Anda di halaman 1dari 20

A.

Dampak perkembangan teknologi digital, terutama media sosial, memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap bahasa Indonesia. Platform media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter,

dan lainnya telah mengubah gaya bahasa dan kebiasaan komunikasi masyarakat. Di

lingkungan media sosial, terdapat kecenderungan untuk menggunakan bahasa yang lebih

santai, singkat, dan cepat. Batasan karakter pada platform seperti Twitter mempengaruhi

kebiasaan menggunakan singkatan, emotikon, dan simbol untuk menyampaikan pikiran

atau perasaan dalam bentuk tulisan. Selain itu, penggunaan frasa dan kata-kata yang

berulang seperti "hahaha", "lol", atau "LOL" telah menjadi umum dalam mengekspresikan

tawa atau kekaguman. Gaya bahasa dalam media sosial juga dipengaruhi oleh penggunaan

bahasa Inggris dan campuran bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Penggunaan frasa dan

kata-kata dalam bahasa Inggris seperti "selfie", "foodie", "OOTD" (Outfit of the Day), atau

"FOMO" (Fear of Missing Out) telah menjadi bagian dari kosakata dan gaya bahasa yang

digunakan oleh pengguna media sosial. Hal ini menunjukkan adanya penyerapan kata-kata

asing ke dalam bahasa Indonesia dalam era digital.

B. Penggunaan kata-kata serapan dari bahasa asing dalam bahasa Indonesia juga dipengaruhi oleh

perkembangan teknologi. Di era digital ini, banyak istilah dan konsep baru yang berasal

dari bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya digunakan atau diterjemahkan langsung ke

dalam bahasa Indonesia. Sebagai contoh, kata "email" digunakan sebagai istilah umum

untuk surat elektronik, "download" untuk mengunduh, atau "streaming" untuk menonton

atau mendengarkan secara daring. Penggunaan kata-kata serapan ini mencerminkan

kemajuan teknologi dan perkembangan global. Namun, penting juga untuk menjaga

keseimbangan dengan menggunakan kata-kata asli dalam bahasa Indonesia dan

memastikan pemahaman yang tepat tentang arti dan penggunaan kata-kata serapan

tersebut.

C. Perkembangan kosakata dan ekspresi baru dalam bahasa Indonesia juga disebabkan oleh

perkembangan teknologi dan perubahan sosial. Media sosial, meme, dan konten digital

populer seringkali berpengaruh terhadap munculnya kosakata baru yang berkaitan dengan

tren, budaya populer, atau fenomena internet. Perkembangan kosakata baru ini juga terkait

dengan tren dan budaya populer yang muncul melalui media sosial. Contohnya, kata-kata

seperti "OOTD" (Outfit of the Day), "squad goals", "throwback", dan "FOMO" (Fear of
Missing Out) merupakan ekspresi yang terkait dengan tren dan fenomena yang populer di

kalangan pengguna media sosial. Selain kosakata

A. Dampak perkembangan teknologi digital, terutama media sosial, memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap bahasa Indonesia. Platform media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter,

dan lainnya telah mengubah gaya bahasa dan kebiasaan komunikasi masyarakat. Di

lingkungan media sosial, terdapat kecenderungan untuk menggunakan bahasa yang lebih

santai, singkat, dan cepat. Batasan karakter pada platform seperti Twitter mempengaruhi

kebiasaan menggunakan singkatan, emotikon, dan simbol untuk menyampaikan pikiran

atau perasaan dalam bentuk tulisan. Selain itu, penggunaan frasa dan kata-kata yang

berulang seperti "hahaha", "lol", atau "LOL" telah menjadi umum dalam mengekspresikan

tawa atau kekaguman. Gaya bahasa dalam media sosial juga dipengaruhi oleh penggunaan

bahasa Inggris dan campuran bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Penggunaan frasa dan

kata-kata dalam bahasa Inggris seperti "selfie", "foodie", "OOTD" (Outfit of the Day), atau

"FOMO" (Fear of Missing Out) telah menjadi bagian dari kosakata dan gaya bahasa yang

digunakan oleh pengguna media sosial. Hal ini menunjukkan adanya penyerapan kata-kata

asing ke dalam bahasa Indonesia dalam era digital.

B. Penggunaan kata-kata serapan dari bahasa asing dalam bahasa Indonesia juga dipengaruhi oleh

perkembangan teknologi. Di era digital ini, banyak istilah dan konsep baru yang berasal

dari bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya digunakan atau diterjemahkan langsung ke

dalam bahasa Indonesia. Sebagai contoh, kata "email" digunakan sebagai istilah umum

untuk surat elektronik, "download" untuk mengunduh, atau "streaming" untuk menonton

atau mendengarkan secara daring. Penggunaan kata-kata serapan ini mencerminkan

kemajuan teknologi dan perkembangan global. Namun, penting juga untuk menjaga

keseimbangan dengan menggunakan kata-kata asli dalam bahasa Indonesia dan

memastikan pemahaman yang tepat tentang arti dan penggunaan kata-kata serapan

tersebut.

C. Perkembangan kosakata dan ekspresi baru dalam bahasa Indonesia juga disebabkan oleh

perkembangan teknologi dan perubahan sosial. Media sosial, meme, dan konten digital

populer seringkali berpengaruh terhadap munculnya kosakata baru yang berkaitan dengan
tren, budaya populer, atau fenomena internet. Perkembangan kosakata baru ini juga terkait

dengan tren dan budaya populer yang muncul melalui media sosial. Contohnya, kata-kata

seperti "OOTD" (Outfit of the Day), "squad goals", "throwback", dan "FOMO" (Fear of

Missing Out) merupakan ekspresi yang terkait dengan tren dan fenomena yang populer di

kalangan pengguna media sosial. Selain kosakata

A. Dampak perkembangan teknologi digital, terutama media sosial, memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap bahasa Indonesia. Platform media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter,

dan lainnya telah mengubah gaya bahasa dan kebiasaan komunikasi masyarakat. Di

lingkungan media sosial, terdapat kecenderungan untuk menggunakan bahasa yang lebih

santai, singkat, dan cepat. Batasan karakter pada platform seperti Twitter mempengaruhi

kebiasaan menggunakan singkatan, emotikon, dan simbol untuk menyampaikan pikiran

atau perasaan dalam bentuk tulisan. Selain itu, penggunaan frasa dan kata-kata yang

berulang seperti "hahaha", "lol", atau "LOL" telah menjadi umum dalam mengekspresikan

tawa atau kekaguman. Gaya bahasa dalam media sosial juga dipengaruhi oleh penggunaan

bahasa Inggris dan campuran bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Penggunaan frasa dan

kata-kata dalam bahasa Inggris seperti "selfie", "foodie", "OOTD" (Outfit of the Day), atau

"FOMO" (Fear of Missing Out) telah menjadi bagian dari kosakata dan gaya bahasa yang

digunakan oleh pengguna media sosial. Hal ini menunjukkan adanya penyerapan kata-kata

asing ke dalam bahasa Indonesia dalam era digital.

