Anda di halaman 1dari 15

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka

1. Rawa Pening
Rawa Pening merupakan rawa yang berada di Kabupaten Semarang dengan
luas 2.670 hektar mencakup Kecamatan Ambarawa, Bawen, Tuntang, dan Banyubiru.
Rawa tersebut juga terletak di cekungan terendah lereng Gunung Tuntang, Gunung
Ungaran, dan Gunung Merbabu (Monikasari, 2020: 19). Bagian Barat Rawa Pening
berbatasan dengan wilayah Desa Kesongo yang merupakan salah satu desa di
Kecamatan Tuntang. Desa yang berada di pinggir Rawa Pening yang wilayahnya
terdapat banyak eceng gondok dan dimanfaatkan sebagai material dasar untuk
kerajinan.

Gambar 1
Wilayah Kecamatan Tuntang
(Sumber :Wikipedia, 2006)
Pemanfaatan ini didasari karena gulma eceng gondok yang tumbuh liar dan
menutupi rawa, sehingga mengganggu bagi petani, nelayan, dan wisatawan. Selain itu
juga menggangu kehidupan biota di sekitar rawa. Hal tersebut sesuai dengan
ungkapan (Irwan Hidayat, 2017) Direktur PT Industri Jamu dan Farmasi Sido
Muncul Tbk bahwa permasalahan eceng gondok ini membuat daya tarik wisata jadi
menurun. Dampak dari gulma eceng gondok juga diungkapan dalam buku (Eceng
Gondok, Kisah Gurita Penguasa Danau, 2019: 6-7), bahwa Danau Rawa Pening,

7
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8

Kelurahan Asinan, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah pada


tahun 2007, ribuan ikan dalam keramba mati akibat terkurung eceng gondok yang
populasinya menutupi 60% permukaan danau seluas 2.200 hektar.
Munculnya industri kreatif dalam upaya pengoptimalan manfaat eceng
gondok di sekitar Rawa Pening salah satu upaya untuk mengurangi gulma eceng
gondok disekitar rawa. Dampak dari berdirinya industri kreatif terdapat pada
penelitian (Wahyu Adi Purnomo, 2016: 112) bahwa munculnya usaha kerajinan
eceng gondok yang juga berada di daerah sekitar danau Rawa Pening mampu
mengubah kehidupan masyarakat ke arah yang lebih baik, di antaranya mampu
menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat serta peningkatan taraf hidup.
Salah satu industri kreatif yang berdiri di sekitar Rawa Pening yakni Bengok Craft.
Industri kreatif ini juga telah memberikan dampak baik bagi lingkungan sekitar serta
telah mengenalkan produk kerajinan eceng gondok yang unik ke beberapa daerah
termasuk di mancanegara.

2. Eceng Gondok
Eceng gondok dengan nama latin Eichhornia Crassipes merupakan salah
satu tumbuhan yang tumbuh terapung di atas air, dan cukup banyak ditemui di
perairan Indonesia. Pertumbuhan tanaman eceng gondok ini begitu cepat, sehingga
dapat menjadi gulma yang menimbulkan permasalahan di daerah sekitar perairan
tersebut. Hal ini dikarenakan eceng gondok dapat dengan mudah menyebar melalui
saluran air ke lokasi-lokasi lain (Hidayat, dkk, 2018: 1). Terkait permasalahan eceng
gondok bagi penduduk yang tingal di sekitar tepi sungai, eceng gondok adalah sejenis
ilalang yang hanya mencemari sungai dan mempengaruhi sungai tersebut menjadi
tersumbat atau meluap akibat eceng gondok. Tidak hanya itu, pertumbuhan eceng
gondok yang tak terduga sangat menganggu kegiatan khususnya bagi nelayan yang
tinggal disekitar sungai atau danau (Novlantig & Diandra, 2018: 1).
Ungkapan Hamonangan dalam buku (Sejumlah Keunggulan Tanaman Air
Eceng Gondok, 2020: 16) bahwa eceng gondok dapat juga di manfaatkan untuk
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9

