Anda di halaman 1dari 18

TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK PENGGUNAAN BAHASA ALAY

DI JEJARING SOSIAL MEDIA

diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia yang diampu oleh :

Ibu Gamaria Tambulango S.Pd, M.Pd

OLEH

NURUL KHAIRUNNISA KOBIS

941419030

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN MANAJEMEN

PRODI S1 ADMINISTRASI PUBLIK

2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang saya
panjatkan Puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas karya ilmiah Bahasa
Indonesia yang berjudul Tinjauan Sosiolinguistik Penggunaan Bahasa Alay di Jejaring
Sosial Media.

Makalah ini telah saya susun dengan maksimal berkat dorongan, dan bimbingan
orang tua dan Ibu Gamaria Tambulango S.Pd, M.Pd selaku dosen pengajar mata kuliah
Bahasa Indonesia, serta bantuan teman teman, sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu, saya menyampaikan banyak terima kasih terhadap semua pihak yang
telah berkontribusi.

Akhir kata, saya berharap makalah ini dapat memberikan gambaran dan menambah
wawasan tentang pemakaian bahasa yang benar, bagi saya sendiri dan juga pembaca. Saya
menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan karya ilmiah ini jauh dari sempurna, baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Untuk itu saya mengharapkan saran dan kritik
yang membangun agar karya ilmiah ini jauh lebih baik, saya sadar bahwa kesempurnaan
hanya milik Tuhan yang Maha Esa.

Gorontalo, November 2019


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

ABSTRAK.......................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................................5

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................6

1.3 Tujuan.........................................................................................................................6

1.4 Manfaat.......................................................................................................................6

BAB II Landasan Teori...................................................................................................7

BAB III METODE & SAMPLING

3.1 Metode........................................................................................................................9

3.2 Sampling.....................................................................................................................9

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Bahasa dan Faktor Sosial yang Melingkupinya.......................................................10

4.2 Bahasa Alay..............................................................................................................12

4.3 Upaya Penguasaan Penggunaan Bahasa Indonesia..................................................15

BAB V HASIL PENELITIAN......................................................................................16

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan...............................................................................................................17

6.2 Saran.........................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................18
Abstrak:

Bahasa alay adalah bentuk kreatifitas usia remaja. Bahasa ini menggunakan perpaduan serta
tukar posisi penggunaan huruf dan angka. Lebih lanjut lagi, bahasa ini juga memiliki
emotional icon yang digunakan untuk mewakili emosi dan kondisi perasaan penggunanya.
Penggunaan bahasa ini makin meluas, terutama pada berbagai media sosial, termasuk
Facebook. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk meneliti gejala penggunaan bahasa ini
pada media sosial Facebook tersebut. Penelitian ini dilakukan sebagai studi kasus
menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Metode sampling yang digunakan adalah
dimana pengguna akun Facebook yang menggunakan bahasa alay dipilih dari yang paling
menonjol. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi yang dilakukan
selama 3 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengguna bahasa alay didominasi
wanita. Hal ini mengindikasikan adanya keinginan untuk menjadi berbeda dan eksis,
sehingga mereka cenderung menggunakan bahasa alay untuk mendapat perhatian dari
lingkungannya.

Kata kunci : Pengunaan Bahasa,Facebook, Bahasa Alay

Abstract

Bahasa alay refers to a juvenile creativity regarding to language. It used combination of


letters and numbers; or exposition between both rather than usual literacy of Indonesian.
They also use emotional icon in expressing emotion. The using of this language has been
widespreaded, including in social media; mainly Facebook. This study attempted as case
study regarding this phenomena. Purposive sampling is used while the respondants were
account user in my account. Observation was done in three days to analyze frequency of
status updating by them. The result showed that bahasa alay is used mainly by women
teenager. It was used as an existency and also way to be different in gaining public attention.

Keywords : Language Use , Facebook, Bahasa Alay


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Di era globalisasi seperti ini, kemajuan dan perkembangan teknologi sangatlah pesat.
Kemajuan dan perkembangan tersebut tentunya sangat berpengaruh terhadap kehidupan
sehari-hari. Perkembangan ini terutama pada globalisasi dan pengaruh menyebarluasnya
informasi dari berbagai pihak disertai dengan kemudahan akses melalui berbagai media telah
menuntun pada perubahan pemakaian Bahasa Indonesia terus menerus pada masyarakat
sehingga bahasa ini mengalami pergeseran penggunaan, khususnya pada jejaring sosial. Hal
itu terjadi karena munculnya modifikasi bahasa, yang sering disebut dengan bahasa alay.

