Anda di halaman 1dari 7

TUGAS 1

Teknologi Pelpisan (Coating)

Tugas Ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Teknologi
Pelapisan (Coating)

Oleh :

Yogi Marta Hadi

2613181070

PROGRAM STUDI TEKNIK METALURGI


FAKULTAS TEKNOLOGI MANUFAKTUR
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
BANDUNG
2021
Baja menjadi material utama dalam pembangunan – pembangunan
infrastruktur, mobil, kapal, kereta api, persenjataan, dan alat – alat perkakas. Pada
industri perkapalan, baja yang paling sering digunakan untuk membuat suatu
kapal adalah baja karbon rendah.
Lawan utama dari baja adalah korosi. Korosi adalah kehancuran atau
kerusakan material karena reaksi dengan lingkungannya. Korosi pada logam juga
dapat diartikan sebagai reaksi kebalikan dari pemurnian logam. Korosi ini sendiri
bisa mengakibatkan menurunnya kualitas dari baja tersebut sehingga
mengakibatkan baja tersebut menjadi cepat lemah dan rusak.
Salah satu pencegahan dan perlindungan terhadap korosi dalah dengan cara
coating. Coating adalah sebuah pelapisan yang diterapkan pada permukaan
suatu benda. Fungsi penerapan lapisan terdiri dari identifikasi, proteksi dan
estetika . Pelapisan terdiri dari 2 jenis, yaitu liquid coating dan concrete coating.
Liquid coating biasanya berupa painting (pengecatan), sedangkan concrete
coating adalah pelapisan dengan menggunakan beton.
Cat adalah pelapis yang kebanyakan memiliki kegunaan ganda untuk
melindungi permukaan suatu benda. Selain berfungsi sebagai dekoratif,
pelapisan dengan menggunakan cat juga berfungsi sebagai media anti korosi
yang melindungi permukaan benda semacam pipa – pipa pada pabrik maupun
pada badan kapal.

Gambar 1.1 Proses Pelapisan Cat Pada Kapal

Terdapat 3 komponen dasar di dalam liquid coating, yaitu pigment, binder,


dan solvent. Berikut adalah penjelasan mengenai komponen – komponen yang
terdapat di dalam cat:
1. Pigment, Fungsi pigment yang terdapat pada cat dasar (primer coat) adalah
sebagai penghambat serangan korosi pada logam yang cara kerjanya
bersifat pasif, yaitu pigment yang tidak bereaksi dengan lingkungan akan
membentuk suatu senyawa kompleks dengan oksida logam sehingga terjadi
suatu lapisan yang pasif.
2. Binder adalah suatu senyawa polimer yang berfungsi untuk menentukan
karakter dari lapisan cat. Oleh karena itu binder merupakan bahan yang
penting bagi formulasi cat, karena sebagian besar komposisi cat
mengandung bahan jenis ini.
3. Solvent pada cat berfungsi untuk melarutkan material binder dan
mengurangi kekentalan coating untuk memudahkan aplikasi. Solvent juga
mengendalikan pengeringan film, adhesi, dan umur film.

Adapun bahan tambahan untuk pembuatan cat serta fungsinya sebagai berikut:

1. Additive Fungsi dari bahan additive yang ditambahkan ke dalam cat adalah
untuk memperbaiki sifat-sifat cat, seperti mencegah terjadinya pemisah
warna, mencegah pengendapan pigment, mencegah terbentuknya kulit,
mencegah terjadinya keriput pada lapisan cat, sebagai zat pembasah,
pembunuh jasad renik, pengering, penambah sifat plastis dan lain-lain.
2. Extender Fungsinya sama dengan additive, yaitu memperbaiki sifat-sifat
cat. Bahan extender ini berbentuk padat yang biasanya dipergunakan untuk
membantu cara kerja pigment, misalnya barite, talc, senyawa CaCO3, dan
lain-lain.
Pada proses pelapisan cat maka akan mengalami pengeringan atau bisa
disebut dengan curing. Proses curing cat ini dibagi menjadi 3 jenis yaitu :
1. Mekanisme Termoplastik (Tthermoplastic Mechanism )
Proses pembentukan lapisan fil cat secara termoplastik terjadi tanpa reaksi
kimia. Cat membentuk lapisan film semata-mata karena pengencerannya
menguap dari cairan menjadi gas, dan meninggalkan partikel solid yang
melebur satu sama lain dan menempel dipermukaan benda. Dengan kata
lain, terdapat dua proses mekanisme termoplastik yakni drying
(pengeringan, atau peguapan diluents) dan coalescence ( peleburan ).
Peleburan terjadi setelah diluents menguap dan partikel cat yang tertinggal
melebur satu sama lain.
2. Mekanisme Thermosetting ( Thermosetting Mechanism )
Jenis proses curing ini dibutuhkan reaksi kimia agar bisa terbentuk lapisan
film cat pada berbahan polyurethane dan epoksi. Pada cat 2 komponen, cure
proses terjadi akibat dua komponen bertemu dan melalukan reaksi kimia
setelah sebelumnya diluents menguap. Reaksi ini akan membentuk ikatan
cross link yang kemudian menghasilkan lapisan solid cat. Ikatan cross link
sendiri biasanya terjadi setelah molekul berikatan dengan oksigen udara.
3. Mekanisme Kombinasi
Mekanisme kombinasi adalah mekanisme cat mengering yang didesain
dengan memadukan metode Thermoplastic dengan Thermosetting.

Gambar 1.2 Bagian Bagian Kapal


Keterangan:
1).Cerobong, 2).Buritan, 3).propeler dan kemudi, 4).porside/Starboard, 5).Jangkar,
6).Bullbous Bow, 7).Haluan, 8).Geladak, 9).Anjungan.

