Anda di halaman 1dari 18

Arty 11 (1) 2022

Arty: Jurnal Seni Rupa


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/arty

A HORNBILL PATTERN DESIGN FOR OUTER KIMONO


PERANCANGAN MOTIF BURUNG RANGKONG UNTUK OUTER KIMONO

Muhammad Rifky Purwanto, Setyawan


Program Studi Kriya Tekstil, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Universitas Sebelas Maret

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Perancangan ini mengolah bentuk visual burung rangkong untuk di jadikan desain motif yang di
Diterima: Feb 2022 aplikasikan kedalam bentuk outer kimono siap pakai dengan tema etnik khas Kalimantan. Rumusan
Disetujui: Maret 2022 masalah dalam perancangan ini adalah untuk menyampaikan sebuah isu yang terjadi pada Burung
Dipublikasikan: April 2022 Rangkong dengan media fashion tekstil yang akan di pakai oleh kalangan remaja-dewasa dengan
rentang usia 20-30 tahun. Perancangan ini menggunakan pendekatan desain yang melewati
________________ beberapa proses, yakni; eksplorasi, ekstraksi, titik terminasi (Palgunadi, 2007:266-268). Melalui
Keywords: pendekatan tersebut, penulis menggali dan mendalami informasi terkait konsep secara
Hornbill Pattern, Design, menyeluruh, serta menganalisis perancangan yang di buat guna menentukan kesimpulan dan
Kimono Outer pemecahan yang di buat guna menentukan kesimpulan dan pemecahan yang ada. Hasil
____________________ perancangan ini adalah sebuah outer kimono yang memiliki desain motif Burung Rangkong dengan
tampilan khas etnik Kalimantan. Pengolahan desain motif menjadi kain akan menggunakan konsep
teknik batik dengan campuran malam parafin panas sebagai media perintang warna, dan
pemvisusalisasian karya di buat serelatif mungking dengan corak khas suku Dayak Kalimantan.

Abstract
___________________________________________________________________

This design processes the visual form of the hornbill to be used as a motif design that is applied to
a ready-to-wear outer kimono with a Kalimantan ethnic theme. The formulation of the problem in
this design is to convey an issue that occurs in the hornbill with textile fashion media that will be
used by teenagers-adults with an age range of 20-30 years. This design uses a design approach that
goes through several processes, namely; exploration, extraction, termination point (Palgunadi,
2007:266-268). Through this approach, the author explores and explores information related to the
concept as a whole, and analyzes the design made to determine the conclusions and solutions made
in order to determine the existing conclusions and solutions. The result of this design is an outer
kimono that has a hornbill motif design with a typical appearance of the Kalimantan ethnic.
Processing the motif design into cloth will use the concept of batik technique with a mixture of hot
paraffin wax as a color barrier medium, and the visualization of the work is made as relative as
possible with the typical pattern of the Dayak Kalimantan tribe.

© 2022 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2252-7516
Fakultas Seni Rupa dan Desain, Universitas Sebelas Maret
E-ISSN 2721-8961
Email : mrifkyp69@gmail.com

1
Muhammad Rifky Purwanto & Setyawan / Arty : Jurnal Seni Rupa 11 (1) 2022

PENDAHULUAN menganggap Enggang sebagai lambang kesucian


Keberadaan satwa pada hutan sangat dan kekuatan. Mereka kerap berkomunikasi
berperan penting terhadap kelestarian hutan dengan leluhur melalui perantaraan Enggang.
tersebut. Para satwa memiliki peran untuk Masyarakat suku Dayak juga mempercayai
menyebar benih/biji tanaman dan fasesnya bahwa konon roh alam yang melindungi Pulau
berguna untuk kesuburan tanah. Melestarikan Kalimantan dan masyarakat Dayak sering
hewan dan tumbuhan dilakukan dengan menampakan diri dalam wujud Enggang Raksasa
menjaga habitat hidupnya agar tidak rusak. Hal yang dikenal sebagai Panglima Burung
ini berarti di bumi terdapat habitat yang masih (Hadiprakarsa et al., 2018).
bersih dari berbagai macam polusi dan memiliki Burung Rangkong kini terancam punah
persediaan air bersih yang melimpah. Habitat akibat hilangnya habitat dan pemburuan liar
tumbuhan dan hewan yang masih alami yang dilakukan oleh oknum yang tidak
memberikan pasokan oksigen yang banyak bagi bertanggung jawab. Burung Rangkong biasanya
dunia dan mengurangi gas karbon dioksida di membuat sarang di atas pohon yang sangat
atmosfer. Kehadiran Burung Rangkong atau tinggi dan besar, sedangkan pohon dengan
masyarakat suku Dayak menyebutnya Burung ukuran tersebut menjadi target para penebang
Enggang di hutan menunjukan pepohonan besar pohon. Kepunahan Rangkong Gading atau di
masih ada di wilayah tersebut. Sebaliknya, Kalimantan dikenal dengan nama Enggang
populasi Enggang berkaitan erat dengan kondisi Gading ini, memang sudah sangat
hutan yang sehat karena ia membutuhkan memprihatinkan. Apalagi Indonesia
beragam pohon buah sebagai pakan dan pohon merupakan negara dengan tingkat populasi
besar yang berlubang untuk bersarang, dengan Rangkong Gading (Rhinoplax vigil) terbesar
kata lain, menjaga Enggang berarti menjaga di Asia. Saat ini semua jenis Enggang atau
hutan dan simpanan karbon di dalamnya Rangkong Gading di Indonesia dikategorikan
(Hadiprakarsa et al., 2018). Ekosistem yang sebagai jenis yang dilindungi sesuai dengan
seimbang juga menjaga rantai makanan tetap UU No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi SDA
berjalan sehingga hewan dan tumbuhan akan Hayati(Dewan Perwakilan Rakyat, 1990) dan
jauh dari kepunahan. Eksosistemnya dan PP No.7 Tahun 1999
Mengenai kepunahan, terdapat spesies tentang Pengawetan Jenis TSL(Peraturan
burung yang tinggal di hutan Kalimantan yang Pemerintah Republik Indonesia, 2011).
terancam punah, Rangkong adalah salah satu Namun populasi satwa ini ternyata tidak
jenis burung langka yang dilindungi di indonesia, lepas dari berbagai ancaman (Rochimawati,
terdapat beberapa jenis Burung Rangkong, 2019).
seperti Rangkong Gading, Rangkong Cula dan Simbol kebudayaan Burung Rangkong
beberapa daerah terutama masyarakat suku di Kalimantan memang dikenal sangat kuat
Dayak menyebutnya Enggang. Burung ini konon budayanya apalagi spesies dijadikan sebagai
di sakralkan oleh masyarakat suku Dayak. Di ikon sakral oleh masyarakat suku Dayak di
Kalimantan, masyarakat suku Dayak Kalimantan. Dikarenakan kuatnya budaya