Bahasa alay mulai muncul dan berkembang bukan hanya dalam dunia maya
(Friendster, MiRC, Facebook, Twitter, Instagram, Yahoo Group dan lain sebagainya),
bahasa alay juga banyak ditemukan di televisi, radio, majalah, bahkan koran. Hal yang
dominan terjadi pada tahapan ini adalah pencarian dan pembentukan identitas. Hal itulah
yang mendorong mereka (dalam hal ini remaja) untuk menggunakan bahasa alay dimana
masa remaja merupakan masa-masa seseorang sedang mencari identitas, ingin mendapat
pengakuan, dan masih sangat labil sehingga mereka sering memiliki hasrat untuk meniru
segala sesuatu yang dianggapnya menarik tanpa melihat sisi negatif yang akan ditimbulkan.

Setelah itu mereka akan merealisasikan bahasa alay tersebut dalam kehidupan sehari-
hari. Kebanyakan dari mereka yang menggunakan bahasa alay tidak begitu mengerti dan
memahami pentingnya berbahasa Indonesia dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah
yang dianjurkan. Jika hal itu dibiarkan, maka akan berdampak buruk bagi pertumbuhan dan
perkembangan Bahasa Indonesia di negara ini. Antara lain, mereka akan sulit untuk
berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.

Berdasarkan pemaparan tersebut, maka sebuah tinjauan sederhana dilakukan peneliti


terhadap fenomena ini dari sisi sosiolinguistik. Kajian ini akan menelaah penggunaan bahasa
alay dari faktor sosial yang mempengaruhi penggunanya; usia, jenis kelamin serta
pergeseran yang dilakukan bahasa ini terhadap Bahasa Indonesia. Namun demikian,
penelitian ini hanya dibatasi pada pengunaan bahasa alay pada jejaring sosial Facebook
karena jejaring sosial ini adalah jejaring sosial yang paling banyak digunakan oleh
masyarakat Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana latar belakang munculnya bahasa alay?


2. Apa pengaruh pemakaian bahasa alay pada penggunanya?
3. Bagaimana upaya meningkatkan penguasaan penggunaan Bahasa Indonesia guna
meninggalkan bahasa alay?

1.3 Tujuan

1. Dapat mengetahui latar belakang munculnya bahasa alay


2. Dapat mengetahui pengaruh pemakaian bahasa alay
3. Dapat memahami dan merealisasikan upaya peningkatan penggunaan Bahasa
Indonesia yang baik dan benar

1.4 Manfaat

Manfaat Teoritis

Dari hasil penelitian ini, dapat dijadikan acuan bagi masyarakat akan pengaruh

bahasa alay terhadap kemampuan remaja berbahasa Indonesia yang baik dan benar.

Manfaat Praktis

1. Bagi pengguna bahasa alay dapat menambah pengetahuan bagi mereka dan

memberikan pemahaman kepada akan pengaruh bahasa alay.

2. Bagi peneliti, sebagai tambahan referensi bagi semua pihak yang bermaksud

melakukan penelitian di masa yang akan datang.


BAB II

LANDASAN TEORI

Bahasa selalu berkembang dinamis seiring dengan kemajuan zaman. Hal ini
mengindikasikan bahwa sejalan dengan berbagai perubahan yang terjadi dalam
perkembangan zaman; ideologi, budaya serta teknologi, akan memiliki pengaruh pada
bahasa yang digunakan oleh kelompok guyup tutur tertentu. Perkembangan yang terjadi pada
bahasa tersebut dapat berupe perkembangan yang bersifat positif atau bahkan sebaliknya,
bersifat negatif.