Proses pengecatannya pun terdiri dari 3 lapisan diantaranya: Primer coat,


Intermediate coat dan finish coat. Proses pengecatan kapal besi pada bagian yang
terendam air setelah proses blasting, dianjurkan menggunakan Primer Coat yang
mempunyai ketahanan anti korosi yang sangat baik, primer coat ini hendaknya
mempunyai pigment yang berbasis zinc pigment, dimana zinc pigment ini dapat
mencegah besi terkorosi, baik oleh air maupun air laut.
Proses pengecatan kapal besi pada bagian yang terendam air setelah
pengecatan primer coat, dianjurkan menggunakan Intermediate coat, Intermediate
Coat ini disamping berfungsi sebagai pelindung lambung kapal agar supaya tidak
teresap air laut langsung, juga berfungsi sebagai penebal cat.
Proses pengecatan kapal besi pada bagian yang terendam air setelah
pengecatan Intermediate coat, dianjurkan menggunakan Anti Fouling, cat anti
fouling ini berfungsi sebagai pelindung lambung kapal bagian bawah yang
terendam air laut agar supaya tidak ditumbuhi lumut dan tertempelnya binatang
laut. Seperti tiram, kerang dan lainnya.
Pada pengecatan kapal besi untuk bagian yang tidak terendam air laut
langsung, tetapi kadang kala bersentuhan dengan air laut, pada bagian ini biasanya
kita sebut sebagai bagian boot top. Pengecatan pada Boot top terdiri dari 3 lapisan,
diantaranya Primer Coat, Intermediate Coat dan Finish Coat.
Adapun kegagalan pengecatan pada kapal anatara lain :
1. Drying Trouble atau proses pengeringan tidak sempurna. Hal ini dikarenakan
pelapisan yang dilakukan terlalu tebal dan proses pengecatannya dilakukan
pada kondisi cuaca yang tidak cocok, yaitu suhu terlalu rendah dan lembab.
Karena kurangnya sinar matahari dan aplikasi pelapisan pengecatan terlalu
tebal, maka cat tidak bisa mengering dengan sempurna.
2. Wrinkling atau pengerutan cat. Pengerutan disebabkan oleh proses interval
pengecatan yang terlalu cepat. Ketika lapisan cat yang pertama belum kering
sempurna sudah dilakukan pengecatan lagi, maka akan terjadi penarikan
yang menyebabkan cat tersebut mengerut ketika kering.
3. Blistering atau penggelembungan cat pada permukaan. Hal ini bisa
disebabkan oleh beberapa faktor. Selain karena aplikasi cat yang terlalu
tebal, penyebab lain timbulnya blistering adalah interval pengecatan yang
terlalu cepat. Ketika lapisan cat pertama belum kering sempurna sudah
dilakukan pelapisan lagi. Apabila permukaan yang akan dicat tidak bersih
sempurna dan masih ada kotoran atau cairan namun tetap dilakukan
pengecatan, maka kotoran atau cairan yang tertahan dibawahnya dapat
mengakibatkan menggelembungnya lapisan cat tersebut.
Korosi didefinisikan sebagai penghancuran paksa zat seperti logam dan bahan
bangunan mineral media sekitarnya yang biasanya cair (agen korosif). Ini biasanya
dimulai pada permukaan dan disebabkan oleh kimia dan dalam kasus logam, reaksi
elektrokimia. Kehancuran kemudian dapat menyebar ke bagian dalam materi.
Organisme juga dapat berkontribusi pada korosi bahan bangunan. selain itu korosi
juga dapat diartikan sebagai penurunan mutu logam yang disebabkan oleh reaksi
elektrokimia antara logam dengan lingkungan sekitarnya. Korosi dapat terjadi
apabila terdapat empat elemen yaitu anoda, katoda, metallic path dan larutan
electrolyte.
Agar korosi dapat terjadi, keempat elemen tersebut harus ada. Jika salah satu
dari keempat elemen itu tidak ada, maka korosi tidak akan terjadi. Reaksi korosi
yang akan terjadi adalah
Anoda : 4Fe 4Fe2+ + 8e ( Oksidasi )
Katoda : 4H2O + 2O2 8OH ( Reduksi )
4Fe2+ + 8OH 4Fe(OH)2
4Fe(OH)2 + O2 2Fe2O3 . 2 H2O ( Karat )
2H+ + 2e H2 gas ( suasana asam )

Tabel 1. Tingkat ketahanan korosi berdasarkan Laju Korosi


Relative Corrosion Approximate Metric Equivalent
resistance
mpy mm/year µm/yr nm/yr pm/sec
Outstanding <1 < 0.02 < 25 <2 <1
Excellent 25 - 100
1-5 0.02 - 0.1 2 - 10 1-5
Good 5 - 20 100 - 500 10 - 50
0.1 - 0.5 5 - 20
20 - 50 500 - 50 - 100
Fair
0.5 - 1 1000 20 - 50
50 - 1000 - 150 -
Poor
200 42125 5000 500 50 -200
Unacceptable 200+ 5+ 5000+ 500+ 200+

Daftar Pustaka :
Afandi, Y. K., Arief, I. S., & Amiadji, A. (2015). Analisa Laju Korosi pada pelat
baja Karbon dengan Variasi ketebalan coating. Jurnal Teknik ITS, 4(1), G1-
G5.
Kurniawan, W. D., & Periyanto, P. (2018). Proses Sandblasting Dan Coating Pada
Kapal Di PT. Dok Perkapalan Surabaya. Otopro, 44-53.

Anda mungkin juga menyukai