Disusun Oleh :
TSANADA SALSABILA
(190110301067)
DEPARTEMEN SEJARAH
UNIVERSITAS JEMBER
Saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih pada Ibu Dewi Salindri sebagai
dosen pengampu mata kuliah ini yang telah memberikan bimbingan terkait pembuatan
topik makalah dan pihak-pihak yang sudah membantu meneliti suatu kasus terkait
dengan topik makalah saya dengan mendokumentasikannya ke dalam buku, artikel atau
jurnal ilmiah, sehingga memudahkan saya dalam menyelesaikan makalah ini.
Tak terlepas dari hal tersebut, saya menyadari sepenuhnya bahwasanya saya
berhadapan dengan keterbatasan yang membuat makalah ini terdapat banyak
kekurangan. Maka dari itu, saya mohon kritik dan saran yang konstruktif untuk
pengembangan kualitas makalah saya selanjutnya. Saya turut berharap agar semoga
makalah yang saya susun dapat bermanfaat dan dapat digunakan untuk mengangkat
masalah dengan topik sejenis dalam makalah-makalah berikutnya.
Penulis
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kota Cirebon adalah salah satu kota yang berada di Provinsi Jawa Barat, Indonesia.
Kota ini berada di pesisir utara Pulau Jawa atau yang dikenal dengan pantura yang
menghubungkan antara Jakarta-Cirebon-Semarang-Surabaya. Karena tempatnya yang
berada di pesisir utara Pulau Jawa, menyebabkan sebagian besar mata pencahariaan
masyarakatnya adalah nelayan.
Kekayaan biota laut yang ada di Indonesia, khususnya di wilayah pantura, Cirebon
dapat dikelola secara maksimal. Mulai dari pengelolaan ikan hasil laut, hingga biota
lain seperti kerang. Kerang adalah hewan yang hidup dan mempunyai sepasang
cangkang yang dapat ditemui di sekitar pantai atau laut. Kerang terkenal dengan
cangkang yang keras dan bertekstur unik. Karena keunikannya tersebut, seseorang
bernama Nurhandiah berinovasi dan menyulap limbah-limbah kerang menjadi suatu
kerajinan yang bernilai estetika tinggi. Cangkang kerang yang diolah bukan kerang
hidup, melainkan cangkang kerang yang telah menjadi sampah. Berkat kerja kerasnya,
produk kerajinan kulit kerang yang ia buat dikenal hingga ke luar negeri seperti,
Prancis, Jerman, Spanyol, Jepang, Italia, Amerika, dan ke Mauritius.
Asal muasal berdirinya Istana Kerang ini bermula ketika Indonesia mengalami
krisis moneter pada tahun 1997-1998. Pada saat itu, krisis moneter yang terjadi
berpengaruh dalam kebutuhan finansial Nurhandiah. Suaminya, Jamie Tabuga
yang saat itu bekerja sebagai kontraktor tak banyak mendapatkan proyek. Untuk
memenuhi kebutuhan sehari-harinya, Nurhandiah mendapatkan ide tentang
pemanfaatan limbah kulit kerang. Saat itu, PHK (Pemutusan Hubungan Kerja)
terjadi secara besar-besaran akibat dari dampak krisis moneter tersebut.
Nurhandiah mengajak sejumlah mantan pekerja untuk membantunya berbisnis
kerajinan limbah kulit kerang.
Dari produk lampu tersebut, hasil karyanya berkembang lagi menjadi furnitur
seperti meja rias dengan berbagai bentuk yang unik dan glamor, meja tamu, hingga
kursi santai. Inovasinya terus berkembang hingga kemudian muncul produk baru
seperti dinding berornamen kerang hingga lantai keramik dari kerang, ada juga
perhiasan seperti gelang, kalung, dan anting, selain itu ada juga beberapa produk
furnitur seperti kursi, meja, vas bunga, lampu, pintu, dan guci.
Semua tersebut bisa terjadi karena kreativitas yang dimiliki oleh Nurhandiah.
