alat pelempar bola tennis itu semakin cepat mengeluarkan bola. Yuri tidak bisa
memantulkan semua bola itu. satu buah bola mengenai tangannya. setelah itu, semua bola
"memukul" seluruh tubuh Yuri. Yuri pingsan dan tidak bisa ikut. kelasnya kalah. Yuri segera
angkat tangan. Magumi menoleh. "aku... aku tidak mau mengikuti lomba tennis..." Jelas Yuri
seraya menunduk. Kirihara memerhatikannya. "aku...aku tidak bisa bermain tennis..."
Tambahnya. Magumi mengerti. "apa ada lagi?" Minami angkat tangan. "baiklah, kalau begitu
Kazekawa Yuri, lari marathon dan Minami Kanna, tennis." Jelas Magumi. Yuri mendongak.
Magumi menatapnya. "tidak ada perubahan." Yuri menunduk. dia juga tidak mau lari. "baiklah,
sampai disini dulu, setelah ini kalian pelajaran apa?"

Sepulang sekolah, Yuri berjalan kearah lapangan lari. lapangan lari bersebelahan dengan
lapangan sepak bola dan disebelah lapangan sepak bola, lapangan bisbol. Yuri memerhatikan
lapangan lari itu. Matahari tidak begitu terik. Yuri menghela nafas panjang. "rasanya malas
latihan hari ini. besok saja." Yuri pulang. keesokan harinya, Yuri kembali ke lapangan. Tiba-tiba
dia merasa mules. "mau muntah..." Yuri merasa tidak enak badan. "pulang saja," Yuri pulang.
Keesokan harinya, Yuri keluar dari kamar ganti. dia memakai pakaian olahraga. Hari ini, Yuri
benar-benar latihan lari. Setelah dia memasukkan pakaian sekolahnya kedalam tas, Yuri beranjak
ke ruang guru. dia ingin bertemu Katou Hisataka, guru olahraga. Tapi, Hisataka menolaknya.
"tidak bisa. setelah ini, saya akan pulang. maaf, saya tidak bisa meminjamkannya." Yuri
mengerti. dia membungkuk dan segera pergi. Yuri menghela nafas panjang, yuri mengambil
tasnya. dia berjalan kearah lapangan. suasana lapangan begitu sepi. "sepertinya belum ada yang
latihan." lapangan sepak bola juga sepi. kecuali lapangan bisbol. Yuri tidak begitu
memedulikannya. Yuri meletakkan tasnya dikursi penonton. "baik, Kazekawa Yuri! Semangat!"
Yuri mendengus. dia menyemangati dirinya sendiri. Yuri mulai pemanasan. diwaktu yang sama,
semua murid laki-laki kelas 3-A juga sedang berlatih bisbol. Kirihara sedang pemanasan sendiri.
"hey, Yuki," Panggil Mutsuki. Kirihara menoleh. "ada apa?" Mutsuki menunjuk kelapangan lari.
"apa disana Kazekawa? dia rajin sekali." Kirihara menoleh kearah yang ditunjuk Mutsuki. Yuri
sedang pemanasan. Kirihara tersenyum kecil. "kupikir begitu." "hey? kalian berdua?" panggil
Tayama. Mutsuki menepuk pundak Kirihara. "sebenarnya aku malas latihan, tapi ayo, pria banci
itu akan marah." Kirihara tertawa kecil. "pria banci? siapa? Tayama?" Kirihara melirik Yuri.
"semangat." Gumam Kirihara pelan. Setelah pemanasan, Yuri mengatur nafas sebentar.
Pemanasan membuat dia lelah. Yuri mengambil nafas panjang. "semangat, Yuri!" Sebelum Yuri
benar-benar latihan, Yuri jogging 2 putaran. Awal jogging Yuri begitu bersemangat, tapi ketika
Yuri sedang lari setengah putaran, Yuri mulai lelah. "ayo, Yuri, semangat." Yuri menyemangati
dirinya tapi tetap saja dia kelelahan. Beberapa kali Kirihara memerhatikannya. Walau
jaring-jaring besi dan lapangan sepak bola ada diantara lapangan bisbol dan lapangan lari,
Kirihara tetap bisa memerhatikan Yuri. Setelah dia jogging, Yuri istirahat sebentar, "huft~" Yuri
mengambil nafas panjang. "lelah sekali~" Yuri melihat ke langit. dia memerhatikan matahari
yang ada diatasnya. "silau sekali.." Gumam Yuri. "mungkin sekitar jam 5 sekarang.." Yuri
menerawang. "baiklah," Yuri berdiri. "semangat, Yuri." Yuri menyemangati dirinya sekali lagi.
Akhirnya, Yuri mulai latihan. Hal yang pertama dilakukannya adalah mengikat rambutnya yang
panjang. setelah itu Yuri mulai ancang-ancang. "siap?" Yuri mengancang-ancang sendiri.
"bersedia? mulai!" Yuri mulai berlari. diwaktu yang sama, giliran Tayama yang memukulnya.
"bersiaplah kalian semua!" Ujar Tayama sombong. "dasar pria banci." Gumam Mutsuki. Kirihara
tertawa kecil. "diamlah," Ishigami kesal. dia mulai melempar bola. Tayama menyipitkan
matanya. Ishigami melempar bola. Tayama menangkisnya. Pakk! "Home run?!" Teriak Miura.
Mutsuki dan Ishigami menganga. Kirihara segera mengejar bola itu. bola itu melambung jauh
keluar lapangan. Baru setengah putaran Yuri berlari, dia langsung pergi kesudut. Yuri muntah.
"uh~" Yuri membersihkan mulutnya. tiba-tiba perutnya merasa sakit. Yuri menyeka keringatnya.
"kenapa bisa muntah? dasar bodoh." Umpat Yuri pada dirinya sendiri. Yuri berbalik. deg!
Kirihara berdiri didepannya dengan jarak 5 meter darinya. Kirihara-kun? Batin Yuri dalam hati.
jantung Yuri terus berdegup kencang. "kazekawa?" Yuri salah tingkah. "astaga! sudah jam
berapa ini?" Yuri melihat tangannya seperti melihat jam padahal dia sama sekali tidak memakai
jam. Yuri segera mengambil tasnya. sebelum pergi, Yuri membungkuk kepada Kirihara dan
langsung meninggalkannya. Kirihara tersenyum kecil. Yuri menghela nafas. "hampir saja,"

Keesokan harinya, kelas 3-A pelajaran olahraga. Yuri menguncir rambutnya. Selama pelajaran
olahraga semua murid perempuankelas 3-A akan terus bermain sepak bola sedangkan murid
laki-laki akan berlatih sesuai lomba yang mereka ikutkan kecuali sepak bola. Yuri dan Chibana
berjalan kearah lapangan. Hari ini Yuri membawa minuman. dia merasa bangga. Sayangnya,
Yuri meninggalkannya dikelas. "hey? kalian berdua?" Teriak Nanako. mereka berdua memasuki
lapangan. 7 anak perempuan kelas 3-A berkumpul ditengah lapangan. Nanako mulai mengatur
strategi tapi Arashi dan Yuri mengacuhkannya. mereka asyik memerhatikan Kirihara mengatur
strategi sambil sesekali bercanda dilapangan bisbol. berbeda dengan Nanako yang begitu serius.
"kalian mengerti?" semua mengangguk. Arashi mengangguk sambil terus memerhatikan
Kirihara. Yuri menggeleng. "apa?" Tanya Nanako memandang Yuri. Yuri kaget. dia menoleh.
"maaf. maksudku, aku mengerti sekali." Nanako mengerti. "baik, kita mulai latihan." "ye!!" 12
anak perempuan itu mulai latihan. 9 anak laki-laki itupun juga begitu. Nanako mulai mengoper
ke arah Chibana. "Yuurei?" Panggil Chibana seraya berlari. Yuri mengangguk. Chibana
melambungkan bolanya. Yuri mengambil nafas panjang. bola melambung kearahnya. Yuri
segera mengayungkan kakinya. 6 pasang mata memerhatikannya. "heh?" Yuri berhenti dengan
kaki yang mengayunkan kedepannya. bola itu menggelinding terus kesamping. Yuri salah
perkiraan. semua mata menatapnya dengan heran. "astaga~ yuurei~" Chibana menghela nafas
panjang. Mereka terus latihan. Yuri selalu salah perkiraan. Namun kadang, perkiraan Yuri benar.
Tapi, tetap saja dia salah. 15 menit berlalu, mereka memutuskan untuk istirahat sedangkan
kelompok anak laki-lakinya masih terus bermain. "aku haus. minta minummu, yuurei." Pinta
Chibana. "Um.. oh.. minumku diatas. aku akan mengambilnya." Yuri pergi. Nanako menghela
nafas. dia menopang dagunya diatas kedua lututnya. Yuri segera kedalam kelas. suasana kelas
sepi. Yuri berjalan kearah mejanya. Sebelum pergi, Yuri meletakkan botol minumnya diatas
meja. "hah?" Yuri mengangkat botolnya yang telah kosong. Yuri masih ingat kalau dia, sama
sekali belum meminumnya. Yuri berpikir. "eh?" Yuri yakin Miyuki yang meminumnya. Miyuki
dan yang lainnya berlatih di gedung olahraga. Yuri menghela nafas. dia merogoh sakunya. ada
sekitar 125 yen dikantongnya. dia ingin membeli air putih. Yuri segera keluar sambil membawa
botol minumnya. Ketika Yuri sedang berjalan, "kazekawa?" Panggil Kirihara tiba-tiba dari
belakang. Yuri berhenti. deg! jantung Yuri berdegup kencang. Yuri segera berbalik.
Kirihara-kun? Batin Yuri. Kirihara mendekatinya sambil tersenyum. "kau kenapa? sakit?" Pipi
Yuri serasa panas. "Mm.. anu... tadi aku dari kelas untuk mengambil minum, tapi, minumku
tiba-tiba habis, jadi, aku.." Yuri tergagap. Kirihara menyodorkan minumnya. "ambillah."
deg!deg!deg! Jantung Yuri seraya berpacu. Yuri mengambilnya. "te..terima.. terima kasih..."
Yuri selalu gagap jika didepan Kirihara. Yuri segera duduk dibangku koridor. Kirihara
mengikutinya. secara perlahan, Yuri memasukkan air mineral yang ada dibotol Kirihara kedalam
botol miliknya. Yuri menyisakan setengah air dibotol Kirihara. Yuri menutup kembali botol
Kirihara. "te... terima kasih.." Yuri mengembalikannya. "Sama-sama." Kirihara mengambilnya
sambil tersenyum. "oh.. tunggu.." Yuri merogoh sakunya. dia berpikir. jika setengah berarti...
Batin Yuri. Yuri tersenyum kecil. dia memberikan 50 sen kepada Kirihara. Kirihara bingung.
"Mm.. 13 sennya besok ya? aku... aku tidak punya uang lagi.." Jelas Yuri. Kirihara mengerti. dia
tertawa. "baiklah. aku akan menyimpan ini. kutunggu besok." deg! Jantung yuri berdegup
kencang sekali. "eh? Yuki?" Panggil seseoorang. mereka berdua berdiri. Kirihara tersenyum
lebar. "Ryosuke?" Yamada Ryosuke tersenyum lebar. "lama tidak jumpa. setelah masuk kelas
tinggi, kau jadi sombong." Kirihara tertawa. "benarkah? aku pikir tidak." Yuri merasa dia sudah
selesai. Perlahan, Yuri berbalik. Ryosuke melihat Yuri. "eh? kau siapa?" Yuri terdiam. dia
berbalik. Kirihara terdiam. Yuri membungkuk cepat. "Mm.. aku Kazekawa Yuri.." Ryosuke
tersenyum. "oh.. kau Yuurei, itu, kan?" Yuri mengangguk. "eh.. bukan.. maksudku.." Yuri salah
tingkah. Ryosuke tertawa kecil. "kau tidak terlihat seperti Yuurei. kau manis." deg! Kirihara
menutupi setengah badan Yuri dengan punggungnya. Kirihara mulai mengajak Ryosuke
mengobrol. mereka pergi. Yuri tersenyum kecil. Untuk pertama kalinya, dia dipuji oleh pria
secara terbuka. Yuri kembali ke lapangan sambil berseri.

Bel pulangan berbunyi. semua murid kelas 3-A bubar. "kau hari ini latihan?" Tanya Kirihara
langsung. Kazekawa menoleh. deg! Jantungnya berdegup kencang. "Mm... tidak.. onee.. eh..
maksudku.. ibuku tidak mengijinkannya.." Jawab Yuri gagap. Kirihara tersenyum. "mau pulang
sama-sama?" Tawar Kirihara. Yuri langsung mengangguk. "baguslah. ayo," Yuri mengikuti
Kirihara. Arashi memerhatikan mereka berdua dari belakang. "Arashi-chan?" Panggil seseorang.
Arashi berhenti. dia menghela nafas panjang. seorang anak laki-laki mendekatinya. Arashi
menoleh sambil tersenyum manis. "toma-kun?" Ikuta Toma berdiri disampingnya. Toma adalah
pria yang menyatakan perasaanya kepada Arashi waktu itu dan Arashi mengiyakan. "kau mau
pulang sekarang?" Tanya Toma. Arashi mengangguk. Toma memegang tangan Arashi. "ayo,"
mereka pergi. Beberapa anak menggoda mereka. mereka berdua hanya tersenyum kecil. Toma
dan Arashi pernah sekelas ketika kelas 1, hubungan mereka sangat dekat saat itu tapi hanya
sebatas persahabatan. Perlahan, daun-daun sakura jatuh ketanah. Arashi berhenti. Toma menoleh.
"Ada apa?" Tanya Toma heran. Arashi melepas pegangan Toma. dia tertunduk. "aku ingin
putus." Toma kaget. "Arashi? kau kenapa?" Arashi mendongak. menatap mata Toma. "tidak
apa-apa. Aku hanya ingin kita putus" Toma masih belum mengerti. "bukankah kau bilang kau
menyukaiku?" Arashi tersenyum kecil. "aku tidak pernah menyukaimu dan tidak pernah
mengatakan itu." Tegas Arashi. "Arashi?" "apa? sudah kubilang kita putus. selesai." Arashi pergi.
Toma menggenggam tangan kanan Arashi. "lalu? kenapa kau menerimaku?" Arashi melepaskan
pegangan Toma. dia berbalik. "mau ditaruh dimana mukamu nanti jika kutolak? kalau tidak, kau
akan mengejarku, bukan?" Jelas Arashi sombong. "Arashi?" Arashi tersenyum padanya. "sudah,
kan? bye-bye." Arashi berbalik. "Apa ada yang kau suka?" Arashi menghela nafas. "kalau adapun
itu bukan urusanmu." Jawab Arashi tanpa berbalik. "siapa? siapa dia?" Arashi berbalik. "Kirihara
Yuki. kau tahu?" deg! Toma kaget. "Kirihara?" Arashi mengangguk. "aku menyukainya. sangat
menyukainya. kau sudah mengerti, kan? bye-bye." Arashi benar- benar pergi. Toma hanya diam.

Keesokan harinya, Yuri latihan lari kembali. Yuri mengintip lapangan bisbol. tidak ada orang.
Yuri menghela nafas panjang. Dia sudah membawa 13 sen, tapi tadi dia lupa memberikannya.
"sekarang, kau punya hutang,Yuri." Yuri menghela nafas kembali. dia mulai latihan. Kali ini,
Yuri tidak akan putus asa, dia akan terus berlari hingga dia merasa mau muntah. Tapi, Yuri
memang lemah, baru 2 putaran, Yuri sudah tidak sanggup. dia merangkak pelan menuju kursi
penonton. Yuri mencoba berbaring. "lelah sekali." karena kelelahan, Yuri ketiduran dilapangan
hingga jam setengah 7 sore. "hey?! bangun?!" Teriak seseorang. Yuri langsung terbangun.
Matanya masih merem, Yuri membuka perlahan matanya. Takizawa memandangnya dengan
kesal. Yuri kaget. "sensei?" Yuri langsung berdiri. "maafkan aku," Yuri membungkuk. dia
langsung mengambil tasnya dan lari. Yuri berhenti berlari ketika dia sudah diluar sekolah. "lelah
sekali." Yuri memukul-mukul pahanya dengan pelan. Sesampai dirumah, dengan pelan, Yuri
membuka pagar. Tapi pagar tidak bisa dibuka. "eh? Yuri?" Panggil Matsuura. Yuri langsung
menoleh. "ayah dan ibumu pergi ke pusat." Jelas Matsuura. Yuri menghela nafas panjang. "apa
mereka tidak menitipkan kunci?" Matsuura menggeleng sambil tersenyum. dia menghampiri
Yuri. "untuk sementara, kau dirumah bibi saja. bibi sudah menyiapkan semua. ayo," Yuri kaget.
Matsuura menarik Yuri masuk kedalam rumah. Mereka masuk. "setelah kau mandi, bantu bibi
buat biskuit, ya?" Yuri hanya mengangguk. Matsuura tersenyum puas. mereka berhenti didepan
kamar mandi. Matsuura mengambil tas Yuri. "eh?" Yuri kaget. "kau cepatlah mandi. ini sudah
malam." Yuri mengangguk lemas."pakaiannya sudah ada didalam. selamat mandi." Yuri masuk
kedalam kamar mandi. Matsuura segera menyiapkan makan malam. Izumi dan Kirihara masuk
kedalam dapur. "ibu? kenapa ada 5 mangkok?" Tanya Izumi seraya duduk. Matsuura tersenyum.
"kita kedatangan tamu." Jawab Matsuura singkat. "tamu? siapa?" Tanya Izumi. "Yuri." CRUT!!
Kirihara memuncratkan air putih yang diminumnya. Matsuura dan Izumi menatapnya heran. "kau
kenapa?" Tanya Matsuura. Kirihara meletakkan kembali gelas itu. Izumi menghela nafas. dia
melipat kedua tangannya didada. "tentu saja kaget. Ibu mengundang kembali sesosok hantu
kesini." Matsuura langsung mencubit pipi Izumi. "akh~ ibu, sakit." Matsuura melepaskan
cubitannya. "kau tidak sopan sekali." Izumi cemberut. Kirihara duduk disamping Izumi. "apa
dikamar mandi ada orang?" tanya Ishigawa tiba-tiba. Matsuura menatap suaminya dengan kesal.
"kau sudah pulang? kenapa tidak mengucapkan 'aku pulang'?" Ishigawa mencuekinya. "apa
dikamar mandi ada orang?" Izumi menghela nafas. "Yuri-onna." Jawab Izumi cuek. "Yuri?
kenapa dia mandi disini?" Tanya Ishigawa heran. "kedua orang tua Yuri menitipkan dia sebentar.
mereka pergi ke pusat sebentar." "begitu? baiklah." Ishigawa berbalik. dia pergi ke ruang tengah
untuk membaca koran. krek! Yuri keluar dari kamar mandi. Matsuura tersenyum lebar. dia pergi.
Izumi menghela nafas panjang. "kenapa semua orang dirumah ini berubah?" Gerutunya pelan.
Matsuura mengajak Yuri kedapur. Yuri menggulung rambutnya dan menusukkan sebuah pensil
digulungan rambutnya. "ibu, lapar~" rintih Izumi. "sebentar, ayahmu sedang mandi." Jawab
Matsuura. Yuri duduk didepan Kirihara. kaki Yuri sakit sekali. "kau habis latihan?" Tanya
Kirihara. deg! Jantung Yuri berdegup kencang lagi. "Um..." Yuri mengangguk pelan. "latihan
apa?" Tanya Izumi. "Mm.. lari marathon..." Jawab Yuri pelan. Izumi mengeryitkan dahi. "siapa
yang tanya padamu? latihan apa, nii-kun?" deg! Yuri hanya diam. Kirihara mencuekinya.
"kazekawa, soal... apa.." Kirihara menggaruk keningnya. Yuri menoleh. "tugas kelompok itu
bagaimana?" Tanya Kirihara. "Um... kata Ishikawa-kun, kita mulai mengerjakannya saat awal
musim panas." "begitu?" Kirihara mengerti. "tugas kelompok apa?" Tanya Izumi. Matsuura dan
Ishigami datang. "ibu lama sekali." gerutu Izumi. dia lupa dengan pertanyaannya. Matsuura
tersenyum. "ayo, kita makan."

Usai makan, Yuri membantu Matsuura membersihkan piring. "kau baik sekali, Yuri. setelah ini,
kau bantu bibi membuat biskuit, ya?" Yuri mengangguk. "Izumi tidak mungkin mau membantu
ibunya seperti ini." Matsuura mulai bercerita. Yuri mendengarkan. "mungkin gara-gara sejak
kecil mereka sudah diajarkan untuk belajar keras oleh ayah mereka, sehingga Izumi tidak mau
membantu ibunya bersih-bersih." Yuri memerhatikan Matsuura. Yuri tersadar, Kirihara yang
tampan, Izumi yang cantik, itu semua diturunkan oleh kedua orang tuanya. Yuri menghela nafas.
Setelah membersihkan semua piring, Yuri membantu Matsuura membuat biskuit. "Hmm.. bibi,
jangan terlalu banyak memasukkan mentega." "hah?" Mentega yang ada disendok nasi terjatuh
diadonan. "kau bilang apa tadi?" Tanya Matsuura ulang. Yuri tersenyum. dia menggeleng.
Akhirnya, mereka selesai membuat biskuit. "tidak terlalu buruk," Gumam Matsuura. Yuri
mengangguk. Matsuura meletakkan sebagian biskuit itu kedalam piring. "kau berikan kepada
Kirihara-kun, ya?" "apa?" Matsuura menyodorkannya kepada Yuri. "bukankah kau juga harus
belajar? kau bisa belajar bersama Kirihara-kun." Jelas Matsuura. Yuri mengambilnya. dia
membungkuk dan pergi. Perlahan Yuri menaiki tangga, menuju kamar Kirihara. Yuri mengambil
nafas. dia menggeser pintu kamar Kirihara. Kirihara menoleh. "eh? Kazekawa?" Kirihara berdiri.
"Um..." Yuri mendekati Kirihara. deg! Jantung Yuri berdegup kencang sekali. "aku dan bibi
membuat biskuit ini." Yuri menyodorkannya dengan malu. Kirihara tersenyum. "taruh saja
diambil." Perintah Kirihara. "oh.. baik.." Yuri meletakkannya di ambal. Kirihara membawa
beberapa bukunya keatas ambal. "huh?" Yuri heran. "kalau orang tuamu belum datang, kita
belajar sama-sama saja." Jantung Yuri semakin berdegup kencang. "oh.. sebentar.." Yuri berlari
keluar. Kirihara bingung. Yuri membawa tasnya kedalam kamar Kirihara. "kau mau belajar
apa?" Tanya Kirihara ketika Yuri duduk didepannya. Yuri berpikir. "Mm... matematika?"
Kirihara tersenyum. "baiklah." Kirihara mulai membuka tasnya. Yuri teringat 13 sennya. "Um..
anu.." Kirihara menoleh. Yuri merogoh tasnya. "kemarin, aku belum membayar lunas air
mineralmu." "hah?" Yuri menyerahkan 13 sennya. Kirihara tersenyum kecil. "oh.. yang itu.
baiklah," Kirihara mengambilnya. "kita lunas." Yuri tersenyum kecil. dia merasa pipinya panas
sekali. Mereka mulai belajar. Karena kelelahan, Yuri jadi tidak begitu konsentrasi. "kau
mengerti?" Tanya Kirihara. Yuri menopang dagu. dia mengangguk pelan. Kirihara
melanjutkannya lagi. Perlahan, mata Yuri terasa berat tapi Yuri memaksa matanya agar tetap
terbuka. "sebenarnya, aku sedih ragu kalau kau mengerti caraku yang satu ini. kau punya cara
lain?" Tanya Kirihara. "hah?" Yuri mendongak. "oh.. ada.." Yuri mengambil pensilnya. dia
membaca soal matematika itu dengan pelan. "Mm... kalau aku..." Yuri menulis caranya sendiri
dibuku tulis Kirihara dan mengerjakannya dengan cepat. Kirihara kaget. "kau dapat rumus itu
darimana?" Yuri menggaruk tengkuknya. "Mm... aku hanya coba-coba.. tapi, kau jangan
mencobanya... kemarin aku dapat min 20 karena pakai rumus ini.." Kirihara tertawa kecil. dia
melihat hasil Yuri. hasilnya sama. "hasilnya sama." Yuri mengangguk. "iya, tapi kemarin aku
salah satu dan sensei Takeda tidak suka kalau aku memakai rumusku. jadi dapat min 20."
Kirihara benar-benar tertawa. Yuri hanya menunduk malu. Saat itu, mereka mendapat 5 soal dari
Takeda, guru matematika mereka. Takeda memang membenci murid yang merasa lebih pintar
darinya, jadi, ketika beliau memeriksa tugas Yuri, Takeda langsung mencoret semua cara yang
ditulis Yuri dan mencoret satu jawaban Yuri yang salah. "min 20! selamat!" Yuri sedih
mengingat itu semua. Kirihara tersenyum pada Yuri. "kau lucu sekali." deg! Jantung Yuri
berdegup kencang. "Yuri-chan?" Matsuura menggeser pintu Kirihara. mereka berdua menoleh.
"orang tuamu sudah datang." Jelas Matsuura. "oh... iya.. bibi.." Yuri memasukkan pensilnya
kedalam tas. "Kirihara-kun, terima kasih." Yuri membungkuk sedikit. dia berdiri dan pergi.
Kirihara tersenyum kecil.

Keesokan harinya, Yuri latihan lagi. "Yuurei?!" Teriak Chibana dan Miyuki. Yuri berdiri. dia
habis muntah lagi. "eh? kau muntah?" Tanya Miyuki. Yuri meminum air putihnya. "kau jangan
memaksakan dirimu" Saran Miyuki. Yuri tersenyum. "tidak apa." Mereka berdua mendekatinya.
"lebih baik kau ikut kami saja menonton Kirihara latihan bisbol." Ajak Chibana. Yuri
mengangguk pelan. dia segera mengambil tasnya dan pergi ke lapangan bisbol. Ada beberapa
anak perempuan kelas 3-A yang menonton Kirihara dan teman-temannya latihan. Arashi juga
ada. Chbana dan Miyuki mengajak Yuri duduk disamping Kyoko dan Emi. "hahaha" Emi
tertawa. Miyuki dan Chibana melirik merek berdua sedangkan Yuri, asyik memerhatikan
Kirihara. "huh? itu kan.." Tunjuk Chibana pelan. Miyuki mengangguk. "hey, Emi?" Panggil
Miyuki. Emi dan Kyoko menoleh. "kau memanggil kami?" Tanya Kyoko sombong. "ini alasan
kenapa aku tidak mau berkelompok dengan mereka." Bisik Chibana. Miyuki mengangguk. "itu..
album foto kelas 3 SMP, kan?" Tebak Miyuki. Kyoko mengangguk. "kenapa? kau mau
meminjam?" Miyuki berpikir. Takk! Mutsuki memukul bola "Home run?!" Teriak Yamada. Yuri
menutup telinganya. "suaranya melingking." Gumam Yuri. Emi dan Kyoko menoleh. Miyuki
langsung mengambil kesempatan. "gotcha!" Miyuki mengambilnya. mereka berdua menoleh.
"hey?" Miyuki tersenyum. "pinjam, oke?" Kyoko menghela nafas. "terserahlah." mereka kembali
menonton anak laki-laki yang berlatih bisbol. Miyuki memberikan buku itu ke Chibana.
"Yuurei," Yuri menoleh. "lihat ini," Chibana membuka album kenanangan itu. "album
kenangan?" Tebak Yuri. Chibana mengangguk. "Tanaka Junior High School, sekolah Miyuki
dulu." Yuri mengerti. Chibana membuka selembar demi selembar. "eh?" Chibana berhenti. Yuri
menunjuk sebuah foto. "apa ini..." "Kirihara?" Sambung Chibana. Miyuki mengangguk. Wah...
dia tampan sekali Puji Yuri dalam hati. "Wajahnya ketika masih SMP seperti anak-anak, ya?"
Chibana memerhatikannya. Miyuki mengangguk. Yuri memerhatikan foto-foto disamping
Kirihara. "eh? ini?" Tunjuk Yuri. Chibana dan Miyuki memerhatikannya. Chibana tertawa geli.
"ini.. Ishikawa-kun?" Tanya yuri. Miyuki malu. "dari dulu hingga sekarang kau tidak berubah."
yuri memerhatikannya. "berubah. rambut Ishikawa-kun dikuncir." Bela Yuri. Chibana tertawa
kecil. "sudahlah kalian." Miyuki membuka halaman berikutnya. Yuri memerhatikan setiap foto.
"uh?" Gumam Yuri. Yuri melihat foto anak perempuan yang mirip dengan Ryu. Chibana
membuka selembar lagi. "tunggu." Chibana berhenti. mereka berdua menoleh. Yuri menunjuk
foto anak perempuan yang mirip dengan Ryu. "apa ini... Ryu?" "kau mengenalnya?" Tanya
Miyuki. Yuri mengangguk. "dia murid disini?" Tebak Chibana. Miyuki menggeleng.
"angkatanku yang dulu, hanya dia yang masuk sekolah Summer High, sekolah akting yang
terkenal di Osaka." Yuri memerhatikan foto Ryu. difoto itu, rambut Ryu panjang bergelombang
berwarna coklat. cantik sekali. "dia juga cinta pertama Kirihara." Jelas Miyuki lagi. "begitu?"
Yuri teringat saat Kirihara tersenyum membayangkan Ryu. "Mm.. sampai sekarang?" tanya Yuri
pelan. Miyuki menggeleng. "Hubungan mereka berakhir ketika mereka kelas 2 SMP. Katanya,
mereka sering beda pendapat." Yuri mengerti. Tiba-tiba Mutsuki duduk disamping Yuri. "eh? itu
buku kenangan?" tanya Mutsuki langsung. mereka bertiga menoleh. "eh, Mutsuki-chan?" Miyuki
tersenyum nakal. dia langsung mencari foto Mutsuki. Selain Kirihara, Miyuki satu sekolah
dengan Mutsuki. "hey, Mutsuki, dulu kau tampan sekali, ya?" Ejek Miyuki seraya memerhatikan
sebuah foto. Yuri, Chibana, dan Mutsuki menoleh. Chibana tertawa keras ketika melihat foto
SMP Mutsuki. Sewaktu SMP, rambut Mutsuki gondrong dengan poni panjang. Tapi sekarang,
rambutnya jenis cepak. Yuri tersenyum kecil. "hey?" Wajah Mutsuki memerah. dia langsung
mengambil buku kenangan itu. Miyuki dan Chibana tidak bisa menahan tawa. "eh..eh.. itu
Kirihara..." Tunjuk Kyoko. Yuri menoleh. Sekarang, giliran Kirihara yang memukul. Yuri
tersenyum kecil. "bersiaplah, Kirihara." Gumam Tayama. Kirihara hanya tersenyum. Tayama
segera mengambil ancang-ancang. Kirihara mengambil nafas. Tayama melempar bola itu.
Kirihara mengayunkan tongkatnya. Puff! "Strike one!" Teriak Kazuto. Kirihara menghela nafas.
dia mengulanginya lagi hingga "Strike three!!" Teriak Kazuto untuk ketiga kalinya. Kirihara
menarik nafas panjang. "eh? Kirihara kena strike tiga?" Ulang Kyoko. Kirihara melemparkan
tongkat bisbol itu ketanah. dia berjalan kearah tasnya. Yuri memerhatikannya. Kirihara menghela
nafas kecewa. Kirihara melihat Yuri. dia terdiam. Yuri memerhatikan Kirihara. "Kirihara-kun?"
Batin Yuri. Kirihara membuang mukanya dan pergi. Yuri memperhatikan Kirihara dari belakang.

Dihari minggu, Reika membangunkan Yuri sekitar jam 6 pagi. Yuri terbangun. "Ada apa,
onee-chan?" Tanya Yuri dengan mata masih tertutup. Reika menarik Yuri turun dari kasur.
"bukannya kau mau latihan lari?" Yuri menggaruk kepalanya. dia melirik jam dinding kamarnya.
"Hoam~" Yuri menguap. "onee-chan, ini masih jam 6. aku latihan sekitar jam 7." Jelas Yuri.
"kalau kau latihan jam 7, kau tidak bisa masak. Ayo, kau harus bangun, mandi, dan pakai baju
trainingmu. aku akan mengajarimu lari. ayo, cepat. 15 menit lagi. oke, sayang?" Reika keluar.
Yuri menghela nafas. "30 menit~" Gumam Yuri ngantuk . Sekitar 30 menit, Yuri turun dari
kamarnya. Reika menghela nafas panjang. "kau lama sekali." Gerutu Reika. Mata Yuri masih
susah untuk terbuka lebar. "ayo, hoaam~" Yuri menguap seraya keluar dari rumah. Reika
mengikutinya. "onee-chan? kita latihan dimana?" tanya Yuri. Reika memegang tangan Yuri.
"ikutin saja." Reika menarik tangan Yuri pergi. "latihan dimana?" tanya Yuri. Reika tersenyum
nakal. "kau lihat saja nanti." Yuri menghela nafas. Reika mengajak Yuri ke sebuah halaman
dengan 3 pipa besar yang bertumpuk. didekat pipa bertumpuk itu, ada seekor anjing berwarna
coklat yang sedang tidur. Reika melepas pegangannya. dia mengambil batu. deg! Jantung Yuri
berdegup kencang. "a...apa..apa yang onee-chan ingin.. lakukan?" Tanya Yuri takut. Reika
tersenyum. "setelah anjing itu bangun, kita berdua langsung lari dan loncat kepagar rumah
manapun. kau mengerti?" Yuri menggeleng. "aku takut." Jawab Yuri pelan. "kalau kau takut, kau
akan kalah. kita mulai." Yuri mengambil nafas panjang. Reika melempar batu itu. Anjing itu
terbangun. "Grrr~" Erang anjing itu. "lari?!" Teriak Reika. mereka berdua langsung lari, dimana
anjing itu mengejar mereka. Air mata Yuri keluar. dia takut sekali. Karena takut, lari Yuri jauh
lebih cepat dibanding Reika. Reika kaget. rumah mereka semakin dekat. Yuri ingin segera loncat
ketika rumahnya semakin dekat. Tapi, Yuri tidak bisa mengendalikan kelajuannya. Yuri terus
berlari. Reika loncat melewati pagar rumah. Anjing itu terus mengejar Yuri. Reika menghela
nafas. "semoga sukses, Yuri." Reika mengejarnya dengan berjalan pelan. Yuri terus berlari
hingga dia berbelok dan melihat sebuah rumah. Yuri menurunkan alisnya. Yuri langsung loncat
kepagar besi itu. "guk?! guk?!" Anjing itu melolong. Yuri menghela nafas. dia mundur. Krek!
"grr~" Yuri menoleh ke belakang. dia menginjak ekor anjing. Yuri terlambat untuk lari, kakinya
tergigit. "Hmmph!!" Yuri berteriak sambil menutup mulut.

Akibat itu semua, Yuri harus berjalan pincang. beruntung gigitan anjing itu tidak begitu dalam.
Karena itu juga, Yuri dan Reika dimarahi Yoshika dan pemilik anjing itu. Yuri merasa bersalah
tapi Reika tidak peduli. Keesokan harinya, selama satu minggu, Yuri akan mengikuti ujian
tengah semester. hari pertama, adalah ujian bahasa inggris dan jepang. hari kedua, adalah IPA.
hari ketiga adalah sosiologi. hari keempat adalah teori olahraga dan teori musik. dan hari
terakhir, seni rupa dan seni kaligrafi huruf. Yuri menghela nafas. semalam, dia sudah belajar
hingga jam 1 dan sekarang, yang selalu dilakukan Yuri sebelum ujian adalah berdoa dan berdoa.
"kau mau diantar Yuri?" Tawar Yoshika. Yuri menggeleng. "tidak usah. paman nanti repot."
Yoshika menggeleng. "justru kalau kau jalan kaki, kau malah repot sendiri." sekali lagi Yuri
menggeleng. "tidak usah paman." Reika mengangguk. "ya, jangan dipaksakan, Yoshika."
Sambung Reika. "kau kenapa?" Tanya Yoshika seraya meliriknya. Yuri membungkuk. "aku
pergi." "hati-hati?!" Teriak Yoshika. Yuri segera pergi. Diluar, Kirihara sudah menunggunya.
Yuri keluar. deg! Jantung Yuri berdegup kencang. Kirihara menoleh. dia tersenyum. "bagaimana
kakimu?" Tanya Kirihara. Yuri menoleh kebawah. "Mm... baik.. baik.." Jawab Yuri gagap.
Kirihara tersenyum. "syukurlah. Oh, kau mau ikut?" Tawar Kirihara seraya memukul-mukul
kursi belakang sepedanya. Yuri menggeleng. "tidak usah." Tolak Yuri pelan. "heh, Yuri?"
Tiba-tiba Reika muncul mengagetkan Yuri dan Kirihara. "kau ikut saja. kalau kau tiba-tiba
ketemu anjing kemarin, bagaimana?" Yuri tidak bisa mengingat kejadian kemarin yang begitu
cepat. dia hanya mengingat saat dia lari, loncat kepagar, dan digigit anjing. Yuri menghela nafas.
Yuri membungkuk. dia segera duduk dikursi belakang kursi Kirihara. "hey, Yuki." Kirihara
menoleh. "kalau ketemu anjing itu, tabrak saja." Kirihara tertawa. "roger." Reika tersenyum
lebar. Kirihara mulai mengayuh. "hati-hati." Reika melambaikan tangannya. Yuri hanya
tertunduk. Jantungnya tidak bisa berhenti berdegup kencang. Perlahan, dengan malu-malu, Yuri
memegang seragam Kirihara bagian pinggang. Kirihara menoleh kebawah. Yuri tersenyum kecil.
Kirihara juga tersenyum kecil. "Mm... kau sudah belajar?" Tanya Kirihara pelan. "Um.. oh.."
Yuri melepasnya. "Mm... su..sudah..." Kirihara tersenyum kecil. "baguslah. semangat." Yuri
menunduk malu. dia tersipu.

Sesampai disekolah, mereka berpisah. Tidak tahu kenapa, dia tidak ingin begitu dekat dengan
Yuri disekolah. Yuri mengerti. Sebenarnya, dia tidak mengerti hanya berpura-pura. selama Yuri
berjalan kearah kelas, dia terus berdoa. Ini memang aneh. Batin Yuri monolog. Yuri mulai
kebiasaan berdoa sebelum ujian saat dia kelas 3 SMP. Saat itu ujian matematika. Semalam Yuri
tidak belajar, dia hanya terus berdoa. Hasilnya, Yuri mendapat nilai 7. "lumayan," Gumam Yuri
saat itu. Yuri menghela nafas panjang. dia tertunduk. Yuri berdoa kembali. Yuri menyatukan
kedua tangannya. dia menutup mata. Yuri ingin doanya benar-benar khusyuk. Kirihara berhenti
dipintu. dia menoleh kearah Yuri. Yuri kelewatan. Kirihara hanya memerhatikannya. Yuri
menghela nafas panjang. dia berbelok sedikit. "amin." bruk!! Yuri menabrak pintu. Kirihara
menahan tawa. dia menabrak pintu kelas 3-B. "aduh..." Rintih Yuri sambil mengelus-ngelus
jidatnya. Kirihara menghela nafas. dia ingin menghampiri Yuri, tapi tiba-tiba Ryosuke keluar.
"eh? Yuri?" deg! Yuri mendongak seraya mengelus-ngelus jidatnya. Uh? dia... Yuri berpikir.
Ryosuke menatapnya dengan ramah. "apa yang kau lakukan disini?" Yuri kaget. "Uh?" Ryosuke
menghela nafas. "ini pintu 3-B." Jelas Ryosuke. benarkah? Batin Yuri. Yuri mundur. dia
mendongak keatas. sebuah papan tergantung bertuliskan "3-B" Yuri menghela nafas malu. kau
bikin malu saja. Batin Yuri. Yuri menatap Ryosuke yang tersenyum padanya. "ma...maaf.." Yuri
membungkuk. Ryosuke tersenyum geli. "maaf? kau pikir permohonan maafmu bisa diterima?"
Ryosuke melipat kedua tangannya didepan dada. "kau tahu, kau menabrak pintu kelasku
mengangguku belajar. kenapa? mejaku dekat dengan pintu ini." Jelas Ryosuke. Yuri merasa
bersalah. dia hanya menunduk. "ma...maaf.." Kirihara mengepal tangan kirinya. "hmm.."
Ryosuke berpikir. "nomor ponsel. aku minta nomor ponselmu." "ponsel?" Yuri mendongak. Yuri
menggeleng cepat. "aku.." Yuri tertunduk. dia malu. "aku.. tidak punya ponsel.." Ryosuke kaget.
"benarkah? hmm.. baiklah. nomor telepon rumah?" Yuri mengangguk. dia berpikir. "Um.."
Ryosuke menatapnya sambil tersenyum. kau manis sekali. Batin Ryosuke seraya tersenyum.
"tujuh..tujuh...satu.. Um.." Yuri berpikir. dia tidak begitu hafal nomor telepon rumahnya. "tiga.."
Ryosuke mulai menghafalnya. Kirihara menarik nafas. dia langsung mendekati mereka. "sem..."
Kirihara langsung menarik tangan Yuri ke belakangnya. "woy.. Kirihara?" Ryosuke tersenyum
senang. "bukannya kau punya hutang denganku?" Tanya Kirihara langsung. deg! Jantung Yuri
berdegup kencang. Yuri melihat tangannya yang terus dipegang Kirihara. "hey? Yuurei?"
Mereka bertiga menoleh. Miyuki memanggilnya. Perlahan, Kirihara melepas pegangan. "maaf."
Yuri membungkuk dan langsung pergi. Ryosuke tersenyum kecil. "dia menarik, ya?" Gumam
Ryosuke. Kirihara meliriknya. Yuri menghampiri Miyuki. Miyuki mengajaknya masuk kedalam
kelas. "kau bawa pensil berapa?" tanya Miyuki. "apa?" Miyuki menghela nafas. "aku lupa
membawanya. semalam aku terlalu serius belajar." Jelas Miyuki. Yuri menghela nafas.
"sebenarnya, aku bawa banyak. sekitar, 12." Miyuki tersenyum lebar. "kau memang temanku
yang baik. pinjam 2, oke?" Yuri hanya tersenyum. "temanku yang baik..."

Seminggu telah berlalu, Yuri telah menyelesaikan ujian tengah semesternya dengan perasaan
lega. Hari ini, Yuri segera ke sekolah. Nilai ujian tengah semester sudah ditempel di
pengumuman sekolah. Kemarin, Yuri diajak Reika untuk berlatih bersama anjing lagi, tapi Reika
mencari anjing yang lebih mengerikan. Kaki Yuri sudah sembuh 4 hari yang lalu, karena itu,
Reika mau melakukannya. Awalnya, dia berhasil kabur tapi dia masuk kerumah yang sama.
Bekas gigitan kemarin, tergigit lagi. Yoshika dan pemilik anjing itu benar-benar marah dan kesal
dengan Yuri dan Reika. "Aku pergi," Yuri membuka payung barunya, Hari ini hujan rintik-rintik.
"mungkin aku perlu tongkat." Cibir Yuri. "Wow? kakimu? pincang lagi?" Tanya Ryu tiba-tiba
dari belakang. Yuri berbalik. Ryu-chan? Batin Yuri pelan. Ryu mendekatinya sambil memegang
gagang payungnya. Yuri memerhatikan Ryu dari bawah hingga atas. Kulit Ryu, lekukan tubuh
Ryu, wajah Ryu, begitu sempurna. "kakimu digigit anjing lagi?" deg! Yuri mengangguk pelan.
Ryu tersenyum kecil. "kau tahu, kaki adalah bagian dari tubuh yang harus kau jaga. mengerti?"
Yuri memperhatikan kakinya. Kakinya memang tidak berbentuk seperti Ryu. kakinya juga tidak
semulus dan seputih Ryu. Yuri menghela nafas panjang, dia mengangguk cepat. "Mm.. Ryu, aku
duluan.." Ryu mengangguk. "hati-hati.." Yuri mengangguk. dia pergi. "Kirihara-kun?" Panggil
Ryu. deg! Yuri mengambil nafas. dia tidak akan berbalik. Yuri terus berjalan. "dia juga cinta
pertama Kirihara" Yuri teringat perkataan Miyuki. Yuri tertunduk. Kirihara-kun masih
menyukainya. Batin Yuri pelan. "aduh.." Rintih Yuri tiba-tiba. bekas gigitan itu masih terasa
nyeri. Yuri melihat betis yang digigit anjing hitam itu. "terasa bengkak." Gumam Yuri pelan.
Yuri mempercepat langkahnya. "guk... guk.. guk.." Yuri mendengar suara anak anjing. Yuri
melihat ada sebuah kardus didekat sebuah pohon besar. Yuri mendekatinya. "guk.. guk.."
Didalam kardus itu ada seekor anak anjing. "tolong diadapsi." Baca Yuri. Yuri menatap anjing
itu. Anak anjing itu terlihat tidak begitu menyukainya. "wuh~ kau seperti anjing yang pernah
menggigitku." Yuri jongkok didepannya. Anak anjing itu semakin keras menggonggong. Yuri
mengambil sebuah payung dari tasnya. payung itu, payung yang kemarin rusak secara misterius.
Dan sekarang sudah diperbaiki. Krek! Anjing itu menggigit jari tangan Yuri. "Auw!" Jerit Yuri.
Yuri menatap anjing itu dengan kesal. "kau anjing yang manis. tidak bisakah kau sedikit manis
kepada Yuurei satu ini?" Yuri monolog. Anjing itu terus menggoggong. "kau lapar?" Yuri
membuka bekalnya. "kau tahu, sebenarnya aku tidak begitu suka daging beku." Yuri memberikan
semua daging bekunya. anjing itu langsung memakannya. Yuri tersenyum kecil. Dia segera
menutup kotak makannya dengan furoshiki. "sampai jumpa." Kata Yuri seraya memasukkan
kotak makannya kedalam tas dan berdiri. Yuri mengambil nafas. perlahan, dia berjalan kembali.
Sesampainya disekolah, papan pengumuman kelas 3 sudah dikerumuni murid-murid kelas 3.
"hey? Yuurei?" Teriak Miyuki. Yuri tersenyum. Miyuki dan Chibana mendekatinya. Chibana
melihat kaki Yuri. "kakimu, kenapa lagi?" Tanya Chibana. yuri menunduk. "Mm.. digigit..
lagi..." Jawab Yuri pelan. Miyuki tertawa. Chibana menatap Miyuki tajam. Miyuki menahan
tawanya. "Mm.. maaf.." "oh, Yuurei. selamat." Chibana mengulurkan jabatan tangannya. Yuri
bingung. "nilaimu masuk 10 besar.." Yuri menarik nafas. "benar?" Chibana mengangguk. "ayo,"
Miyuki menariknya masuk kedalam kerumunan orang-orang. Tapi, ketika mereka tahu, itu
Yuurei, satu persatu orang pergi. "lihat!" Miyuki menunjuk nama Yuri. Yuri memperhatikan
baik-baik. Namanya berada diurutan ke-10. Yuri tersenyum kecil. Chibana merangkul Yuri. "kau
hebat sekali. rata-ratamu 95." Puji Chibana. Yuri melihat nama Hiro di nomor 1. "Ini.." Yuri
menunjuk nama Hiro. Miyuki melihatnya. "Oh.." "Hiro memang cerdas. Sebenarnya, Hiro dari
Horikoshi Gakuen tapi karena katanya ayah dan ibunya bangkrut tiba-tiba, akhirnya, Hiro keluar
dari sekolah mewah itu dan pindah ke sekolah ini." Cerita Chibana. Yuri mengangguk. "Mm..
ayah dan ibunya punya perusahaan apa?" Tanya Yuri. "Yang kudengar, orang tuanya memiliki
sebuah perusahaan majalah fashion tapi, setelah Hiro masuk kesekolah itu, perlahan, perusahaan
itu bangkrut." Jelas Chibana. "kau banyak tahu, ya?" Miyuki menatapnya dengan datar. Chibana
tersenyum bangga. "ehem.." Hiro berdehem. deg! Jantung mereka bertiga berdegup kencang.
mereka bertiga menoleh. Hiro memandang mereka dengan tatapan datar. "oh..ohayo.." Sapa
Yuri. "ayo, Yuurei.." Miyuki menarik Yuri pergi. Chibana mengikuti mereka.

