Anda di halaman 1dari 9

Nama : Siti Nadia Salsabila

NIM : 1810116320006

Kelas : A-1

Kritik Sastra

Empat Jenis Kritik Strukturalisme

Perbedaan antara strukturalisme yang digagas oleh Levi-Strauss, Greimas, dan


Todorov

 Strukturalisme Levi-Strauss
Prinsip yang mendasari teori strukturalisme Levi-Strauss adalah bahwa struktur
sosial tidak berkaitan dengan pengalaman, namun dengan model yang dibangun
sesuai dengan pengalaman tersebut.Teori trukturalisme Levi-Strauss mengkaji
karya sastra berupa mitos. Definisi mitos menurut Levi-Strauss adalah sebuah
dongeng yang berupa hasil khayalan dari manusia. Levi-Strauss berpendapat
bahwa mitos yang ada di seluruh dunia pada dasarnya bersifat arbitrer dan
memiliki keterkaitan antar elemen dalam mitos. Elemen-elemen dalam mitos ini
disusun secara sinkronis dan diakronis, paradigmatis dan sintagmatis.

 Strukturalisme Greimas
Teori strukturalisme Greimas fokus pada skema aktan dan struktur fungsional
yang bertujuan memunculkan satu kerangka utama dari cerita. Aktan adalah
tokoh yang melakukan sesuatu dalam cerita, sedangkan fungsional adalah
perbuatan yang dilakukan oleh tokoh dalam cerita. Dengan demikian hubungan
antar tokoh dalam cerita dapat dianalisis menggunakan skema aktan dan struktur
fungsional. Skema aktan dan struktur fungsional kemudian dihubungkan dengan
timbal-balik sehingga terbentuklah kerangka utama cerita yang menjadi alur
cerita tersebut.

 Strukturalisme Todorov
Terdapat dua teori strukturalisme yang dikemukakan oleh Todorov yaitu teori
analisis naratif dan teori struktural semiotik. Metode penerapan dari teori
analisis naratif terdiri dari tiga bagian yaitu pengenalan cerita, pertengahan
cerita, dan penyelesaian. Lalu, metode penerapan teori semiotik dibangun
dengan tiga aspek yaitu aspek sintaksis (meneliti urutan peristiwa secara
kronologis dan logis), aspek semantik (meneliti tema, tokoh, dan latar), dan
aspek verbal (meneliti sudut pandang, gaya bahasa, dan sebagainya).

 Perbedaan teori strukturalisme Levi-Strauss, Greimas, dan Todorov

Pada dasarnya ketiga teori tersebut sama-sama menganalisis unsur yang saling
berkaitan dalam sebuah karya sastra. Teori strukturalisme Levi-Strauss
menganalisis sebuah karya sastra dengan menemukan elemen dalam dalam
karya yang kemudian disusun secara sinkronis dan diakronis, paradigmatis dan
sintagmatis. Teori strukturalisme Greimas menggunakan skema aktan dan
struktur fungsional jika ingin menganalisis sebuah karya sastra. Teori
strukturalisme Todorov menganalisis karya sastra dengan menggunakan tiga
aspek, yaitu aspek sintaksis (meneliti urutan peristiwa secara kronologis dan
logis), aspek semantik (meneliti tema, tokoh, dan latar), dan aspek verbal
(meneliti sudut pandang, gaya bahasa, dan sebagainya).

Perbedaan strukturalisme di atas dengan strukturalisme genetik

Dapat dilihat secara garis besarnya teori strukturalisme Levi-Strauss,


Greimas, dan Todorov hanya menganalisis unsur intrinsik saja dalam suatu
karya sastra dan terlepas dari segala yang ada diluar karya sastra. Dalam
strukturalisme genetik unsur intrinsik dan ekstrinsiklah yang dijadikan sebagai
fokus utama dalam analisisnya. Unsur intrinsik dianalisis untuk data dasarnya,
sedangkan unsur ekstrinsik pada strukturalisme genetik berisi tentang fakta
kemanusiaan, subjektif kolektif, pandangan dunia, dan latar belakang sejarah
terciptanya karya sastra tersebut.

Analisis Strukturalisme Genetik dalam Cerpen Gadis Penjual Jamu Karya J.Akid
Lampacak

Cerpen yang akan dianalisis ini berjudul Gadis Penjual Jamu karya J. Akid
Lampacak yang didapat dari koran terbitan Bangka Pos pada tanggal 02 Februari 2020.
Berikut adalah analisis cerpen menggunakan strukturalisme genetik.

Unsur Intrinsik
 Tema
Cerpen berjudul Gadis Penjual Jamu ini bertemakan perjuangan hidup seorang
penjual jamu gendong keliling.