Perkembangan bahasa yang bersifat positif terjadi apabila perkembangan tersebut


membawa kebaikan pada sebuah bahasa. Kebaikan ini dapat berupa perluasan ranah
pengunaan yang tejadi karena penambahan kosakata, revitalisasi melalui berbagai perogram
pengembangan kebahasaan, serta kegiatan melestarikan bahasa melalui standarisasi tertulis
terhadap aspek linguistik sebuah bahasa. Sebaliknya, perkembangan negatif terjadi apabila
bahasa tersebut semakin terkikis penggunaannya seiring dengan berbagai kemajuan yang
melingkupinya. Bahasa tersebut akan semakin berkurang penuturnya karena tidak ada usaha
pengembangan dan pembinaan bahasa, sehingga penggunaannya akan semakin tergeser oleh
bahasa lain dalam kehidupan sehari-hari.

Hal ini tersebut terjadi juga pada Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia yang menjadi
bahasa resmi bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia juga mengalami dinamika seiring
dengan perkembangan zaman. Yang menjadi fokus adalah sisi negatif perkembangan zaman
terhadap perkembangan Bahasa Indonesia. Seiring dengan perkembangan zaman maka
berbagai hal telah mempengaruhi pemakaian Bahasa Indonesia di masyarakat.
Perkembangan ini terutama globalisasi dan pengaruh menyebarluasnya informasi dari
berbagai pihak disertai dengan kemudahan akses melalui berbagai media telah menuntun
pada perubahan pemakaian Bahasa Indonesia pada masyarakat.

Bahasa Indonesia mempunyai empat kedudukan, yaitu sebagai bahasa persatuan,


bahasa nasional, bahasa negara, dan bahasa resmi. Dalam perkembangannya lebih lanjut,
Bahasa Indonesia berhasil mendudukkan diri sebagai bahasa budaya dan bahasa ilmu.
Keenam kedudukan ini mempunyai fungsi yang berbeda, walaupun dalam praktiknya dapat
saja muncul secara bersama-sama dalam satu peristiwa, atau hanya muncul satu atau dua
fungsi saja.

Dalam kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, Bahasa Indonesia bukan
saja dipakai sebagai alat komunikasi timbal balik antara pemerintah dan masyarakat luas dan
bukan saja dipakai sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarsuku, tetapi juga dipakai
sebagai alat perhubungan formal pemerintahan dan kegiatan atau peristiwa formal lainnya.
Misalnya, surat-menyurat antar instansi pemerintahan, penataran para pegawai
pemerintahan, lokakarya masalah pembangunan nasional, dan surat dari karyawan atau
pagawai ke instansi pemerintah.
Bahasa Indonesia berfungsi pula sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga
pendidikan, mulai dari lembaga pendidikan terendah (taman kanak-kanak) sampai dengan
lembaga pendidikan tertinggi (perguruan tinggi) di seluruh Indonesia, kecuali daerah-daerah
yang mayoritas masih menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa ibu. Di daerah ini, bahasa
daerah boleh dipakai sebagai bahasa pengantar di dunia pendidikan tingkat sekolah dasar
sampai dengan tahun ketiga (kelas tiga). Setelah itu, harus menggunakan bahasa Indonesia.
Karya-karya ilmiah di perguruan tinggi (baik buku rujukan, karya akhir mahasiswa – skripsi,
tesis, disertasi, dan hasil atau laporan penelitian) yang ditulis dengan menggunakan bahasa
Indonesia.

Bahasa Indonesia harus dibina dan dikembangkan dengan baik karena Bahasa
Indonesia itu merupakan salah satu identitas atau jati diri bangsa Indonesia. Setiap orang
Indonesia patutlah bersikap positif terhadap Bahasa Indonesia, janganlah menganggap remeh
dan bersikap negatif. Setiap orang Indonesia mestilah berusaha agar selalu cermat dan teratur
menggunakan Bahasa Indonesia. Namun seorang dengan perkembangan berbagai media
yang terkait juga dengan perkembangan teknologi, banyak hal yang mempengaruhi Bahasa
Indonesia, sehingga bahasa ini mengalami pergeseran penggunaan, khususnya pada jejaring
sosial.