Mereka bertiga segera duduk ditempat mereka masih-masing. "dia mengerikan sekali." Gumam
Chibana. Yuri hanya diam. Miyuki melirik Kyoko yang memandang mereka dengan kesal.
"Yuurei, kau hebat sekali bisa mengalahkan anak-anak cerdas dan membanggakan seperti..."
Miyuki melirik Kyoko. Bruk! Kyoko memukul meja seraya berdiri. Miyuki berdiri seraya
tersenyum padanya. "kau kenapa?" Tanya Miyuki heran. "mereka akan kelahi lagi," Bisik
Chibana. glek! Yuri menelan ludah. Kyoko mengibaskan poni mangkoknya. "tidak apa. takut
saja, kau akan dikeluarkan." Kyoko kembali duduk. Miyuki geram. dia menendang mejanya.
"astaga!" Pekik Chibana kaget. Chibana langsung menahan Miyuki. "dasar penjilat!" Teriak
Miyuki kesal. "sudah, Miyuki." Bisik Chibana. "heh!" Kyoko mendengus. "kau tidak usah
menahannya, Chibana-chan.." Ejek Kyoko. Chibana kesal. "hey?! kau?!" Chibana ingin
menghajar Kyoko tapi Miyuki menahannya. Kyoko tertawa kecil. dia melipat kedua tangan
didepan dadanya. Kyoko memerhatikan Yuri. Yuri tertunduk. "Yuurei," Panggil Kyoko. Chibana
dan Miyuki menatap Kyoko dengan tajam. "selamat ya, nilaimu tertinggi nomor 10." "te... terima
kasih.." Balas Yuri pelan. Kyoko tersenyum kecut. "bagaimana bisa kau mendapat nilai setinggi
itu?" Tanya Kyoko. Yuri mendongak. "apa maksudmu, Kyoko?" Pancing Suzuki. dia memang
senang kalau suasana kelas memanas. "kau dari kelas 1-5, kau tidak pintar, bahkan tidak ada
yang bisa kau banggakan. Apa jangan-jangan kau menyontek?" semua kaget. Yuri tertunduk.
"aku..." Kyoko tersenyum manis. "apa kau memakai mata setanmu agar bisa melihat jawaban
orang lain?" Beberapa murid tertawa kecil termasuk Arashi. "aku..." Yuri memegang tepi roknya
dengan kuat. Miyuki melirik Yuri. "hey? Kyoko?" "apa?" Balas Kyoko. "Ah.. bukankah kau
menyontek saat ujian IPA dan bahasa inggris yang pertama? Kirihara juga harus kena akibatnya.
kau ingat?" "aku.." Mata Yuri berkaca. Bruk! kirihara memukul mejanya. semua orang kaget.
Yuri mendongak. Kirihara-kun? Batin Yuri. "kau bisa diam, tidak? kau pikir kau orang paling
cerdas disini? paling sempurna disini? kalau tidak, diamlah!" Kyoko terdiam. "apa yang terjadi
disini?" Tanya Magumi tiba-tiba. semua menoleh dan segera ke tempat masing-masing. Magumi
masuk kedalam kelas. Yuri menunduk kembali. Kirihara memerhatikannya. Mata Yuri berkaca.
dia menyeka matanya. Kirihara tersenyum kecil padanya. Kyoko mengepal kedua tangannya. dia
masih dendam. Arashi memerhatikan Kyoko seraya tersenyum manis.

Sepulang sekolah, Yuri langsung ke lapangan. dia ingin latihan sebentar. Sayangnya, Pagar
lapangan dikunci. Yuri memegang gembok yang terkunci. "akh~ kenapa dikunci?" Tanya Yuri
heran. Yuri terpikir gedung olahraga. Yuri paham kenapa lapangan dikunci. setiap hujan, jalur
lari akan licin dan itu berbahaya. Yuri mempercepat langkahnya ke gedung olahraga. Yuri
hampir sampai ke gedung olahraga. Tiba-tiba pintu olahraga terbuka. Yuri kaget. dia segera
bersembunyi dibalik tembok gedung olahraga. "hanya 5 menit?" Gerutu seorang anak
perempuan. seraya membuka botol minumnya. "aku nyesal ikut voli." Tambahnya lagi seraya
minum. Salah satu dari dua orang itu memerhatikan lapangan lari yang kosong. "sepertinya
Yuurei tidak ada." "hmm?" "biasanya Yuurei latihan lari." Jelasnya. temannya tertawa kecil.
"hari ini hujan. dia tidak mungkin latihan." Anak perempuan itu mengangguk. "latihan pun dia
pasti akan kalah." Tambahnya lagi. temannya tertawa geli. "kau benar. dari kelas 1 dia memang
lemah kalau olahraga." "iya, mungkin karena dia sering terbang, dia jadi lelah untuk lari."
Ejeknya seraya tertawa. "hahaha, kau benar. ah! kudengar kakinya tergigit anjing." "benarkah?"
dia mengangguk. "katanya itu salah satu cara latihannya, dikejar-kejar anjing galak dan loncat ke
pagar." Jelasnya. mereka tertawa. "aneh-aneh saja." dia mengangguk. "menurutku, percuma saja.
dia juga pasti akan kalah." temannya tertawa. "ah? benar-benar." "Hey?! kalian yang ada
diluar?!" Teriak Yamashita dari dalam. "iya, pak?!" Teriak mereka. "huh! dasar guru cerewet!
ayo," mereka masuk. Jantung Yuri masih berdegup kencang. "sepertinya, besok saja." Yuri
pulang. Dia memperlambat jalannya. Siapa tahu, hujan tiba-tiba turun. "mungkin akan
dramatis.." Gumam Yuri monolog. Yuri terus menunduk selama dia berjalan. "hah~" Yuri
menghela nafas seraya mendongak kedepan. deg! Yuri berhenti. dia menghembuskan nafasnya
perlahan. Ryu dan Kirihara sedang bermain dengan seekor anjing coklat yang tadi pagi ditemui
Yuri. Yuri mengambil nafas dalam. ada jalan tembus dibelokan kiri perempatan tadi. Batin Yuri.
Yuri segera berbalik. perlahan, dia jalan dengan pelan dengan menyeret kakinya pelan. Duk!
Yuri tersandung sebuah batu. "auw!" Jerit Yuri pelan. Kirihara dan Ryu menoleh. Yuri menutup
mulutnya. dia kembali berjalan pelan. Ryu memutar bola motanya. "Yuri-chan?!" Teriak Ryu.
Yuri berhenti. dia berbalik. Kirihara memandangnya sambil tersenyum. dia melambaikan tangan.
Yuri membalasnya. Ryu terlihat tidak suka. Yuri mendekati mereka. "kau darimana?" Tanya
Kirihara. "Um.. sekolah.." Jawab Yuri pelan. Kirihara mengangguk. Ryu hanya main dengan
anjing itu. "Ah.. Kazekawa, terima kasih." Yuri heran. Ryu mendongak keatas. "kau tidak mau
jongkok sebentar?" "oh.." Yuri segera jongkok didepan kardus dan Kirihara. "terima kasih untuk
apa?" Tanya Ryu. Kirihara tersenyum. "terima kasih atas payung dan daging bekunya." "Uh?"
Yuri kaget. Kirihara tersenyum padanya. deg! Jantung Yuri berdegup kencang. Ryu mendengus
kesal melihat mereka berdua. Ryu menggendong anjing kecil itu dan menyodorkannya kepada
Yuri. "kau mau gendong?" Tawar Ryu. "Um.." Yuri menyodorkan kedua tangannya. anjing itu
langsung mengerang kepadanya. "Grrr!! guk !! guk !!" Yuri menggeleng. "dia tida menyukaiku,"
Jelas Yuri pelan. Ryu geli. "benarkah?" Ryu tersenyum lebar seraya menatap kedua mata anjing
itu. dia cantik sekali Batin Yuri. Kirihara tertawa kecil. "Hmm... kalau dilihat anjing ini seperti
anjing yang menggigitmu, bukan?" Tanya Ryu. glek! Yuri terdiam. dia mengangguk pelan. Ryu
tersenyum geli. "Yuri-chan?!" Teriak Reika tiba-tiba. mereka semua menoleh. Reika tersenyum
padanya. mereka bertiga berdiri. "bibi?" Sapa Kirihara seraya membungkuk. "wuh.. Yuki," Reika
memukul lengan Kirihara. "kau dilihat tampan juga." Kirihara tersenyum. "bibi bisa saja." Reika
melihat Ryu. Ryu membungkuk. Reika teringat. "oh.. kau anak pria berkacamata didepan itu,
kan?" Tebak Reika. Ryu mengangguk. "itu ayah saya. Saya Ryu." Reika mengerti. "Ah..
Yuri-san, sini dulu." Yuri mengangguk. dia mendekati Reika. Reika menarik Yuri menjauhi
mereka berdua. "mereka kenapa?" Tanya Ryu. Kirihara hanya mengangkat bahu. Kirihara
memerhatikan mimik muka Yuri yang serius. Reika membisikinya. "hah? aku tidak mau." Jawab
Yuri pelan seraya menggelengkan kepalanya. "Ah.. kau harus mau." Yuri menghela nafas. "nanti
paman marah, onee-chan." Tolak Yuri pelan. "dia tidak akan tahu." Yuri menyerah. dia
mengangguk dengan lemas. Reika tersenyum lebar. "jam 10 kau bukakan pintu, okey?" Yuri
mengangguk. Reika memukul-mukul pundak Yuri dengan pelan. "ya sudah. kau cepat pulang."
Yuri mengangguk. dia menoleh kearah mereka berdua dan sedikit membungkuk. Yuri langsung
pergi dengan lemas. Reika melewati mereka dengan senyuman bangga. "dia.. ibunya?" Kirihara
mengangguk. "keluarga yang aneh." Cibir Ryu. "benarkah? bukan unik?" Ryu menoleh kearah
Kirihara yang tersenyum sambil memerhatikan Yuri yang pergi. "kau..."

Malam harinya, Yuri sedang mencuci piring. Yoshika tertidur diruang TV. Yuri menghela nafas.
Yoshika tertidur diruang TV adalah rencana Reika. Malam ini, Reika diundang ke ulang tahun
temannya di Sakai. Karena itu, Reika menyuruh Yuri untuk menyelimuti sebuah guling yang
dihiasi dengan rambut palsu koleksi Reika dikamarnya dengan beberapa tumpukan bir milik
Reika juga. Saat Yoshika pulang, Yuri segera menyiapkan makan malam khusus Yoshika yang
sudah dicampur dengan obat tidur milik Reika lagi. "onee-chan, kenapa punya barang seperti
ini?" Gumam Yuri saat itu. Setelah itu, satu jam setelah Yoshika makan, dia langsung tertidur
pulas. "onee-chan ada-ada saja." Gumam Yuri. dia sudah selesai mencuci piring. Dia berlari
kearah lemari dan mengambil selimut untuk Yoshika. Yuri menyelimuti Yoshika. dia melirik
jam. "jam 9?" Yuri menelan ludah sedikit. dia bergegas ke kamar. Yuri membuka pintu
kamarnya dengan pelan, dia melirik kamar Kirihara diseberang. Kirihara sedang belajar. "dia giat
sekali." Yuri monolog lagi. dia segera mengambil tasnya ke meja belajar. Yuri duduk dikursi
belajarnya. Kirihara meliriknya. Yuri mengeluarkan buku biologi. dia mulai membacanya dengan
serius. Kirihara memperhatikannya. Walau serius, Yuri kurang konsentrasi dalam membaca. Yuri
melirik jam wekernya. Masih jam 9 lewat lima belas menit. Mata Yuri mulai berat. dia tertidur.
"eh? tertidur?" Gumam Kirihara geli. Kirihara kembali belajar. Sekitar pukul 11, Reika mengetuk
pintu rumah. "Yuri-chan?!" Teriaknya. Kirihara masih belajar, suara Reika benar-benar
mengganggunya. dia menoleh kearah Yuri. "Yuri-chan?!" Teriak Reika lagi seraya
menggedor-gedor pintu. "Woy?! Berisik?!" Teriak beberapa tetangga. Yuri mendongak dengan
cepat hingga kursinya miring ke belakang. "aah!" Bruk! Kirihara kaget. Yuri terjatuh. Yuri
segera bangkit. Kirihara tersenyum geli. "iya?!" Jawab yuri. Matanya menyipit. Dia berjalan
kearah pintu. Bruk! Dia menabrak pintu lagi. "aduh.." Yuri memegang jidatnya. Kirihara merasa
terhibur. "hey, yuri-chan?! buka pintunya?!" Teriak Reika lagi. Ryu mengintip Reika dari
rumahnya. Yuri segera membukakan pintu. Reika mabuk. "Ah.. kau lama sekali.." Ungkap Reika
seraya masuk. Yuri segera menutup pintu. "Yoshika mana?" Yuri segera ke tangga. "Mm..
tidur.." Yuri langsung naik keatas. Reika mengangguk. dia masuk kedalam kamarnya. Yuri sudah
mengantuk sekali. dia langsung tidur dilantai.

Keesokan harinya, Yuri mengantuk disekolah. Semalam dia tidur dilantai dan dia merasa tidak
nyenyak. Selama pelajaran dia tidak bisa berkonsentrasi. Matanya serasa tdak bisa dibuka.
Kantung matanya terlihat. Kirihara memerhatikan Yuri. Yuri membuka kotak pensilnya. dia
mengambil penghapus dan pensilnya. dia segera menancapkan pensilnya ke penghapus. Yuri
sudah sering melakukan ini saat dia SD. Yuri menahan kepalanya diujung pensil. dia mulai
menutup mata. Kirihara tersenyum kecil. Kebiasaan ini dimulai ketika dia duduk dikelas 6.
Karena ingin mendapat beasiswa di Sakai, Yuri rela belajar siang-malam hingga dia selalu
mengantuk dikelas. 15 menit berlalu, bel istirahat berbunyi. Semua berdiri dan membungkuk
kepada guru kecuali Yuri. Miyuki melihat Yuri. "eh? dia tidur?" Tunjuk Miyuki. Kirihara dan
Ishigami pergi. Chibana menoleh. "aku baru melihat dia tidur." Miyuki tersenyum nakal. "sst.."
Miyuki mendekati Yuri. perlahan Miyuki memegang pensil Yuri. "hap!" Miyuki mengambil
paksa pensil Yuri. Bruk! Kepala Yuri terjatuh kemeja. "aduh~" Ringis Yuri seraya mendongak.
Chibana dan Miyuki tertawa. Yuri menatap mereka dengan kesal. Chibana melihat Yuri.
"matamu mana?" Ejek Chibana. Kalau mengantuk, Mata Yuri memang menyipit. Ryosuke lewat
kelas Yuri. dia berhenti didekat pintu belakang kelas 3-1. dia memerhatikan Yuri sambil
bersandar dijendela. "hah?" Yuri kurang mendengar ejekan Chibana. "apa hari ini ulangan?"
tanya Miyuki. Yuri menggeleng. "semalam, aku tidak tidur nyenyak." Jawab Yuri polos. "kau
tidur dimana?" Tanya Chibana. "Mm.. tidur dilantai.." Miyuki dan Chibana membayangkannya.
Kirihara mendekati Ryosuke. "apa yang kau lakukan?" Tanya Kirihara langsung. Ryosuke
tersenyum. "tidak apa." Jawabnya tanpa menoleh. Kirihara menoleh kearah yang dilihat
Ryosuke. deg! Kirihara terdiam. Chibana dan Miyuki langsung tertawa sampa air mata keluar.
Yuri sudah merasakan kalau mereka membayangkan yang tidak-tidak. Kirihara bersandar
disamping Ryosuke. "kau menyukainya?" Tanya Kirihara. Ryosuke tersenyum kecil. "kurasa
begitu." Minami, Arashi, Erika, dan Suzuki melewati mereka. "nii-kun?" Sapa Arashi manis.
Kirihara tersenyum. mereka berempat masuk kedalam kelas. "dia cantik, ya?" Puji Kirihara.
"siapa?" Tanya Ryosuke. "Arashi." Ryosuke tersenyum. "begitu? dia memang mantan kekasihku
yang paling cantik." Kirihara menatap sahabatnya. "kau pernah berpacaran dengannya?"
Ryosuke mengangguk. "kau memang playboy sejati." Ejek Kirihara seraya bercanda. Ryosuke
hanya tertawa kecil "haha.." Chibana menahan tawanya. "lebih baik kau cuci muka. setelah ini
pelajaran sensei. kau bisa dikeluarkan nanti." Yuri mengangguk. dia berdiri. Yuri segera berjalan
kearah pintu. Ryosuke menatapnya dengan heran. "hey, Yuurei, hati-hati pintu." Kata Chibana.
Yuri berhenti. dia membuka sedikit lebar matanya. didepan ada pintu. Minami
memperhatikannya dengan geli. "orang aneh." Cibirnya. Arashi hanya tersenyum. Yuri menghela
nafas. dia segera keluar melewati Kirihara dan Ryosuke. "andai aku tidak memberitahunya.."
Pancing Miyuki. mereka berdua tertawa kembali. Yuri berjalan kearah toilet. beberapa orang
menghindarinya. Yuri segera mencuci mukanya. Tapi tidak efeknya. Yuri masih mengantuk.
"Ah~ kepalaku sakit." Yuri memegang kepalanya dengan menunduk seraya keluar. Yuri
menghela nafas. dia mendongak. deg! Yuri berhenti. matanya terbuka dengan lebar. Kirihara
berdiri didepan kelas sambil mengobrol dengan Ryosuke. Yuri berbalik. dia membersihkan
wajahnya dari air yang masih menempel diwajahnya. Yuri menghela nafas panjang. Jantung Yuri
belum bisa berdetak dengan normal. Yuri tidak mengantuk lagi. Ryosuke melihat Yuri. Yuri
berbalik. Ryosuke tersenyum padanya sambil melambaikan tangan. deg! Yuri tersipu. dia
melambaikan tangan. Kirihara menoleh. deg! Jantung Yuri berdegup kencang. Kirihara
tersenyum padanya. Yuri menunduk. dia segera masuk kedalam kelas. "eh, tunggu." Yuri
berhenti. dia berbalik. Miyuki dan Chibana melihat Yuri. "Wuuh~ Yuurei mengobrol dengan 2
pria tampan angkatan kita?" Goda Miyuki. Miyuki senang melihat Minami, Kyoko, dan
murid-murid kelas 3-A yang merasa sempurna iri. "siapa?" Minami menoleh. "Kirihara dan
Ryosuke." Jawab Chibana cuek. Ryosuke merogoh sakunya. dia memberikan sebuah permen.
"untukmu." Yuri kaget. "aku?" Ryosuke mengangguk sambil tersenyum. "dia tampan sekali."
Puji Chibana. Miyuki melirik sahabatnya. Yuri bingung. "biasanya kalau aku ngantuk, aku
makan permen." Yuri segera mengambilnya tapi dia teringat sesuatu. Yuri menggeleng. "terima
kasih." Ryosuke menatapnya dengan heran. Yuri alergi permen. Memang aneh, tapi jika dia
makan permen, pigmen-pigmen kulitnya akan mati untuk beberapa saat. Kulitnya akan berwarna
putih, seputih kain. badannya juga akan kaku. Yuri merasakannya saat dia kelas 1 dan kelas 4
SD, sejak saat itu, Yuri tidak mau. dia tidak ingin memalukan dirinya sendiri, apalagi kalau
Kirihara melihatnya. "kenapa?" Tanya Ryosuke. Yuri malu. "Mm.. aku..." Yuri tertunduk.
Kirihara memerhatikannya. "kau alergi dengan permen?" deg! Jantung Yuri berdegup kencang.
Yuri mengangguk pelan. Ryosuke kecewa. "begitu? sayang sekali." Kirihara tersenyum kecil.
"maafkan aku." Ryosuke tersenyum "tidak apa." Yuri sedikit membungkuk. dia melirik Kirihara.
Yuri memerah. dia segera masuk kedalam kelas. Ryosuke menghela nafas.

Sepulang sekolah Yuri dan yang lain latihan sepak bola. "kau harus lebih fokus, Yuurei." Ucap
Chibana. Yuri mengangguk. "kalau kau salah sekali lagi, kau tidak tahu Nanako jika marah
seperti apa. mengerti?" Yuri merinding. dia mengangguk cepat. "Oh, saat dilapangan, yang kau
dengar hanya aku. ayo," Mereka segera ke lapangan. Nanako menjadi kapten. dia membagi 2
kelompok. kelompok 1, Arashi, Nanako, Kyoko, Kyoumi, Emi, dan Shiori sedangkan kelompok
2, Chibana, Yuri, Tuka, Taiyou, Nana, dan Hitomi. Kelompok 1 dan kelompok 2 dibedakan
dengan aksesoris yang mereka pakai. kelompok 1 menggunakan bando sedangkan kelompok 2
apa adanya. Kelompok 2 berkumpul. Taiyou menjadi kapten. Chibana dan Yuri menjadi
penyerang. Nana dan Tuka menjadi back dan Hitomi menjadi kiper. "kalian mengerti?" Tanya
Taiyou. Mereka berlima mengangguk. "baik." Taiyou mengulurkan tangannya. satu persatu
mengulurkan tangannya. Yuri takut. Taiyou menatapnya. "kau kenapa? ayo," Taiyou tersenyum
padanya. Ayukawa-kun? Batin Yuri. Nana mengambil tangan kanan Yuri dan menumpuknya
diatas tangannya. Yuri menatap Nana yang tersenyum padanya. Yuri mengangguk. "Semangat!"
teriak mereka seraya mengangkat tangan mereka. mereka tertawa. Kyoko melihat mereka.
"kenapa mereka?" Tanya Emi. Kyoko mengangkat bahu. Latihan mereka diatur oleh seorang
wasit. Hiro yang menjadi wasitnya. "eh? Hiro jadi wasit?" Chibana kaget. "apa dia tidak ada
kerjaan?" Tambah Nana. "Aku dengar, Hiro suka dengan Arashi." lima pasang mata langsung
menatap Hitomi. Hitomi mengangguk. "Hiro pernah menyatakan perasaannya kepada Arashi
lewat email. Sampai sekarang, Arashi belum membalasnya." "Benarkah? Ah~ aku iri." Nana
cemberut. Yuri memerhatikan Arashi. "selain itu, hampir teman laki-laki dikelas kita
menyukainya. Bahkan, saat kelas 1, semua murid laki-laki angkatannya menyukai dia." Tambah
Hitomi dengan wajah datar. Chibana menatap Hitomi dengan heran. "kau kenapa?" Tanya
Chibana. Hitomi tersenyum lebar. "bagaimana raut mukaku? hebat, kan? setelah lulus dari
sekolah ini aku akan kuliah di sebuah sekolah akting internasional di amerika." Jelasnya dengan
bangga. Chibana menghela nafas. "kau satu angkatan dengan Arashi?" Hitomi mengangguk.
"dikelas 1-1, dia sangat populer. Bahkan apapun yang dilakukannya dikelas, semua murid
laki-laki meresponnya." Jelas Hitomi. Yuri menghela nafas. berarti Kirihara-kun juga
menyukainya? Batin Yuri sedih. Prit!! Hiro meniup pluit. Mereka semua segera ke posisi
masing-masing. Taiyou berdiri didepan Nanako. Hiro berdiri diantara mereka. "siap?" mereka
berdua mengangguk. Prit!! Latihan dimulai. Saat ini, bola dikuasai kelompok Nanako tapi
dengan cepat Chibana langsung mengambilnya. Yuri mengikutinya dengan jarak 2 meter
disamping. "Yuurei?!" Teriak Chibana seraya menendang. Yuri mengangguk. Bola itu
melambung ke arah Yuri. Yuri menarik nafas. Bola itu berhenti tepat didepannya. Yuri
tersenyum. dia langsung menendangnya kearah gawang. Emi, Kyoko, dan Shiori mulai
mendekatinya. Yuri melihat ke sekelilingnya. Chibana tidak ada. Yuri mengambil nafas panjang.
dia langsung menendang kearah gawang dengan kuat. Bola itu ditendang. Lambungannya tidak
begitu tinggi. hap! "eh?" Yuri terdiam. Bola itu ditangkap Kyoumi dengan mudah. Kyoko
tertawa kecil. "dasar bodoh." Chibana menghela nafas. Permainan dimulai kembali. Sekitar pukul
6, Hiro meniup pluitnya. Kelompok 1 menang dengan 5-2. Taiyou, Tuka, Nana, Hitomi, dan
Chibana menghela nafas kesal. "dasar wasit curang!" Sungut Taiyou kesal. Yuri hanya diam.
Saat pertandingan, apapun yang dilakukan kelompok 2, dimata Hiro "kartu kuning". Nana
berdiri. "wasit mata keranjang! aku mau pulang." Nana mengambil tasnya dengan kesal. Hitomi
berdiri. "kami duluan." Ungkap Hitomi seraya tersenyum. Chibana menatapnya dengan heran.
"akting yang bagus , Hitomi." Hitomi girang. "benarkah?" Chibana mengangguk. "bagaimana
kalau kau akting menjambak rambut Kyoko? kau pasti akan dapat nobel." Hitomi menggeleng.
"Arashi saja. sampai ketemu besok." Mereka berdua pergi. Taiyou melihat jam. "ayahku sudah
nunggu diluar. aku duluan, ya?" Taiyou menyusul mereka. Taku berdiri. "Chibana-kun, pulang
sama-sama, ya?" Chibana mengangguk. "Ah.. kau mau ikut, Yuurei?" Yuri mengangguk. mereka
pergi. Mereka bersama hanya sampai di gerbang sekolah. Jalan kerumah Yuri belok kekanan
sedangkan Taku dan Chibana belok kekiri. "bye-bye, Yuurei." Teriak Chibana. Yuri
melambaikan tangan. dia segera pergi. Yuri menghela nafas seraya membuka ikat rambutnya.
"lelah sekali~" Yuri menguncir samping rambutnya dan menggerainya didepan pundak
kanannya. Bekas gigitan anjing itu juga masih terasa nyeri. Yuri mendongak ke atas. Dia teringat
wajah Arashi. "Arashi-chan, kau cantik sekali. kau tahu, aku iri." Yuri monolog. "kalau semua
anak laki-laki menyukaimu, Kirihara-kun juga. kau beruntung sekali." Yuri mendongak ke
bawah. Yuri menarik nafas panjang. dia mempercepat langkahnya. "hey, hey, oper, oper." Yuri
mendengar suara orang bermain bola. Yuri memperhatikan baik-baik. glek! Yuri berhenti.
Orang-orang yang sedang bermain bola adalah teman-teman laki-laki kelas Yuri. deg! Jantung
yuri berdegup kencang ketika melihat Kirihara sedang menendang bola. "Ya Tuhan," Yuri
memegang dadanya. "kenapa setiap melihat Kirihara-kun jantung ini berdegup kencang?"
Kirihara dan teman-teman latihan dipinggir sungai. Kebetulan, pinggir sungai memang tempat
anak-anak main bola. Yuri menarik nafas panjang. Dia memerhatikan Kirihara yang sedang
serius. Yuri mempercepat jalannya. dia tidak ingin dilihat oleh teman-temannya, terutama
Kirihara. Kirihara mengoper bola kearah Ishigami. Ishigami menerimanya dan menendang
kearah gawang lawan. Tendangan Ishigami begitu kuat, bola itu melambung tinggi melewati
gawang. "awas?!" teriak beberapa anak laki-laki. Yuri tidak mendengarnya. dia semakin
mempercepat langkahnya. Buk! Bola itu memukul kepala Yuri. "aduh~" Yuri terduduk. "eh? itu
Yuurei, kan?" Tebak Tomoyuki. Yuri memegang kepalanya yang sangat sakit. Kirihara langsung
berlari kearahnya, diikuti yang lain. "kau tak apa?" Kirihara terlihat khawatir. "tidak." Kepala
Yuri terasa sakit jika menggeleng. Kirihara mengulurkan tangannya. Yuri tidak menyadarinya.
"terima kasih." Yuri memegang tangannya. Kirihara menariknya berdiri. Yuri menoleh. deg!
jantung Yuri berdegup dengan kencang. mereka berdiri berhadapan. Mata mereka saling
berpandangan, merasa tidak bisa membuang muka. Pipi Kirihara terasa panas. Jantungnya tidak
berhenti berdegup kencang. Ishigami mendekati mereka. "hey, Yuurei. maaf soal bola." Mereka
berdua langsung salah tingkah. Mutsuki memperhatikan Kirihara dengan serius. "oh.." Yuri
menoleh. dia menggeleng pelan. "tidak. tidak apa." Ishigami bernafas lega. "untung saja." Yuri
menoleh kearah Kirihara. jantungnya masih berdegup kencang. "te.. terima.. terima kasih.." yuri
membunkuk. Kirihara tersenyum. Yuri pergi seraya tersenyum. Kirihara menghela nafas. dia
menatap langit seraya tersenyum. "hey, Yuki?!" Teriak Ichigo. Kirihara menoleh. "Hoy?!" Dia
berlari kearah teman-temannya.

Esok paginya, Yuri memakai kaos dan celana training milik Reika. Mulai hari ini, Yuri akan
latihan lari dipagi hari bersama Reika. Dia mulai latihan jam 6 hingga jam 7 dilapangan bola
tempat Kirihara dan teman-temannya latihan bola kemarin sore. "...dia juga pasti akan kalah.."
"... dari kelas 1 dia memang lemah dalam olahraga..." "...latihan pun dia pasti akan kalah.."
Semua perkataan kedua anak perempuan itu membekas diotak kecil Yuri. Yuri mengepal kedua
tangannya. Reika berdiri didepan Yuri. "ayo, Yuri." Yuri tersenyum padanya. Reika benar-benar
senang saat Yuri meminta dia menjadi pelatih larinya. Cita-cita Reika dari dulu memang seorang
guru tapi saat masuk perguruan tinggi, nilainya tidak mencukupi. Akhirnya, dia mengambil
jurusan hukum. Setelah lulus, Reika mengabaikan gelar sarjananya. Selama tiga hari, Yuri
latihan lari dengan Reika. Kirihara mengetahui saat dia melihat Yuri bergegas pergi dengan
menggunakan kaos dan celana training dipagi buta. Keesokan harinya, setelah latihan, Yuri
segera mandi dan memakai seragamnya. Dia sudah bisa berjalan dengan normal. Sayangnya,
bekasnya tidak mau hilang. Yuri menarik nafas. "biarlah," Yuri turun dari lantai atas. "paman,
onee-chan, aku berangkat." Yuri pamit seraya memakai sepatu. "kau tidak sarapan?" Yuri hampir
lupa. dia mendekati meja makan dan langsung mengambil bekalnya. Yuri menggeleng. "aku
tidak lapar. aku berangkat." "hati-hati." Yuri segera pergi. Yuri melihat rumah Ryu yang terlihat
sepi. dia tersenyum kecil. Yuri melangkah sedikit mendekati rumah Kirihara. Rumah kirihara
juga masih sepi. Yuri menghela nafas. "mungkin mereka berangkat sama-sama." Yuri segera
berangkat ke sekolah. Sesampai disekolah, Yuri segera mengganti sepatunya dan berjalan
melewati rak sepatu Kirihara. "Hm? dia belum datang?" yuri mengangguk. dia segera ke kelas.
Dikelas, Beberapa anak sudah datang, termasuk Miyuki dan Chibana. Miyuki melihat Yuri
masuk kelas. "hoy, Yuurei, ohayo.." Sapanya. Yuri tersenyum. Chibana menoleh. dia tersenyum
padanya. "ohayo," Sapa Yuri seraya duduk. Chibana tersenyum lebar. Yuri melirik meja
Kirihara. "Um?" Yuri tertegun. Tas Kirihara ada. "Um.." Miyuki dan Chibana menoleh.
"..Kirihara-kun, apa dia sudah datang?" Miyuki mengangguk. "tapi, setelah Ishigami datang, dia
langsung pergi." Yuri mengerti. Mutsuki datang. "ohayo," Sapa Yuri. Mutsuki hanya
mengangguk. Miyuki terlihat tidak suka. "cih.. sok keren.." Cibirnya. Mutsuki mencuekinya.
Sesaat setelah Mutsuki datang, Ishigami dan Kirihara datang. "Kirihara-nii-kun?" Panggil Arashi.
Kirihara berhenti seraya menoleh. "kau habis ganti baju?" Tanya Arashi. Yuri menoleh. Kirihara
tersenyum. "tidak apa." Kirihara kembali ke mejanya. Yuri tertunduk. senyuman Kirihara
terhadap Arashi begitu dalam... Prasangka Yuri dalam hati. Yuri menghela nafas. Kirihara
segera duduk. "ohayo, Kazekawa." Sapa Kirihara. deg! Jantung Yuri berdegup kencang. "ohayo,"
Balas Yuri pelan. Kirihara tersenyum tipis padanya seraya membuang muka. Yuri menunduk.
memang benar, Kirihara-kun menyukai Arashi-chan Batin Yuri sedih.

Pelajaran pertama dimulai, Takeda segera menyuruh Kirihara ke ruang kantor. Hari ini, Takeda
harus pergi ke Kyoto. Ibunya sakit. Karena itu, Takeda memberikan tugas kepada Kirihara untuk
dibagikan ke teman-temannya. "apa menurutmu sensei Takeda tidak akan ngajar hari ini?" Tanya
Chibana. Miyuki memindahkan kursinya ke meja Yuri. "sepertinya begitu." Kirihara masuk
kedalam kelas. semua orang menoleh. Kirihara berdiri didekat meja guru. "hari ini sensei Takeda
tidak bisa mengajar kita sampai besok karena ada urusan keluarga yang sangat penting." Jelas
Kirihara. "oleh karena itu, sensei memberikan tugas kepada kita." "hah~~" Beberapa anak
mengeluh. "dasar pemalas!" Cibir Kyoko. Miyuki meliriknya dengan sinis. "tugas ini juga harus
dikumpulkan sekarang dan sensei Takeda berpesan." Kirihara melirik Yuri sambil tersenyum
kecil. "tidak ada yang boleh menggunakan rumus orang lain kecuali rumus sensei." Chibana dan
Miyuki menatap Yuri seraya tersenyum geli. "tapi, aku enggak bisa pakai rumus sensei." Jawab
Yuri polos. Kirihara menulis tugas dari Takeda dipapan tulis. mereka semua segera
mengeluarkan buku. "eh?" Miyuki mengeluarkan album foto SMPnya. "huh? untuk apa kau
bawa ?" Tanya Chibana. Miyuki tersenyum lebar. "ini milik Kyoko. kemarin dia langsung
pulang. Jadi, aku membawanya pulang." Jawab Miyuki. Yuri asyik menulis. "eh, Yuurei?" yuri
menoleh. "kau mau melihatnya?" "apa boleh?" Miyuki memainkan alisnya. "tentu saja." Miyuki
memberikannya. "terima kasih." Gumam Yuri pelan. dia segera membuka album kenangan itu.
Yuri melihat foto Kirihara. Yuri tersenyum kecil. disamping foto Kirihara ada foto orang yang
dikenalnya. Yuri teringat siapa orang itu. Difoto itu, Ryosuke tampan sekali dibanding Kirihara.
Yuri membuka lagi. dia melihat foto Ryu. dia cantik sekali Batin Yuri. Yuri terus membuka
hingga halaman terakhir. di halaman terakhir, ada sebuah foto tim bisbol. Yuri memerhatikannya.
"eh?" Gumam Yuri pelan. ada foto Yuri jongkok disamping Ryosuke. "Um.. Ishikawa-kun.."
Panggil Yuri. Miyuki menoleh. "apa ini Kirihara-kun?" Miyuki dan Chibana memerhatikannya.
Miyuki mengangguk. "dia dulu pemain bisbol?" Tanya Chibana. Miyuki mengangguk. "kenapa
sekarang enggak?" Miyuki melirik Kirihara yang sudah selesai menulis. dia kembali ke
tempatnya. "hey, yuurei, kita tukar tempat." Yuri mengerti. mereka langsung tukar tempat.
Miyuki melirik Kirihara yang sedang sibuk. "Sebenarnya, ayah Kirihara adalah seorang pemain
bisbol bahkan dijuluki Raja home run dari Osaka. Saat Kirihara masih kecil, dia begitu bangga
dengan ayahnya. dia selalu memamerkannya kepada semua orang." Miyuki mulai cerita dengan
pelan. "hingga suatu hari, saat itu usia Kirihara masih 10 tahun. seperti biasa, dia pulang dengan
teman-temannya lewat jalan raya. Kirihara saat itu sedang asyik membicarakan ayahnya akan
bertanding lagi, hingga dia tidak tahu kalau lampu lalu lintas berwarna merah. Kirihara berdiri di
zebra cross dan Bezz!!" Semua menoleh. suara "Bezz!!" Miyuki mengganggu semua orang.
"kalian tidak bisa bergosip dengan tenang?" Tanya Minami kesal. Chibana menoleh. "ups.. maaf,
nona." Yuri hanya diam. Kirihara memerhatikan mereka. "lalu," Miyuki melanjutkannya lagi.
"dia tertabrak oleh motor yang melaju." "apa yang kalian bicarakan?" Tanya Kirihara. Mereka
bertiga terdiam. Miyuki menoleh. "Mm... gosip perempuan." Jawab Miyuki. "kau juga suka
bergosip, Kazekawa?" Tanya Kirihara. deg! Yuri menoleh. "Um.." Yuri mengangguk. Kirihara
tertawa kecil. "kau polos sekali." Gumam Kirihara bercanda. Dia kembali mengerjakan soal. Yuri
melihat Kirihara tersenyum untuknya. Yuri sedikit tersipu. "tunggu," Yuri dan Miyuki menoleh.
"bagaimana kau tahu cerita seperti itu?" Tanya Chibana. "saat itu, kebetulan aku pulang
dengannya." Chibana mengerti. "lanjutkan." "Kirihara segera dibawa kerumah sakit. berita itu
membuat ibunya cemas dan langsung menelpon ayahnya. Padahal saat itu, ayahnya akan
bertanding dan tidak bisa meninggalkan pertandingan. Lalu, saat giliran memukul, ayahnya
mendapat 3 strike. Dia gagal untuk pertama kalinya. Sejak saat itu, ayahnya berhenti menjadi
pemain bisbol dan bekerja disebuah perusahaan di kota ini." Miyuki mengambil nafas. "Sampai
kelas 3, Kirihara sama sekali tidak tahu tentang kejadian itu. Yang dia tahu, ayahnya pensiun dari
bisbol dan Kirihara percaya. Tapi, ketika dia kelas 3, dia baru mengetahuinya setelah mendengar
seseorang menceritakan kejadian ini ke orang lain." "siapa?" tanya Yuri. "aku." Chibana
menganga. "kau?" Miyuki mengangguk. Chibana memerhatikan Miyuki dengan heran. "kenapa
kau bisa mengetahuinya secara detail?" Miyuki tersenyum lebar. "sampai kelas 2 SMP, rumahku
bertetangga dengan Kirihara." Jawab Miyuki bangga. "dasar penguping!" Sungut Chibana.
Miyuki hanya tertawa kecil. "jadi?" yuri penasaran. Miyuki menatap Yuri dengan tersenyum.
"setelah dia mengetahuinya, dia tidak bisa lagi memukul. sampai sekarang." Yuri tertunduk.
Kirihara-kun? Batin Yuri sedih. "hey, kalian bertiga." Panggil Mutsuki. mereka bertiga menoleh.
"apa lebih penting membicarakan orang disamping kalian daripada tugas dari sensei?" Tanya
Mutsuki. deg! Mereka bertiga melirik Kirihara yang sedang sibuk belajar. Chibana menghela
nafas. "ya..ya..ya.." Mereka bertiga mulai mengerjakan. Arashi berdiri. "Nii-kun, yang ini gimana
caranya?" Yuri terdiam. Kirihara mulai mengajarinya. "oh, seperti itu?" Kirihara mengangguk.
"aku bodoh sekali." Gumam Arashi malu. Kirihara tertawa kecil. "makasih, nii-kun." Yuri
menghela nafas. dia mulai mengerjakan nomor 1. dia tahu caranya tapi bukan memakai rumus
Takeda. "Ishikawa-kun, kau tahu cara nomor 1?" Tanya Yuri. Miyuki mengangguk. "tapi, aku
tidak bisa menjelaskannya. Sama seperti Chibana." Yuri menghela nafas. "Ah! kau tanya ke
Kirihara saja." deg! Kirihara terdiam. "hey, Kirihara? kau tahu nomor 1?" kirihara menoleh.
"tahu. kau tidak tahu?" Miyuki tertawa lebar. "orang itu ribut sekali!" Cibir beberapa orang.
"tentu saja tahu. Yuurei tidak tahu." Jelas Miyuki. Kirihara berdiri. dia mendekati Yuri. deg!
Jantung Yuri berdegup kencang. Kirihara mengambil pensilnya. "seperti ini," Kirihara mengajari
Yuri. Yuri tidak bisa konsen karena jantungnya berdegup kencang. Arashi diam. dia meremas
pensilnya.

Sepulang sekolah, Kirihara mengajak Ishigami ke lapangan bisbol. "hey, Kirihara, sebentar lagi
kita akan latihan bola." Ucap Ishigami. Kirihara melihat layar jam tangan miliknya. "masih jam
4. bukankah jam 5?" Ishigami menghela nafas. "baiklah." Kirihara tersenyum kecil. Kirihara
membuka gudang lapangan bisbol. dia mengambil stik dan bola bisbol dan melemparnya ke
Ishigami. Ishigami menangkapnya seraya menghela nafas. "kenapa tidak besok saja?" Kirihara
berbalik. "kenapa memangnya? kau ingin melihat rok murid SMA lain terbang?" Ishigami
mendengus. "ya-ya- baiklah." Mereka segera ke base pertama. Ishigami berdiri ditempat
pelembar bola. Kirihara bersiap-siap. Ishigami bersiap melempar. Kirihara fokus. "...karena dia,
ayahnya gagal mencetak home run. Padahal, hal itu sangat dinantikan oleh banyak orang..."
Kirihara teringat kata seseorang. Ishigami melempar bola. Kirihara mengayunkan tongkatnya.
"Strike 1." Gumam Mutsuki tiba-tiba. mereka berdua menoleh. "hoy?" Sapa Kirihara seraya
melambikan tangannya. Mutsuki mendekati mereka. "kenapa kau ada disini? kau tidak mau
latihan?" Mutsuki mencuekinya "kelompok 3-B ingin memakai lapangan ini." Jelas Mutsuki.
"begitu?" Kirihara mengerti. dia segera berbalik untuk mengambil bola bisbol dan
mengembalikannya ke gudang. Kelompok bisbol kelas 3-B masuk ke lapangan. Tiga orang itu
langsung pergi. Yuri melihat kepergian Kirihara. Kirihara terlihat murung. Kirihara-kun? Batin
Yuri. "woy, Yuurei?!" Teriak Chibana. Yuri langsung berlari kearah Chibana. Kirihara menghela
nafas. Saat SMP, Kirihara adalah kapten bisbol disekolahnya. Kirihara sering mendapatkan home
run disetiap pertandingan. Bahkan beberapa kali memenangkan perlombaan bisbol Nasional.
Tapi, saat Kirihara tahu bahwa ayahnya gagal mendapatkan home run karena dia membuat
Kirihara merasa bersalah. Bahkan, Kirihara tidak berani berbicara dengan menatap mata ayahnya
saat mereka mengobrol. Rasa bersalah itu semakin besar ketika dia tahu, ayahnya mengundurkan
diri dari bisbol juga karena dia, membuatnya tidak bisa memegang stik bisbol lagi. Sejak saat itu,
Kirihara mengeluarkan diri dari tim bisbol dan mencoba melupakan bisbol sampai sekarang.
Mutsuki merangkul Kirihara. Kirihara mengambil nafas. dia tersenyum kecil.