2
Muhammad Rifky Purwanto & Setyawan / Arty : Jurnal Seni Rupa 11 (1) 2022

dan adat istiadat, maka perburuan masih salah satu satwa yang memiliki nilai tradisi yang
terus terjadi yang dilakukan dengan alasan kuat dan juga salah satu keanekaragaman hayati
untuk adat. Namun seiring dengan waktu, di indonesia. Keindahan bentuk Burung
terjadi perubahan pola perburuan Burung Rangkong dan ragam hias Dayak baik dari segi
Rangkong. Saat ini perburuan sudah visual maupun filosofis mewakili konsep
mengarah ke perdagangan dan penciptaan yang menekankan pada
diperjualbelikan secara ilegal. penggambaran sifat-sifat keindahan, kehidupan,
Dari permasalahan diatas akan ketenangan, keseimbangan, dan sebagainya.
menciptakan peluang untuk mengkombinasikan Konsep penciptaan mengacu pada bentuk, teknik
produk-produk fashion yang sedang disukai pembuatan, dan permainan warna yang akan
konsumen remaja-dewasa dengan rentan usia diterapkan pada karya. Selain dalam bentuk,
20-30 tahun. Perancangan kali ini akan teknik dan warna perlu juga diperhatikan nilai
menciptakan sebuah produk yang memiliki estetika pada karya ini. Nilai estetika terbentuk
pesan mengenai isu yang terjadi pada Burung dari komposisi bentuk dan desain, penggunaan
Rangkong. Dalam perancangan kali ini penulis warna serta prinsip-prinsip penyusunan desain.
akan melakukan eksplorasi gaya visual yang Pengkombinasian pada karya ini lebih
terdapat pada suku Dayak untuk diaplikasikan menonjolkan corak tato tradisional suku Dayak
kedalam pakaian siap pakai dengan kesan etnik berupa Burung Rangkong sebagai motif utama,
khas suku Dayak Kalimantan. Pembuatan karya kemudian corak tato Tumbuhan Pakis dan Bunga
ini menerapkan kombinasi bentuk Burung Terong dijadikan sebagai motif pendukung.
Rangkong dan ragam hias suku Dayak berupa Desain motif yang diterapkan pada karya studio
corak tato tradisional suku Dayak ke dalam ini lebih menggambarkan simbol-simbol dari
desain motif tekstil yang diaplikasikan menjadi visualisasi masyarakat suku Dayak terhadap
kain panjang yang nantinya dibuat menjadi burung tersebut. Warna yang digunakan
sebuah outer kimono yang memiliki kesan etnik mengacu pada warna-warna baju tradisional
Kalimantan. Burung Rangkong dan ragam hias Sapei khas suku Dayak yang cenderung cerah
tato tradisional suku Dayak diwujudkan melalui seperti hijau, biru, kuning, merah, jingga, putih
konsep teknik batik berupa merintang warna dengan warna latar belakang hitam. Setelah
menggunakan campuran malam parafin panas desain sudah jadi kemudian desain tersebut
dan menggunakan pewarna remasol. direalisasikan pada media kain menggunakan
Burung rangkong dan ragam hias tato konsep teknik batik dengan menggunakan
tradisional suku Dayak ini menginspirasi saya campuran malam parafin panas sebagai
dalam pembuatan Tugas Akhir. Penulis perintang warna, dan setelah kain jadi, kain
menggunakan Burung Rangkong dan ragam hias tersebut diproses menjadi sebuah busana
corak tato tradisional suku Dayak berupa motif berupa outer kimono.
Bunga Terong dan Tumbuhan Pakis karena Pengembangan desain motif dalam
penulis turut prihatin dengan menurunnya perancangan ini menggunakan pendekatan
populasi Burung Rangkong yang merupakan desain yang melewati tiga proses, yakni proses

3
Muhammad Rifky Purwanto & Setyawan / Arty : Jurnal Seni Rupa 11 (1) 2022

eksplorasi (proses analisis yang bersifat yang dikumpulkan dengan menggunakan


pendalaman, penelusuran, atau penggali atas berbagai teknik selama kegiatan penelitian
sejumlah hal), proses ekstraksi (proses analisis berlangsung. Menurut Wibisono (Wibisono &
yang bersifat rangkuman atas sejumlah hal), Dermawan, 2003:37), pengumpulan data ini
serta titik terminasi (titik yang meliputi kegiatan dapat berupa berupa data primer maupun
perencanaan, evaluasi, melihat kembali, dan sekunder. Pengumpulan data berdasarkan
presentasi) (Palgunadi, 2007:266-268). sumber terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer ini adalah survey,
METODE PENELITIAN observasi, dan eksperimen. Sedangkan data
Pengembangan desain motif dalam sekunder dikumpulkan dari sumber-sumber
perancangan ini menggunakan pendekatan tercetak, dimana data tersebut telah
desain yang melewati tiga proses, yakni proses dikumpulkan oleh pihak lain sebelumnya.
eksplorasi (proses analisis yang bersifat Sumber data sekunder ini misalnya buku,
pendalaman, penelusuran, atau penggali atas laporan perusahaan, jurnal, internet, dan
sejumlah hal), proses ekstraksi (proses analisis sebagainya
yang bersifat rangkuman atas sejumlah hal), Pengumpulan data berdasarkan sifatnya
serta titik terminasi (titik yang meliputi kegiatan terdiri dari pengumpulan data kualitatif dan
perencanaan, evaluasi, melihat kembali, dan kuantitatif. Pada penelitian kali ini, penulis
presentasi) (Palgunadi, 2007:266-268). menggunakan metode pengumpulan data
Pada perancangan motif Burung kualitatif. Metode kualitatif adalah suatu proses
Rangkong itu sendiri akan di lakukan proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan
riset mengenai tato tradisional Kalimantan penyeledikan suatu fenomena dan masalah
dengan bentuk Burung Rangkong dan beberapa lingkungan sosial. Menurut Afifuddin (Afifuddin
ornamen pendukung seperti Bunga Terong dan & Beni, 2009:77), penelitian kualitatif bertujuan
Tumbuhan Pakis. Untuk perancangan outer juga melakukan penafsiran terhadap fenomena
akan di lakukan pengumpulan data mengenai sosisal. Penelitian kualitatif adalah jenis
busana Kimono dari Jepan serta perkembangan penelitian yang temuan-temuannya tidak di
Kimono di era sekarang serta riset dengan peroleh melalui prosedur statistic atau bentuk
melakukan observasi lapangan dan mencari hitungan lainya.
beberapa produk outer kimono modern untuk di Pendekatan kualitatif, adalah data yang
lakukan proses komparasi agar dapat bersifat deskriptif. Maksudnya data dapat
mengetahui desain seperti apa yang sedang di berupa gejala-gejala yang dikategorikan ataupun
pakai di pasaran. dalam bentuk lainya, seperti foto, dokumen,
Pengumpulan Data adalah fakta empirik artefak dan catatan-catatan lapangan pada saat
yang dikumpulkan oleh peneliti untuk penelitian dilakukan (Afifuddin & Beni,
kepentingan memecahkan masalah atau 2009:96). Pada pendekatan ini, peneliti
menjawab pertanyaan penelitian. Data membuat suatu gambaran kompleks, melakukan
penelitian dapat berasal dari berbagai sumber riset terhadap fashion outer kimono modern

