Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH PENGGUNAAN RAGAM BAHASA DI MEDIA SOSIAL TERHADAP

KARAKTER KOMUNIKASI VERBAL PADA RUANG PUBLIK

Oleh :
Busaeri Firdaus
Mahasiswa S1 Jurusan Teknik Informatika STT Wastukancana
NIM 181351037
Helena Hervilia Putri
Mahasiswa S1 Jurusan Teknik Informatika STT Wastukancana
NIM 181351091

Kata Kunci : Komunikasi Verbal, Ruang Publik, Ragam Bahasa, Media Sosial, Karakter

A. Latar Belakang
Menurut Onong Uchyana (2002:11) Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau
perasaan orang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan
gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa
keyakinan, kepastian, keraguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan
sebagainya yang timbul dari hati. Menurut sifatnya komunikasi dibedakan menjadi tatap
muka, bermedia, verbal dan non-verbal. Komunikasi non-verbal berlangsung tanpa suara,
misalnya gerakan tangan, peluit, tanda-tanda,kedipan lampu dan sebagainya. Sedangkan
komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan bahasa sebagai alatnya baik media
lisan atau tulisan. Adapun selain sebagai upaya pertukaran informasi komunikasi juga sebagai
upaya interaksi atau sosialisasi yang tujuan nya mempengaruhi sehingga dapat membentuk
kepribadian dan karakter seseorang dalam merespon situasi dan keadaan tertentu.
Komunikasi verbal salah satunya yang banyak digunakan oleh masyarakat sehingga memiliki
pengaruh yang besar dalam tatanan masyarakat. Karena itu media untuk melakukan upaya
komunikasi verbal pun semakin berkembang, dulu yang hanya dari selembar daun hingga
kini dalam bentuk digital.
Media sosial salah satunya sebagai bentuk dari perkembangan media komunikasi yang
diciptakan untuk menghubungkan orang-orang secara maya untuk saling berbagi informasi
dan hiburan bagi penggunanya. Dengan media sosial masyarakat dapat dihubungkan tanpa
mengenal ruang dan waktu. Dalam perkembangannya media sosial dapat diakses dengan
gawai maupun komputer yang terhubung dengan jaringan internet baik secara kabel maupun
nirkabel. Oleh karena perkembangan media sosial siapapun dapat berkomunikasi dengan
orang lain yang latar belakang kebudayaan, ras hingga bangsa yang berbeda yang dapat
saling mempengaruhi baik karena untuk kepentingan tertentu maupun hiburan.
Dari hal tersebut berkembanglah ragam-ragam bahasa baru yang timbul karena upaya
komunikasi yang terus terjalin menjadi kebiasaan terhadap pola dan cara berkomunikasi yang
disebabkan karena orang yang berkomunikasi berasal dari latar belakang yang berbeda.
Ragam bahasa yang timbul atau baru bukan ada karena untuk memaknai sesuatu hal yang
memang baru pula. Namun ragam bahasa yang timbul karena pergesaran atau pelafalan huruf
yang unik untuk memberikan upaya persuasif dan perhatian di media sosial. Selain itu ragam
bahasa di media sosial kebanyakan adalah ragam bahasa tidak baku (informal) karena ranah
media sosial yang tidak begitu formal dan ketat mengenai aturan atau standar berkomunikasi.
Sehingga siapapun bebas untuk mengungkapkan baik itu ide-ide sampai curahan pikirannya
tentang kehidupan sehari-hari.
Di zaman sekarang banyak sekali kalangan masyarakat mulai dari anak, remaja hingga
dewasa yang sudah terpengaruhi atau terkontaminasi oleh ragam-ragam bahasa yang menarik
serta unik bahkan ragam bahasa kotor sekalipun. Dari tahun ke tahun perubahan serta
kompleksitas ragam bahasa baru bermunculan di masyarakat. Hal itu tidak lain karena
semakin masifnya penggunaan media sosial oleh berbagai kalangan akibat dari
perkembangan internet yang semakin cepat, ditambah harga smartphone yang murah sebagai
salah satu alat komunikasi dan informasi yang digunakan untuk mengakses media sosial yang
dapat dimiliki oleh berbagai kalangan masyarakat.
Bahkan perubahan gaya bahasa setiap tahunnya dimedia sosial selalu meningkat salah satu
kosa kata yang mengalami pergeseran makna atau artinya contoh “siap” menjadi “Ashiap”
kata “boleh” mengalami perubahan menjadi “boljug” dan adapun dalam kata kasar misalkan
“anjing” menjadi “ajig” atau “anying” dan dampak dari ragam bahasa di sosial media tersebut
memicu pada karakter komunikasi verbal pada ruang publik. Salah satu hal yang jelasnya
dikalangan masyarakat, kata-kata tersebut sudah atau hampir digunakan dalam bahasa
keseharian mereka, dihawatirkan semakin seringnya menggunakan bahasa tersebut dijadikan
bahasa sehari-hari akan berdampak besar ketika berkomunikasi pada hal yang formal walau
itu semua kembali lagi pada setiap indivual dengan menempatkan mana kata yang dipakai
untuk ranah formal dan mana yang untuk non formal.
Bahkan dari perkembangan ragam bahasa tersebut dimanfaatkan oleh para pelaku industri
dalam memasarkan produk mereka lewat iklan dengan menggunakan ragam bahasa yang
berkembang di media sosial. Hal itu sebagai langkah persuasif untuk menjaring konsumen
yang aktif di media sosial. Namun dari hal itu berdampak dan berpengaruh terhadap
penggunaan ragam bahasa dalam masyarakat dalam upaya interaksi dan sosialisai lewat
komunikasi verbal. Dampak lain juga menyebabkan sebuah ragam bahasa kehilangan akan
pemaknaan sebenarnya. Tentunya itu berbahaya walaupun efek nya tidak terasa. Salah satu
nya yang terkena dampak nya yaitu terhadap kesopanan dan adab dalam berbicara antara
komunikator dan komunikan yang hilangnya esensi makna dari ragam bahasa dalam sebuah
pesan yang disampaikan.
Berdasarkan uraian diatas, maka dalam upaya mencapai ke arah tujuan penelitian ini, yaitu
untuk mengetahui tentang pengaruh antara perkembangan penggunaan ragam bahasa di
media sosial terhadap komunikasi verbal baik secara tulisan maupun lisan di ruang publik
dengan judul penelitian “Pengaruh Penggunaan Ragam Bahasa Di Media Sosial Terhadap
Karakter Komunikasi Verbal Pada Ruang Publik”.

