Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Negeri Maulana Malk Ibrahim
Malang
Pendahuluan
Sampai pada dua puluh tahun terakhir ini, kebijakan nilai tukar di Negara kawasan
ASEAN akan terus menerus dijadikan obyek observasi kritis oleh para ahli peneliti. Kajian
kritis tersebut diantaranya mengenai kepedulian tentang Negara-negara kawasan ASEAN
dalam mendapatkan keunggulan kompetitif melalui depresiasi mata uang mereka, implikasi
rezim nilai tykar pada implementasi kebijakan moneter, dan pandangan mengenai mata uang
(Euro) yang merupakan suatu cerminan dari adanya struktur kekuatan ekonomi global.
Salah satu Negara yang telah berpengalaman dalam membentuk mata uang tunggal
yaitu Negara di wilayah Eropa Union. Diberlakukannya mata uang Euro secraa resmi pada 1
Januari 2002, telah menandai tahap akhir dari persatuan moneter Uni Eropa (UE). Economic
and Monetary Union (EMU) yang secara historis belum pernah terjadi sebelumnya, termasuk
kriteria konvergensi ekonomi secara ketat, dan tidak diimbangi di tingkat Uni Eropa,
sehingga pemerintah menerapkan kebijakan fiscal pan-EU.
Pembahasan
Wacana mata uang tunggal ASEAN tidak dapat dipisahkan dari rencana integrasi
ekonomi yang dicanangkan dalam visi ASEAN tahun 2020. Walaupun bukan merupakan
tujuan utama dari visi tersebut, wacana ini kerap muncul kepermukaan. Hal ini terjadi
setidaknya didorong oleh dua hal : 1. Keenderungan untuk mengacu pada penerapan konsep
integrasi ekonomi yang dilakukan oleh Uni-Eropa yang menerapkan mata uang tunggal, 2.
Penyatuan mata uang merupakan puncak dari konsep integrasi ekonomi.
Integrasi ekonomi di sebuah kawasan pada dasarnya tidak perlu selalu berujung pada
penerapan mata uang tunggal di kawasan ASEAN. Penetapan mata uang tunggal berpotensi
untuk meningkatkan efisiensi kinerja perekonomian anggotanya. Peningkatan efisiensi
tersebut muncul lewat beberapa hal, antara lain :
Kriteria ekonomi yang perlu dipenuhi oleh kawasan optimal bagi penerapan mata
uang utnggal setidaknya meliputi beberapa aspek berikut :
Hambatan utama bagi diterapkannya mata uang tunggal di ASEAN muncul dari
tingkat pembangunan ekonomi Negara-negara ASEAN yang masih cenderung tidak seragam
(tidak menunjukkan konvergensi). Wa;aupun kesenjangan tingkat pembangunan ekonomi ke-
5 negara ASEAN tersebut akhir-akhir ini menunjukkan kecenderungan yang makin mengecil,
hal ini tetap akan menyebabkan insentif untuk mengejar tingkat pertumbuhan tinggi dengan
menstimulasi perekonomian melalui kebijakan moneter ataupun fiscal tetap relative tinggi.
Aspek ini akan menyebabkan sulitnya menjaga komitmen yang solid untuk mempertahankan
kesepakatan mata uang tunggal bagi Negara-negara anggota.
Dengan demikian, jika penetapan mata uang tunggal tetap dipaksakan untuk
dilaksanakan tanpa diikuti desain dan komitmen yang mapan, hambatan ekonomi ini akan
dapat mengancam keberlangsungan kesepakatan mata uang tunggal tersebut. Hambatan yang
lebih besar muncul dari sudut prakondisi politik untuk mendukung terbentuknya kawasan
mata uang tunggal di ASEAN. Setidaknya ada dua hal yang menyebabkan tersumbatnya jalur
prakondisi politik ini untuk mendukung penerapan kawasan uang tunggal di ASEAN.
Pertama, penentuan Negara atau uang jangkar yang dapat secara bersama diterima sebagai
acuan bagi penetapan kebijakan moneter komunal bagi seluruh Negara anggota. Kedua,
upaya untuk membentuk kawasan mata uang tunggal di ASEAN juga perlu didukung oleh
persyaratan-persyaratan yang mengikat bagi anggotanya untuk bekerja sama secara
transparan dalam pertukaran informasi tentang perkembangan ekonominya masing-masing.
Dari gambaran diatas, nampaknya masih terlalu dini bagi Negara-negara ASEAN
untuk secara serius melangkah pada implementasi dari wacana pembentukan kawasan mata
uang tunggal. Walaupun sebagian prakondisi ekonomi untuk pembentkan kawasan mata uang
tunggal telah secara berlanjut makin terpenuhi, disparitas tingkat pembangunan ekonomi
Negara-negara anggota ASEAN sendiri nampaknya masih akan tetap muncul sebagai
hambatan. Prakondisi politik dari proses ini juga nampaknya masih merupakan hambatan
besar bagi munculnya capaian konkrit ke arah ini dalam waktu dekat. Oleh karenanya,
wacana pembentukan kawasan mata uang tunggal di ASEAN masih cenderung merupakan
sebuah target jangka panjang yang belum perlu digarap secara terburu-buru.
Penutup