Abstract
___________________________________________________________________
This design processes the visual form of the hornbill to be used as a motif design that is applied to
a ready-to-wear outer kimono with a Kalimantan ethnic theme. The formulation of the problem in
this design is to convey an issue that occurs in the hornbill with textile fashion media that will be
used by teenagers-adults with an age range of 20-30 years. This design uses a design approach that
goes through several processes, namely; exploration, extraction, termination point (Palgunadi,
2007:266-268). Through this approach, the author explores and explores information related to the
concept as a whole, and analyzes the design made to determine the conclusions and solutions made
in order to determine the existing conclusions and solutions. The result of this design is an outer
kimono that has a hornbill motif design with a typical appearance of the Kalimantan ethnic.
Processing the motif design into cloth will use the concept of batik technique with a mixture of hot
paraffin wax as a color barrier medium, and the visualization of the work is made as relative as
possible with the typical pattern of the Dayak Kalimantan tribe.
Alamat korespondensi: ISSN 2252-7516
Fakultas Seni Rupa dan Desain, Universitas Sebelas Maret
E-ISSN 2721-8961
Email : mrifkyp69@gmail.com
1
Muhammad Rifky Purwanto & Setyawan / Arty : Jurnal Seni Rupa 11 (1) 2022
2
Muhammad Rifky Purwanto & Setyawan / Arty : Jurnal Seni Rupa 11 (1) 2022
dan adat istiadat, maka perburuan masih salah satu satwa yang memiliki nilai tradisi yang
terus terjadi yang dilakukan dengan alasan kuat dan juga salah satu keanekaragaman hayati
untuk adat. Namun seiring dengan waktu, di indonesia. Keindahan bentuk Burung
terjadi perubahan pola perburuan Burung Rangkong dan ragam hias Dayak baik dari segi
Rangkong. Saat ini perburuan sudah visual maupun filosofis mewakili konsep
mengarah ke perdagangan dan penciptaan yang menekankan pada
diperjualbelikan secara ilegal. penggambaran sifat-sifat keindahan, kehidupan,
Dari permasalahan diatas akan ketenangan, keseimbangan, dan sebagainya.
menciptakan peluang untuk mengkombinasikan Konsep penciptaan mengacu pada bentuk, teknik
produk-produk fashion yang sedang disukai pembuatan, dan permainan warna yang akan
konsumen remaja-dewasa dengan rentan usia diterapkan pada karya. Selain dalam bentuk,
20-30 tahun. Perancangan kali ini akan teknik dan warna perlu juga diperhatikan nilai
menciptakan sebuah produk yang memiliki estetika pada karya ini. Nilai estetika terbentuk
pesan mengenai isu yang terjadi pada Burung dari komposisi bentuk dan desain, penggunaan
Rangkong. Dalam perancangan kali ini penulis warna serta prinsip-prinsip penyusunan desain.
akan melakukan eksplorasi gaya visual yang Pengkombinasian pada karya ini lebih
terdapat pada suku Dayak untuk diaplikasikan menonjolkan corak tato tradisional suku Dayak
kedalam pakaian siap pakai dengan kesan etnik berupa Burung Rangkong sebagai motif utama,
khas suku Dayak Kalimantan. Pembuatan karya kemudian corak tato Tumbuhan Pakis dan Bunga
ini menerapkan kombinasi bentuk Burung Terong dijadikan sebagai motif pendukung.
Rangkong dan ragam hias suku Dayak berupa Desain motif yang diterapkan pada karya studio
corak tato tradisional suku Dayak ke dalam ini lebih menggambarkan simbol-simbol dari
desain motif tekstil yang diaplikasikan menjadi visualisasi masyarakat suku Dayak terhadap
kain panjang yang nantinya dibuat menjadi burung tersebut. Warna yang digunakan
sebuah outer kimono yang memiliki kesan etnik mengacu pada warna-warna baju tradisional
Kalimantan. Burung Rangkong dan ragam hias Sapei khas suku Dayak yang cenderung cerah
tato tradisional suku Dayak diwujudkan melalui seperti hijau, biru, kuning, merah, jingga, putih
konsep teknik batik berupa merintang warna dengan warna latar belakang hitam. Setelah
menggunakan campuran malam parafin panas desain sudah jadi kemudian desain tersebut
dan menggunakan pewarna remasol. direalisasikan pada media kain menggunakan
Burung rangkong dan ragam hias tato konsep teknik batik dengan menggunakan
tradisional suku Dayak ini menginspirasi saya campuran malam parafin panas sebagai
dalam pembuatan Tugas Akhir. Penulis perintang warna, dan setelah kain jadi, kain
menggunakan Burung Rangkong dan ragam hias tersebut diproses menjadi sebuah busana
corak tato tradisional suku Dayak berupa motif berupa outer kimono.