B. Penggunaan kata-kata serapan dari bahasa asing dalam bahasa Indonesia juga dipengaruhi oleh

perkembangan teknologi. Di era digital ini, banyak istilah dan konsep baru yang berasal

dari bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya digunakan atau diterjemahkan langsung ke

dalam bahasa Indonesia. Sebagai contoh, kata "email" digunakan sebagai istilah umum

untuk surat elektronik, "download" untuk mengunduh, atau "streaming" untuk menonton

atau mendengarkan secara daring. Penggunaan kata-kata serapan ini mencerminkan

kemajuan teknologi dan perkembangan global. Namun, penting juga untuk menjaga

keseimbangan dengan menggunakan kata-kata asli dalam bahasa Indonesia dan

memastikan pemahaman yang tepat tentang arti dan penggunaan kata-kata serapan

tersebut.
C. Perkembangan kosakata dan ekspresi baru dalam bahasa Indonesia juga disebabkan oleh

perkembangan teknologi dan perubahan sosial. Media sosial, meme, dan konten digital

populer seringkali berpengaruh terhadap munculnya kosakata baru yang berkaitan dengan

tren, budaya populer, atau fenomena internet. Perkembangan kosakata baru ini juga terkait

dengan tren dan budaya populer yang muncul melalui media sosial. Contohnya, kata-kata

seperti "OOTD" (Outfit of the Day), "squad goals", "throwback", dan "FOMO" (Fear of

Missing Out) merupakan ekspresi yang terkait dengan tren dan fenomena yang populer di

kalangan pengguna media sosial. Selain kosakata

A. Dampak perkembangan teknologi digital, terutama media sosial, memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap bahasa Indonesia. Platform media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter,

dan lainnya telah mengubah gaya bahasa dan kebiasaan komunikasi masyarakat. Di

lingkungan media sosial, terdapat kecenderungan untuk menggunakan bahasa yang lebih

santai, singkat, dan cepat. Batasan karakter pada platform seperti Twitter mempengaruhi

kebiasaan menggunakan singkatan, emotikon, dan simbol untuk menyampaikan pikiran

atau perasaan dalam bentuk tulisan. Selain itu, penggunaan frasa dan kata-kata yang

berulang seperti "hahaha", "lol", atau "LOL" telah menjadi umum dalam mengekspresikan

tawa atau kekaguman. Gaya bahasa dalam media sosial juga dipengaruhi oleh penggunaan

bahasa Inggris dan campuran bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Penggunaan frasa dan

kata-kata dalam bahasa Inggris seperti "selfie", "foodie", "OOTD" (Outfit of the Day), atau

"FOMO" (Fear of Missing Out) telah menjadi bagian dari kosakata dan gaya bahasa yang

digunakan oleh pengguna media sosial. Hal ini menunjukkan adanya penyerapan kata-kata

asing ke dalam bahasa Indonesia dalam era digital.

B. Penggunaan kata-kata serapan dari bahasa asing dalam bahasa Indonesia juga dipengaruhi oleh

perkembangan teknologi. Di era digital ini, banyak istilah dan konsep baru yang berasal

dari bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya digunakan atau diterjemahkan langsung ke

dalam bahasa Indonesia. Sebagai contoh, kata "email" digunakan sebagai istilah umum

untuk surat elektronik, "download" untuk mengunduh, atau "streaming" untuk menonton

atau mendengarkan secara daring. Penggunaan kata-kata serapan ini mencerminkan

kemajuan teknologi dan perkembangan global. Namun, penting juga untuk menjaga
keseimbangan dengan menggunakan kata-kata asli dalam bahasa Indonesia dan

memastikan pemahaman yang tepat tentang arti dan penggunaan kata-kata serapan

tersebut.

C. Perkembangan kosakata dan ekspresi baru dalam bahasa Indonesia juga disebabkan oleh

perkembangan teknologi dan perubahan sosial. Media sosial, meme, dan konten digital

populer seringkali berpengaruh terhadap munculnya kosakata baru yang berkaitan dengan

tren, budaya populer, atau fenomena internet. Perkembangan kosakata baru ini juga terkait

dengan tren dan budaya populer yang muncul melalui media sosial. Contohnya, kata-kata

seperti "OOTD" (Outfit of the Day), "squad goals", "throwback", dan "FOMO" (Fear of

Missing Out) merupakan ekspresi yang terkait dengan tren dan fenomena yang populer di

kalangan pengguna media sosial. Selain kosakata

A. Dampak perkembangan teknologi digital, terutama media sosial, memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap bahasa Indonesia. Platform media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter,

dan lainnya telah mengubah gaya bahasa dan kebiasaan komunikasi masyarakat. Di

lingkungan media sosial, terdapat kecenderungan untuk menggunakan bahasa yang lebih

santai, singkat, dan cepat. Batasan karakter pada platform seperti Twitter mempengaruhi

kebiasaan menggunakan singkatan, emotikon, dan simbol untuk menyampaikan pikiran

atau perasaan dalam bentuk tulisan. Selain itu, penggunaan frasa dan kata-kata yang

berulang seperti "hahaha", "lol", atau "LOL" telah menjadi umum dalam mengekspresikan

tawa atau kekaguman. Gaya bahasa dalam media sosial juga dipengaruhi oleh penggunaan

bahasa Inggris dan campuran bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Penggunaan frasa dan

kata-kata dalam bahasa Inggris seperti "selfie", "foodie", "OOTD" (Outfit of the Day), atau

"FOMO" (Fear of Missing Out) telah menjadi bagian dari kosakata dan gaya bahasa yang

digunakan oleh pengguna media sosial. Hal ini menunjukkan adanya penyerapan kata-kata

asing ke dalam bahasa Indonesia dalam era digital.