mengatasi pencemaran, baik polusi yang di sebabkan oleh limbah rumah tangga
maupun limbah industri. Peneliti terdahulupun telah mencoba untuk memanfaatkan
eceng gondok sebagai pupuk, briket, menjadi sumber listrik, dan kerajinan. Menurut
(Casas dkk, 2012: 29) bahwa dibeberapa bagian Asia, eceng gondok digunakan
sebagai makanan ternak seperti, babi, bebek, dan ikan. Selain itu, eceng gondok juga
digunakan sebagai pupuk dan pemurnian air untuk minuman atau cairan yang keluar
dari saluran pembuangan.
Ketua Asosiasi Permebelan dan Kerajinan Indonesia Ambar Tjahjono dalam
buku (Sejumlah Keunggulan Tanaman Air Eceng Gondok, 2020: 45-46) mengatakan
bahwa ekspor produk dan kerajinan baik berbahan eceng gondok, mendong, rotan,
maupun kayu meningkat khususnya di kawasan negara Eropa. Industri Bengok Craft
pun berupaya dalam mengurangi gulma eceng gondok di Rawa Pening dengan
memanfaatkannya menjadi bahan material dasar untuk produk kerajinan yang mereka
buat untuk diperjual belikan di pasaran yang lebih luas.

3. Kriya
Kriya secara istilah diambil dari bahasa sansekerta “krya” yang berati
mengerjakan. Seni kriya juga biasa disebut dengan kerajinan tangan. Hal ini sesuai
dengan ungkapan (Gustami, 2009: 1) bahwa, kriya dalam konteks masa lampau
dimaknai sebagai suatu karya seni yang unik dan karakteristik yang di dalamnya
mengandung muatan nilai estetis, simbolik, filosofis, dan fungsional serta ngrawit
dalam pembuatannya. Adapun kriya dalam konteks masa kini memberikan pengertian
yang berbeda dari pemaknaan kriya masa lampau. Perbedaan ini lahir karena adanya
perbedaan motivasi yang melatarbelakangi penciptaan karya-karya yang dihasilkan.
Keberaadaan kriya masa lampau telah memberikan andil yang luar biasa
dalam memenuhi kebutuhan artistik manusia pada zamannya, selain itu kriya masa
lampau disebut karya kriya adiluhung dimana karya mencerminkan keunikan,
keindahan, keagungan, atau kebenaran budaya masa lampau. Adapun kriya masa kini
merupakan hasil kreasi generasi yang mengambil ide dan manfaat dari kriya masa
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10

lampau dengan oleh pikiran-pikiran yang berasal dari gagasan diri perorangan yang
kemudian diekspresikan dalam sebuah karya untuk kepentingan ekonomi. Kemudian
(Gustami, 2009: 2) mengungkapkan bahwa Kriya terapan dalam konteks masa kini,
yang paling pesat perkembangannya adalah produk kriya fungsional (praktis) yang
dalam dunia perdagangan sering disebut “kerajinan”. Industri kreatif Bengok Craft
memang fokus menciptakan produk kerajinan dari eceng gondok yang diolah oleh
seorang perajin yang terampil. Keterampilan dalam mengelola maupun menafsirkan
olahan secara tepat dalam menghadapi ketidak utuhan. Ketrampilan inilah yang akan
membuat produk tercipta dengan unik dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi.

4. Kerajinan
Kerajinan yang tercipta dari keterampilan seorang perajin dalam mengolah
ketidak utuhan akan menonjolkan keunikan dan ciri has tersendiri dari produk
kerajinan tersebut. Mengenai kerajinan sebagai hasil dari seni kriya khususnya
terapan, (Raharja, 2011: 22) berpendapat, “Kerajinan adalah suatu hal yang bernilai
sebagai kreativitas alternatif, suatu barang yang dihasilkan melalui keterampilan
tangan. Umumnya barang kerajinan banyak dikaitkan dengan unsur seni yang
kemudian disebut seni kerajinan. Seni kerajinan adalah imlementasi dari karya seni
kriya yang telah diproduksi secara massal (mass product). Produk massal tersebut
dilakukan oleh para perajin. Terdapat kelompok-kelompok perajin sebagai home
industri yang banyak berkembang di beberapa wilayah Indonesia.
Bengok Craft lebih banyak menciptakan produk kerajinan yang bersifat
fungsional daripada hiasan. Produk-produk fungsional yang diciptakan oleh Bengok
Craft awalnya guna melengkapi kebutuhan pemilik industri, kemudian menerima
permintaan dari pasar, selain memiliki nilai guna perajin tetap memperhatikan produk
dari segi keindahannya. Oleh karena itu, Bengok Craft memberdayakan beberapa
perajin yang terampil untuk memproduksi kerajinan eceng gondok. Hal ini dapat
dikaitkan dengan kesimpulan sebuah penelitian yang menyatakan “Keterampilan
tangan yang dimiliki oleh para perajin yang berkecimpung dalam bidang seni
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11

