Anda di halaman 1dari 12

IDENTITAS BUKU

Judul Buku : My Idiot Brother

Pengarang : Agnes Davonar

Penerbit : Inandra Published

Cetakan : I, November 2011

Tebal Buku : 267 Halaman

RESENSI NOVEL

Sinopsis Novel My Idiot Brother Karya Agnes Davonar

Cerpen karya Agnes Davonar ini menceritakan tentang seorang gadis


berumur 13 tahun bernama Angel. Angel tidak pernah menerima keadaan
kakaknya Hendra yang terlahir dengan keterbelakangan mental . Walaupun Angel
begitu malu dan membencinya , Hendra tidak pernah merasa sedih. Hendra tetap
memberikan kasih sayang seorang kakak kepada adiknya, terutama jika Angel
sedang berulang tahun, Hendra rela untuk menabung uang belanjanya setiap hari
agar ia bisa membelikan hadiah ulang tahun kepada adiknya tersebut.

Karena memiliki kakak yang sering diejek oleh teman-temannya idiot.


Angel selalu mendapatkan hinaan dan cacian teman-teman sekolahnya, terutama
Agnes yang merasa Angel sebagai ancaman dia untuk mendapatkan hati Aji.
Semenjak kedatangan Aji di sekolah itu, Angel memiliki sahabat yang selalu
menemaninya bermain basket dan menceritakan semua masalahnya. Namun,
Angel tetap saja merahasiakan keadaan Kakaknya tersebut kepada Aji meskipun
Aji tidak mempermasalahkannya.

Suatu ketika, Angel mengalami sebuah kecelakaan dimana tak seorang


pun mampu menyelamatkan dirinya selain kakaknya sendiri yakni Hendra. Demi
cintanya kepada sang Adik, Hendra rela mengorbankan apapun termasuk
nyawanya sendiri untuk Angel.

Analisis Unsur Intrinsik Novel “ My idiot Brother “

1. Tema
 Menurut pendapat Saad (1967:185), tema adalah persoalan
pokok yang menjadi pikiran pengarang, di dalamnya
terbayang pandangan hidup dan cita-cita pengarang

 Menurut Holmon (1981:443),Tema merupakan gagasan


sentral yang mencakup permasalahan dalam cerita, yaitu
suatu yang akan diungkapkan untuk memberikan arah dan
tujuan cerita karya sastra.
 Menurut Moeliena (1990:921),Tema adalah pokok pikiran,
dasar cerita (dipercakapkan) yang dipakai sebagai dasar
mengarang dan mengubah sajak.

Tema novel ini adalah kisah pengorbanan seorang kakak terhadap


adiknya. Gambaran tema ini terdapat pada petikan novel halaman 132 -133:

Ini sudah hari kedua adik dirawat di rumah sakit dan tidak ada perubahan .
Adik masih koma dan tak sadarkan diri. Dokter mengatakan jujur apa
adanya tentang kondisi Adik. “ Anak ibu membutuhkan darah yang sangat
banyak. Tidak mungkin darah dari kakaknya sendiri cukup, itu bisa membuat
jiwa kakaknya sendiri jadi terancam.”
Kakak berpikir saat itu dan merasa takut Aku tidak mendapatkan donor
sehingga ia memaksakan diri untuk mendonorkan darahnya. Kakak
memasuki ruangan dimana ia diambil darahnya. Seorang suster
mendekatinya. “Darah..darah untuk Adik..ambil...Kakak tidak ingin adik
mati.
“Tidak bisa. Belum ada izin dari dokter. Saya tidak bisa lakukan.”
Karena suster tidak mengizinkan, kakak nekad menusukkan dirinya dengan
jarum sehingga dokter pun datang dan bersedia mengambil darah kakak.
Bukti pendukungnya juga terdapat pada petikan novel hal: 134
Suatu malam, ibu tidur di dekatku. Kakak terbangun dari tidurnya karena
tidak melihat kado yang disiapkan kakak semalam. Kakak takut hadiah itu
hilang, lalu ia melihat suster menaruh buku itu dia atas lemari. Kakak ingin
mengambilnya dengan kursi. Kakak berhasil mengambil buku itu namun
tiba-tiba matanya berkunang-kunang dan jatuh dari kursi dengan kepala
menghantam meja. Semenjak kejadian itu, kata dokter kakak mengalami
hemofili akut karena kehilangan banyak darah dan lumpuh. Hingga pada
akhirnya Aku tak percaya kalau kakak sudah pergi untuk selamanya dengan
tenang.