Bunga Terong dan Tumbuhan Pakis karena Pengembangan desain motif dalam
penulis turut prihatin dengan menurunnya perancangan ini menggunakan pendekatan
populasi Burung Rangkong yang merupakan desain yang melewati tiga proses, yakni proses
3
Muhammad Rifky Purwanto & Setyawan / Arty : Jurnal Seni Rupa 11 (1) 2022
4
Muhammad Rifky Purwanto & Setyawan / Arty : Jurnal Seni Rupa 11 (1) 2022
yang dijadikan sebagai rujukan yaitu Outer berupa masyarakat kalangan remaja sampai
Tenun Sepinggang dari Kainesia, Good an Evil dewasa.
Free Size Kimono Shirt dari Irezumi Empire, dan Desain ini nantinya dibuat
Demon Slayer Tomioka Giyuu Cloak Kimono dari menggunakan gaya etnik khas Kalimantan
Sakura Anime Toys yang dapat di beri motif dengan pemilihan komposisi warna khas baju
burung Rangkong kemudian dengan adat Sapei yang dilatar belakangi warna hitam
pengkombinasiaan selera pasar remaja-dewasa dan warna-warna cerah seperti warna merah,
dengan rentang usia 20-30 tahun yaitu outer kuning, hijau, biru pada motifnya. Untuk
kimono. keseluruhan desain akan didominasi warna
hitam kemudian ditambah aksen motif
KONSEP PERANCANGAN diberbagai sisi. Kemudian untuk perancangan
Konsep perancangan pada kali ini pakaian siap pakai menggunakan pola kimono
adalah mengolah desain motif dengan ide modern yang menyesuaikan gaya fashion masa
kolaborasi isu terancap punahnya Burung sekarang. Dalam pengaplikasianya desain ini
Rangkong dengan penggayaan motif tato mempertimbangkan nilai keindahan yang
tradisional suku Dayak yang direalisasikan didasarkan bentuk-bentuk khas tato tradisional
dengan menggunakan konsep teknik batik Kalimantan yang sudah diolah menjadi motif
dengan menggunakan campuran malam parafin untuk menampilkan busana modern dengan
panas sebagai media perintang warna untuk nuansa klasik tradisional budaya. Hal tersebut
diaplikasikan kedalam pakaian siap pakai untuk menarik perhatian pasar berupa pria dan
berupa outer kimono. Perancangan ini wanita dalam rentan usia 20-30 tahun. Tujuan
didasarkan pada adanya perbedaan fungsi akhir dari pengembangan desain motif tersebut
sebuah motif tato tradisional suku Dayak yang ialah dapat diterima dimasyarakat dan
bermedia tubuh atau kulit manusia menjadi kain tersampaikan pesan dari arti desain motifnya.
sebagai media pengganti dan diolah menjadi Beberapa aspek yang di perhatikan dalam
produk outer. Perbedaan fungsi tersebut proses perancangan ini adalah sebagai berikut:
menjadi sebuah permasalahan bagaimana 1. Aspek Teknik
mengolah bentuk tato menjadi sebuah desain Teknik yang digunakan dalam
motif yang cocok dengan pakaian siap pakai perancangan kali ini adalah dengan
seperti outer kimono. Maka dari itu perancangan menggunakan teknik perintang malam panas
kali ini bertujuan untuk membuat sebuah desain yang digunakan dalam proses pembuatan kain
motif dengan motif berupa tato tradisional suku batik, namun malam yang di gunakan akan di
Dayak yang memiliki arti kuat dan makna campur dengan parafin yang menghasilkan
filosofis tentang Burung Rangkong. Perancangan visual retakan. Perancangan ini diawali dengan
ini akan mengkolaborasikan kesan etnik dan pembuatan sketsa dan desain, kemudian
budaya yang dikemas dengan gaya fashion masa memberi warna dasar pada kain menggunakan
sekarang, agar dapat diterima oleh pasar yang pewarna remasol. Setelah warna dasar sudah
didapatkan langkah berikutnya membuat pola
5
Muhammad Rifky Purwanto & Setyawan / Arty : Jurnal Seni Rupa 11 (1) 2022
motif yang sudah dibuat pada kain membuat sensasi sejuk ketika bersentuhan
menggunakan pencil/kapur. Kemudian tutup dengan kulit. Hal tersebut membuatnya
dengan campuran cairan malam parafin panas nyaman untuk dipakai.