kerajinan menjadi bentuk usaha seni kerajinan, membuat mereka banyak


mengandalkan keterampilan tangan yang dilakukan dalam bentuk usaha keluarga”
(Raharja, 2011: 23). Kerajinan menjadi salah satu pekerjaan kreatif yang dapat
memberikan keuntungan bagi seorang perajin atau kriyawan, yakni memberikan
keuntungan dalam bidang ekonomi juga menambah kekreativitasan dalam berkarya.
Menurut Kusnadi dalam penelitian (Tanjung dkk. 2018: 286) menyatakan
bahwa kerajinan secara harfiah dilahirkan dari sifat-sifat rajin manusia, namun
pembuatan seni kerajinan lahir dari kata terampil atau keprigelan (Jawa) tangan kita.
Keterampilan yang diperoleh dari pengalaman dan ketekunan dalam bekerja,
sehingga dapat meningkatkan teknik penggarapan suatu produk, kualitas kerja
seseorang yang akhirnya mempunyai keahlian bahkan kemahiran dalam profesi
tertentu. Oleh karena itu keterampilan tangan seseorang dalam menghasilkan barang
yang bernilai seni melalui proses yang cukup lama untuk dapat menghasilkan produk
yang indah. Kerajinan eceng gondok Bengok Craft berasal dari hasil keterampilan
seorang perajin yang diperoleh dari ketekunan dalam menghasilkan barang sehingga
menjadi sebuah kemahiran yang dapat menghasilkan produk berkualitas, indah, dan
menarik.
Kerajinan dapat dibuat dari berbagai macam bahan, baik kayu, plastik, kain,
maupun limbah tak terpakai yang diolah ulang menggunakan kekreativitasan,
sehingga menghasilkan suatu benda yang bernilai guna maupun nilai hias. Dari
berbagai macam bahan tersebut, maka seorang perajin harus dapat menggunakan
kreativitasnya, sehingga dapat menciptakan produk yang bernilai guna maupun nilai
hias. Salah satu kerajinan yang mulai tumbuh saat ini adalah kerajinan enceng gondok.
Setelah diketahui bahwa serat eceng gondok memiliki tegangan/tarikan yang baik
serta penyerapan air yang baik dapat disamakan dengan kapas sehingga tidak cocok
apabila dijadikan produk sekali pakai. Dan saat ini pun tanaman eceng gondok telah
digunakan sebagai hiasan dan berperan penting dalam produk kerajinan tangan
seperti tas tangan, dompet, pot bunga, aksesoris mode, tikar, dll (Punitha, 2015: 290).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12

5. Anyaman
Kesenian memiiki keterkaitan dengan seni kriya dan kerajinan. Sebab Seni
Kriya dan kerajinan memang mulanya berangkat dari kesenian. Kesenian memiliki
banyak macam, salah satunya adalah seni anyaman. Pembuatan anyaman dapat juga
dengan memanfaatkan bahan yang ada di lingkungan sekitar. Menurut Syamsudin
dalam penelitian tentang pengolahan eceng gondok (Patria dan Mutmaniah, 2015: 5),
menyatakan bahwa berbagai bahan alam dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk
kerajinan anyam, seperti: rotan, bambu, rosela, pandan, gebang, lontar, mendong, dan
sebagainya. Terpilihnya teknik anyaman di industri Bengok Craft karena serat eceng
gondok yang memiliki wujud dan struktur serat yang memanjang, sehingga cocok
untuk menyilangkan material tersebut. Hasil persilangan serat eceng gondok
menciptakan keindahan tersendiri tergantung dengan pemilihan teknik anyaman.
Serat atau bahan alam yang akan digunakan sebagai bahan kerajinan tangan
melalui beberapa proses sbelum dijadikan produk bernilai guna seperti tatakan,
wadah tisu, dll (Erni dkk, 2015: 101). Beberapa teknik yang digunakan dalam
membuat anyaman, yaitu: anyaman dua sumbu atau sasag, anyaman tiga sumbu,
anyaman empat sumbu, anyaman bilik/pita/kepang, anyaman teratai, anyaman
cengkih, anyaman lilit, anyaman mata bintang, dan anyaman truntum (Gofur, 2019:
20).
a. Anyaman Tunggal atau Anyaman Dua Sumbu/Sasag