2. Latar
 Menurut Nadjid (2003:25) latar ialah penempatan waktu dan
tempat beserta lingkungannya dalam prosa fiksi
 Menurut pendapat Aminuddin (1987:67), yang dimaksud dengan
setting/latar adalah latar peristiwa dalam karya fiksi baik berupa
tempat, waktu maupun peristiwa, serta memiliki fungsi fisikal dan
fungsi psikologis.
a) Latar Tempat
Latar tempat novel ini sudah disebutkan dengan jelas oleh
pengarang pada hal : 54, 21, dan 127 yakni di rumah, sekolah dan
rumah sakit.
 “Aku main sama Kakak dulu di kamar. Ayahkan baru sampai,
istirahat saja...”.
Aku membawa kakakku, sesampainya di kamar, aku melepas
tanganku dengan kasar dan merebahkan tubuhku di ranjang.
 Pernah suatu ketika, Ibu dan Kakakku datang menjemput aku ke
sekolah dengan mobil. Mereka menunggu ku di pintu gerbang.
 Ibu hanya menangis melihat keadaanku dan kakakku pun ikut
menangis. Ia berjalan meninggalkan ibu menuju ruang Unit
Gawat Darurat. Ia melihatku yang tak sadarka diri dari balik pintu
setelah transfusi darah dan beberapa operasi kecil.
b) Latar waktu
Pengarang menuliskan dengan jelas soal waktu seperti pagi , siang
ataupun malam hari pada hal : 8, 118 , dan 134.
 Adik...Adik.. bangun... sudah pagi...Adik harus sekola...”
 Aku segera berjalan meninggalkan ruang tamu secepat mungkin
ketika melihat jam sudah menunjukkan pukul 16.35 WIB.
Acaranya sendiri akan dimulai pukul lima sore nanti, Aku tidak
mau telat.
 Suatu malam ,Ibu tertidur di sampingku, Kakakku bangkit dari
ruangan ia mendodnorka darahnya untukku.
c) Latar Sosial
Di dalam novel ini, umumnya menggambarkan kebiasaan
seseorang, cara hidup, sikap dan bahasa. Tergambar pada petikan
novel hal : 20-21
Mereka menungguku di pintu gerbang saat bubaran sekolah, dengan
wajah kakakku yang idiot itu yang tampak sedang menghisap permen
lolipopnya dan yang menjijikkan adalah air liurnya yang berjatuhan ke
kerah bajunya yang sudah di pasang sapu tangan terikat oleh ibuku.
Dari cuplikan di atas, tampak latar sosial berdasarkan kebiasaan, cara
hidupnya, sikap dan usia.

3. Alur (plot)
 Menurut Virgil Scoh( 1966 : 2),Plot adalah prinsip yang isensial dalam
cerita.
 Menurut Morjorie Boulton( 1975 : 45),Plot adalah pengorganisasian
dalam novel atau penentu struktur novel.
 (Aminuddin, 1987:83),Plot adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh
tahapan-tahapan peristiwa, sehingga menjalin suatu cerita yang
dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita.
Dalam novel ini, menggunakan alur maju yang di bagi menjadi tiga babak
yaitu bagian awal, konflik dan penyelesaian.