Dimalam hari, Yuri menuruni tangga. Yoshika menoleh. "eh? Yuri? ayo, kesini. nasinya masih
panas." Yuri mengangguk. dia mempercepat langkahnya. Yuri segera duduk disamping Reika.
Yoshika duduk didepan mereka berdua. "selamat makan." Mereka langsung makan. "oh, mulai
besok 30 menit sebelum aku pulang, aku akan menelpon kalian untuk menyiapkan makan
malam. aku tidak mau makan sayur yang dingin lagi." Perintah Yoshika. Yuri mengangguk.
"mengerti." Gumam Reika pelan seraya memakan nasinya. Yoshika meliriknya. "dan mulai
besok kau harus bekerja." Reika mendongak. "apa?" Yoshika menatapnya dengan heran. "kenapa
kau kaget?" Reika memandangnya tajam. "tentu saja aku kaget. Yang menjaga rumah ini siapa?
Yang membersihkan rumah ini kalau siang siapa?" Reika tidak mau bekerja. dia paling malas
jika disuruh bekerja. "heh! kau pikir aku tidak tahu kalau Yuri yang membersihkan rumah setiap
hari?" Yoshika menunjuk Reika dengan sumpitannya. Reika kesal. "hey?!" Bruk! Reika
memukul meja makan. Yuri terus makan sambil menunduk. dia tidak mau ikut campur masalah
Reika dan Yoshika. "kenapa kau kesal?" Tanya Yoshika dengan datar. glek! Reika malas
berdebat dengan Yoshika jika mukanya sudah datar. Reika menggeleng. "hanya menambah
suasana." Jawab Reika malu. "yang jelas, kalau kau tidak mendapatkan pekerjaan kau harus
keluar dari rumah ini. aku tidak mau ada orang pemalas yang tinggal disini. mengerti?" Reika
menghela nafas. dia mengangguk lemas. Yoshika tersenyum puas. Setelah makan malam, Yuri
segera ke atas. "kenyang sekali." Gumamnya pelan seraya menggeser pintu. Saat Yuri masuk
kekamar, Kirihara juga masuk dengan mengalungi handuk. Yuri terdiam. Kirihara melihatnya.
dia tersenyum. "oyasumi," Sapa Kirihara. Suara Kirihara tidak terdengar tapi Yuri mengerti. dia
mengangguk. Yuri langsung keluar dari kamar. Kirihara terkejut. dia tertawa kecil. "dia kenapa?"
Gumamnya geli. Yuri ke kamar Reika. "eh? ada apa?" Tanya Reika. Yuri masuk. dia duduk
didepan Reika yang sedang menghisap rokok. "Mm.. apa onee-chan bisa bantu?" "Hm?" Yuri
menceritakan masalah Kirihara padanya. Reika mengerti. "jadi, apa yang harus ku lakukan?"
"Mm.." Yuri menunduk sambil memainkan jemarinya. "... aku ingin.. onee-chan juga membantu
Kirihara-kun seperti onee-chan membantuku.." Jawab Yuri malu. Reika tertawa.
"baiklah-baiklah." Yuri senang. "makasih, onee-chan." Yuri membungkuk pada Reika. Reika
mengangguk. Yuri langsung keluar dari kamar Reika. Perasannya berseri-seri. Dia kembali ke
kamarnya. Yuri mengintip Kirihara. dia sedang belajar. Yuri menghela nafas. dia tidak memiliki
papan tulis seperti Kirihara. Yuri juga tidak bisa melipat origami dengan baik. Yuri mendapat
ide. dia keluar lagi. Yuri berjalan kearah telepon rumah. Yoshika menempel beberapa nomor
telepon yang penting didinding termasuk nomor telepon rumah Kirihara. Yuri menempelkan
gagang telepon ditelinganya. deg! Jantung Yuri berdegup kencang. Dengan pelan, Yuri
memencet angka-angk itu sesuai dengan nomor telepon. Tiit.. Tiit.. Jantung Yuri berdebar
kencang. "moshimoshi? dengan keluarga Yuki." Suara Matsuura diseberang sana. glek! "Mm..
moshimoshi.." Jawab Yuri pelan. "ini siapa? cari siapa?" Tanya Matsuura. "Mm.. ini Yuri, bibi.
ada Kirihara?" Matsuura tersenyum lebar. "Yuri-chan? kenapa lewat telepon?.." Matsuura
menutup bagian suara telepon. "Kirihara, ada telepon dari Yuri-chan!?" Teriak Matsuura. Yuri
mendengarnya. Jantungnya semakin berdegup kencang. Kirihara langsung berlari turun. "apa
ada masalah, Yuri?" Tanya Matsuura. "oh.. Um.. enggak ada, bibi. hanya ingin ngomong
sebentar." Matsuura tersenyum nakal. "Apa ada rahasia yang tidak boleh bibi tahu?" Goda
Matsuura. "ibu?" Panggil kirihara. Matsuura menoleh sambil tersenyum. dia memberikan gagang
telepon pada Kirihara. "kalian pacaran?" Bisik Matsuura. Kirihara mencuekinya. "selamat
pacaran." Matsuura berjalan kekamarnya. "moshimoshi, Kazekawa? ada apa?" Tanya Kirihara.
deg! deg! deg! Jantung Yuri berdegup semakin kencang ketika mendengar suara Kirihara. "Mm...
nanti subuh, kau mau berlatih.. olahraga... denganku?" Tanya Yuri gagap. "Hm? latihan? untuk
apa?" "maaf.." duk!! Kepala Yuri terbentur dinding. "aduh~" Ringis Yuri pelan. Kirihara kaget.
"kazekawa? kau kenapa?" Yuri menggeleng. "tidak apa." Yuri mengelus jidatnya. "benar?" Yuri
mengangguk. "iya." "Tadi, kenapa bilang maaf?" Tanya Kirihara. "Mm... aku sudah tahu dari
Miyuki." Kirihara terdiam. dia mengerti. "maaf, bukan...aku..." Yuri gagap. dia merasa Kirihara
akan marah padanya. "dasar mulut besar! heh~" yuri mendengar Kirihara mengambil nafas.
"besok, jam berapa?" tanya Kirihara. "apa?" Yuri merasa dia salah dengar. "besok jam berapa
latihannya?" Ulang Kirihara. Yuri tersenyum kecil. "jam setengah 6 didepan rumah." "baik.
sampai jumpa besok." Yuri mengangguk. "iya. oyasumi." Yuri menutup telepon. Yuri senang
sekali. hatinya berbunga-bunga.

Keesokan harinya, Yuri bersemangat sekali. Dia bangun lebih awal sebelum Reika
membangunnya. Yuri mengikat satu rambutnya. Reika menggeser pintu kamar Yuri. "eh? kau
sudah bangun?" Yuri melihat Reika dari cermin. dia tersenyum sambil mengangguk. Reika
memandangnya dengan heran. "kau semangat sekali." Yuri berbalik. "benarkah? bukannya setiap
hari kita harus semangat?" Reika menatapnya dengan senyuman nakal. "Ah~ kau suka dengan
Yuki?" Goda Reika. deg! Jantung Yuri berdegup kencang. Yuri hanya diam. "kau menyukai
Yuki, kan?" Yuri mengangguk pelan. "Tapi, onee-chan jangan beritahu kirihara-kun." Reika
mengangguk. "ayo," Reika langsung keluar. Yuri berlari kearahnya. "janji?" reika mengangguk.
"janji." Yuri menghela nafas lega. "tapi, tergantung situasi." Yuri cemberut. "onee-chan?" Reika
tertawa. mereka keluar dari rumah. Kirihara sudah menunggu mereka. "oh, ada yang
ketinggalan." Gumam Reika seraya masuk kembali. Yuri membuka pagar. deg! Kirihara berdiri
disampingnya. Kirihara menoleh. Yuri bergeser kekiri sedikit. "kita latihan apa hari ini? dikejar
anjing?" glek! Yuri malu. dia hanya menunduk. Kirihara tertawa. "aku hanya bercanda." Reika
keluar dari rumah. "eh? kau sudah datang, Yuki?" Kirihara menoleh. dia membungkuk. Reika
tersenyum lebar. dia melemparkan stik bisbol pada Kirihara. "bibi punya stik bisbol?" tanya
Kirihara. "pinjam dari teman." Jawab Reika tersenyum lebar. "ayo," Mereka berdua mengikuti
Reika. Mereka pergi ke tempat dimana Kirihara latihan bola. "disini?" Tanya Kirihara. Reika
mengangguk. "baik," Reika berbalik. "sebelum kalian berdua latihan, kalian pemanasan dulu."
Mereka berdua mengangguk. Reika duduk. Setelah pemanasan, Yuri yang terlebih dahulu
latihan. dia harus lari 3 putaran dahulu. Kirihara duduk disamping Reika. Kirihara memerhatikan
Yuri berlari. "sebenarnya aku bukan ibu Yuri." Kirihara menoleh. "aku, Yoshika, dan Yuri sama
sekali bukan sebuah keluarga kecil. kami hanya teman se-apartemen." Reika mulai cerita.
"Yoshika pemilik apartemen yang aku dan Yuri tinggal tapi beberapa waktu yang lalu, apartemen
itu disita oleh seorang rentenir. Jadi, kami bertiga pindah kesini karena Yuri sekolah disini."
Kirihara mengangguk. "jadi," Reika menatap Kirihara tajam. "jangan panggil aku bibi. usiaku
masih 26 tahun. panggil saja onee-kun." Kirihara mengangguk. "lalu, dimana orang tuanya?"
Tanya Kirihara. Reika mengangkat bahu. "tidak tahu. Dulu dia tinggal di panti asuhan dan dia
lupa dengan nama orang tuanya." Kirihara mengerti. "dia kasihan sekali," Gumam Kirihara
seraya menopang dagunya diatas kedua lututnya yang terlipat. Reika mengangguk. Setelah Yuri
lari 3 putaran, beberapa kali dia lari cepat dengan jam tangan Yoshika sebagai stopwatchnya.
Sekitar jam 6 lewat, Yuri selesai. Sekarang giliran Kirihara. Yuri duduk ditempat Reika tadi
duduk. Kirihara dan Reika berdiri ditengah "lapangan". "kau harus fokus, Yuki." Kirihara
mengangguk. "bersiaplah." Reika melempar bola itu dengan benar. Kirihara mengayunkan
tongkatnya. "strike 1." Kata Reika. yuri terus memerhatikan Kirihara. Mereka mengulanginya
lagi. terus, terus, dan terus. "strike 12!" Teriak Reika kesal. "kau harus lebih fokus, Yuki."
Kirihara hanya mengangguk. Yuri menatap Kirihara dengan sedih. semangat, Kirihara-kun.
Batin Yuri. "kita ulangi lagi." Ucap Reika. Kirihara mengangguk. Mereka terus berlatih bersama
selama 2 minggu penuh.

Yuri membuka jendela kamarnya. Matahari begitu menyengat. Yuri merasa kepanasan. Dia
segera bergegas ke kamar mandi. "eh? Yuri-chan? kamu baru bangun?" Tanya Reika seraya
keluar dari kamarnya. Dia sudah mendapatkan pekerjaan, sebagai guru TK. Yuri mengangguk.
"apa kau tidak sekolah?" Tanya Reika berkacak pinggang. "ini masih jam 6, onee-chan." Jawab
Yuri membuka pintu kamar mandi. Reika menghela nafas. "ini sudah jam 8, Yuri!! Jam 8!!"
Mata Yuri terbuka lebar. dia berlari ke ruang tengah. dia melihat jam. "astaga!!" Yuri langsung
berlari ke kamar mandi. Reika menghela nafas. "sudah dibilang jangan langsung tidur setelah
olahraga." Reika segera memakai sepatu. "aku berangkat?!" Teriak Reika. "iya?!" Jawab Yuri.
Hari ini hari pertama musim panas dan Festival Olahraga juga dimulai hari ini jam 7. Saat Musim
Panas, matahari mulai terbit sekitar jam 6 dan waktu latihan Yuri dan Kirihara dinaikkan sekitar
jam 4. Yuri selesai mandi sekitar jam 8 lewat 20 menit. "aduh, terlambat." Yuri keatas. dia segera
memakai pakaian bola yang kemarin sudah diberikan oleh Nanako. Sekitar jam 9 kurang 10
menit, Yuri selesai. Dia segera mengambil tas yang sudah diisinya dengan handuk kecil dan
botol minum dan pergi. Yuri menaruh kuncinya dibawah keset. Setelah itu, Yuri langsung berlari
ke sekolah. Disekolah, "Yuurei mana?" Tanya Nanako berkacak pinggang. "tidak tahu." Jawab
Hitomi sok imut. Nanako menghela nafas panjang. dia duduk kembali. "apa kita perlu mengganti
orang?" Tanya Arashi. Nanako menggeleng. "selain kita, teman-teman yang lain ikut lomba
voli." Jawab Nanako. Kirihara duduk disamping Ryosuke. Ryosuke menoleh. "kau hari ini
bertanding?" Tanya Ryosuke. Kirihara mengangguk. Yuri tiba disekolah. dia langsung berlari ke
lapangan. "eh? itu Yuurei?" Tunjuk Nana. 5 pasang mata menoleh. Nanako mendengus kesal.
"dia hebat sekali." Yuri mendatangi mereka. "maafkan aku," Yuri langsung membungkuk
didepan mereka. "ya, baiklah." Chibana mendekatinya. "kau darimana?" Tanya Chibana seraya
mengajak Yuri duduk. "aku... kesiangan.." Chibana kaget. "kesiangan? kau tidur jam berapa?"
Tanya Chibana heran. Ryosuke melihat Yuri. "dia juga ikut lomba sepak bola?" Tanya Ryosuke.
"Hm?" Kirihara kurang mendengar, dia sibuk menonton bola. "Yuri. dia juga ikut bola?" Kirihara
menoleh. dia melihat Yuri sedang mengobrol dengan Chibana. Kirihara mengangguk. Ryosuke
memerhatikan Yuri. Priit!! Pluit berbunyi. pertandingan berakhir. kelas 3-B perempuan menang.
Nanako berdiri. "sekarang giliran kita." Chibana menarik Yuri berdiri. Kelas 3-A akan
bertanding dengan kelas 3-G. Semua penonton memberikan tepuk tangan yang sangat meriah.
Ryosuke mengeluarkan kameranya. Kirihara meliriknya. dia hanya diam. kelas 3-A langsung
membentuk formasi. Nanako berdiri didepan Iwasa Mayuko. "siap?" Tanya wasit. mereka berdua
mengangguk. Prit!! Pluit berbunyi. pertandingan antara 3-A dan 3-G dimulai. Kirihara
memerhatikan Yuri. Yuri sedang berdoa, dia tidak mau kelasnya kalah. "Semangat?! Semangat?!
Semangat?! 3-G?! 3-G?! 3-G?!" Teriak murid-murid dari kelas 3-G. Yuri menoleh. Yuri
tersenyum kecil menyaksikan kelas 3-G yang begitu kompak. Ryosuke memfotonya. "dia manis,
ya?" Ryosuke melihat hasil fotonya. "lihat." Ryosuke memperlihatkan layar kameranya. Kirihara
hanya diam. Ryosuke tersenyum. Kirihara melirik Arashi. "Berapa lama kau pacaran dengan
Arashi?" Tanya Kirihara pelan. "Hm?" Ryosuke menoleh kearah Arashi yang sedang serius
melihat teman-temannya bertanding. "sekitar 1 minggu." Kirihara kaget. "benarkah?" Ryosuke
menghela nafas. "awalnya kami baik-baik saja tapi satu minggu kemudian dia mengakhirinya
dengan alasan kalau orang tuanya tidak mengizinkannya." Jelas Ryosuke. "begitu? kau masih
menyukainya?" Ryosuke mengangguk pelan. "sepertinya begitu." Kirihara hanya diam. "GOL?!"
Teriak murid-murid kelas 3-G. Nanako berbalik. wajahnya cemberut. Chibana mendekati Yuri.
"kau lihat wajah kesal Nanako?" Bisik Chibana. Yuri mengangguk cepat. "kalau kita kalah.
ehem.." Chibana berdehem. ".. Nanako akan mengamuk. kau tidak ingin dibencinya kan?" Yuri
mengangguk cepat. Chibana tersenyum puas. Chibana kembali ke posisinya. pertandingan
dilanjutkan kembali. Kali ini bola dipegang kelompok 3-A. Yuri ikut berlari. Nanako mengoper
bola ke arah Kyoko. Kyoko menggiringnya. Mereka semakin dekat dengan gawang 3-G. Kyoko
mengoper Chibana. Chibana langsung mengoper kearah Yuri. "Yuurei?!" Teriak Chibana. "ah?"
Kyoko berhenti. Yuri mengangguk. bola melambung kearah Yuri. Yuri menarik nafas. Bola itu
mendekatinya. Yuri mengayunkan kakinya belakang. Dia langsung mengayunkan kakinya. "eh?"
Yuri gagal menendang bola. Bola itu berhenti didepan Yuri. "hah?" Semua orang menganga.
mereka terdiam bingung. Kyoko menghela nafas. "dasar bodoh!" Beberapa penonton langsung
tertawa. Yuri malu. dia menunduk dan langsung menendang. "GOL?!" Teriak beberapa orang.
Yuri menoleh. beberapa orang kaget termasuk Kyoko dan Chibana. Chibana tersenyum lebar. 11
orang itu senang sekali tapi Yuri tidak. Dia malu dan menundukkan kepalanya. Ryosuke
tersenyum melihat Yuri. Chibana mendekati Yuri. "kau hebat sekali, Yuurei." yuri hanya
mengangguk.

Akhirnya, kelas 3-A menang dengan hasil 2-1. Nanako memberikan satu poin untuk kelasnya.
Yuri kembali ke tempatnya. dia menghela nafas. Yuri menyeka keringatnya. "panas sekali~"
Gumam Chibana gerah. Yuri mengambil botol minumnya. Yuri kaget. air minumnya menjadi
panas dan keruh. Yuri menghela nafas. haus sekali Batin Yuri. Ryosuke duduk disamping Yuri.
dia menyodorkan air soda kepadanya. Yuri menoleh. "kau haus, kan?" tanya Ryosuke ramah.
Yuri mengangguk. "tapi aku tidak bawa uang." Jawab Yuri polos. Ryosuke tersenyum geli. "ini
gratis. terimalah," Yuri mengambilnya dengan canggung. "te.. terima kasih.." yuri sedikit
membungkuk padanya. Emi dan Kyoko memerhatikan Yuri dan Ryosuke. "Apa Ryosuke
menyukai Yuurei?" Tanya Emi. Kyoko menggeleng cepat. "Ryosuke sedang menebarkan
pesonanya. dia memang begitu." Emi mengangguk. Yuri meminum soda pemberian Ryosuke
dengan malu. Ryosuke memerhatikannya. Kirihara melihat mereka. "hey? Ryosuke?" Ryosuke
menoleh. temannya memanggilnya. Ryosuke meninggalkan Yuri. Yuri menghabiskan soda itu.
"Aah~" Yuri tersenyum kecil. Sekarang giliran kelas 3-A melawan kelas 3-B laki-laki.
"Semangat?!" Teriak Nanako dan Arashi bersamaan. Kirihara melewati mereka. Yuri berdiri. dia
ingin menyemangati Kirihara. Yuri menarik nafas. tangannya dingin. "Kirihara-kun," Panggil
Yuri. Kirihara menoleh. "semangat." deg! kirihara tersenyum padanya. "baik." Kirihara
mengacungkan jempolnya. deg! deg! deg! Jantung Yuri berdegup dengan kencang. dia terduduk.
Kirihar masuk ke lapangan. perasaannya berbunga-bunga. Prit!! Pertandingan dimulai. Kirihara
mengenggam kedua tangannya. dia benar-benar ingin Kirihara menang. Chibana memerhatikan
Yuri. "kau kenapa?" Yuri menarik nafas. dia menoleh. "kau tegang?" Yuri menggeleng cepat.
Chibana menggandeng Yuri. "aku tegang." "Hm?" Yuri tidak mengerti. "sudah tiga tahun aku
dikelas A. Dan sudah tiga tahun juga kelas A dan kelas B bertengkar." Yuri tidak mengerti.
"aku.. tidak mengerti.." Chibana tersenyum lebar. "sudah kuduga. Ayo," Chibana menarik tangan
Yuri berdiri. "mau kemana?" Tanya Tuka. Chibana tersenyum lebar. "gedung olahraga." Chibana
menarik Yuri pergi. Ishigami mengoper bola kearah Kirihara. Kirihara menggiring bola itu
seraya menoleh kearah kanan. Kazekawa? Batin Kirihara. dia terdiam melihat Yuri pergi. "hey?
Kirihara?!" Teriak Ichigo. Kirihara menoleh. Bola itu langsung diambil oleh lawan. Kirihara
menghela nafas. Ichigo mendekatinya. "kau kenapa?" Kirihara menggeleng. dia kembali berlari.
Arashi memerhatikan Kirihara. Chibana mengajak Yuri bertemu dengan Miyuki. Mereka segera
masuk ke gedung olahraga. Saat ini, gedung olahraga ramai. "dimana dia?" Tanya Chibana.
Miyuki mengambil tasnya. dia berjalan kearah pintu. Chibana melihatnya. "woy? Miyuki?"
Teriaknya. Miyuki menoleh. Dia menghampiri mereka. "apa kau menang?" Tanya Yuri. Miyuki
menggeleng. "seharusnya Suzuki tidak usah ikut lomba ini. dia perusak." Yuri tidak mengerti.
Tapi dia mengangguk. "jadi? ada apa? kalian menang?" Chibana mengangkat alisnya. "Yuurei
memberikan satu poin." Miyuki menatap Yuri dengan bangga. Yuri tersipu. Miyuki tersenyum
padanya. "oh, Miyuki, Yuri ingin tahu masalah antara 3-A dan 3-B." Jelas Chibana. Miyuki
mengangguk. "benarkah? ikut aku." Mereka keluar dari gedung olahraga. Miyuki mengajak
mereka duduk di kursi taman. "Jadi, awl perkelahian ini dimulai sejak 3 tahun yang lalu." Miyuki
mulai bercerita. Yuri menerawang. "saat itu, kami masih kelas 1 SMA. Hubungan kami baik-baik
saja." "langsung saja, Miyuki." Potong Chibana kesal. "iya-iya." Miyuki meliriknya datar. "Hm...
sebenarnya perkelahian dimulai karena masalah sepele. Murid paling "sempurna" dikelas B,
Ruka Aizawa menulis sebuah status di akun twitter miliknya tentang kelasnya paling baik
disekolah ini. Murid paling "sempurna" dikelas kita, Kyoko Fukada, tidak terima. dia membalas
status itu dengan kata-kata sampah. Ruka tidak terima, dia ikut membalas. akhirnya, masalah itu
sampai disekolah dan menyebar ke semua murid kelas A dan B yang membuat kami terus
bertengkar." Yuri dan Chibana terdiam. Miyuki memerhatikan mereka dengan heran. "kenapa?"
Chibana menggeleng. "sebenarnya aku tidak percaya dengan cerita ini." Bisik Chibana. Yuri
mengangguk pelan. "apa sampai sekarang?" Tanya Yuri. Miyuki mengangguk dengan puas.
"tapi, bukankah murid-murid kelas A bisa masuk kelas B?" Tanya Chibana. Miyuki menatap
Chibana dengan heran. "bukannya kau tahu jawabannya?" Chibana hanya diam. Miyuki
menghela nafas. "Yuurei, dengar." Yuri mengangguk. "setiap murid kelas A jika masuk ke kelas
B akan menjadi musuh kelas A. kenapa? Kelas B adalah kelas yang diisi oleh murid-murid
perempuan yang suka menjilat dan menghasut. Mengerti?" Yuri mengangguk. Chibana berdiri.
"ayo, kembali Yuurei." Yuri mengangguk. dia berdiri dan membungkuk pada Miyuki. "heh?
kalian mau kemana?" Miyuki berdiri. "menonton pertandingan." Mereka pergi. Miyuki
mengikuti mereka. Pertandingan Kirihara mendapatkan nilai yang sama. 1-1. Mereka harus
finalti. Chibana, Yuri, dan Miyuki menonton dari jeruji besi lapangan. Mutusuki menepuk
pundak Kirihara. Kirihara menoleh. dia melihat Yuri sedang memerhatikannya. "ini kesempatan
terakhir." Bisik Mutsuki. Kirihara tersenyum kecil. "semangat." Kirihara mengingat perkataan
Yuri tadi. dia langsung menendang bola itu. "GOL?!" Yuri tersenyum lebar. "Ah.. kelas kita
menang.." Gumam Yuri senang. Kirihara berbalik. dia tersenyum pada Yuri. deg! Yuri
menunduk. Kirihara tersenyum geli.

Yuri pulang sekitar pukul 5. dia lelah sekali. "aku pulang," Reika menoleh. "eh? kau sudah
pulang?" Yuri mengangguk lemas. dia langsung naik ke atas. Yuri membuka pintu. dia melirik
kamar Kirihara. Kirihara belum datang. Yuri menghela nafas panjang. dia langsung menjatuhkan
tasnya dan tidur. Sekitar pukul 8, Reika membangunkan Yuri. Yuri terduduk dengan mata masih
terpejam. Reika menariknya berdiri. "sekarang, mandilah. ada hadiah untukmu." "Hm?" Yuri
kurang mendengar. Reika menghela nafas. "ayo," Reika menarik Yuri ke kamar mandi. Reika
membuka pintu kamar mandi. "hadiah untuk Yuki." Bisik Reika. Mata Yuri terbuka lebar. dia
menoleh kearah Reika. Reika tersenyum lebar. "cepat mandi." Yuri mengangguk. Reika
tersenyum. dia langsung masuk kamar. Hari ini ada Festival Musim Panas. Reika sudah
menyiapkan kimono sederhana yang murah untuk dia dan Yuri. Selesai mandi, Yuri diajak Reika
ke kamarnya. Yuri tertegun. "kimono?" Reika tersenyum. "diam saja." Yuri terdiam. Reika
memasangkan kimono berwarna langit biru itu. Setelah mengenakan kimono, Reika mendandani
rambut Yuri. "kau juga mau diberi make up?" "enggak." Yuri langsung menolaknya. Reika
menatap Yuri dengan bingung. "kenapa?" Yuri terdiam. "Mm.. usiaku masih muda? ma..
maksudku.. kata guruku diusiaku yang masih 16 tahun aku harus menghindari make up.." Jelas
Yuri. "begitu? baiklah. tipis saja." Yuri menghela nafas. Setelah semua beres, Yuri melihat
dirinya dicermin. dia begitu menyukainya. "apa kau suka?" Tanya Reika. Yuri mengangguk
cepat. Reika tersenyum puas. "aku memang hebat, kan? ya sudah, kau tunggu aku diluar." Yuri
mengangguk. dia langsung keluar. Yoshika keluar dari toilet. dia tersenyum melihat Yuri. "kau
cantik sekali, Yuri." Yuri tersipu. "kakakmu mana?" Tanya Yoshika. "oh.. dia sedang memakai
baju.." Jawab Yuri. "oh, begitu." Yoshika meninggalkannya ke ruang tengah. "ah.." Yuri hampir
melupakan sesuatu. dia kembali ke kamarnya. Yuri mengintip kamar Kirihara. dia tidak ada. Yuri
tersenyum. dia segera mengambil dompetnya. Isi dompetnya hanya uang recehan. dia tidak
berani minta uang kepada Yoshika. Yuri segera keluar dari kamar begitu juga Reika. Yuri
tersenyum lebar padanya. "onee-chan, kau cantik sekali." Reika tersenyum bangga. "tentu saja."
Reika berjalan kearah Yoshika. "hey, Yoshika. bagi uang." Pinta Reika tidak sopan. Yoshika
menoleh. dia terdiam. Reika menatapnya dengan heran. "woy? Yoshika-chan, bagi uang."
Yoshika membuyarkan lamunannya. "cih.. kau pikir cari uang itu gampang. bukannya kau sudah
punya pekerjaaan?" Reika menghela nafas. "terserahlah." Yoshika kembali menonton TV dengan
berseri-seri. Reika mendekati Yuri dengan wajah kesal. "apa bibi memang tidak punya?" Tanya
Yuri. "sebenarnya ada uang. hanya tambahan." Jawab Reika sambil tertawa. Yuri tersenyum
kecil. "ayo," Yuri mengangguk. "oh, aku akan pergi dengan teman-temanku. kau pergi dengan
Yuki saja, ya?" Yuri menoleh. "hah?" Reika tersenyum lebar. "bukankah kau menyukainya?
kalian berdua pergi ke festival itu sangat romantis." Yuri tersipu. "onee-kun," Reika tersenyum
geli. dia membuka pintu. "onee-chan, merayakan festival kembang api disini?" Tanya Yuri.
Reika menutup pintu. dia menggeleng. "di Sakai." Yuri tertegun. "tapi kau jangan bilangin
Yoshika, oke? aku tidak mau dia tahu. mengerti?" Yuri mengangguk. "ya sudah, aku pergi dulu,
ya? sampai jumpa." Reika berlari pergi. Yuri membungkuk. dia menutup pagar. Yuri menghela
nafas. "Ka-ze-ka-wa?" Panggil Kirihara tiba-tiba. deg! Jantung Yuri berdegup kencang. dia
menoleh. Kirihara tersenyum kecil. "Mm.. o..yasumi.." Sapa Kirihara gagap. Yuri mengangguk.
"oyasumi." Kirihara menatapnya Yuri yang hanya menunduk. "hm.. lumayan.." Komentar Izumi
tiba-tiba. Yuri menoleh. Izumi berdiri disamping Kirihara sambil melipat kedua tangannya
didepan dada. "ah.. maaf, sudah menunggu lama." Kata Ryu mendekati mereka. Yuri menoleh.
Yuri terpesona. cantik sekali, Puji Yuri. Yuri melirik Kirihara. Kirihara tersipu. "onee-kun, cantik
sekali." Izumi mendekatinya. "benarkah? Izumi juga cantik." Ryu melihat Yuri. Ryu tersenyum
padanya. "kau juga, Yuri." Yuri hanya membungkuk sedikit. "ayo, onee-kun. nanti kita
terlambat." Izumi menarik Ryu pergi. Kirihara dan Yuri mengikuti mereka dari belakang. mereka
berdua hanya diam. "kenapa hari ini panas, ya?" Kirihara gerah. Yuri hanya menunduk. dia
melihat kedua kakinya. Kirihara menoleh kearahnya. dia menarik nafasnya. "kau kenapa?" Tanya
Kirihara. Yuri tertegun. deg! Jantung Yuri berdegup kencang. dia menggeleng. "tidak. tidak apa."
Kirihara tersenyum kecil. Ryu melirik mereka berdua.

Mereka sampai difestival. Difestival sudah banyak orang yang berdatangan. Yuri senang
melihatnya. Selama ini, Yuri tidak pernah ke festival musim panas. Tempat dimana festival
diselenggarain jauh dari apartemen Yoshika. Yuri tidak berani kesana. "bagaimana festival di
Sakai?" Tanya Kirihara tiba-tiba. deg! Yuri terdiam. dia tidak tahu. Yuri menggeleng pelan.
Kirihara bingung. "Kau tidak pernah kesana?" Yuri menggeleng. Kirihara menarik nafas. "kalau
begitu," Kirihara langsung memegang tangannya Yuri. deg! Jantung Yuri berdegup dengan
kencang. Kirihara tersenyum padanya. "kau akan kuajak berkeliling dan angkat kepalamu. kau
tidak bisa melihat keindahan festival kalau begitu." Yuri mendongak kan kepalanya. "ayo,"
mereka masuk kedalam festival. Kirihara tersenyum sendiri. Yuri tersenyum kecil. dia melirik
tangannya dipegang Kirihara yang begitu erat. "ini tempat apa?" Tunjuk Izumi. Ryu
memerhatikan. "Mm.. kurasa tempat peramal.." Izumi tersenyum lebar. "aku mau masuk." Ryu
mengangguk. dia berbalik. "Kirihara," Ryu kaget. Kirihara memegang tangan Yuri. Yuri
melihatnya. dia langsung melepasnya. Kirihara menoleh. wajahnya memerah. Ryu tersenyum.
"Izumi ingin masuk kesini. kau setuju?" Kirihara memerhatikan tenda hitam itu. dia
mengangguk. "ayo, Izumi." mereka masuk duluan. Kirihara dan Yuri menyusul. Seorang wanita
dengan kimono hitamnya duduk didepan sebuah meja hitam. Yuri sedikit ketakutan. "permisi,"
Ucap Ryu pelan. "silahkan," Jawab wanita itu. Izumi dan Ryu tersenyum padanya. Yuri
membungkuk padanya. "silahkan duduk," Ucapnya ramah. mereka berempat segera duduk. "ada
yang bisa saya bantu?" Tanyanya ramah. "bibi, tolong ramal aku," Izumi menyodorkan
tangannya. wanita itu tersenyum. "umurmu belum cukup untuk diramal." Izumi cemberut.
Wanita itu menoleh kearah Ryu. "tanganmu," Ryu menyodorkan tangannya. "tangan yang halus."
Puji wanita itu. dia membaca tangan Ryu. "impianmu akan segera terwujud. berusahalah sedikit
lagi." Ryu tersenyum. "Mm.. apa yang kau lakukan dulu, akan kau rasakan penyesalan rasakan."
Ryu terdiam. dia menarik tangannya. "terima kasih." Ryu memerhatikan tangannya. wanita itu
menatap Yuri. dia tersenyum padanya. "kau mirip dengan Yuri-onna di TV." glek! Izumi tertawa.
"dia memang Yuri-onna, bibi." Tambah Izumi. "tanganmu," Dengan malu, Yuri menyodorkan
tangannya. dia membaca garis tangan Yuri. "kau beruntung sekali. ada dua orang pria yang
sedang mengejar hatimu." "heh?" Izumi kaget. Yuri kurang percaya. Karena apapun ramalan
yang baik tentangnya, hanya sedikit yang benar-benar terjadi tapi ramalan yang buruk,
benar-benar terjadi. Ryu melirik Yuri. wanita itu tersenyum. "bersiaplah. kejadian yang terduga
akan menimpamu."deg! Yuri percaya. "kau hanya harus bersabar" Yuri mengangguk cepat.
"diawal tahun baru, "buku lama" akan terbuka lagi." Jelasnya akhir. Yuri tidak mengerti dengan
"buku lama" tapi dia mengangguk. "te.. terima kasih.." Yuri menarik tangannya. "giliranmu,"
Wanita itu menatap Kirihara. "aku?" Wanita itu mengangguk. Kirihara menyodorkan tangannya.
"kau tampan sekali. banyak teman perempuanmu yang menyukaimu." Kirihara tertawa malu.
"benarkah?" wanita itu membaca garis tangannya. "bersikap tegaslah." Kirihara menatap wanita
itu dalam. "sekali kau mengalah, kau harus melepaskan dia untuk selamanya." Kirihara terdiam.
"bibi, aku juga mau." Ucap Izumi langsung. Kirihara tersenyum. "terima kasih." Wanita itu
menghela nafas. "baiklah." Izumi menyodorkan tangannya. "kau anak yang manis. keinginanmu
selama ini akan terwujud sebelum kau libur musim panas." Izumi tersenyum lebar. "tapi,
hati-hati. liburanmu akan berakhir jika kau ketahuan." Izumi menganga. "hah? aku tidak
mengerti." Izumi menarik tangannya. "makanya aku disebut peramal. kalian boleh pergi." Yuri
membungkuk. "terima kasih." Izumi cemberut. dia keluar lebih dulu disusul Ryu dan Izumi.
"Kirihara," Panggil wanita itu. Kirihara menoleh. "anda tahu nama saya?" Wanita itu tersenyum.
"dia gadis yang spesial. Jaga dia." Kirihara tersenyum. "pasti."

Setelah diramal, Kirihara mengajak Yuri berkeliling. Tapi, tentu saja sambil mengikuti Ryu dan
Izumi. Krucuk~ Perut Yuri beberapa kali berbunyi. Tadi dia tidak makan malam. Beberapa kali
Yuri memerhatikan orang-orang yang sedang makan dengan nikmat. "lapar sekali~" Gumam
Yuri pelan. Kirihara menoleh. "kau lapar?" Yuri kaget. dia menggeleng cepat. "aku tidak lapar."
Bohong Yuri. "tunggu sebentar," Kirihara meninggalkan Yuri sebentar. Yuri menunggunya. dia
melihat Ryu dan Izumi sedang sibuk mencoba topeng. Kirihara membelikan bakpao besar untuk
Yuri. "untukmu," kirihara menyodorkan makanannya. deg! Jantung Yuri berdegup kencang. "te..
terima kasih.." Yuri mengambilnya. dia menggigitnya. "bagaimana? enak?" Yuri mengangguk
sambil tersenyum. Izumi dan Ryu mendekati mereka. "nii-kun, aku lapar." Rintih Izumi.
"bagaimana kalau kita makan mie ramen?" Tawar Ryu. Kirihara setuju. "kau mau makan
ramen?" Kirihara bertanya pada Yuri. Ryu menggenggam tangan Izumi keras. Yuri mengangguk
pelan. Kirihara tersenyum. "ayo," Izumi menarik tangan Ryu. Yuri segera menghabiskan
bakpaonya. Mereka segera menuju ke sebuah tenda mie ramen. Izumi masuk. "selamat datang,"
Kirihara kaget. "eh? Mutsuki?" Mutsuki menoleh. "woy, Kirihara." Kirihara tersenyum. Miyuki
dan Chibana menoleh. "eh? Yuurei?" Yuri menoleh. Miyuki dan Chibana tersenyum padanya.
"wah... kau cantik sekali.." Chibana menarik Yuri duduk disampingnya. "Miyuki-san? apa
kabar?" Ryu duduk disampingnya. Miyuki tersenyum tipis. dia tidak begitu menyukai Ryu
karena dia cantik dan populer. "kau tidak berubah, ya?" Raut muka Miyuki berubah. Chibana
tertawa. Miyuki berusaha tersenyum. "kau sudah berubah Ryu, rambutmu." Ryu hanya tertawa.
Mutsuki memberikan 6 mangkok kepada teman-temannya. Yuri membuka sumpitnya. Mutsuki
berdiri didepan Kirihara. "jadi, kenapa tiba-tiba kau bisa datang kesini bersama Yuurei?"
"uhuk..uhuk.." Kirihara tersedak. "Hm... kebetulan rumah Yuri dan Kirihara-kun bertetangga."
Jawab Ryu. "begitu?" Kirihara mengangguk cepat. Ryu memerhatikan Kirihara. Setelah makan,
"hey, Mutsuki, kami bertiga gratis, ya?" Pinta Miyuki. Mutsuki menggeleng. Miyuki dan
Chibana tidak membawa uang yang banyak. Chibana melirik Yuri. "kau bawa uang, Yuurei?"
Tanya Chibana. "Mm.. sebenarnya.." Yuri mengeluarkan dompetnya. Chibana dan Miyuki
tersenyum lebar. "besok disekolah kami ganti, ya?" Yuri mengangguk. Yuri membuka
dompetnya. Kring~ bunyi uang receh jatuh dimeja. semua orang yang melihat menganga. Ryu
dan Izumi tertawa. Kirihara tersenyum geli. Miyuki dan Chibana menghela nafas bersama.
Mutsuki mendengus. Yuri mulai menghitung. "kau tidak punya uang kertas?" Tanya Mutsuki.
Yuri menggeleng. Mutsuki menghela nafas. dengan sabar, dia menunggu. "baik, ini." Yuri
memberikan tumpukan recehan yang telah disusun rapi. "kau boleh menghitung lagi,
Mutsuki-chan." Ejek Ryu. Yuri hanya diam. "makanya aku benci cewek populer." Bisik Miyuki
pada Chibana.

Setelah makan, Izumi mengajak Ryu untuk ke pinggir sungai, dimana kembang api akan
dinyalakan. Yuri mengikuti mereka dari belakang. Daerah pinggir sungai sudah penuh dengan
orang-orang. mereka berempat duduk disebuah kursi panjang. Yuri memerhatikan sungai yang
begitu luas. "apa disana perahu?" Tunjuk Izumi. Ryu memerhatikan apa yang ditunjuk Izumi. dia
mengangguk sambil tersenyum. Izumi berdiri. "onee-chan, kita naik perahu, ya? aku ingin
melihat kembang api dari tengah sungi." Izumi menarik Ryu berdiri. Ryu mengangguk sambil
tersenyum. "nii-kun juga." Izumi menarik tangan Kirihara. "aku juga?" Yuri memerhatikan
mereka. Izumi mengangguk. "ayolah. ya?" Kirihara tidak mau meninggalkan Yuri. Ryu
menghela nafas. "Yuri-chan, kau bisa sendiri dulu disini?" Tanya Ryu. Yuri mengangguk. Izumi
tersenyum. Izumi menarik kakak tunggalnya. "ayolah, nii." Kirihara menghela nafas. "baiklah."
Kirihara berdiri. "ayo," Izumi langsung menarik dua orang itu pergi. Yuri menghela nafas
panjang. dia memainkan jemarinya. Yuri memerhatikan Kirihara dan Ryu yang sedang mencoba
untuk menyewa satu perahu. "mereka serasi sekali." Sesekali Kirihara dan Ryu saling tertawa.
Yuri menghela nafas lagi. dia mendongak ke atas. "kembang apinya belum ada?" Yuri monolog.
"hai, manis." Sapa seseorang tiba-tiba. deg! Yuri menoleh. seseorang duduk disamping Yuri. dia
tersenyum padanya. "sendiri saja?" Yuri bergeser sedikit. "kau... kau mau apa?" Tanya Yuri
ketakutan. dia tersenyum. "hanya ingin menemani. menonton kembang api sendiri itu tidak
enak." Pria itu menatap Yuri. Yuri mencoba berdiri. tapi tangan pria itu mendorongny untuk
duduk. "kau mau kemana?" Pria itu semakin mendekatkan posisi duduknya. Yuri hanya diam.
nafasnya tidak beraturan. "kau mau apa?" Tanya Yuri lagi. Pria itu tersenyum nakal. "apa lagi..."
Tangan pria itu perlahan ke paha Yuri. Yuri langsung berdiri. Tapi pria itu lagi-lagi
menjatuhkannya. pria itu tidak tahan, dia langsung menindih tubuh Yuri. dia ingin menciumnya.
Yuri terus menghindar. air matanya jatuh. "tolong!" teriaknya. "diam..." Tiba-tiba pria itu turun
dari atas tubuh Yuri. Buk! Ryosuke memukul orang itu. Yuri mencoba berdiri. nafasnya
tersengal-sengal. Ryosuke terus memukul orang itu hingga dia pergi. Yuri mulai menangis.
Ryosuke mendekatinya dan langsung memeluknya. "kau tak apa?" Yuri menangis. Kirihara
melihat itu semua. dia hanya bisa diam memegang ujung pengayuh dengan keras. Ryu melihat
mata Kirihara. dia melirik apa yang dilihat Kirihara. Ryu terdiam. dia menatap Kirihara.
"semuanya akan baik-baik saja." Yuri berhenti menangis. dia melepas pelukan Ryosuke.
"maafkan aku." Yuri menghapus air matanya. Ryosuke tersenyum kecil. "tidak apa. oh, kau mau
melihat kembang api dari tengah sungai?" Tawar Ryosuke. "Mm?" Ryosuke tersenyum. "ayo,"
Ryosuke menarik tangan Yuri pergi. "wah... kita seperti keluarga kecil, ya?" Izumi senang.
"apa?" Kirihara kurang mendengar. "nii-kun sebagai ayah, onee-kun sebagai ibu, dan aku sebagai
anak. bukankah kita seperti keluarga kecil?" Kirihara saling bertatapan dengan Ryu. mereka
langsung tertawa. Izumi ikut tertawa. Ryosuke menuntun Yuri menaiki perahu. Ryosuke duduk
didepan Yuri. dia mulai mengayuh. Yuri memerhatikan air sungai dimalam hari. "oh," Ryosuke
berhenti. dia merogoh saku jaketnya. "Yuri," Yuri menoleh, Ryosuke menyodorkan sekaleng air
soda. Yuri mengambilnya. "terima kasih." Yuri meletakkan kaleng itu dipangkuannya. dia
mengambil dompetnya. "oh, tidak usah." Yuri terdiam. dia menoleh kearah Ryosuke. "itu
untukmu." Yuri mengangguk. "terima kasih." Ryosuke mengayuh lagi. Ryosuke tidak melihat
Kirihara, perahu itu berhenti. Jarak antara perahu Kirihara dan Ryosuke sekitar 5 meter. Ryosuke
dan Yuri tidak melihat perahu itu. Kirihara melihat mereka. Yuri mencoba membuka kaleng itu.
tapi dia kesusahan. Ryosuke tersenyum kecil. "kemarikan," "hm?" "biar aku yang bukakan." Yuri
memberikannya. Ryosuke membukanya. "terima kasih." Yuri mengambilnya. Yuri segera
meminum air soda itu. Ryosuke memerhatikannya. Yuri merasakannya. dia menoleh. "kau juga
mau?" Ryosuke tertawa kecil. dia menggeleng. Yuri mengerti. Ptak! Ctak! Kembang api mulai
dinyalakan. Yuri dan Ryosuke mendongak keatas. "cantik sekali," Yuri senang sekali. Ryu dan
Izumi mendongak. "onee-chan ada warna pink."Tunjuk Izumi. Ryu tersenyum. "iya," Kirihara
memerhatikan Yuri. dia tidak pernah melihat Yuri sebahagia itu. "apa kau suka?" Tanya
Ryosuke. Yuri menoleh. dia mengangguk cepat. matanya kembali memandang kembang api
yang begitu indah. Ryosuke memerhatikannya sambil tersenyum. Kirihara melihat Ryosuke. apa
kali ini aku harus mengalah kembali? Batin Kirihara. Ryu memerhatikan Kirihara dengan sedih
dan kecewa.