Selama ini, saingan terberatnya adalah para perajin dari Filipina yang telah lebih
dulu terjun dalam industri kulit kerang. Pada awalnya, Nurhandiah sempat
menyewa desain khusus untuk membuat produk-produknya. Namun, akhirnya ia
memilih untuk belajar desain sendiri karena dirinya yakin desain miliknya bisa
diterima di pasaran internasional. Bukan hal yang mudah untuk menciptakan
barang yang laku di pasaran. Demi sebuah ide, dirinya harus meluangkan waktu
untuk belajar, membuka wawasan, membaca berbagai rubrik desain, dan
menyempatkan diri untuk berkontemplasi, bahkan survey. Promosinya dalam
mengenalkan produknya juga tak hanya terbatas dalam ruang display. Ketika harus
bertemu dengan orang lain, dirinya juga senantiasa berpenampilan rapi dan
mengenakan berbagai macam pernak-pernik dari kulit kerang buatan rumah
produksinya, mulai dari aksesoris hingga tas tangan. Semuanya dilakukan agar
orang lain melihat dan tertarik dengan barang produksi yang ia kenakan. Rumahnya
pun menggunakan hiasan kulit kerang buatan rumah produksinya. Nurhandiah juga
memutar otak untuk membuat barangnya tetap terjangkau di pasaran. Dengan trik
desain tertentu, sebuah sofa berhiaskan kulit kerang bisa dibanderol dengan harga
lebih murah apabila dibandingkan dengan sofa yang dibuat oleh perajin dari
Filipina. Rumah produksi kerajinan kulit kerang milik Nurhandiah mampu bersaing
dengan perajin luar negeri meski bisnisnya baru berjalan sejak 1998. Di dalam
negeri sendiri, kerajinan kulit kerang belum banyak ditiru oleh perajin lain,
walaupun bahan baku mudah didapat. Mungkin banyak yang beranggapan bahwa
kerajinan dari sampah kurang menarik dan tidak menghasilkan keuntungan yang
banyak. Baginya, yang terpenting adalah bagaimana bahan baku yang berupa
sampah tersebut dapat dirawat dan dibuat menjadi sesuatu yang bernilai sehingga
bisa dijual dan mendapatkan keuntungan dari situ.
BAB III: KESIMPULAN
Kota Cirebon adalah salah satu kota yang berada di Provinsi Jawa Barat, Indonesia.
Kota ini berada di pesisir utara Pulau Jawa atau yang dikenal dengan pantura yang
menghubungkan antara Jakarta-Cirebon-Semarang-Surabaya. Karena tempatnya yang
berada di pesisir utara Pulau Jawa, menyebabkan sebagian besar mata pencahariaan
masyarakatnya adalah nelayan.
Kekayaan biota laut yang ada di Indonesia, khususnya di wilayah pantura, Cirebon
dapat dikelola secara maksimal. Mulai dari pengelolaan ikan hasil laut, hingga biota
lain seperti kerang. Kerang adalah hewan yang hidup dan mempunyai sepasang
cangkang yang dapat ditemui di sekitar pantai atau laut. Kerang terkenal dengan
cangkang yang keras dan bertekstur unik. Karena keunikannya tersebut, seseorang
bernama Nurhandiah berinovasi dan menyulap limbah-limbah kerang menjadi suatu
kerajinan yang bernilai estetika tinggi. Cangkang kerang yang diolah bukan kerang
hidup, melainkan cangkang kerang yang telah menjadi sampah. Berkat kerja kerasnya,
produk kerajinan kulit kerang yang ia buat dikenal hingga ke luar negeri seperti,
Prancis, Jerman, Spanyol, Jepang, Italia, Amerika, dan ke Mauritius.
Prayitno, Panji. 03 Februari 2018. Kerajinan Kulit Kerang Cirebon yang Bikin Menteri
Susi Jatuh Hati. https://www.liputan6.com/regional/read/3250550/kerajinan-kulit-
kerang-cirebon-yang-bikin-menteri-susi-jatuh-hati . Diakses pada 12 Maret 2021.
Astutik, Yuni. 20 Desember 2019. Kilau Kerajinan Kerang Cirebon yang Tembus
Pasar AS dan Italia. https://www.cnbcindonesia.com/entrepreneur/20191220204850-
25-124886/kilau-kerajinan-kerang-cirebon-yang-tembus-pasar-as-italia. Diakses pada
12 Maret 2021.
Wamad, Sudirman. 18 November 2019. Keren! Kerajinan Limbah Kulit Kerang dari
Cirebon Go Internasional. https://finance.detik.com/foto-bisnis/d-4788663/keren-
kerajinan-limbah-kulit-kerang-dari-cirebon-go-internasional/3. Diakses pada 12 Maret
2021.
About Cirebon. 1 Februari 2018. Saat ke Cirebon, Jangan Lupa Berkunjung ke Istana
Kerajinan Kerang yang Sudah Mendunia. https://kumparan.com/about-cirebon/saat-
ke-cirebon-jangan-lupa-berkunjung-ke-istana-kerajinan-kerang-yang-sudah-
mendunia. Diakses pada 12 Maret 2021.