Jejaring sosial adalah media dimana manusia dapat saling berinteraksi tanpa dibatasi
oleh ruang dan waktu. Disini, banyak manusia yang berinteraksi dari berbagai suku, ras,
jenis kelamin dan usia. Sehingga bahasa yang digunakan pun menjadi amat beragam dan
dipengaruhi oleh latar belakang para pemakai dari media tersebut. Demikian pula dalam
jenis media sosial yang berkembang. Banyak provider yang menyediakan layanan jejaring
sosial dimulai dari Friendster, MiRC, Facebook, Twitter, Instagram, Yahoo Group dan lain
sebagainya. Tiap jejaring sosial memiliki kekhasan masing-masing sehingga penggunanya
pun menjadi sangat variatif. Meskipun demikian, jeajaring sosial yang paling diminati di
Indonesia adalah Facebook (FB). FB memiliki pengguna sebanyak enam puluh lima juta
jiwa, yang menempatkan Indonesia sebagai negara keempat pengguna FB terbanyak didunia.

Berkaitan dengan hal ini, maka dapat dipahami bahwa begitu banyak dinamika
kebahasaan yang terjadi pada jejaring sosial ini. Namun, yang menjadi perhatian banyak
pihak sekarang ini adalah perkembangan komunitas pengguna bahasa alay. Bahasa ini
adalah sebuah pergeseran bahasa pada Bahasa Indonesia, dimana sistem lambang dan
leksikografi yang ada diubah menjadi sistem baru; berupa campuran dan alih posisi antara
angka dan huruf, serta diiringi dengan penggunaan emotional icon (emoticon) yang berupa
lambang yang mewakili perasaan. Hal ini menjadi lumrah diantara pengguna FB dan
menyebar luas pada berbagai kalangan.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode

Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif. Lebih lanjut lagi,


penelitian ini dilakukan sebagai sebuah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk
mendeskripsikan variabel penelitian, yaitu penggunaan Bahasa Alay pada jejaring sosial FB.

3.2 Sampling

Popupasi pada penelitian ini adalah seluruh pengguna FB yang berdomisili di


Indonesia. Namun, karena hal ini terlalu luas dan disertai dengan keterbatasan peneliti, maka
peneliti hanya memilih yang paling menonjol. Sehingga penelitian ini adalah sebuah studi
kasus fenomena bahasa yang nyata terjadi.
BAB IV

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil pengamatan, ada 5 diantaranya akun FB yang menggunakan


bahasa alay yang paling menonjol. Berikut adalah hasil pengamatan yang disajikan pada
table

No Nama akun Jenis kelamin

1.
Lian’k Chay Palowa Perempuan

2 Perempuan
Novyta Chu Eek

3 Perempuan
YhuniNtuYhunAndrise

4 Perempuan
Inasty-Nyaeaina gituloch Cayangg qamuw
qamuw Semuaa chelamanya haha

5 Perempuan
Blackrenz Ndy’ko

Berdasarkan pemaparan data tersebut, ada hal menarik berkaitan dengan penggunaan
bahasa alay oleh mereka, yaitu adanya upaya eksistensi kaum wanita. Semua pemilik akun
yang menggunakan bahasa alay berjenis kelamin wanita. Berdasarkan hal tersebut, dapat
disimpulkan bahwa penggunaan bahasa alay merupakan sarana eksistensi kaum wanita.
Mereka menggunakan bahasa ini untuk menonjolkan diri melalui perbedaan yang
ditunjukkan, sehingga mereka akan mendapat perhatian dari lingkungannya.
BAB V

PEMBAHASAN

4.1 Bahasa & Faktor Sosial yang Melingkupinya

4.1.1 Bahasa dan Kelas Sosial

Kelas sosial atau golongan sosial merujuk kepada perbedaan hierarkis (atau stratifikasi)
antara insan atau kelompok manusia dalam masyarakat atau budaya. Biasanya kebanyakan
masyarakat memiliki golongan sosial, namun tidak semua masyarakat memiliki jenis-jenis
kategori golongan sosial yang sama. Berdasarkan karakteristik stratifikasi sosial, dapat kita
temukan beberapa pembagian kelas atau golongan dalam masyarakat. Beberapa masyarakat
tradisional pemburu-pengumpul, tidak memiliki golongan sosial dan seringkali tidak
memiliki pemimpin tetap pula. Oleh karena itu, masyarakat seperti ini menghindari
stratifikasi sosial. Dalam masyarakat seperti ini, semua orang biasanya mengerjakan aktivitas
yang sama dan tidak ada pembagian pekerjaan.