dibagian motif yang di inginkan dengan benar,
kemudian bagian yang tertutup campuran 3. Aspek Estetis
malam dengan parafin ditekan atau diremas Asepek estetis merupakan dasar dari
sehinga terbentuk retakan yang nantinya sebuah perancangan yang memiliki
menjadi jalur warna berikutnya untuk masuk hubungan dengan nilai keindahan dari
dan untuk bagian yang tidak ditutupi malam wujud visualisasi karya. Desain ini akan
ditimpa oleh warna hitam untuk menjadi warna mengolah corak-corak tato tradisional suku
background desain. Teknik ini dipilih karena Dayak yang memvisualkan Burung
dapat diaplikasikan di kain katun yang memiliki Rangkong, Tumbuhan Pakis, dan Bunga
tekstur lembut, nyaman di kulit, dan sejuk, cocok Terong yang di terapkan kedalam kain
bila dirancang menjadi sebuah outer kimono di dengan teknik merintang warna dengan
lingkungan tropis seperti di Indonesia. malam panas, dan memakai warna cerah
dengan background hitam, serta
2. Aspek Bahan
mempertimbangkan komposisi yang tepat
Pemilihan bahan yang sesuai dengan
dalam pengaplikasiannya ke dalam pakaian
fungsinya juga sangat menentukan kualitas
outer kimono.
produk tekstil. Aspek bahan pada perancangan
ini mencakup jenis kain yang menunjang visual 4. Aspek Fungsi
yang diciptakan, nyaman digunakan serta sesuai
Perancangan desain kali ini, kain yang
dengan keinginan konsumen. Kain katun
diproduksi akan difungsikan sebagai
primisima dirasa cocok dipilih menjadi bahan
pakaian remaja dewasa pria dan wanita
dasar dari pembuatan desain ini. Katun bersifat
dengan rentang usia 20-30 tahun. Pada usia
kuat dan tahan lama. Namun, perlu dirawat
tersebut masyarakat memilih pakaian
dengan cara yang tepat. Tekstur dari kain
dengan desain simple dengan warna-warna
katun sendiri halus dan lembut karena
aman seperti hitam untuk menetralkan gaya
dibuat dari serat alami yaitu serat tanaman
berpakaian mereka yang cenderung kurang
kapas. Katun pada umumnya tidak
menyukai warna mencolok, sehingga hal
membuat alergi atau membuat kulit iritasi.
tersebut cocok dengan karakter desain ini
Tanpa harus membuat kulit menjadi lembab,
kain katun mampu menyerap keringat yang menggunakan warna dasar hitam yang
dapat menetralkan gaya berpakaian mereka.
dengan baik, sangat cocok digunakan oleh
masyarakat yang tinggal di ikim tropis.
5. Segmen Pasar
Katun bisa dipakai dalam berbagai jenis
cuaca seperti panas atau dingin. Ia masih Sasaran pasar yang dituju untuk
berfungsi dengan baik. Kain katun pun perancangan kali ini adalah remaja – dewasa
6
Muhammad Rifky Purwanto & Setyawan / Arty : Jurnal Seni Rupa 11 (1) 2022
dengan rentang usia 20-30 tahun golongan kini. Produk ini nantinya dijual dengan
menengah. Hal tersebut didasarkan atas kisaran harga Rp. 350.000 – Rp. 450.000
pertimbangan desain yang baik, pemilihan tergantung banyak dan kerumitan motif
kualitas bahan yang menunjang, serta yang dibuat.
sasaran konsumen yang bisa mengapresiasi
hasil karya yang bernuansa tradisional yang
dikemas menyesuaikan trend busana masa
7
Muhammad Rifky Purwanto & Setyawan / Arty : Jurnal Seni Rupa 11 (1) 2022
No Gambar Keterangan
1. Uji coba teknik dengan menggunakan teknik ikat
celup sebagai warna dasar kain, kemudian ditutup
dengan malam panas pada bagian yang telah di beri
pola motif, setelah malam dingin dan mengeras,
diberikan warna hitam pada kain yang tidak terkena
malam.
