Anda di halaman 1dari 12

Contoh Penghitungan PPh Pasal 21

Pegawai Tidak Tetap (Pegawai Harian, Tenaga Harian Lepas, Penerima Upah Satuan,
dan Penerima Upah Borongan)

I. Dengan Upah Harian


Nurcahyo dengan status belum menikah pada bulan Januari 2016 bekerja sebagai buruh harian PT
Cipta Mandiri Sejahtera. Ia bekerja selama 10 hari dan menerima upah harian sebesar Rp. 450.000.
Hitung PPh yang harus dipotong!

Penghitungan PPh Pasal 21


Upah sehari Rp 450,000
Pengurangan Rp 450,000
Penghasilan Kena Pajak Rp -
PPh Pasal 21 Rp -

Pada contoh di atas, seandainya Nurcahyo bekerja selama 12 hari, maka perhitungan pajaknya sebagai
berikut:

Hari ke Upah Akumulasi Upah


1 Rp 450,000 Rp 450,000
2 Rp 450,000 Rp 900,000
3 Rp 450,000 Rp 1,350,000
4 Rp 450,000 Rp 1,800,000
5 Rp 450,000 Rp 2,250,000
6 Rp 450,000 Rp 2,700,000
7 Rp 450,000 Rp 3,150,000
8 Rp 450,000 Rp 3,600,000
9 Rp 450,000 Rp 4,050,000
10 Rp 450,000 Rp 4,500,000
11 Rp 450,000 Rp 4,950,000
12 Rp 450,000 Rp 5,400,000

Pada hari ke-11 s.d. hari ke-12 karena jumlah akumulasi upah dalam sebulan melebihi Rp 4.500.000
maka PPh Pasal 21 terutang dihitung setelah dikurangi PTKP sebenarnya.
Pada hari ke-11 PPh Pasal 21 dihitung sebagai berikut:
Upah s.d. hari ke-11 (11xRp. 450.000)
PTKP
Sebenarnya:
11x(54.000.000/
360)
Penghasilan Kena Pajak s.d. hari ke-11
PPh Pasal 21
terutang s.d.
hari ke-11
(5% x Rp
3.300.000)
PPh Pasal 21
yang dipotong
dari hari ke-1
s.d. hari ke-10

PPh Pasal 21
yang harus
dipotong pada
hari ke-11

Jadi, upah bersih yang diterima Nurcahyo pada hari ke-11 adalah Rp 450.000 - Rp 165.000= Rp. 285.000

Pada hari ke-12 PPh Pasal 21 dihitung sebagai berikut:


Upah sehari
PTKP
sebenarnya
(sehari)
Rp
24.300.000/360
Penghasilan Kena Pajak

PPh Pasal 21
Terutang
(5% x Rp.
300.000)
Jadi, upah bersih yang diterima Nurcahyo pada hari ke-12 adalah Rp 450.000 - Rp 15.000 = Rp 435.000

Nanang Hermawan (belum menikah) pada bulan Maret 2013 bekerja pada perusahaan PT Tani Jaya,
menerima upah sebesar Rp. 300.000 per hari Selama 8 hari. Hitung PPh Pasal 21!

Penghitungan PPh Pasal 21 sebagai berikut:


Upah sehari Rp 300,000
Pengurang Rp 200,000

Upah sehari di
atas Rp. 200.000 Rp 100,000

PPh Pasal 21 =
5% X Rp.
100.000 Rp 5,000
Tabel dapat dilihat sebagai berikut:
Hari ke Upah Akumulasi Upah
1 Rp 300,000 Rp 300,000
2 Rp 300,000 Rp 600,000
3 Rp 300,000 Rp 900,000
4 Rp 300,000 Rp 1,200,000
5 Rp 300,000 Rp 1,500,000
6 Rp 300,000 Rp 1,800,000
7 Rp 300,000 Rp 2,100,000
8 Rp 300,000 Rp 2,400,000

Penghitungan PPh Pasal 21 pada hari ke-7 sebagai berikut:


Upah 7 hari kerja Rp 2,100,000

PTKP = 7 x
(24.300.000/360
) Rp 472,500
Penghasilan
PPh Pasal 21Kena
= Rp 1,627,500
PPhx Pasal
5% 21
1.627.500 Rp 81,375
yang telah
dipotong selama
6 hari Rp 30,000

