Anda di halaman 1dari 6

PEMAKAIAN GAYA BAHASA SARKASME DI MEDIA SOSIAL

Ana Sirotul Mubaroh


Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Trunojoyo Madura
Surel: 210621100131@student.trunojoyo.ac.id

Abstrak
Penggunaan bahasa sarkasme di media sosial sangatlah sering kita jumpai. Pemakaian bahasa sarkasme
digunakan dengan niat mengolok atau menyindir pedas terhadap orang tertentu dan berakibat
menyakiti hati. Pemakaian bahasa sarkasme sangatlah berdampak kepada kegiatan interaksi antar satu
dengan yang lain, tidak hanya itu tetapi juga berdampak terhadap pengguna media sosial yang masih di
bawah umur. Terbiasanya pemakaian bahasa sarkasme di media sosial akan terbawa pada bahasa saat
kegiatan interaksi secara langsung terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk dan
pengaruh bahasa sarkame warga media sosial agar mereka lebih bijak dalam berbahasa di media sosial.
Kata kunci: Gaya bahasa sarkasme, media sosial, bentuk

PENDAHULUAN
Bahasa merupakan faktor utama kepada orang tertentu, dan berakibat bisa
dalam kehidupan manusia. Bahasa juga menyakiti hati orang tersebut.
digunakan sebagai alat berkomunikasi Sosiolinguistik merupakan ilmu
seseorang untuk menyampaikan sesuatu antar disiplin antara sosiologi dan
yang dirasakan dan dipikirkan kepada linguistik, dua bidang ilmu empiris yang
lawan bicara. Pada penggunaan media mempunyai kaitan sangat erat, Sayama
sosial bahasa digunakan sebagai bentuk (2015:1). Berkaitan dengan pemakaian
dalam berkomunikasi, dengan adanya bahasa sarkasme di media sosial, dimana
media sosial manusia bisa melakukan teori sosiolinguistik mengkaji hubungan
komunikasi tanpa bertatap muka secara bahasa dan masyarakat. Pemakaian bahasa
langsung. sarkasme di lingkungan masyarakat baik di
Penggunaan bahasa di media sosial dunia maya dan dunia nyata sangatlah
sangatlah beragam, setiap orang memiliki banyak terjadi, dan sering menimbulkan
gaya bahasanya sendiri. Tetapi tidak masalah. Sosiolinguistik mengkaji dua
dipungkiri juga akan terjadi pemakaian bidang yaitu struktur bahasa oleh linguistik
bahasa sarkasme di dalam media sosial. dan struktur masyarakat oleh sosiologi.
Bahasa sarkasme tidak hanya berupa kata Pemakaian bahasa sarkasme tidak
kotor atau kata yang keras saja, tetapi juga sama sekali memiliki dampak positif
berupa kata yang penuh dengan sindiran. terhadap lingkungan masyarakat. Di
Bahasa sarkasme banyak digunakan di zaman yang modern ini pengguna media
media sosial oleh manusia-manusia yang sosial tidak hanya remaja atau orang
berniat mengolok atau menyindir pedas dewasa yang sudah cukup umur, tetapi
anak dibawah umur yang seharusnya
belum diperbolehkan memiliki akun media terhadap pemakaian bahasa sarkasme di
sosial juga ikut menggunakan dengan cara dalam media sosial. Dampak tersebut akan
memalsukan identitas. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap kehidupan
menjadikan pengguna media sosial di masyarakat di lingkungan sekitar, terutama
bawah umur menjadi menirukan bahasa terhadap interaksi satu sama lain. Apalagi
yang sering mereka baca di media sosial terhadap para pengguna media sosial yang
tersebut, oleh sebab itu sangatlah belum cukup umur dan masih belum dapat
berdampak negatif kepada pengguna menyimpulkan mana hal yang bisa ditiru
media sosial yang di bawah umur. dan mana yang seharusnya dihindari.
Tujuan penulisan artikel ini untuk
mengetahui dampak apa yang muncul

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam dengan pemakaian gaya bahasa sarkasme
artikel ini menggunakan metode penelitian di media sosial. Metode studi pustaka dan
studi pustaka dan literatur dengan cara review literatur ini digunakan dengan
mencari informasi dari bahan pustaka tujuan meminimalisir waktu yang dapat
terpercaya. Selain itu juga dengan terbuang untuk melakukan penelitian
meneliti, menganalisis dan menelaah dengan tindakan praktik, eksperimen,
beberapa sumber buku dan jurnal terkait ataupun tindakan kelas.