4
Muhammad Rifky Purwanto & Setyawan / Arty : Jurnal Seni Rupa 11 (1) 2022

yang dijadikan sebagai rujukan yaitu Outer berupa masyarakat kalangan remaja sampai
Tenun Sepinggang dari Kainesia, Good an Evil dewasa.
Free Size Kimono Shirt dari Irezumi Empire, dan Desain ini nantinya dibuat
Demon Slayer Tomioka Giyuu Cloak Kimono dari menggunakan gaya etnik khas Kalimantan
Sakura Anime Toys yang dapat di beri motif dengan pemilihan komposisi warna khas baju
burung Rangkong kemudian dengan adat Sapei yang dilatar belakangi warna hitam
pengkombinasiaan selera pasar remaja-dewasa dan warna-warna cerah seperti warna merah,
dengan rentang usia 20-30 tahun yaitu outer kuning, hijau, biru pada motifnya. Untuk
kimono. keseluruhan desain akan didominasi warna
hitam kemudian ditambah aksen motif
KONSEP PERANCANGAN diberbagai sisi. Kemudian untuk perancangan
Konsep perancangan pada kali ini pakaian siap pakai menggunakan pola kimono
adalah mengolah desain motif dengan ide modern yang menyesuaikan gaya fashion masa
kolaborasi isu terancap punahnya Burung sekarang. Dalam pengaplikasianya desain ini
Rangkong dengan penggayaan motif tato mempertimbangkan nilai keindahan yang
tradisional suku Dayak yang direalisasikan didasarkan bentuk-bentuk khas tato tradisional
dengan menggunakan konsep teknik batik Kalimantan yang sudah diolah menjadi motif
dengan menggunakan campuran malam parafin untuk menampilkan busana modern dengan
panas sebagai media perintang warna untuk nuansa klasik tradisional budaya. Hal tersebut
diaplikasikan kedalam pakaian siap pakai untuk menarik perhatian pasar berupa pria dan
berupa outer kimono. Perancangan ini wanita dalam rentan usia 20-30 tahun. Tujuan
didasarkan pada adanya perbedaan fungsi akhir dari pengembangan desain motif tersebut
sebuah motif tato tradisional suku Dayak yang ialah dapat diterima dimasyarakat dan
bermedia tubuh atau kulit manusia menjadi kain tersampaikan pesan dari arti desain motifnya.
sebagai media pengganti dan diolah menjadi Beberapa aspek yang di perhatikan dalam
produk outer. Perbedaan fungsi tersebut proses perancangan ini adalah sebagai berikut:
menjadi sebuah permasalahan bagaimana 1. Aspek Teknik
mengolah bentuk tato menjadi sebuah desain Teknik yang digunakan dalam
motif yang cocok dengan pakaian siap pakai perancangan kali ini adalah dengan
seperti outer kimono. Maka dari itu perancangan menggunakan teknik perintang malam panas
kali ini bertujuan untuk membuat sebuah desain yang digunakan dalam proses pembuatan kain
motif dengan motif berupa tato tradisional suku batik, namun malam yang di gunakan akan di
Dayak yang memiliki arti kuat dan makna campur dengan parafin yang menghasilkan
filosofis tentang Burung Rangkong. Perancangan visual retakan. Perancangan ini diawali dengan
ini akan mengkolaborasikan kesan etnik dan pembuatan sketsa dan desain, kemudian
budaya yang dikemas dengan gaya fashion masa memberi warna dasar pada kain menggunakan
sekarang, agar dapat diterima oleh pasar yang pewarna remasol. Setelah warna dasar sudah
didapatkan langkah berikutnya membuat pola

5
Muhammad Rifky Purwanto & Setyawan / Arty : Jurnal Seni Rupa 11 (1) 2022

motif yang sudah dibuat pada kain membuat sensasi sejuk ketika bersentuhan
menggunakan pencil/kapur. Kemudian tutup dengan kulit. Hal tersebut membuatnya
dengan campuran cairan malam parafin panas nyaman untuk dipakai.
dibagian motif yang di inginkan dengan benar,
kemudian bagian yang tertutup campuran 3. Aspek Estetis

malam dengan parafin ditekan atau diremas Asepek estetis merupakan dasar dari
sehinga terbentuk retakan yang nantinya sebuah perancangan yang memiliki
menjadi jalur warna berikutnya untuk masuk hubungan dengan nilai keindahan dari
dan untuk bagian yang tidak ditutupi malam wujud visualisasi karya. Desain ini akan
ditimpa oleh warna hitam untuk menjadi warna mengolah corak-corak tato tradisional suku
background desain. Teknik ini dipilih karena Dayak yang memvisualkan Burung
dapat diaplikasikan di kain katun yang memiliki Rangkong, Tumbuhan Pakis, dan Bunga
tekstur lembut, nyaman di kulit, dan sejuk, cocok Terong yang di terapkan kedalam kain
bila dirancang menjadi sebuah outer kimono di dengan teknik merintang warna dengan
lingkungan tropis seperti di Indonesia. malam panas, dan memakai warna cerah
dengan background hitam, serta
2. Aspek Bahan
mempertimbangkan komposisi yang tepat
Pemilihan bahan yang sesuai dengan
dalam pengaplikasiannya ke dalam pakaian
fungsinya juga sangat menentukan kualitas
outer kimono.
produk tekstil. Aspek bahan pada perancangan
ini mencakup jenis kain yang menunjang visual 4. Aspek Fungsi
yang diciptakan, nyaman digunakan serta sesuai
Perancangan desain kali ini, kain yang
dengan keinginan konsumen. Kain katun
diproduksi akan difungsikan sebagai
primisima dirasa cocok dipilih menjadi bahan
pakaian remaja dewasa pria dan wanita
dasar dari pembuatan desain ini. Katun bersifat
dengan rentang usia 20-30 tahun. Pada usia
kuat dan tahan lama. Namun, perlu dirawat
tersebut masyarakat memilih pakaian
dengan cara yang tepat. Tekstur dari kain
dengan desain simple dengan warna-warna
katun sendiri halus dan lembut karena
aman seperti hitam untuk menetralkan gaya
dibuat dari serat alami yaitu serat tanaman
berpakaian mereka yang cenderung kurang
kapas. Katun pada umumnya tidak
menyukai warna mencolok, sehingga hal
membuat alergi atau membuat kulit iritasi.
tersebut cocok dengan karakter desain ini
Tanpa harus membuat kulit menjadi lembab,
kain katun mampu menyerap keringat yang menggunakan warna dasar hitam yang
dapat menetralkan gaya berpakaian mereka.
dengan baik, sangat cocok digunakan oleh
masyarakat yang tinggal di ikim tropis.
5. Segmen Pasar
Katun bisa dipakai dalam berbagai jenis
cuaca seperti panas atau dingin. Ia masih Sasaran pasar yang dituju untuk
berfungsi dengan baik. Kain katun pun perancangan kali ini adalah remaja – dewasa