Secara harfiah pengertian kelas sosial (social class) mengacu kepada golongan
masyarakat yang mempunyai kesamaan tertentu dalam bidang kemasyarakatan seperti
ekonomi, pekerjaan, pendidikan, kedudukan, kasta dan sebagainya. Kasta biasanya dianggap
sejenis dengan kelas sosial, namun ada perbedaan antara kasta dan kelas sosial, yaitu pada
kasta bersifat tertutup, artinya seseorang tidak boleh seenaknya bebas memasuki golongan.
Sedangkan kelas sosial bersifat terbuka, artinya dalam kelas sosial memungkinkan adanya
mobilitas sosial, yaitu berpindahnya seseorang dari suatu kelas sosial ke kelas sosial yang
lainnya.

Adanya kelas sosial ini mempengaruhi penggunaan ragam bahasa di masyarakat. Tiap
kelas sosial berupaya menjadi berbeda dengan kelas yang lain melalui penggunaan ragam
yang khusus, eksklusif, serta menjadi penanda kelas sosial tersebut.

4.1.2 Bahasa dan Jenis Kelamin

Jenis kelamin menjadi salah satu faktor yang menyebabkan adanya perbedaan pada
ragam bahasa yang digunakan. Beberapa budaya menganggap wanita sebagai warga kelas
dua, sehingga peranan mereka dalam kemasyarakatan menjadi sangat sedikit, bahkan tidak
ada sama sekali. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya gerakan feminisme, dimana wanita
menuntut adanya persamaan hak antara pria dan wanita. Gerakan ini juga berpengaruh di sisi
kebahasaan. Pada beberapa bahasa, misalnya bahasa Inggris, wanita cenderung
menggunakan dialek yang dianggap tidak baku, sehingga setelah datangnya gerakan ini,
kaum wanita cenderung belajar untuk menggunakan Received Pronounciation yang
dianggap lebih bergengsi dari dialek biasa dan menaikkan kelas sosial mereka di masyarakat.
Lebih kompleks lagi dengan adanya gerakan feminisme yang berkembang di
masyarakat. wanita cenderung menggunakan bahasa yang seolah ingin menyetarakan
kedudukan, atau bahkan menonjolkan posisinya di masyarakat. Hal ini juga mendorong
adanya penggunaan ragam bahasa yang berbeda antara wanita dan pria. Permasalahan jenis
kelamin dan bahasa menjadi semakin rumit dengana adanya golongan waria. Kaum ini
membentuk sebuah komunitas tersendiri yang mengembangkan kode bahasa tertentu,
sehingga mereka tampak menggunakan sebuah bahasa yang berbeda dengan bahasa induk
yang menjadi dasar pengembangan bahasa kode tersebut.

4.1.3 Bahasa dan Usia

Usia adalah faktor sosial yang menjadi pembeda kelompok-kelompok manusia.


Dalam kaitannya dengan perkembangan bahasa, faktor usia merujuk pada perbedaan ragam
bahasa yang digunakan oleh penutur anak-anak, remaja dan dewasa. Namun, yang menjadi
fokus dalam penelitian ini adalah fenomena tutur pada tahap remaja.

Masa remaja adalah masa perkembangan yang paling menarik bagi manusia. Pada
masa ini, manusia manusia mulai menunjukkan kecenderungan untuk menjadi berbeda dari
manusia yang lain. Pengaruhnya pada penggunaan bahasa adalah munculnya berbagai
bentuk bahasa rahasia yang menjadi identitas kelompok remaja. Beberapa diantaranya
adalah:

1. Bahasa dengan penyisipan konsonan v + vocal. Ragam ini muncul sebelum 1950.
Konsonan v disisipkan pada tiap suku kata, diikuti dengan vokal yang sama dengan
vokal pada suku kata tersebut. Misalnya: mati= ma (va) + ti (vi)

2. Bahasa dengan penggantian suku akhir dengan –sye. Menjelang tahun enam puluhan
muncul bentuk bahasa yang menggunakan suku akhir -sye. Hanya suku kata awal
yang diambil, kemudian suku kata skhir digantikan dengan suku akhir –sye.
Misalnya: kunci = kun + sye = kunsye.