PPh Pasal 21
yang harus
dipotong pada
hari ke-7 Rp 51,375

Jadi upah yang diterima Nanang Hermawan pada hari ke-7 adalah Rp 300.000 - Rp. 51.375 = Rp. 248.625

Penghitungan PPh Pasal 21 Pada hari ke-8 (dan seterusnya jika lebih dari 8 hari) sebagai berikut:
Upah sehari Rp 300,000
PTKP = 24.300.00 Rp 67,500
Penghasilan Kena Rp 232,500

PPh Pasal 21
yang harus
dipotong = 5% x
Rp. 232.500 Rp 11,625
,
Jadi upah yang diterima Nanang Hermawan pada hari ke-8 adalah Rp. 300.000-11.625 = Rp. 288.375

II. Dengan Upah Satuan

Rizal Fahmi (belum menikah) adalah seorang karyawan yang bekerja sebagai perakit TV
pada suatu perusahaan elektronika. Upah yang dibayar berdasarkan atas jumlah
unit/satuan yang diselesaikan yaitu Rp. 75.000 per buah TV dan dibayar tiap minggu.
Dalam waktu 1 minggu (6 hari kerja) dihasilkan sebanyak 24 buah TV dengan upah Rp.
1.800.000

Penghitungan PPh Pasal 21:

Upah sehari
adalah
(Rp 1.800.000 :
6) Rp 300,000
Pengurangan Rp 200,000
Penghasilan
Kena Pajak Rp 100,000
Harian

Penghasilan
Kena Pajak Rp 600,000
seminggu (6 x
Rp 100.000)

PPh Pasal 21
(5% x Rp
600.000) Rp 30,000

III. Dengan Upah Borongan

Mawan mengerjakan dekorasi sebuah rumah dengan upah borongan sebesar Rp 450.000,
pekerjaan diselesaikan dalam 2 hari. Hitung PPh Pasal 21!

Upah Borongan
sehari
(Rp 450.000 : 2) Rp 225,000
Pengurangan Rp 200,000

Penghasilan
Kena Pajak Rp 25,000
Harian

Penghasilan
Kena Pajak Rp 50,000
2 Hari (2 x Rp
25.000)

PPh Pasal 21 Rp 2,500


(5% x Rp 50.000)

IV. Pegawai Tidak Tetap/ Tenaga Kerja Lepas, yang dibayarkan secara bulanan

Bagus Hermanto adalah tenaga kerja lepas pada perusahaan elektronik dengan dasar
upah harian yang dibayarkan bulanan. Dalam bulan Januari 2013 Bagus Hermanto hanya
bekerja 20 hari kerja dan upah sehari adalah Rp. 150.000. Bagus Hermanto menikah tapi
belum punya anak. Hitung PPh Pasal 21!

Penghitungan PPh Pasal 21:

Upah Januari
2013
(20 x Rp
150.000) Rp 3,000,000
Penghasilan
Netto Rp 36,000,000
Setahun (12 x Rp
3.000.000)
PTKP (K/0) Rp 26,325,000
Penghasilan Kena Rp 9,675,000

PPh Pasal 21
Setahun Rp 483,750
(5% x Rp
9.675.000)
PPh Pasal 21
bulan Januari
2013 (Rp Rp 40,313
483.750 : 12)
naga Harian Lepas, Penerima Upah Satuan,

kah pada bulan Januari 2016 bekerja sebagai buruh harian PT


lama 10 hari dan menerima upah harian sebesar Rp. 450.000.