6
Muhammad Rifky Purwanto & Setyawan / Arty : Jurnal Seni Rupa 11 (1) 2022

dengan rentang usia 20-30 tahun golongan kini. Produk ini nantinya dijual dengan
menengah. Hal tersebut didasarkan atas kisaran harga Rp. 350.000 – Rp. 450.000
pertimbangan desain yang baik, pemilihan tergantung banyak dan kerumitan motif
kualitas bahan yang menunjang, serta yang dibuat.
sasaran konsumen yang bisa mengapresiasi
hasil karya yang bernuansa tradisional yang
dikemas menyesuaikan trend busana masa

Tabel 1. Uji Coba Visual

No Gambar Asli Penggayaan Keterangan


1. Penggayaan Stilasi. Motif Burung Rangkong yang
menggunakan penggayaan desain
stilasi yang merubah bentuk asli
dan dibuat dengan menambahkan
bentuk-bentuk ornamen sehingga
memberi kesan melebih-lebihkan.

2. Penggayaan Deformasi Motif Burung Rangkong yang


menggunakan penggayaan
deformasi dengan
menyederhanakan struktur
maupun proporsi bentuk aslinya
menjadi lebih sederhana.

3. Penggayaan Deformasi Khas Motif burung rangkong yang


Tato Tradisional Kalimantan menggunakan penggayaan
deformasi khas corak tato
tradisional suku Dayak pulau
Kalimantan.

7
Muhammad Rifky Purwanto & Setyawan / Arty : Jurnal Seni Rupa 11 (1) 2022

Tabel 2. Uji Coba Teknik

No Gambar Keterangan
1. Uji coba teknik dengan menggunakan teknik ikat
celup sebagai warna dasar kain, kemudian ditutup
dengan malam panas pada bagian yang telah di beri
pola motif, setelah malam dingin dan mengeras,
diberikan warna hitam pada kain yang tidak terkena
malam.

2. Uji coba teknik dengan konsep teknik batik


mennggunakan campuran malam dan parafin panas
sebagai media perintang warna. Sebagai langakah
awal, kain di beri warna solid terlebih dahulu,
kemudian tutupi dengan campuran malam parafin
panas pada pola motif yang sudah di buat. Kemudian
remuk permukaan campuran malam parafin agar
tercipta retakan. Setelah itu diberi warna hitam
pada kain tersebut, cairan warna hitam akan masuk
pada retakan malam tang telah dibuat.

8
Muhammad Rifky Purwanto & Setyawan / Arty : Jurnal Seni Rupa 11 (1) 2022

dikonsumsi. Paruh Enggang yang besar dan


HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN bengkok adalah hasil adaptasi dari jenis
1. Burung Rangkong makanannya. Buah-buahan yang menjadi

Burung Rangkong biasanya dikenal sumber pakan yang biasa diambil di pohon dan

dengan nama lain Burung Enggang oleh bukan dari tanah. Saat makan buah, burung

masyarakat pulau Kalimantan ini mudah enggang mempunyai du acara memperlakukan

dikenali dengan ciri khas tubuhnya, berupa makanannya. Pertama memasukan buah melalui

paruh yang besar-melengkung, Panjang dan paruh ke kerongkongan, kemudian setelah

ringan. Terdapat pula struktur tambahan di diproses dalam saluran pencernaan, bijinya akan

bagian atas paruh; balung atau casque yang di keluarkan bersamaan dengan kotoran. Cara

hanya dimiliki oleh Enggang. Namun, setiap jenis yang kedua buah dilumat di dalam paruh untuk

memiliki perbedaan warna bulu, bentuk, ukuran, memisahkan biji dari buahnya yang telah ditelan.

dan warna balungnya. Balung yang terbentuk Burung Rangkong atau Enggang adalah

sebagian besar memiliki struktur berongga yang petani yang tangguh karena kehebatanya

diperkirakan berfungsi sebagai ruang dengung menebar benih dan biji tanaman hutan. Biji-biji

suara. Tetapi pada jenis Rangkong Glading, tersebut tersebar melalui sisa lumatan buah

mempunyai balungnya lebih kompak dan padat. yang dimakan dan kotoranya yang dimana

Enggang merupakan salah satu jenis burung pencernaan burung ini tidak bisa mencerna biji

bertubuh besar dengan Panjang tubuh bervariasi buah tersebut. Dengan daya jelajahnya yang

antara 65-170 cm dan berat tubuh 290-4200 gr. mencapai hampir 100 ribu hektar, regenerasi

Burung jantan memiliki warna bulu yang lebih hutan pun terbantu oleh enggang (Hadiprakarsa

mencolok dan ukuran tubuh yang lebih besar et al., 2018). Kehadiran Enggang dihutan

dari pada betina. Hampir seluruh tubuh tertutup menunjukan bahwa pepohonan besar masih ada

oleh bulu dengan berbagai warna; hitam, abu- wilayah tersebut. Sebaliknya, populasi Enggang

abu, putih dan sedikit variasi warna lain (kuning berkaitan erat dengan kondisi hutan yang sehat

dan merah) pada bagian kulit leher, kepala, dan karena ia membutuhkan beragam pohon buah

lingkar mata (Hadiprakarsa et al., 2018). sebagai pakan dan pohon besar yang berlubang

Burung Rangkong atau Enggang sebagai untuk bersarang. Dengan kata lain, menjaga

hewan pada dasarnya memerlukan nutrisi untuk Enggang berarti menjaga hutan.