Dua hari sudah, festival olahraga diselenggarakan. Kelas 3-A untuk perempuan akan segera
masuk final sedangkan kelompok pria sudah kalah diawal final. Yuri memerhatikan orang-orang
itu bermain bola. Cuaca sangat panas. Yuri menghabiskan air putihnya. sama sekali tidak
menghilangkan rasa panasnya. Yuri menyeka wajahnya. "ye~ Arashi~" Goda Nanako. Yuri
mengintip dari handuk kecilnya. Kirihara memberikan air soda dingin kepada Arashi. Yuri hanya
memerhatikan mereka dengan sedih. Kirihara begitu bahagia dengan Arashi. dia tertawa lepas
dengan Arashi sedangkan dengannya, Kirihara tidak pernah tertawa lepas. Ryosuke duduk
disampingnya. "kau kenapa?" Tanya Ryosuke mengagetkannya. dia langsung menoleh.
"Ryosuke-kun?" Ryosuke tersenyum padanya. Kirihara melihat Ryosuke duduk disamping Yuri.
Yuri sedikit membungkuk padanya. "kau haus?" Ryosuke menawarkannya. Yuri memerhatikan
kaleng yang dingin. dia haus sekali tapi dia enggak enak dengan Ryosuke yang sering
membelikannya minum. Yuri menggeleng. "begitu?" Yuri menggeleng. Ryosuke tertawa kecil.
"jadi?" Yuri menggeleng lagi. Ryosuke tersenyum. dia mengambil tangan Yuri dan menuntunnya
untuk memegang kaleng minum itu. deg! wajah Yuri memerah. Kirihara melihat itu semua.
"bukankah seperti itu, nii-kun?" Tanya Arashi. Kirihara menoleh kearah Arashi. "apa?" Tanya
Kirihara. Arashi menjelaskan kembali. "kalau kau haus, bilang saja." Yuri mengambil kaleng itu.
"te.. terima kasih.." Yuri sedikit membungkuk padanya. Ruka Aizawa dan empat temannya
melewati mereka. dengan sengaja, dia menginjak kaki Kyoko. "hey?!" Kyoko langsung berdiri.
Ruka tersenyum padanya. "maaf," Kyoko ingin menampar Ruka tapi Emi menahannya. Miyuki
mencolek Chibana. Chibana menoleh. Dia melihat Ruka berjalan kearahnya. Ruka melihat
Ryosuke. "Ryosuke-chan?" Ryosuke menoleh dan Yuri menoleh. Ruka tersenyum. "oh...
Yuurei?" Yuri membungkuk. "apa yang kau lakukan disini Ryosuke? kau berteman dengannya?"
Tunjuk Ruka. Ryosuke tersenyum. "iya. kami berteman." Ruka sedikit cemburu. Chibana kesal
melihat tatapan tidak sukanya Ruka pada Yuri. Chibana langsung berdiri dan mendorong Ruka
hingga terjatuh. "maaf." Ruka menoleh. Chibana tersenyum padanya. "kau mengganggu kami
menonton." Ruka dibantu berdiri oleh teman-temannya. "bagus sekali, Chibana," Puji Kyoko.
"terima kasih." Chibana kembali duduk. Ruka tersenyum kecut pad mereka. "heh~ baiklah.
sampai jumpa dipertandingan." Ruka pergi. Chibana, Miyuki, Kyoko, Emi melambaikan tangan
selamat tinggal. Yuri memerhatikan Ruka dari belakang. Chibana menggeser posisi duduk Yuri.
"tadi itu yang namanya Ruka Aizawa." Chibana mulai bercerita. "kalau diluar kelas dia selalu
berlima. aku malas menyebutkan nama-nama mereka. nanti kau tahu sendiri." Yuri mengangguk.
"Ruka itu..." Saat Chibana bercerita. Yuri memerhatikan Kirihara yang asyik mengobrol dengan
Arashi. mereka memang cocok batin Yuri sedih. "... kau mengerti?" Yuri mengangguk cepat.
Prit!! Pertandingan kelas 3-B dan 2-A selesai. kelas 3-B menang. Chibana berdiri. "ini
perjuangan kita yang terakhir." Chibana menggebu-gebu. Arashi berdiri. "Arashi, semangat."
Kirihara menyemangatinya. Arashi tersenyum. Yuri melirik mereka. Kelas 3-A dan kelas 3-B
segera masuk kelapangan. "baik. saudara-saudara sekalian. pertandingan ini akan semakin
seru." Suara komentator sekolah. "wuuhh?!" Teriak penonton riuh. Ruka ikut pertandingan. Ruka
dan Nanako berjabat tangan. "semoga kelasku menang." Kata Nanako tersenyum. "mungkin."
Ruka melepas jabatan tangannya. "kita lihat saja." Balas Nanako. Wasit datang sambil membawa
bola. semuanya segera ke posisi masing-masing. Arashi ikut main menggantikan Nana. Prit!!
Pertandingan dimulai. 2 komentator sekolah mulai mendiskripsikan pertandingan kelas 3-A
melawan 3-B. Dalam 15 menit pertama, Yuri hanya terus mengoper ke teman-temannya. dia
harus berhati-hati. Ryosuke mengeluarkan kameranya. dia sibuk memotret Yuri. Kirihara
melihatnya. "... kau harus melepaskan dia untuk selamanya" Kirihara teringat kata-kata wanita
peramal itu. Prit!! 15 menit pertama berakhir. poin mereka masih sama. 0-0. Kelas 3-A dan kelas
3-B segera menukar posisi tempat mereka. Prit!! pertandingan dimulai kembali. Kali ini bola ada
ditangan kelompok 3-A. Nanako segera mengoper bola kearah Arashi. Arashi mengoper kearah
Chibana. Chibana menggiring bola. Yuri mengikutinya. Chibana mengoper bola ke Yuri. Yuri
menangkapnya. dia akan mengoper bola ke Kyoko. jarak antara dia dan Kyoko jauh. Yuri
menendang bol itu ke depan. dia tidak melihat Ruka berlari kearahnya. Buk!! "Auw!" Yuri kaget.
dia menarik nafas panjang. bola yang ditendangnya mengenai kepala Ruka. Ruka terjatuh dan
pingsan. Kyoko menahan tawanya. Miyuki yang menonton tertawa terbahak-bahak. Ryosuke
tertawa kecil. "Wuuh?!" Penonton bersorak kegirangan. "belum ada pertandingan yang seperti
ini." Komentar seorang penonton. Yuri menutup mulutnya. "maafkan aku," Yuri membungkuk
pada Ruka yang pingsan. wasit dan beberapa pemain dari kelas 3-B dan kelas 3-A mendekati
mereka. "Ruka-chan?" Teman-temannya mengerubungi Ruka. Petugas kesehatan segera
mendatangi mereka. "wih... Yuurei, kau hebat." Chibana merangkul Yuri. Yuri memandang Ruka
dengan sedih. wasit mengeluarkan kartu kuning. "kartu kuning untuk Kazekawa Yuurei."
Beberapa pemain kelas 3-A menghela nafas lega. "tidak apa, Yuurei." Hibur Chibana. Salah satu
teman Ruka berdiri dan memandang Yuri. "tidak bisa, wasit. dia hampir membunuh kapten
kami." Tuntutnya. Wasit hanya memandangnya dengan datar. "apa kalian memiliki pemain
cadangan?" anak perempuan itu terdiam. mereka tidak memiliki cadangan. "kami tidak punya."
Ruka segera dibawa ke rumah sakit sekolah. "tapi, kami masih memiliki teman dari tim voli."
Sambung salah satu dari mereka. Kyoko melihat kuku-kuku cantiknya. "bukankah tim voli kalian
sedang berlatih?" Tanya Kyoko. kelas 3-B memandang Kyoko dengan sinis. "kau mau kelahi?"
salah satu dari mereka mendorong Kyoko. "hey?" prit!! Wasit meniupkan pluit. mereka berhenti.
"kalau begitu, pertandingan ini akan dimenangkan oleh kelas 3-A jika mereka berhasil
memasukkan satu bola." mereka tersenyum. "tapi, kalau gagal. kita ulangi..." wasit itu melihat
jam tangannya. sudah jam 5. "..besok." mereka cemberut. Prit!! "ayo," Bola diambil wasit.
mereka berjalan kearah gawang 3-B. "sepertinya, akan dilakukan pinalti berhubung sang kapten
pingsan dan tidak ada pengganti untuk kelas 3-B." Komen komentator. kiper 3-B telah
bersiap-siap. bola diletakkan didepan gawang. Nanako bersiap menendang. Chibana
menahannya. dia menoleh. Chibana mengangguk. dia memberi syarat. Nanako menghela nafas.
"baiklah. Yuurei, lakukan yang terbaik." Yuri kaget. "aku?" Nanako menjauhi bola. Yuri berjalan
kearah bola. dia melihat bola itu. dia mendongak ke gawang. "Yuurei-chan ?! Semangat?!" teriak
Izuna dan Shizuna bersamaan. Yuri menoleh. kedua teman lamanya melambaikan tangan
kepadanya. "Semangat?!" Yuri tersenyum. dia mengangguk. Yuri fokus pada gawang itu. kiper
itu tersenyum licik. dia tahu, Yuri akan gagal. yuri mulai ancang-ancang. Ini semua demi
teman-teman.. demi teman-teman... demi teman-teman... Batin Yuri. semua orang berdoa. Yuri
mulai menendang. Kiper itu terlalu mundur hingga masuk ke gawang. Buk!! Bola itu didapat
kiper. Yuri menganga. dia gagal. Semua terdiam. kiper itu tersenyum kecil. "Yuurei, kau
berhasil?!" Teriak Chibana. Yuri menoleh. "lihat." Chibana menunjuk garis gawang yng dilewati
kiper itu. semua menoleh. "Yeah, Gol?!" teriak komentator. "Wuuh?!" Semua bersorak gembira.
Yuri tersenyum senang. Nanako mendekatinya. "sebenarnya, aku malas mengucapkannya, tapi,
kau berhasil Yuurei." Nanako memberi jabatan pada Yuri. Mata Yuri berkaca. dia menjabati
Yuri. "terima kasih." Yuri membungkuk. Kirihara tersenyum melihat Yuri.

Keesokan harinya, setelah latihan Yuri memberanikan diri berlatih dengan seekor anjing. Hari ini
perlombaan tennis, bulu tangkis, renang, dan lari akan diselenggarakan. Yuri mengambil sebuah
batu. dia menarik nafas panjang. "Pff~" perlahan dia menghembuskannya. Yuri melihat anjing
coklat itu sedang tidur. "pasti bisa, Kazekawa Yuri." Yuri menyemangati dirinya sendiri. Yuri
melempar batu itu ke anjing coklat itu. anjing itu terbangun. deg! Yuri mencoba menenangkan
diri. "grr!" Anjing itu menatap Yuri dengan marah. dia bersiap untuk lari. glek! Yuri langsung
berlari kencang. "guk! guk! guk!" Anjing itu menggonggong. Yuri terus berlari kencang. dia
hampir sampai di rumah. Yuri memberanikan dirinya. "Hiat?!" Yuri langsung loncat ke pagar.
Bruk! dia jatuh tengkurap. "guk! guk guk!" Anjing itu menggogong dipagar rumah Yuri. Yuri
menoleh. dia tersenyum. "aku berhasil." Gumamnya senang. Yuri bangkit. Reika berdiri dipintu.
dia menatap Yuri dengan bangga. "kau hebat, Yuri." Yuri tersenyum lebar. "onee-chan?" Hari ini
Yuri bersemangat. aku harus menang. Batin Yuri. Kirihara tadi melihat Yuri. dia tersenyum kecil
saat sarapan. kau pasti menang. Batin Kirihara. Izumi melihat kakaknya senyum-senyum
sendiri-sendiri. "nii, kenapa?" Tanya Izumi penasaran. Kirihara menoleh. "Hm?" Izumi menatap
kakaknya dengan heran. "kenapa nii senyum-senyum sendiri?" Matsuura tersenyum nakal.
"kakakmu sedang jatuh cinta." Goda Matsuura "ibu?" Kirihara kesal. Izumi tersenyum nakal.
"apa nii-kun jatuh cinta dengan Ryu-onee-chan?" Tanya Izumi senang. "hah?" Matsuura kaget.
"tentu saja bukan. kakakmu sedang jatuh cinta dengan tetangga baru kita." Jelas Matsuura.
Kirihara menghela nafas. dia melanjutkan sarapan. "hah? nii-kun mana mungkin menyukai anak
perempuan seperti dia." Izumi membantah. "kenapa tidak? mereka cocok." Matsuura tidak mau
kalah. "enggak cocok, ibu. nii-kun terlalu sempurna untuk Yuri-onna. nii-kun lebih cocok dengan
Ryu-onee-chan. benarkan nii-kun?" Kirihara meletakkan sumpitnya. "aku sudah selesai makan."
Kirihara meninggalkan mereka. Matsuura tersenyum. "dia berarti enggak. kakakmu memang
cocok dengan Yuri." Izumi mendengus. "kalau mereka menikah aku orang yang pertama
menentang." Ishigawa hanya menghela nafas panjang. Kirihara kembali ke kamar. dia mengintip
Yuri. Yuri sedang menggulung rambutnya. Kirihara tersenyum melihatnya. "Yuri, semangat."
Yuri menyemangati dirinya sendiri didepan cermin. Kirihara menulis sesuatu di secarik kertas.
Yuri mengikat gulungan rambutnya. dia tersenyum didepan cermin. Tiba-tiba sebuah pesawat
kertas mendarat didekat tas Yuri. "hm?" Yuri menoleh. dia mengambil pesawat kertas itu. "ini
apa?" Yuri membuka kertas itu. 元気、かぜかわ. Yuri tersenyum kecil. dia mengintip kamar
Kirihara. Kirihara berdiri dibalkon. dia tersenyum padanya. deg! Jantung Yuri berdegup kencang.
Tangan kanan Kirihara dikepal dan diangkat. "semangat." Yuri mengangguk pelan. "Kirihara?"
Panggil Matsuura. Kirihara pergi. Yuri tersenyum. dia segera mengambil tasnya dan turun.
"paman! onee-chan! aku berangkat." Yuri membuka pintu. "kau sudah makan?" Tanya Yoshika.
"sudah." Yuri keluar dari rumah. Cuacanya sangat cerah. Yuri langsung berangkat ke sekolah.
Sesampai disekolah, sekolah sudah ramai. "yuurei?!" Teriak Chibana. Yuri menoleh. dia berlari
kearah Chibana dan Miyuki. "ohayo," Sapa Yuri seraya membungkuk. Miyuki tersenyum.
"ohayo," Balasnya. "Wiih.. hari ini kau lari, ya? semangat." Chibana menyemangatinya. Yuri
tersenyum. "terima kasih." "eh, ayo, ayo," Beberapa anak laki-laki berlari masuk ke dalam
sekolah. "ada apa?" Tanya Yuri. "kau lupa? hari ini lomba renang juga akan diselenggarakan."
Jelas Chibana. Yuri mengerti. "bagaimana kalau kita lihat?" Tawar Miyuki. "hss~ aku tidak
mau." Miyuki tersenyum geli. "kau takut kecantikanmu pudar? ayo," Miyuki menarik kedua
temannya ke kolam renang. Suasana kolam renang jauh lebih ramai dibanding luar gedung
sekolah. mayoritas penontonnya adalah murid laki-laki. "cih.. laki-laki disini mata keranjang
semua." Cibir Chibana. Miyuki mengangguk. Yuri memperhatikan penonton. dia melihat
Kirihara duduk diantara penonton bersama Ishigami. "eh? eh? itu Arashi?" Tunjuk Chibana.
mereka berdua menoleh. Arashi sedang pemanasan. dia memakai pakaian renang yang bagus.
Yuri melihatnya. "dia cantik sekali." Puji Miyuki. Yuri mengangguk lemas. Yuri memerhatikan
badan Arashi. badannya bagus sekali. Puji Yuri. Yuri melihat tubuhnya dengan menunduk.
Badannya tidak sebagus badan Arashi. Yuri melirik Kirihara. Kirihara memerhatikan Arashi
sambil mengobrol dengan Ishigami. Yuri menghela nafas. dia berbalik. "eh? kau mau kemana?"
Tanya Miyuki. "ke lapangan." Jawab yuri meninggalkan mereka. kedua temannya mengikutinya.

4 perlombaan dilaksanakan bersamaan. Yuri sedang pemanasan. dia mendapatkan kelompok


kedua bersama kelas 3-C, 3-E, dan 3-G. "kau sudah siap?" Tanya Miyuki. Yuri mengangguk.
Prit! kelompok pertama dimenangkan kelas 3-B putri. "ah! dia menang. kau juga harus menang,
Yuurei." Bisik Chibana. Yuri mengangguk. "selanjutnya perwakilan dari kelas 3-A, 3-C, 3-E,
dan 3-G." Jelas wasit. "ayo, Yuurei! semangat?!" Teriak Chibana dan Miyuki bersamaan. Yuri
segera ke arena lari. "ribut sekali." Cibir Ruka. Ruka ada disana. dia mash kesal dengan kejadian
kemarin. Yuri bersiap-siap di jalurnya. dia melihat ke arah penonton. tidak ada Kirihara. dia
melihat Ryosuke melambaikan tangan kepadanya. Yuri tersenyum. "bersedia?" Yuri bersedia.
"siap?" Yuri mengangkat bokongnya. "mulai!" dor! tembakan angin ditembakkan ke atas. 4
peserta langsung berlari kencang. "apa menurutmu Yuurei akan menang?" tanya beberapa orang.
Miyuki mendengarnya. dia berbalik. "apa kalian mau taruhan?" Tawar Miyuki. Bekas gigitan itu,
latihan pagi, dan berlatih dengan anjing membuat Yuri begitu semangat berlari. sekarang
posisinya ada di nomor 1. Ryosuke tersenyum melihatnya. Prit!! Pulit dibunyikan. Yuri berhasil.
"hah?!" Semua penonton kaget. "yeey?!" Teriak Miyuki dan Chibana senang. Chibana berlari
kearah Yuri. Miyuki berbalik. "taruhan kalian kalah." Chibana menghampiri Yuri. "kau berhasil
Yuurei." Yuri tersenyum sambil mengangguk. "ayo," Chibana menarik Yuri ke tempat duduknya.
Yuri melihat ke sekelilingnya. Kirihara tetap tidak ada. Yuri tertunduk sedih. mereka segera
duduk. Miyuki menghampiri mereka dengan memegang sejumlah kertas yen yang banyak. Yuri
meminum air putihnya. dia kecewa karena Kirihara tidak menontonnya. "hey?" Sapa Ryosuke
seraya duduk disamping Yuri. Yuri kaget. "uhuk..uhuk.." dia tersedak. "eh? eh?" Ryosuke kaget.
Yuri menyeka bibirnya. "kau tak apa?" Yuri mengangguk. Ryosuke tersenyum lega. "tadi kau
hebat sekali." Puji Ryosuke. Yuri menutup botol itu. "apa kau bisa berlari dengan cepat karena
latihan dengan anjing?" Tanya Ryosuke. "hah?" Yuri kaget Ryosuke tahu itu. Ryosuke geli
melihat raut muka kaget Yuri. "kau kenapa?" Yuri menggeleng. dia menunduk sambil
memainkan jarinya. Yuri melihat tas kamera Ryosuke. "Mm.. itu.." Yuri menunjuk tas kamera
Ryosuke. "eh?" Ryosuke menoleh. "..itu.. kamera?" Tanya Yuri. Ryosuke mengangguk. "kau
mau coba?" Tawar Ryosuke. "ah? boleh?" Ryosuke mengeluarkan kameranya. "tidak usah..tidak
usah.." Yuri menggeleng. "kenapa?" Tanya Ryosuke. "Mm.. tidak apa-apa." Ryosuke tersenyum
geli. "letakkan botolmu." "hm?" Yuri meletakkan botolnya. Ryosuke mendekatkan posisi
duduknya. dia memegang tangan Yuri. beberapa orang melihat mereka termasuk Ruka. "apa
Ryosuke menyukai Yuurei?" Tanya Kawashma Umika, sahabat Ruka yang barusan
memenangkan lomba lari kelompok 1. "heh? suka? mana mungkin. dia bukan tipe Ryosuke."
Bantah Ruka. Umika mengerti. Ruka pernah berpacaran dengan Ryosuke selama 6 bulan 10 hari.
Tapi Ruka memutuskannya karena Ruka mulai bosan. setelah putus, Ruka ingin balikan kembali
tapi Ryosuke menjawab. "Mm.. aku akan mencoba. tunggu saja." Ruka begitu lega dengan
perkataan Ryosuke. dia menganggap itu janji padahal bukan. Miyuki dan Chibana memerhatikan
Ryosuke dan Yuri dibelakang. Chibana tersenyum kecil. "apa menurutmu mereka cocok?" Tanya
Chibana. Miyuki mengangkat bahu. Ryosuke menuntun Yuri. "lalu, pegang ini." Yuri menurut.
"dekatkan kesini." kamera itu didekatkan ke mata Yuri. "dan foto." Yuri menekan tombol. klik!
Yuri tersenyum kecil. "bagaimana?" Tanya Ryosuke. Yuri menjauhkan matanya dari kamera. dia
mengangguk. Ryosuke tertawa kecil. Kirihara melihat mereka. rencananya dia ingin memberikan
minuman ion yang dipegangnya untuk Yuri. Tapi dia mengurungkan niatnya. Kirihara berjalan
kearah kursi penonton.

Pertandingan final dimulai. Yuri kembali ke arena lari. Bruk!! Umika dengan sengaja menabrak
Yuri membuat rambutnya terurai. "maaf," Umika meninggalkan. Yuri mencari ikat rambutnya.
"perwakilan kelas 3-A harap masuk ke arena." Perintah wasit. Yuri menghela nafas. dia menurut.
"astaga! Umika itu." Chibana kesal. Reika dan Yoshika datang. "apa Yuri itu?" Tunjuk Yoshika.
Reika terbelalak. "kenapa dia melepas ikat rambutnya?" Reika tidak menyangka. "kenapa
memangnya?" Tanya Yoshika. Reika menatap Yoshika dengan heran. "apa kau bodoh?" Yoshika
langsung menoleh 90 derajat kearahnya. "kalau rambut Yuri tergurai, pandangannya akan
terganggu." Yoshika mendengus. "aku mengerti, nona pintar." Yoshika memerhatikan Yuri
kembali. "Yuri-chan?! semangat?!" Teriak Reika. Yuri menoleh. onee-chan? Batin Yuri. Yuri
tersenyum senang. dia melihat Kirihara. Kirihara tersenyum sambil mengacungkan jempol
padanya. deg! Yuri menunduk. dia tersenyum kecil. "siap?" Yuri mengambil nafas. "bersedia?" 4
peserta mengangkat bokong. Yuri menggantung rambut panjang yang menutupi setengah
wajahnya ketelinga kanannya. "mulai?!" dor! Pistol angin diletukkan. keempat peserta itu
langsung berlari. 2 anak perempuan dibelakang Yoshika dan Reika tertawa. "apa dia pikir ini
iklan makanya dia mengurai rambut panjangnya itu?" Ledek salah satu dari mereka. Yoshika
mendengus. dia menoleh ke belakang. "maaf nona, apa kau pikir kau memiliki rambut sebagus
dia?" mereka berdua terdiam. Reika tersenyum kecil. Yoshika kembali duduk dengan benar.
Reika meliriknya. "kenapa kau melirikku seperti itu?" Tanya Yoshika tanpa memandangnya.
Reika menggeleng. "tidak. hanya gayamu berbicara seperti wanita." Yoshika tertawa garing.
Reika hanya diam. Yuri terus berlari. dia diposisi nomor 1. "eh? tali sepatu Yuurei tidak diikat?"
Gumam seseorang disamping Kirihara. Kirihara memperhatikan Yuri. tali sepatu Yuri tidak
diikatnya. Yuri pasti lupa. kazekawa? Batin Kirihara. Tanpa sengaja Yuri menginjak tali
sepatunya. Yuri terjatuh hingga terseret dijalur larinya sekitar 10 cm. "Yuri-chan?" Reika berdiri.
dia panik. Reika segera turun. "misi, permisi, misi." Reika melewati orang-orang yang sedang
duduk. Yoshika menghela nafas. "hey? Reika?" Reika menoleh. dia membuat orang-orang kesal.
Yoshika menunjuk kearah jalur kosong. Reika tersenyum kecil. dia berbalik. "misi, permisi,
misi." Yoshika meninggalkan "bikin malu." Kirihara kaget. "kazekawa?" Umika melewati Yuri
tanpa lupa mengucapkan. "bye-bye". Air mata Yuri jatuh. aku gagal. Batin Yuri sedih.
"semangat, Kazekawa." yuri teringat pesan Kirihara. "Yuri-chan?! Semangat?!" Yuri masih
merasakan teriakan Reika. aku sudah latihan kerja keras, aku tidak boleh menyerah. Batin Yuri.
tim kesehatan mendekatinya. Umika menoleh ke belakang. dua peserta lagi masih jauh darinya.
Umika tersenyum kecil. dia berlari kecil. "huh~ sombong sekali dia." Cibir Miyuki. "kau
baik-baik saja?" Tanya salah satu dari tim kesehatan. Yuri menyeka air matanya. kau bisa, Yuri.
batin Yuri. Yuri mencoba berdiri. "eh?" semua tim kesehatan kaget. Yuri mencoba berlari
kembali. lututnya begitu sakit. keningnya dan ujing hidung terkelupas dan berdarah. celana
panjangnya terobek bagian lutut. "Yuurei?" Miyuki ingin menangis. Umika tersenyum kecil. dia
langsung berlari kencang. Prit!! Umika menang. Tapi hanya sedikit yang bertepuk tangan.
Beberapa kali Yuri ingin terjatuh. Dia terus mencoba berlari. air matanya membasahi kedua
pipinya. 1-2 penonton berkaca. dua peserta menyusulnya. Yuri semakin menangis. Hingga dia
sampai di garis finish, semua orang langsung memberi tepuk tangan padanya. "Yuri," Yoshika
mendekati Yuri. Yuri langsung memeluk Yoshika. dia menangis. Reika menyeka air matanya.
"tidak apa. tidak apa. kita pulang." Hibur Yoshika mengelus rambut Yuri. Reika mendekati
mereka. "kau ambil tasnya." Perintah Yoshika. Reika menghela nafas. "baiklah, tuan." Reika
pergi. "ayo," Yoshika membawa Yuri pulang.

Selama tiga hari Yuri demam akibat dia terjatuh dijalur lari yang panas itu. kedua lututnya luka
tapi lutut bagian kanannya terluka parah sehingga harus dijahit 12 jahitan. kening dan ujung
hidung Yuri juga harus dijahit karena robek. Yuri benci sakit demam. Jika dia sakit, dia bisa kena
pilek dan flu berhari-hari dan sekarang dia susah membersihkan pileknya karena bisa melukai
jahitan diujung hidung Yuri. "ah.. mengganggu sekali.." Cibir Yuri seraya membuang tisu bekas
dia ke tempat sampah. Yuri melihat ke kalender. sudah hari senin dimana hari pertama bisbol
dimulai. Pintu kamar Yuri terbuka. Yuri menoleh. Yoshika masuk sambil membawakan bubur
untuknya. "ohayo, Yuri." Sapa Yoshika ceria. Yuri tersenyum. "ohayo, paman." Yoshika
mendekati Yuri. "saatnya sarapan." Gumam Yoshika. Yuri mengangguk. "Mm.. paman," Panggil
Yuri pelan. Yoshika mengaduk bubur itu pelan. sebelum dia berangkat kerja, Yoshika
menyempatkan diri untuk menyuapi Yuri sarapan. "apa?" Yuri menunduk. "apa aku boleh ke
sekolah? aku ingin menonton temanku bermain bisbol." Yoshika menyuapi bubur lagi ke Yuri.
"tidak. kau masih sakit. aku tidak mengijinkan. a!" Yuri disuapin lagi. "tapi, aku..." "eh, ditelan
dulu." Yuri langsung menelan. "tapi, aku tidak demam lagi." Jelas Yuri. Yoshika menyuapi Yuri
lagi. "tetap saja tidak boleh. kau belum pulih benar. jahitanmu juga masih belum kering. kau
mengerti?" Yoshika menyuapi Yuri lagi. Yuri mengangguk lemas. Yoshika tersenyum puas. dia
begitu menyayangi Yuri seperti anaknya sendiri, saat Yuri jatuh kemarin, dia orang yang paling
sedih diantara semua orang yang begitu dekat dengan Yuri. Yoshika sudah menganggap Yuri
sebagai anak karena Yuri tidak memiliki tempat berlindung selain dirinya. Yoshika rela
melakukan apapun untuk membuat Yuri sehat kembali, dia juga rela terlambat demi menyuapi
Yuri dan kembali ke rumah untuk menyuapi makan siang untuk Yuri. Padahal Yuri tidak mau
tapi Yoshika terus memaksanya hingga Yuri menyerah. Setelah makan, Yoshika segera
meninggalkannya. Yuri menghela nafas panjang. satu jam kemudian, perlombaan bisbol sudah
dimulai disekolah. kelas 3-A menjadi pembuka melawan kelas 3-C. Disetiap sekolah memiliki
satu bidang unggul sama halnya dengan Kitahoro high. sekolah Yuri memiliki olahraga bisbol
sebagai bidang paling unggul dan populer serta melakukan apapun agar bisbol selalu digemari
para murid dan selalu membanggakan. Makanya, saat festival sekolah, olahraga bisbol selalu
diadakan seminggu kemudian dan lapangan yang digunakan selalu diperluas. "baik,
saudara-saudara. mari kita saksikan pertandingan pembuka antara kelas 3-A melawan 3-C."
Jelas komentator. Semua bertepuk tangan riuh. "Wuuuh?!" teriak beberapa orang riuh. "ah?!
3-A... 3-A...3-A?! 3-A pasti menang?! yey?!" Arashi, Kyoko, Suzuki, Emi, Nanako, Minami,
dan Erika menyemangati timnya dengan berpakaian ala cheerleaders membuat penonton pria
mendapat tontonan yang menyenangkan. "cih.. mereka berlebihan sekali.." Komentar Miyuki
kesal. Chibana menghela nafas. "kalau kau mau, kau bisa ikut." Jawab Chibana. Miyuki
mencuekinya. "hey, teman-teman." Panggil Nana. mereka berdua menoleh. Nana memberikan
mereka pop corn pesanana mereka pada mereka. "ya, terima kasih." Balas Chibana. Nana
mengangguk seraya duduk. "Mm.. Yuurei tidak ada, ya?" Tanya Nana. Chibana mengangguk.
"katanya dia masih sakit." Jawab Chibana tanpa mengalihkan pandangannya ke depan. "begitu?
dia kasihan sekali. heh, kemarin ketika dia jatuh, dia mencoba berlari, semua penonton menangis,
ya? termasuk kalian berdua." Miyuki dan Chibana menoleh 90 derajat ke Nana. "katanya, kalian
nangis paling keras diantara yang lain, benar begitu?" Chibana kembali ke pandangannya sambil
memakan popcorn miliknya. "sebenarnya iya, tapi tidak begitu keras. Itu hanya gosip." Elak
Miyuki. "benarkah? tapi, temanku merekam kalian menangis." Chibana berhenti memakan
popcornya. "diamlah, Nana." Gumam Chibana datar. deg! Nana mengangguk. Kirihara duduk
disamping Mutsuki. "Kirihara-nii-kun?!" Teriak Arashi. Kirihara menoleh. Arashi melambaikan
tangan. Kirihara tersenyum padanya. "apa menurutmu dia datang?" Tanya Kirihara. "siapa?"
tanya Mutsuki balik. Kirihara terdiam. "bukan. bukan siapa-siapa." Kirihara memerhatikan para
penonton. Kirihara menghela nafas panjang. Mutsuki meninggalkannya. "dia tidak datang."
Gumam Kirihara.

Sudah 4 hari pertandingan digelar. kelas 3-A berhasil masuk final. Kirihara berdiri dibalkon. dia
memperhatikan jendela kamar Yuri yang terbuka lebar tapi tidak ada Yuri. Dia ingat kejadian
tadi pagi, saat itu dia sedang berlatih kembali. Kirihara sudah bisa memukul walau hasilnya
selalu sama. Reika menghela nafas. "baiklah. kita istirahat dulu." Kirihara mengangguk. Kirihara
duduk disamping Reika. "aku tahu, memang berat melakukan sesuatu yang pernah membuat kita
takut dn trauma tapi hal itu harus kita lakukan juga." Kirihara mengangguk. "aku mengerti."
Jawab Kirihara. "kau seorang pria, bukan?" Kirihara hanya diam. "seharusnya kau malu dengan
Yuri." Kirihara menoleh. "dia terus berusaha walau dia tidak bisa berlari kencang. Dia rela
melakukan apapun agar dia bisa menang. apapun juga. kau tahu, kadang dia menangis mengingat
seseorang yang selalu menghinanya, mengatakan kalau dia tidak bisa. mengatakan kalau latihan
yang dilakukannya selama ini hanya sia-sia. Tapi itu tidak membuat dia terus mengingatnya."
Kirihara menunduk. "dia bukan siapa-siapa. Tapi semangatnya dan usahanya membuat dia
menjadi seseorang yang spesial. kau harus ingat itu." Kirihara menghela nafas. "aku akan selalu
mengingatnya." Gumam Kirihara. dia berbalik. Buk! Yuri melempar sesuatu ke jendela. Kirihara
langsung berbalik. Buk! Yuri kebentur jendela saat dia berbalik. "Aduh~" ringisnya seraya
masuk kedalam. Kirihara tertawa kecil. dia mengambil batu yang dibungkus kertas itu. "untuk
Kirihara," Kirihara membacanya. Yuri mengintipnya. "Jadilah Raja home run dari Osaka yang
baru." Yuri tersenyum kecil. dia mengingat apa yang ditulis. "astaga!" Pekik Yuri. tadi dia salah
menulis kanji semangat menjadi keramaian. Yuri kembali ke kasurnya. Raut muka Kirihara
berubah. "hm? keramaian?" Kirihara tersenyum kecil. Yuri mengintip dari jendela. "pasti."
Kirihara segera pergi. Yuri tersenyum kecil. dia melihat dirinya dicermin. jahitan dikening sudah
dilepas tapi dihidung belum. "hatsyii!" Yuri masih pilek. itu alasan kenapa jahitan dihidung Yuri
masih belum dilepas. Yuri kembali ke kasurnya. Yoshika segera datang membawakan bubur.
"ohayo, sayang." Yuri hanya tersenyum. "Mm... paman, hari ini final pertandingan bisbol
disekolahku. aku boleh pergi?" Tanya Yuri langsung tapi Yoshika tetap menolaknya. dia takut
Yuri kenapa-kenapa. Yuri menghela nafas. Setelah sarapan, Yoshika segera berangkat. Yuri
mengintip keberangkatan Yoshika. Saat Mobil Yoshika pergi, Yuri tersenyum lebar. dia segera
mandi. Yuri tetap ingin pergi. Sekitar 1 jam, Yuri baru berangkat. hari ini panas sekali. Yuri
memakai payung. Disekolah, pertandingan sudah dimulai. Ryosuke memfoto beberapa pemain
yang sedang memukul. Yuri tiba disekolah. dia memasukkan payung lipatnya kedalam tas. "apa
sudah mulai?" Yuri berjalan kearah lapangan. Miyuki, Chibana, dan Nana sibuk makan popcorn
sambil menonton. Karena kejadian kemarin, Nana tidk diizinkan untuk berbicara dengan Miyuki
dan Chibana. Nana hanya menurut. "Hm?" Nana melihat Yuri. "Mm.. apa aku boleh ngomong?"
Tanya Nana. "tidak." Jawab Chibana cepat. Nana menghela nafas. "kalau bertanya?" Tanya Nana
lagi. "tidak." Jawab Chibana lagi. "tapi, aku ingin bertanya. apa disana itu Yuurei?" Nana
menunjuk ke arah Yuri yang sedang berdiri kebingungan didekat pagar jerujui. Chibana dan
Miyuki menoleh. "iya. itu Yuurei. ayo," Mereka berdua langsung turun. "Yuurei?!" Panggil
Miyuki. Yuri menoleh. dia tersenyum sambil melambaikan tangan. "kau apa kabar?" Tanya
Chibana. Yuri membungkuk sambil tersenyum. "uh? dihidungmu itu apa?" tanya Miyuki. "Um..
ini... jahitan.." Miyuki kaget. "jahitan?" Chibana menghela nafas. dia tahu, obrolan mereka akan
panjang. Chibana menarik pergi Yuri. "kau harus menonton kelas kita." Gumam Chibana.
mereka meninggalkan Miyuki. "he...hey?" Miyuki kesal. Chibana mengajak Yuri duduk
disampingnya. Nana sadar, jadi dia pindah. "apa kelas kita sudah tampil?" Tanya Yuri. Chibana
menggeleng. "sebentar lagi." Jawab Chibana pendek. Ryosuke melihat Yuri. dia tersenyum kecil.
"kau sudah sehat?" Gumamnya pelan.

Pertandingan kelas 2-D dan 1-A berhasil dimenangkan 2-D yang berarti akan melawan kelas 3-A
di final. Yuri mencari Kirihara. dimana dia? Batin Yuri. Yuri tersenyum kecil, dia melihat
Kirihara sedang duduk disamping Mutsuki. Gaya pakaian Kirihara sangat keren. "berhasil?!"
teriak komentator. Tayama berhasil mencetak nilai. "sekarang siapa lagi?" Tanya Ichigo.
semuanya sudah main kecuali Kirihara. "Kirihara belum." Gumam Mutsuki. Ichigo menatap
Kirihara. "kau maju." Kirihara mengangguk lemas. selama pertandingan, dia selalu gagal. "eh?
Kirihara mukul?" Gumam Miyuki. Yuri terus memerhatikan Kirihara. pitcher mulai bersiap-siap.
Kirihara mengambil nafas. Yuri mendekap kedua tangannya. dia berdoa agar Kirihara bisa. bola
dilempar. "strike 1." Kirihara gagal. bola dilemparkan kembali. "strike 2." "apa yang dia
lakukan?" Tanya Tayama kesal. Yuri semakin khawatir. "apa dia masih mengingat kejadian
ayahnya?" Gumam Chibana. Yuri terus menatap Kirihara dengan sedih. "Ini bola terakhir. Jika
dia gagal, mereka harus bertukar posisi." Gumam Komentator. pitcher 2-D mulai bersiap.
Kirihra menarik nafas. dia segera melempar bola. "Strike 3?! keluar?!" Teriak wasit. "aah~"
Penonton kecewa. Yuri menjatuhkan tangannya. Kirihara-kun ? Batin Yuri sedih. kelas 3-A dan
kelas 2-D segera bertukar posisi. Mutsuki berdiri didekat Kirihara. Mutsuki melihat Yuri. dia
melambaikan tangan. deg! Yuri kaget. "Mm.. apa Watanabe-nii-kun melambaikan tangan
padaku?" Tanya Yuri pelan. Chibana tersenyum kecil. "kurasa begitu." dengan pelan Yuri
membalas lambaian tangan Mutsuki. Miyuki mendengus kesal. Chibana meliriknya. "apa kau
cemburu, Miyuki-chan?" Goda Chibana. deg! Miyuki menoleh. dia langsung tertawa. "apa yang
kau bilang? cemburu? yang benar saja" Chibana menghela nafas. Kirihara menoleh. dia melihat
Yuri. kazekawa? Batin Kirihara. Yuri terdiam. "Ki..Kirihara-kun?" Gumam Yuri pelan. Kirihara
tersenyum padanya. deg! Jantung Yuri berdegup kencang. "Mm..." Yuri menggandeng tasnya.
"aku mau ke toilet.." Yuri berdiri. "apa?" Tanya Chibana. Yuri sedikit membungkuk. dia segera
pergi. "dia kemana?" tanya Miyuki. Chibana mengangkat bahu. Kirihara tersenyum kecil. Arashi
memeras kaleng soda yang dipegangnya. Buk!! Bola dipukul. Kirihara segera berlari mengambil
bola itu dan memukulnya ke pemain. "Yeah, kelas 3-A kembali?!" teriak Komentator. "wuuuh?!"
Teriak penonton riuh. Yuri kembali dari persembunyiannya. dia salah tingkah saat Kirihara
tersenyum padanya, karena wajah Yuri "bertato". "biar aku yang memukul." Pinta Kirihara.
"hm?" Tayama kaget. Tomoyuki mendekatinya. "tentu saja." Tomoyuki memberikan tongkat
pemukul padanya. Kirihara segera ke base 1. Yuri terhenti dipagar lapangan. Kirihara berdiri
diatas base 1. "dia bukan siapa-siapa. Tapi semangatnya dan usahanya membuat dia menjadi
seseorang yang spesial. kau harus ingat itu." Kirihara teringat perkataan Reika. bola dilempar.
"strike 1" Teriak wasit. Yuri mendekap kedua tangan. dia berharap kembali. Ya Tuhan, sekali
lagi saja. Aku ingin melihat Kirihara memukul. Batin Yuri. Matanya berkaca. "3-A?! 3-A?!
3-A?! go?! go?! go?!" Teriak Arashi dan teman-temannya menyemangati. Kirihara tersenyum.
bola dilempar kembali. "strike 2?!" Teriak wasit. Tayama terduduk. "ini tidak baik." Gumamnya.
"lihat dan saksikan kapten." Balas Mutsuki. Kirihara menghela nafas. dia melihat Yuri. deg!
Jantung Yuri berdegup kencang. air matanya terjatuh. Kirihara tersenyum padanya.
"Kirihara-kun?" Gumam Yuri pelan. Angin berhembus pelan. "Jadilah Raja home run dari Osaka
yang baru."gumam Kirihara tersenyum kecil. Yuri menghapus air matanya. Pitcher melempar
bola. Buk!! Bola berhasil dipukul Kirihara. "Wuuh?!" teriak penonton. Tayama berdiri. "Yey?!
Home run?!" Teriak komentator senang. Kirihara langsung berlari. "berhasil di base 2.."
kirihara melewati base 2. "melewati base 3.." Kirihara berlari ke arah base 4. "berhasil melewasi
base 4.." Kirihara berlari ke base pertama. "Berhasil?!" Semua penonton berteriak riuh.
"Wuuuh?! yey?!" Arashi tersenyum senang. Yuri tersenyum. dia segera pergi membelikan
Kirihara minuman ion. Kirihara langsung dikerumunin teman-temannya. Tayama mendekatinya.
"kau kembali, buddy." Kirihara tersenyum. mereka berjabat tangan. Mutsuki mencibir. "bzzt...
benar-benar banci.." Mutsuki maju. giliran dia yang memukul. Yuri mendatangi Kirihara untuk
memberikan minuman ion untuknya tapi Arashi lebih dulu datang. Yuri terdiam. "nii-kun,"
Kirihara dan teman-temannya menoleh. "selamat ya?" Ucap Arashi seraya menyodorkan
minuman ion yang sama dengan minuman ion yang dibeli Yuri. Yuri menutupi minuman ion itu
dengan kedua tangannya. "ciee~" goda teman-temaan Kirihara. Kirihara dan Arashi tertawa
malu. Yuri menghela nafas. dia pergi. Yuri duduk di kursi taman dekat lapangan bisbol. Yuri
mencoba membuka minuman ion itu tapi tidak bisa. "hey?" Sapa Ryosuke mengagetkan Yuri.
Ctak! kaleng itu terbuka tapi membuat jari Yuri luka. "aduh~" Ringis Yuri. Ryosuke kaget. dia
mengambil kaleng ion itu dan meletakkannya di kursi. darah dari jari Yuri tidak mau berhenti.
robekannya sangat dalam. Dengn sigap, Ryosuke langsung menghisap darah yang keluar dari jari
Yuri. deg! Jantung Yuri berdegup kencang. Kirihara keluar dari lapangan, dia ingin ke toilet.
Namun, ketika meliht Ryosuke menghisap darah Yuri dijarinya, Kirihara terdiam. Ryosuke
segera mengambil handsaplast dari tasnya. dia meludahkan darah yang dihisapnya ke tanah dan
segera menutupi luka Yuri dengan handsaplast. Perlahan Yuri menarik tangannya. "te... terima
kasih.." Ryosuke tersenyum padanya.