Gambar 2
Jenis Anyaman Tunggal
(Sumber : Purnamasari, 2015)

Anyaman tunggal memiliki sebutan lain yaitu anyaman silang, anyaman


sasag dan anyaman dua sumbu. Teknik anyaman tunggal adalah teknik di mana
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13

cara menganyam satu-persatu bahan bakunya. Teknik ini digunakan untuk


membuat benda-benda seperti saringan, tampan, cerangka, dan lain-lain.
b. Anyaman Tiga Sumbu

Gambar 3
Jenis Anyaman Tiga Sumbu
(Sumber : Purnamasari, 2015)

Teknik dasar anyaman tiga sumbu hampir sama sama dengan teknik
anyaman pita. Caranya dengan menganyam bahan bakunya secara silang
berurutan. Perbedaannya terletak pada pola yang membentuk tiga arah dan
membentuk pola berlubang.
c. Anyaman Empat Sumbu

Gambar 4
Jenis Anyaman Empat Sumbu
(Sumber : Purnamasari, 2015)

Anyaman Empat Sumbu mempunyai nama lain yaitu anyaman segi delapan
karena mempunyai lubang dengan bentuk segi delapan beraturan. Teknik
anyaman empat sumbu mempunyai pola yang mirip seperti dua sumbu,
perbedaannya dengan anyaman dua sumbu adalah bahan bahan yang ditaruh
berbeda arah akan lebih banyak jumlahnya.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14

d. Anyaman Bilik, Pita, atau Kepang

Gambar 5
Jenis Anyaman Bilik
(Sumber : Winsen, 2016)

Teknik anyaman bilik adalah teknik di mana bambu dianyam secara silang
berurutan (dua-dua). Teknik ini digunakan untuk membuat benda-benda seperti
bilik, nyiru, dan lain-lain.
e. Anyaman Teratai

Gambar 6
Jenis Anyaman Teratai
(Sumber : Purnamasari, 2016)

Teknik anyaman teratai membuat kerajinan anyam yang dibuat memiliki


bentuk akhir yang artistik dan indah. Biasanya teknik unik ini digunakan dalam
membuat bilik, agar bilik terlihat lebih indah dan menarik.
f. Anyaman Bunga Cengkih

Gambar 7
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15

Jenis Anyaman Bunga Cengkih


(Sumber : Purnamasari, 2016)

Anyaman ini akan membentuk pola memanjang menyerupai kembang


cengkih. Teknik anyaman seperti ini dapat dijumpai pada benda-benda seperti
kipas, kecempeh atau tolok, sangku, dan lain-lain.
g. Anyaman Lilit

Gambar 8
Jenis Anyaman Lilit
(Sumber : Mirantiyo, 2012)

Teknik dasar anyaman lilit adalah membentuk sebuah lilitan. Cara


membuatnya dengan melilitkan dua bilahan atau rautan secara bergantian pada
pondasinya. Pola anyaman lilit bersifat kuat karena lilitannya yang mengikat satu
sama lainnya.
h. Anyaman Mata Bintang

Gambar 9
Jenis Anyaman Mata Bintang
(Sumber : Mirantiyo, 2012)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16

Teknik dasar anyaman bintang adalah dengan cara menyilangkan rautan


dengan membentuk segi enam beraturan dan setiap sudut dibuat menumpang dan
menindih bergantian.
i. Anyaman Truntum
Anyaman truntum atau persegi adalah anyaman yang dibuat dengan motif
persegi, bisa segi tiga, segi empat, segi enam, segi delapan, dan seterusnya.
Anyaman ini bisa berbentuk dua dimensi atau tiga dimensi.
Teknik anyaman tersebut bisa diterapkan dalam membuat kerajinan tangan
salah satu bahannya dapat menggunakan serat eceng gondok. Pembuatan kerajinan
tangan yang menggunakan bahan serat alam berupa eceng gondok di Bengok Craft
beberapa produknya ditemui menggunakan teknik anyam kupu-kupu dan teknik lapis.
Teknik anyaman kupu-kupu yang hampir memiliki kesamaan dengan teknik anyaman
lilit, perbedaanya terletak pada berjalannya pakan yang 2 arah.