tumbuh berkembang, enggang di Asia 99% Burung Enggang adalah salah satu jenis

makan buah-buahan atau bersifat frugivora, burung berparuh besar yang memiliki

namun saat musim berbiak atau sumber buah karakteristik unik, dari total 32 jenis Enggang di

sedikit cendurung memakan binatang lain atau Asia, hampir setengahnya berada di indonesia,

bersifat omnivore. Sedangkan enggang di Afrika tiga jenis antaranya bersifat endemik. Untuk itu,

cennderung mengandalkan makananya dari indonesia menjadi negara terpenting dalam

serangga. Usia burung, jenis kelamin, musim perlindungan populasi Enggang di Asia

berkembangbiak dan kondisi lingkungan (Hadiprakarsa et al., 2018). Menurut Peraturan

menentukan seberapa banyak makanan yang Pemerintah No. 7 Tahun 1999, Seluruh jenis

9
Muhammad Rifky Purwanto & Setyawan / Arty : Jurnal Seni Rupa 11 (1) 2022

Enggang di Indonesia termasuk dalam daftar Gading (Rhinoplax vigil) telah di export ke China
satwa yang dilindungi. Menurut daftar merah di jaman dinasti Ming sebagai simbol
IUCN, dari 13 jenis Enggang yang tersebar, satu keberuntungan. Di indonesia ancaman berupa
di antaranya berada dalam status Critically perburuan tidak banyak di ketahui jumlahnya,
Endangered (CR) yakni terancam punah, tiga tapi diyakini burung ini merupakan salah satu
jenis berstatus Vulnerable (VU) atau dalam target perburuan untuk konsumsi maupun
kondisi rentan, empat jenis berstatus Near peliharaan.
Threatened (NT) atau dalam kondisi hampir 2. Keberadaan Burung Rangkong pada
terancam, serta lima jenis lainya berstatus Least Masyarakat Suku Dayak.
Concern (LC); belum masuk daftar satwa
Burung Rangkong bagi masyarakat pulau
terancam punah.
Kalimantan khususnya masyarakat Suku Dayak
Rangkong Gading (Rhinoplax vigil) adalah
disebut sebagai burung Enggang. Dalam
jenis yang menduduki posisi satu tahap menuju
kepercayaan masyarakat suku Dayak Kenyah
punah, atau Critically Endagered (CR). Status ini
dikatakan bahwa burung Enggang merupakan
meningkat hanya dalam waktu 3 tahun, dari Near
burung yang dianggap mempunyai kelebihan
Threatened (NT) menjadi Critically Endangered
tertentu yaitu sebagai lambang yang sering
(CR) akibat maraknya perburuan dan hilangnya
digunakan orang untuk berbagai keperluan
hutan sebagai habitat Rangkong Gading
seperti tanda-tanda bahaya, dan sebagainya
Burung Rangkong hanya berkembang
(Sedyawati et al., 1995:47).
biak pada hutan hujan tropis, terutama di pulau
Burung Rangkong atau Enggang secara
Kalimantan. Namun semakin hari populasi
denitasi menjadi figure motif Enggang adalah
Burung Rangkong di Indonesia makin menurun.
Burung Enggang Gading (buceros/rhinoplax
Hal ini disebabkan oleh berkurangnya habitat
vigil) yang memiliki habitat di Semenanjung
karna pembukaan lahan terhadap hutan,
Malaya, Sumatera, dan Kalimantan. Burung
berkurangnya sumber makanan dan tempat
Enggang Gading hidup di hutan, bersarang di
untuk bersarang dan perburuan liar. seluruh
pohon yang tinggi dan membuat lubang di
jenis burung rangkong (Bucerotidae) di
dalamnya. Dalam masyarakat suku Dayak
indonesia merupakan satwa yang dilindungi
Kenyah terdapat makna konotasi mengenai
melalui Undang-undang No. 5 tahun 1990
motif Burung Enggang dikarenakan sifat-sifat
tentang Konservari Sumber Daya Alam Hayati
unik dan cara hidup yang dibawa oleh Burung
(Dewan Perwakilan Rakyat, 1990) dan
Enggang (Marlina, 2017:14).
Ekosistemnya dan Peraturan Pemerintah No. 7
Burung Enggang memiliki kebiasaan
Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan
hidup yang cukup unik dimana ketika sedang
Satwa (Peraturan Pemerintah Republik
berkembang biak, induk Burung Enggang betina
Indonesia, 2011). Selain itu perburuan liar dan
akan mengerami telur (inkubasi) dalam lubang
perdagangan ilegai yang memperdagangkan
pohon yang ditutup dengan tanah liat dan
Burung Enggang sebagai hewan peliharaan dan
menyisakan satu lubang yang hanya cukup untuk
sebagai hiasan. Bahkan tulang dari Rangkong

10
Muhammad Rifky Purwanto & Setyawan / Arty : Jurnal Seni Rupa 11 (1) 2022

dilewati paruhnya saja. Selama proses ini Burung satu dengan lainnya. Hal tersebut berkembang
Enggang betina akan bergantung pada Burung menjadi lebih jauh menjadi mitos yang diyakini
Enggang jantan dalam memenuhi kebutuhan oleh suku Dayak Kenyah dan menjadi salah satu
makanan. Dimana Burung Enggang jantan akan dasar dari paham animisme. Mitos tersebut
berkeliling hutan dan mencari makanan untuk mengenai asal-usul nenek moyang mereka yang
pasanganya sampai telurnya menetas hingga diyakini turun dari langit kemudian datang ke
tumbuh menjadi Burung Enggang muda. bumi dengan mengambil perwujudan burung
Burung Rangkong atau Enggang Enggang. Seperti motif binatang lainnya Burung
memiliki perilaku unik ketika sarang burung Enggang adalah motif yang diistimewakan hanya
Enggang betina dan anak-anaknya sudah tidak boleh digunakan oleh kaum paren. Motif Burung
cukup untuk menampung mereka, maka Burung Enggang dianggap sebagai simbol “Alam Atas”
Enggang betina akan memecahkan sarangnya yaitu alam kedewataan bagi suku Dayak Kenyah
dan membangun lagi sarang yang baru. Setelah (Marlina, 2017:14).
anak Burung Enggang sudah bertumbuh sedikit Masyarakat suku Dayak memiliki baju
besar, Burung Enggang betina dan Burung adat, salah satunya adalah pakaian adat Sapei
Enggang jantan akan bersama-sama mencari yang dikenakan oleh masyarakat dari suku
makanan untuk anak-anaknya hingga mereka Dayak Kenyah di Kalimantan Timur. pakaian
mampu membuat sarang sendiri. Sebagian besar adat ini berbentuk seperti pakaian rompi unisex
rangkong setia dengan pasanganya(monogami) atau dapat dipakai baik laki-laki maupun
(Hadiprakarsa et al., 2018). Mungkin akan perempuan, bewarna hitam dengan motif hias
menjadi kisah tragis adalah jika saat masa yang terburat dari manik-manik berwarna cerah.
inkubasi, Burung Enggang jantan tertembak mati Motif dalam pakaian adat suku Dayak Kenyah
oleh pemburu atau terjebak dalam kebakaran juga dikenal dengan perwujudannya yang begitu
hutan, maka Burung Enggang betina akan terus kuat dengan unsur dekoratif yang meriah
menanti pasangannya kembali hingga dirinya dengan penekanan warna yang terlihat sangat
mati dalam kelaparan. kontras. Jika dibandingkan beberapa motif sub-
Sifat Burung Enggang ini yang kemudian sub suku Dayak lainnya seperti Klemantan,
sebagian dijadikan filosofi hidup oleh suku Murut, Punan, Iban, Ngaju, dan Ot Danum
Dayak Kenyah, dimana Burung Enggang umumnya memiliki motif yang
memiliki tubuh yang besar, paruh dan bulu yang penggambarannya lebih sederhana dan memiliki
indah, namun juga terdapat jiwa pemberani, komposisi yang tidak terlalu ramai dan padat
pekerja keras, rendah hati, dan setia. Itulah selayaknya motif dari suku Dayak Kenyah
mengapa pada setiap ujung atas atap rumah (Marlina, 2017:3).
lamin sering dihiasi dengan ornamen Burung
Enggang yang lagi bertengger. Tradisi ini sebagai
wujud harapan agar rumah yang mereka tinggali
senantiasa aman dan nyaman, serta keluarga di
dalamnya akan terus saling mengasihi antara