B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut :
1. Bagaimana media sosial dapat berpengaruh terhadap karakter komunikasi verbal di ruang
publik ?
2. Apa saja dampak dari ragam bahasa di media sosial terhadap karakter komunikasi
komunikasi verbal ?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui perkembangan ragam bahasa yang sering di gunakan di media sosial
oleh masyarakat.
2. Untuk mengetahui sejauh mana hubungan dari penggunaan ragam bahasa di media sosial
dengan secara langsung atau ruang publik di masyarakat.

D. Manfaat Penelitian
Adapaun manfaat dari penelitian ini yaitu untuk memberikan informasi mengenai
keterkaitan perkembangan ragam bahasa di media sosial dalam mempengaruhi karakter
komunikasi verbal di ruang publik.
LAMPIRAN

Ragam bahasa kata “dah” merupakan sinonim dari pemendekan kata ”sudah”. Hal tersebut
tercipta karena dari kebiasaan orang-orang dalam berpesan di media sosial yang sekarang
sering di ucapkan oleh kebanyakan orang secara lisan juga.

Gambar adalah sebuah kedai yang terletak di daerah Purwakarta sekitar kawasan wisata Situ
Buleud. Kata “wkwk” merupakan ragam bahasa yang popular di media sosial yang
pemaknaan nya untuk mengungkapkan seseorang tertawa seperti kata “haha”. Sejarah awal
kata tersebut diciptakan yaitu oleh para kalangan gamer di Indonesia yang mengakronimkan
kata “weee ketawa atau aku ketawa”.
Sebuah pamflet yang terpajang di toko penjualan Gambar diatas diambil dari
pulsa sekitar kampus STT Wastukancana sebuah tempat makan di Jl.
Purwakarta, yang menarik dari pamphlet diatas Nagri Kidul Kabupaten
yaitu penggunaan ragam bahasa yang nyeleneh Purwakarta. Nama toko tersebut
yaitu “ashiaap” yang merupakan bentuk baru dari menggunakan ragam bahasa
ragam bahasa “siap’ yang di populerkan oleh kata “mantul” yang merupakan
seorang youtuber bernama Atta Halilintar. Ragam kepanjangan dari kata “mantap
bahasa tersebut menjadi viral di media sosial serta betul”. Kata tersebut populer
menjadi sebuah guyonan di masyarakat. begitu popular di media sosial
dan sering di ucapkan oleh
kalangan masyarakat untuk
menyatakan kekaguman.

Gambar disamping diambil dari sebuah penjaja


minuman di sekitar Jl. Alternative Bukit Indah
Purwakarta. Unik nya penjual menggunakan nama
produk dari ragam bahasa kata “baper” yang
memiliki kepanjangan “bawa perasaan”. Kata
tersebut sudah lama populer yang berawal dari
media sosial facebook oleh para kalangan remaja-
remaja sekolah di Indonesia.
Ragam bahasa jebret atau jebred di populerkan oleh seorang komentator pertandingan
sepak bola bernama Valentino Simanjuntak. Ragam kata tersebut popular di kalangan
masyarakat dan media sosial. Perkembangan nya di media sosial kata tersebut sering di
gunakan untuk guyonan-guyonan atas kejadian dan tingkah laku lucu.

Anda mungkin juga menyukai