B. Penggunaan kata-kata serapan dari bahasa asing dalam bahasa Indonesia juga dipengaruhi oleh

perkembangan teknologi. Di era digital ini, banyak istilah dan konsep baru yang berasal

dari bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya digunakan atau diterjemahkan langsung ke

dalam bahasa Indonesia. Sebagai contoh, kata "email" digunakan sebagai istilah umum
untuk surat elektronik, "download" untuk mengunduh, atau "streaming" untuk menonton

atau mendengarkan secara daring. Penggunaan kata-kata serapan ini mencerminkan

kemajuan teknologi dan perkembangan global. Namun, penting juga untuk menjaga

keseimbangan dengan menggunakan kata-kata asli dalam bahasa Indonesia dan

memastikan pemahaman yang tepat tentang arti dan penggunaan kata-kata serapan

tersebut.

C. Perkembangan kosakata dan ekspresi baru dalam bahasa Indonesia juga disebabkan oleh

perkembangan teknologi dan perubahan sosial. Media sosial, meme, dan konten digital

populer seringkali berpengaruh terhadap munculnya kosakata baru yang berkaitan dengan

tren, budaya populer, atau fenomena internet. Perkembangan kosakata baru ini juga terkait

dengan tren dan budaya populer yang muncul melalui media sosial. Contohnya, kata-kata

seperti "OOTD" (Outfit of the Day), "squad goals", "throwback", dan "FOMO" (Fear of

Missing Out) merupakan ekspresi yang terkait dengan tren dan fenomena yang populer di

kalangan pengguna media sosial. Selain kosakata

A. Dampak perkembangan teknologi digital, terutama media sosial, memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap bahasa Indonesia. Platform media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter,

dan lainnya telah mengubah gaya bahasa dan kebiasaan komunikasi masyarakat. Di

lingkungan media sosial, terdapat kecenderungan untuk menggunakan bahasa yang lebih

santai, singkat, dan cepat. Batasan karakter pada platform seperti Twitter mempengaruhi

kebiasaan menggunakan singkatan, emotikon, dan simbol untuk menyampaikan pikiran

atau perasaan dalam bentuk tulisan. Selain itu, penggunaan frasa dan kata-kata yang

berulang seperti "hahaha", "lol", atau "LOL" telah menjadi umum dalam mengekspresikan

tawa atau kekaguman. Gaya bahasa dalam media sosial juga dipengaruhi oleh penggunaan

bahasa Inggris dan campuran bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Penggunaan frasa dan

kata-kata dalam bahasa Inggris seperti "selfie", "foodie", "OOTD" (Outfit of the Day), atau

"FOMO" (Fear of Missing Out) telah menjadi bagian dari kosakata dan gaya bahasa yang

digunakan oleh pengguna media sosial. Hal ini menunjukkan adanya penyerapan kata-kata

asing ke dalam bahasa Indonesia dalam era digital.

B. Penggunaan kata-kata serapan dari bahasa asing dalam bahasa Indonesia juga dipengaruhi oleh
perkembangan teknologi. Di era digital ini, banyak istilah dan konsep baru yang berasal

dari bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya digunakan atau diterjemahkan langsung ke

dalam bahasa Indonesia. Sebagai contoh, kata "email" digunakan sebagai istilah umum

untuk surat elektronik, "download" untuk mengunduh, atau "streaming" untuk menonton

atau mendengarkan secara daring. Penggunaan kata-kata serapan ini mencerminkan

kemajuan teknologi dan perkembangan global. Namun, penting juga untuk menjaga

keseimbangan dengan menggunakan kata-kata asli dalam bahasa Indonesia dan

memastikan pemahaman yang tepat tentang arti dan penggunaan kata-kata serapan

tersebut.

C. Perkembangan kosakata dan ekspresi baru dalam bahasa Indonesia juga disebabkan oleh

perkembangan teknologi dan perubahan sosial. Media sosial, meme, dan konten digital

populer seringkali berpengaruh terhadap munculnya kosakata baru yang berkaitan dengan

tren, budaya populer, atau fenomena internet. Perkembangan kosakata baru ini juga terkait

dengan tren dan budaya populer yang muncul melalui media sosial. Contohnya, kata-kata

seperti "OOTD" (Outfit of the Day), "squad goals", "throwback", dan "FOMO" (Fear of

Missing Out) merupakan ekspresi yang terkait dengan tren dan fenomena yang populer di

kalangan pengguna media sosial. Selain kosakata

A. Dampak perkembangan teknologi digital, terutama media sosial, memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap bahasa Indonesia. Platform media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter,

dan lainnya telah mengubah gaya bahasa dan kebiasaan komunikasi masyarakat. Di

lingkungan media sosial, terdapat kecenderungan untuk menggunakan bahasa yang lebih

santai, singkat, dan cepat. Batasan karakter pada platform seperti Twitter mempengaruhi

kebiasaan menggunakan singkatan, emotikon, dan simbol untuk menyampaikan pikiran

atau perasaan dalam bentuk tulisan. Selain itu, penggunaan frasa dan kata-kata yang

berulang seperti "hahaha", "lol", atau "LOL" telah menjadi umum dalam mengekspresikan

tawa atau kekaguman. Gaya bahasa dalam media sosial juga dipengaruhi oleh penggunaan

bahasa Inggris dan campuran bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Penggunaan frasa dan

kata-kata dalam bahasa Inggris seperti "selfie", "foodie", "OOTD" (Outfit of the Day), atau

"FOMO" (Fear of Missing Out) telah menjadi bagian dari kosakata dan gaya bahasa yang
digunakan oleh pengguna media sosial. Hal ini menunjukkan adanya penyerapan kata-kata

asing ke dalam bahasa Indonesia dalam era digital.

B. Penggunaan kata-kata serapan dari bahasa asing dalam bahasa Indonesia juga dipengaruhi oleh

perkembangan teknologi. Di era digital ini, banyak istilah dan konsep baru yang berasal

dari bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya digunakan atau diterjemahkan langsung ke

dalam bahasa Indonesia. Sebagai contoh, kata "email" digunakan sebagai istilah umum

untuk surat elektronik, "download" untuk mengunduh, atau "streaming" untuk menonton

atau mendengarkan secara daring. Penggunaan kata-kata serapan ini mencerminkan

kemajuan teknologi dan perkembangan global. Namun, penting juga untuk menjaga

keseimbangan dengan menggunakan kata-kata asli dalam bahasa Indonesia dan

memastikan pemahaman yang tepat tentang arti dan penggunaan kata-kata serapan

tersebut.