3. Membalik fonem. Bentuk ini muncul di kota Malang sekitar tahun 1960. Pada bentuk
bahasa ini, kata dibaca dari huruf terakhir, misalnya mata = atam.

4. Variasi dari bentuk pembalikan fonem. Bentuk ini dadalah variasi bentuk fonem
terbalik dengan menyisipkan atau mengubah bunyi tertentu. Misalnya tidak = kadit =
kadodit.

5. Bahasa Prokem. Bahasa prokem adalah tutur remaja yang khas yang muncul di
Jakarta. Awalnya bahasa ini adalah bahasa yang digunakan oleh para preman. Aturan
utama bahasa ini adalah:
 Tiap kata diambil tiga fonem awah (gugus konsonan dianggap satu) misalnya:
bapak = bap
 Setelah itu disisipkan –ok- setelah fonem awal, misalnya bap= b-ok-ap = bokap.

Selain aturan tersebut, ada pula variasi dengan penghilangan vokal akhir, misalnya:
begitu = begit. Terdapat mula bentuk metatesis dalam bahasa Prokem, misalnya besok =
sobek. Variasi lain juga terjadi pada bahasa ini, contohnya: habis = bais. Pada bahasa
Prokem, ada juga beberapa kosakata yang tidak memiliki rumus pembentukan, misalnya
polisi = tikus.

Ciri bahasa remaja ini juga sering menggunakan kreatifitas, terutama dalam
menciptakan berbagai akronim yang terdengar menggelitik telinga. Misalnya: rindu =
mikirin duit, pendekar = pendek tapi kekar, dan tante = tanpa tekanan. Penyebaran bahasa ini
menjadi semakin luas karena dipergunakan dalam penulisan karya sastra remaja di berbagai
majalah remaja poluler. Hal ini menyebabkan perkembangan bahasa prokem semakin pesat.
Berbagai istilah,terutama dari kata-kata dialek Jakarta,seperti: caem, cowok, cewek dan
bawel juga memperkaya bahasa ini. Di sisi lain, istilah-istilah termasuk metafora juga mulai
digunakan, misalnya parkit, untuk mewakili orang yang cerewet.

4.2 Bahasa Alay

4.2.1 Pengertian Bahasa Alay

Bahasa adalah kode yang merupakan gabungan fonem sehingga membentuk kata
dengan aturan sintaksis untuk membentuk kalimat yang memiliki arti. Bahasa merupakan
alat yang sangat tidak memadai untuk berpikir dengan tertib dan untuk melahirkan pendapat.
C.P.F. Lecoutere, L. Grootaers.

Bahasa alay itu adalah variasi bahasa yang muncul karena adanya komunitas anak-
anak remaja/muda. Alay adalah singkatan dari Anak layangan, Alah lebay, Anak layu atau
Anak kelayapan yang menghubungkannya dengan anak jarpul (jarang pulang) yang sering
berkeliaran diluar. Dominannya, istilah ini menggambarkan anak yang menganggap dirinya
keren secara gaya busana, musik, maupun kelakuan secara umum.

Menurut Koentjaraningrat, alay adalah gejala yang dialami pemuda dan pemudi
bangsa Indonesia, yang ingin diakui statusnya di antara teman-temannya. Gejala ini akan
mengubah gaya tulisan, gaya berpakaian mereka, sekaligus meningkatkan kenarsisan
mereka. Sedangkan Selo Soemaridjan menyatakan alay adalah perilaku remaja Indonesia,
yang membuat dirinya merasa keren, cantik, hebat diantara yang lain.

Istilah alay hadir setelah di Facebook semakin marak penggunaan bahasa tulis yang
tak sesuai kaidah bahasa Indonesia . Hingga kini belum ada definisi yang pasti tentang istilah
ini, namun bahasa ini kerap dipakai untuk menunjuk bahasa tulis. Dalam bahasa alay bukan
bunyi yang dipentingkan tapi variasi tulisan.
Dalam ilmu bahasa, bahasa alay termasuk sejenis bahasa diakronik. Yaitu bahasa
yang dipakai oleh suatu kelompok dalam kurun waktu tertentu. Ia akan berkembang hanya
dalam kurun tertentu. Perkembangan bahasa diakronik ini, tidak hanya penting dipelajari
oleh para ahli bahasa, tetapi juga ahli sosial atau mungkin juga politik. Sebab, bahasa
merupakan sebuah fenomena sosial. Ia hidup dan berkembang karena fenomena sosial
tertentu.

