Mulasih
Universitas Peradaban Bumiayu
email: mulasihtary@peradaban.ac.id
Yukhsan Wakhyudi
Universitas Peradaban Bumiayu
email: yukhsanwakhyudi@peradaban.ac.id
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah pertama, mendeskripsikan deviasi kata yang terdapat pada ragam
bahasa media sosial facebook. Kedua, mendeskripsikan perubahan makna pada ragam bahasa
media sosial facebook. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif karena dua alasan.
Pertama, masalah yang akan diteliti, diamati dengan cermat dideskripsikan kemudian disimpulkan.
Penelitian ini bertujuan membuat deskripsi, gambaran, lukisan secara sistematis, faktual, dan
akurat mengenai data, sifat-sifat serta hubungan fenomena yang diteliti. Kedua, penelitian ini
termasuk penelitian deskiptif kualitatif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan menguraikan
atau mendeskripsikan serta memaparkan data kemudian dilanjut dengan penganalisisan deviasi
kata, proses deviasi kata dan penggunaanya dalam facebook. Hasil penelitian ini adalah deviasi
(penyimpangan) bahasa yang marak terjadi dan berkembang pesat di kalangan remaja
facebooker. Meski bahasa ini, tidak ada di dalam ejaan yang disempurnakan dalam bahasa
Indonesia (PUEBI), tetapi mereka dengan leluasa memakai bahasa alay ini dalam dunia mereka
sendiri. Deviasi katanya banyak terjadi dari aspek pengurangan dan penambahan pada kata
aslinya, sehingga kata baru yang terbentuk tidak terdapat dalam bahasa Indonesia. Pembentukan
katanya bersifat berlebihan dan mengandung perubahan asosiasi makna yang mengandung
kelucuan.
Kata kunci: deviasi kata, perubahan makna bahasa, sosial media facebook.
Abstract
The purpose of this study is first, to describe the word deviation contained in the various
languages of social media Facebook. Second, describe changes in meaning in the various
languages of Facebook social media. This research is a qualitative descriptive study for two
reasons. First, the problems to be examined, carefully observed are described later concluded.
This study aims to make a description, description, painting systematically, factually, and
accurately regarding the data, the characteristics and relationships of the phenomena studied.
Second, this study includes deskiptif qualitative research, namely research carried out by
describing or describing and describing the data then continued by analyzing word deviation,
word deviation process and its use on Facebook. The results of this study are language deviations
which are prevalent and are rapidly developing among teenage facebookers. Although this
language, it is not in the spelling that is perfected in Indonesian (PUEBI), but they freely use
this language in their own world. The word deviation occurs a lot from the aspect of reduction
and addition to the original word, so that the new words formed do not exist in Indonesian. The
word formation is excessive and contains changes in meaning associations that contain humor.
Keywords: word deviation, changes in the meaning of language, social media facebook.
100 Autentik: Jurnal Pengembangan Pendidikan Dasar, Vol.2, No.2, Juli 2018
ISSN 2548-9119
karena cukup menyita perhatian. Bahasa mencari identitas diri memiliki kekhasan
baru ini seolah menggeser penggunaan dalam menggunakan bahasa tulis di
bahasa Indonesia dikalangan segelintir facebook. Ada semacam keseragaman
remaja. Bahasa alay itu adalah variasi gaya yang kemudian menjadi gaya hidup
bahasa yang muncul karena adanya (lifestyle) mereka.
komunitas anak-anak remaja/muda. Alay Remaja yang masih labil dan gemar
adalah singkatan dari anak layangan, alah meniru, sangat mudah tertular dan memilih
lebay, anak layu, atau anak kelayapan yang menggunakan bahasa ini daripada
menghubungkannya dengan anak jarpul menggunakan Bahasa Indonesia yang baik
(jarang pulang). Akan tetapi yang paling dan benar. Apalagi ada anggapan bahwa
terkenal adalah anak layangan. bahasa ini adalah bahasa gaul, sehingga
Dominannya, istilah ini menggambarkan orang yang tidak menggunakannya akan
anak yang menganggap dirinya keren dianggap ketinggalan jaman atau kuno.
secara gaya bahasanya dan busananya. Dari hal tersebut peneliti akan mengkaji
Menurut Koentjaraningrat, alay adalah aspek deviasi (penyimpangan) kata dan
gejala yang dialami pemuda dan pemudi perubahan makna pada penggunaan
bangsa Indonesia, yang ingin diakui bahasa di facebook.
statusnya di antara teman-temannya. Gejala Sementara itu, dalam teori bahasa
ini akan mengubah gaya tulisan, dan gaya adalah banyak cabang ilmu dapat
berpakaian mereka. Istilah alay hadir digunakan dalam menganalisis persoalan
setelah di facebook semakin marak bahasa dan kesalahan-kesalahannya.