Gambar 10
Jenis Anyaman Kupu-Kupu
(Sumber : Aisyah, 2021)

Selain itu, mutu atau kualitas dari serat eceng gondok akan mempengaruhi
hasil akhir produk jadi. Oleh karena itu seorang perajin harus memiliki kemampuan
dalam menyesuaikan atau menentukan kualitas bahan dan teknik yang digunakan
untuk dapat menciptakan produk yang baik sehingga dapat mengikuti persaingan
pasar. Menurut Larsen dalam penelitian (Suhaeni, 2018: 59), mengungkapkan bahwa
perusahaan yang tidak memiliki kreativitas dan inovasi tidak akan dapat bersaing dan
bertahan di era persaingan yang semakin tajam.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17

6. Penciptaan Seni Kriya


Serat eceng gondok yang digunakan dalam membuat kerajinan eceng
gondok harus memenuhi kriteria dan sesuai dengan karakteristik bentuk kerajinan dan
ide pembuatannya. Bahan, proses pembuatan, alat yang digunakan dan ide
perancangan akan menentukan hasil produk yang akan dicapai. Kerajinan eceng
gondok supaya dapat ikut bersaing di pasaran perlu melakukan inovasi atau
pengembangan produk dengan penciptaan desain atau model baru yang khas dan
memiliki relevan dengan kebutuhan pasar. Hal ini berkaitan dengan tahap penciptaan
seni kriya oleh SP Gustami (2007:329) yang memiliki tahapan:
Pertama, tahap eksplorasi meliputi penjelajahan menggali sumber ide dengan
langkah penelusuran dan indentifikasi masalah, penggalian dan pengumpulan sumber
referensi, pengolahan dan analisis data untuk mrndapatkan simpul penting yang
menjadi material solusi dalam perancangan.
Kedua, tahap perancangan apabila analisis telah dirumuskan, diteruskan
dengan membuat sketsa untuk menjadi acuan dalam perwujudan.
Ketiga, tahap perwujudan yakni tahap pengalihan gagasan yang merujuk
pada sketsa menjadi bentuk karya seni yang dikehendaki.
Hasil karya yang diwujudkan dapat dideteksi kualitas material, teknik
konstruksi, estetik, dan fungsi sosial. Oleh karena itu material dari bahan yang akan
digunakan berkaitan dengan suatu penciptaan sebuah produk.
7. Pendekatan Material
Pendekatan yang digunakan penulis yakni pendekatan Material, sebab
penelitian ini mengkaji eceng gondok yang dijadikan sebagai material dasar pada
produk kerajinan di industri Bengok Craft. Pendekatan material merupakan
pendekatan yang dilakukan untuk mengenal kemampuan dan bakat bahan yang
digunakan dalam pembuatan karya serta analisis kesesuaian bakat bahan dengan
situasi atau lingkungan dimana desain akan ditempatkan. Proses kreatif terdapat dua
aspek yang tidak dapat dipisahkan, aspek tersebut yakni aspek tangible dan aspek
intangible. Hal ini sesuai dengan Guspara (2017: 36), bahwa pada proses kreatif
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18