4.2.2 Sejarah dan Perkembangan Bahasa Alay

Bahasa alay muncul pertama kalinya sejak ada program SMS (Short Message
Service) atau pesan singkat dari layanan operator yang mengenakan tarif per karakter yan
berfungsi untuk menghemat biaya. Namun dalam perkembangannya kata-kata yang
disingkat tersebut semakin melenceng, terutama setelah munculnya jejaring sosial.
Penggunaan bahasa alay ini bahkan telah mengubah kosa kata bahasa Indonesia bahkan cara
penulisannya pun menggunakan huruf besar kecil yang diacak ditambah dengan angka dan
karakter tanda baca. Bahkan arti kosakatanya pun bergeser jauh dari yang dimaksud. Semua
kata dan kalimat ‘dijungkirbalikkan’ begitu saja dengan memadukan huruf dan angka.
Penulisan gaya alay atau anak lebay tidak membutuhkan standar baku atau panduan khusus,
semua dilakukan suka-suka dan bebas.

4.2.3 Karakteristik Bahasa Alay

Seiring dengan semakin banyaknya penggunaan bahasa alay pada kalangan remaja,
variasi atau karasteristiknya pun semakin beragam. Antara lain:

 Pemakaian huruf besar kecil yang berantakan dalam satu kalimat contohnya: “kaMu
Lagi nGapaiN?”
 Penggunaan angka sebagai pengganti huruf, contohnya: “k4mu L49i n94p4in?”
 Penambahan atau pengurangan huruf-huruf dalam satu kalimat,contohnya: “amue
agie ngapaein?”
 Menambahkan atau mengganti salah satu huruf dalam kalimat,contohnya: “xmoe
agie ngaps?”
 Penggunaan simbol-simbol dalam kalimat, contohnya: “k@mu L@g! nG@p@!n?”

Masih banyak lagi variasi-variasi atau karasteristik penggunaan bahasa alay di


kalangan remaja saat ini. Karasteristik tersebut juga tidak dapat diketahui dan dijelaskan
secara pasti karena kata-kata dalam bahasa alay itu sendiri tidak mempunyai standar yang
pasti, karena hanya menyesuaikan dengan kreativitas penggunanya.

Berdasarkan pemaparan tersebut, maka sebuah tinjauan sederhana dilakukan peneliti


terhadap fenomena ini dari sisi sosiolinguistik. Kajian ini akan menelaah penggunaan bahasa
alay dari faktor sosial yang mempengaruhi penggunanya; usia, jenis kelamin serta
pergeseran yang dilakukan bahasa ini terhadap Bahasa Indonesia. Namun demikian,
penelitian ini hanya dibatasi pada penggunaan bahasa alay pada jejaring sosial Facebook
karena jejaring sosial ini adalah jejaring sosial yang paling banyak digunakan oleh
masyarakat Indonesia.

4.2.4 Dampak Bahasa Alay

Dampak Positif

Dengan digunakannya bahasa alay adalah remaja menjadi lebih kreatif. Terlepas dari
mengganggu atau tidaknya bahasa alay ini, tidak ada salahnya kita menikmati tiap
perubahan atau inovasi bahasa yang muncul. Asalkan dipakai pada situasi, tepat, media dan
komunikan yang tepat juga. Ada juga yang mengatakan bahwa bahasa alay itu adalah seni.
Dengan mengkombinasikan antara huruf dan angka, setidaknya membuat orang lain untuk
lebih mencermati bahwa kombinasi itu bisa di baca. Atau mungkin juga bisa jadi sebuah
simbol atau kode rahasia.

Dampak Negatif

Penggunaan bahasa alay dapat mempersulit penggunanya untuk berbahasa Indonesia


dengan baik dan benar. Padahal di sekolah atau di tempat kerja, kita diharuskan untuk selalu
menggunakan bahasa yang baik dan benar. Tidak mungkin jika pekerjaan rumah, ulangan
atau tugas sekolah dikerjakan dengan menggunakan bahasa alay. Karena, bahasa alay tidak
masuk ke dalam tatanan bahasa akademis. Begitu juga di kantor, laporan yang kita buat tidak
diperkanakan menggunakan bahasa alay. Jadi, ketika situasi kita dalam situasi yang formal
jangan menggunakan bahasa alay sebagai komunikasi. Maka sebaiknya bahasa-bahasa alay
digunakan pada tempat, situasi dan forum yang tepat.