Festival olahraga berakhir. Kelas Yuri berhasil mendapat piala untuk beberapa bidang olahraga
seperti renang, tapi hanya Arashi yang mendapatkannya. Minami dan Tayama berhasil menjadi
juara 1 untuk lomba tennis. Hanya Hiro yang berhasil dalam bulu tangkis, sama halnya dengan
Sakamoto. dia berhasil menang dalam lomba lari. Dia begitu terinspirasi kepada Yuri yang masih
berjuang untuk lari padahal dia pasti kalah. dalam bidang voli, tidak ada yang menang sedangkan
bisbol, kelas 3-A berhasil menjadi juara 1. sepak bola juga demikian. Sayang, hanya kelompok
wanita yang berhasil. Dan setelah Festival Olahraga berakhir, mereka kembali belajar seperti
biasa dan sebentar lagi mereka akan segera mengahadapi ujian semester pertama. hatsyii! Yuri
masih pilek tapi jahitan di ujung hidungnya sudah dilepas. "lebih baik kau tidak usah sekolah.
kau sakit pilek hampir satu bulan" Saran Yoshika. Yuri dan Reika kaget bersamaan. "apa yang
kau katakan? sebentar lagi dia akan ujian." Reika tidak setuju. Yoshika menatap tajam wanita itu.
"apa aku menyuruhnya untuk berhenti? aku hanya memberi saran." Reika mendengus. "terserah
kau." Balas Reika pelan. Setelah sarapan, Yoshika mengantar Yuri ke sekolah. "hey, Yoshika?
aku ikut, ya?" Pinta Reika. Yoshika menoleh. "setelah pergi, kunci langsung ditaruh dibawa
ambal. terima kasih. ayo, Yuri." Yoshika pergi. Reika mendengus. "dasar pelit." Sesampai
disekolah, Yuri membungkuk pada Yoshika. dia membuka pintu mobil. "aku pergi." Gumam
Yuri seraya keluar. "hati-hati." Yuri mengangguk. dia langsung berlari masuk ke gedung sekolah.
Sesampai dikelas, Yuri segera duduk. "ohayo," Sapa Chibana. "ohayo," Balas Yuri. "Hm? kau
masih pilek?" Tanya Miyuki. Yuri mengangguk. Saat pelajaran pertama, Kirihara berdiri didepan
teman-temannya. dia menulis "Liburan Musim Panas" di papan tulis. Beberapa anak berbisik
senang. "wah? liburan musim panas?" Kirihara berbalik sambil tersenyum lebar. Yuri menopang
dagunya. dia tampan sekali Puji Yuri dalam hati. "setelah kita pengambilan raport, khusus kelas
3 harus mengadakan acara kelas diluar sekolah." Semua bertepuk tangan. "sekarang, ada saran?"
Tanya Kirihara. "ke pantai." Ishigami mengacungkan tangan. "pantai? pantai!" Kirihara menulis
"pantai" di papan tulis. "ada lagi?" Kyoko angkat tangan. "Hokkaido." Miyuki langsung tertawa
terbahak-bahak. Kyoko melirik. "kau kenapa?" tanya Kyoko tajam. Miyuki mencoba menahan
tawanya. "kau punya uang berapa? kau kira kesana murah?" Kyoko mencibir. "Hokkaido?
Hokkaido!" Miyuki kaget. Kirihara menulis Hokkaido sebagai daftar pilih liburan mereka. "hey,
kirihara? Hokkaido tidak mungkin!" Sungut Miyuki kesal. "kenapa? kita bisa saja ke Hokkaido
kalau semuanya memilih." Bela Kirihara. Beberapa setuju. Miyuki mendengus. Arashi angkat
tangan. "ya?" "Mm... Kyoto." Saran Arashi. "hah? Kyoto? kau mau menjadi nyamuk disana?"
Ejek Miyuki. Miyuki memang selalu seperti ini. menyindir dan mengejek orang lain. Erika
menoleh. "Bukannya Kyoto tidak begitu panas? disana juga akan ramai oleh turis-turis karena
musim panas." Bela Erika. Miyuki mencuekinya. "hm? Kyoto?" Kirihara berpikir. "boleh."
Kirihara menulis. Minami menoleh ke arah Miyuki. "hey, Ishikawa? kau sendiri punya saran?"
Tanya Minami. Miyuki tersenyum lebar. dia melirik Chibana. Chibana membuang muka. "aku
tidak ikut-ikutan." Miyuki sama sekali tidak memiliki ide. Dia melirik Yuri. "ah! tentu saja ada.
Tadi saranku kubisiki Yuurei." Yuri mendongak. "ah? aku?" Yuri tidak tahu apa-apa. daritadi dia
sibuk dengan pilek. Miyuki memukul-mukul pundak Yuri. "bukannya tadi aku memberitahumu
? kau lupa?" Semua orang memandangnya. Yuri melihat Miyuki. "tadi kau tidak katakan
apapun." Bisik Yuri. "kami menunggumu, Yuurei." Kata Kyoko. Yuri menoleh. Kirihara
memerhatikannya. "Mm.. Ishikawa-kun ingin..." Yuri berpikir. "Mm... kemah.." "hah?" Semua
kaget. "ya.. maksudku.. Ishikawa ingin... liburan musim panas ini.. kita bisa lebih dekat dan
saling berteman..." Jelas Yuri. Satu persatu anak tertawa.Kirihara tertawa kecil. Miyuki
menunduk. "begitu? lalu dimana?" Tanya Kirihara. "Mm..." Yuri berpikir lagi. "..hutan.. oh..
maksudku.. taman hutan pinggir kota Sakai.." Kirihara berpikir sejenak. "baiklah." Kirihara
menulis saran Yuri didaftar liburan mereka. "ada lagi?" Tanya Kirihara. "sudah. itu saja."
Gumam Mutsuk. kirihara mengerti. "jadi? siapa yang memilih pantai?"

Pemilihan tempat liburan musim panas kelas 3-A dimenangkan oleh Yuri. hampir 50 persen
memlih kemah. sisanya dibagi 3 yang berati dibawah 50 persen. "Ah~ kenapa harus kemah?"
Gerutu Kyoko. "kenapa bukan Hokkaido?" Miyuki melewati mereka berdua. "selamat tinggal,
Hokkaido." Sindir Miyuki. Kyoko cemberut. "kau mau ikut kami ke kantin Yuurei?" Tawar
Chibana. Yuri mengangguk. "aku mau ke toilet." Chibana mengerti. Mereka berpisah. Yuri
menghela nafas. dia menutupi hidungnya dengan tisu. "hatsyii." Yuri bersin. dia mengurungkan
niatnya ke toilet. Yuri membuka jendela koridor. dia bisa melihat anak laki-laki bermain basket.
Permainan basket bukanlah permainan yang begitu digemari di Jepang, sehingga jarang Festival
Olahraga memasukkan basket sebagai lomba. Basket juga hanya diajarkan saat kelas 1. "hah~"
Yuri menghela nafas. "ohayo," Sapa Ryosuke tiba-tiba mengagetkan Yuri. Yuri kaget hingga
tisunya terjatuh. "Ah~ tisuku.." Gumam Yuri pelan. "ah? ada apa?" Yuri menghirup ingusnya.
Dia berbalik. "Ryosuke-kun?" Ryosuke tersenyum. "kau masih pilek, kan?" Yuri mengangguk
pelan. Ryosuke menyodorkan coklat panas. "Hm? coklat panas?" Yuri heran. "ibuku pernah
bilang, kalau pilek, minum saja coklat panas." Yuri mengerti. da mengambilnya. "te.. terima
kasih.." "jaga diri, ya?" Ryosuke pergi. Yuri memerhatikannya dari belakang. "dia baik sekali."
Gumam Yuri. Dia segera kembali ke kelas. Yuri meminum coklat panas itu perlahan. "kau dapat
coklat panas dari siapa?" Tanya Chibana. Yuri menoleh. "Mm.. dari Ryosuke-kun.." Miyuki
duduk. "Hah? Ryosuke?" Yuri mengangguk pelan. Chibana tersenyum kecil. "jangan-jangan dia
menyukaimu." Yuri kaget. "me..menyukaiku?" wajah Yuri tersipu, jantungnya berdegup
kencang. "ah...ah.. itu.. itu tidak mungkin." Bantah Yuri. Yuri tahu, dia bukan tipe perempuan
yang disukai Ryosuke, pria keren seangkatannya. "tapi, bisa jadi, kan? Miyuki saja bisa
menyukai Mutsuki." Miyuki menarik nafas. Kyoko mendengarnya. "hah? Miyuki menyukai
Mutsuki? Wow?" Miyuki menarik nafas panjang. "diam kau?!" Tunjuk Miyuki kesal. Chibana
tersenyum kecil. Yuri kembali minum. Miyuki kembali duduk. dia mencoba menahan emosinya.
satu per satu anak masuk. Kirihara duduk dikursinya. Yuri menghabiskan coklatnya. Kirihara
meliriknya. "aah~" Yuri membersihkan bibirnya. Kirihara tersenyum kecil. "hey, semua?"
Tayama berdiri didekat meja guru. semua menoleh. "barusan aku ke kelas sebelah..." "apa yang
kau lakukan?" Tanya Matsumoto langsung. "itu tidak penting. kalian tahu, kelas sebelah juga
mengadakan perkemahan di taman hutan di Sakai." "apa?" semua anak kaget. Yuri tidak peduli.
dia tidak tahu apa-apa. Chibana melirik Yuri. "hey, Yuurei," Yuri menoleh. "berarti kau bisa
bertemu dengan Ryosuke." Yuri kaget. "Um?" Chibana hanya tersenyum. Yuri tidak mengerti
apa-apa. "maksudnya apa?" Tanya Kirihara langsung. Chibana menoleh. "Ryosuke menyukai
Yuurei." Kirihara kaget. "ah..ah. bukan.. salah paham.." Yuri salah tingkah. "benarkah?" Kirihara
menatap Yuri sambil tersenyum. deg! Jantung Yuri berdegup kencng. "aku ingin ke toilet.." Yuri
pergi dengan menunduk. Raut muka Kirihara berubah. dia terdiam. Mutsuki memerhatikannya.

Yuri sedang makan siang ditaman belakang. Dia teringat pelajaran Takeda tadi. Yuri menghela
nafas. Saat pelajarannya, "Sekitar dua minggu lagi kalian akan menghadapi ujian dan setelah itu
pengambilan raport dan setelah itu li-bu-ran." "huh!" Ishigami senang sekali. "tapi, liburan
panjang kalian tidak akan seru jika saya tidak memberikan soal, kan?" Beberapa menghela nafas
panjang. "silahkan diambil." satu persatu murid mengambil. Yuri ikut mengambil. "hah?" Miyuki
kaget. semuanya menoleh. soal yang diberikan Takeda memanjang ke bawah. glek! Yuri
menelan ludah. dia segera mengambil soal. Buk! Takeda menahan kertasnya. Yuri menoleh.
Takeda tersenyum padanya. "baca catatan kecil diujung kanan atas." Yuri berdehem. "Mm...
dilarang memakai cara lain seperti cara sensei Takeda. melanggar, soal tidak diterima.." glek!
Yuri menelan ludah. "mengerti?" Tanya Takeda ramah. Yuri mengangguk cepat. Takeda menarik
tangannya. "Mm.. tapi, sensei..." "kau ingin membantah?" yuri mengangguk. "eh.. enggak..
maksudku.. hanya.. aku akan berusaha." Takeda mengangguk. Yuri segera mengambilnya dan
kembali ke meja. Yuri menarik nafas panjang mengingat itu. dia memasukkan kembali makanan
ke dalam mulutnya sambil memerhatikan rumput. "Hmm.." Yuri teringat Pelajaran Magumi
kemarin. Setelah menjelaskan bab terakhir semester 1, Magumi menyuruh Kirihara untuk
mengambil soal di kantor. "kalian pasti tidak akan kaget, kan, jika saya memberikan tumpukan
soal yang banyak?" semua menggeleng cepat. Kirihara datang dengan membawa setumpuk soal
hingga menutupi wajah tampan Kirihara. "hah?" semua menganga. Kirihara segera menaruh
diatas meja Magumi. Yuri melotot. Tinggi soal itu sekitar 3 kaki. Kirihara kembali ke tempatnya.
"Jadi, saya sudah merangkum soal untuk pelajaran semester depan yang terdiri dari biologi,
fisika, dan kimia." Magumi mengambilnya. "masing-masing terdiri dari 100 soal dan 25 soal
essai dan harus dijawab lengkap. dan 100 soal ganda, jika soal hitung, tulis caranya. mengerti?"
"mengerti?!" Jawab 34 murid. Magumi tersenyum puas. "Kirihara, bagikan." Kirihara
mengangguk. dia segera membagikannya. Yuri segera mendapatkannya. dia memerhatikan soal
itu dan membandingkannya dengan buku cetak IPA miliknya. glek! Yuri menelan ludah.
ketebalan buku itu sekitar setengah dari buku cetak IPA Yuri yang berhalaman lebih dari 300
halaman. "dan saya ingin," semua menoleh. "kerjakan dibuku kosong." semua mengangguk. Yuri
mendengus. "kalau diingat, enak ketika kelas 1, ya..." Gumamnya pelan. Saat dia kelas 1, dia
tidak begitu lelah dalam belajar. saat liburan musim panas, kelasnya mendapat porsi tugas rumah
lebih sedikit dibanding yang lain tapi nilainya juga sama. Yuri meletakkan sumpitnya didalam
kotak makan. dia sudah selesai makan. Dia segera kembali ke kelas. Saat pulang sekolah,
Kirihara mendekati Yuri. deg! Jantung Yuri berdegup kencang. "kita ada rapat." Yuri kaget.
"rapat?" Tanya Yuri heran. Kirihara mengambil nafas. "karena kelas kita dan kelas sebelah
memiliki satu tujuan yang sama, kita harus rapat dengan mereka agar bisa saling menjaga." Yuri
mengerti. mereka segera pergi. mereka akan rapat dikantin. "Mm.. Kazekawa," panggil Kirihara.
Yuri menoleh. "saat kita rapat, bisa kau tidak berbicara? masudku kau hanya diam menunduk dan
berkata iya kalau kamu setuju dan berkata tidak kalau kamu tidak setuju." Yuri mengangguk
pelan. mereka sampai di kantin. Tiba-tiba Kirihara menundukkan kepala Yuri. deg! Jantung Yuri
berdegup kencang. Ryosuke dan Ruka sudah menunggu mereka. "hey, maaf lama menunggu."
Kata Kirihara menghampiri mereka. Yuri membungkuk. Ryosuke tersenyum. "tidak apa.
silahkan duduk." Ruka memerhatikan Yuri. "jadi, seperti apa keinginan kalian?" Tanya Kirihara.
Yuri mengeluarkan buku catatan dan pensil. dia mulai mencatat. "Hm.. aku sudah memilih
tempat yang cocok. Jadi, area perkemahan kita tidak didalam satu area. maksudnya, kelasmu ada
di daerah utara dan kelasku ada didaerah selatan. mengerti?" Kirihara mengerti. Yuri mencatat.
"area perkemahan akan jauh dari tempat perkemahan biasa. Dan area perkemahan kita dekat
dengan tempat pemandian umum." Tambah Ryosuke. "Dan, tempat perkemahan kita dekat
dengan pemakaman tua dan pura disana." Yuri mencatat semua. "seperti ini?" Bisik Yuri.
Kirihara melihatnya. dia tersenyum kecil melihat catatan gambar Yuri. Dia mengangguk. Yuri
melanjutkannya lagi. "kau setuju?" Tanya Ryosuke. Kirihara mengangguk. Ryosuke melihat
Yuri. "kau setuju, yuri?" tanya Ryosuke. Yuri mengangguk cepat. Ryosuke mengambil nafas.
"sekarang, permainan "persahabatan" kita?" Tanya Ruka cuek. "hm.. kalau aku ingin membuat
jurit malam. Jadi, kita bangunkan tengah malam, lalu mencari sesuatu yang kita minta.
bagaimana?" Ruka setuju. "tapi, kalau hanya kita berempat, bisa?" Tanya Kirihara kurang yakin.
Ryosuke tersenyum kecil. "seminggu yang lalu aku sudah kesana dan katanya mereka bisa
membantu dan menjaga keamanan disana." Kirihara mengerti. "kau sendiri punya ide?" Tanya
Ruka pada Kirihara. Kirihara tersenyum kecil. "tentu saja ada. Tapi, sebelum itu, berapa orang
yang ikut dikelasmu?" Tanya Kirihara. "Mm... sekitar 25 orang dan sisanya ada urusan
keluarga." Jelas Ryosuke. Kirihara mengerti. "sama. Jadi rencanaku begini, kita buat satu
kelompok terdiri dari 5 atau 4 orang lalu kita menyuruh mereka mencari sesuatu yang begitu
penting." Kirihara memulai. "menurutku itu sama seperti jurit malam." Komentar Ruka. Kirihara
tersenyum kecil. "tentu saja berbeda. permainan ini membutuhkan kerja sama sebuah tim. Dan
menurutku, sekali tidak kompak, kelompok tersebut bisa pecah... dan mereka gagal." Ryosuke
mengangguk. "aku mengerti." Kirihara langsung menjelaskannya. "begitu. bagaimana?" Ryosuke
tersenyum lebar sambil mengangguk. "dan kau sendiri bagaimana?" Tanya Kirihara. Ruka
tersenyum kecil. "aku tidak memiliki ide." Jawab Ruka enteng. Ryosuke menatap Yuri. "kau
sendiri, yuri? punya?" Yuri berpikir. dia mengangguk. Yuri menggeser ke depan buku tulisnya.
"suasana ditaman hutan itu..." Yuri menggambar beberapa pohon. "Mm... biasanya ditaman
hutan seminggu sekali akan hujan..." Yuri menggambar awan dengan titik-titik kecil.
"benarkah?" Ruka tidak percaya. "Um.. iya, Enviroment games," Yuri menulis. Ryosuke tertawa
kecil. "en-vi-ron-ment.." Eja Ryosuke. Yuri melihatnya. "ma... maaf." yuri menambahkan "n"
diantara "o" dan "m". "lalu bagaimana?" Yuri mulai menjelaskannya dengan menggambar. Dia
menuruti perintah Kirihara untuk tidak mendongak. Kirihara dan Ryosuke menyukai permainan
buatan Yuri sedangkan Ruka terpaksa, dia pasti akan kalah suara. "Mm.. ya jadi seperti itu.."
Akhir Yuri pelan. Ryosuke tersenyum. "aku setuju." Jawab mereka berdua kompak.

Ujian semester pertama berakhir. Hari ini, Yuri sudah mengambil raport. dia ranking terakhir
dengan rata-rata 89,5. Yuri kecewa sekali. dia tahu, dia bisa mendapat ranking terakhir karena
setiap ingin belajar dimalam hari dia selalu ketiduran dan saat ujian dia tidak bisa konsentrasi.
Ranking satu dikelas adalah Hiro dengan rata-rata 95,6. "bagaimana bisa mendapat beasiswa?"
Gumam Yuri sedih. "kazekawa?!" Teriak Kirihara. Yuri menoleh. Kirhara melambaikan
tangannya. deg! Jantung Yuri berdegup kencang. dia berdiri dibalkon. Kirihara menulis sesuatu.
"hm?" Kirihara menunjukkannya. "ranking berapa?" Yuri membaca. dia menunjukkan tiga jari
kiri dan 4 jari kanan. "tujuh?" Tanya Kirihara. Yuri menggeleng. dia menunjukkan tiga jari kiri
terus empat jari kanan. Kirihara mengerti. dia mengacungkan jempol. "itu bagus. aku.." Kirihara
menunjukkan dua jari kanan dan menggumpal tangan kirinya. "20?" Kirihara mengangguk. Yuri
tertawa kecil. Kirihara tersipu. "oh, besok kau jadi ikut?" Tanya Kirihara langsung. Suara mereka
ternyata terdengar. Yuri mengangguk. Kirihara tersenyum lebar. Besok Yuri dan yang lainnya
akan pergi ke taman hutan. Ishigami, ayah Kirihara dan ibu Kirihara akan mengantar mereka ke
Sakai dengan menggunakan bis milik keluarga Matsuura. Matsuura memiliki keluarga penyewa
bis luar kota. Kebetulan, Ishigami mendapat tugas ke Sakai dan Matsuura ingin sekali menemani
suaminya pergi. dia ingin belanja disana dan Izumi akan dititipkan ke Ryu. Yuri segera
mempersiapkan semuanya. "Pakaian, senter, selimut...." Yuri mulai "mengabsen" barang
miliknya satu-persatu. Besok dia akan berangkat. dia sudah tidak sabar. Yuri tersenyum kecil. dia
teringat ketika dia kelas 2 SMP, dimana saat musim panas mereka liburan musim panas ke Hutan
Sakai. Yuri murid paling aneh saat itu. Karena hanya dia yang memakai koper. semua orang
semakin memandangnya aneh ditambah saat mereka sedang beristirahat. tiba-tiba turun hujan.
Semua barang Yuri basah. dan dia tidak bisa sembarangan mengeringkannya. Yuri menghela
nafas panjang. "aku bisa gila mengingat itu semua." Gumam Yuri tanpa ekspresi. Tapi yang
masih diingat Yuri adalah saat dia diajak oleh teman-temannya kemah hanya untuk menjadi
hantu dalam jurit malam mereka. Yuri sedih mengingat itu semua. Yuri mendekap kedua
tangannya didepan dada. Ya Tuhan, semoga besok aku beruntung. Batin Yuri berdoa. Keesokan
harinya, Yuri sudah bersiap-siap. dia memakai tas ransel besarnya. Yuri tersenyum didepan
cermin tapi raut mukanya berubah sedih. "semoga tidak terjadi apa-apa." Yuri monolog.
"Yuri-chan?! bismu sudah datang?!" Teriak Reika. Yuri mengambil nafas. "iya!" Dia langsung
keluar rumah. Ishigami sudah menjemput semua teman Yuri dan Yuri dijemput terakhir. Yoshika
dan Reika menunggu diluar. Kirihara keluar dari bis. "kenapa dia keluar dari bis?" Tanya Suzuki.
Arashi hanya memperhatikannya. "Paman? onee-chan? aku pergi." Yuri menyalami kedua
temannya. "kau hati-hati disana, ya!" Yoshika memegang tangan Yuri. Yuri mengangguk. Mata
Yoshika berkaca. "jangan nakal, ya?" Yuri mengangguk. "kalau hujan, kau langsung berlindung,
ya?" Yuri mengangguk. "jangan makan permen!" Yuri mengangguk lagi. Reika menghela nafas.
"lebih baik kau tidak usah ikut. kau masih pilek, kan?" Yuri tersenyum kecil. "aku sudah sembuh,
paman." Jawab Yuri pelan. "kau bawa pakaian?" Yuri mengangguk. "apa sudah cukup?" Yuri
mengangguk. "bawa senter?" Yuri mengangguk. "selimut, payung, plastik, kau bawa?" Yuri
mengangguk lagi. "tidakkah dia ayah yang baik?" Gumam Matsuura senang. "kau bawa pakaian
dalam?" deg! Yuri mendengar Kirihara tertawa kecil. "ah~ paman?" Yuri malu. Reika
mendengus. "sudahlah, kau berangkatlah." Reika melepas pegangan Yoshika. "tunggu!" Teriak
Yoshika mengagetkan Reika. "kau tidak bisa tidak teriak?" Tanya Reika kesal. Yoshika langsung
mengambil ponsel Reika dikantong bajunya. "hey?" "kau bawa saja ini." "Hm?" Yuri kaget.
Reika langsung merebutnya. "ini ponselku." Yoshika menoleh. "hah? bukannya itu menggunakan
uangku?" Reika tertawa garing. "kau pikir aku tidak punya uang?" Akhirnya mereka kelahi.
Kyoko menghela nafas panjang. "kita bisa terlambat." Gumamnya pelan. Kirihara tersenyum
kecil. "tenang saja, paman." Deg! Yuri dirangkul Kirihara. Arashi terdiam. mereka berdua
menoleh. "aku yang akan menjaga Kazekawa." Jelas Kirihara. Yoshika menghela nafas. "baiklah.
tapi, kau harus benar-benar menjaga Yuri karena setiap jam aku akan menelpon dan menanyakan
keadaannya." Kirihara melepas rangkulannya. "siap." Reika tersenyum puas. "ya sudah,
berangkatlah." mereka berdua membungkuk dan langsung naik. Yoshika menangis. Reika
menghela nafas. "apa mereka berdua wanita?" Tanya Kazuto. beberapa yang mendengar
merinding. Ishigami menutup pintu. "Yuurei?!" Panggil Miyuki. Yuri tersenyum kecil. dia
menghampiri Miyuki. Yuri segera melepas ranselnya dan menaruhnya diatas. "kau sudah siap?"
Tanya Miyuki. Yuri mengangguk seraya duduk. Bis segera melaju. Reika menarik Yoshika
masuk. "hey, Yuurei?" Chibana berdiri. Yuri dan Miyuki menoleh. "apa tadi itu orang tuamu?"
Tanya Chibana. Yuri mengangguk pelan. "sungguh aku tidak pernah melihat pria secantik itu.
apa dia ayahmu?" Tanya Hitomi berdiri. "Mm.. ya?" "kau tahu, dia mirip dengan pemain dorama
di TV." Tambah Hitomi seraya duduk. Yuri melirik Kirihara. dia duduk disamping Arashi. Yuri
menghela nafas.

Mereka sampai dihutan Sakai. satu persatu turun. "wah, Hutan Sakai." Gumam Hitomi senang.
Yuri turun. dia tersenyum kecil. "Kirihara, kau hati-hati disana." Pesan Matsuura. Kirihara
mengangguk. "iya, ibu." "Jaga Yuri! Kau tahu, ayahnya begitu menyayanginya!" Kirihara
tersenyum lebar. "pasti!" Kirihara membungkuk. dia langsung turun. Bis itu segera pergi. "Mm...
Kirihara Yuki?" panggil seseorang. Kirihara menoleh. "Ah.. Ikaze Maeda?" Maeda tersenyum
lebar. "apa kabar?" Kirihara membungkuk 90 dejarat. Maeda ikut membungkuk. "huft~ disini
panas sekali." Gumam Kyoko seraya mengibaskan tangannya. "kenapa ikut, tuan putri?" Sindiri
Miyuki. Kyoko mencuekinya. "aku hanya menghargai seseorang yang memberi usul ke tempat
ini." Jawab Kyoko. "wow? begitu?" Kyoko tersenyum kecil. dia menoleh. "tidak ada aku tidak
akan seru, kan?" Miyuki tersenyum kecil. "benarkah?" Tanya Miyuki seraya mendorong pelan
kening Kyoko dengan jari telunjuknya. "hey?" Kyoko tidak suka dibegitukan. miyuki pergi.
"baiklah, ikuti saya." Maeda memasuki hutan Sakai. "teman-teman, ayo." Panggil Kirihara.
semua mengikuti Maeda masuk. "Mm.. apa teman-teman saya yang lain sudah datang?" tanya
Kirihara. Maeda mengangguk. "mereka barusan saja datang." Kirihara mengangguk. "begitu?"
Gumamnya pelan. Mereka sampai di area perkemahan. "disini, Kirihara. tempat kalian
berkemah." Jelas Maeda. Semua berhenti dan memerhatikan ke sekeliling. Kirihara tersenyum
lebar. "terima kasih banyak." Kirihara membungkuk. "pemandian umumnya ada disana. Kalau
kesusahan ada tanda yang menunjuk kesana." Kirihara mengerti. "Dan hati-hati ketika hujan."
kirihara menganguk. "baik." Maeda tersenyum. "aku pikir cukup." mereka berdua membungkuk.
maeda segera pergi. Kirihara tersenyum kecil. "ayo, semua." Kirihara berbalik. semua temannya
menoleh. "kita pasang tanda?!" Seru Kirihara senang. Miyuki menarik Yuri. "ayo, kita buat
tenda." yuri mengangguk. Yuri, Miyuki, Chibana, dan Hitomi akan satu tenda. tenda yang
dipakai adalah tenda milik Miyuki. "wah, tenda Arashi-chan bagus sekali." Puji beberapa anak
laki-laki. Mereka berempat menoleh. "cih.. hanya seperti itu.." Cibir Miyuki. Yuri melihat
Kirihara. Kirihara ikut memerhatikan tenda milik Arashi. Yuri menghela nafas. Miyuki
mengeluarkan tendanya. "ayo kita pasang." Yuri berbalik. Mereka berempat segera memasang
tenda tapi diantara mereka tidak ada yang tahu. "bukannya kau pernah kemah?" Tanya Chibana
ke Yuri. "Mm.. waktu itu.. aku tidak memiliki tenda.." Jawab Yuri pelan. "kau sendiri?" tanya
Chibana ke Miyuki. Miyuki tersenyum lebar. "aku baru membelinya tadi malam jadi aku tidak
ada persiapan." jawab Miyuki enteng. Chibana mendengus kesal. "bagaimana ini? apa kita akan
tidur diluar?" Hitomi sedih. "aku tidak mau tidur diluar. aku benci nyamuk. aku benci angin
malam." Hitomi menangis. Chibana menghela nafas. dia tahu Hitomi hanya bermain akting.
Mutsuki mendekati mereka. "kalian kenapa?" Tanya Mutsuki tiba-tiba. deg! Jantung Miyuki
berdegup kencang. Chibana melirik Miyuki. Hitomi menghapus air matanya. "nii-kun, kami
tidak bisa tenda. kau bisa membantu kami?" Pinta Hitomi dengan nada genit. Miyuki mual.
"mendengar suaramu, aku mau jadi muntah." Miyuki pergi. Chibana cekikikan. "baik, kalau
begitu." Mutsuki membantu mereka membangun tenda. "heh, Kirihara." Panggil Ryosuke.
Kirihara menoleh sambil tersenyum. "kalian baru membangun tenda?" tanya Ryosuke. Kirihara
mengangguk. Ryosuke melihat Yuri yang hanya diam sambil memerhatikn Chibana dan Mutsuki
membangun tenda. "bagaimana agendanya?" Tanya Kirihara. Ryosuke tidak mendengarnya, dia
sibuk memerhatikan Yuri. "hey, Ryosuke?" Ryosuke menoleh. "bagaimana agendanya?" Tanya
Kirihara lagi. "Oh, untuk hari ini kita bebas. maksudnya, kita mulai besok." Jelas Ryosuke
melanjutkan memerhatikan Yuri. "hey, Yuurei, kau tahan tali itu?" Tunjuk Chibana. "oh, iya."
Yuri segera melepas tasnya dan berjalan ke yang ditunjuk Chibana. Tanpa sengaja Yuri
tersandung tali penyangga tenda. Bruk! Chibana menghela nafas. Yuri kaget. "ma.. maafkan
aku.." ryosuke tersenyum geli.

Di malam hari, mereka semua makan bubur buatan Yuri. Kirihara meminta Yuri untuk menjadi
tukang masak selama mereka berkemah. "apa hanya ini yang kita makan?" Tanya Kyoko
cemberut. "kalau tidak suka, kau bisa langsung pulang." Balas Chibana kesal. "oh, tidak terima
kasih." Kyoko memakannya. "apa tidak enak?" Tanya Yuri. Chibana tersenyum padanya. "tentu
saja enak." Yuri tersenyum kecil. "syukurlah," Yuri menghela nafas panjang. "apa ini rambut?"
Emi mengangkat sendoknya. ada sehelai rambut panjang dibubur Emi. "hah?" semua kaget.
"maafkan aku," yuri langsung membungkuk. keempat anak perempuan itu langsung
meletakkan mangkok mereka ditanah. Yuri segera berdiri tapi Chibana menahannya. "biarkan
saja." Yuri mengangguk pelan. Semua kembali melanjutkan makan mereka. "hey, kalian tidak
takut ada rambut dibubur kalian?" Tanya Kyoko. Yuri mencoba tidak peduli. Kirihara
mendongak. "kalau hanya mengganggu, kalian boleh mencari makanan sendiri." Kyoko
mendengus. mereka berempat berdiri. "kalian mau kemana?" Tanya Hitomi datar. Mukanya
kosong. beberapa anak merinding melihat tingkah Hitomi. Mereka berempat terdiam. "jangan
kemana-mana, makan saja disini. Kalian jangan pergi jauh-jauh dari sini, sesuatu akan terjadi
jika kalian pergi." Jelas Hitomi dengan nada mengerikan. "be..benarkah?" Hitomi menggeleng.
"tidak. aku hanya bercanda. hahaha.." Tiba-tiba dia tertawa terbahak-bahak. mereka berempat
memerah. Semuanya cekikikan. "apa aktingku bagus, Yuurei?" Tanya Hitomi. Yuri
mengangguk. Hitomi puas. mereka berempat segera pergi. "apa mereka akan benar-benar
mencari makan?" Tanya Ishigami. Kirihara tersenyum kecil. "entahlah." Kirihara teringat
sesuatu. "oh, Kazekawa, bukannya kau pernah kesini?" yuri terdiam. "kau mau menceritakan
tentang hutan ini ?" Pinta Kirihara. "benarkah? kau pernah kesini, Yuri?" Tanya Arashi manis.
Yuri mengangguk pelan. "ya sudah, setelah makan malam kita mendengar Kazekawa bercerita."
semua setuju. Usai makan, Beberapa anak mulai berkumpul didekat api unggun dan beberapa
anak lagi memutuskan untuk tidak ikut mendengarkan cerita karena ada urusan pribadi. "Yuurei,
ayo cerita." Pinta Arashi. "apa disini berhantu?" Tanya Ishigami. Yuri menggeleng. "Mm..
Sebenarnya, disini tidak ada hantu tapi disini begitu disucikan. maksudnya, setiap perbuatan
buruk yang dilakukan disini akan segera dibalas." Awal Yuri. "berarti disini ada hantu?" tanya
Ishigami lagi. "hey, Ishigami. sudah dibilang disini tidak ada hantu." Ulang Chibana. Yuri
mengangguk. "disini memang ada hantu kalau kita memang meninginkan dia datang." semua
merinding. "lalu, didaerah sini banyak ular." Tambah Yuri. "be.. benarkah?" Hitomi kaget. Yuri
mengangguk. "tapi mereka baik pada manusia yang berhati baik, maksudnya walau enggak
sengaja bertemu, mereka tetap akan pergi." "lalu, perbuatan buruk yang dimaksud apa?" Erika
mulai antusias. "Mm.. seperti buang air sembarangan!" "buang air?" Ulang Ichigo. Yuri
mengangguk. "jadi, kalau kita buang air sembarangan. dimanapun, Mm.. itu..." yuri tidak berani
mengatakan penis. "... akan digigit.." semua kebingungan. "itu? apa?" tanya Arashi bingung. Yuri
ikut bingung. "Mm.. itu.." Chibana mengerti. "penis?" semuanya kaget. Chibana menoleh. "apa?
salah?" Semua menggeleng cepat. "tapi, kau termasuk wanita yang berani, Chibana." Jelas
Mutsuki. "terus apa?" Tanya Erika lagi. "Mm... memotong ranting di pohon!.." Yuri memainkan
jarinya. "kalau kita memotong ranting, penghuni hutan ini akan marah dan menidurkan orang
yang memotong di pemakaman tua." Nanako tertawa. "kau serius?" Yuri mengangguk. "aku...
pernah merasakannya.." Jawab Yuri pelan. "hah?" semua kaget. Raut muka Nanako tegang.
"Wiih.. disini mengerikan sekali.." Minami takut. Saat itu, Yuri tidak sengaja memotongnya
karena dia hampir terpleset dan ketika dia bangun, dia sudah ada dipemakaman tua. "lalu
bagaimana?" Yuri bercerita kembali. Semua begitu antusias. Kirihara mendengarkan cerita Yuri
dengan seksama. Setelah bercerita, Kirihara mengajak semuanya bermain tapi Yoshika menelpon
Kirihara. Yuri tidak ikut bermain. "moshimoshi, paman?" Ucap Yuri menjauhi teman-temannya.
"Yuri-chan? kau bagaimana disana? baik-baik saja?" tanya Yoshika dengan nada khawatir.
"baik, paman." Yuri bersandar di pohon. "apa disana sudah hujan?" Yuri menggeleng. "belum.
kurasa lusa atau dua hari lagi." "kau harus hati-hati disana. jangan buang air sembarangan."
glek! Yuri menelan ludah. "paman?~" "heh! Yoshika. kau beri pesan yang benar." Yuri
mendengar suara Reika mengomel. "diamlah. eh, Yuri, besok aku akan berkemah disana." Yuri
kaget. "hah? paman?" "eh? kau bodoh! kemarikan! moshimoshi, Yuri. diam." Yoshika diam.
"onee-chan?" "kau jangan dengan kata-kata Yoshika. dia memang bodoh. oh, kau hati-hati
disana, ya? bye." Klik! Reika mematikannya. Yuri menghela nafas panjang. dia melepas ikat
rambutnya. "paman, merepotkan saja." Emi keluar dari tenda. dia melihat seorang cewek
berambut panjang didekat pohon. "dia siapa? hey?" panggilnya. Yuri menoleh. "aah!!" Emi
berteriak. "ngek?" Dia langsung lari. "mungkin aku harus ke tenda." Yuri segera ke tenda. Di
tenda, Yuri menghela nafas seraya mengikat rambutnya. "eh?" Yuri teringat ponsel Kirihara. dia
membukanya. Yuri tertawa kecil. walpaper ponsel Kirihara adalah foto belakang Hinata. Yuri
membuka galeri foto Kirihara. "hm?" Yuri terdiam. Kirihara banyak menyimpan foto Kirihara
bersama Arashi. Yuri segera menutup flat Kirihara dan berbaring.

Keesokan harinya, Yuri sedang memasak untuk sarapan. drrt... drrt.. ponsel Kirihara bergetar
dikantongnya. Yuri membukanya. ada pesan dari Arashi. glek! Nama kontak Arashi diponsel
Kirihara menggunakan simbol hati. Yuri menutup flat ponsel kirihara. dia mengecilkan api dan
menemui Kirihara. Kirihara habis mandi. "Mm.. Kirihara-kun?" Panggil Yuri. Kirihara menoleh.
"oh, Kazekawa? ada apa?" Tanya Kirihara ramah. "Mm.. terima kasih untuk ponselnya." Yuri
menyerahkan ponsel Kirihara. kirihara tersenyum. "sama-sama." "oh, maaf, tadi ada pesan dari
Arashi-chan." Yuri membungkuk lalu pergi. Kirihara terdiam. Yuri melanjutkan membuat
sarapan. "apa aku harus punya ponsel?" Gumam Yuri. dia memang gaptek. tidak punya ponsel
atau gadget. Setelah memasak, satu persatu mengambil jatah mereka. Kirihara mengambil
sendiri. dia mencicipinya. "ini apa?" Tanya kirihara mengunyah. "Oh.. Mm.. ini.. Nasi
daging-sayur." Kirihara tidak mengerti. "ya.. aku memasak nasi dengan sayur bayam dan daging
ayam." Jelas Yuri pelan. Kirihara tersenyum. "kau hebat sekali," Yuri tersipu. "ohayo, Yuri-kun."
Sapa Arashi tiba-tiba. Yuri dan Kirihara menoleh. "ohayo," Balas Yuri pelan. Arashi mengambil
mangkok yang sudah diisi. "ini apa?" Tanya Arashi. "Mm... nasi daging-sayur." Jawab Yuri.
"nasi daging-sayur? kau kreatif sekali."Puji Arashi. Yuri tersenyum kecil. "oh, nii-kun." arashi
memegang tangan Kirihara. deg! Jantung Yuri berdegup kencang. "ayo, kita makan. semuanya
sudah menunggu." mereka pergi. Yuri salah tingkah. dia mengambil satu mangkok dan menyusul
mereka. Yuri duduk disamping Miyuki. "hari ini kau buat masakan yang enak Yuri." Puji
Miyuki. Yuri tersenyum kecil. "hey, Yuurei." Panggil Ishigami. Yuri menoleh. "Hm?" "yang kau
katakan itu benar." Yuri bingung. "masalah buang air sembarangan itu." Beberapa anak
perempuan tersedak termasuk Chibana. "hey, Ishigami? kau tidak bisa menjaga bicaramu?"
Tanya Chibana. Ishigami mencuekinya. "semalam salah satu murid dari kelas 3-B harus ke
rumah sakit." glek! Yuri jadi tidak berselera makan. "aku mau mandi." Gumamnya pelan seraya
pergi. "dia kenapa?" Tanya Hitomi. Tidak ada yang memperdulikannya. "masalah buang air
sembarangan itu apa?" Tanya Kyoko. Ishigami menceritakannya. Yuri kembali ke belakang. dia
membersihkan meja kompor. "guk.. guk.. guk.." seekor anjing mendekatinya. Yuri kaget ada
seekor anjing mendekatinya. "ah? kau lapar?" Yuri memberikan sarapannya. "jangan berantakan,
ya?" Pesan Yuri seraya meninggalkannya.

Sekitar jam 9, kelas 3-A dan kelas 3-B berkumpul. "ohayo," Sapa Ryosuke. Yuri membungkuk.
"ohayo," Balasnya. Ryosuke tersenyum kecil. "apa kita mulai sekarang?" Tanya Ruka. Ryosuke
mengangguk. Ruka bertepuk tangan. "semuanya harap diam." Kirihara mendekati mereka. Yuri
maju selangkah. "Mm... jadi hari ini kita akan bermain permainan persahabatan antara kelas 3-A
dan kelas 3-B." Yuri memulai. "hah? persahabatan?" Beberapa anak kaget. "sebenarnya
permainan persahabatan ini tidak akan terjadi kalau kelas 3-A tidak mencontek liburan kita."
Komentar Ruka. "menyontek? kau pikir kelasmu pantas dicontek?" Tanya Kyoko kesal. Mereka
adu mulut. Yuri berbalik. "bagaimana ini?" Tanya Yuri kepada 2 pria tampan itu. mereka berdua
tersenyum pada Yuri. deg! Jantung Yuri berdegup kencang saat melihat senyuman Kirihara.
"hey?! semuanya?!" Teriak Ryosuke. Yuri berbalik. semua terdiam. "Kazekawa, lanjutkan." Yuri
berdehem. "sekali seminggu hutan Sakai hujan deras dan tenda yang kita pakai tidak akan bisa
bertahan sampai 6 jam lebih karena itu kita harus mencari ranting dan dahan-dahan pohon di
tanah agar bisa membentuk sebuah pondok minimalis yang bisa kita pakai hingga pagi hari."
Jelas Yuri. "kapan hujan deras?" tanya Shugo Sakamaoto. Yuri mengangkat bahu. "kalau kita
beruntung hujan akan terjadi besok atau lusa" Jawab Yuri. "Mm... mencari dahan dan ranting kita
mulai pukul 9 hingga makan siang." beberapa mengangguk. "terus... kalian jangan mengambil
ranting atau dahan dari pohonnya.." Pesan Yuri. "kenapa?" tanya Umika. Kirihara maju
selangkah. "ada beberapa yang tidak boleh kalian lakukan selama dihutan ini. Yang pertama,
dilarang kencing sembarangan." Kirihara menunjukkan jari telunjuknya. Arashi memerhatikan
Kirihara sambil tersenyum kecil. "dihutan ini banyak ular tapi jangan takut asal kita tidak
menyakiti mereka. mereka juga tidak akan mengganggu walau secara kebetulan bertemu ular tapi
mereka hanya lewat." semua anak perempuan memerhatikannya dengan seksama. Chibana
melirik Hitomi. "Dasar genit!" Cibirnya. "Nah, kalau kalian kencing sembarangan, alat vital
kalian bisa dipatuk." "ah... jadi, Yuto tadi digigit karena kencing sembarangan?" Gumam Umika.
semua merinding. "Yang kedua, jangan memotong ranting dan dahan dari pohonnya langsung.
Akibatnya memang cukup tidak masuk akal tapi kalau kalian melakukannya, kalian bisa
ditidurkan di pemakaman tua." semua cekikikan. "Kazekawa pernah merasakannya." semua
terdiam. "Yang ketiga, dilarang membuang sampah. kalau melanggar akan ditegur." "hanya
ditegur?" tanya Kyoko. Kirihara mengangguk. "ditegur oleh penghuni pemakaman tua." Kyoko
terdiam. "Yang keempat, bagi yang berpacaran jangan berciuman bibir atau bersetubuh ditempat
ini." "apa?" Beberapa anak laki-laki kelas 3-B kaget. "memalukan sekali." Cibir Ruka. Kirihara
tersenyum kecut. "Kalau itu terjadi, akan ada suara gong dari pura dan semua orang-orang yang
tinggal disini akan mengusir orang yang melakukannya. Dan, ini termasuk tempat yang sudah
dianggap suci oleh orang-orang setempat, karena itu, bersikaplah baik. mengerti?" Semua
mengangguk paham. Kirihara tersenyum puas. "baik, bisa kalian mulai." Semuanya bubar. Yuri
menghela nafas. Yuri ikut menyusul. Ryosuke memegang pundak Yuri. "kau mau kemana?"
Kirihara dan Ruka terdiam. Yuri berbalik. "Mm.. aku mau ikut mencari ranting pohon.."
drrt...drrt.. Kirihara tersenyum kecil. Yoshika menelponnya. "Kazekawa?" Yuri menoleh.
"paman menelponmu." Kirihara menyodorkan ponselnya. "oh? te... terima kasih..." Yuri
mengambilnya. "moshimoshi, paman?" Yuri menjauhi mereka. "paman?" Kirihara tersenyum
kecil. dia pergi.