8
Muhammad Rifky Purwanto & Setyawan / Arty : Jurnal Seni Rupa 11 (1) 2022
Burung Rangkong biasanya dikenal sumber pakan yang biasa diambil di pohon dan
dengan nama lain Burung Enggang oleh bukan dari tanah. Saat makan buah, burung
dikenali dengan ciri khas tubuhnya, berupa makanannya. Pertama memasukan buah melalui
ringan. Terdapat pula struktur tambahan di diproses dalam saluran pencernaan, bijinya akan
bagian atas paruh; balung atau casque yang di keluarkan bersamaan dengan kotoran. Cara
hanya dimiliki oleh Enggang. Namun, setiap jenis yang kedua buah dilumat di dalam paruh untuk
memiliki perbedaan warna bulu, bentuk, ukuran, memisahkan biji dari buahnya yang telah ditelan.
dan warna balungnya. Balung yang terbentuk Burung Rangkong atau Enggang adalah
sebagian besar memiliki struktur berongga yang petani yang tangguh karena kehebatanya
diperkirakan berfungsi sebagai ruang dengung menebar benih dan biji tanaman hutan. Biji-biji
suara. Tetapi pada jenis Rangkong Glading, tersebut tersebar melalui sisa lumatan buah
mempunyai balungnya lebih kompak dan padat. yang dimakan dan kotoranya yang dimana
Enggang merupakan salah satu jenis burung pencernaan burung ini tidak bisa mencerna biji
bertubuh besar dengan Panjang tubuh bervariasi buah tersebut. Dengan daya jelajahnya yang
antara 65-170 cm dan berat tubuh 290-4200 gr. mencapai hampir 100 ribu hektar, regenerasi
Burung jantan memiliki warna bulu yang lebih hutan pun terbantu oleh enggang (Hadiprakarsa
mencolok dan ukuran tubuh yang lebih besar et al., 2018). Kehadiran Enggang dihutan
dari pada betina. Hampir seluruh tubuh tertutup menunjukan bahwa pepohonan besar masih ada
oleh bulu dengan berbagai warna; hitam, abu- wilayah tersebut. Sebaliknya, populasi Enggang
abu, putih dan sedikit variasi warna lain (kuning berkaitan erat dengan kondisi hutan yang sehat
dan merah) pada bagian kulit leher, kepala, dan karena ia membutuhkan beragam pohon buah
lingkar mata (Hadiprakarsa et al., 2018). sebagai pakan dan pohon besar yang berlubang
Burung Rangkong atau Enggang sebagai untuk bersarang. Dengan kata lain, menjaga
hewan pada dasarnya memerlukan nutrisi untuk Enggang berarti menjaga hutan.
tumbuh berkembang, enggang di Asia 99% Burung Enggang adalah salah satu jenis
makan buah-buahan atau bersifat frugivora, burung berparuh besar yang memiliki
namun saat musim berbiak atau sumber buah karakteristik unik, dari total 32 jenis Enggang di
sedikit cendurung memakan binatang lain atau Asia, hampir setengahnya berada di indonesia,
bersifat omnivore. Sedangkan enggang di Afrika tiga jenis antaranya bersifat endemik. Untuk itu,
serangga. Usia burung, jenis kelamin, musim perlindungan populasi Enggang di Asia
menentukan seberapa banyak makanan yang Pemerintah No. 7 Tahun 1999, Seluruh jenis
9
Muhammad Rifky Purwanto & Setyawan / Arty : Jurnal Seni Rupa 11 (1) 2022
Enggang di Indonesia termasuk dalam daftar Gading (Rhinoplax vigil) telah di export ke China
satwa yang dilindungi. Menurut daftar merah di jaman dinasti Ming sebagai simbol
IUCN, dari 13 jenis Enggang yang tersebar, satu keberuntungan. Di indonesia ancaman berupa
di antaranya berada dalam status Critically perburuan tidak banyak di ketahui jumlahnya,
Endangered (CR) yakni terancam punah, tiga tapi diyakini burung ini merupakan salah satu
jenis berstatus Vulnerable (VU) atau dalam target perburuan untuk konsumsi maupun
kondisi rentan, empat jenis berstatus Near peliharaan.