C. Perkembangan kosakata dan ekspresi baru dalam bahasa Indonesia juga disebabkan oleh

perkembangan teknologi dan perubahan sosial. Media sosial, meme, dan konten digital

populer seringkali berpengaruh terhadap munculnya kosakata baru yang berkaitan dengan

tren, budaya populer, atau fenomena internet. Perkembangan kosakata baru ini juga terkait

dengan tren dan budaya populer yang muncul melalui media sosial. Contohnya, kata-kata

seperti "OOTD" (Outfit of the Day), "squad goals", "throwback", dan "FOMO" (Fear of

Missing Out) merupakan ekspresi yang terkait dengan tren dan fenomena yang populer di

kalangan pengguna media sosial. Selain kosakata

A. Dampak perkembangan teknologi digital, terutama media sosial, memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap bahasa Indonesia. Platform media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter,

dan lainnya telah mengubah gaya bahasa dan kebiasaan komunikasi masyarakat. Di

lingkungan media sosial, terdapat kecenderungan untuk menggunakan bahasa yang lebih

santai, singkat, dan cepat. Batasan karakter pada platform seperti Twitter mempengaruhi

kebiasaan menggunakan singkatan, emotikon, dan simbol untuk menyampaikan pikiran

atau perasaan dalam bentuk tulisan. Selain itu, penggunaan frasa dan kata-kata yang

berulang seperti "hahaha", "lol", atau "LOL" telah menjadi umum dalam mengekspresikan

tawa atau kekaguman. Gaya bahasa dalam media sosial juga dipengaruhi oleh penggunaan
bahasa Inggris dan campuran bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Penggunaan frasa dan

kata-kata dalam bahasa Inggris seperti "selfie", "foodie", "OOTD" (Outfit of the Day), atau

"FOMO" (Fear of Missing Out) telah menjadi bagian dari kosakata dan gaya bahasa yang

digunakan oleh pengguna media sosial. Hal ini menunjukkan adanya penyerapan kata-kata

asing ke dalam bahasa Indonesia dalam era digital.

B. Penggunaan kata-kata serapan dari bahasa asing dalam bahasa Indonesia juga dipengaruhi oleh

perkembangan teknologi. Di era digital ini, banyak istilah dan konsep baru yang berasal

dari bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya digunakan atau diterjemahkan langsung ke

dalam bahasa Indonesia. Sebagai contoh, kata "email" digunakan sebagai istilah umum

untuk surat elektronik, "download" untuk mengunduh, atau "streaming" untuk menonton

atau mendengarkan secara daring. Penggunaan kata-kata serapan ini mencerminkan

kemajuan teknologi dan perkembangan global. Namun, penting juga untuk menjaga

keseimbangan dengan menggunakan kata-kata asli dalam bahasa Indonesia dan

memastikan pemahaman yang tepat tentang arti dan penggunaan kata-kata serapan

tersebut.

C. Perkembangan kosakata dan ekspresi baru dalam bahasa Indonesia juga disebabkan oleh

perkembangan teknologi dan perubahan sosial. Media sosial, meme, dan konten digital

populer seringkali berpengaruh terhadap munculnya kosakata baru yang berkaitan dengan

tren, budaya populer, atau fenomena internet. Perkembangan kosakata baru ini juga terkait

dengan tren dan budaya populer yang muncul melalui media sosial. Contohnya, kata-kata

seperti "OOTD" (Outfit of the Day), "squad goals", "throwback", dan "FOMO" (Fear of

Missing Out) merupakan ekspresi yang terkait dengan tren dan fenomena yang populer di

kalangan pengguna media sosial. Selain kosakata

A. Dampak perkembangan teknologi digital, terutama media sosial, memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap bahasa Indonesia. Platform media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter,

dan lainnya telah mengubah gaya bahasa dan kebiasaan komunikasi masyarakat. Di

lingkungan media sosial, terdapat kecenderungan untuk menggunakan bahasa yang lebih

santai, singkat, dan cepat. Batasan karakter pada platform seperti Twitter mempengaruhi

kebiasaan menggunakan singkatan, emotikon, dan simbol untuk menyampaikan pikiran


atau perasaan dalam bentuk tulisan. Selain itu, penggunaan frasa dan kata-kata yang

berulang seperti "hahaha", "lol", atau "LOL" telah menjadi umum dalam mengekspresikan

tawa atau kekaguman. Gaya bahasa dalam media sosial juga dipengaruhi oleh penggunaan

bahasa Inggris dan campuran bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Penggunaan frasa dan

kata-kata dalam bahasa Inggris seperti "selfie", "foodie", "OOTD" (Outfit of the Day), atau

"FOMO" (Fear of Missing Out) telah menjadi bagian dari kosakata dan gaya bahasa yang

digunakan oleh pengguna media sosial. Hal ini menunjukkan adanya penyerapan kata-kata

asing ke dalam bahasa Indonesia dalam era digital.

B. Penggunaan kata-kata serapan dari bahasa asing dalam bahasa Indonesia juga dipengaruhi oleh

perkembangan teknologi. Di era digital ini, banyak istilah dan konsep baru yang berasal

dari bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya digunakan atau diterjemahkan langsung ke

dalam bahasa Indonesia. Sebagai contoh, kata "email" digunakan sebagai istilah umum

untuk surat elektronik, "download" untuk mengunduh, atau "streaming" untuk menonton

atau mendengarkan secara daring. Penggunaan kata-kata serapan ini mencerminkan

kemajuan teknologi dan perkembangan global. Namun, penting juga untuk menjaga

keseimbangan dengan menggunakan kata-kata asli dalam bahasa Indonesia dan

memastikan pemahaman yang tepat tentang arti dan penggunaan kata-kata serapan

tersebut.

