Anda di halaman 1dari 7

TUGAS PERLINDUNGAN LOGAM

PENANGGULANGAN KOROSI DENGAN CARA TEKNIK


PERLINDUNGAN LOGAM (MARINE COATINGS)
Tugas Ini Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Nilai Tugas Perlindungan Logam

Disusun Oleh :
Nama : Thirany Dewa Amnesti
NIM : 2613171072

JURUSAN TEKNIK METALURGI


FAKULTAS TEKNOLOGI MANUFAKTUR
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
BANDUNG
2020
KOROSI PADA KAPAL DAN PENANGGULANGANNYA
(MARINE COATINGS)

Hampir sebagian besar konstruksi kapal terbuat dari pelat baja. Pelat baja untuk
konstruksi kapal memiliki resiko kerusakan terhadap korosi. Korosi merupakan reaksi
antara logam dengan lingkungannya yang mengakibatkan terjadinya degradasi pada
logam. Korosi pada konstruksi kapal yang diakibatkan oleh air laut dapat
menurunkan kekuatan konstruksi dan umur kapal, sehingga mengurangi jaminan
keselamatan muatan dan penumpang kapal. Dengan begitu untuk menghindari
kerugian yang besar akibat kerusakan konstruksi kapal oleh korosi maka diperlukan
perlindungan logam. Cara penanggulangannya yaitu dengan menggunakan cat kapal
dan penggunaan zinc anode pada bagian konstruksi kapal yang tercelup air laut.
Menurut NACE International (National Association of Corrosion Engineers),
mengutip dari buku yang ditulis oleh Fontana dan Green pada tahun 1967 terdapat 8
jenis korosi yaitu :
1. Uniform Attack (Korosi Seragam)
Biasanya ditandai dengan reaksi kimia atau elektrokimia yang berlangsung
secara seragam di seluruh permukaan yang terbuka atau di area yang luas. Reaksi
kimia terjadi karena pH air yang rendah dan udara yang lembab, sehingga makin
lama pelat baja makin menipis. Korosi jenis ini bisa dicegah dengan cara diantaranya,
pemilihan material pelat baja yang tepat beserta pelapisannya (coating), diberi lapis
lindung yang mengandung inhibitor dan perlindungan katodik (cathodic protection).
2. Galvanic or Two-Metal Corrosion (Korosi Galvanis)
Korosi ini terjadi karena adanya 2 logam yang berbeda dalam satu elektrolit
sehingga logam yang bersifat lebih anodik akan terkorosi
3. Crevice Corrosion (Korosi Celah)
Korosi yang terjadi pada logam yang berdempetan dengan logam lain dan
diantaranya terdapat celah yang dapat menahan kotoran dan air sehingga terdapat 
kosentrasi oksigen. Jenis korosi ini biasanya disebabkan oleh lubang yang kecil, dan
celah-celah di bawah kepala baut dan paku keling.
4. Pitting Corrosion (Korosi Lubang)
Korosi ini menimbulkan lubang yang terlokalisir pada permukaan logam.
Lubang-lubang ini mungkin berdiameter kecil atau besar, tetapi dalam kebanyakan
kasus mereka relatif kecil. Lubang terkadang terisolasi atau sangat berdekatan
sehingga terlihat seperti permukaan kasar. Umumnya lubang dapat digambarkan
sebagai rongga atau lubang dengan diameter permukaan hampir sama. Pitting adalah
salah satu bentuk korosi yang paling merusak dan berbahaya.
5. Intergranular Corrosion
Intergranular adalah korosi terlokalisasi dalam daerah yang sempit dan terjadi di
batas butir. Logam merupakan susunan butiran-butiran kristal seperti butiran pasir
yang menyusun batu pasir. Butiran-butiran tersebut saling terikat yang kemudian
membentuk mikrostruktur. Adanya korosi menyebabkan butiran menjadi lemah
terutama di batas butir sehingga logam kehilangan kekuatan.
6. Selective leaching