Bukti kutipan :
‘’Dari pagi sampai terbenamnya matahari. Terkedang gadis itu belum ada di
rumah, ada beberapa faktor yang membuat gadis itu tidak pulang. Pertama,
sebagai penjual jamu keliling ia  masih ada di perjalanan, karena jarak
penjualan yang ia tentukan sebelum berangkat lumayan jauh...’’

 Alur
Alur dari cerpen yang berjudul Gadis Penjual Jamu ini adalah alur maju mundur
artau alur campuran. Dapat dilihat dalam cerpen tersebut pada awal cerita tokoh
menceritakan kisahnya secara urut namun dibagian tengah cerita terdapat cerita
yang mengingatkannya pada masa lalu.

Bukti kutipan :
‘’sebagai penjual jamu, gadis itu hanya kasihan pada orang-orang yang
kesakitan. Maka tak heran, ia meski tak bersuami, tapi pekerjaanya sudah
melbihi perempuan yang bersuami .....’’
Flashback :
‘’Gadis itu selalu ingat perkataan ibunya sebelum meninggal, kala itu berada di
sebuah taman kecil depan rumahnya, sambil meratapi nasibnya yang sudah
sakit-sakitan mencari udara segar, sebagai bantuan penenang bagi tubuhnya.
“saya tak pernah malu jadi penjual jamu, walau saya sering menerima omelan
dari para tetangga, bahkan sampai mereka menuduhku dengan penggoda suami
mereka, tapi saya selalu yakin Nak…’’

 Tokoh dan penokohan


 Gadis penjual jamu : protagonis (selalu sabar dalam menghadapi
cobaan hidup)
‘’.... Dalam hatinya. Tapi gadis itu selalu menolak apa yang dikatakan
hatinya. Gadis itu selalu ingat perkataan ibunya sebelum meninggal,
kala itu berada di sebuah taman kecil depan rumahnya, sambil meratapi
nasipnya yang sudah sakit-sakitan mencari udara segar, sebagai
bantuan penenang bagi tubuhnya....’’
 Pembeli jamu : figuran
‘’...gadis itu sempat bertanya pada salah satu dari mereka yang membeli
hingga puluhan bungkus, tapi mereka malah menjawab dengan
segampang membalikkan sandal orang-orang di masjid, “saya membeli
ini semua untuk di berikan kepada tetangga yang mengiginkan di rumah,
soalnya jarang mereka bertemu dengan pedagang jamu”.

 Ayah : protagonis (selalu memberi nasihat kepada


anaknya)
‘’... Tapi, ternyata tidak, ayahnya malah berkata “jadilah jamu bagi
suamimu, seperti kau menjual jamu pada orang-orang-orang yang
belum kau kenal.’’

 Lelaki paruh baya : protagonis (merasa simpati terhadap gadis


penjual jamu)
‘’....lamunanan gadis itu terjeda sejenak, setelah ada seorang laki-laki
separuh baya menghampirinya sambil melontarkan kata-kata sehalus
debu yang dibasahi hujan pertama.“Kamu yang sabar ya…” kata lelaki
itu, tentu saja ia familinya atau tetangga dekatnya...’’

 Farhan : figuran
‘’...lelaki itu tanpa dikira, ternyata memberikan sebuah surat yang 
dibuat ayahnya 20 tahun yang lalu, surat itu berisi surat janji
perjodohan di antara gadis itu dengan peria bernama Farhan. Nama
Farhan telah tertera dalam suratnya, juga di sertai tanda tangan
ayahnya.’’

 Latar
 Latar tempat :
o Di kampung
‘’...sudah melebihi dari gadis-gadis yang ada di kampungnya,
walau di kampungnya sendiri, segala perempuan sudah dikenal
dengan perempuan yang ulet’’

o Di rumah
‘’...Terkedang gadis itu belum ada di rumah, ada beberapa
factor yang membuat gadis itu tidak pulang...’’

‘’Ketika sampai kerumahnya. Gadis itu sempat berkata dalam


hatinya,“kenapa aku tidak mencari pekerjaan yang lebih mulia
saja...’’

o Di pinggir jalan
‘’...tapi pemuda-pemuda yang senang nongrong di pinggir jalan
juga sering menyetopnya...’’

‘’...itu berjalan melintasi trotoar, menggendong jamu yang


akan...’’

o Tempat penginapan
‘’...terpaksa harus bermalam di tempat penginapan dikarenakan
jamu yang dibawa belum juga laku...’’

o Di masjid
‘’Setelah sampai di halaman masjid, orang-orang berdatangan
dengan kendaran mewah...’’

o Di kamar
‘’Akhirnya gadis itu masuk ke kamar dengan tujuan melepas
tangisnya,...’’