C. Perkembangan kosakata dan ekspresi baru dalam bahasa Indonesia juga disebabkan oleh

perkembangan teknologi dan perubahan sosial. Media sosial, meme, dan konten digital

populer seringkali berpengaruh terhadap munculnya kosakata baru yang berkaitan dengan

tren, budaya populer, atau fenomena internet. Perkembangan kosakata baru ini juga terkait

dengan tren dan budaya populer yang muncul melalui media sosial. Contohnya, kata-kata

seperti "OOTD" (Outfit of the Day), "squad goals", "throwback", dan "FOMO" (Fear of

Missing Out) merupakan ekspresi yang terkait dengan tren dan fenomena yang populer di

kalangan pengguna media sosial. Selain kosakata

A. Dampak perkembangan teknologi digital, terutama media sosial, memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap bahasa Indonesia. Platform media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter,

dan lainnya telah mengubah gaya bahasa dan kebiasaan komunikasi masyarakat. Di
lingkungan media sosial, terdapat kecenderungan untuk menggunakan bahasa yang lebih

santai, singkat, dan cepat. Batasan karakter pada platform seperti Twitter mempengaruhi

kebiasaan menggunakan singkatan, emotikon, dan simbol untuk menyampaikan pikiran

atau perasaan dalam bentuk tulisan. Selain itu, penggunaan frasa dan kata-kata yang

berulang seperti "hahaha", "lol", atau "LOL" telah menjadi umum dalam mengekspresikan

tawa atau kekaguman. Gaya bahasa dalam media sosial juga dipengaruhi oleh penggunaan

bahasa Inggris dan campuran bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Penggunaan frasa dan

kata-kata dalam bahasa Inggris seperti "selfie", "foodie", "OOTD" (Outfit of the Day), atau

"FOMO" (Fear of Missing Out) telah menjadi bagian dari kosakata dan gaya bahasa yang

digunakan oleh pengguna media sosial. Hal ini menunjukkan adanya penyerapan kata-kata

asing ke dalam bahasa Indonesia dalam era digital.

B. Penggunaan kata-kata serapan dari bahasa asing dalam bahasa Indonesia juga dipengaruhi oleh

perkembangan teknologi. Di era digital ini, banyak istilah dan konsep baru yang berasal

dari bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya digunakan atau diterjemahkan langsung ke

dalam bahasa Indonesia. Sebagai contoh, kata "email" digunakan sebagai istilah umum

untuk surat elektronik, "download" untuk mengunduh, atau "streaming" untuk menonton

atau mendengarkan secara daring. Penggunaan kata-kata serapan ini mencerminkan

kemajuan teknologi dan perkembangan global. Namun, penting juga untuk menjaga

keseimbangan dengan menggunakan kata-kata asli dalam bahasa Indonesia dan

memastikan pemahaman yang tepat tentang arti dan penggunaan kata-kata serapan

tersebut.

C. Perkembangan kosakata dan ekspresi baru dalam bahasa Indonesia juga disebabkan oleh

perkembangan teknologi dan perubahan sosial. Media sosial, meme, dan konten digital

populer seringkali berpengaruh terhadap munculnya kosakata baru yang berkaitan dengan

tren, budaya populer, atau fenomena internet. Perkembangan kosakata baru ini juga terkait

dengan tren dan budaya populer yang muncul melalui media sosial. Contohnya, kata-kata

seperti "OOTD" (Outfit of the Day), "squad goals", "throwback", dan "FOMO" (Fear of

Missing Out) merupakan ekspresi yang terkait dengan tren dan fenomena yang populer di

kalangan pengguna media sosial. Selain kosakata


A. Dampak perkembangan teknologi digital, terutama media sosial, memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap bahasa Indonesia. Platform media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter,

dan lainnya telah mengubah gaya bahasa dan kebiasaan komunikasi masyarakat. Di

lingkungan media sosial, terdapat kecenderungan untuk menggunakan bahasa yang lebih

santai, singkat, dan cepat. Batasan karakter pada platform seperti Twitter mempengaruhi

kebiasaan menggunakan singkatan, emotikon, dan simbol untuk menyampaikan pikiran

atau perasaan dalam bentuk tulisan. Selain itu, penggunaan frasa dan kata-kata yang

berulang seperti "hahaha", "lol", atau "LOL" telah menjadi umum dalam mengekspresikan

tawa atau kekaguman. Gaya bahasa dalam media sosial juga dipengaruhi oleh penggunaan

bahasa Inggris dan campuran bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Penggunaan frasa dan

kata-kata dalam bahasa Inggris seperti "selfie", "foodie", "OOTD" (Outfit of the Day), atau

"FOMO" (Fear of Missing Out) telah menjadi bagian dari kosakata dan gaya bahasa yang

digunakan oleh pengguna media sosial. Hal ini menunjukkan adanya penyerapan kata-kata

asing ke dalam bahasa Indonesia dalam era digital.

B. Penggunaan kata-kata serapan dari bahasa asing dalam bahasa Indonesia juga dipengaruhi oleh

perkembangan teknologi. Di era digital ini, banyak istilah dan konsep baru yang berasal

dari bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya digunakan atau diterjemahkan langsung ke

dalam bahasa Indonesia. Sebagai contoh, kata "email" digunakan sebagai istilah umum

untuk surat elektronik, "download" untuk mengunduh, atau "streaming" untuk menonton

atau mendengarkan secara daring. Penggunaan kata-kata serapan ini mencerminkan

kemajuan teknologi dan perkembangan global. Namun, penting juga untuk menjaga

keseimbangan dengan menggunakan kata-kata asli dalam bahasa Indonesia dan

memastikan pemahaman yang tepat tentang arti dan penggunaan kata-kata serapan

tersebut.

C. Perkembangan kosakata dan ekspresi baru dalam bahasa Indonesia juga disebabkan oleh

perkembangan teknologi dan perubahan sosial. Media sosial, meme, dan konten digital

populer seringkali berpengaruh terhadap munculnya kosakata baru yang berkaitan dengan

tren, budaya populer, atau fenomena internet. Perkembangan kosakata baru ini juga terkait

dengan tren dan budaya populer yang muncul melalui media sosial. Contohnya, kata-kata

seperti "OOTD" (Outfit of the Day), "squad goals", "throwback", dan "FOMO" (Fear of
Missing Out) merupakan ekspresi yang terkait dengan tren dan fenomena yang populer di

kalangan pengguna media sosial. Selain kosakata

A. Dampak perkembangan teknologi digital, terutama media sosial, memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap bahasa Indonesia. Platform media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter,

dan lainnya telah mengubah gaya bahasa dan kebiasaan komunikasi masyarakat. Di

lingkungan media sosial, terdapat kecenderungan untuk menggunakan bahasa yang lebih

santai, singkat, dan cepat. Batasan karakter pada platform seperti Twitter mempengaruhi

kebiasaan menggunakan singkatan, emotikon, dan simbol untuk menyampaikan pikiran

atau perasaan dalam bentuk tulisan. Selain itu, penggunaan frasa dan kata-kata yang

berulang seperti "hahaha", "lol", atau "LOL" telah menjadi umum dalam mengekspresikan

tawa atau kekaguman. Gaya bahasa dalam media sosial juga dipengaruhi oleh penggunaan

bahasa Inggris dan campuran bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Penggunaan frasa dan

kata-kata dalam bahasa Inggris seperti "selfie", "foodie", "OOTD" (Outfit of the Day), atau

"FOMO" (Fear of Missing Out) telah menjadi bagian dari kosakata dan gaya bahasa yang

digunakan oleh pengguna media sosial. Hal ini menunjukkan adanya penyerapan kata-kata

asing ke dalam bahasa Indonesia dalam era digital.