ahyo bekerja selama 12 hari, maka perhitungan pajaknya sebagai

Keterangan
Jumlah belum melebihi Rp 450.000/ hari
Jumlah belum melebihi Rp 450.000/ hari
Jumlah belum melebihi Rp 450.000/ hari
Jumlah belum melebihi Rp 450.000/ hari
Jumlah belum melebihi Rp 450.000/ hari
Jumlah belum melebihi Rp 450.000/ hari
Jumlah belum melebihi Rp 450.000/ hari
Jumlah belum melebihi Rp 450.000/ hari
Jumlah belum melebihi Rp 450.000/ hari
Jumlah belum melebihi Rp 450.000/ hari
Mulai hari ke-11 akumulasi upah telah melebihi Rp 4.500.000
Mulai hari ke-12 akumulasi upah telah melebihi Rp 4.500.000

rena jumlah akumulasi upah dalam sebulan melebihi Rp 4.500.000


ung setelah dikurangi PTKP sebenarnya.
tung sebagai berikut:
Rp 4,950,000

Rp 1,650,000

Rp 3,300,000

Rp 165,000
Rp -

Rp 165,000

Nurcahyo pada hari ke-11 adalah Rp 450.000 - Rp 165.000= Rp. 285.000

tung sebagai berikut:


Rp 450,000

Rp 150,000

Rp 300,000

Rp 15,000
Nurcahyo pada hari ke-12 adalah Rp 450.000 - Rp 15.000 = Rp 435.000

) pada bulan Maret 2013 bekerja pada perusahaan PT Tani Jaya,


0 per hari Selama 8 hari. Hitung PPh Pasal 21!

gai berikut:

Keterangan
Harian di atas Rp. 200.000
Harian di atas Rp. 200.000
Harian di atas Rp. 200.000
Harian di atas Rp. 200.000
Harian di atas Rp. 200.000
Harian di atas Rp. 200.000
Akumulasi Upah sebulan di atas Rp 2.025.000
Akumulasi Upah sebulan di atas Rp 2.025.000

a hari ke-7 sebagai berikut:

Hermawan pada hari ke-7 adalah Rp 300.000 - Rp. 51.375 = Rp. 248.625

a hari ke-8 (dan seterusnya jika lebih dari 8 hari) sebagai berikut:

Hermawan pada hari ke-8 adalah Rp. 300.000-11.625 = Rp. 288.375

seorang karyawan yang bekerja sebagai perakit TV


Upah yang dibayar berdasarkan atas jumlah
p. 75.000 per buah TV dan dibayar tiap minggu.
dihasilkan sebanyak 24 buah TV dengan upah Rp.
(Mingguan)

h rumah dengan upah borongan sebesar Rp 450.000,


Hitung PPh Pasal 21!

epas, yang dibayarkan secara bulanan

a lepas pada perusahaan elektronik dengan dasar


an. Dalam bulan Januari 2013 Bagus Hermanto hanya
ri adalah Rp. 150.000. Bagus Hermanto menikah tapi
l 21!
0

Pemotongan PPh Pasal 21


Belum dipotong pasal 21 krn blm melebihi Rp 450.000/ Hari
Belum dipotong pasal 21 krn blm melebihi Rp 450.000/ Hari
Belum dipotong pasal 21 krn blm melebihi Rp 450.000/ Hari
Belum dipotong pasal 21 krn blm melebihi Rp 450.000/ Hari
Belum dipotong pasal 21 krn blm melebihi Rp 450.000/ Hari
Belum dipotong pasal 21 krn blm melebihi Rp 450.000/ Hari
Belum dipotong pasal 21 krn blm melebihi Rp 450.000/ Hari
Belum dipotong pasal 21 krn blm melebihi Rp 450.000/ Hari
Belum dipotong pasal 21 krn blm melebihi Rp 450.000/ Hari
Belum dipotong pasal 21 krn blm melebihi Rp 450.000/ Hari
Meski rata-rata belum melebihi 450.000/hari namun akumulasi upah telah lebih dari Rp. 4.500.000
Meski rata-rata belum melebihi 450.000/hari namun akumulasi upah telah lebih dari Rp. 4.500.000
Rp 5,400,000

Rp 1,800,000
Rp 3,600,000

Rp 180,000
165,000
Rp 15,000

Pemotongan PPh Pasal 21


5% X (300.000-200.000) = Rp. 5.000
5% X (300.000-200.000) = Rp. 5.000
5% X (300.000-200.000) = Rp. 5.000
5% X (300.000-200.000) = Rp. 5.000
5% X (300.000-200.000) = Rp. 5.000
5% X (300.000-200.000) = Rp. 5.000
Penghitungan menggunakan PTKP Sebenarnya
Penghitungan menggunakan PTKP Sebenarnya

Anda mungkin juga menyukai