RESENSI NOVEL
1. Tema
Menurut pendapat Saad (1967:185), tema adalah persoalan
pokok yang menjadi pikiran pengarang, di dalamnya
terbayang pandangan hidup dan cita-cita pengarang
Ini sudah hari kedua adik dirawat di rumah sakit dan tidak ada perubahan .
Adik masih koma dan tak sadarkan diri. Dokter mengatakan jujur apa
adanya tentang kondisi Adik. “ Anak ibu membutuhkan darah yang sangat
banyak. Tidak mungkin darah dari kakaknya sendiri cukup, itu bisa membuat
jiwa kakaknya sendiri jadi terancam.”
Kakak berpikir saat itu dan merasa takut Aku tidak mendapatkan donor
sehingga ia memaksakan diri untuk mendonorkan darahnya. Kakak
memasuki ruangan dimana ia diambil darahnya. Seorang suster
mendekatinya. “Darah..darah untuk Adik..ambil...Kakak tidak ingin adik
mati.
“Tidak bisa. Belum ada izin dari dokter. Saya tidak bisa lakukan.”
Karena suster tidak mengizinkan, kakak nekad menusukkan dirinya dengan
jarum sehingga dokter pun datang dan bersedia mengambil darah kakak.
Bukti pendukungnya juga terdapat pada petikan novel hal: 134
Suatu malam, ibu tidur di dekatku. Kakak terbangun dari tidurnya karena
tidak melihat kado yang disiapkan kakak semalam. Kakak takut hadiah itu
hilang, lalu ia melihat suster menaruh buku itu dia atas lemari. Kakak ingin
mengambilnya dengan kursi. Kakak berhasil mengambil buku itu namun
tiba-tiba matanya berkunang-kunang dan jatuh dari kursi dengan kepala
menghantam meja. Semenjak kejadian itu, kata dokter kakak mengalami
hemofili akut karena kehilangan banyak darah dan lumpuh. Hingga pada
akhirnya Aku tak percaya kalau kakak sudah pergi untuk selamanya dengan
tenang.
2. Latar
Menurut Nadjid (2003:25) latar ialah penempatan waktu dan
tempat beserta lingkungannya dalam prosa fiksi
Menurut pendapat Aminuddin (1987:67), yang dimaksud dengan
setting/latar adalah latar peristiwa dalam karya fiksi baik berupa
tempat, waktu maupun peristiwa, serta memiliki fungsi fisikal dan
fungsi psikologis.
a) Latar Tempat
Latar tempat novel ini sudah disebutkan dengan jelas oleh
pengarang pada hal : 54, 21, dan 127 yakni di rumah, sekolah dan
rumah sakit.
“Aku main sama Kakak dulu di kamar. Ayahkan baru sampai,
istirahat saja...”.
Aku membawa kakakku, sesampainya di kamar, aku melepas
tanganku dengan kasar dan merebahkan tubuhku di ranjang.
Pernah suatu ketika, Ibu dan Kakakku datang menjemput aku ke
sekolah dengan mobil. Mereka menunggu ku di pintu gerbang.
Ibu hanya menangis melihat keadaanku dan kakakku pun ikut
menangis. Ia berjalan meninggalkan ibu menuju ruang Unit
Gawat Darurat. Ia melihatku yang tak sadarka diri dari balik pintu
setelah transfusi darah dan beberapa operasi kecil.
b) Latar waktu
Pengarang menuliskan dengan jelas soal waktu seperti pagi , siang
ataupun malam hari pada hal : 8, 118 , dan 134.
Adik...Adik.. bangun... sudah pagi...Adik harus sekola...”
Aku segera berjalan meninggalkan ruang tamu secepat mungkin
ketika melihat jam sudah menunjukkan pukul 16.35 WIB.
Acaranya sendiri akan dimulai pukul lima sore nanti, Aku tidak
mau telat.
Suatu malam ,Ibu tertidur di sampingku, Kakakku bangkit dari
ruangan ia mendodnorka darahnya untukku.
c) Latar Sosial
Di dalam novel ini, umumnya menggambarkan kebiasaan
seseorang, cara hidup, sikap dan bahasa. Tergambar pada petikan
novel hal : 20-21
Mereka menungguku di pintu gerbang saat bubaran sekolah, dengan
wajah kakakku yang idiot itu yang tampak sedang menghisap permen
lolipopnya dan yang menjijikkan adalah air liurnya yang berjatuhan ke
kerah bajunya yang sudah di pasang sapu tangan terikat oleh ibuku.
Dari cuplikan di atas, tampak latar sosial berdasarkan kebiasaan, cara
hidupnya, sikap dan usia.
3. Alur (plot)
Menurut Virgil Scoh( 1966 : 2),Plot adalah prinsip yang isensial dalam
cerita.
Menurut Morjorie Boulton( 1975 : 45),Plot adalah pengorganisasian
dalam novel atau penentu struktur novel.
(Aminuddin, 1987:83),Plot adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh
tahapan-tahapan peristiwa, sehingga menjalin suatu cerita yang
dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita.
Dalam novel ini, menggunakan alur maju yang di bagi menjadi tiga babak
yaitu bagian awal, konflik dan penyelesaian.
4. Penokohan
Menurut Panuti Sudjiman(1988:16), Tokoh merupakan
individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan
dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Tokoh pada
umumnya berwujud manusia, tetapi dapat juga berwujud
binatang atau benda yang diinsankan.