penggunaan bahasa tulis yang tak sesuai Morfologi adalah ilmu cabang tatabahasa
kaidah bahasa Indonesia oleh remaja. yang membicarakan hubungan gramatikal
Hingga kini belum ada definisi yang pasti antara bagian-bagian intern kata, dan yang
tentang istilah ini, namun bahasa ini kerap membicarakan morfem serta bagaimana
dipakai untuk menunjuk bahasa tulis. Dalam morfem itu dibentuk menjadi kata (Badudu,
bahasa alay bukan hanya bunyi yang 1983: 5). Kata adalah yang menjadi objek
dipentingkan tapi juga variasi tulisan. Pada daripada morfologi, dalam sebuah kata
dasarnya ada dua hal utama yang menjadi khusunya facebook banyak terjadi
perhatian remaja, yaitu identitas dan perubahan-perubahan kata. Kemudian
pengakuan. perubahan-perubahan bentuk kata tersebut
Penulisan bahasa dengan ciri khasnya yang menyebabkan perubahan jenis dan
bisa jadi pembentukan kedua hal di atas. makna kata. Oleh karena itu, morfologi di
Ada dua hal alasan utama remaja samping bidang utamaya mempelajari
menggunakan bahasa tulis dengan ciri seluk beluk kata. Akan tetapi, mempelajari
tersendiri (alay). Lebih lanjut, kemungkinan adanya perubahan jenis
Koentjaraningrat berkomentar, “Pertama, makna kata yang timbul akibat perubahan
mereka mengukuhkan diri sebagai bentuk kata.
kelompok sosial tertentu, yaitu remaja. Yang Sedangkan proses morfologis ialah cara
kedua, ini merupakan sebuah bentuk pembentukan kata-kata dengan
perlawanan terhadap dominasi bahasa menghubungkan morfem yang satu dengan
baku atau kaidah bahasa yang telah yang lain (Samsuri, 1982:190). Lebih jelas,
mapan,” jelasnya. Maknanya, remaja proses morfologis ialah proses
merasa menciptakan identitas dari bahasa pembentukan kata-kata dari satuan lain
yang mereka ciptakan sendiri pula. Remaja yang merupakan bentuk dasarnya (Ramlan,
sebagai kelompok usia yang sedang 1983). Salah satu proses morfologis adalah
102 Autentik: Jurnal Pengembangan Pendidikan Dasar, Vol.2, No.2, Juli 2018
ISSN 2548-9119
Metode Penelitian b.Kata utak perubahan dari kata otak,
Penelitian ini merupakan penelitian yang menunjukkan makna alat
deskriptif kualitatif karena dua alasan. dalam tubuh yang digunakan untuk
Pertama, masalah yang akan diteliti, diamati berfikir. Di sini kedua kata itu
dengan cermat dideskripsikan kemudian maknanya masih tetap sama, tetapi
disimpulkan. Penelitian ini bertujuan tulisannya sudah berubah dari kata
membuat deskripsi, gambaran, lukisan otak menjadi utak. Makna asosiasi
secara sistematis, faktual, dan akurat yang terbentuk mengandung
mengenai data, sifat-sifat serta hubungan asosiasi kelucuan karena
fenomena yang diteliti. Kedua, penelitian ini pemlesetan dari bentuk tulisannya.
termasuk penelitian deskiptif kualitatif, yaitu c. Phutu perubahan dari kata photo
penelitian yang dilakukan dengan yang memiliki bentuk kata dan
menguraikan atau mendeskripsikan serta makna yang berbeda. Kata phutu
memaparkan data kemudian dilanjut (dalam bahasa Jawa bermakna
dengan penganalisisan deviasi kata, cucu), sedangkan photo (gambar).
proses deviasi kata dan penggunaanya Akan tetapi, pengguna facebook
dalam facebook. yang mayoritas remaja menyebut
Data merupakan keterangan nyata yang kata photo menjadi phutu. Makna
digunakan dalam kajian penelitian. Data asosiasi yang terbentuk
dalam penelitian ini berupa deviasi kata mengandung asosiasi kelucuan
yang digunakan dalam ragam bahasa karena pemlesetan dari bentuk
facebook. Sumber data adalah subjek dari tulisannya, sehingga sekalipun
mana data dapat diperoleh. Sumber data phutu bermakna photo, tetapi ada
yang dipakai dalam penelitian ini adalah kesan asosiasi sebagai ‘cucu” atau
para pemilik facebook yang berstatus mungkin “makanan”.
pelajar, pemilik facebook berstatus d.Kata tuami merupakan perubahan
mahasiswa. dari kata suami, yang menujukkan
makna pria yang menjadi pasangan
Hasil dan Pembahasan istri. Kata suami telah berubah
Deviasi Kata dan Perubahan Makna tulisan dan bunyinya menjadi tuami,
pada Ragam Bahasa Media Sosial tetapi maknanya tetap suami.