terdiri dari aspek tangible yang berwujud bakat bahan (material property) dan aspek
intangibe yang berupa standart estetis. Pertemuan kedua aspek tersebut akan
mengerucut kepada pertimbangan kegunaan (utilitarian) dan estetis (dekoratif) pada
pembuatan produk.
Aspek tangible yang berwujud bakat bahan mempunyai empat unsur acuan
dalam perlakuan material, hal ini sesuai dengan pernyataan Guspara (2017: 37) yang
mengutip simpulan Ashby & Johnson diantaranya yaitu bakat mekanis (mechanical
property), bakat kimiawi (chemical property), bakat fisis (physical property), dan
bakat manufaktur (manufacturing property). Bakat mekanis pada penelitian berbasis
material adalah upaya untuk memaparkan kemampuan bahan dalam menahan atau
merespon gaya, usaha, ataupun beban, sebagai contoh kekerasan, kekakuan,
elastisitas, kekuatan tarik dan kelelahan bahan. Bakat kimiawi merupakan gambaran
mengenai persenyawaan yang terjadi diantara unsur-unsur yang terdapat pada bahan
dengan unsur kimia lain dan berdampak terhadap perubahan bakat bahan. Bakat fisis
mengenai bentuk (shape), wujud (form), ornamen, tekstur, warna dan unsur dekoratif
pada bahan. Bakat manufaktur melibatkan alat-alat produksi berupa kegiatan potong,
sambung, lubang, keruk, atau kerat dan tempel. Bakat Mekanis, bakat kimiawi, dan
bakat fisis merupakan unsur yang harus dimunculkan dan diupayakan untuk diketahui
hasilnya dalam proses pengolahan dan perlakuan bahan. Setelah diketahui hasil bakat
bahan maka kemampuan bahan ditinjau oleh bakat manufaktur. Berdasarkan hasil
keempat bakat bahan tersebut akan menjadi pertimbangan arah bentuk yang
dimungkinkan serta pertimbangan antara aspek kegunaan dan aspek estetis.
Kemudian dari kedua aspek tersebut ditemukanlah metode atau cara berpikir
M.A.C.A.K oleh Guspara yang terdiri atas “Material, Alat, dan Cara” merupakan
aspek tangible, sedangkan “Atribut dan Konteks” merupakan aspek intangible.
Metode M.A.C.A.K ini merupakan salah satu cara pada proses desain dengan
pendekatan material. Bagian Material, Alat, dan Cara dilakukan pada penelitian,
sedangkan Atribut dan Konteks membahas mengenai peluang serta hubungan produk
pada pengguna dan lingkungan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19

Gambar 11
Kerangka Kerja Metode M.A.C.A.K
(Sumber : Guspara, 2017)

Kerangka kerja metode M.A.C.A.K meliputi penentuan ide topik, tema,


konsep desain, penelitian material, masalah desain, rekomendasi desain, gagasan pada
proses kreatif hingga purwarupa (prototyping). Pada garis literatur akan mencari
mengenai pustaka dapat mengacu kepada isu tentang alternatif media yang sedang
atau belum dikembangkan. Sehingga penelusuran literatur akan mencari mengenai
unsur apakah yang dimanipulasi dari material yang sudah tersedia, bagaimana
material diolah dan diberi perlakuan, bagaimana melakukan analisa material, peluang
apa saja yang dapat dipenuhi oleh jenis material yang dimanipulasi bakat bahannya,
dan kategori apa sajakah produk yang dapat digantikan material nya.

B. Teori dan Kerangka Berpikir


Pendekatan yang digunakan penulis dalam menjawab permasalan dalam
penelitian ini yakni melalui metode atau cara berpikir M.A.C.A.K, dengan melihat
produk kerajinan eceng gondok Bengok Craft sebagai contoh hasil pengembangan
produk di daerah Rawa Pening. Pengembangan produk ini berkaitan dengan beberapa
tahapan yang harus dilalui untuk terwujudnya produk kerajinan seperti produk
kerajinan Bengok Craft.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20

Konsep pengembangan produk melalui metode atau cara berpikir milik


Guspara bisa digunakan untuk menganalisa proses pengembangan produk di industri
Bengok Craft. Penulis menggunakan konsep tersebut untuk menganalisa material
eceng gondok yang melatarbelakangi industri kreatif Bengok Craft melakukan
pengembangan produk, sebab material bahan mempengaruhi penciptaan kriya/produk.
Telah penulis cantumkan pada kajian pustaka sebelumnya mengenai Guspara yang
menyebutkan bahwa dalam konteks metodologis, terdapat dua aspek proses kreatif
dalam pengembangan produk yang kemudian ditemukanlah metode M.A.C.A.K
(Guspara, 2017: 36).
Aspek-aspek tersebut memunculkan adanya proses kreatif dalam
pengembangan produk pada industri kreatif Bengok Craft. Penulis menganalisis
tahapan-tahapan yang terjadi pada proses pembuatan produk kerajinan Bengok Craft
yang memanfaatkan eceng gondok di daerah Rawa Pening. Dipilihnya industri kreatif
tersebut selain karena dekat dengan daerah Rawa Pening yang terdapat banyak eceng
gondok, Bengok Craft memiliki berbagai jenis produk dari hasil pengembangan
produk yang memiliki ciri khasnya tersendiri.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21

Gambar 12
Bagan Kerangka Pikir

Anda mungkin juga menyukai