Anda di halaman 1dari 5

PRAKTIKUM 3

Judul Praktikum : Pemeriksaan Telur Cacing Pada Feses Metode

Sedimentasi

Hari/Tanggal Praktikum : Senin / 15 Agustus 2023

Nama Praktikan : MUH FAUZY PATTOLAWALI

NIM Praktikan : PO713203221023

Dosen Pembimbing : 1. Mursalim,S.Pd.,M.Kes

2. Rafika, S.Si.,M.kes

A. Tujuan praktikum

Untuk mengidentifikasi keberadaan telur cacing dalam sampel tinja yang akan diperiksa

B. Prinsip

Sampel diendapkan melalui proses sentifugasi kemudian diperiksa dan dibawa


mikroskop dengan pembesaran 10 x 10

C. Landasan Teori

Parasitologi adalah ilmu yang mempelajari organisme parasit yang hidup


di dalam tubuh atau pada permukaan tubuh organisme lain yang menjadi tempat
mendapatkan makanan untuk mempertahankan hidupnya.
Parasit adalah organisme yang termasuk kelompok hewan yang membutuhkan
makhluk hidup lain sebagai sumber makanan sehingga dapat merugikan
kehidupan bahkan dapat menimbulkan kematian induk semang (hospes)
tempatnya menumpang hidup (Soedarto, 2008).
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh cacing masih tinggi prevelansinya
terutama pada penduduk di daerah tropik seperti di Indonesia, dan merupakan
masalah yang cukup besar bagi bidang kesehatan masyarakat. Hal ini dikarenakan
Indonesia berada dalam kondisi geografis dengan temperatur dan kelembaban
yang sesuai, sehingga kehidupan cacing ditunjang oleh proses daur hidup dan cara
penularannya.
Kecacingan adalah masalah kesehatan yang masih banyak ditemukan.
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), lebih dari 1,5 miliar
orang atau 24% dari populasi dunia terinfeksi Soil Transmitted Helminths (STH).
Infeksi tersebar luas di daerah tropis dan subtropis, dengan jumlah terbesar terjadi
di sub-Sahara Afrika, Amerika, Cina dan Asia Timur (WHO, 2013). Di Indonesia
sendiri prevalensi kecacingan di beberapa kabupaten dan kota pada tahun 2012
menunjukkan angka diatas 20% dengan prevalensi tertinggi di salah satu
kabupaten mencapai 76,67%.
Prevalensi penyakit cacing yang ditularkan melalui tanah di daerah tropik
masih cukup tinggi. Di Indonesia, nematoda usus masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat adalah Ascaris lumbricoides, cacing tambang, dan Trichuris
trichiura. Salah satu sumber penularannya adalah air dan lumpur yang digunakan
dalam budidaya sayuran. Tanah, sayur-sayuran, dan air merupakan media
transmisi yang penting.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan selain melalui pencegahan untuk
mengurangi tingginya angka infeksi parasit cacing di Indonesia ini adalah dengan
mempelajari spesies-spesies yang dapat menginfeksi dan juga memberikan
pengobatan yang sesuai sehingga infeksi tidak akan menuju kategori berat. Untuk
dapat melakukan hal tersebut maka diperlukan suatu penelitian atau identifikasi
parasit yang sesuai. Identifikasi parasit yang tepat memerlukan pengalaman dalam
membedakan sifat sebagai spesies, parasit, kista, telur, larva, dan juga
memerlukan pengetahuan tentang berbagai bentuk pseudoparasit dan artefak yang
mungkin dikira suatu parasit. Identifikasi parasit juga bergantung pada persiapan
bahan yang baik untuk pemeriksaan baik dalam keadaan hidup maupun sediaan
yang telah di pulas. Bahan yang akan di periksa tergantung dari jenis parasitnya,
untuk cacing atau protozoa usus maka bahan yang akan di periksa adalah feses
atau feses, sedangkan parasit darah dan jaringan dengan cara biopsi, kerokan kulit
maupun imunologis (Kadarsan, 1983).
Pemeriksaan feses di maksudkan untuk mengetahui ada tidaknya telur cacing
ataupun larva yang infektif. Pemeriksaan feses ini juga di maksudkan untuk
mendiagnosa tingkat infeksi cacing parasit usus pada orang yang di periksa
fesesnya (Gandahusada.dkk, 2000).

D. Alat dan Bahan :

1. Alat:
a. Pipet volume
b. Sentrifugasi
c. Objek glass
d. Deck glass
e. Mikroskop
f. Tabung sentrifus
g. Rak tabung
h. Breaker gelas
i. Batang pengaduk

2. Bahan :
a. Aquadest
b. Alkohol 96%
c. Sampel feses
d. Oil imersi

E. Cara kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Buatlah emulsi tinja kedalam breaker glass yang telah diberikan aquadest
kemudian aduk mengunakan batang pengaduk
3. Tuangkan larutan emulsi tinja kedalam tabung sampai 2/3 tabung
4. Kemudian sentrifus larutan dengan kecepatan 2000 rpm 5 menit
5. Supernatant dibuang dan endapan ditambahkan aquadest kemudian aduk
6. Dilakukan pemusingan dengan sentrifus seperti cara diatas
7. Pencucian dilakukan sampai supernatant jernih lalu dibuang
8. Endapan yang tersisa, diletakkan diatas objek glass menggunakan pipet volume
dan ratakan sediaan
9. Tuangkan oil imersi diatas sediaan
10. Terakhir diperiksa dibawah mikroskop dengan perbesaran 10 x

F. Hasil Praktikum :

Pemeriksaan Metode Apung Dengan dan Tanpa Disentrifugasi serta


Metode Harada Mori
Nama : Lovenia Putri Ayudia
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 6 Tahun
Alamat : Karangwangkal
Pengambilan Sampel : 26 Mei 2015
Metode yang Hasil
No. Nama
Digunakan Pemeriksaan

Metode Apung Tanpa


1. Putri; Kelas 1 SD Negatif (-)
Disentrifusi

G. Pembahasan :

Nothing

H. Kesimpulan:
Hasil pemeriksaan feses pada metode apung tanpa disentrifugasi yang dilakukan
pada feses saudari Lovenia Putri Ayudia (6 tahun) tidak ditemukan adanya telur
parasit.
DAFTAR PUSTAKA

Gandahusada, S.W Pribadi dan D.I. Herry. 2000. Parasitologi Kedokteran


Fakultas Kedokteran UI : Jakarta

Natadisastra, Djaenudin dan Agoes, Ridad. 2005. Parasitologi Kedokteran


Ditinjau dari Organ Tubuh yang Diserang. EGC: Jakarta

Nogruho, Cahyono et al. 2010. “Identifikasi Kontaminasi elur Nematoda Usus


Pada Sayuran Kubis (Brassica oleracea) Warung Makan Lesehan Wonosari
Gunungkidul Yogyakarta”. Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas
Ahmad Dahlan Vol.4 No.1. Yogyakarta

Shahid, Wazib, Chowdhury, Shamsuzzaman, dan Mamun. 2010. “Identification of


Hookworm Species in Stool By Harada Mori Culture”. Bangladesh Journal
Medical Microbiology. 04 (02):03-04

Wardhana et al. “Identification of Soil Transmitted Helminths Egg on Fresh


Cabbage (Brassica oleracea) at Lampung University Food Stalls, ISSN
2337-3776. Medical Faculty of Lampung University

Soedarto. 2009. Pengobatan Penyakit Parasit. Surabaya. Sagung Seto.

Kadarsan,S. 2005. Binatang Parasit. Bogor: Lembaga Biologi Nasional-LIPI.

Anda mungkin juga menyukai