Yuri ikut membantu mencari ranting. "kenapa kau ada disini?" Tanya Kirihara mengagetkan
Yuri. "ah..a..." ranting-ranting yang dibawa Yuri hampir terjatuh. Kirihara langsung mengambil
sebagiannya. deg! Jantung Yuri berdegup kencang. Kirihara tersenyum padanya. Yuri
menunduk. Yuri jalan lebih dulu. Kirihara menyusulnya. "tadi, pamanmu menelponku hingga 3
kali." Yuri menoleh. "benarkah?" Kirihara mengangguk. "ah.. maafkan aku," Yuri
membungkukkan kepalanya kepada Kirihara. dia hanya tersenyum kecil. "kenapa harus minta
maaf? aku senang kalau pamanmu menelponku.." Yuri tertunduk. hm? pamanmu? Batin Yuri
seraya menoleh. "tadi bilang.. pamanmu?" Kirihara terdiam tapi akhirnya dia tertawa kecil. "Ng..
Reika-onee-kun sudah menceritakan semuanya kepadaku." Yuri kaget. "kau... sudah tahu
semua?" tanya Yuri pelan. kirihara diam. "kau.. tidak suka aku mengetahuinya?" Tanya Kirihara
pelan. Yuri menggeleng. dia malu kalau misalnya semua orang tahu Yoshika dan Reika bukan
orang tuanya dan dia anak yatim piatu. Kirihara tersenyum kecil. dia seperti bisa mengetahui apa
yang dipikirkan Yuri. deg! Kirihara merangkul Yuri. "kau malu kalau aku tahu itu?" Yuri
mengangguk dengan polos. Kirihara tertawa kecil. "kalau begitu aku berjanji tidak akan memberi
tahu siapapun." Yuri tersenyum kecil. dia berhenti. Kirihara tertegun. "janji?" Yuri menyodorkan
jari kelingkingnya. Kirihara tertawa kecil. "janji." Yuri tersipu. degupan jantungnya semakin
kencang. "nii-kun?" panggil Arashi. Yuri menarik tangannya. Arashi mendekati mereka. "kalian
ngapain?" Tanya Arashi. Yuri hanya diam. "tidak ada." Arashi mengerti. "oh, nii-kun, bantu aku
cari ranting lagi, ya? aku takut tersesat." Pinta Arashi. "tapi," Kirihara melihat Yuri. Yuri
membungkuk padanya dan pergi. Arashi tersenyum. "ayo, nii-kun." Arashi menarik Kirihara.
Yuri tersenyum kecil. "janji." Yuri teringat kata Kirihara sambil tersenyum padanya. Ya Tuhan,
benarkah ini cinta? Batin Yuri. Yuri kembali ke perkemahan. Setelah makan siang, Yuri
merancang pondok yang akan mereka semua pakai. Ryosuke mendekati Yuri. "rancangannya
bagus." yuri berhenti. dia menoleh. "Ryosuke-kun?" Yuri sedikit membungkuk. Ryosuke duduk
disampingnya. "wah, ternyata kau pintar gambar.." Yuri tersipu. Belum ada yang pernah memuji
hasil gambarnya. Terakhir gambarnya dipuji saat tidak ada yang tahu gambar itu milik siapa. Dia
kembali menggambar. Selang beberapa kemudian, dia selesai. Yuri menyodorkannya kepada
Ryosuke. Ryosuke tersenyum simpul. "baiklah." dia mencoba memahami. "apa memang seperti
ini?" Tunjuk Ryosuke. Yuri mengangguk. "Mm... kalau hujan, biasanya air akan tergenang dan
air jadi mudah masuk." Jelas Yuri singkat. Ryosuke mengerti. "baiklah, kita mulai
pembangunannya." Ryosuke berdiri. Kirihara mendekati mereka. "bagaimana?" Tanya Kirihara.
Ryosuke mulai menjelaskan rancangan Yuri ke Kirihara. Jantung Yuri kembali berdegup
kencang. dia mencoba pergi tapi Kirihara melihatnya. "lalu rancangan ini akan dipasang
dimana?" Yuri terdiam. "Mm... disana." Yuri menunjuk kearah selatan. kirihara kebingungan.
Yuri menarik nafas. "ikuti aku," Yuri berjalan ke arah tanah lapang diantara perkemahan kelas
Yuri dan kelas Ryosuke. Ryosuke tersenyum kecil. "bagaimana bisa kebetulan seperti
ini?"Gumam Ryosuke. "Mm.. biasanya orang-orang memang berkemah disini." Jawab Yuri
pelan. "begitu?" Yuri mengambil sebuah ranting. dia membuat garis mengelilingi tanah lapang
itu. Kirihara dan Ryosuke hanya melihat. Yuri berhenti didekat mereka. "Mm.. jadi seluas ini
tempat berlindung kita." Jelas Yuri. "seluas ini?" Yuri mengangguk. "tapi, apa cukup satu hari
kita buat pondok seluas ini?" Ryosuke sedikit ragu. "kalau hanya kita bertiga mungkin butuh
berminggu-minggu, tapi bukannya kita punya teman-teman?" Tanya Kirihara. Ryosuke setuju.
"baik, mari kita buat!"

Sekitar pukul 8 malam mereka selesai membangun pondok mereka. Chibana terduduk. "Ah~
selesai sudah." semua kelelahan. Yuri duduk didekat pohon. Yuri menyeka keringat di keningnya
dengan lengan bajunya. Tiba-tiba Ryosuke menahan tangan Yuri. deg! Ryosuke jongkok
didepannya. Ryosuke tersenyum. dia menyeka keringat Yuri. Yuri hanya diam sambil menatap
mata Ryosuke. Ryosuk terdiam. perlahan dia memajukan wajahnya. glek! Yuri menelan ludah.
Ryosuke berhenti. dia tersenyum. "oyasumi," Ryosuke menaruh sapu tangannya ditangan Yuri.
dia segera pergi. Ryosuke tersenyum lebar. Yuri hanya diam. Tadi Chibana melihatnya, dia
mendekati Yuri. "apa yang dilakukan Ryosuke tadi?" Pancing Chibana. Yuri menunduk. dia
menggeleng. "tidak. dia tidak melakukan apa-apa hanya memberikan ini." Yuri menunjukkan
sapu tangan kepada Chibana. Chibana tersenyum geli. "hanya itu?" Yuri mengangguk pelan. "apa
tadi dia tidak mencoba menciummu?" Yuri terdiam. wajahnya tersipu. "Kazekawa?" Panggil
Kirihara. mereka berdua menoleh. "pamanmu menelpon." Kirihara menyodorkan ponselnya.
"wow, Yuurei, setiap jam ayahmu menelponmu?" Yuri mengambilnya. "iya. terima kasih." Yuri
sedikit membungkuk. dia pergi. Kirihara menghela nafas. dia duduk disamping Chibana. "kau
mau?" Kirihara menawarkan minuman kepada Chibana. Chibana tersenyum lebar. "wah, tumben
kau baik. terima kasih." Chibana meminumnya. Kirihara menopang keningnya. "Kirihara-kun?"
Panggil Yuri. Kirihara mendongak. deg! Jantung Yuri berdegup kencang. "te.. terima kasih.."
Kirihara tersenyum padanya. "sama-sama." Kirihara mengambilnya. "hm? kalian berdua satu
rumah? kenapa ponsel berdua?" "hah?" mereka berdua kaget. Chibana ikut kaget. "kalian
kenapa?" deg! Yuri melihat tangannya. "aku belum mandi." Yuri membungkuk dan pergi.
Kirihara celingak-celinguk. "woy, Ishigami?" Panggil Kirihara seraya pergi. Chibana hanya
melongo heran. Sesampainya di sauna, Yuri bergegas mandi karena sudah malam. Selang
setengah jam kemudian. Yuri keluar dari sauna khusus perempuan. "segar sekali~" Gumamnya
pelan. tes! "aduh!" Pekiknya. air jatuh ke kepalanya. pemilik sauna menoleh. "ada apa?" Yuri
mendekatinya. "Mm... ada air yang jatuh ke kepalaku.." Jawab Yuri pelan. "benarkah? berarti
hari ini akan hujan." Jawabnya. Yuri kaget. "benarkah?" Syur~ Yuri merasa kedinginan. dia
segera membayar dan kembali ke perkemahan. Dia menggulung rambutnya saat dia berada
ditenda. "ah!" Yuri teringat Yoshika. dia mengeluarkan satu pak plastik tas yang dibelikan
Yoshika sehari sebelum dia berangkat. Yoshika tahu kalau teman-teman Yuri mustahil membawa
plastik tas. Yuri keluar. Diluar sudah ada Chibana dan Miyuki. "oh, Kurara-kun, Ishikawa-kun."
"ada apa?" Tanya Chibana. "Mm... malam ini akan hujan" Miyuki kaget. "hm? benarkah?" Yuri
mengangguk. "Mm.. ini.." yuri menyodorkan satu pak plastik tas. "Mm.. ayahku, sudah
mempersiapkan ini.." Jelasnya pendek. "kau tahu darimana?" Tanya Miyuki. "Mm... biasanya
kalau terjadi hujan, suhu malam biasanya akan sangat dingin." Jawab Yuri. Miyuki dan Chibana
kurang percaya karena mereka sama sekali tidak merasakan suhu dingin. "baiklah." Chibana dan
Miyuki mengambil masing-masing dua. "kami akan memasangnya ke tasmu." Chibana melihat
Kirihara. "oh? woy, Kirihara?" deg! Jantung Yuri berdegup kencang. Kirihara mendekati mereka.
"ada apa?" Tanyanya. "nanti malam hujan. kau bisa bantu Yuri membagikan plastik tas?"
Kirihara terdiam sesaat. dia tersenyum. "baiklah." Kirihara mengambil sebagian plastik tas dari
tangan Yuri. "aku akan segera membagikannya. ayo," Kirihara meninggalkannya. Yuri menyusul
seraya tersipu. Saat mereka berdua membagikannya, tidak ada yang percaya bahkan Ryosuke
tidak percaya karena tidak ada yang merasakan suhu dingin kecuali Yuri. Bahkan semua orang
kembali melihatnya dengan tatapan aneh tapi Kirihara percaya. Dia memang tidak merasakan
suhu dingin tapi dia percaya kalau Yuri tidak berbohong. "hah? plastik tas? untuk apa?" Tanya
Ruka. "Kata Yuri, nanti malam." Ruka tertawa kecil. "hah? kau percaya?" tanya Ruka. "aku tidak
percaya.." Ruka tersenyum puas. "tapi aku menghargainya." Ryosuke pergi. Ruka cemberut. dia
segera memberi tahu temannya dan membungkus tas mereka.

Ternyata benar. Hujan turun dengan deras sekitar jam 1 pagi. Satu per satu anak bangun. Chibana
terbangun. "astaga! hujan?" Miyuki dan Yuri ikut terbangun. "apa diluar hujan?" Tanya Miyuki
cuek. Chibana mengangguk. dia membuka tenda. air hujan masuk ke dalam tenda mereka. "ya
tuhan!" Pekik Miyuki. Chibana langsung mengambil ponselnya dan berlari menuju pondok. yuri
dan Miyuki mengikuti mereka. Satu persatu orang berlari ke arah pondok. "astaga! kenapa
hujannya sekarang?" Tanya Ruka kesal. "Ng.. Ruka-san?" Panggil Aragaki Yui. Ruka dan kedua
temannya menoleh. "uh? Sadako?" Yui tersenyum padanya. "ini, untuk kalian bertiga." Yui
menyodorkan tiga selimut padanya. Ruka mengambilnya. "kau dapat darimana?" Yui tersenyum
kecil. "Mm... Yui menunjuk suatu sudut dengan bola matanya. Mereka menoleh. "huh?" teman
Ruka kaget. setumpuk selimut dikerumunin anak-anak. Ruka menatap tajam Yui. "Mm... ayahku
yang membawakannya." Jawab Yui polos. "dasar aneh!" Cibir Ruka seraya meninggalkannya.
Yui cemberut. "air susu dibalas air tuba! huh!" Yuri melihat keluar. Yuri, Miyuki, dan Chibana
masuk kedalam pondok. Semua orang memperhatikan Yuri. "dia benar-benar tahu kalau nanti
akan hujan." Bisik seseorang. "aku pikir dia punya kekuatan sihir." Yuri mendengar itu semua.
dia menghela nafas panjang. dia segera duduk didekat meja kompor. hujan turun dengar
derasnya. "hoam~" yuri menguap. dia tertidur. Sekitar jam 5 dia terbangun. "uh?" Yuri
merenggangkan tubuhnya. dia segera beranjak. Semua orang masih tidur. "ohayo," Sapa Yui
tiba-tiba. Yuri menoleh. "o...ohayo" Yuri membungkuk. Yui menyalakan api unggun ditempat
yang sudah dibuat. Yuri mencuci mukanya dengan air hujan. "hm?" Air hujannya tidak begitu
dingin. Yuri memperbaiki ikat rambutnya. Yui menyiapkan sarapan pagi, begitu juga Yuri. "oh,
kau juga menyiapkan sarapan?" Tanya Yui. Yuri mengangguk pelan. "buat apa?" Tanya Yui lagi.
"Mm... bubur." Yui mengerti. "kalau begitu aku akan membuatkan teh hangat dan menyiapkan
mangkok." Yuri tertegun. "hm?" Yui mulai mempersiapkannya. Yuri tersenyum kecil. "terima
kasih." Gumam Yuri pelan. "oh," Yui kembali. dia mengeluarkan beberapa bahan dari sebuah
kardus. "ini bahan makanan dari kelasku. kau pakai saja." Yuri mengangguk. "terima kasih."
Gumamnya lagi. Yuri memerhatikan bahan yang diberikan Yui. Ada 6 butir telur dan 3 jagung.
Yuri tersenyum kecil, dia mulai memasak bubur untuk 50 temannya. Selang satu jam kemudian,
Yuri sudah selesai membuat bubur. Yui mencium bau bubur buatan Yuri. "Hmm~ baunya enak
sekali. ini bubur apa?" tanya Yui. "hmm... bubur jagung hijau kacang." jawab Yuri pelan. "hm?
bubur jagung-hijau kacang?" yuri mengangguk. "jadi, bubur jagung ditambah dengan bayam dan
kacang panjang serta dua iris telor dadar dengan irisan bawang merah tipis-tipis." jelas Yuri
bangga. "wah, kau hebat sekali." Yuri tersenyum kecil. Yui mengambil sumpitnya dan gelas
miliknya. "semuanya?! bangun?!" ting-ting-ting. "hey, Sadako?! diam sedikit!" Sungut beberapa
orang. Yui menghela nafas. "ayo, semua?! bangun?!" Teriak Yui. beberapa orang mulai bangun.
Yui dan Yuri saling bertatapan sambil tersenyum kecil. Kirihara bangun. dia mencuci mukanya.
deg! Yuri melihat Kirihara mencuci rambutnya. dia keren sekali. Batin Yuri tersipu. Kirihara
mengelap mukanya sambil berjalan kearah Yuri. deg! "ohayo," Sapanya. Yuri tersipu. "O...hayo"
Kirihara menoleh kearah Yui. "Ohayo, Sadako." Yui mendengus. "ohayo, Yuki." Jawab Yui
ketus. Kirihara tertawa. "aku hanya bercanda, Yui." Gumam Kirihara sambil menepuk pundak
Yui. Wajah Yui tetap cemberut. Kirihara mencium bau bubur buatan Yuri. "ini bubur
buatanmu?" Tanya Kirihara pada Yuri. Yuri mengangguk pelan. Kirihara tersenyum. "baunya
enak sekali." Yuri sudah mengisi mangkok Kirihara. "arigatou." Kirihara mengambil
mangkoknya. Yuri mengangguk pelan. dia tersipu saat Kirihara mengucapkan terima kasih
padanya. Satu persatu mulai mengambil jatah mereka. Yuri dan Yui mengambil jatah terakhir
karena takut ada yang mengambil telur lebih dari dua. "ini buatan Yuurei?" Bisik beberapa anak
kelas 3-B. Ryosuke tersenyum kecil. Yuri dan Yui makan bersama di ujung. "oh, kita belum
kenalan." Kata Yui meletakkan mangkoknya dilantai. Yui mengulurkan tangannya. "Aragaki
Yui." Yuri tersenyum kecil. dia menjabati tangan Yui. "Kazekawa Yuri." Raut muka Yui
berubah. "Yu.. Yu apa? Yuurei?" apa pendengaran orang-orang dengan nama Yuri sudah
berubah? Batin Yuri datar. dia mengangguk pelan. Yui melepas jabatan tangannya. "nama yang
aneh tapi aku suka." Yuri tersenyum kecil. mereka mulai makan. "Mm.. tadi kau dipanggil
Sadako?" Tanya Yuri memulai. Yui mengangguk. "wajahku mirip dengan Mikako Tabe, artis
yang menjadi Kuronuma Sawako di Kimi Ni Todoke." Yuri berpikir. "Mikako Tabe?" Yui
mengangguk. "Kuronuma Sawako?" Yui mengangguk lagi. "Kimi Ni.. todoke?" Yui terdiam.
"kau tidak tahu?" Yuri mengangguk dengan polos. "Wah, Sadako dan Yuurei akrab sekali." Ejek
Ruka tiba-tiba. Yuri menoleh. "biarkan saja dia." Bisik Yui. Yuri mengangguk. Beberapa orang
memerhatikan mereka. "dari belakang aku tidak bisa membedakan mereka berdua." Bisik
Miyuki. Chibana tersenyum kecil. "aku juga." Balas Chibana pelan. "Jadi, Kimi Ni Todoke
menceritakan seorang murid SMA yang pendiam dan dijuluki Sadako terus ada Kazehaya Shota,
murid SMA yang tampan yang menyukai dia pada pandangan pertama." Jelas Yui pendek. Yuri
mengerti. "Ah~ berarti kau cantik." Yui tersenyum puas. "cih.. mereka kompak sekali.." Ejek
Ruka. Kyoko mengangguk. "yang satu aneh dan satu gila." Tambah Kyoko. Ruka setuju. "yang
satu Yuurei dan yang satu Sadako." Kyoko mengangguk sambil menoleh. "heh?" Ruka menoleh.
mereka langsung saling membuang muka.

Usai makan, suasana kembali hening. Yuri dan Yui duduk dipojok sambil memperhatikan hujan.
"hujannya kapan berhenti?" Tanya Yui ngantuk. Yuri menggeleng. "tidak tahu." Yui
memperhatikan Kirihara yang sedang asyik mengobrol dengan teman-temannya. "sepertinya kita
punya banyak persamaan," Gumam Arashi tiba-tiba. semua menoleh. Arashi tersenyum kecil.
"rata-rata nilai kelas A dan kelas B hanya berbeda sedikit, setiap murid seperti memiliki
persamaan antara kelas A dan kelas B. di kelas A dan B memiliki satu orang aneh yang disebut
dengan julukan." glek! Yuri dan Yui menelan ludah. "aduh~ perutku sakit.." Rintih Yui. Yuri
mengangguk. beberapa setuju. "dikelas A dan dikelas B ada Kyoko dan Ruka yang memiliki sifat
yang sama sok merasa paling sempurna." kedua anak itu cemberut. "so, kenapa kita tidak
mencoba untuk saling mengenal lebih dekat?" Semua setuju. Satu persatu mulai berkumpul dan
mengobrol. Salah satu dari mereka mengambil papan mahjong dan satu pak UNO dari
perkemahan. Ada juga yang mengambil gitar. Suasana mulai ramai. "hahaha," Yui mendengar
suara Ruka. dia meliriknya tajam. Yuri melihat rilikan Yui. Yuri menoleh ke arah lirikan Yui.
"orang yang paling kubenci adalah dia. Aizawa Ruka." Yuri hanya diam. "Sejak kelas 1, aku
selalu diejek Sadako karena model rambutku dan sekarang karena mukaku mirip dengan Mikako
Tabe." Cerita Yui. Yuri mengangguk sekali. "dia menjengkelkan sekali, bukan?" Yuri
mengangguk pelan lagi. Yui mulai menceritakan kejelekan Ruka. Salah satu teman Ruka
menepuk pundak Ruka. "eh, Sadako sedang menceritakanmu." bisiknya. Ruka menoleh ke arah
Yui. Yui benar-benar serius menceritakan kejelekan Ruka. "ehem." Ruka berdehem. "Sadako?"
Panggil Ruka. Yui terdiam. dia menoleh. Ruka tersenyum padanya. "apa kau sedang
membicarakanku?" Yui tertegun. "hah? membicarakanmu? yang benar saja. kau terlalu sempurna
untuk dibicarakan." Bohong Yui. Ruka tersenyum kecil. "aku senang mendengar ucapanmu.
terima kasih." Yui mengangguk sambil tersenyum. Yuri memperhatikan Yui. "Mm... tadi,
bukannya kau membicarakan Ruka-san?" "kau tahu, aku hanya berani dengan Ruka dari
belakang." Jawab Yui seraya tertawa. Yuri hanya tersenyum kecil. "oh, kau tahu, semalam aku
juga merasakan apa yang kau rasakan." "hm?" Yuri tidak mengerti. "semalam, saat aku mandi
aku merasakan suhu dikamar mandi dingin sekali, pemilik sauna itu juga mengatakan malam
kemarin hujan jadi aku menelpon ayahku untuk membawakan setumpuk selimut untuk kita
masuk." Yuri tertegun. "jadi, kau percaya?" Yui mengangguk. "sebenarnya, aku tidak percaya
dengan tiba-tiba kau memberikan plastik tas tapi saat aku mendengar dari pemilik sauna, aku
percaya." Yuri tersenyum senang. "kalian tahu," Tiba-tiba Mutsuki duduk didekat mereka yang
seraya menoleh. "semalam aku juga merasakan hal yang sama." "benarkah?" Yui kurang
percaya. Mutsuki mengangguk. "saat sedang di tenda, tiba-tiba suhu di dalam tenda menjadi
dingin sekali dan tiba-tiba dua tetes air jatuh dikepalaku padahal aku sedang ada didalam tenda."
Yuri tersenyum kecil. dia senang ada dua orang yang percaya dengannya. "tapi," Mutsuki
menghela nafas panjang. "Ishigami menghilang." Yuri melotot. "apa?" "eh? kenapa tidak ada
Emi?" Tanya Kyoko tiba-tiba. "Hitomi juga tidak ada." Tambah Miyuki. "Genji dan Ken juga
tidak ada." glek! Yuri terdiam. "apa mereka memotong ranting?" Tanya Arashi. Semua histeris.
"astaga! lalu bagaimana?" Tanya Tomoka takut. Kirihara menelpon Maeda. Yuri hanya
menunduk. "kenapa mereka tidak menghiraukan itu semua?" Gumam Yuri pelan.

Ikaze Maeda datang setengah jam kemudian, Kirihara mendekatinya seraya membungkuk.
"bagaimana ini bisa terjadi?" Tanya Maeda. Kirihara membungkuk kembali. "maafkan kami. ini
semua kesalahan kami. Kami sudah mengingatkan mereka semua tapi mungkin mereka lupa."
jelas Kirihara dengan penuh penyesalan. Yuri sedih melihat Kirihara. Kirihara-kun? Batin Yuri.
Maeda menghela nafas panjang. "bagaimana kalau kita mencari mereka setelah hujan reda?"
Saran Arashi. "tidak bisa." Maeda menatapnya. "Hujan ini tidak akan reda sampai pas 12 jam."
semua tertegun. "berarti jam 1 pagi akan reda?" Tanya Umika. Maeda mengangguk. "kita harus
mencari mereka sekarang." Maeda melempar payung ke Kirihara. Kirihara menangkapnya. Dia
mengerti. Kirihara berbalik. "jam berapa kalian kembali?" Tanya Arashi khawatir. Maeda
mengangkat bahu. "kalau mereka tidak dibawa jauh-jauh mungkin secepatnya kami akan
kembali." Jelas Maeda cuek Arashi menjatuhkan kepalanya dipundak Minami. Minami mengelus
pundaknya. "tunggu. maksudmu apa?" Tanya Ryosuke curiga. Maeda menghela nafas. "begini
anak-anak. saya memang sudah lama bekerja disini tapi untuk di berbagai kesempatan, saya
hanya menjemput orang-orang yang tertidur dikuburan terbuka disaat cuaca cerah. Tapi saat
hujan seperti ini, saya tidak pernah melakukannya." Jelas Maeda pelan. "kalau begitu, kemana
orang-orang selain kau?" Tanya Erika. Maeda kesal. "kalian semua dengar!" Maeda menarik
nafas. "waktu perkemahan kalian mungkin bukan waktu yang tepat. Hampir separuh pekerja
disini pulang ke rumah masing-masing istirahat. Jadi, kalian sudah mengerti kenapa saya disini?"
Mereka semua diam. "aku mengerti." Gumam Ryosuke tiba-tiba. Yuri mengepal kedua
tangannya. dia ingin berdiri dan mencoba menjelaskan sesuatu tapi kakinya terasa berat. "ayo,
kirihara." Mereka segera pergi. Yuri menarik nafas, dia langsung berdiri berdiri. "tunggu," semua
menoleh. "apa lagi?" Tanya Maeda yang mulai kesal. "aku..." Yuri menelan ludah. dia
mendongak. "aku tahu... mereka ada dimana." Ucap Yuri membuat semua tertegun. "apa
maksudmu?" Tanya Maeda. "aku juga pernah merasakannya." Jawab Yuri pendek. Yuri maju
selangkah. semua mata menatap Yuri. "aku akan ikut." "kazekawa?" kirihara kaget. "kau.. tidak
tahu tempatnya, kan? aku tahu tempatnya." Maeda menghela nafas. "begini, nak. payung yang
kubawa hanya dua. jadi," "hanya aku yang ikut!" Yuri memotong perkataan Maeda.
"Kirihara-kun, tidak akan ikut. aku yang akan menggantikannya." Jawab Yuri tegas. "Yuurei?"
Mata Miyuki berkaca. "baiklah." maeda membuka payungnya dan pergi. Yuri mengambil payung
dari tangan Kirihara. "kazekawa?" Yuri membungkuk padanya. drrt... drrt... Ponsel Kirihara
bergetar. dia membukanya. "dari pamanmu." Gumam Kirihara. tak! Yuri menutup flat ponsel
Kirihara. "dia akan mengerti." Yuri membungkuk lagi. dia segera menyusul Maeda. Yuri menari
nafas. Perlahan degupan jantungnya berdetak dengan normal. dia tersenyum kecil. "yuurei-kun?"
Yui tersentuh. "apa dia mencoba untuk menjadi pahlawan?" Tanya Kyoko pelan. "kalau kau
tidak suka, kau bisa menyusul." Balas Kirihara seraya kembali duduk. Kyoko diam. Chibana
bersandar di dinding seraya tersenyum. Miyuki menangis. Chibana menghela nafas. "sudahlah,
Hitomi akan segera kembali." Chibana mencoba menghibur. Miyuki menahan tangisnya. "aku
tidak menangis karena Hitomi." Bantah Miyuki. Dia kembali melanjutkan menangisnya. Chibana
mendesah pelan. "mungkin ini salah satunya dia spesial." Miyuki menoleh. "apa yang kau
katakan?" Chibana tersenyum kecil. "lanjutkan saja menangismu." Diwaktu yang sama, Yuri dan
Maeda sampai dipemakaman tua. "jadi, mereka ada dimana?" Tanya Maeda. Yuri terdiam. dia
melihat ke sekelilingnya. "aku lupa," Gumam Yuri membuat Maeda kesal. "apa? kau lupa? itu
tidak lucu!" Yuri menggeleng. "aku sungguh tidak ingat dimana tempatnya tapi Ah Yuan Jing."
Maeda terdiam. "Ah Yuan Jing?" Yuri mengangguk. "abu yang pernah dipindahkan keluar dari
tempat ini." Maeda merinding mendengar nada Yuri. "te... terus.. terus bagaimana?" Tanyanya.
"Mm..." Yuri berpikir. "aku tidak tahu." Jawab Yuri polos. Maeda menghela nafas. dia mendekati
Yuri. dia memegang pundak Yuri. Yuri jadi risih. "kita berpencar dan kau terus mengingat." Yuri
mengangguk cepat. Maeda meninggalkannya. "percuma saja dia ikut." Umpatnya. Yuri mencoba
mengingat semuanya tapi yang dia ingat hanya ruangan itu saja. sebuah ruangan yang berisikan
sebuah kuburan mewah. Yuri melihat ke sekelilingnya kembali. "merah!" Yuri ingat kuburan
berkeramik berwarna merah yang pernah dilewatinya saat itu. Yuri berjalan pelan ke depan.
Maeda kembali mendekati Yuri. "kau mau kemana?" Tanya Maeda. "biru!" Yuri berbelok. dia
sibuk mengingat semuanya. Maeda menghela nafas. dia mengikuti Yuri. Yuri berhenti. "pita
biru?" Yuri melihat sebuah pita biru yang mengikat beberapa tangkai bunga anggrek. Yuri
tersenyum lebar. dia langsung berlari. Maeda ikut berlari. Yuri berlari kearah sebuah pemakaman
mewah. Maeda berhenti. "jadi, tempat ini.." Yuri membuka pintu pemakaman mewah itu. Hitomi
menoleh. "Yuurei-chan?" Yuri tersenyum lebar.

mereka berlima kembali ke perkemahan. "Miyuki-chan?" panggil Hitomi seraya memeluknya.


"eh?" Chibana tertawa kecil. Kirihara mendekatinya. "Kazekawa, Maeda-nii mana?" Tanya
Kirihara. Hitomi melepas pelukannya. "orang itu membawa Yuurei pergi. aku tidak tahu
dimana." jawab Hitomi pelan. Kirihara terdiam. dia membuka ponselnya. sudah 28 kali Yoshika
menelponnya. Yuri diajak ke sauna oleh Maeda untuk mandi. Maeda menunggu Yuri dimeja
resepsionis. Pemilik Sauna menyuguhkan soujou hangat. "terima kasih." Balas Maeda. Jun
Mishiyama, pemilik sauna itu duduk didepannya. "kau ingin murid SMA meminum soujou?"
Tanya Mishiyama. Maeda meneguk secangkir soujou. "kau bercanda? aku tidak mungkin
melakukan itu." Jawab Maeda. Yuri keluar dari kamar mandi wanita. dia mendekati Maeda.
"terima kasih banyak, paman." yuri membungkuk padanya. "sama-sama. duduklah." Yuri segera
duduk. "Ceritakan padaku." Yuri tidak mengerti. "ceritakan padaku kejadian yang pernah kau
rasakan disini." Jelas Maeda. Yuri memperbaiki duduknya. Mishiyama menatap mereka berdua.
"cerita apa?" tanya Mishiyama. "dengarkan saja." Yuri mengambil nafas. "Mm... saat itu aku
tidak sengaja mematahkan ranting saat bermain dengan onee ku. Lalu malamnya, aku tidur terus
keesokan harinya seseorang membangunkanku...." Yuri mulai bercerita. Ah Yuan Jing adalah
orang yang membangunkan Yuri. Yuri terbangun. dia kaget. "tu.. tuan siapa?" Yuri terduduk. dia
melihat ke sekelilingnya. Pria tua itu hanya tersenyum. dia duduk didepan Yuri. "aku.. aku
dimana?" Gumamnya pelan. "pita biru, pemakaman biru, pemakaman merah." Gumamnya. Yuri
tidak mengerti. "lebih dari 1000 orang yang pernah kesini hanya kau yang kuberitahu petunjuk
itu." Yuri sama sekali tidak mengerti. "kau tahu, dulu ini tempat tinggalku. aku begitu bahagia
tinggal disini dengan istriku dan anak perempuanku. tapi kau tahu, seseorang dengan
kekayaannya mengusirku dari sini. Jauh dari sini meninggalkan istri dan anakku tapi jiwaku tidak
pernah pergi." Yuri hanya diam. "dan selalu menjaga mereka walau tidak bisa seperti dulu." Yuri
mengangguk cepat. dia mencoba mencerna perkataan Ah Yuan Jing. Pria tua itu tersenyum kecil.
"sekarang kau dihukum karena melakukan kesalahan." "Mm?" "anakku menyanyangi semua
pohon yang ada disini. dia menyukai ranting dan dahan besar dipohon karena dia bisa bermain
bergantungan tapi karena kau mematahkan satu ranting, anakku tidak bisa bermain." Yuri
terdiam. "ma...maafkan aku." Yuri langsung membungkuk. "hukumanmu adalah tinggal disini
untuk sementara waktu." Yuri menurut. "oh, kita belum berkenalan. aku Ah Yuan Jing." "a? Ah
Yuan Jing?" Pria itu mengangguk. "kau?" "Mm... aku Kazekawa Yuri." Pria itu tersenyum kecil.
"Angin yang selalu membawa kebahagiaan." Yuri tertegun. "tuan, tahu arti nama saya?" Pria itu
mengangguk. Syur~ Tiba-tiba suhu didalam ruangan itu menjadi dingin. "saat suhu tiba-tiba
menjadi dingin, saat tiba-tiba setetes, dua tetes air jatuh dikepala kita, hujan akan turun." Jelas
Pria itu. Yuri mengangguk. Pria itu tersenyum. "hukumanmu akan berakhir." Yuri tertegun.
"cepat sekali." Gumam Yuri. "apa kau menyesal telah mematahkannya?" Yuri mengangguk.
"setelah mematahkannya, aku benar-benar menyesal. maafkan aku." Yuri membungkuk lagi
"tidak apa. Kalau kau kembali kesini lagi jelaskan semua yang kuberitahu kepada
teman-temanmu kelak." Yuri mengangguk. "Pita biru, pemakaman biru, pemakaman merah.
setelah kau terbangun, kau akan mengerti." Yuri kaget. "terbangun?" Yuri langsung membuka
matanya. Yuri terduduk. "hm?" Yuri mendengar suara hujan deras diluar. dia melihat
kesekelilingnya. "astaga." Pekiknya. dia melihat sebuah pemakaman mewah didekatnya. "...
seseorang dengan kekayaannya mengusirku dari sini.." Yuri teringat perkataan pria tua. "jadi..."
yuri segera keluar. Dssh~ hujan begitu deras. Yuri mengambil nafas. dia langsung berlari. Yuri
takut, Yoshika dan Reika akan mencemaskannya. "Pita biru, pemakaman biru, pemakaman
merah. pita biru, pemakaman biru, pemakaman merah" kata-kata itu masih terngiang
ditelinganya. "dan setelah itu, aku bisa keluar dari pemakaman dan langsung ke perkemahan."
Jelas Yuri mengakhiri. Maeda dan Mishiyama menganga. "kalian.. kenapa?" Tanyanya pelan.
Mishiyama menggeleng. "apa itu semua benar? maksudku, kau tidak berbohong." Yuri
mengangguk. "jika aku berbohong, teman-temanku tidak bisa kutemukan." Jawab Yuri jujur.
Tiba-tiba Maeda merinding.

Yuri kembali ke perkemahan dengan meminjam payung milik Maeda. Yuri melihat pondok
buatan teman-temannya dari jauh. Suasananya sangat sepi. Sebagian memilih tidur hingga jam
makan siang. Kirihara duduk disamping Ishigami yang sedang tidur sambil menunggu Yuri
kembali. Kirihara menoleh keluar. Dia tersenyum kecil. Yuri sudah kembali. "kazekawa?"
Dengan pelan, Yuri berjalan ke arah pondok. Tidak ada yang mengetahui kedatangan Yuri.
Kazekawa siap berdiri tapi Ryosuke lebih dulu berdiri. Kirihara terdiam. Rasanya, semua
tubuhnya menjadi kaku, susah untuk digerakkan. Yuri sampai dipondok. dia melipat payung itu.
Saat Yuri meletakkan payung itu dilantai, tiba-tiba Ryosuke langsung memeluknya. deg! Jantung
Yuri berdegup kencang. "syukurlah, kau baik-baik saja." Bisik Ryosuke. Yuri melepas pelukan
Ryosuke dengan pelan. dia melihat tangannya seperti melihat jam tangan. "maaf," Yuri
membungkuk. "aku.. harus membuat makan siang." Yuri segera naik. Ryosuke tersenyum kecil.
Beberapa orang melihat mereka termasuk Ruka dan Chibana. Yuri mendekati Yui yang sedang
tertidur. "Yui-san?" Yuri mencoba membangunkan Yui. "ah~ nanti saja. aku ngantuk sekali."
Yuri kaget. Yuri belum mengatakan apa-apa tapi Yui seperti sudah membaca pikirannya. Yuri
menghela nafas. "apa sebentar lagi jam makan siang?" Tanya Kirihara mengagetkan Yuri. deg!
Yuri mengangguk pelan. Kirihara minum. Yuri berdiri. "oh, tadi pamanmu sudah menelponku
hingga 50 kali." glek! "benarkah?" Kirihara mengangguk. "apa kau ingin berbicara dengan
pamanmu?" Tanya Kirihara seraya mengeluarkan ponselnya dari kantong celana. "ah! tidak
usah." Tolak Yuri. "kalau paman yang menelpon aku akan bicara dengannya." Jelas Yuri pelan.
Kirihara tersenyum kecil. "baiklah. oh? apa kau akan memasak untuk makan siang?" Yuri
mengangguk pelan. "akan masak apa?" Tanya Kirihara. "Anu..." Yuri berpikir. dia mengeluarkan
sesuatu dari bawah. Yuri meletakkan 6 buah telur, 3 kentang, dan kacang dimeja. "tapi," Yuri
menggeleng pelan. "aku tidak tahu apa yang harus kubuat." Jelas Yuri polos. Kirihara tersenyum
kecil. "bagaimana kalau nasi kacang?" Yuri kebingungan. "aku akan membantumu." Jelasnya
ramah. deg! Jantung Yuri berdegup kencang. "kalau begitu, aku akan membuat nasi." Gumam
Kirihara padanya. Hitomi mendekati mereka. "apa aku bisa membantu?" "Hitomi-kun?" Chibana
tersenyum kecil. "aku ingin membantumu karena sudah menolong. boleh, kan?" Yuri terharu. dia
mengangguk cepat. Kirihara hanya tersenyum kecil. mereka mulai masak. Kirihara sedang
mencincang sesuatu. Perlahan Yuri mendekati Kirihara. dia ingin lengan mereka saling
bersentuhan. "nii-kun?" deg! Yuri langsung menjauhi Kirihara. Kirihara menoleh.
"Arashi-chan?" Arashi tersenyum manis. "apa aku boleh bantu?" "Mm.." Kirihara menoleh ke
arah Yuri. "apa aku boleh bantu, Yuri-chan?" Yuri mengangguk kaku. Arashi tersenyum. "terima
kasih." Yuri mengangguk lagi. Arashi mulai membantu Kirihara. "heh, Yuurei." Panggil Chibana
seraya mendekatinya. Yuri menoleh. "berasnya sudah kucuci. sekarang bagaimana?" Kirihara
menoleh. "Ah! sini. biar aku saja." Kirihara mengambilnya. "terus. apa yang harus aku lakukan?"
Tanya Hitomi. Yuri memberikan beberapa bawang merah. "iris bawang merah tipis-tipis."
Hitomi tersenyum kecil. "aku mengerti." Hitomi mulai mengiris bawang merah. "auw~" jerit
Arashi pelan. Yuri menoleh. jari Arashi terciprat minyak panas. Kirihara segera meniup pelan
jari tangan Arashi. Yuri terdiam. Kirihara begitu serius dengan jari tangan Arashi. Yuri
mengambil nafas panjang. dia kembali melanjutkan pekerjaannya. "Ah~ Yuurei," Hitomi
menangis. "Mm? kau.. kenapa?" Tanya Yuri. "ketika sedang mengiris bawang merah tiba-tiba
mataku pedih." Yuri tersenyum kecil. "kalau mengiris bawang merah, bagian ujung pisau
ditusukkan ke satu bawang merah. seperti ini," Yuri menunjukkan caranya. "apa setelah itu tidak
akan pedis?" Yuri mengangguk. Hitomi melanjutkannya kembali. Satu jam berlalu, makan siang
untuk 51 orang sudah siap. satu persatu mengambil jatah makan siang mereka. Yui terbangun.
"Ah~ Yuurei, maafkan aku. Tadi akau ketiduran." Ucap Yui pelan. Yuri tersenyum. "tidak apa."
Yui tersenyum. dia mengambil jatahnya. Kirihara makan disamping Yuri. deg! Jantung Yuri
berdegup kencang lagi. "apa enak?" Tanya Kirihara. Yuri mengangguk sambil menunduk.
"syukurlah," Chibana, Miyuki, Hitomi, Mutsuki, dan Yui duduk didekat mereka. "apa nasi ini
buatan kau, Kirihara?" Tanya Yui. Kirihara mengangguk. "hm~ lebih enak nasi buatan Yuurei."
Gumam Yui. "benarkah?" Kirihara hanya tertawa kecil. "ah~ Yuurei-kun, tadi kau kemana?"
Tanya Hitomi. "Hm?" Yuri tidak begitu mendengarnya. "tadi kau kemana?" tanya Hitomi lagi.
"ke sauna." Jawab Yuri pelan. "bersama paman tadi?" Yui ikut tanya. Yuri mengangguk polos.
"hah? kau mandi dengannya?" Tanya Hitomi kaget. Yuri lebih kaget. Tuk! Miyuki memukul
kepala Hitomi dengan sumpitnya. "auw~" Rintihnya pelan. "Ah~ Miyuki-chan, sakit." Rintih
Hitomi lagi. "pertanyaanmu ada-ada saja." Ucap Chibana. "aku kan hanya tanya." Elak Hitomi
kesal. "tapi, apa benar kau mandi dengan paman jahat itu?" Tanya Yui. Chibana dan Miyuki
menatap Yui tanpa ekspresi. "sepertinya anak aneh akan semakin banyak." Bisik Chibana.
Miyuki mengangguk. "ah~ enggak. itu tidak benar." Jawab Yuri akhirnya. "Mutsuki-chan, apa
kau bisa melihat atas kepalaku? Tadi, Miyuki memukulnya dengan sumpit. apa berdarah?" Tanya
Hitomi genit. Miyuki kesal. Mutsuki melihatnya. "tidak. tidak ada." Hitomi tersenyum kecil.
"benarkah? syukurlah." Miyuki mendengus kesal. "sepertinya ada yang cemburu." Gumam
Chibana. "siapa?" Tanya Yui. Chibana melirik Miyuki dengan nakal. Miyuki memerah. dia
langsung makan dengan menunduk. Chibana tertawa kecil.

Sudah 6 jam lebih mereka menunggu hujan turun. Yui melihat ke langit. "hm? kenapa ada bulan
saat hujan?" Tanya Yui monolog. Yuri membersihkan meja kompor. Satu persatu mulai bosan
dengan kegiatan menunggu mereka dan memutuskan untuk tidur. "Yuurei, aku duluan tidur, ya?"
Kata Yui tiba-tiba. Yuri mengangguk "oyasumi," Gumam Yui. Yuri mengangguk. "oyasumi,"
Yuri berbalik. "hm?" Semuanya sudah tidur. Yuri menarik nafas. dia melihat Kirihara tidur
sambil duduk. Yuri tersenyum kecil. Dia mengambil selimut miliknya dan menyelimuti Kirihara.
Yuri melihat ke sekelilingnya. Dengan pelan, Yuri duduk disamping Kirihara. Jantung Yuri
berdegup kencang.. dia mengikat miring rambut panjangnya dan menyandarkan kepalanya
dipundak Kirihara. Yuri tertidur. Kirihara tersenyum kecil. dia menyelimuti Yuri. "oyasumi,"
Bisiknya pelan. Dia tidur kembali. Keesokan harinya, "wah, hujannya sudah reda." kata beberapa
anak. Yuri mendengar suara itu dengan samar-samar. kepala Yuri terjatuh ke bawah. "hm?
Kazekawa?" Yuri membuka mata. dia terduduk. Kirihara menatapnya bingung. deg! deg! deg!
Wajah Yuri memerah. "maafkan aku." yuri membungkuk. dia langsung berlari pergi. Kirihara
tertawa kecil. "Aah~ ketiduran." Gumam Yuri malu. Semuanya kembali. "Aah~ gara-gara
kemarin hujan, aku tidak mandi seharian." Keluh Minami. "aku juga." Ucap Erika. Yuri terdiam.
dia lupa mengambil kompor. Yuri kembali lagi. deg! Kirihara dan yang lainnya yang
mengangkat kompor. Yuri segera kembali. dia malu dengan Kirihara. seharusnya aku tidak
melakukan itu semalam. Batin Yuri sedih. Sekitar jam 9, mereka semua berkumpul kembali. Yuri
berdiri paling belakang dan menunduk. Kalau dia bisa menghilang mungkin dia akan langsung
menghilang. "hey, yuurei?" Panggil Ruka. Yuri mendongak. "apa yang kau lakukan disana?"
Yuri membungkuk. dia berjalan pelan ke depan. "Mm... semuanya, hari ini kita akan memainkan
permainan persahabatan lagi." Kirihara memulai. "tidakkah dia tampan sekali?" Gumam Erika.
Arashi tersenyum kecil. "permainan mudah saja. Yang harus kita lakukan adalah mengumpulkan
pita sebanyak mungkin hingga waktu habis. Kelompok yang menang akan mendapatkan hadiah
yang menarik." Jelas Kirihara. "Karena waktu yang terbatas, kita semua akan dibagi menjadi 10
kelompok yang setiap kelompok terdiri dari 5 orang dan satu kelompok berisi 6 orang. Setiap
kelompok itu sudah dibagi oleh Ruka dan satu kelompok terdiri dari kelas 3-A dan kelas 3-B."
"hah?!" Semua kaget. "aah! tidak mau." semua menolak. "ini yang kami sebut permainan
persahabatan." Gumam Ryosuke. "hah~" semua mendesah. "tidakkah mereka kompak?" Ruka
melipat kedua tangannya didepan dada sambil tersenyum. "kukira kau tidak suka itu?" Sindir
Kirihara. Ruka melepas lipatannya. dia cemberut. "baiklah. aku akan membacakan nama
kelompok." Ruka membuka catatannya. "kelompok 1, Mutsuki, Miyuki.." Miyuki tersenyum
bangga. "...Hitomi," "ahh! Mutsuki-chan kita sama-sama." Miyuki cemberut. "... Chibana,
Umika." Chibana mengangguk. "hah? aku dikelompok 1." Umika cemberut. Ruka membaca satu
persatu. "dan kelompok terakhir, Ruka, Ryosuke, Kirihara, Arashi..." Arashi tersenyum kecil. "...
Sadako, dan Yuurei." Yui kaget. "siapa Sadako?" Tanya Yui. "kau bodoh!" Sungut seseorang.
Yui cemberut. "hah? kita juga main?" Tanya Yuri. Ryosuke mengangguk. "Ah~ malas sekali."
Gumam Yuri pelan. Ichigo angkat tangan. "kalau kalian main, kalian tentu menang." Kirihara
tersenyum. "ide permainan ini memang ide kami, tapi yang membuat permainan ini adalah
Maeda dan yang lainnya." Jelas Kirihara. "apa aku terlambat?" Tanya Maeda tiba-tiba. semua
orang menoleh. Kirihara, Yuri, Ruka, dan Ryosuke membungkuk padanya. Maeda berdiri
didekat Kirihara. "semuanya, dengarlah." Maeda memulai. Yui melirik Yuri. "Yuurei.. sst...
Yuurei.." Panggil Yui. Yuri menoleh. "apa kalian berdua saling menggosokkan punggung?" deg!
Yuri menggeleng cepat. Yui tersenyum kecil. "carilah pita seperti ini." Yamada memperlihatkan
pita biru pada semua orang. Yuri tertegun. "pita seperti ini sudah disebar dimana-mana. setiap
pita memiliki tulisan seperti ini." Maeda menunjukkannya. "ular?" Umika membacanya. Maeda
tersenyum. "pintar." Umika tertegun. "ular. kata-kata yang ada disini adalah petunjuk yang
membawa kalian ke "harta karun"." "sepertinya ada perbedaan dalam penjelasan Kirihara tadi."
Gumam Arashi. semua setuju. "paman?" Maeda tersenyum. "semuanya, tenang. ada sedikit
perubahan permainan. Jadi mengerti?" semua mengangguk. "Jadi, saya sudah menyiapkan 10
kotak "harta karun" dimana hanya satu yang memiliki isi paling istimewa. Terus, masing-masing
kelompok akan mendapat satu pita biru dengan petunjuk masing-masing yang berbeda. ada
pertanyaan?" Tanya Maeda. Arashi angkat tangan. "ya, manis." "Hm.. apa hanya mencari?
maksudku, tidak ada rintangannya?" Tanya Arashi. Maeda tersenyum. "rintangan pasti ada tapi
setiap kelompok akan mendapatkan rintangan yang berbeda. hati-hati saja dengan anak
perempuan yang memakai rok." glek! "aku akan ganti baju." Gumam Yuri seraya pergi.