Threatened (NT) atau dalam kondisi hampir 2. Keberadaan Burung Rangkong pada
terancam, serta lima jenis lainya berstatus Least Masyarakat Suku Dayak.
Concern (LC); belum masuk daftar satwa
Burung Rangkong bagi masyarakat pulau
terancam punah.
Kalimantan khususnya masyarakat Suku Dayak
Rangkong Gading (Rhinoplax vigil) adalah
disebut sebagai burung Enggang. Dalam
jenis yang menduduki posisi satu tahap menuju
kepercayaan masyarakat suku Dayak Kenyah
punah, atau Critically Endagered (CR). Status ini
dikatakan bahwa burung Enggang merupakan
meningkat hanya dalam waktu 3 tahun, dari Near
burung yang dianggap mempunyai kelebihan
Threatened (NT) menjadi Critically Endangered
tertentu yaitu sebagai lambang yang sering
(CR) akibat maraknya perburuan dan hilangnya
digunakan orang untuk berbagai keperluan
hutan sebagai habitat Rangkong Gading
seperti tanda-tanda bahaya, dan sebagainya
Burung Rangkong hanya berkembang
(Sedyawati et al., 1995:47).
biak pada hutan hujan tropis, terutama di pulau
Burung Rangkong atau Enggang secara
Kalimantan. Namun semakin hari populasi
denitasi menjadi figure motif Enggang adalah
Burung Rangkong di Indonesia makin menurun.
Burung Enggang Gading (buceros/rhinoplax
Hal ini disebabkan oleh berkurangnya habitat
vigil) yang memiliki habitat di Semenanjung
karna pembukaan lahan terhadap hutan,
Malaya, Sumatera, dan Kalimantan. Burung
berkurangnya sumber makanan dan tempat
Enggang Gading hidup di hutan, bersarang di
untuk bersarang dan perburuan liar. seluruh
pohon yang tinggi dan membuat lubang di
jenis burung rangkong (Bucerotidae) di
dalamnya. Dalam masyarakat suku Dayak
indonesia merupakan satwa yang dilindungi
Kenyah terdapat makna konotasi mengenai
melalui Undang-undang No. 5 tahun 1990
motif Burung Enggang dikarenakan sifat-sifat
tentang Konservari Sumber Daya Alam Hayati
unik dan cara hidup yang dibawa oleh Burung
(Dewan Perwakilan Rakyat, 1990) dan
Enggang (Marlina, 2017:14).
Ekosistemnya dan Peraturan Pemerintah No. 7
Burung Enggang memiliki kebiasaan
Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan
hidup yang cukup unik dimana ketika sedang
Satwa (Peraturan Pemerintah Republik
berkembang biak, induk Burung Enggang betina
Indonesia, 2011). Selain itu perburuan liar dan
akan mengerami telur (inkubasi) dalam lubang
perdagangan ilegai yang memperdagangkan
pohon yang ditutup dengan tanah liat dan
Burung Enggang sebagai hewan peliharaan dan
menyisakan satu lubang yang hanya cukup untuk
sebagai hiasan. Bahkan tulang dari Rangkong
10
Muhammad Rifky Purwanto & Setyawan / Arty : Jurnal Seni Rupa 11 (1) 2022
dilewati paruhnya saja. Selama proses ini Burung satu dengan lainnya. Hal tersebut berkembang
Enggang betina akan bergantung pada Burung menjadi lebih jauh menjadi mitos yang diyakini
Enggang jantan dalam memenuhi kebutuhan oleh suku Dayak Kenyah dan menjadi salah satu
makanan. Dimana Burung Enggang jantan akan dasar dari paham animisme. Mitos tersebut
berkeliling hutan dan mencari makanan untuk mengenai asal-usul nenek moyang mereka yang
pasanganya sampai telurnya menetas hingga diyakini turun dari langit kemudian datang ke
tumbuh menjadi Burung Enggang muda. bumi dengan mengambil perwujudan burung
Burung Rangkong atau Enggang Enggang. Seperti motif binatang lainnya Burung
memiliki perilaku unik ketika sarang burung Enggang adalah motif yang diistimewakan hanya
Enggang betina dan anak-anaknya sudah tidak boleh digunakan oleh kaum paren. Motif Burung
cukup untuk menampung mereka, maka Burung Enggang dianggap sebagai simbol “Alam Atas”
Enggang betina akan memecahkan sarangnya yaitu alam kedewataan bagi suku Dayak Kenyah
dan membangun lagi sarang yang baru. Setelah (Marlina, 2017:14).