a. Bagian awal ( perkenalan) hal: 13


Beginilah hidupku setiap pagi, makan pagi semeja dengan seorang kakak
bodoh yang makan saja harus berantakan keman-mana seperti balita yang
baru belajar makan. Tapi yang aku heran, kenapa ibuku bisa bertahan dan
bersabar menghadapi kakkku yang aneh ya? Kadang Aku berpikr,
mengapa Kakakku menjadi cacat seperti ini ya?
Karena penasaran, Aku pernah mendengar dari bibiku, kalau kakakku
terkena penyakit down syndrome atau keterbelakangan mental.
b. Bagian tengah (konflik) hal :59
“Angel, kenapa kamu benci sama kakakmu sendiri? Apakah menurutmu
itu hal yang benar ?”
Aku terdiam bebarapa saat kemudian memutuskan untuk mengatakan
semuanya.
“Angel cuma malu dengan teman-teman yang suka ledekin Kakak idiot.
Angel sudah bilang sama Ibu, jangan jemput Angel di sekolah kalau
sama Kakak, tapi Ibu sengaja tidak dengar apa yang Abgel mau!!”
“Seburuk apaun kakakmu, dia tetap Kakakmu. Kalau sudah begini takdir
kamu, kamu tidak akan pernah bisa mengubah apapun Angel, Kenapa
kamu harus malu ?”
“Aku tau dia kakakku tapi aku cuma gak mau kakak dijadikan alasan
teman-teman untuk menghinaku. Itu sakit Bu...itu gak enak. Ibu ngerti
gak sih perasaanku? Angelsudah cukup menderita menerima kenyataan
kalau punya kaka cacat. Tolong jangan tambah penderitaan Angel juga di
sekolah karena jadi bahan ejekan teman-teman! ” kataku sambil
menangis. Melihat aku dan Ibu berdebat. Kakak menuju dapur, “Ibu
jangan marahi Adik... jangan....” Aku dan Ibu langsung memperhatikan
kakakku. Aku merasa jengkel dan langsung lari ke kemar.

c. Bagian akhir (penyelesaian) hal :127


Semenjak Aku di rawat di rumah sakit karena tertabrak sepeda motor,
Aku tak pernah sadarkan diri karena kehilangan banyak darah dan satunya
yang bisa menyelamatkanku hanyalah kakakku sendiri. Namun dokter
mengatakan kalau Aku tidak bisa menerima donor dari Kakakku saja,
karena kakakku itu punya kelainan mental yang tidak boleh begitu saja
mendonorkan darah secara medis, itu bisa membuat jiwa kakakku sendiri
jadi terancam. Namun, kakakku yang keras kepala memaksakan diri
untuk mendonorkan darahnya terus, karena jika tidak, dia sendiri yang
akan menusukkan jarum itu ke tubuhnya. Karena sikap keras kepala dan
sayangnya terhadapku itu, ia terkena hemofili akut. Ia terjatuh saat
mengambil hadiah yang sudah disiapkan untukku dan kepalanya terbentur
keras hingga lumpuh.
“kakak cepat sembuh ya...”kataku. Ini pertama kali aku melihatnya
seperti ini. Ia memang gampang sakit,tapi tak separah ini. Apalagi
mendengar dia kejatuhan hingga lumpuh, itu membuatku miris. Aku
meras lelah dan harus kembali ke kamar, namun karena efek obat dokter
membuat aku tertidur. Saat aku terbangun beberapa jam kemudian, Aku
melihat Ayah menangis sambil berkata:” kakakmu...dia sudah pergi...
beristirahat dengan tenang...”
Ada rasa kaget dan rasa tak percaya mendengar perkataan Ayah.” Gak
mungkin ! kenapa bisa begitu? Tadi kakak masih baik-baik saja?” jeritku
histeris.
“sudah terlambat, andai saja kakakmu tidak memaksakan diri untuk
menyumbag darah, semua tidak akan seperti ini.” Dari perkataan Ayah,
Aku menangis dan baru menyadari betapa aku tak menyangka kakakku
melakukan semua ini. Setelah semua yang ku lakukan terhadapnya dulu,
ia masih teap menyayangiku sebagai adiknya bahkan ia rela
mengorbankan dirinya untukku, aku benar-benar menyesal...”

