Anda di halaman 1dari 1

 Latar Belakang Krisis Keuangan Euro 2012

Krisis keuangan yang melanda Uni Eropa pada tahun 2012, Eropa mengalami
krisis mata uang Euro yang terburuk pada tahun 2012. Krisis ini terjadi akibat
kesalahan desain Uni Moneter Eropa (EMU) yang menjadikan euro sebagai alat tukar
sejak 1 Januari 1999.

Penggunaan euro merupakan kelanjutan dari pembentukan pasar bersama di UE yang


meniadakan hambatan perdagangan barang dan jasa ataupun mobilitas tenaga kerja serta
faktor produksi lain antarnegara. Pasar bersama dan penggunaan euro mempererat
keterkaitan perekonomian Eropa. Kebijakan moneter di 17 negara anggota ditetapkan oleh
Bank Sentral Eropa (ECB) yang didirikan tahun 1998. Sebagai lembaga independen, ECB
dilarang membeli obligasi negara-negara anggotanya di pasar perdana.
Kesalahan desain pertama, tak adanya otoritas fiskal yang terpusat untuk mendukung
penggunaan euro yang mengatur harmonisasi pemungutan pajak, menerbitkan obligasi, dan
mengatur transfer antarnegara untuk mengatasi siklus perekonomian regional. Juga tak ada
lembaga terpusat yang mengawasi implementasi Perjanjian Maastricht 1997 yang
membatasi defisit anggaran negara maksimum 3 persen PDB tahunan dan menetapkan pagu
rasio utang negara sebesar 60 persen.
Dalam realitas, negara-negara yang kini dilanda krisis terus-menerus melanggar kedua
aturan itu melalui rekayasa finansial dan transaksi derivatif yang sangat kompleks. Peringkat
pasar surat utang negara-negara yang mampu melunasi utangnya merosot drastis sehingga
meningkatkan tingkat bunga obligasi dan beban pelunasan utangnya. Karena tingginya rasio
utang, negara yang dilanda krisis tak punya peluang merangsang pertumbuhan lewat
ekspansi fiskal yang dibelanjai dengan surat utang negara.
Kesalahan desain kedua, tak adanya lembaga yang mengawasi harmonisasi kebijakan
ekonomi dan sosial yang dapat memengaruhi daya saing ekonomi nasional negara anggota.
Rendahnya daya saing kelima negara yang mengalami krisis tecermin pada defisit neraca
berjalan pada neraca pembayaran yang terus membengkak dan hubungan ekonomi dengan
negara anggota zona euro di belahan utara Eropa, seperti Jerman, Austria, dan Belanda.
Karena produktivitas tenaga kerjanya yang tinggi, Jerman punya daya saing untuk
mengekspor mesin-mesin dan mobil mewah ke seluruh dunia. Kunci daya saing Jerman
adalah sistem pengupahan yang fleksibel dan sistem pensiun yang tidak membebani
anggaran negara.
Kesalahan desain ketiga, tak adanya lembaga sentral yang memelihara stabilitas industri
keuangan yang mengatur serta mengawasi bank dan lembaga-lembaga keuangan lain yang
berlaku di semua negara anggota. Padahal, EMU yang semakin meniadakan hambatan lalu
lintas modal antarnegara telah mengintegrasikan pasar keuangan di seluruh zona euro.
Pengaturan dan pengawasan lembaga keuangan di setiap negara anggota tetap dalam
kewenangan bank sentral masing-masing. Zona euro juga tak memiliki asuransi deposito
ataupun lembaga yang menangani krisis perbankan.

Referensi : https://money.kompas.com/read/2012/06/01/02030863/krisis.eropa.dan.kita?
page=all (Diakses pada 20 April 2022)

Anda mungkin juga menyukai