11
Muhammad Rifky Purwanto & Setyawan / Arty : Jurnal Seni Rupa 11 (1) 2022

Walaupun motif pada pakaian adat suku


Dayak Kenyah umumnya berukuran besar dan
terkesan penuh (ramai), tetap ada bagian yang
disisakan kosong pada penempatannya. Seakan
memberikan ruang untuk bernapas, sehingga
tercipta wujud motif yang terlihat selaras dan
Gambar 1. Baju Adat Sapei.
seimbang antara satu dengan lainnya (Marlina,
Sumber: kaltim.inews.id.
2017:10). Motif yang sering ditemukan di
Unsur dasar motif yang menggunakan property-properti kesenian dan rumah adat
warna kuning terang dengan dasar latar suku Dayak adalah motif Pakis. Motif ini
belakang kain bewarna hitam serta berbentuk lengkungan-lengkungan Motif ini
penggambaran motif yang didominasi kuat oleh melambangkan keabadian hidup.
gaya organis serta berukuran lumayan besar 3. Budaya Tato Suku Dayak
menjadi salah satu indikator umum yang
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
menunjukkan bahwa motif tersebut merupakan
Tato berarti gambar (lukisan) pada bagian
motif dengan gaya suku Dayak Kenyah. Ini
(anggota) tubuh. Tato adalah suatu tanda yang
berbeda dibandingkan beberapa rumpun suku
dibuat dengan memasukkan pigmen ke dalam
Dayak lainnya seperti suku Dayak Iban atau Ot
kulit. Dalam istilah teknis, rajah adalah
Danum yang motifnya didominasi warna merah
implantasi pigmen mikro. Tato dapat dibuat
atau hitam dengan gaya penggambaran motif
pada kulit manusia atau hewan. Tato pada
yang cenderung kuat gaya geometrisnya. Warna-
manusia adalah suatu bentuk modifikasi tubuh,
warni utama motif yang tersusun atas hiasan
sementara Tato pada hewan umumnya
batu manik pada pakaian adat suku Dayak
digunakan sebagai identifikasi. Gambar atau
Kenyah seperti kuning, putih, hijau, merah dan
simbol pada kulit tubuh berupa tato tersebut di
biru pada faktanya tidak sekedar berfungsi
ukir dengan menggunakan alat seperti jarum.
sebagai penambah keindahan saja. Setiap warna
Pada jaman dahulu orang-orang masih
memiliki arti dan keistimewaannya tersendiri,
menggunakan cara tradisional dan
dimana ada sebuah pesan yang tersirat
menggunakan bahan-bahan sederhana, ada yang
dibaliknya. Seperti warna kuning yang
menggunakan tulang binatang sebagai jarum
merupakan simbol dari sebuah keagungan dan
yang di jumpai pada orang eskimo, suku dayak
kesakralan. Putih yang menjadi wujud dari
dengan duri pohon jeruk, dan ada pula yang
kesucian dan keyakinan terhadap sang pencipta.
menggunakan tembaga panas untuk mencetak
Hijau yang mewakilkan intisari alam semesta
gambar naga di kulit seperti yang dapat di temui
lengkap beserta isinya. Merah sebagai warna
cina (Driyanti, 2011:40).
yang menggambarkan semangat hidup yang
menyala, serta biru yang harapan akan sumber
kekuatan yang tidak pernah habis (Marlina,
2017:10).