B. Penggunaan kata-kata serapan dari bahasa asing dalam bahasa Indonesia juga dipengaruhi oleh

perkembangan teknologi. Di era digital ini, banyak istilah dan konsep baru yang berasal

dari bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya digunakan atau diterjemahkan langsung ke

dalam bahasa Indonesia. Sebagai contoh, kata "email" digunakan sebagai istilah umum

untuk surat elektronik, "download" untuk mengunduh, atau "streaming" untuk menonton

atau mendengarkan secara daring. Penggunaan kata-kata serapan ini mencerminkan

kemajuan teknologi dan perkembangan global. Namun, penting juga untuk menjaga

keseimbangan dengan menggunakan kata-kata asli dalam bahasa Indonesia dan

memastikan pemahaman yang tepat tentang arti dan penggunaan kata-kata serapan

tersebut.

C. Perkembangan kosakata dan ekspresi baru dalam bahasa Indonesia juga disebabkan oleh

perkembangan teknologi dan perubahan sosial. Media sosial, meme, dan konten digital

populer seringkali berpengaruh terhadap munculnya kosakata baru yang berkaitan dengan
tren, budaya populer, atau fenomena internet. Perkembangan kosakata baru ini juga terkait

dengan tren dan budaya populer yang muncul melalui media sosial. Contohnya, kata-kata

seperti "OOTD" (Outfit of the Day), "squad goals", "throwback", dan "FOMO" (Fear of

Missing Out) merupakan ekspresi yang terkait dengan tren dan fenomena yang populer di

kalangan pengguna media sosial. Selain kosakata

A. Dampak perkembangan teknologi digital, terutama media sosial, memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap bahasa Indonesia. Platform media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter,

dan lainnya telah mengubah gaya bahasa dan kebiasaan komunikasi masyarakat. Di

lingkungan media sosial, terdapat kecenderungan untuk menggunakan bahasa yang lebih

santai, singkat, dan cepat. Batasan karakter pada platform seperti Twitter mempengaruhi

kebiasaan menggunakan singkatan, emotikon, dan simbol untuk menyampaikan pikiran

atau perasaan dalam bentuk tulisan. Selain itu, penggunaan frasa dan kata-kata yang

berulang seperti "hahaha", "lol", atau "LOL" telah menjadi umum dalam mengekspresikan

tawa atau kekaguman. Gaya bahasa dalam media sosial juga dipengaruhi oleh penggunaan

bahasa Inggris dan campuran bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Penggunaan frasa dan

kata-kata dalam bahasa Inggris seperti "selfie", "foodie", "OOTD" (Outfit of the Day), atau

"FOMO" (Fear of Missing Out) telah menjadi bagian dari kosakata dan gaya bahasa yang

digunakan oleh pengguna media sosial. Hal ini menunjukkan adanya penyerapan kata-kata

asing ke dalam bahasa Indonesia dalam era digital.

B. Penggunaan kata-kata serapan dari bahasa asing dalam bahasa Indonesia juga dipengaruhi oleh

perkembangan teknologi. Di era digital ini, banyak istilah dan konsep baru yang berasal

dari bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya digunakan atau diterjemahkan langsung ke

dalam bahasa Indonesia. Sebagai contoh, kata "email" digunakan sebagai istilah umum

untuk surat elektronik, "download" untuk mengunduh, atau "streaming" untuk menonton

atau mendengarkan secara daring. Penggunaan kata-kata serapan ini mencerminkan

kemajuan teknologi dan perkembangan global. Namun, penting juga untuk menjaga

keseimbangan dengan menggunakan kata-kata asli dalam bahasa Indonesia dan

memastikan pemahaman yang tepat tentang arti dan penggunaan kata-kata serapan

tersebut.
C. Perkembangan kosakata dan ekspresi baru dalam bahasa Indonesia juga disebabkan oleh

perkembangan teknologi dan perubahan sosial. Media sosial, meme, dan konten digital

populer seringkali berpengaruh terhadap munculnya kosakata baru yang berkaitan dengan

tren, budaya populer, atau fenomena internet. Perkembangan kosakata baru ini juga terkait

dengan tren dan budaya populer yang muncul melalui media sosial. Contohnya, kata-kata

seperti "OOTD" (Outfit of the Day), "squad goals", "throwback", dan "FOMO" (Fear of

Missing Out) merupakan ekspresi yang terkait dengan tren dan fenomena yang populer di

kalangan pengguna media sosial. Selain kosakata

A. Dampak perkembangan teknologi digital, terutama media sosial, memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap bahasa Indonesia. Platform media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter,

dan lainnya telah mengubah gaya bahasa dan kebiasaan komunikasi masyarakat. Di

lingkungan media sosial, terdapat kecenderungan untuk menggunakan bahasa yang lebih

santai, singkat, dan cepat. Batasan karakter pada platform seperti Twitter mempengaruhi

kebiasaan menggunakan singkatan, emotikon, dan simbol untuk menyampaikan pikiran

atau perasaan dalam bentuk tulisan. Selain itu, penggunaan frasa dan kata-kata yang

berulang seperti "hahaha", "lol", atau "LOL" telah menjadi umum dalam mengekspresikan

tawa atau kekaguman. Gaya bahasa dalam media sosial juga dipengaruhi oleh penggunaan

bahasa Inggris dan campuran bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Penggunaan frasa dan

kata-kata dalam bahasa Inggris seperti "selfie", "foodie", "OOTD" (Outfit of the Day), atau

"FOMO" (Fear of Missing Out) telah menjadi bagian dari kosakata dan gaya bahasa yang

digunakan oleh pengguna media sosial. Hal ini menunjukkan adanya penyerapan kata-kata

asing ke dalam bahasa Indonesia dalam era digital.