Facebook Makna asosiasi yang terbentuk,
1. Kata Benda mengandung asosiasi kelucuan
a.Kata uank yang merubakan karena pemlesetan dari bentuk
perubahan dari kata uang, yang tulisannya dengan pelafalan yang
menunjukkan makna alat terkesan unik juga.
pembayaran yang sah yang e.Kata pacal merupakan perubahan
dikeluarkan oleh pemerintah. Uank dari kata pacar, yang menunjukkan
dengan uang maknanya sama, makna seorang kekasih. Akan
tetapi bentuk tulisannya berbeda tetapi, kata pacal dengan pacar
(homofon). Makna asosiasi yang memiliki bentuk tulisan yang
terbentuk, uang bersifat formal, berbeda. Sedangkan pacal dalam
sedangkan mengandung asosiasi kamus bahasa Indonesia memiliki
kelucuan karena pemlesetan dari makna “sejenis ikan kaka air tawar”,
bentuk tulisannya. sedangkan pacar adalah “kekasih”
akan tetapi kedua kata ini
104 Autentik: Jurnal Pengembangan Pendidikan Dasar, Vol.2, No.2, Juli 2018
ISSN 2548-9119
c. Kata cakit yang merupakan bahasa Indonesia, sehingga kata
perubahan dari kata sakit memiliki aseg merupakan penciptaan baru
makna, yaitu berasa tidak enak yang berasal dari kata asik, yang
dibagian tubuh karena sesuatu. Kata mengesankan asosiasi makna
sakit mengalami perubahan bentuk kelucuan.
menjadi cakit. Kata cakit tidak ada h. Frasa kicauw balauw merupakan
dalam bahasa Indonesia. Kata cakit perubahan dari kata kacau balau
dibentuk dari pergantian huruf s yang memiliki makna campur aduk
menjadi c yang bertujuan untuk sehingga tidak dapat dibedakan lagi.
mengasosiasikan kelucuan dalam Frasa kicauw balauw mengalami
ragam bahasa gaul. perubahan bentuk dari kacau balau
d. Kata pucink merupakan perubahan yang memiliki makna sama, tetapi
dari kata pusing yang memiliki mengecankan kelucuan karena kata
makna sakit kepala. Keduanya kicauw seperti anamatope suara
memiliki makna yang sama dan burung.
mengalami perubahan bentuk dari i. Kata kanend merupakan perubahan
pusing menjadi pucink. Kata pucink dari kata kangen yang memiliki
tidak ada dalam bahasa Indonesia, makna rindu rasa ingin bertemu,
kata pucink adalah kreasi dari yang mengalami perubahan bentuk
bahasa gaul yang bertujuan untuk dari kangen menjadi kanend. Kata
menciptakan kesan kelucuan. kanend tidak terdapat dalam
e. Kata dolo merupakan perubahan bahasa Indonesia, merupakan hasil
dari kata dahulu yang memiliki kreativitas berbahasa dalam
makna masa lampau. Mengalami memplesetkan kata kangen,
perubahan bentuk dari dahulu sehingga menciptakan kesan
menjadi dolo, tetapi maknanya tetap kelucuan.
sama. Kata dolo tidak ada dalam j. Kata cemungud merupakan
bahasa Indonesia, sehingga kata perubahan dari kata semangat yang
dolo merupakan bentuk kreasi memiliki makna kekuatan batin. Kata
bahasa gaul untuk menciptakan cemungud mengalami perubahan
asosiasi kelucuan. bentuk dari kata semangat. Kata
f. Kata phuyenk merupakan cemungud tidak ada dalam bahasa
perubahan dari kata puyeng yang Indonesia sehingga merupakan
memiliki makna sakit kepala. Kata bentuk kreativitas berbahasa yang
phuyenk mengalami perubahan menciptakan perubahan makna
bentuk dari puyeng. Kata phuyenk asosiasi kelucuan dari kata awalnya.
tidak terdapat dalam bahasa k. Kata agi merupakan perubahan dari
Indonesia, sehingga merupakan kata lagi yang memiliki makna
bentuk pemlesetan yang bertujuan tambah atau sedang melakukan
untuk menciptakan asosiasi sesuatu. Kata agi mengalami
kelucuan. perubahan bentuk dari kata lagi yang
g. Kata aseg merupakan perubahan terjadi karena penghilangan huruf
dari kata asik yang memiliki makna awal l. Kata agi tidak ada dalam
menyenangkan. Kata asep bahasa Indonesia sehingga
mengalami perubahn bentuk dari mengesankan kelucuan seperti kata
asik. Kata aseg tidak ada dalam agi dalam bahasa Jawa.
Chaer, Abdul. 2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.
Kridalaksana, Harimurti.1996. Pembentukan Kata Dallam Bahasa Indonesia. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.