Permainan dimulai. setiap 15 menit satu kelompok akan pergi. "apa disana banyak ular?" Tanya
Yui pada Maeda. "kurasa begitu." Jawab Maeda. Yuri melirik Arashi yang begitu dekat dengan
Kirihara. dia menghela nafas. satu persatu kelompok mulai pergi. "baik, giliran kalian." Maeda
memberikan sebuah pita biru. "duri?" Ryosuke membacanya. "selamat bersenang-senang."
Mereka berenam pergi. "saat melihat bendera merah belok kanan." Gumam Arashi. Yui dan Yuri
paling belakang. "duri? aku masih belum mengerti." Kata Ryosuke. "apa maksudnya, pita itu
ditancapkan?" Tanya Ruka. Kirihara menggeleng. "kurasa bukan." "lihat mereka seperti tidak
memedulikan kita." Bisik Yui. Yuri hanya diam. "apa kaktus?" Tanya Yui tiba-tiba. "tidak
mungkin, Sadako." Jawab Ruka. Yui cemberut. Yuri memperhatikan sekelilingnya. "apa
mungkin sesuatu yang berduri itu bergerak?" Tanya Yuri tiba-tiba. mereka berhenti dan menoleh.
"apa maksudmu dengan bergerak?" tanya Ruka. "Mm... kalau kaktus tidak mungkin ada disini
berarti..." "landak!" Sambung Kirihara. deg! "ya, sepertinya landak." Jelas Kirihara. "landak?"
Ulang Arashi. Kirihara mengangguk. dia menoleh sambil tersenyum. "bukannya ini hutan?
landak seperti itu pasti banyak disini." Yuri memerhatikan Kirihara. "ya!" Ryosuke bertepuk
tangan sekali. "kalau begitu, setelah belokan, kita akan berpencar." Yui tertegun. "hah?
berpencar?" Yuri menggeleng. "kurasa jangan berpencar." Yuri memainkan jarinya. "disini
memang banyak landak. tapi hanya satu landak yang memiliki pita dan landak itu tidak mungkin
jauh dari tempat ini." Jelas Yuri. Ryosuke tersenyum padanya. "ya, kalau begitu. kita lanjutkan
perjalanan." mereka kembali perjalanan. Tapi setelah berbelok mereka belum menemukan.
"huft~" Yui menghela nafas. "dimana landak itu?" Gumamnya lelah. drrt... drrt.. Ponsel Kirihara
bergetar. dia membukanya. "ah? Yuri? ayahmu." Kirihara memberikan ponselnya. "ah, iya.
moshimoshi," Yuri menjauhi mereka. Yui langsung jatuh terduduk. "ada apa, paman?" Tanya
Yuri. "ini aku." Jawab Reika. "heh? onee-chan? ada apa?" Reika tertawa kecil. "sebenarnya tidak
ada. kau tahu, sejak kau pergi, aku kesepian. Yoshika sibuk mencari istri lagi di gamesnya."
Curhat Reika. Yuri tertawa kecil. "oh, kau disana hati-hati. Yoshika bisa saja tiba-tiba datang
dan membuat kau malu." yuri mengangguk. "aku mengerti, onee-chan." "Ya sudah. selamat
bersenang-senang disana dengan Yuki-san. bye-bye." Yuri kaget. "a... apa?" Yuri menatap layar
ponsel Kirihara. "ah~ onee-chan..." Yuri berbalik. "aah!" Yuri kaget ketika melihat landak
didepannya. Duri-duri landak itu berdiri dan lari. "kazekawa?" Kirihara dan ryosuke langsung
berlari. "huh? mereka cepat sekali." Gumam Yui. ketiga anak perempuan itu mengikuti mereka.
Yuri jatuh terduduk. "Yuri?" Panggil Ryosuke. Yuri menoleh. Dia langsung berdiri. "ada apa?"
Tanya kirihara. deg! Yuri malu. "Mm.. landak." Jawab Yuri pelan. "landak? mana?" Ruka
menoleh ke kanan dan kekiri. "disana!" Tunjuk Yui. mereka semua menoleh kearah landak yang
mencoba bersembunyi. "tapi, kau tak apa?" tanya Ryosuke mendekatinya. Yuri sedikit mundur.
dia menggeleng pelan. Ryosuke tersenyum. "syukurlah." Gumam Ryosuke senang. Yui berlari
mendekati landak itu. "oh, terima kasih." yuri menyerahkan ponsel kepada Kirihara. Kirihara
tersenyum padanya. "sama-sama." Yuri tersipu. mereka segera menyusul Yui. Yuri menyusul
dari belakang. "uh~ dia lucu sekali." Puji Yui. Ryosuke mendekatinya. Mereka mengepung
landak itu. Karena merasa terancam, duri-duri itu naik. "bagaimana cara mengambilnya?" Tanya
Ruka. Landak itu melihat Arashi. tiba-tiba duri-duri itu turun dan mendekati Arashi. "hm?"
Arashi kaget. "ah, landak itu tahu mana yang cantik mana yang jelek." Gumam Yui. Ruka
tersenyum. "berarti kau jelek." Balas Ruka. Yui meliriknya. "kau sendiri?" Ruka cemberut.
Dengan pelan, Arashi mengambil pita biru itu. "landak yang manis," Arashi mengelus kepala
landak itu dengan segera berdiri. "dapat!" Kirihara tersenyum padanya. Arashi membacanya.
"jalan terus. "angin" akan segera datang. hm? aku tidak mengerti." Ryosuke mengambil pita itu
dari tangan Arashi. "angin? maksudnya apa?" Kirihara mengangkat bahu. "lebih baik kita
teruskan perjalanan."Saran Kirihara.

Sudah setengah jam mereka berjalan. "lelah sekali~" Keluh Yui. Yuri menggandengnya. "dimana
angin itu?" Tanya Ruka asal. "aku kira yang dimaksud bukan angin." Gumam Arashi. "kata angin
itu memakai tanda petik dua.." Jelas Arashi. "apa maksudnya hanya ungkapan?" Tanya Ryosuke.
Arashi mengangguk. "eh, Yuurei, apa kau ada makan?" Tanya Yui. Yuri menggeleng. dia
melihat ke sekelilingnya. "Ah! disana ada pohon pir." Tunjuk Yuri. Yui melepas gandengan
Yuri. "benarkah? ayo, kesana." Yui menarik Yuri ke depan. Ruka menghela nafas sambil melipat
kedua tangannya didepan dada. "mereka macam-macam saja." Gumam Ruka. Yui dan Yuri
berdiri didepan pohon pir. "ah, tapi pir." Gumam Yui. "buah pir banyak airnya. Mm.." Yuri
mencari sebuah ranting yang agak lancip. "hey, kalian berdua, apa kalian tidak takut kalau kalian
akan diganggu." Yuri mendapatkan ranting yang cukup tajam. "tidak. semua buah yang ada disini
boleh kita petik asal jangan serakah." Ryosuke tersenyum kecil melihat Yuri. Yuri membidik
satu buah pir yang lumayan besar. "apa yang kau lakukan?" Tanya Yui. "sst.." Yuri menyuruh
Yui untuk diam. "hap," Yuri melempar ranting itu ke atas. Buk! Buah pir itu jatuh. Kirihara dan
Ryosuke tertawa kecil. Yui tersenyum sambil memungut buah pir yang jatuh itu. "wah, kau hebat
sekali." Yuri terdiam. "angin? apa maksudnya pemanah?" Yuri menoleh ke arah
teman-temannya. "hm? Arashi mengernyitkan dahi. "panah." Tanpa sengaja Kirihara menoleh
kearah kanan. dia melihat seseorang sedang membidik mereka. Wuuss! panah itu meluncur
kearah mereka. "awas?!" Teriak Kirihara. Dia langsung menarik Arashi dan memeluknya. Buk!!
Sebuah panah dengan ujung alat penyedot wc tertancap dipohon. deg! Mata Yuri berkaca melihat
Kirihara memeluk Arashi. Air matanya jatuh. Yui segera mengambil pita biru itu. Kirihara
langsung melepas pelukan itu. Yuri berbalik. dia menghapus air matanya. Mereka berdua tersipu.
"wow, romantis sekali." Sindiri Ruka Ruka menahan pirnya dengan menggigitnya. dia
mengambil pita itu. "apa mereka tidak takut itu bahaya?" Tanya Ruka. Ryosuke mengambil pita
biru itu dari tangan Yui. "hati-hati dengan coklat-panjang." Ryosuke membacanya. Kirihara dan
Arashi masih diam terpaku. Yuri menarik nafas. dia berbalik tapi dia berbalik kembali. dia tidak
bisa melihat Arashi dan Kirihara. "apa maksudnya dengan coklat-panjang?" tanya Ryosuke.
"kotoran?" Tebak Yui. Ryosuke tertawa kecil. Ruka menatap tajam Yui. "yang benar saja,
Sadako." Yui cemberut. Yuri teringat kejadian beberapa menit yang lalu. Dia menarik nafas
panjang lagi, Yuri mengambil satu buah pir untuknya. "hey, kalian berdua kenapa?" Tanya Yui.
"hm?" Mereka berdua salah tingkah. "ah.. tidak apa-apa." Jawab Kirihara sambil tersenyum
simpul. Arashi hanya tersenyum. "oh, ayo." Yui mendekati Yuri. "bagaimana ?" Tanya Yuri.
"coklat-panjang." Jawab Yui pendek. "hm?" Yui mengangkat bahu. "aku tidak mengerti." Arashi
mendekati Yuri. "Mm.. Yuri-chan, aku juga ingin buah pir." Pinta Arashi. yuri menoleh. deg! dia
melihat Kirihara mendekatinya. Yuri mencoba menghilangkan perasaan itu. "ah, baik." Yuri
mengambil tongkat tadi dan melemparnya ke sebuah pir. Buk! Buah pir itu jatuh. Arashi
memungutnya. "terima kasih." Yuri mengangguk. dia menggigit buah pirnya dengan pelan.
"ayo," Yui menariknya. mereka kembali meneruskan perjalanan. "coklat-panjang?" Gumam
Yuri. "apa mungkin kotoran manusia?" Tebak Yui. Yuri menggeleng. "tidak mungkin sejauh
itu." Jawab Yuri. "tidak ada yang mungkin untuk Jepang." Balas Yui. Yuri menggeleng lagi.

Mereka melanjutkan perjalanan mereka lagi. "apa maksudnya coklat-panjang? ular?" tanya
Arashi bingung. "tali?" Tanya Kirihara. Yuri berhenti. dia berbalik. "tali!" Ruka tersenyum. "tali?
apa maksudmu ada tali dibawah kita?" Tanya Ruka seraya mendekatinya. "jangan men..."
"Aah!!" Tiba-tiba sebuah tali mengikat kaki Ruka. "astaga!" Pekik Yui. Ruka tergantung terbalik
diatas. Yui langsung tertawa terbahak-bahak. Yuri menutup mulutnya denga kedua tangannya.
prinya terjatuh. "ah~ pirku." Gumamnya pelan. "bagaimana cara melepasmu?" Tanya Arashi.
"hey, hey, hey.." Ruka panik. Yuri melihat ke depan. Ryosuke membantunya turun. "sudah,
sudah, tidak usah diturunkan." Ruka menatapn Yui tajam. Yui tersadar. "Mm.. cepat turun
Ryosuke-kun." Ruka menatapnya dengan kesal. "Mm.." Yuri berlari kearah depan. Kirihara
melihatnya. "apa yang dia lakukan?" Yuri berhenti didepan sebuah pohon dengan tali yang
melilit tubuh pohon itu. "apa.." Yuri menoleh keatas. pita biru itu diikat ditali yang ditaruh diatas
pohon. Yuri melepas ikatan tali itu. "Whooaa!!" Teriak Ruka. Bruk! Dia terjatuh diatas Ryosuke.
Yuri kembali. "kau darimana?" Tanya Yui. "dari sana." Tunjuk Yuri kebelakang. "aduh~" Ruka
mencoba berdiri. "untung kau tidak terlalu berat." Ryosuke berdiri. Ruka malu. "eh?" Arashi
mendekati pita biru yang diikat ditali. Dia segera melepaskannya. "hm? jaga diri kalian?
maksudnya apa?" Arashi mendekati mereka. Ryosuke membacanya. "jaga diri kalian?" Kirihara
ikut membacanya. "lebih baik, kita lanjutkan saja perjalanan ini." Gumam Ruka seraya pergi.
mereka semua meninggalkan mereka. "jaga diri kalian?" Kirihara bingung. Sejam mereka
berjalan. akhirnya, mereka memutuskan untuk istirahat. "hey, Kirihara, sudah jam berapa?"
Tanya Yui. Kirihara melihat jam tangannya. "sudah setengah tiga." Yuri menghela nafas. dia
bersandar dipohon. "panas sekali~" Keluh Arashi. Yuri menoleh ke samping. dia tertegun. dia
melihat seseorang yang memerhatikan mereka. "hey, Yuurei, kau tidak bisa mengambil buah
lagi?" Tanya Ruka. "hm?" Yuri menoleh. dia menegakkan badannya, memerhatikan ke
sekelilingnya. Yuri menggeleng pelan. Ruka menghela nafas. Setelah berisitirahat, mereka
kembali melanjutkan perjalanan. kresek-kresek-kresek.Yuri menoleh. dia mendengar seseorang
berlari. Yuri melihat ke teman-temannya. Ryosuke, Kirihara, Yui, Arashi, dan Ruka terlihat
kelelahan. mungkin hanya perasaanku saja. "jaga diri kalian? apa.." Arashi berpikir. Yui melihat
sebuah pohon apel. "hmmph" Seseorang dengan tiba-tiba membekap mulut Yuri. "apa.. akan
ada seseorang yang menculik kita?" Tebak Arashi. "Wah, apel. Yuurei ki.. yuurei?!" Teriak Yui.
mereka menoleh. "hmmph..." Yuri ditarik pergi. "astaga!" Pekik Ruka tidak percaya. "woy?!"
Kirihara dan Ryosuke langsung mengejarnya. air mata Yuri jatuh. pria itu langsung
menggendong Yuri berlari. lepaskana! tolong!" Jeritnya sambil terus memukul pundak pria itu.
"tenanglah, manis." Yui mulai panik. "apa yang harus kita lakukan sekarang?" Tanya Yui
memandang kedua temannya. "kita kejar, bodoh." Ruka berlari. Yui dan Arashi mengikuti dari
belakang. Lari pria itu cukup cepat. Ryosuke dan Kirihara hampir ketinggal jauh. Saat dia merasa
dia tidak terkejar lagi, dia berhenti dan menjatuhkan Yuri ke tanah. "apa.. apa yang kau
lakukan?" Tanya Yuri mundur. "sst.. tenang saja.." Yuri terus mundur hingga di terpojok. Pria itu
mencoba membuka celananya sambil mendekati dirinya. "tolong..." Yuri membuang mukanya
sambil menutup mata. Kirihara dan Ryosuke datang. Buk!! Kirihara langsung memukul pria itu.
"Yuri?" Ryosuke mendekatinya. Yuri menoleh. Ryosuke mengulurkan tangannya. Yuri meraih
tangan Ryosuke. Ryosuke segera menarik Yuri berdiri dan langsung memeluknya. nafas Yuri
tersengal-sengal. dia menangis dan langsung memeluk Ryosuke erat. Pria itu langsung pergi
dengan meninggalkan pita biru. Kirihara tersenyum seraya mengambil pita itu. "eh.." Kirihara
menoleh. dia terdiam, tangan bekas memukul itu perlahan terbuka. Ruka, Arashi, dan Yui datang.
Ruka kaget melihat Ryosuke memeluk Yuri. "kau tak apa, kan?" Tanya Ryosuke. Yuri hanya
menangis. Ryosuke memeluk Yuri erat. Ruka sedih melihat kejadian itu semua. "aku lapar~"
rintih Yui tiba-tiba. Yuri tersadar. dia langsung melepas pelukannya. "maafkan aku," Ucapnya
sambil membungkuk. Yuri menyeka air matanya. Ryosuke menggeleng. "tidak apa." Yuri
melihat Kirihara. Kirihara tersenyum padanya. "aku dapat pita birunya." mereka semua
mendekati Kirihara. "biru, merah, pita biru." Kirihara membacanya. semua kebingungan.

Selama perjalanan, Yuri hanya diam. perasaannya terguncang. Yuri masih teringat wajah pria
tadi. "sudah, yuurei." Yui merangkulnya tapi Yuri hanya diam. "Hm.. apa yang dimaksud biru itu
papan itu?" Tunjuk Arashi. Kirihara menoleh. "dilarang buang sampah sembarangan." Kirihara
membacanya sambil tersenyum. "kurasa begitu." Mereka segera berbelok. Kirihara melihat layar
jam tangannya. "sudah jam 4." Gumamnya. Arashi menghela nafas. dia memijit pundak
kanannya sendiri. "Ah! ada apel!" Tunjuk Yui. mereka semua menoleh. Ruka tersenyum kecil.
"merah!" Mereka berjalan lurus. "dan dimana pita biru itu?" Tanya Arashi. "disana!" Tunjuk
Ryosuke. pita biru yang mereka cari mengikat sebuah kotak dibawah pohon. mereka berlari
mendekati kotak itu. Diatas kotak itu ada sebuah pesan. Ruka mengambilnya. "buka saat sampai
diperkemahan. Maeda." Arashi mengambilnya. "we are go home" Gumam Arashi senang.
Mereka kembali. Ryosuke melirik Yuri yang masih diam menunduk. Di perkemahan, semua
kelompok sudah datang kecuali kelompok Kirihara. "mereka lama sekali." Gerutu Hitomi. "hey,
mereka datang!" Teriak Ichigo. Arashi tersenyum sambil melambaikan tangan. "eh? Yuurei
kenapa?" Tanya Chibana. "baiklah, semuanya. "harta karun" kalian silahkan dibuka." Semua
segera membuka kotak mereka. Ryosuke mengepal tangan kanannya. Buk! Ryosuke langsung
memukul Maeda. semua orang menoleh. "Ryosuke?" Yuri melewati mereka semua. "Yuurei?
kau kenapa?" Chibana mendekatinya. Yuri hanya menunduk sambil menggeleng. dia langsung
masuk tenda. "dia kenapa?" Tanya Mutsuki. Miyuki mengangkat bahu. "Ryosuke?" Ruka dan
Kirihara langsung menahannya. Maeda menahan ujung bibirnya yang perih seraya berdiri. "kau
kenapa?" Tanyanya. "apa seperti ini permainanmu? apa dengan percobaan pemerkosaan itu
seru?" tanya Ryosuke marah. Semua tertegun. "perkosa?" Maeda memegang ujung bibirnya. "ini
hanya permainan. orang itu juga tidak akan bersungguh-sungguh memperkosanya." Jawab
Maeda enteng. "tidak bersungguh-sungguh? perasaannya terguncang, kau tahu?" Chibana
terdiam. "yuurei?" dia langsung berlari menyusul Yuri. Ryosuke melepas tangan Kirihara dan
Ruka. "besok, kau boleh membantu tapi kami yang akan mengatur semuanya." Ryosuke
meninggalkan mereka. "Ryosuke?" Ruka berlari mengejarnya. "wah, bagaimana ini?" Bisik
beberapa orang. "Aah! aku menang!" teriak seseorang. di tenda, Yuri terus diam. Chibana masuk
kedalam tenda. "Yuurei," Yuri tidak menyahut. Chibana mendekatinya. "semuanya akan
baik-baik saja." dia memeluk Yuri. Perlahan, Yuri menangis.
Keesokan malamnya, permainan jurit malam mereka akan segera dimulai. Perasaannya Yuri
sudah baikan karena Chibana, Miyuki, Hitomi, dan Yui terus menghiburnya. Jurit malam akan
diadakan selama dua hari. hari ini dan besok malam. Untuk hari ini, para pria yang akan
berkeliling dan para perempuan yang akan menakut-nakuti mereka. Ryosuke takut kejadian Yuri
akan terulang, dia meminta Maeda hanya menjadi penjaga keamanan dan tidak ikut campur.
Kyoko dan Ruka bertugas menjadi "pagar" untuk anak laki-laki. "kalau bukan Ryosuke yang
meminta, aku tidak akan mau." Ujar Ruka sambil melipat kedua tangannya didada. Kyoko
mencuekinya. Yuri tidak disuruh apa-apa oleh Ryosuke jadi Chibana mengajaknya menganggu
anak laki-laki. Chibana menyuruhnya untuk duduk dengan wajah tertutup oleh rambut
panjangnya sambil menangis. "tapi, kalau ada Ryosuke-kun gimana?" tanya Yuri. Chibana
tersenyum lebar. "tenang saja. Ryosuke sudah daritadi. dia tidak akan tahu." Chibana
menenangkannya. Yuri mengerti. Sudah 3 pasang yang berlari terbirit-birit melihat Yuri.
Chibana tertawa keras saat melihat ekspresi mereka. "heh, Yuurei, kau hebat." Yuri berdiri.
"benarkah?" Chibana mengangguk. Yuri tersenyum bangga. "Yuri?" mereka berdua terdiam.
Ryosuke mendekati mereka. "apa yang kau lakukan disini?" Tanya Ryosuke. "dia tidak
melakukan apa-apa disini." Jawab Chibana. "begitu? oh, ikut aku." Ryosuke menarik Yuri pergi.
"hm?" Yuri kaget. Chibana tersenyum melihat mereka berdua. Ryosuke mengajak Yuri ke bukit.
Yuri mencoba melepaskan pegangan Ryosuke tapi pegangan Ryosuke begitu erat. Ryosuke
berbalik. "ayo," Ryosuke melepas pegangan tangannya. "hm?" Yuri tidak mengerti. "naiklah,"
Yuri mengangguk. mereka berdua menaiki sebuah tembok dengan lebar yang cukup luas. "lihat,"
Tunjuk Ryosuke. Yuri menoleh. "indah sekali," Puji Yuri. "itu Sakai." Yuri tertegun.
"benarkah?" Ryosuke menoleh. "apa kau dulu pernah tinggal disini?" Yuri mengangguk. "sejak
kecil aku tinggal disini." Ceritanya. Ryosuke tersenyum. "dulu?" Yuri mengangguk. "sekarang,
aku sudah pindah ke Osaka." Jawabnya. "oh.." Ryosuke mengangguk. "apa kau bersaudara
dengan Kirihara?" yuri menoleh. "Mm?" "kenapa kau bisa satu ponsel dengannya?" Yuri gagap.
"oh.. itu.. itu.. Mm..." Yuri memainkan jemarinya. "kami tidak bersaudara. Mm.. kebetulan kami
bertetangga... jadi, ayahku yang menyuruhnya.." Jawab Yuri pelan. Ryosuke tersenyum kecil.
"begitu? apa rumah berwarna biru itu?" Tebak Ryosuke. "kau tahu?" Ryosuke mengangguk. "aku
sering bermain kesana." Jawabnya. Yuri mengerti. "kazekawa?" Panggil Kirihara dari jauh.
mereka berdua menoleh. "oh," mereka berdua segera turun. "ada telepon dari ayahmu?!"
Teriaknya. Yuri mengangguk. Dia segera kesana, tiba-tiba Ryosuke menariknya dan mencium
pipinya. deg! Jantung Yuri berdegup kencang. "bye," Ucap Ryosuke seraya tersenyum. Yuri
melepas pegangan Ryosuke. Yuri membungkuk. dia langsung berlari kearah Kirihara. Kirihara
melihat itu semua. dia tertunduk. apa memang harus menyerah? Batin Kirihara.

Esoknya, giliran para gadis yang bermain. Yuri berpasangan dengan Abe Sumika, murid kelas
3-B yang paling pintar. "o..yasumi." Sapa Yuri pelan. Abe mencuekinya. Yuri hanya diam.
Miyuki dan Hitomi berjalan bersama. mereka satu pasangan. "kenapa aku harus dengan kau?"
tanya Hitomi. Miyuki mengangkat bahu. "mungkin kau harus tangan pada dirimu sendiri. kenapa
kau selalu sok imut?" Hitomi kaget. "apa yang kau katakan?" Tanya Hitomi. "apa kau tidak
mendengarnya? syukurlah, kau tuli." Miyuki meninggalkannya. Kyoko menghela nafas. "hey,
Kirihara. aku tidak mau dengannya." Protes Kyoko. Kirihara hanya tersenyum. "sudahlah.
bukankah kalian dulu bersahabat?" Ruka tersenyum kecil. "cih.. kapan? aku lupa." Kyoko
memandangnya kesal. "sekarang giliran kalian." Ichigo dan Ken mendorong mereka pergi.
"iya-iya." mereka segera masuk. Setelah itu, giliran Yuri dan Abe. Abe menghela nafas panjang
sambil memainkan senternya. "sentermu mengganggu, Abe!" Sungut Ken tiba-tiba. Abe memang
memainkan senternya dengan menyalakan dan mematikannya terus. "maaf," Gumam Abe yang
masih terus memainkan senternya. Ken kesal, dia langsung mengambil senter itu. "hey!" Dan
memberikannya kepada Yuri. "kau saja yang pegang." Perintah Ken. Yuri mengangguk pelan.
Abe mencibirnya dengan kata-kata tidak jelas. Ichigo melihat layar jam tangannya. "oke, giliran
kalian." Kata Ichigo. Glek! mereka berdua segera masuk. Saat mereka sudah semakin masuk,
Ryosuke mendatangi Ichigo. "apa dia sudah masuk?" Tanya Ryosuke. "siapa?" Tanya Ichigo.
"Yuri." Ichigo mengangguk. "dia sudah masuk." Ryosuke mengerti. "kau tidak usah takut." Kata
Abe memulai. Yuri mengangguk pelan. "semua hantu yang ada disini hanya bohongan, seperti
itu." Tunjuk Abe. Yuri tertegun, sebuah selimut berwarna putih digantung dibalik pohon. "kau...
kau bisa melihatnya?" Tanya Yuri pelan. Abe mengangguk. "Boo!!" Teriak penarik selimut putih
itu. mereka berdua tidak takut dan terus melanjutkan perjalanan. "huh?" Penarik itu tertegun
melihat mereka berdua. "oh, aku Abe Sumika." Abe mulai memperkenalkan diri. "oh, aku ka..."
Abe memotongnya. "kau Yuurei, kan?" Yuri mengangguk pelan. "sebenarnya wajahmu sama
sekali tidak mirip dengan Yuurei.." Yuri sedikit tersipu. "tapi kau miirp sekali dengan
Yuri-onna." Yuri terdiam. "oh, tunduk." Mereka berdua segera menunduk. sesuatu yang terbuat
dari boneka melayang diatas mereka. "itu hanya boneka." Mereka mendongak lagi. "kau tahu,
saat aku SMP, aku juga pernah ikut seperti ini." Yuri mengangguk mengerti. "oh, kemarin kau
ranking berapa?" Tanya Abe. "oh, kemarin aku.. ranking 34.." Jawabnya gagap. "rata-rata?"
"Mm.. 89,5." glek! Abe menelan ludah. "Ranking satu pasti Hiro." Yuri mengangguk. "kau
sendiri?" Tanya Yuri. "oh, aku ranking satu dikelas tapi rata-ratanya sama sepertimu." Yuri
tertegun. "89,5?" Abe mengangguk. "ranking satu kelas 3-A dengan ranking kelas 3-B sudah
tahu berbeda tapi masih saja selalu menganggap kelas 3-B itu jauh lebih pintar." Yuri hanya
mendengarkan. "tapi kau hebat sekali masuk kesana." Yuri tersipu. Ishigami menghela nafas
memerhatikan Yuri dan Abe. mereka berdua sama sekali tidak takut. Dia segera menelpon
Kirihara. "moshimoshi, hey, Ryosuke? Abe dan Yuurei sama sekali tidak takut dengan
hantu-hantu kita." Ishigami mengangguk. "bagaimana?" Ishigami tersenyum kecil. "baik. baik.
baiklah, oke oyasumi." Klik! Ishigami mematikannya. "kita mulai, nona." Gumamnya seraya
tersenyum. "lihat." Abe menunjuk kedepan. "kita sudah sampai dekat." Jelasnya. Yuri tersenyum
senang. "akhirnya~" Yuri bernafas lega. Abe mengangguk setuju. "wuuhh~" Tiba-tiba suara
wanita mengagetkan mereka dari belakang. deg! Mereka berdua berhenti. Bulu kuduk Yuri
merinding. "apa lagi sekarang?" Tanya Abe pelan. Mereka berdua berbalik. seorang wanita
dengan rambut panjang menutupi wajahnya dan kimono yang menutupi seluruh tubuhnya berdiri
menyamping didepan mereka. Yuri mulai ketakutan. "kau siapa? Sadako?" Abe mendekatinya.
wanita itu hanya diam. "sudahlah, kau siapa?" Tanya Abe seraya mencoba memegang tangannya.
Sret! deg! Tangan Abe tembus. glek! Abe menelan ludah. perlahan wanita itu menoleh,
memperlihatkan wajah pucatnya. "o..yasumi~" "hah?!" Teriak Abe seraya menarik Yuri pergi.
Buk!! Yuri terjatuh. "aduh, Yuurei, cepat." Yuri mempercepat berdirinya. mereka segera berlari
pergi. Ishigami keluar dari persembunyian sambil tersenyum melihat kepergian mereka. Lutut
Yuri lecet. dia kesusahan untuk berlari. Saat mendekati area akhir, mereka berdua berhenti. Abe
merapikan poninya. "kau jangan beritahu siapa-siapa tentang soal ini, okay?" Perintah Abe. Yuri
mengangguk. Abe mengatur nafasnya. "tadi hampir saja." Gumamnya pelan. "wuh? kalian
berhasil?" Tanya Matsuo. Abe mencuekinya. "apa sudah boleh ke tenda?" Tanyanya seraya
pergi. Ishigami mendekati Matsuo. Matsuo tersenyum geli. "berhasil." Bisik Ishigami. Matsuo
tertawa kecil. Yuri mematikan senter itu. dia duduk disebuah kursi yang terbuat dari semen. Yuri
memperhatikan luka di lututnya. "baru kemarin luka, sekarang luka lagi." Gumamnya pelan. "kau
terluka?" Tanya Kirihara tiba-tiba. deg! Jantung Yuri langsung berdegup kencang. dia
menggeleng. "ti.. tidak.." Yuri langsung berdiri tapi Kirihara mendorongnya untuk duduk. dia
jongkok didepan Yuri. Jantung Yuri berdegup kencang membuat dia salah tingkah. "tadi kau
terjatuh?" Yuri mengangguk pelan. Kirihara membuka kotak obat. Dia mulai mengobati Yuri.
"ouch~" Ringis Yuri tiba-tiba. Kirihara tertegun. "maaf," Gumamnya pelan. Yuri hanya diam.
"Mm... kau masih ingat kejadian kemarin malam, kan? saat kau tidur didekatku." deg! Yuri
merasakan pipinya panas. "Mm..itu.. itu..." Yuri berpikir keras. "hm?" Kirihara menunggu
jawabannya. "oh.. jadi... saat itu.. a..aku.. aku ingin tidur didekat meja kompor..." Kirihara
mengangguk. ".. tapi, sa.. saat itu.. Mutsuki yang tidur disana.. dan.. dan aku tidak berani tidur
didekatnya.. jadi.. jadi aku tidur.. didekatmu.." Suara Yuri melemah. "tapi.." Suara Yuri
mengeras. "aku.. aku tidak tahu.. itu.. kau.." Kirihara mengerti. "lalu kau yang menyelimutiku?"
Yuri menggeleng cepat. "Arashi.. ya.. Arashi.." Jawab Yuri. Kirihara berdiri. "begitu?" dia
sedikit kecewa. Yuri menghela nafas. "oyasumi," Kirihara tiba-tiba mencubit pipi kanan Yuri.
Yuri terdiam. Kirihara pergi sambil tersenyum kecil. Yuri tersenyum kecil. dia mengelus pipi
kanannya. "oyasumi" Jawabnya pelan.

Malam sebelum mereka pulang, seluruh murid kelas 3-A dan kelas 3-B berkumpul mengelilingi
api unggun besar. Setelah hampir satu minggu bersama, permusuhan mereka perlahan hilang
kecuali Kyoko dan Ruka yang masih belum bisa berdamai. Mereka semua, perlahan semakin
dekat dan mulai bersahabat. Saling bergantian, mereka bernyanyi bersama. Ishigami yang
memainkan gitarnya. "yeey?!" Teriak mereka semua seraya bertepuk tangan. Hitomi selesai
bernyanyi lagu YUI. "sekarang siapa lagi?" Tanya Ryosuke. Arashi tersenyum. "aku saja.
Ishigami-kun, gitarnya." Ishigami memberikan gitar miliknya. "dia bisa main gitar?" Gumam
Chibana pelan. "dia hebat sekali." Puji Yuri. Arashi mulai memetik nilon- nilon gitar. "lagu apa
ini?" tanya beberapa orang. "maldo andwae nado mollae neoman baraboge dwaesseo,
miwohaebwado aerulsseobwado sumgyeobwado andoeneungeol, ireon andwae jakku wonhae
nege ppajyetdago malhae, kkumeul kkwobwado neo ppuninggeol maldo andoejiman neol
saranghae~" Arashi melirik kirihara. "wuh.. ini lagi I can't believe, kan?" tebak Ruka. Erika
mengangguk. semua bertepuk tangan mengikuti irama. "apa ini lagu korea?" Bisik Miyuki. Yuri
mengangguk. dia begitu menikmati lagu Arashi. "be my baby.." Erika dan Minami ikut
menyanyi. semua tertawa dibuat mereka. ".. amuri bwado neo ppunin geol maldo andoejiman
neol saranghae~" Arashi selesai. semua bertepuk tangan. Arashi tersipu. Yuri bertepuk tangan
paling keras. "sekarang, siapa?" Tanya Arashi. Ryosuke melirik Yuri. "Yuri!" Jawab Ryosuke
tiba-tiba. deg! Yuri kaget. "aku?" Arashi tersenyum. dia mengembalikan gitar ke Ishigami.
Chibana mengangguk. "kau mau nyanyi apa?" Tanyanya. Yuri berpikir. "Mm..." dia membisiki
Chibana. "hah? hanya itu yang kau tahu?" Yuri mengangguk pelan. "kemarikan gitarnya," Pinta
Chibana ke Ishigami. "nyanyi lagu apa?" Tanya Ishigami. Chibana mencuekinya. dia mulai
mengecek senar gitar itu. "satu.. dua.." Chibana memberi aba-aba. Yuri menarik nafas panjang.
"tiga.." Chibana memainkan gitar. "um.. aku pernah dengar lagunya.." Gumam beberapa orang.
"it's all because of you, I'm feeling sad and blue, you went away, now my lift is just a rainy day, I
love you so, how much you'll never now, you've gone away and left me lonely~" yuri
menyanyikan lagu Sukiyaki versi Inggris. Kirihara bertepuk tangan mengikuti irama. semuanya
mengikuti. Yuri menyanyi sambil menunduk. Ryosuke dan Kirihara memperhatikan dia.
"suaranya bagus," Bisik beberapa orang. "oh baby, you took your love away from me~" Yuri
selesai bernyanyi. semua memberi tepuk tangan. Yuri menoleh dengan perasaan bangga.
"suaramu bagus sekali, yuurei." sikut Miyuki. Yuri tersipu. Arashi tersenyum kecil melihatnya.
Keesokan harinya, semua bersiap-siap untuk pulang. "Akh~ aku tidak mau pulang~" Gumam
Hitomi manja. "tinggal saja disini. tidak ada yang melarang." Jawab Miyuki seraya keluar dari
tenda. Hitomi cemberut. "hey, Hitomi? cepat keluar. tendanya mau kubongkar." Hitomi menyeret
tasnya keluar. Chibana dan Yuri segera membongkar tenda milik Chibana. Usai itu, mereka
semua segera ke pintu utama Hutan Sakai. "Ah~ akhirnya pulang juga." Gumam beberapa orang.
"apa setelah ini kita akan libur lebih dari satu bulan?" Tanya Hitomi. Yuri mengangguk. Bis yang
akan kelas 3-A tumpangi belum datang sedangkan bis kelas 3-B sudah datang. "yuri," Panggil
Ryosuke. Yuri menoleh. deg! Ryosuke tersenyum padanya. "kau mau ikut bis ku?" Yuri
menggeleng cepat. "aku sudah dengan teman-temanku. maaf~" Jawab Yuri pelan. Ryosuke
tersenyum. "baiklah kalau begitu. sampa jumpa." Ryosuke pergi. Yuri melambaikan tangan
dengan kaku. Chibana menyikutnya. "ciee~" Goda Chibana. Yuri hanya menunduk. "uh?
sepertinya Abe ikut bis kita." Tunjuk Hitomi. Abe sedang duduk bersama Hiro. Miyuki geli.
"kurasa begitu." Kirihara mendekati Yuri. "kazekawa?" deg! Jantung yuri berdegup kencang. dia
menoleh. "pamanmu menelpon." Kirihara menyodorkan ponselnya. "oh, terima kasih." Yuri
menjauhi teman-temannya. "moshimoshi, paman?" "hari ini kau pulang, kan?" Tanya Yoshika.
Yuri mengangguk. "iya, paman." "kau hati-hati dalam perjalanan, ya?" "iya, paman." jawab
Yuri lagi. "ya sudah, sampai ketemu dirumah." Klik! Yoshika mematikannya. Yuri menutup flat
ponsel Kirihara. "sudah?" Tanya Kirihara mengagetkan Yuri. Sontak Yuri langsung loncat
berbalik. Kirihara tertawa kecil. "kau kenapa?" Tanyanya. Wajah Yuri memerah. "ti.. tidak. te..
terima kasih." Yuri menyodorkan ponsel Kirihara. "sama-sama. Oh, tadi ibu menelponku."
Kirihara mulai bercerita. "sebenarnya, aku malu mengatakan ini," Yuri menatap kirihara. dia
terlihat tersipu. "..kau.. mau duduk disampingku?" Tanya Kirihara malu. deg! deg! deg! Jantung
Yuri berdegup kencang. dia mengangguk pelan. Kirihara tersenyum kecil. "baguslah. kutunggu
nanti." Kirihara meninggalkannya. Yuri tersenyum bahagia. Rasanya, dia ingin lompat-lompat
kegirangan. tapi dia malu jika ada yang melihatnya. dia kembali ke Chibana. "Yuri-chan?!"
Panggil Reika. Yuri menoleh. "huh? onee-chan?" Reika berlari mendekatinya. dia membungkuk.
"onee-chan, ada disini?" Reika mengangguk. "Yoshika menjemputmu." Yuri kaget.
"menjemputku?" Reika mengangguk lagi. "ayo, Yoshika sudah menungguku." dia mengangguk.
Yuri lupa dengan permintaan Kirihara. Arashi tersenyum kecil ketika melihat Yuri pergi dengan
Reika. "nii-kun?" Panggil Arashi. Kirihara menoleh. "Yuri pulang." Tunjuk arashi. Kirihara
terdiam. "kurasa dia dijemput." Jelas Arashi lagi. Kirihara menghela nafas kecewa. "nii-kun,
nanti duduk denganku, ya?" Pinta Arashi manis. kirihara mengangguk sambil tersenyum.

Tiga hari sudah Yuri bermalas-malasan dirumah. Yang dilakukan dirumah, hanya tidur, sarapan,
dan berdiri didepan kulkas hingga sore. Selama tiga hari, suhu kota Osaka selalu mencapai 38
derajat celcius. "mungkin kalau bumi itu seperti manusia, pasti akan pingsan." Gumam Yuri. Saat
makan malam, Yoshika hanya diam. Biasanya dia selalu berbicara paling banyak. "kau kenapa?"
Tanya Reika. Yoshika menatapnya tajam. Reika tertegun. "apa kau yang setiap hari membiarkan
pintu kelas terbuka? kau kira, tagihan listrik tidak mahal karena itu." glek! Yuri menelan ludah.
"hah? aku? aku bekerja, bodoh!" Sungut Reika kesal. Dia benci dengan orang yang menuduhnya
sembarangan. "Mm.. aku paman.." Jawab Yuri pelan. Yoshika kaget. "kau? huft~ Yuri, kau tidak
usah membela Reika." Yuri mendongak. "paman, aku yang melakukannya. maafkan aku." Yuri
tertunduk malu. Yoshika menghela nafas. "ya sudah, kalau begitu. tidak apa-apa." Reika kaget
mendengar perkataan Yoshika tadi. "hanya itu?" "kenapa memangnya?" Reika cemberut. "tidak.
tidak apa-apa." Jawab Reika seraya memakan nasinya. Keesokan harinya, setelah sarapan, Yuri
menunggu Yoshika pergi. Setelah pergi, Yuri segera berlari ke kulkas. "hah?" Yuri kaget.
Yoshika menggebok kulkas. Tiba-tiba Yuri merasa lemas. "ha~ paman~" Yuri berjalan kearah
ruang TV dengan malas. Yuri tidak begitu suka menonton TV karena saat dia masih
diapartemen, hanya kamarnya yang tidak memiliki TV. Yuri menyalakan TV. "film apa ini?"
Gumam Yuri pelan. Yuri segera mengeluarkan jeruk dari lemari dapur. Walau sudah memakai
kipas, Yuri tetap kepanasan. Makan jeruk saja tidak cukup baginya. "panas sekali~" Keluhnya
seraya memakan satu buah jeruk. Tiba-tiba suara TV Yuri menjadi tidak jelas. Yuri menoleh.
"hm? Crows Zero?" yuri memerhatikan layar TVnya. Yuri tersenyum lebar. dia melihat Haruma
Miura dilayar kaca. "Haruma-kun~" Yuri begitu menyukai Haruma karena Haruma adalah idola
pertamanya saat dia duduk dikelas 1 SMP. "kalian mau menonton Crows Zero 3 dengan tiket
gratis?" Tanya seorang wanita dilayar kaca TV Yuri. Yuri mengangguk cepat. "ceritakan
alasanmu kenapa ingin menontonnya. 5 orang paling kreatif akan mendapat dua tiket gratis dan
berfoto dengan para pemain. Jangan lupa!" Yuri langsung bergegas mengambil kertas, amplop,
perangko, dan pensil. "Alasanku ingin menonton adalah..." Yuri menulisnya cepat. Setelah
menulis, dia segera memasukkan seluruh alasannya kedalam amplop. Yuri mematikan TV dan
berlari keluar. "aduh, panas~" Yuri membuka payungnya. Dia berjalan kearah kantor polisi
terdekat dimana kotak pos ada disana. Setelah memasukkan surat kedalam kotak pos, Yuri
kembali ke rumah. dia berjalan lemas. "Yuri-chan?" Panggil Matsuura tiba-tiba. Yuri
mendongak. "bibi?" Yuri membungkuk kepadanya. "kau darimana?" Tanya Matsuura. "Mm...
dari.. sana.." Tunjuk Yuri ke belakang. Matsuura mengerti. "oh, kau bantu bibi, ya?" "hm?"
Matsuura menarik Yuri masuk kedalam rumah. deg! Tiba-tiba jantung Yuri berdegup kencang.
"ma... mau ngapain.. bibi?" Tanya Yuri gagap. dia takut kalau bertemu Kirihara. "kau bantu bibi
buat biskuit, ya?" Pinta Matsuura. "apa?" Matsuura menarik Yuri kedapur. "sudah lima kali aku
membuat biskuit tapi Kirihara dan Izumi tidak mau memakannya." Curhat Matsuura. Yuri
mengerti. "hm?" Gumam Yuri pelan. di rumah Kirihara, suasananya sangat dingin. Matsuura
menatap Yuri. "dingin, ya?" Yuri tertegun. "i.. iya bibi.." Jawab Yuri pelan. Matsuura tersenyum
kecil. "kau tahu, ayah Kirihara begitu memanjakan Izumi. Jadi, dia memasangkan AC disetiap
ruangan. Izumi sangat cerewet." Jelasnya. Yuri paham. "kalau kau kepanasan, datang saja
kesini." Yuri mengangguk lagi. Matsuura mengeluarkan bahan-bahannya. Yuri melihat ke
sekeliling. "sepi, ya?" Tanya Matsuura mengagetkan yuri. dia segera menoleh. "Izumi tidak tahu
apa yang dilakukannya dikamar, Ayah Kirihara sedang kerja, dan Kirihara tidak tahu kemana."
Jelas Matsuura. "Kirihara-kun... pergi?" Tanya Yuri pelan. Matsuura mengangguk. "setelah
ayahnya pergi, Kirihara meminta izin pergi sebentar ke pusat." Yuri terdiam. dia kemana? Batin
Yuri pelan.