12
Muhammad Rifky Purwanto & Setyawan / Arty : Jurnal Seni Rupa 11 (1) 2022

seutuhnya, yaitu manusia yang memiliki sejarah,


cara hidup, dan cita-cita.
Penggunaan motif tato pada masyarakat
suku Dayak tidak bisa dilakukan dengan
sembarangan. Penggunaan motif-motif pada tato
haruslah disesuaikan dengan keberadaan
Gambar 2. Proses Pembuatan Tato Tradisional manusia yang akan ditato karena motif tato suku
Suku Dayak
Dayak menjelaskan stastu sosial suatu
Sumber: kaltim.tribunnews.com.
masyarakat. Motif tato yang dipakai seorang hipi
Rasa sakit ketika membuat tato di tubuh atau bangsawan, tentu berbeda dengan orang
terkadang dianggap tidak sebanding dengan biasa. Dalam masyarakat suku Dayak sendiri
hasil dan hargadiri yang didapatkan. Pada terdapat tiga tingkatan strata sosial yaitu hipi,
umumnya tato diaplikasikan di kulit bangsawan atau setingkat raja, panyin, orang
menggunakan tinta berwarna hitam, akan tetapi biasa, dan divan, budak (Driyanti, 2011:58). Dari
seiring dengan perkembangan teknologi, berbagai macam motif tato tradisional suku
pewarnaan tato kian beragam, tidak heran jika Dayak berikut 3 contohnya;
tato dianggap sebagai karya seni dengan tubuh a. Tato Bunga Terong
sebagai medianya.
Tato motif Bunga Terong ini berbentuk
Masyarakat suku Dayak mempercayai
seperti gambar bunga sederhana dengan bentuk
tato memiliki makna yang sangat mendalam
pusaran yang berada di tengahnya. Tato ini
tidak hanya sekedar penghias tubuh belaka
sering dijumpai pada bagian atas bahu laki-laki.
tetapi juga sebagai fenomena yang penuh dengan
Masyarakat suku Dayak percaya bahwa tato di
berbagai masalah komplek sekaligus bersifat
tubuh mereka dapat menangkal roh-roh jahat.
antropologis dan filosofis seperti mengandung
Dengan demikian dapat dilihat bahwa tato pada
nilai sosial budaya, politik, pandangan hidup,
tubuh dimaksudkan untuk melindungi tubuh
nilai religious, eksistensial dan sebagainya
dari bahaya sekitar yang mengancam (Driyanti,
(Driyanti, 2011:42). Menato tubuh memiliki
2011:60). Masyarakat suku Dayak percaya
tujuan berbagai macam, ada yang di hubungkan
bahwa sakit merupakan serangan roh jahat yang
dengan tradisi budaya masyarakat tertentu yang
masuk kedalam tubuh. Masuknya roh tersebut
memiliki terkaitan dengan sebuat tradisi atau
dipercaya dari akibat kurangnya kebaikan moral
ritual. Bagi para wanita suku Dayak di
dan sopan santun orang tersebut. Biasanya
Kalimantan menato dirinya sebagai simbol yang
orang yang telah sembuh akan menato tubuhnya
menunjukan keahlian khusus mereka. Karena
secara simbolis dengan maksud mencegah
keberadaan tato yang melekat di tubuh orang-
terulang kembali serangan roh jahat yang
orang suku Dayak membuatnya “menjadi” sosok
membuat mereka sakit. Tato dan tanaman
yang khas, dimana orang-orang suku Dayak yang
mempunyai hubungan erat dimana motif tato
memiliki tato dianggap sebagai manusia
selalu berbentuk tananaman, karena dalam
mengusir roh jahat tato dan tanaman

13
Muhammad Rifky Purwanto & Setyawan / Arty : Jurnal Seni Rupa 11 (1) 2022

mempunyai fungsi yang sama (Driyanti,


2011:60).

Gambar 4. Motif Tato Burung Rangkong Khas


Kalimantan.
Gambar 3. Tato Bunga Terong Dibahu Laki-Laki Sumber: id.pinterest.com.
Sumber: www.flickr.com.
c. Tato Tumbuhan Pakis
b. Tato Burung Rangkong
Motif tumbuhan merupakan motif dasar
Burung Rangkong atau Enggang adalah
yang sering ditemukan dalam ornament atau di
salah satu hewan endemik yang hidup di hutan
property-properti kesenian dan rumah adat
tropis pulau Kalimantan, Burung Enggang ini
suku Dayak. Motif yang memiliki bentuk dasar
memiliki keterikatan budaya dan tradisi yang
garis lengkung yang ujungnya membentuk
cukup kuat terhadap masyarakat suku Dayak.
spiral. Motif ini dinamakan motif Pakis karena
Burung Enggang, Pohon kehidupan, dan Naga
mirip dengan tanaman Pakis (paku) yang sering
yang mewakili konsep dunia atas, tengah dan
ditemukan di hutan-hutan Kalimantan dan
dunia bawah dalam masyarakat Dayak
dimasak menjadi hidangan sayuran oleh
merupakan pengejewantahan terhadap
masyarakat Kalimantan. . Motif ini juga sering di
kebijaksanaan.(Driyanti, 2011:71). Nilai
terapkan pada tato tradisional suku dayak.
kesetiaan yang dipraktekan Burung Enggang
terlihat dalam hal monogami, perhatian dan
empati terhadap Burung Enggang betina saat
merawat anak-anaknya yang baru menetas
hingga remaja, selama Burung Enggang betina
menjaga anak-anaknya di sarang, burung
Enggang jantan bertugas mencari makanan dan
berjaga.
Gambar 5. Tato Tumbuhan Pakis
Sumber: id.pinterest.com.

VISUALISASI DESAIN
Hasil dari perancangang ini adalah 5
desain yang merupakan wujud dari
visualisasi perancangan motif Burung

14
Muhammad Rifky Purwanto & Setyawan / Arty : Jurnal Seni Rupa 11 (1) 2022

Rangkong untuk outer kimono yang berupa Burung Rangkong memiliki jangkauan
outer kimono dengan bertemakan Burung terbang sangat luas dan ketika terbang
Rangkong dengan motif tato tradisional suku Burung Rangkong membuang kotorannya
Dayak, dengan tema, visualisasi karya dan yang mengandung benih biji dari buah-
pemilihan output produk menjadi kesatuan buahan yang dia makan. Motif Burung
konsep yang berkesinambungan, karena Rangkong yang di kelilingi motif lain
penulis mengusung konsep motif tradisional memvisualkan Burung Rangkong yang
suku Dayak maka tema desain motif tersebut menjaga alam di sekitarnya.
menggunakan ragam hias suku Dayak berupa
motif tato tradisional mereka yang berkaitan
dengan Burung Rangkong dan didukung
dengan beberapa motif lain seperti motif
Tumbuhan Pakis dan Bunga Terong yang
memiliki makna baik dalam kepercayaan
masyarakat suku Dayak.

Produk ini memiliki fungsi utama


sebagai pakaian kasual sehari-hari yang
memiliki nilai keindahan yang dapat
meningkatkan gaya busana, dan produk ini
mempunyai maksud untuk memperkenalkan
sosok Burung Rangkong yang memiliki
keterkaitan erat dengan budaya dan
kepercayaan masyarakat suku Dayak dan isu-isu
yang terjadi pada Burung Rangkong yang kini
Gambar 6. Desain 1
populasinya menurun akibat berkurangnya luas
Sumber: Purwanto (2022)
hutan sebagai habitat yang disebabkan
pembukaan lahan perkebunan, pertambangan
dan tempat tinggal manusia serta terjadi 2. Desain 2

pemburuan Burung Rangkong secara illegal


Desain kedua ini menceritakan
untuk di perjualkan secara illegal juga.
tentang keberadaan Burung Rangkong
sebagai penghuni hutan Kalimantan, dan
1. Desain 1
Burung Rangkong tidak meliliki kebiasaan
Desain ini menceritakan sosok Burung untuk berpindah mereka cenderung
Rangkong adalah sang penjaga hutan, karna mendiami suatu wilayah dan hidup di sana
keberadaan Burung Rangkong dapat hingga mati. Dari cerita tersebut penulis
membantu kesuburan hudan dan membantu memvisualisasikan dengan memberikan
penyebaran benih-benih pohon yang baru. batas penempatan motif dengan bentuk garis

15
Muhammad Rifky Purwanto & Setyawan / Arty : Jurnal Seni Rupa 11 (1) 2022

yang tersusun dari Bunga Terong sebagai


simbol pelindung.