 Latar waktu :
o Pagi hari
‘’Dari pagi sampai terbenamnya matahari. Terkedang gadis itu
belum ada di rumah...’’

o Siang hari
‘’Hingga sampai waktu solat zuhur, azan yang terdengar
membuat gadis itu sedikit gembira...’’
o Malam hari
‘’...malam itu masih bisa dikatakan malam yang menyimpan
hujan, sebab sejak dimulai tahlilah hingga berkhir..’’

o Dua tahun lalu


‘’Setelah dua tahun ditnggal ibunya sekarang sudah ditinggal
ayahnya’’

o hari ke-7 tahlilan


‘’Sesudah selesai tahlilan yang ke 7 harinya, malam itu masih
bisa...’’

 Latar suasana :
o Sedih
‘’Akhirnya gadis itu masuk ke kamar dengan tujuan melepas
tangisnya, melepas seluruh bayangan tentang kebaikan yang
telah ayahnya lakukan....’’

o Senang

‘’Mengiringi perasaannya, gadis itu seolah ingin solat kembali,


meski sekedar solat sunnah sebagai tanda terimakasih kepda
Allah....’’

 Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam cerpen berjudul Gadis Penjual
Jamu ini adalah sudut pandang orang ketiga serba tahu, karena pengarang
menceritakan apa saja yang terkait dengan tokoh utama.

‘’Sebagai penjual jamu gadis itu hanya kasihan pada orang-orang yang
kesakitan. Maka tak heran, ia meski tidak bersuami, tapi pekerjaannya sudah
melebihi dari perempuan yang sudah bersuami...’’

 Fakta Kemanusiaan
Zaman sekarang diketahui banyak orang-orang yang malu dan malas jika
menjadi seorang penjual jamu gendong keliling. Namun, faktnya tidak dengan
gadis satu ini, karena menurutnya selama pekerjaan ini dapat memberikan yang
hal terbaik maka ia akan tetap terus berusaha.

‘’ Tapi gadis itu selalu menolak apa yang dikatakan hatinya. Gadis itu selalu
ingat perkataan ibunya sebelum meninggal, kala itu berada di sebuah taman
kecil depan rumahnya, sambil meratapi nasibnya yang sudah sakit-sakitan
mencari udara segar, sebagai bantuan penenang bagi tubuhnya. “saya tak
pernah malu jadi penjual jamu, walau saya sering menerima omilan dari para
tetangga, bahkan sampai mereka menuduhku dengan penggoda suami mereka,
tapi saya selalu yakin Nak…’’

 Lingkungan Sosial Budaya dalam Cerita


Lingkungan sosial budaya yang terdapat dalam cerpen ini berupa pinggir
jalan yang dijadikan sebagai tempat untuk berjualan jamu.

‘’tak hanya orang tua, tapi pemuda-pemuda yang senang nongrong di pinggir
jalan juga sering menyetopnya...’’

 Subjek Kolektif
Tokoh dalam cerpen ini memiliki watak yang tidak jauh berbeda,
sehingga cerpen ini tidak terdapat konflik permasalahan yang memuncak.
Namun, terdapat pelajaran yang sangat penting yang dapat kita ambil dari
cerpen ini, yaitu janganlah pantang menyerah walau banyak hal yang dapat
menjatuhkan kita. (Dapat dilihat dalam cerpen)

 Pandangan Dunia Pengarang

Melalui cerpen ini, pengarang ingin menyampaikan kepada pembaca


bahwa janganlah malu untuk melakukan suatu pekerjaan yang dianggap rendah
oleh orang lain, dan janganlah menyerah walau banyak rintangan yang harus
dihadapi. Seperti tokoh penjual jamu gendong yang terdapat dalam cerpen ini
terlihat ia sangat sabar dalam menjalani kehidupannya walau banyak rintangan
yang dihadapinya namun karena usahanya maka kebahagiaan pun datang
menghampirinya dengan pembeli jamu yang membeli dagangannya.
 Daftar Rujukan
https://lakonhidup.com/2020/02/02/gadis-penjual-jamu/ (Diakses pada 05 April
2020 pukul 20.36)

Ahimsa-Putra, Shri, Heddy. 2012. Strukturalisme Levi-Strauss Mitos dan Karya


Sastra . Yogyakarta: Kepel Press.

Helaluddin. 2017. Strukturalisme Genetik Lucien Goldmann dalam Pengkajian


Karya Sastra. UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten.

Yanti KH, Neneng. 2009. Analisis Strukturalisme Levi-Strauss terhadap Kisah


Pedagang dan Jin dalam Dongeng Seribu Satu Malam . Adabiyyat. 8 (2):307-
334.

Anda mungkin juga menyukai