B. Penggunaan kata-kata serapan dari bahasa asing dalam bahasa Indonesia juga dipengaruhi oleh

perkembangan teknologi. Di era digital ini, banyak istilah dan konsep baru yang berasal

dari bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya digunakan atau diterjemahkan langsung ke

dalam bahasa Indonesia. Sebagai contoh, kata "email" digunakan sebagai istilah umum

untuk surat elektronik, "download" untuk mengunduh, atau "streaming" untuk menonton

atau mendengarkan secara daring. Penggunaan kata-kata serapan ini mencerminkan

kemajuan teknologi dan perkembangan global. Namun, penting juga untuk menjaga
keseimbangan dengan menggunakan kata-kata asli dalam bahasa Indonesia dan

memastikan pemahaman yang tepat tentang arti dan penggunaan kata-kata serapan

tersebut.

C. Perkembangan kosakata dan ekspresi baru dalam bahasa Indonesia juga disebabkan oleh

perkembangan teknologi dan perubahan sosial. Media sosial, meme, dan konten digital

populer seringkali berpengaruh terhadap munculnya kosakata baru yang berkaitan dengan

tren, budaya populer, atau fenomena internet. Perkembangan kosakata baru ini juga terkait

dengan tren dan budaya populer yang muncul melalui media sosial. Contohnya, kata-kata

seperti "OOTD" (Outfit of the Day), "squad goals", "throwback", dan "FOMO" (Fear of

Missing Out) merupakan ekspresi yang terkait dengan tren dan fenomena yang populer di

kalangan pengguna media sosial. Selain kosakata

A. Dampak perkembangan teknologi digital, terutama media sosial, memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap bahasa Indonesia. Platform media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter,

dan lainnya telah mengubah gaya bahasa dan kebiasaan komunikasi masyarakat. Di

lingkungan media sosial, terdapat kecenderungan untuk menggunakan bahasa yang lebih

santai, singkat, dan cepat. Batasan karakter pada platform seperti Twitter mempengaruhi

kebiasaan menggunakan singkatan, emotikon, dan simbol untuk menyampaikan pikiran

atau perasaan dalam bentuk tulisan. Selain itu, penggunaan frasa dan kata-kata yang

berulang seperti "hahaha", "lol", atau "LOL" telah menjadi umum dalam mengekspresikan

tawa atau kekaguman. Gaya bahasa dalam media sosial juga dipengaruhi oleh penggunaan

bahasa Inggris dan campuran bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Penggunaan frasa dan

kata-kata dalam bahasa Inggris seperti "selfie", "foodie", "OOTD" (Outfit of the Day), atau

"FOMO" (Fear of Missing Out) telah menjadi bagian dari kosakata dan gaya bahasa yang

digunakan oleh pengguna media sosial. Hal ini menunjukkan adanya penyerapan kata-kata

asing ke dalam bahasa Indonesia dalam era digital.

B. Penggunaan kata-kata serapan dari bahasa asing dalam bahasa Indonesia juga dipengaruhi oleh

perkembangan teknologi. Di era digital ini, banyak istilah dan konsep baru yang berasal

dari bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya digunakan atau diterjemahkan langsung ke

dalam bahasa Indonesia. Sebagai contoh, kata "email" digunakan sebagai istilah umum
untuk surat elektronik, "download" untuk mengunduh, atau "streaming" untuk menonton

atau mendengarkan secara daring. Penggunaan kata-kata serapan ini mencerminkan

kemajuan teknologi dan perkembangan global. Namun, penting juga untuk menjaga

keseimbangan dengan menggunakan kata-kata asli dalam bahasa Indonesia dan

memastikan pemahaman yang tepat tentang arti dan penggunaan kata-kata serapan

tersebut.

C. Perkembangan kosakata dan ekspresi baru dalam bahasa Indonesia juga disebabkan oleh

perkembangan teknologi dan perubahan sosial. Media sosial, meme, dan konten digital

populer seringkali berpengaruh terhadap munculnya kosakata baru yang berkaitan dengan

tren, budaya populer, atau fenomena internet. Perkembangan kosakata baru ini juga terkait

dengan tren dan budaya populer yang muncul melalui media sosial. Contohnya, kata-kata

seperti "OOTD" (Outfit of the Day), "squad goals", "throwback", dan "FOMO" (Fear of

Missing Out) merupakan ekspresi yang terkait dengan tren dan fenomena yang populer di

kalangan pengguna media sosial. Selain kosakata

A. Dampak perkembangan teknologi digital, terutama media sosial, memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap bahasa Indonesia. Platform media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter,

dan lainnya telah mengubah gaya bahasa dan kebiasaan komunikasi masyarakat. Di

lingkungan media sosial, terdapat kecenderungan untuk menggunakan bahasa yang lebih

santai, singkat, dan cepat. Batasan karakter pada platform seperti Twitter mempengaruhi

kebiasaan menggunakan singkatan, emotikon, dan simbol untuk menyampaikan pikiran

atau perasaan dalam bentuk tulisan. Selain itu, penggunaan frasa dan kata-kata yang

berulang seperti "hahaha", "lol", atau "LOL" telah menjadi umum dalam mengekspresikan

tawa atau kekaguman. Gaya bahasa dalam media sosial juga dipengaruhi oleh penggunaan

bahasa Inggris dan campuran bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Penggunaan frasa dan

kata-kata dalam bahasa Inggris seperti "selfie", "foodie", "OOTD" (Outfit of the Day), atau

"FOMO" (Fear of Missing Out) telah menjadi bagian dari kosakata dan gaya bahasa yang

digunakan oleh pengguna media sosial. Hal ini menunjukkan adanya penyerapan kata-kata

asing ke dalam bahasa Indonesia dalam era digital.

B. Penggunaan kata-kata serapan dari bahasa asing dalam bahasa Indonesia juga dipengaruhi oleh
perkembangan teknologi. Di era digital ini, banyak istilah dan konsep baru yang berasal

dari bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya digunakan atau diterjemahkan langsung ke

dalam bahasa Indonesia. Sebagai contoh, kata "email" digunakan sebagai istilah umum

untuk surat elektronik, "download" untuk mengunduh, atau "streaming" untuk menonton

atau mendengarkan secara daring. Penggunaan kata-kata serapan ini mencerminkan

kemajuan teknologi dan perkembangan global. Namun, penting juga untuk menjaga

keseimbangan dengan menggunakan kata-kata asli dalam bahasa Indonesia dan

memastikan pemahaman yang tepat tentang arti dan penggunaan kata-kata serapan

tersebut.