anak Burung Enggang sudah bertumbuh sedikit Masyarakat suku Dayak memiliki baju
besar, Burung Enggang betina dan Burung adat, salah satunya adalah pakaian adat Sapei
Enggang jantan akan bersama-sama mencari yang dikenakan oleh masyarakat dari suku
makanan untuk anak-anaknya hingga mereka Dayak Kenyah di Kalimantan Timur. pakaian
mampu membuat sarang sendiri. Sebagian besar adat ini berbentuk seperti pakaian rompi unisex
rangkong setia dengan pasanganya(monogami) atau dapat dipakai baik laki-laki maupun
(Hadiprakarsa et al., 2018). Mungkin akan perempuan, bewarna hitam dengan motif hias
menjadi kisah tragis adalah jika saat masa yang terburat dari manik-manik berwarna cerah.
inkubasi, Burung Enggang jantan tertembak mati Motif dalam pakaian adat suku Dayak Kenyah
oleh pemburu atau terjebak dalam kebakaran juga dikenal dengan perwujudannya yang begitu
hutan, maka Burung Enggang betina akan terus kuat dengan unsur dekoratif yang meriah
menanti pasangannya kembali hingga dirinya dengan penekanan warna yang terlihat sangat
mati dalam kelaparan. kontras. Jika dibandingkan beberapa motif sub-
Sifat Burung Enggang ini yang kemudian sub suku Dayak lainnya seperti Klemantan,
sebagian dijadikan filosofi hidup oleh suku Murut, Punan, Iban, Ngaju, dan Ot Danum
Dayak Kenyah, dimana Burung Enggang umumnya memiliki motif yang
memiliki tubuh yang besar, paruh dan bulu yang penggambarannya lebih sederhana dan memiliki
indah, namun juga terdapat jiwa pemberani, komposisi yang tidak terlalu ramai dan padat
pekerja keras, rendah hati, dan setia. Itulah selayaknya motif dari suku Dayak Kenyah
mengapa pada setiap ujung atas atap rumah (Marlina, 2017:3).
lamin sering dihiasi dengan ornamen Burung
Enggang yang lagi bertengger. Tradisi ini sebagai
wujud harapan agar rumah yang mereka tinggali
senantiasa aman dan nyaman, serta keluarga di
dalamnya akan terus saling mengasihi antara
11
Muhammad Rifky Purwanto & Setyawan / Arty : Jurnal Seni Rupa 11 (1) 2022
12
Muhammad Rifky Purwanto & Setyawan / Arty : Jurnal Seni Rupa 11 (1) 2022
13
Muhammad Rifky Purwanto & Setyawan / Arty : Jurnal Seni Rupa 11 (1) 2022
VISUALISASI DESAIN
Hasil dari perancangang ini adalah 5
desain yang merupakan wujud dari
visualisasi perancangan motif Burung
14
Muhammad Rifky Purwanto & Setyawan / Arty : Jurnal Seni Rupa 11 (1) 2022
Rangkong untuk outer kimono yang berupa Burung Rangkong memiliki jangkauan
outer kimono dengan bertemakan Burung terbang sangat luas dan ketika terbang
Rangkong dengan motif tato tradisional suku Burung Rangkong membuang kotorannya
Dayak, dengan tema, visualisasi karya dan yang mengandung benih biji dari buah-
pemilihan output produk menjadi kesatuan buahan yang dia makan. Motif Burung
konsep yang berkesinambungan, karena Rangkong yang di kelilingi motif lain
penulis mengusung konsep motif tradisional memvisualkan Burung Rangkong yang
suku Dayak maka tema desain motif tersebut menjaga alam di sekitarnya.
menggunakan ragam hias suku Dayak berupa
motif tato tradisional mereka yang berkaitan
dengan Burung Rangkong dan didukung
dengan beberapa motif lain seperti motif
Tumbuhan Pakis dan Bunga Terong yang
memiliki makna baik dalam kepercayaan
masyarakat suku Dayak.