Yuri berhasil memenangkan alasan paling kreatif. Seorang kurir pos membawakan hadiah Yuri
setelah makan malam. "terima kasih." Yuri membungkuk padanya. "itu apa, yuri?" tanya Reika
tiba-tiba. Yuri menutup pintu seraya menoleh. "oh.. ini.. ini tiket bioskop.." Jawab Yuri pelan.
"Um? tiket bioskop?" Reika mendekati Yuri. "tiket bioskop apa?" Tanya Reika lagi. "Crows Zero
3." Reika mengangguk paham. "Mm... onee-chan, ikut nonton, ya? aku dapat dua tiket." Yuri
menunjukkan dua jari tangannya. "kapan?" "besok, jam 10." "mana bisa. besok aku kerja. kau
lupa?" Yuri tertegun. dia sedikit kecewa. Reika tersenyum nakal. "bagaimana kalau kau meminta
Yuki menemanimu?" "apa?" Yuri menggeleng cepat. "aku... aku malu.." Jawab Yuri seraya
menunduk. Reika tertawa kecil. "telpon saja." Saran Reika. Yuri menggeleng lagi. Reika
menghela nafas. dia mengangkat gagang telpon. Refleks, Yuri menahan Reika. "onee.. onee-chan
mau ngapain?" Tanya Yuri. Reika melepas tangan Yuri. "tentu saja menelpon Yuki. diam!" Yuri
menunduk. Reika menelpon Yuki. "moshimoshi, Kirihara?" Reika terdiam. "hey, Yuki. ini
Reika." glek! Yuri menelan ludah seraya mendongak. Reika melirik Yuri. "Ah.. tidak apa-apa.
hanya.. kau mau nonton dengan Yuri?" deg! deg! deg!Jantung Yuri berdegup kencang. "aku tidak
tahu film apa tapi film itu kesukaan Yuri. kau mau kan?" Yuri mulai berharap. Reika tersenyum
lebar seraya mengangguk. "besok jam 10. bagaimana? oke? oyasumi." Klik! Reika
mematikannya. "bagaimana?" Tanya Yuri. Reika mengangguk. Yuri tersenyum lebar. "terima
kasih banyak, onee-chan." Yuri membungkuk pada Reika. "Ah~ kau tidak usah seperti itu.
Anggap saja besok kau dan Yuki akan kencan." Yuri terdiam. "ken.. kencan?" Reika
mengernyitkan dahi seraya berkacak pinggang. "kau tidak mengerti kencan?" "aku mengerti."
Jawab Yuri pelan. Reika menepuk pundak Yuri. "selamat bersenang-senang besok." Reika
meninggalkannya. Yuri tersenyum kecil. "kencan?" Gumamnya pelan. Keesokan harinya, Yuri
memakai pakaian terusan selutut berwarna biru miliknya dengan sweater kuning yang menutupi
bagian pundak hingga setengah dadanya. Yuri mengancinginya. Yuri berdiri didepan cermin
sambil tersenyum. "kencan." Gumamnya seraya menyisir rambut panjangnya. "hm?" dia
memerhatikan rambut depannya. poni baru akan tumbuh. Yuri menghela nafas. dia tidak begitu
menyukai poni. Menurutnya, setiap dia memakai poni, semua orang akan mengira dia hantu yang
menakutkan. Yuri membongkar lacinya. dia akan memakai bando dari Yoshika. Lima belas
menit berlalu, Yuri segera memakai tasnya dan pergi. Kirihara sudah menunggu Yuri diluar.
Suara pagar terbuka membuat Kirihara menoleh. dia tersenyum kecil melihat penampilan Yuri.
deg! deg! deg! Yuri menyadari kehadiran Kirihara. Yuri menoleh dengan jantung berdegup
kencang. "ohayo," Sapanya ramah. Yuri mengangguk kaku. "ohayo. Mm.." Yuri menggaruk
tengkuknya. "berlebihan, ya?" Tanyanya pelan. "hm?" Yuri mengambil nafas. "lebih baik diganti
saja." Yuri kembali membuka pagar. "eh?" Kirihara menahannya. "tidak. penampilanmu bagus."
Jawab Kirihara. Yuri tersipu. "ayo," Yuri mengangguk. Sebelum mereka pergi, Yuri membuka
payung. "huh? kau pakai payung?" Yuri mengangguk. "kata onee-chan... tengik matahari tidak
sehat untuk kesehatan.. kulit.." Jelas Yuri. Suaranya mengecil. dia takut salah. Kirihara tertawa
kecil. dia mengambil payung yuri. Yuri segera mendongak. "biar aku yang pegang." deg! Jantung
Yuri semakin berdegup kencang. "ayo," Yuri mengangguk. mereka segera ke halte bis. Selama
perjalanan, jantung Yuri belum berhenti berdegup kencang. "kau ingin mengajakku menonton
apa?" Tanya Kirihara tiba-tiba. Jantung Yuri semakin berdegup kencang. "Mm.. e.." Yuri
mengeluarkan sebuah tiket bioskop. Kirihara mengambilnya. "Crows Zero 3?" Yuri
mengangguk. "kau suka film kekerasan itu?" Tebak Kirihara. Yuri menggeleng. "itu... itu bukan..
film kekerasan.." Bantah Yuri gagap. "itu.. itu film persahabatan.." Jelas Yuri pelan. Kirihara
tersenyum kecil. "begitu? kurasa, aku akan menyukainya." Yuri tersipu mendengar perkataan
Kirihara. Mereka berhenti disebuah halte dekat perumahan mereka. Kirihara melipat payung Yuri
dan mengembalikannya. "te... terima kasih.." Balas Yuri seraya membungkukkan sedikit
kepalanya. Kirihara hanya tersenyum. Bis yang akan mengantar mereka Dotonbi, pusat hiburan
di selatan Osaka berhenti. Mereka segera naik. Yuri naik lebih dulu. Isi dalam bis tidak begitu
penuh. Selain mereka, Ryosuke juga naik. dia lewat pintu depan. Kirihara melihatnya. Dengan
cepat, Kirihara menarik tangan Yuri dan langsung memeluknya. deg! deg! deg! Jantung Yuri
berdegup kencang. Kirihara mengepal tangan kanannya. Bis mulai berjalan. Ryosuke tidak
melihat mereka karena dia sibuk dengan Ipod miliknya. Rasanya, Yuri tidak bisa bernafas.
Kirihara hanya diam. Jantungnya berdegup lebih kencang. "hey.. hey.." Bisik seorang wanita
seraya mencolek temannya. "zaman sekarang gaya berpacaran anak-anak remaja aneh-aneh."
Wanita tua itu mulai bercerita. temannya mengangguk. "saat aku masih muda, aku masih takut
untuk melaukan itu semua." tambahnya. "mereka mengingatkanku pada masa mudaku.." Gumam
salah satu teman mereka. kedua wanita itu menatap temannya tidak percaya. temannya menoleh.
"kenapa? kalian tidak percaya?" kedua temannya kembali memerhatikan yuri dan Kirihara. "anak
perempuan itu tidak cantik." Tunjuknya. wanita itu mengangguk. "kurasa dia anak perempuan
yang spesial." Tambahnya.

Mereka sampai di Dotonbi. "wah, sudah sampai, ya?" Kirihara langsung melepas pelukannya.
Yuri masih mematung. "kita sudah sampai, ayo." Kirihara langsung turun. Yuri tersenyum kecil.
dia menyusul. Suasana di Dotonbi mulai ramai. Serasa kejadian di bis itu hanya mimpi, Kirihara
dan Yuri kembali mengobrol dengan normal. Mereka sampai di bioskop, Yuri berhenti didepan
poster Crows Zero 3. Kirihara mengikutinya. "kau tahu, Haruma-kun akan menonton bersama
kita." Yuri mulai bercerita sambil memandang foto Haruma. "Haruma? artis keren itu?" Yuri
mengangguk cepat. "kau menyukainya?" deg! Yuri terdiam. "A... Mm.. itu.." Yuri gagap. dia
bingung ingin memberikan alasan apa. Kirihara tertawa kecil. "lebih baik kita segera masuk,
karena filmnya akan segera dimulai." Saran kirihara. Yuri mengangguk. Sayang sekali, mereka
tidak bisa duduk berdekatan. Kirihara berada di H-12 sedangkah Yuri ada F-9. Saat dia sudah
duduk, Yuri menoleh ke belakang. Kirihara hanya tersenyum padanya sambil melambaikan
tangan. deg! Yuri salah tingkah. Lampu bioskop dimatikan. Crows Zero 3 dimulai. Sebenarnya,
Kirihara tidak begitu suka menonton film atau dorama. Kebiasaan ayahnya menonton berita
menular pada Kirihara. Tapi karena Yuri memintanya, dia mau. Beberapa menit film diputar,
semua anak perempuan yang ada dibioskop menjerit kecuali Yuri. Yuri hanya tersenyum lebar
menahan jeritan. Mereka menjerit karena melihat Haruma dilayar bioskop. Yuri memegang
ujung pakaiannya dengan keras. "Haruma-kun, tampan sekali," Puji Yuri. anak perempuan yang
disamping Yuri mengangguk. "Dia termasuk pria tertampan didunia menurutku." Yuri
mengangguk sambil tersenyum. "Cih.. dia tidak begitu ganteng.." Cibir seseorang disamping
Kirihara. Kirihara tersenyum kecil mendengarnya. Suasana kembali hening ketika wajah Haruma
tidak muncul dilayar bioskop. Kirihara bosan menonton, dia lebih menginginkan memerhatikan
yuri menonton. Yuri sangat serius menonton. Bahkan raut mukanya selalu berubah jika adegan
perkelahian. Kirihara merasa terhibur. "Aah!!" Salah seorang anak perempuan menjerit seraya
berdiri. "hey? duduk?!" Teriak beberapa orang kesal tapi Yuri terus tersenyum memerhatikan
sebagian layar yang masih bisa dilihatnya. Kirihara tertawa kecil melihat keanehan Yuri. "cih..
gadis itu menganggu sekali." Cibir anak perempuan disebelah Yuri. Yuri hanya mengangguk.
Anak perempuan tadi kembali duduk. Dilayar bioskop, Haruma berkelahi dengan Oguri. dia
sangat keren. "ugh~ badan Ryosuke bagus sekali." Puji anak perempuan disebelah Yuri. "iya,
sixpack." Balas Yuri. "sebenarnya, aku tidak begitu menyukai film seperti ini tapi karena ada
Haruma-chan, aku mau menontonnya." Anak itu mulai bercerita. Yuri mengangguk. dia
mendengarkan cerita teman sebelahnya itu. Pacar anak perempuan itu ternyata orang yang duduk
disamping Kirihara. dia kesal melihat kekasihnya begitu antusias dengan Haruma. "heh, kau
kenal dengan Haruma?" Tanya pria itu. Kirihara mengangguk. "bukankah dia seorang artis?" Pria
itu mendengus. "bukan itu. apa kau tahu kenapa dia begitu digemari para murid SMA?" Kirihara
tersenyum kecil. "dia keren." Jawab Kirihara singkat. Pria itu terdiam. "kau benar. dia keren. oh,
gadis dengan rambut coklat itu kekasihku." Tunjuknya. Kirihara mengangguk. "apa gadis dengan
rambut panjang itu kekasihmu?" Tanyanya. Kirihara tersenyum. "bukan. dia hanya temanku."
Jawabnya. "oh, begitu. kalian bersahabat?" Tanyanya lagi. Kirihara mengangguk. "kurasa
begitu." Jawabnya singkat. "hati-hati, sahabat bisa jadi cinta." Bisiknya menggoda. Kirihara
hanya tertawa kecil. "oh, aku Rouni Kenshi." Dia memperkenalkan diriku. "Kirihara Yuki,"
Jawabnya singkat. Rouni mengangguk. " dan dia." dia menunjuk kekasihnya. "Risa Niigaki,
kekasihku, dia memenangkan tiket film aneh ini." Ceritanya. "oh, kau tahu, kau tidak akan
sanggup berpacaran dengan kekasih yang tergila-gila dengan artis tampan, percayalah." Bisiknya
serius. Kirihara tersenyum kecil.

dua jam berlalu, Crows Zero 3 selesai. "hah? sudah selesai?" Yuri sedikit kecewa. Semua segera
bubar. Kirihara menunggunya didepan pintu ruang dua, dimana Crows Zero 3 diputar.
"bagaimana?" Tanya Kirihara langsung. Yuri mengangguk pelan. "bagus." jawab Yuri pelan.
Kirihara tersenyum kecil. "oh, aku harus pergi." Gumam Yuri. "pergi?" Yuri mengangguk pelan.
"5 pemenang akan bertemu dengan Haruma-kun." Jelasnya. "begitu? aku akan menunggumu
didepan." Jelas Kirihara seraya meninggalkannya. Yuri berlari kearah seorang wanita dengan
pakaian kerjanya. glek! Yuri berhenti. dia melihat Risa Niigaki, musuh Yuri saat dia SMP.
Sebenarnya, Yuri tidak begitu membenci Risa dan Risa juga tidak begitu membenci Yuri tapi
Risa selalu mengolok dan menghina Yuri. dia orang yang pertama kali mencetuslkan nama
Sadako padanya. Yuri takut bertemu dengannya. dia berbalik. tapi, aku ingin bertemu
Haruma-kun... Batin Yuri sedih. dia menarik nafas panjang. "masih ada waktu, yuri." Gumamnya
pelan. dia pergi dari bioskop. dia lupa dengan Kirihara. Saat keluar dari bioskop, Yuri tidak
begitu memerhatikan jalan. "astaga." Pekiknya tiba-tiba. dia berbalik. Kirihara-kun? Batinnya.
disekitar Yuri orang-orang berhilir mudik kesana kemari. glek! Yuri menelan ludah. dia merasa,
kalau dia tersesat. Setengah jam, Kirihara menunggu Yuri. "apa waktunya masih lama?"
Gumamnya pelan. "eh, Kirihara?" Panggil Rouni. Kirihara menoleh. "Wah, kau tampan sekali."
Puji Risa. Kirihara mencuekinya. "apa acaranya sudah selesai?" Tanya Kirihara. Rouni
mengangguk. "daritadi." Kirihara kaget. "daritadi?" Rouni mengangguk lagi. "acara bertemu
dengan Haruma tidak begitu lama. sekitar 15 menit yang lalu." Kirihara terdiam. "apa temanmu
hilang?" Tanya Rouni. Kirihara mengangguk. "kurasa begitu. terima kasih." Kirihara
meninggalkan mereka. "dia temanmu?" Tanya Risa. Rouni mengangguk. "kau punya email
miliknya?" Tanya Risa. Rouni mendengus. "sudahlah." Rouni menariknya pergi. Yuri mencari
Kirihara. begitu juga Kirihara. "dimana kau?" Gumamnya pelan. Yuri menghela nafas panjang.
dia terduduk. "bagaimana ini?" Yuri tertunduk lemas. krucuk~ tiba-tiba perut Yuri keroncongan.
dia memerhatikan sekitar untuk mencari jam. Yuri melihat sebuah jam besar disebuah toko.
sudah jam satu. Yuri mencoba berdiri. Dia ingin makan tapi sebelum itu, Yuri mengecek
dompetnya. kadang dia lupa membawa uang banyak. "kurasa cukup." Gumam yuri. dia berjalan
kearah sebuah toko penjual Takoyaki. "selamat datang," Sapa penjual itu. Yuri membungkuk
padanya. "kau mau membeli Takoyaki?" Tanyanya. yuri mengangguk. "Takoyakinya berapa
paman?" Tanya Yuri. bau Takoyaki tercium oleh Yuri. "5 hanya 150 yen." Yuri tertegun. "150
yen?" Yuri tidak begitu percaya. pria itu mengangguk. Yuri merogoh dompetnya. "beli 5 paman."
Gumam Yuri seraya menyodorkan 150 yen nya. "baik." "tapi, yang tidak berisi gurita ya
paman?" Pinta Yuri. dia ngeri jika makan gurita. Paman itu mengangguk. "baik, nona." paman itu
segera menyajikannya. "terima kasih," Paman itu memberikan Takoyaki dengan saos pesanan
Yuri. "makasih banyak paman." Yuri membungkuk. dia pergi seraya mencicipi Takoyaki. Saat
diapartemen, Reika sering membuatkan dia Takoyaki. Walau Takoyaki polos, tapi buatan Reika
sangat enak. Saat sedang menikmati Takoyaki, Yuri tertarik dengan seorang penjual Awa-Okoshi
dengan menggunakan gerobak. Yuri segera menghabiskan Takoyaki miliknya dan mendekati
penjual itu. "ah~ selamat datang." Yuri membungkuk padanya. "kau mau Awa-Okoshi?"
Tawarnya. Yuri mengangguk. "pesan satu." Yuri menunjukkan satu jari telunjuknya. Paman itu
segera membuat Awa-Okoshi untuk Yuri. Awa-Okoshi adalah berondong beras manis. "silahkan,"
Yuri memberikan 200 yen kepada penjual. "terima kasih banyak." Yuri mengambilnya seraya
membungkuk. Yuri mencicipinya. "enak sekali~" Gumamnya pelan. Yuri begitu menikmati
Awa-Okoshi miliknya seraya memperhatikan orang-orang yang berlalu. "ai wo tomo..." Yuri
mendengar sesoerang bernyanyi sambil memainkan gitar. Setelah makan Awa-Okoshi, yuri
bergegas kesana. seorang pengamen wanita sedang menyanyi lagu slow bersama anaknya yang
sedang menari dengan riang. Beberapa orang mulai mengerumuninya termasuk Yuri. Yuri
merasa terhibur. "kau darimana saja?" Tanya Kirihara tiba-tiba. deg! Jantung Yuri berdegup
kencang. yuri terdiam. Kirihara-kun? Batin Yuri pelan seraya berbalik. "kau tahu, aku
mencemaskan." Yuri menunduk. "maafkan aku." Yuri membungkuk kepada Kirihara. Kirihara
merasa tersentuh. Kirihara memang kesal dengan Yuri karena tiba-tiba dia menghilang tapi dia
lega bisa bertemu dengannya. "tidak apa. mungkin aku tadi tidak melihatmu." Yuri hanya diam.
"ayo," Kirihara memegang tangan Yuri erat. deg! deg! deg! yuri mendongak. Kirihara tersenyum
padanya. "kuajak berkeliling Dotonbori, mau?" Tawar Kirihara. Yuri mengangguk sambil
tersenyum.

seharian mereka mengelilingi Dotonbori bersama. Melihat teater idola NMB48, menyaksikan
Manzai di Gedung Sandiwara Komedi Namba Grand Kagetsu, dan menonton teater Bunraku.
Kirihara berhenti didepan sebuah rumah makan. "kau lapar?" Tanya Kirihara langsung. "hm?"
Kirihara tersenyum padanya. "kau mau makan sukiyaki? aku akan mentraktirnya." Jelas Kirihara.
Yuri mengangguk. "tapi..." Yuri memainkan jemarinya. dia malu sekali dengan Kirihara jika
berbicara langsung. "...aku mau kita patungan. maksudnya.." Kirihara paham. "aku mengerti.
ayo," Kirihara merangkul Yuri masuk. deg! Jantung Yuri berdegup kencang. Tidak begitu
banyak orang yang makan Sukiyaki saat itu. Hanya ada satu atau dua keluarga yang sedang
menikmati sukiyaki. "apa kau pernah makan sukiyaki?" Tanya Kirihara. Yuri mengangguk.
"saat..." Yuri berpikir. "... tahun baru 2 tahun yang lalu.." Jawab Yuri. Kirihara mengerti.
Pesanan mereka sudah datang. Yuri mengambil sumpitnya. "mari makan." Gumam Kirihara
membuat Yuri tertawa kecil. Mereka mulai makan. Beberapa kali Yuri melirik Kirihara makan
begitu juga Kirihara. "enak?" Tanya Kirihara. Yuri mendongak seraya mengangguk. Kirihara
tertawa kecil. dia menunjuk ujung bibirnya. deg! Yuri malu. "biar aku.." Kirihara ingin
membersihkannya. "tidak usah.." Yuri langsung mengambil tisu dan membersihkannya. Kirihara
menarik kembali tangannya sambil tersenyum pada Yuri. "bagaimana?" Tanya Yuri. Kirihara
mengangguk. Mereka kembali makan. Yuri benar-benar malu bahkan dia tidak berani
mendongak. Kirihara tersenyum kecil. "kazekawa?" Yuri mendongak pelan. Kirihara
menyodorkan daging sukiyaki pada Yuri dengan menggunakan sumpitnya. deg! Jantung Yuri
berdegup kencang. "ayo," Gumamnya seraya tersenyum. Yuri menanggapinya dengan malu.
Kirihara tersenyum padanya. Yuri menunduk lagi. Setelah makan, Kirihara mengajak Yuri duduk
di Promonade Tonbori Water Park dimana mereka bisa melihat gemerlapnya Dotonbori dan
Neon Glico yang bertebaran dimana-mana. "cantik sekali," Puji Yuri. Kirihara tersenyum kecil.
"kurasa kita bisa membuat kenangan disini." Gumam Kirihara seraya mengeluarkan ponsel.
"hm?" Yuri menoleh tidak mengerti. Kirihara tersenyum padanya. "sepertinya kita belum
berfoto, benarkan?" deg! Jantung Yuri berdegup kencang. Kirihara-kun.. mengajakku berfoto?
Batin Yuri tersipu. Kirihara mendekatkan duduknya, jantung Yuri semakin berdegup kencang.
Mereka segera berfoto. deg! deg deg! Jantung Yuri serasa ingin meledak saat kedua pipi mereka
saling bersentuhan. Klik! Yuri tersenyum kecil. hari ini dia senang sekali. sangat senang. Batin
Yuri. Setelah berfoto mereka segera pulang, Kirihara melirik layar jam tangannya. sudah jam 8
malam. Mereka menunggu bis dihalte tempat dimana mereka menunggu bis tadi pagi. Yuri lelah
sekali. Matanya mulai berat untuk dibuka. Bis yang mereka tunggu sudah datang. "ayo," Yuri
mengangguk. Kirihara naik lebih dulu dibanding Yuri. Mereka mengambil kursi paling belakang.
Yuri duduk didekat jendela. Kirihara mengeluarkan earphonenya. dia ingin mendengarkan musik
sedangkan Yuri mencoba untuk tidur. Kirihara tidak menyadari Yuri tidur padahal kepala Yuri
sudah bergerak kesana kemari dengan lemas. deg! Kirihara terdiam. Saat bis berhenti karena
lampu merah, kepala Yuri jatuh dipundak Kirihara. Bis kembali jalan. Kirihara tersenyum kecil.
dia memerhatikan Yuri tidur. deg! Jantungnya berdegup kencang. dia mendekatkan wajahnya
perlahan ke wajah Yuri. Kirihara tersenyum kecil. dia mengurungkan niatnya. pengecut. Batin
Kirihara seraya tertawa kecil. Kirihara memegang tangan kanan Yuri dan manjatuhkan kepalanya
pelan diatas kepala Yuri.

Kamar Yuri sudah dipasang AC oleh Yoshika. Yuri bisa istirahat dikamarnya seharian penuh.
Saat sedang berbaring dikasur, Yuri teringat tugas-tugasnya. Yuri terduduk. dia menghela nafas
panjang. "kapan liburan musim panas tidak memiliki tugas?" Gumamnya seraya turun dari kasur.
Yuri lebih menginginkan mengerjakan tugas IPA dibanding matematika. dia mulai
mengerjakannya. Saat sedang serius mengerjakan, Yuri teringat tugas Ekonomi dari Kashii
Sensei. beliau memberikan tugas yang sama untuk kelas 3-A, 3-B, 3-C, dan 3-D yaitu bekerja
saat liburan musim panas dan memberikan laporannya berupa makalah atau video. Yuri
menghela nafas. "pekerjaan apa, ya?" Gumamnya lemas. Malamnya, saat mereka sedang makan
malam, Yuri membicarakan tentang tugas ekonominya. "sekolahku sudah libur." Jawab Reika
langsung. Yuri mengerti maksud Reika. "Aah! Kau bekerja di perusahaan samping tempat aku
bekerja saja." "hm?" Yuri bergumam pelan. Yoshika membenarkan posisi duduknya. "Miku.co
adalah sebuah perusahaan iklan terbesar ketiga di Jepang. Bukannya kau kreatif? kau bisa
bekerja disana." Jelas Yoshika membuat Yuri tertarik. "dan kau tahu, pemilik perusahaan itu
adalah pria yang ramah dan baik. kau pasti diterima. Kau berminat?" Yuri mengangguk cepat.
"terima kasih, paman." Yuri membungkuk padanya. Yoshika hanya mengangguk bangga. "besok,
bangun pagi-pagi. aku akan mengantarmu." Yuri mengangguk seraya menunduk sedikit. dia
tersenyum kecil membayangkan dia menjadi salah satu anggota dari Tim Kreatif Perusahaan
Miku.co. Keesokan harinya, Yuri sudah siap. dari pakaian dan barang-barang yang
dibutuhkannya. Yuri menoleh ke arah jendela kamarnya. "Kirihara-kun... bekerja dimana, ya?"
Gumamnya. "Yuri-chan?! kenapa kau lama sekali?!" Teriak Yoshika sedikit kesal. deg! Yuri
segera menyambar tasnya dan turun. "ma... maaf paman." Yuri segera membungkuk pada
Yoshika. Yoshika menghela nafas panjang. Entah kenapa, saat Yuri berdiri didepannya dengan
wajah polos dan bersalah, hati Yoshika luluh. "baiklah. hey?! Reika?!" Teriaknya. Bruk! Reika
menggeser pintu kamarnya keras. "aku tidak tuli!" Ketus Reika seraya keluar. "jaga rumah
baik-baik." Pesannya. Reika mengangguk. "Ya sudah, kami pergi dulu." Yoshika segera keluar.
Yuri membungkuk pada Reika. "onee-chan, kami pergi." Reika mengangguk pelan. "oh, Yuri?
Hari ini kamarmu kupakai tidur, ya?" Pinta Reika. Yuri mengangguk pelan. Reika tersenyum
kecil. "baiklah. Semangat, Yuri." Yuri tersenyum. "terima kasih, onee-chan. Ohayo," Yuri
membungkuk lagi dan segera menyusul Yoshika. Mobil Yoshika mengantar Yuri ke sebuah
perusahaan yang besar. Mobil Yoshika berhenti. "ini tempat kau bekerja." Yuri menatap Yoshika
dalam. "terima kasih banyak, paman." Yuri membungkuk pada Yoshika. Yoshika hanya
tersenyum. "Sudahlah, kita kan keluarga." deg! Rasanya Yuri ingin menangis. "paman~"
Senyuman Yoshika semakin mengembang. "kapan kau turun? kalau kau terlambat, aku juga
terlambat." Yuri membungkuk sekali lagi pada Yoshika dan keluar dari mobil Yoshika. Yoshika
membuka kaca mobilnya. "nanti sore kujemput." Yuri mengangguk. Yoshika segera
meninggalkan Yuri. Yuri membungkuk sekali lagi pada Yoshika. Yuri menarik nafas panjang.
"Kazekawa Yuri, kau pasti bisa!" Yuri menyemangati dirinya. dia langsung masuk kedalam
perusahaan itu dan bertemu resepsionisnya. Wanita itu tersenyum padanya. "kau orang yang
beruntung, sisa satu pekerjaan yang bisa kau dapatkan disini." Wajah Yuri sudah berseri-seri.
"apa dibagian Tim Kreatif?" Tanya Yuri antusias. Wanita itu hanya tersenyum. "bukan." Raut
Muka Yuri seketika berubah.

Yuri menghela nafas panjang. dia menjadi seorang Office Girl disini. Salah satu OF disini cuti
melahirkan sehingga Yuri yang menggantikannya. Yuri keluar dari toilet. Seragam Biru lengkap
menempel dibadan Yuri dan sebuah ID Card bertuliskan nama dan fotonya tergantung
dilehernya. Hanya dalam waktu 10 menit, resepsionis tadi bisa membuatkan ID Card Yuri
ditempat itu juga. Yuri menarik nafas panjang. dia berjalan ke sebuah pintu dengan sebuah papan
diatasnya "Ruang Office Boy." Baca Yuri. Perlahan dia membukanya. "permisi," 5 Pasang mata
langsung menoleh. deg! Yuri jadi salah tingkah. "kau pengganti Kuyuki?" Tanya salah satu dari
mereka. Yuri memperhatikan wanita itu dengan cepat. berisi dan terlihat ramah. Yuri
mengangguk cepat. "masuklah." Yuri mengangguk lagi. dia segera masuk sambil memeluk
tasnya. "kau bisa menaruh barangmu di loker paling atas ujung itu." Tunjuknya. Yuri
mengangguk lagi. "te... terima kasih.." Yuri membungkuk dan mempercepat langkahnya. dia
segera memasukkan tasnya kedalam loker yang ditunjuk. Yuri membalikkan badan. 5 pasang
mata itu terus menatapnya. Yuri menggaruk tengkuknya. "oh... Mmm..." Yuri mulai berbicara.
"Ohayo gozaimasu," Yuri membungkuk 90 derajat. "Perkenalkan nama saya Kazekawa Yuri,
saya dari SMA Kitahoro. Mohon bantuannya." Yuri membungkuk lagi. "kurasa kau anaknya
baik." Gumam salah satu dari mereka. "maaf?" Yuri kurang mendengarnya. "maaf, semuanya."
Tiba-tiba seseorang membuka pintu. semuanya menoleh. Yuri terkejut. Arashi? Batin Yuri kaget.
"kau terlambat lagi?" seorang wanita dengan badan kurus menatapnya dengan melipat kedua
tangannya didepan dada. Arashi hanya tertawa. "maaf, tadi aku kesiangan." wanita itu menghela
nafas. "baiklah, oh, kita kedatangan teman baru." Ungkapnya. deg! Yuri terdiam. "dia dari
sekolah yang sama denganmu. kau mengenalnya?" Tunjuknya. Arashi menoleh. "uh?
Yuri-chan?" Yuri menoleh sambil tersenyum kecil. "Oh.. Ohayo.." Arashi tersenyum manis.
"wah, kau bekerja disini juga?" arashi mendekatinya. Yuri mengangguk. "Wah... kenapa bisa
kebetulan seperti ini? Ryosuke juga bekerja disini." Ungkpa Arashi. "apa?" deg! Saat Arashi
mengatakan itu, jantung Yuri langsung berdegup kencang. "Sayangnya, dia bekerja dilantai
bawah. dibagian Tim Kreatif." Yuri hanya mengangguk mengerti. "begitu?" Kriiingg... Tiba-tiba
bel pemadam kebakaran berbunyi mengagetkan Yuri. "saatnya bekerja," Gumam Arashi. Wanita
tadi mendekat ke arah Yuri sambil tersenyum padanya. "saat makan siang, kita akan mengobrol
banyak denganmu. semangat!" Yuri tertegun. dia membungkuk padanya. "terima kasih."
Bisiknya. yuri kaget mendengar perkataan wanita tadi. dia berpikir mungkin orang-orang tadi
tidak menyukainya tapi ternyata pemikiran dia salah. dia bernafas lega. Yuri tersenyum kecil.
Pekerjaannya dimulai. Pekerjaan pertama Yuri adalah membersihkan kamar mandi wanita,
mengepel koridor lantai HRD, dan mengangkut sampah. "Yuri?" Panggil seseorang. Yuri yang
sedang asyik mengepel lantai menoleh. Salah satu Office Boy mendekatinya. Yuri membungkuk
padanya. "Yuri, tolong kau bawakan kopi ini ke kepala HRD." Yuri segera menyandarkan alat
pel itu dan mengambil tempayan yang terisi oleh satu kopi hangat. "aku sedang ada urusan
mendadak. tolong, ya." Katanya seraya pergi. Yuri mengangguk. dia menghela nafas. "satu kopi
untuk Kepala HRD." Yuri segera berjalan ke arah kantor, dimana para karyawan dan karyawati
bekerja. "Yuri?" Yuri berhenti seraya menoleh ke belakang. Arashi menghampirinya. "hm?"
Gumam Yuri seraya berbalik. "apa yang kau lakukan?" Tanya Arashi dengan nada sedikit serius.
Yuri terdiam sejenak. Entah kenapa, Yuri sedikit takut mendengar nada bicara Arashi. "Mm..
aku.. aku disuruh mengantar minuman ini ke Kepala HRD." "begitu? biar aku saja yang bawa."
Arashi langsung mengambilnya. "ah.. ah.. ba.. baiklah.." Jawab Yuri gugup. Arashi tersenyum
kecil padanya. "sudahlah, kau kembali saja. kalau Nona Ai melihat kau meninggalkan
pekerjaanmu sembarangan. dia bisa memarahimu." Yuri mengangguk cepat. dia sedikit
membungkuk pada Arashi dan segera meninggalkannya. Arashi bernafas lega. "hampir saja."
Gumamnya pelan. Yuri kembali mengepel. "Hm... aneh, kenapa tadi Arashi begitu serius, ya?"
Gumam Yuri. Yuri menghela nafas. dia telah selesai mengepel untuk lobby HRD. Saat dia pergi,
seseorang keluar dari lift. "Baik, Pak. Terima kasih, Pak." Pria itu mematikan ponselnya. "woy,
Kirihara." dia menoleh. seorang wanita muda mendekatinya. "kau darimana saja? orang pelit itu
terus mencarimu." Kirihara tersenyum geli. "kenapa tiba-tiba dia mencariku? apa mungkin dia
kangen?" Tiba-tiba tawa wanita itu meledak. "siap-siap menjadi cinta pertamanya." Kirihara dan
wanita itu segera pergi.

Pekerjaan Yuri telah selesai hingga waktunya makan siang. "akhirnya~" Yuri duduk disofa
Kantor Office Boy. "Yuri?" Panggil Arashi tiba-tiba. Spontan, Yuri langsung berdiri. Arashi
berdiri didepan Yuri sambil memegang beberapa tumpukan file. "kau bisa mengantar ini ke lantai
atas ke kepala bagian Kreatif?" Pinta Arashi lembut. "ah? aku? ke-" "ayolah, Yuri. beberapa
karyawan HRD memesan makanan kepadaku dan aku harus segera membelikan pesanan mereka.
bisa kan, Yuri?" Yuri jelas tidak mau. Dia tidak mau bertemu dengan Ryosuke tapi Yuri
mengangguk pelan. Arashi tersenyum lega. "terima kasih, Yuri. kau baik sekali." Yuri
mengambilnya. dia membungkuk sedikit pada Arashi dan pergi dengan lemas. Arashi tersenyum
sumringah. "eh? kau mau kemana, Yuri?" Tanya Iwamoto. Yuri menoleh. dia sedikit
membungkuk. "mengantar berkas keatas." Jawab yuri sekenanya. Iwamoto mengangguk. "oh,
kalau kau ingin makan siang dengan kami ke kantin saja. makan siang untukmu ada dikantor
nanti." Jelas Iwamoto seraya pergi. Yuri hanya mengangguk. dia membungkuk sedikit pada
Iwamoto dan segera ke lantai atas. Mungkin Yuri membenci Ryosuke atau mungkin Yuri tidak
tahu. Entah kenapa, saat Yuri benar-benar tahu perasaan Ryosuke kepadanya. Perasaan Yuri
berbunga-bunga tapi dia takut Ryosuke hanya mempermainkannya. Yuri menghela nafas.
"sudahlah, dia tidak mungkin bersungguh-sungguh." Dengan cepat, Yuri segera menyerahkan
berkas-berkas itu. Suasana ruang kreatif benar-benar sepi. Tidak ada satu orangpun. "apa
mungkin semuanya kelaparan?" Gumam Yuri seraya pergi. Yuri menaiki lift. Ting! Pintu lift
terbuka. Yuri menarik nafas panjang. dia mendongak. deg! "Kazekawa?" Ucap Kirihara. Yuri
terdiam mematung. Ki... Kirihara-kun? Batin Yuri. dia tidak percaya Kirihara akan satu kantor
dengannya. Kirihara tersenyum padanya. "jadi, kau bekerja disini juga?" Tanya Kirihara
memecah kebisuan. Yuri mengangguk pelan. Tiba-tiba pintu lift bergeser. dengan sigap, Kirihara
menahannya dengan kaki. Kirihara memegang tangan Yuri. deg! Jantung Yuri berdegup
kencang. Kirihara menariknya duduk disofa lobby HRD. "kau bekerja menjadi seorang Office
Girl disini?"Yuri mengangguk pelan lagi. "berarti dengan Arashi?" Yuri mengangguk gagu.
"i...iya.. kau?" Tanya Yuri pelan. Kirihara tersenyum. "kenapa kau ngomongnya pelan sekali?
aku kangen dengan suaramu." Jantung Yuri semakin berdegup kencang. "ya, aku juga bekerja
disini. Hanya aku menjadi karyawan biasa dilantai ini." Jelas Kirihara. Yuri sedikit tersipu.
Daritadi Kirihara terus memegang erat tangan Yuri. Yuri yakin, Kirihara hanya lupa tapi tidak
masalah bagi Yuri. "kenapa kau tidak bilang bekerja disini?" Yuri menatap mata Kirihara dalam.
"kalau aku tahu kau bekerja disini, satu kursi disampingku pasti kau yang tempati." Gumamnya.
Jantung Yuri serasa ingin meledak mendengar perkataan Kirihara. "mendengar kata-katamu
rasanya aku ingin meledak." Ungkap Yuri spontan. "apa?" deg! Wajah Yuri memerah. dia
spontan mengatakan itu semua. "tadi kau ngomong apa?" Tanya Kirihara. Yuri salah tingkah. dia
langsung berdiri. "ma.. maaf.. aku.. aku.." Yuri menoleh ke arah jam dinding. "aku.. harus makan
siang.." Yuri langsung membungkuk cepat dan berlari meninggalkannya. Kirihara hanya
melongo. "dia kenapa?"

Semenjak tahu, Kirihara bekerja ditempat yang sama dengan Yuri, Yuri sangat bersemangat.
Bahkan sejak tahu, dia lebih menginginkan naik bis ke kantor dibanding diantar Yoshika.
Karena, Kirihara memang naik bis kalau ke kantor. Suatu hari, Yuri dan Kirihara berangkat ke
kantor bersama-sama. Hari ini hujan rintik-rintik. Bis yang mereka tumpangi berhenti dihalte
yang mereka tuju. Mereka segera turun. "Kirihara-kun? Yuri-chan?" Mereka berdua menoleh.
Arashi mendekati mereka. Air muka Yuri berubah. Kirihara tersenyum. "eh? Arashi? kau juga
naik bis?" Arashi mengangguk. "ya sudah. kita berangkat ke kantor bersama saja." Yuri langsung
membuka payungnya. "tapi, payungku tertinggal di bis." Jawab Arashi sedih. "begitu? kau satu
payung saja denganku." Tawar Kirihara. "apa?" Yuri langsung menoleh kaget. mereka berdua
menatap Yuri dengan heran. "kau kenapa?" Tanya Arashi. deg! Yuri langsung menggeleng.
Kirihara membuka payungnya. cepat, Arashi langsung menggandeng tangan Kirihara. Yuri
hanya bisa diam melihat perlakuan Arashi. Selama perjalanan, Yuri terus memerhatikan Arashi
dengan Kirihara. Yuri benci melihat Arashi begitu lengket dengan Kirihara tapi dia iri melihat
Arashi bisa begitu akrab dengan Kirihara. Yuri menghela nafas panjang. "Kirihara-kun,
sebentar." Mereka berhenti. "tali sepatuku lepas." Arashi segera memperbaikinya. Yuri berjalan
mendahului mereka mencoba meninggalkan Arashi dan Kirihara tapi langkahnya berhenti tepat
dua langkah didepan mereka. Dia tidak ingin pergi meninggalkan Arashi dengan Kirihara. "apa
kau tidak bisa mengikat sepatu?" Yuri langsung berbalik ketika mendengar pertanyaan Kirihara.
deg! Kirihara membantu Arashi mengikat tali sepatu. Arashi hanya diam. Kedua pipinya
bersemu merah. "mengerti?" Kirihara menguatkan tali sepatu Arashi. Gadis manis itu hanya
menggangguk pelan. "terima kasih." Gumamnya pelan. Kirihara menatap Arashi. Wajah mereka
begitu dekat. Yuri terus menatap mereka. Tanpa disadari, mata Yuri berkaca. Kirihara hanya
tersenyum kecil pada Arashi dan menariknya berdiri. "eh? awas?!" Jerit Kirihara tiba-tiba. dia
mendekap tubuh Arashi langsung dan menutupinya dengan payung. BYUR!! Sebuah mobil
melewati kubangan air didekat mereka. Yuri basah kuyup. Tapi dia tidak bereaksi. dia terus
memperhatikan Kirihara. tes! air matanya jatuh. Yuri berbalik. Mungkin memang benar, Kirihara
tidak pernah menyukainya. Dia meninggalkan Kirihara dan Arashi

Bel istirahat berbunyi, pelajaran keempat berakhir. "Sampai jumpa, sensei." semua murid kelas
3-1 membungkuk pada guru matematika. Setelah pria bertubuh gemuk itu pergi, satu persatu
murid kelas 3-1 keluar dari kelas. Yuri merapikan buku-bukunya. "Mm.. Kazekawa.." Kirihara
mendekati mejanya. Yuri menoleh. deg! dia langsung berdiri. "Ki..Kirihara-kun?" kirihara sedikit
menunduk sambil menggaruk tengkuk belakangnya. "sepulang sekolah.. aku ingin bertemu
denganmu..." jantung Yuri berdebar 3 kali lebih cepat. "ditaman sekolah. bisa?" Yuri
mengangguk pelan. Kirihara tersenyum lega. "terima kasih. kutunggu, oke?" Kirihara langsung
keluar dari kelas. Yuri tersenyum kecil. ada apa, ya? Batin Yuri. Arashi melirik Yuri tajam.
Kirihara masuk kedalam toilet dengan berseri-seri. Kali ini, dia akan menyatakan perasaannya
kepada Yuri. Saat Kirihara menyalakan wastafel, Ryosuke keluar dari salah satu bilik toilet. "uh?
Ryosuke?" Ryosuke tersenyum padanya seraya berdiri disampingnya. Kirihara tersenyum geli.
dia bisa membaca mata Ryosuke. "kau bertemu dengan wanita cantik hari ini?" Ryosuke tertawa
kecil seraya menyalakan wastafel. "apa aku terlihat bahagia?" "siapa dia?" Tanya Kirihara
antusias. Rysouke terdiam sesaat seraya mematikan wastafel. "bukan. bukan siapa-siapa."
Ryosuke menghela nafas pendek. Kirihara semakin penasaran pada wanita itu. Ryosuke menatap
Kirihara. "aku ingin kau membantuku, Kirihara." Kirihara tersenyum. "kau ingin aku menjadi
penghubung antara kau dengan wanita itu?" Ryosuke tertawa garing. "apa yang kau katakan?
bukan itu. Kirihara," air muka Ryosuke serius. "Aku ingin menyatakan perasaanku pada Yuri
nanti sore. kau bisa membantuku bertemu dengan dia sepulang sekolah?" deg! Kirihara terdiam
mematung. "apa?" Ryosuke tersenyum kecil seraya menatap langit-langit toilet. "aku benar-benar
menyukainya dan perasaan ini tidak bisa ditahan lagi. kau bisa menolongku kan Kirihara?
bukannya kau sahabat Yuri?" Kirihara mengangguk sambil tersenyum. "baiklah, kalau begitu
asal kau tidak mempermainkannya." Ryosuke tersenyum lebar. "tidak akan." Ryosuke menepuk
pundak Kirihara dan pergi sedangkan Kirihara kembali diam. apa yang kukatakan? Batin
Kirihara. Sepulang sekolah, Yuri tidak langsung menemui Kirihara, dia harus ulangan susulan. 2
pelajaran sekaligus. Sekitar jam 6 sore, dia telah selesai. "terima kasih, sensei." yuri
membungkuk pada gurunya dan segera menggeser pintu ruang guru. Yuri menghela nafas
panjang. Dibenaknya, Yuri sudah menulis catatan untuk nanti malam. "setelah ini, aku akan
langsung tidur." Gumamnya pelan. Deg! ketika dipintu utama sekolah, Yuri teringat Kirihara. dia
segera ke taman sekolah. Apa dia sudah pergi? batin Yuri. dia khawatir Kirihara sudah pulang
tapi ternyata belum. Yuri bernafas lega seraya tersenyum. perlahan dia mendekati pria yang
sedang duduk dikursi taman. Tapi Yuri berhenti ketika melihat wajah pria itu dengan jelas. dia
bukan kirihara tapi Ryosuke. "Ryo.. Ryosuke?" Perlahan, Yuri mundur ke belakang tapi Ryosuke
melihatnya. "Yuri?" deg! Yuri terdiam. Kirihara-kun, kemana? Batinnya sedih. Ryosuke berjalan
mendekatinya. "aku senang kau sudah datang." Yuri hanya diam. dia bingung dengan ucapan
Ryosuke barusan. "aku pikir kau tidak akan datang. terima kasih." ryosuke memegang tangan
Yuri lembut. Yuri hanya diam sambil terus menatap ryosuke. "Yuri, kau mau menjadi
kekasihku? aku mohon." deg! deg! deg! Jantung Yuri berdegup kencang. "aku tahu ini terdengar
memaksa, tapi aku benar-benar menyukaimu. aku tulus menyayangimu. kau mau menjadi
kekasihku?" Terbesit perasaan senang dihati Yuri tapi terbesit dipikiran Yuri untuk menolak.
"Yuri, aku mohon." Ryosuke menguatkan pegangan tangannya. Yuri menarik nafas pendek. dia
mengangguk pelan seraya menunduk. Ryosuke tersenyum lega. "terima kasih, Yuri." Yuri
menatap Ryosuke seraya tersenyum. "aku mau pulang." Yuri langsung melepas pegangan
Ryosuke dan berbalik tapi Ryosuke langsung menarik Yuri kedalam pelukannya. tes! air mata
Yuri jatuh. "terima kasih, yuri. terima kasih." Ryosuke semakin mempererat pelukannya.

Ryosuke mengajak Yuri belajar diperpustakaan.

Anda mungkin juga menyukai