C. Perkembangan kosakata dan ekspresi baru dalam bahasa Indonesia juga disebabkan oleh

perkembangan teknologi dan perubahan sosial. Media sosial, meme, dan konten digital

populer seringkali berpengaruh terhadap munculnya kosakata baru yang berkaitan dengan

tren, budaya populer, atau fenomena internet. Perkembangan kosakata baru ini juga terkait

dengan tren dan budaya populer yang muncul melalui media sosial. Contohnya, kata-kata

seperti "OOTD" (Outfit of the Day), "squad goals", "throwback", dan "FOMO" (Fear of

Missing Out) merupakan ekspresi yang terkait dengan tren dan fenomena yang populer di

kalangan pengguna media sosial. Selain kosakata

A. Dampak perkembangan teknologi digital, terutama media sosial, memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap bahasa Indonesia. Platform media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter,

dan lainnya telah mengubah gaya bahasa dan kebiasaan komunikasi masyarakat. Di

lingkungan media sosial, terdapat kecenderungan untuk menggunakan bahasa yang lebih

santai, singkat, dan cepat. Batasan karakter pada platform seperti Twitter mempengaruhi

kebiasaan menggunakan singkatan, emotikon, dan simbol untuk menyampaikan pikiran

atau perasaan dalam bentuk tulisan. Selain itu, penggunaan frasa dan kata-kata yang

berulang seperti "hahaha", "lol", atau "LOL" telah menjadi umum dalam mengekspresikan

tawa atau kekaguman. Gaya bahasa dalam media sosial juga dipengaruhi oleh penggunaan

bahasa Inggris dan campuran bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Penggunaan frasa dan

kata-kata dalam bahasa Inggris seperti "selfie", "foodie", "OOTD" (Outfit of the Day), atau

"FOMO" (Fear of Missing Out) telah menjadi bagian dari kosakata dan gaya bahasa yang
digunakan oleh pengguna media sosial. Hal ini menunjukkan adanya penyerapan kata-kata

asing ke dalam bahasa Indonesia dalam era digital.

B. Penggunaan kata-kata serapan dari bahasa asing dalam bahasa Indonesia juga dipengaruhi oleh

perkembangan teknologi. Di era digital ini, banyak istilah dan konsep baru yang berasal

dari bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya digunakan atau diterjemahkan langsung ke

dalam bahasa Indonesia. Sebagai contoh, kata "email" digunakan sebagai istilah umum

untuk surat elektronik, "download" untuk mengunduh, atau "streaming" untuk menonton

atau mendengarkan secara daring. Penggunaan kata-kata serapan ini mencerminkan

kemajuan teknologi dan perkembangan global. Namun, penting juga untuk menjaga

keseimbangan dengan menggunakan kata-kata asli dalam bahasa Indonesia dan

memastikan pemahaman yang tepat tentang arti dan penggunaan kata-kata serapan

tersebut.

C. Perkembangan kosakata dan ekspresi baru dalam bahasa Indonesia juga disebabkan oleh

perkembangan teknologi dan perubahan sosial. Media sosial, meme, dan konten digital

populer seringkali berpengaruh terhadap munculnya kosakata baru yang berkaitan dengan

tren, budaya populer, atau fenomena internet. Perkembangan kosakata baru ini juga terkait

dengan tren dan budaya populer yang muncul melalui media sosial. Contohnya, kata-kata

seperti "OOTD" (Outfit of the Day), "squad goals", "throwback", dan "FOMO" (Fear of

Missing Out) merupakan ekspresi yang terkait dengan tren dan fenomena yang populer di

kalangan pengguna media sosial. Selain kosakata

A. Dampak perkembangan teknologi digital, terutama media sosial, memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap bahasa Indonesia. Platform media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter,

dan lainnya telah mengubah gaya bahasa dan kebiasaan komunikasi masyarakat. Di

lingkungan media sosial, terdapat kecenderungan untuk menggunakan bahasa yang lebih

santai, singkat, dan cepat. Batasan karakter pada platform seperti Twitter mempengaruhi

kebiasaan menggunakan singkatan, emotikon, dan simbol untuk menyampaikan pikiran

atau perasaan dalam bentuk tulisan. Selain itu, penggunaan frasa dan kata-kata yang

berulang seperti "hahaha", "lol", atau "LOL" telah menjadi umum dalam mengekspresikan

tawa atau kekaguman. Gaya bahasa dalam media sosial juga dipengaruhi oleh penggunaan
bahasa Inggris dan campuran bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Penggunaan frasa dan

kata-kata dalam bahasa Inggris seperti "selfie", "foodie", "OOTD" (Outfit of the Day), atau

"FOMO" (Fear of Missing Out) telah menjadi bagian dari kosakata dan gaya bahasa yang

digunakan oleh pengguna media sosial. Hal ini menunjukkan adanya penyerapan kata-kata

asing ke dalam bahasa Indonesia dalam era digital.

B. Penggunaan kata-kata serapan dari bahasa asing dalam bahasa Indonesia juga dipengaruhi oleh

perkembangan teknologi. Di era digital ini, banyak istilah dan konsep baru yang berasal

dari bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya digunakan atau diterjemahkan langsung ke

dalam bahasa Indonesia. Sebagai contoh, kata "email" digunakan sebagai istilah umum

untuk surat elektronik, "download" untuk mengunduh, atau "streaming" untuk menonton

atau mendengarkan secara daring. Penggunaan kata-kata serapan ini mencerminkan

kemajuan teknologi dan perkembangan global. Namun, penting juga untuk menjaga

keseimbangan dengan menggunakan kata-kata asli dalam bahasa Indonesia dan

memastikan pemahaman yang tepat tentang arti dan penggunaan kata-kata serapan

tersebut.

C. Perkembangan kosakata dan ekspresi baru dalam bahasa Indonesia juga disebabkan oleh

perkembangan teknologi dan perubahan sosial. Media sosial, meme, dan konten digital

populer seringkali berpengaruh terhadap munculnya kosakata baru yang berkaitan dengan

tren, budaya populer, atau fenomena internet. Perkembangan kosakata baru ini juga terkait

dengan tren dan budaya populer yang muncul melalui media sosial. Contohnya, kata-kata

seperti "OOTD" (Outfit of the Day), "squad goals", "throwback", dan "FOMO" (Fear of

Missing Out) merupakan ekspresi yang terkait dengan tren dan fenomena yang populer di

kalangan pengguna media sosial. Selain kosakata

Anda mungkin juga menyukai