Bahasa alay dapat mengganggu siapapun yang membaca dan mendengar kata-kata
yang termaksud di dalamnya. Karena, tidak semua orang mengerti akan maksud dari kata-
kata alay tersebut. Terlebih lagi dalam bentuk tulisan, sangat memusingkan dan memerlukan
waktu yang lebih banyak untuk memahaminya.

4.3 Upaya-Upaya Peningkatan Penguasaan Bahasa Indonesia Guna Meninggalkan


Bahasa Alay

Khusus mengenai upaya penguasaan Bahasa Indonesia yang dimaksud disini adalah
upaya-upaya yang dilakukan oleh setiap individu dalam meningkatkan penguasaan bahasa
Indonesianya guna meninggalkan bahasa alay.
 Pertama, tanamkan kesadaran (motivasi) bahwa penguasaan Bahasa Indonesia
dengan baik merupakan modal dasar untuk sukses di segala bidang.
 Kedua, usahakan sebanyak mungkin untuk membaca, baik surat kabar, majalah,
buku-buku pelajaran, terlebih lagi buku-buku tentang kebahasaan. Biasakanlah dalam
kegiatan sehari-hari selalu ada waktu untuk membaca, walaupun hanya beberapa
menit, sebab dengan banyak membaca wawasan kita akan semakin bertambah,
termasuk dalam hal kebahasaan.
 Ketiga, usahakan agar bersikap kritis dalam membaca, artinya jangan hanya asal
membaca, tapi juga harus diperhatikan dan dimengerti dengan baik bentuk bahasa
yang dibaca, struktur kalimatnya,bentuk kata-katanya, ejaannya, tata tulisnya, dan
sebagainya.
 Keempat, hal lain yang harus diperhatikan oleh penutur Bahasa Indonesia adalah
berpegang teguh peda prinsip “berbeda bentuk berbeda arti”. Dengan prinsip ini,
orang akan selalu sadar dalam memilih penggunaan kata-kata, apakah akan
menggunakan kata-kata baku yang sesuai ejaan atau kata nonbaku yang tidak sesuai
dengan ejaan.
BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Bahasa alay adalah fenomena kebahasaan yang sedang terjadi di Indonesia. Bahasa
ini menggunakan pertukaran posisi antara huruf dan angka serta penggunaan simbol
emotional icon untuk menunjukkan perbedaannya dengan sistem penulisan Bahasa
Indonesia. Berdasarkan penelitian studi kasus yang telah dilakukan pada akun FB, maka
pengguna bahasa alay didominasi oleh remaja perempuan. Mereka menggunakan bahasa ini
sebagai ajang eksistensi dan untuk menonjolkan diri sehingga mereka akan mendapat
perhatian dari lingkungan sekitar.

6.2 Saran

Sebenarnya sah-sah saja bagi mereka yang menggunakan bahasa alay, karena hal
tersebut merupakan bentuk kreatifitas yang mereka buat. Namun sebaiknya penggunaan
bahasa alay dapat digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi atau tidak digunakan pada
situasi-situasi yang formal. Misalnya pada saat berbicara dengan teman. Teman disini adalah
mereka yang mengetahui dan mengerti bahasa alay tersebut. Tetapi juga jangan sampai
menghilangkan budaya berbahasa Indonesia kita. Karena biar bagaimanapun Bahasa
Indonesia tetap menjadi bahasa kebanggaan kita dan wajib untuk dijaga serta dilestarikan.
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rinneka Cipta

Malinson, Christine. 2007. Social Class, Social Status and Stratification: Revisiting Familiar
Concepts in Sociolinguistics dalam Jurnal University of Pennsylvania Working Papers in
Linguistics Volume 13. Maryland: University of Maryland

Sumarmo. M, Paina Partana. 2002. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Sabda

www.merdeka.com/jumlahpenggunafebookindonesia

Anda mungkin juga menyukai