Gambar 8. Desain 3
Sumber: Purwanto (2022)
Gambar 7. Desain 2
Sumber: Purwanto (2022) 4. Desain 4

3. Desain 3 Desain kali ini menceritakan tentang


keterikatan Burung Rangkong dengan
Desain ketiga ini menceritakan
kehidupan masyarakat suku Dayak di mana
tentang Burung Rangkong sebagai penghuni
Burung Rangkong memiliki makna filososfis
hutan Kalimantan, masyarakat suku Dayak
yang kuat, seperti masyarakat suku Dayak
percaya bahwa nenek moyang mereka
menganggap bahwa nenek moyang mereka
berasal dari langit yang turun ke bumi dalam
berasal dari langit yang turun ke bumi
bentuk Burung Rangkong dan kebiasaan
dengan wujud Burung Rangkong, serta cara
hidup Burung Rangkong yang gagah dan
hidup burung rangkong menjadi cerminan
bertanggung jawab terhadap keluarganya
hidup bagi masyarakat suku Dayak. Dari
menjadi cerminan hidup bagi masyarakat
cerita tersebut divisualisasikan dengan dua
suku Dayak. Hal tersebut divisualisasikan
motif yang berbeda disisi kanan dan kiri
dengan menempatkan motif Burung
yang menjelaskan Burung Rangkong dan
Rangkong pada bagian sisi kanan-kiri dada
budaya suku dayak, walau sesuatu itu
sebagai sosok yang suci dan di hormati.
berbeda namun ternyata memiliki
keterikatan yang kuat.

16
Muhammad Rifky Purwanto & Setyawan / Arty : Jurnal Seni Rupa 11 (1) 2022

Gambar 9. Desain 4 Gambar 10. Desain 5


Sumber: Purwanto (2022) Sumber: Purwanto (2022)

5. Desain 5 SIMPULAN

Desain berjudul Rangkong simbol Berdasarkan permasalahan tentang

alam atas menceritakan asal-usul nenek bagaimana merancang motif Burung Rangkong
untuk outer kimono dan menjadikanya sebagai
moyang masyarakat suku Dayak yang
media penyampaian pesan atau kampanye mengenai
dipercayai berasal dari langit yang turun ke
isu yang terjadi terhadap burung rangkong,
bumi dengan perwujudan Burung Rangkong.
dibutuhkan perancangan dengan persiapan yang
Burung Rangkong juga memiliki nilai hidup
matang mulai dari konsep hingga visualisai.
yang mulia sehingga menjadi cerminan
Perancangan ini berhasil membuat delapan
masyarakat suku Dayak. Dari makna
desain rancangan motif Burung Rangkong untuk
tersebut diviualisasikan dengan membuat
outer kimono. Desain ini menggunakan penggayaan
motif tersusun rapi dengan memberi kesan
corak khas suku dayak seperti corak pada baju adat
Burung Rangkong tersusun di dalam motif-
sapei dan corak motif pada tato tradisional suku
motif lain seperti Bunga Terong dan bentuk
Dayak yang kemudian di terapkan menjadi corak
segitiga dengan motif Tumbuhan Pakis di
motif pada busana siap pakai berbentuk outer
dalamnya melambangkan kehidupan
kimono. Pengolahan motif tato menjadi sebuah
masyarakat suku Dayak.
motif diwujudkan menggunakan konsep teknik
batik dengan menggunakan campuran malam
parafin panas sebagai media perintang warna,
kemudian memakai komposisi penempatan motif

17
Muhammad Rifky Purwanto & Setyawan / Arty : Jurnal Seni Rupa 11 (1) 2022

dengan menyesuaikan penempatan corak motif pada Desainer, dan Proyek Desain. Bandung;
Penerbit ITB.
baju adat sapei dari suku Dayak dan juga
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. (2011).
menyesuaikan komposisi motif yang terdapat pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan
busaha outer kimono yang sedang trend. Pemilihan
Jenis Tumbuhan Dan Satwa Presiden. 7, 1–
warna solid seperti warna merah, kuning, hijau, 19.
http://www.presidenri.go.id/DokumenUU.ph
biru, orange dengan warna latar hitam juga di dasari
p/588.pdf
dari baju adat sapei suku Dayak yang berbentuk Rochimawati. (2019). Habitat Burung Rangkong
Gading Terancam, Ini Fakta Penyebabnya.
rompi dengan warna latar hitam dengan corak motif
Viva.Co.Id.
berwarna tajam seperi merah, kuning, hijau, biru, https://www.viva.co.id/berita/nasional/11770
35-habitat-burung-rangkong-gading-
dan orange, kemudian di olah menjesuaikan produk
terancam-ini-fakta-
outer kimono yang sedang di minati pasar sekarang. Sedyawati, Edi, E., Masinambow, & Gunawan, T.
(1995). Konsep Tata Ruang Suku Bangsa
Dengan produk tersebut diharapkan dapat menjadi
Dayak Kenyah di Kalimantan Timur. Jakarta:
media penyampaian pesan terhadap masyarakat Direktorat Jenderal Kebudayaan.
Wibisono, & Dermawan. (2003). Riset Bisnis.
tentang sosok Burung Rangkong yang memiliki
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
nilai budaya dalam kehidupan masyarakat suku
Dayak di pulau Kalimantan dan isu yang terjadi
pada burung tersebut seperti menurunnya populasi
Burung Rangkong karena berkurangnya hutan
sebagai habitat akibat pembukaan lahan
perkebunan, pertambangan dan pemukiman di
pulau Kalimantan serta maraknya pemburuan
Burung Rangkong secara illegal untuk di jadikan
hiasan maupun peliharaan.

DAFTAR PUSTAKA

Afifuddin, & Beni, A. (2009). Metodologi


Penelitian Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia.
Dewan Perwakilan Rakyat. (1990). Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1990.
Driyanti, R. (2011). Makna simbolik tato bagi
manusia Dayak dalam kajian Hermeneutika
Paul Ricoeur. 1–84.
Hadiprakarsa, Y., Kurniawan, J., Rahman, A.,
Rahmansyah, R., & Kurniawan, F. (2018).
Rangkong Indonesia. Rangkong Indonesia.
https://rangkong.org/berita
Herlinda, M. (2017). Kajian Semiotik Motif Pakaian
Adat Suku Dayak Kenyah Di Desa Pampang
Samarinda Kalimantan Timur. UPT
Perpustakaan ISI Yogyakarta UPT
Perpustakaan ISI Yogyakarta, 63(May), 9–
57.
Palgunadi, B. (n.d.). Desain Produk 1: Desain,

18

Anda mungkin juga menyukai