Merupakan proses menghilangkan satu elemen dari solid alloy dengan proses
korosi.
7. Erosion Corrosion
Korosi erosi adalah percepatan tingkat kerusakan atau serangan pada logam
karena gerakan relatif antara cairan korosif dan permukaan logam. Umumnya gerakan
ini cukup cepat, dan berkaitan dengan abrasi Korosi yang terjadi karena gesekan
antara cairan yang korosif pada pemukaan logam ataupun karena aliran fluida yang
sangat deras yang dapat mengikis lapisan pelindung atau aus pada logam.  Korosi ini
biasanya terjadi pada bagian pipa dan propeller.
8. Stress-corrosion cracking
Mekanisme korosi tegangan terjadi akibat adanya hubungan dari 3 faktor
komponen, yaitu bahan rentan terhadap korosi, adanya larutan elektrolit (lingkungan)
dan adanya tegangan. Sebagai contoh, tembaga rentan terhadap senyawa amonia, baja
ringan rentan terhadap larutan alkali dan baja tahan karat rentan terhadap klorida.
Korosi laut memiliki dampak yang signifikan terhadap umur kapal.
Oleh karena itu strategi pengendalian korosi yang efektif harus dipilih dengan
pemilihan lapisan yang sesuai untuk lingkungan laut. Pelapisan lambung kapal
dengan cat memiliki fungsi khusus untuk melindungi kontruksi lambung kapal
terutama yang terletak di bawah garis air dan kontruksi kapal di atas garis air.
Pengecatan pada kapal biasanya disebut dengan marine coatings, dan terdapat 4 tipe
diantaranya:
1. Anti-fouling coatings
2. Anti-corrosion coatings
3. Foul release coatings
4. Self-cleaning & self-polishing coatings
Jenis korosi yang terjadi pada kapal laut ini termasuk ke dalam korosi basah yang
disebabkan oleh lingkungan yang mengelilinginya mengandung larutan atau pelarut.
Metode yang paling banyak digunakan dalam menanggulangi korosi, pelapukan,
maupun binatang dan tumbuhan laut yang terbukti efektif yaitu dengan pengecatan
(protective coatings). Pengecatan pada badan kapal ini dapat dilakukan untuk
pencegahan dan penanggulangan.
Pelaksanaan pengecatan dapat dilakukan dengan menggunakan roll, kuas,
ataupun menggunakan spray gun. Adapun macam-macam cat yang digunakan untuk
mengecat kapal adalah :
a. Pada badan kapal bagian bawah (keel) sampai bottom digunakan cat anti
korosi (AC). Cat ini berfungi untuk melindungi badan kapal dari
pengkaratan.
b. Kemudian dilakukan pengecatan dengan menggunakan cat anti fouling (AF)
untuk mencegah menempelnya hewan dan tumbuhan laut.
Proses dan Metode Pengecatan
Terdapat beberapa metoda dan proses pengecatan yang perlu diketahui, yaitu :
1. Pre Inspection
Pre Inspection merupakan pengujian awal terhadap permukaan material yang
akan dicat dengan tujuan agar dihasilkan perekatan secara maksimal untuk proses
pengecatan.
2. Surface Preparation
Hal utam yang dilakukan pada tahap ini adalah blasting, dengan kegunaan utama
menghilangkan kontaminasi atau pencemarahn dari dasar menghapus rekat erat,
bahan kimia, dan pengotor lainnya. Blasting juga berguna untuk persiapan permukaan
dengan meningkatkan kekasaran sehingga pengecatan menjadi lebih efektif.
3. Paint Preparation
Tahap ini merupakan persiapan sebelum dilakukan pengecatan. Pada tahap ini
yaitu menyiapkan peralatan pengecatan, proses mixing cat dan painternya.
4. Paint Application
Pada tahap ini merupakan tahap proses pengecatan. Setelah proses pengecatan
harus dilakukan proses pemeriksaan terhadap hasil pengecatan.
Urutan Pengecatan