Panuti Sudjiman (1966:25), Tokoh merupakan bagian atau
unsur dari suatu kebutuhan artistik yaitu karya sastra yang
harus selalu menunjang kebutuhan artistic.
Stanto(1965:17),Yang dimaksud dengan tokoh utama ialah
tokoh yang aktif pada setiap peristiwa, sedangkan tokoh
utama dalam peristiwa tertentu .
a. Tokoh Aku
Tokoh ini begitu berperan dalam novel ini karena dari tokoh inilah kita
bisa tahu jalan ceritanya. Pengarang menggambarkan tokoh ini sebagai
gadis yang benci terhadap kakaknya sendiri, angkuh namun baik, cuek.
Bukti pendukungnya terdapat pada hal : 59
“Angel, kenapa kamu benci sama kakakmu sendiri? Apakah menurutmu
itu hal yang benar ?”
Aku terdiam beberapa saat kemudian memutuskan untuk mengatakan
semuanya.
“Angel cuma malu dengan teman-teman yang suka ledekin Kakak idiot.
Angel sudah bilang sama Ibu, jangan jemput Angel di sekolah kalau
sama Kakak, tapi Ibu sengaja tidak dengar apa yang Angel mau!!”
b. Hendra
Pengarang menggambarkan tokoh Hendra sebagai kakak yang
penyayang, sabar, memiliki keterbelakangan mental, dan baik. Bukti
pendukungnya terdapat pada kutipan novel hal :96
“sudah berapa lama kakak menyimpan uang itu?”
“sudah lama ibu... ini sudah terkumpul banyak untuk hadiah adik...”
“Adikmu tidak pernah berterimakasih dan baik padamu, mengapa
kamu mau mengumpulkan uang saku untuk membelikan ia kado
ulang tahun?”
“ Adik sayang Kakak...Kakak juga sayang Adik...tak apa-apa...”
c. Agnes
Pengarang menggambarkan tokoh Agnes sebagai gadis yang jahat, iri,
dengki, dan pembohong. Bukti pendukungnya pada hal :23
“Itu siapa loe? Adik, Kakak, atau...peliharaan loe?” kata Agnes yang
disambut tawa oleh kedua temannya.
“Halo anak cacat! Pantesan loe bego banget di kelas, secara kakaknya
cacat. Alhamdulillah ya...sesuatu itu pasti ada sebabnya,”kata Agnes
mengejek sambil meirukan gaya ala Syahrini.
Agnes dan kawan-kawannya melihat Aji dan Angel sedang bermain
basket bersama, “kok si Aji bisa ngobrol sama Angel sih? Rese
banget!!” kata fifi. Dasar tuh cewek. Gatel banget , gak tau apa kalau
kita-kita juga suka?
d. Aji
Tokoh Aji memiliki sifat yang baik hati, penyabar, dan sayang sama
keluarga. Bukti pendukungnya yaitu pada hal :88
“Gue dulu punya kakak cewek, tapi sayang dia udah meninggal karena
sakit. Makanya Gue sekeluarga pindah ke singapore untuk ngobatin
dia. Setahun lamanya bertahan, kanker itu akhirnya merenggut
nyawanya... “Sorry... turut berduka cita...”
“Gak apa-apa, santai aja. Yang penting buat gue dia udah tenang di
sana, dibanding harus menderita melawan penyakitnya. Tuhan pasti
memilih jalan terbaik buat dia. Dan mungkin memang itulah caraNya.”
5. Sudut Pandang (point of view)
Atar Semi (1988:51) yang menyebutkan istilah sudut pandang, atau
point of view dengan istilah pusat pengisahan, yakni posisi dan
penobatan diri pengarang dalam ceritanya, atau darimana pengarang
melihat peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam cerita itu.
Lebih lanjut Atar Semi (1988:57-58) menegaskan bahwa titik kisah
merupakan posisi dan penempatan pengarang dalam ceritanya.
Cara pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita yang
dipaparkannya disebut sudut pandang, atau biasa diistilahkan dengan
point of view (Aminuddin, 1987:90).
Di dalam novel ini, pengarang menggunakan sudut pandang orang pertama
sebagai tokoh utama karena pengarang memposisikan dirinya sebagai tokoh Aku.
Bukti pendukungnya yaitu pada hal :10
Di sekolah baruku, aku tidak memiliki banyak teman cewek karena aku
memang sedikit tomboy. Aku suka sekali bermain basket bersama
teman laki-laki yang mungkin berbeda kelas denganku. Beginilah
hidupku,harus berjuang bangun pagi untuk sekolah. Makan pagi semeja
dengan kakakku yang bodoh yang makan saja harus berantakan
kemana-mana seperti balita yang baru belajar makan.
6. Gaya Bahasa
Di dalam novel ini, pengarang menggunakan bahasa sehari-hari sehingga
mudah dimengerti. Selain itu, pengarang juga tidak menggunakan majas-
majas sehingga tidak membingungkan pembaca. Cerita dalam novel ini
benar-benar nyata sehingga begitu menyentuh siapapun yang
membacanya.
7. Amanat
Secara implisit yaitu jika jalan keluar atau ajaran moral itu
disiratkan dalam tingkah laku tokoh menjelang cerita
berakhir,Sudjiman (1986:35).