15
Muhammad Rifky Purwanto & Setyawan / Arty : Jurnal Seni Rupa 11 (1) 2022
Gambar 8. Desain 3
Sumber: Purwanto (2022)
Gambar 7. Desain 2
Sumber: Purwanto (2022) 4. Desain 4
16
Muhammad Rifky Purwanto & Setyawan / Arty : Jurnal Seni Rupa 11 (1) 2022
5. Desain 5 SIMPULAN
alam atas menceritakan asal-usul nenek bagaimana merancang motif Burung Rangkong
untuk outer kimono dan menjadikanya sebagai
moyang masyarakat suku Dayak yang
media penyampaian pesan atau kampanye mengenai
dipercayai berasal dari langit yang turun ke
isu yang terjadi terhadap burung rangkong,
bumi dengan perwujudan Burung Rangkong.
dibutuhkan perancangan dengan persiapan yang
Burung Rangkong juga memiliki nilai hidup
matang mulai dari konsep hingga visualisai.
yang mulia sehingga menjadi cerminan
Perancangan ini berhasil membuat delapan
masyarakat suku Dayak. Dari makna
desain rancangan motif Burung Rangkong untuk
tersebut diviualisasikan dengan membuat
outer kimono. Desain ini menggunakan penggayaan
motif tersusun rapi dengan memberi kesan
corak khas suku dayak seperti corak pada baju adat
Burung Rangkong tersusun di dalam motif-
sapei dan corak motif pada tato tradisional suku
motif lain seperti Bunga Terong dan bentuk
Dayak yang kemudian di terapkan menjadi corak
segitiga dengan motif Tumbuhan Pakis di
motif pada busana siap pakai berbentuk outer
dalamnya melambangkan kehidupan
kimono. Pengolahan motif tato menjadi sebuah
masyarakat suku Dayak.
motif diwujudkan menggunakan konsep teknik
batik dengan menggunakan campuran malam
parafin panas sebagai media perintang warna,
kemudian memakai komposisi penempatan motif
17
Muhammad Rifky Purwanto & Setyawan / Arty : Jurnal Seni Rupa 11 (1) 2022
dengan menyesuaikan penempatan corak motif pada Desainer, dan Proyek Desain. Bandung;
Penerbit ITB.
baju adat sapei dari suku Dayak dan juga
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. (2011).
menyesuaikan komposisi motif yang terdapat pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan
busaha outer kimono yang sedang trend. Pemilihan
Jenis Tumbuhan Dan Satwa Presiden. 7, 1–
warna solid seperti warna merah, kuning, hijau, 19.
http://www.presidenri.go.id/DokumenUU.ph
biru, orange dengan warna latar hitam juga di dasari
p/588.pdf
dari baju adat sapei suku Dayak yang berbentuk Rochimawati. (2019). Habitat Burung Rangkong
Gading Terancam, Ini Fakta Penyebabnya.
rompi dengan warna latar hitam dengan corak motif
Viva.Co.Id.
berwarna tajam seperi merah, kuning, hijau, biru, https://www.viva.co.id/berita/nasional/11770
35-habitat-burung-rangkong-gading-
dan orange, kemudian di olah menjesuaikan produk
terancam-ini-fakta-
outer kimono yang sedang di minati pasar sekarang. Sedyawati, Edi, E., Masinambow, & Gunawan, T.
(1995). Konsep Tata Ruang Suku Bangsa
Dengan produk tersebut diharapkan dapat menjadi
Dayak Kenyah di Kalimantan Timur. Jakarta:
media penyampaian pesan terhadap masyarakat Direktorat Jenderal Kebudayaan.
Wibisono, & Dermawan. (2003). Riset Bisnis.
tentang sosok Burung Rangkong yang memiliki
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
nilai budaya dalam kehidupan masyarakat suku
Dayak di pulau Kalimantan dan isu yang terjadi
pada burung tersebut seperti menurunnya populasi
Burung Rangkong karena berkurangnya hutan
sebagai habitat akibat pembukaan lahan
perkebunan, pertambangan dan pemukiman di
pulau Kalimantan serta maraknya pemburuan
Burung Rangkong secara illegal untuk di jadikan
hiasan maupun peliharaan.
DAFTAR PUSTAKA
18