4. Penokohan

Menurut Panuti Sudjiman(1988:16), Tokoh merupakan
individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan
dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Tokoh pada
umumnya berwujud manusia, tetapi dapat juga berwujud
binatang atau benda yang diinsankan.
 Panuti Sudjiman (1966:25), Tokoh merupakan bagian atau
unsur dari suatu kebutuhan artistik yaitu karya sastra yang
harus selalu menunjang kebutuhan artistic.
 Stanto(1965:17),Yang dimaksud dengan tokoh utama ialah
tokoh yang aktif pada setiap peristiwa, sedangkan tokoh
utama dalam peristiwa tertentu .
a. Tokoh Aku
Tokoh ini begitu berperan dalam novel ini karena dari tokoh inilah kita
bisa tahu jalan ceritanya. Pengarang menggambarkan tokoh ini sebagai
gadis yang benci terhadap kakaknya sendiri, angkuh namun baik, cuek.
Bukti pendukungnya terdapat pada hal : 59
“Angel, kenapa kamu benci sama kakakmu sendiri? Apakah menurutmu
itu hal yang benar ?”
Aku terdiam beberapa saat kemudian memutuskan untuk mengatakan
semuanya.
“Angel cuma malu dengan teman-teman yang suka ledekin Kakak idiot.
Angel sudah bilang sama Ibu, jangan jemput Angel di sekolah kalau
sama Kakak, tapi Ibu sengaja tidak dengar apa yang Angel mau!!”

b. Hendra
Pengarang menggambarkan tokoh Hendra sebagai kakak yang
penyayang, sabar, memiliki keterbelakangan mental, dan baik. Bukti
pendukungnya terdapat pada kutipan novel hal :96
“sudah berapa lama kakak menyimpan uang itu?”
“sudah lama ibu... ini sudah terkumpul banyak untuk hadiah adik...”
“Adikmu tidak pernah berterimakasih dan baik padamu, mengapa
kamu mau mengumpulkan uang saku untuk membelikan ia kado
ulang tahun?”
“ Adik sayang Kakak...Kakak juga sayang Adik...tak apa-apa...”
c. Agnes
Pengarang menggambarkan tokoh Agnes sebagai gadis yang jahat, iri,
dengki, dan pembohong. Bukti pendukungnya pada hal :23
“Itu siapa loe? Adik, Kakak, atau...peliharaan loe?” kata Agnes yang
disambut tawa oleh kedua temannya.
“Halo anak cacat! Pantesan loe bego banget di kelas, secara kakaknya
cacat. Alhamdulillah ya...sesuatu itu pasti ada sebabnya,”kata Agnes
mengejek sambil meirukan gaya ala Syahrini.
Agnes dan kawan-kawannya melihat Aji dan Angel sedang bermain
basket bersama, “kok si Aji bisa ngobrol sama Angel sih? Rese
banget!!” kata fifi. Dasar tuh cewek. Gatel banget , gak tau apa kalau
kita-kita juga suka?
d. Aji
Tokoh Aji memiliki sifat yang baik hati, penyabar, dan sayang sama
keluarga. Bukti pendukungnya yaitu pada hal :88
“Gue dulu punya kakak cewek, tapi sayang dia udah meninggal karena
sakit. Makanya Gue sekeluarga pindah ke singapore untuk ngobatin
dia. Setahun lamanya bertahan, kanker itu akhirnya merenggut
nyawanya... “Sorry... turut berduka cita...”
“Gak apa-apa, santai aja. Yang penting buat gue dia udah tenang di
sana, dibanding harus menderita melawan penyakitnya. Tuhan pasti
memilih jalan terbaik buat dia. Dan mungkin memang itulah caraNya.”
5. Sudut Pandang (point of view)
 Atar Semi (1988:51) yang menyebutkan istilah sudut pandang, atau
point of view dengan istilah pusat pengisahan, yakni posisi dan
penobatan diri pengarang dalam ceritanya, atau darimana pengarang
melihat peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam cerita itu.
 Lebih lanjut Atar Semi (1988:57-58) menegaskan bahwa titik kisah
merupakan posisi dan penempatan pengarang dalam ceritanya.
 Cara pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita yang
dipaparkannya disebut sudut pandang, atau biasa diistilahkan dengan
point of view (Aminuddin, 1987:90).
Di dalam novel ini, pengarang menggunakan sudut pandang orang pertama
sebagai tokoh utama karena pengarang memposisikan dirinya sebagai tokoh Aku.
Bukti pendukungnya yaitu pada hal :10