Pada saat pengecatan badan kapal, urutan pelapisan cat harus sesuai. Hal ini
mengingat tiap-tiap lapisan cat menggunakan jenis cat yang berbeda.
a. Lapisan Pertama
Pada lapisan pertama, jenis cat yang dipakai adalah jenis cat dasar. Cat jenis ini
berfungsi untuk melindungi permukaan logam agar tidak berkarat atau rusak.
b. Lapisan Kedua
Jenis cat yang digunakan pada lapisan kedua ini adalah jenis cat Anti Corrosion
(AC). Cat ini berfungsi sebagai penebal agar serangan yang datang dari luar
(excess) dapat dicegah dan untuk mencegah terjadinya korosi.
c. Lapisan Ketiga
Pada lapisan ketiga yang merupakan lapisan terluar digunakan jaenis cat Anti
Fouling (AF). Cat ini berfungsi untuk mencegah binatang laut agar tidak
menempel pada badan kapal.
Cara-Cara Pengecatan
Cara pengecatan dapat dilakukan dengan cara konvensional maupun modern.
Cara pengecatan secara konvensional dilakukan dengan mengolesi badan kapal
dengan menggunakan kuas atau roll. Sedangkan dengan cara modern yaitu
menggunakan compressor yang bertekanan tinggi untuk menyemprotkan cat pada
badan kapal.
Jenis Pengecatan Kapal dan Perbedaannya
Terdapat dua jenis pengecatan yaitu pengecatan konstruksi baru dan pengecatan
kapal repair (penanggulangan). Pengecatan konstruksi baru meliputi pengecatan
keseluruhan badan kapal dari haluan hingga sistem dalam kapal. Sedangkan
pengecatan repair hanya pada bagian tertentu sesuai peraturan yang harus dilakukan
pengecatan kembali setelah bebrapa waktu.
Pada pengecatan kapal repair lambung kapal disemprot terlebih dahulu dengan
air tawar, dilakukan penyekrapan, pengetokan, sandblasting selanjutnya dilakukan
pengecatan.
Penggunaan Cat
Dalam proses pengecatan dilakukan dengan menggunakan cat yang berbeda
dikarenakan cat itu sendiri memiliki fungsi berbeda. Penggunaan cat yaitu :
1. Cat Primer (P), yaitu cat dasar yang merupakan lapisan pertama berlangsung
pada permukaan pelat. Cara ini berfungsi untuk menutup pori-pori pelat dan
sekaligus untuk meningkatkan daya lekat dengan lapisan berikutnya.
2. Cat Anti Corrosion (AC), cat ini mempunyai sifat dapat menahan oksidasi
sehingga dapat menahan korosi pada pelat. Biasanya digunakan pada lapisan
kedua setalah cat primer.
3. Cat Anti Fouling (AF), cat ini memiliki sifat dapat mengurangi daya lekat dan
mematikan binatang laut, sehingga mengurangi banyaknya binatang laut yang
menempel pada saat berlabuh. Cat ini digunakan pada bagian kapal antara
lunas sampai dengan garis air. Pada bagian ini selalu tercelup air dan sangat
mungkin ditempel binatang laut.
4. Cat Bottop (B/T), merupakan cat yang mempunyai daya korosif yang tinggi
dan merupakan lapisan setelah anti korosi.
5. Cat Top Side (T/S), cat ini dipergunakan untuk cat akhir (finished paint) pada
bagian kapal diatas garis air penuh dan warnanya harus disesuaikan dengan
warna kapal.
6. Cat Deck, yaitu cat yang dipergunakan untuk mengecek deck. Halt paint
digunakan untuk funnel pada cerobong.
7. Cat Bitominius, yaitu cat khusus untuk bagian jangkar, rantai jangkar dan
chain locker (kotak jangkar).

DAFTAR PUSTAKA
1. http://blog.docking.id/korosi-pada-kapal-dan-penanggulangannya/
2. Ariany, Zulfaidah. “Kajian Preparasi Pengecatan Pada Lambungan Kapal”.
Teknik Perkapalan. Fakultas Teknik. Universitas Diponegoro. Semarang. 2014.
3. https://en.wikipedia.org/wiki/Anti-fouling_paint

Anda mungkin juga menyukai