Di sekolah baruku, aku tidak memiliki banyak teman cewek karena aku
memang sedikit tomboy. Aku suka sekali bermain basket bersama
teman laki-laki yang mungkin berbeda kelas denganku. Beginilah
hidupku,harus berjuang bangun pagi untuk sekolah. Makan pagi semeja
dengan kakakku yang bodoh yang makan saja harus berantakan
kemana-mana seperti balita yang baru belajar makan.
6. Gaya Bahasa
Di dalam novel ini, pengarang menggunakan bahasa sehari-hari sehingga
mudah dimengerti. Selain itu, pengarang juga tidak menggunakan majas-
majas sehingga tidak membingungkan pembaca. Cerita dalam novel ini
benar-benar nyata sehingga begitu menyentuh siapapun yang
membacanya.
7. Amanat
 Secara implisit yaitu jika jalan keluar atau ajaran moral itu
disiratkan dalam tingkah laku tokoh menjelang cerita
berakhir,Sudjiman (1986:35).

a. Jangan pernah menyalahkan takdir yang ada karena itu tidak


ada manfaatnya, hanya akan membuang-buang waktu. Bukti
pendukungnya hal : 12

Kadang aku berpikir , mengapa kakakku bisa menjadi cacat


seperti ini ya? Dalam keluargaku, aku baik-baik saja, Ibu juga
baik-baik saja, begitu pula dengan Ayahku. Sempurna
b. Bagaimanapun keadaan kakak kita, kita harus tetap
menyayangi dan menghormatinya sebagai kakak. Bukti
pendukungnya hal :14
Sebenarnya aku merasa hubungan aku dengan kakakku baik-
baik saja. Sewaktu kecil, kami selalu bermain bersama, walau
kakakku ini idiot, tapi dia ini pandai berhitung .
Suatu ketika, ketika kami pergi ke mall, kakakku mencuri
boneka di sebuah toko. Pelayan toko itu langsung
memberitahukannya kepada ibuku, dan ibuku memberitahu
pelayan itu kalu kakakku ada masalah keterbelakangan
mental. Ternyata, boneka yang di curi itu adalah untukku
sebagai hadiah ulang tahunku. Aku senang sekali lalu
memeluk dan berterima kasih pada kakakku.
c. Sebagai kakak yang baik, kita harus selalu menyayangi Adik
kita sendiri walaupun Adik kita itu pernah berbuat salah
terhadap kita. Bukti pendukungnya hal :115
“ lihat saja ulah Adikmu, sama sekali tidak ada rasa terima kasih
walau kamu sudah memberikan uang tabungan kamu.”
“Tidak apa-apa bu...”
“lalu untuk kado ulang tahun dia nanti, kamu mau kasih apa?
Sedangkan uang kamu sudah habiskan diambil dia.”
“ Tidak tau ...Kakak bingung...”
“Meskipun Adik tidak menyukai Kakak, tapi Kakak akan selalu
sayang sama Adik.”
TUGAS BAHASA INDONESIA

RESENSI NOVEL “ MY IDIOT BROTHER “

NAMA : EMA RATNA SAPITRI


KELAS : XII.IPA_4

SMA NEGERI 1 SELONG

Anda mungkin juga menyukai