PEMBAHASAN
Sarkasme merupakan gaya bahasa bersosialiasi satu sama lain secara online
yang digunakan untuk menyindir dengan dan tidak memberikan batas ruang dan
menggunakan bahasa yang kasar dan waktu. Media sosial memiliki pengguna
keras. Bahasa sarkasme adalah bahasa aktif yang sangat banyak, dari mulai
yang mengandung unsur mengejek atau kalangan remaja hingga dewasa bahkan
mengolok-olok dan mengandung sindiran anak di bawah umur yang seharusnya
pedas yang dapat menyakiti hati. belum diizinkan untuk menggunakan.
Pernyataan tersebut searah dengan Pengguna media sosial selain dapat
pendapat Ulfatun (2021:414) yang mempermudah komunikasi dan
mengungkapkan bahwa pada dasarnya bersosialisasi, tapi juga dapat
bahasa sarkasme sejenis dengan karya berpartisipasi atau membuat konten.
bahasa yang mengandung ‘olok olok atau Gaya bahasa yang digunakan oleh
sindiran pedas dan menyakiti hati’. kalangan masyarakat atau warga media
Sarkasme dapat bersifat ironi dan dapat sosial terutama dalam menuliskan
juga tidak, tapi sangat jelas bahwa gaya komentar sangatlah bervariasi, mengikuti
bahasa ini akan selalu menyakiti hati dan bahasa tidak baku, bahasa asing, dan
kurang nyaman didengar. bahasa gaul yang dipelesetkan hingga
Media sosial adalah sebuah media bahasa Indonesia yang mengandung unsur
yang digunakan berkomunikasi dan sarkastis. Hal ini mengakibatkan
keterbiasaan dan akhirnya terbawa pada tetapi terdapat beberapa anak dibawah
kehidupan bermasyarakat, berbagai macam umur yang masih senang mengikuti
bentuk bahasa sarkasme di media sosial perkembangan zaman dan suatu hal yang
yang sering dijumpai di lingkungan sekitar dianggapnya gaul. Kagiatan berinteraksi
dan itulah penyebab dari membiasakan inilah yang menjadi acuan pengaruh dari
pemakaian bahasa sarkasme di media bahasa sarkasme, gaya bahasa sarkasme
sosial. Penggunaan bahasa sarkasme di saat berinteraksi juga sangat bervariasi.
media sosial banyak dijumpai melalui Pemakaian gaya bahasa sarkasme saat
berbagai komentar, apalagi akun tersebut berinteraksi sering kita temukan, dimulai
merupakan sasaran warga media sosial dengan mengungkapkan umpatan, bahasa
atau memang sedang hangat-hangatnya sindiran, bahasa kasar, bahasa ibu yang
diperbincangkan. Hal itu menjadi tempat memiliki makna kasar, bahasa asing yang
pemakaian bahasa sarkasme sering terjadi. bermakna kasar, hingga bahasa Indonesia
Gaya bahasa yang sering dijumpai berupa yang mengandung unsur sarkatis. Hal
umpatan kebencian, sindiran, atau bahkan tersebut dapat dibuktikan melalui umpatan
pertanyaan yang tidak pernah perlu yang sering dijumpai “anjir”, “fuck”,
jawaban melainkan tujuannya adalah “jancok”, “bangsat”, dan masih banyak
menyampaikan kebencian terhadap sasaran ungkapan lainnya. Kata berikut merupakan
mereka. Adapun tempat pemakaian bahasa sebuah umpatan yang sering digunakan
sarkasme di media sosial tidaklah hanya di saat berinteraksi, kata-kata tersebut
kolom komentar saja, tetapi dapat memiliki makna yang berbeda-beda
ditemukan pada cerita yang dibagikan oleh dimulai dari pelesatan nama hewan, bahasa
pengguna media sosial di akun pribadi asing, bahasa ibu, dan bahasa Indonesia
miliknya. Hal ini dapat dibuktikan oleh yang mengandung unsur sarkatis. Umpatan
akun yang membagikan cerita dan “anjir” berartikan nama hewan anjing
menuliskan kalimat “...bajingan teriak yang dipelesetkan, meskipun sebenarnya
bajingan”, kalimat ini merupakan anjing adalah nama hewan tetapi akan
ungkapan kasar karena mengandung terdengar kasar jika digunakan untuk
makna yang menyindir. menyindir. Umpatan “fuck” merupakan
Pengaruh dari pemakaian bahasa bahasa asing yang berartikan setan.
sarkasme di media sosial tentu sangat Umpatan “jancok” berasal dari bahasa ibu
berpengaruh pada kehidupan sehari-hari yang sangat terdengar kasar meskipun
dan pastinya saat berinteraksi dengan sebenarnya tidak memiliki arti. Umpatan
masyarakat sekitar, apalagi terhadap “bangsat” merupakan bahasa Indonesia
pengguna media sosial yang masih di yang mengandung unsur sarkatis.
bawah umur. Gaya bahasa yang sering Adapun bentuk dari ragam gaya
digunakan oleh warga media sosial bahasa yang dituliskan oleh masyarakat
tidaklah hanya dilihat satu atau dua orang melalui komentar, penggunaan bahasa
saja, tetapi juga dapat beribu-ribu warga yang digunakan oleh masyarakat
media sosial yang memiliki akun. cenderung mengungkapkan bentuk kata-
Pengguna media sosialpun tidaklah hanya kata kasar yang berupa pendapat,
orang dewasa yang sudah dapat pertanyaan, pernyataan, penyampaian
membedakan mana bahasa yang perintah dan penegasan, dan penyampaian
seharusnya tidak dipakai atau sebaliknya, sapaan. Hal tersebut dapat dibuktikan
dengan salah satu komentar seseorang suatu pernyataan persamaan, karena
pada akun pribadi yang mengunggah foto memberikan sebuah persamaan antara
bersama pasangannya, “memang serasi pisang dengan perasaan seseorang.
sekali pasangan ini... sama2 pasangan Kalimat “persis pisang ga ada hati”
berhati busuk”, kalimat ini merupakan merupakan suatu kiasan perumpamaan
bahasa sasrkasme sebagai bentuk seperti kita ketahui bahwa buah pisang
penyampaian pendapat, dilihat melalui tidak memiliki hati sama dengan orang
kalimat “memang serasi sekali pasangan yang dimaksud oleh warga media sosial
ini,” tentu kalimat ini merupakan pendapat tersebut yang dianggapnya tidak memiliki
orang yang berkomentar tentang hati dan perasaan.
keserasian pasangan tersebut, tetapi Bentuk gaya bahasa sarkasme
kalimat ini dikatakan kasar karena adanya selanjutnya adalah bentuk penyampaian
penggunaan kalimat yang bermakna perintah dan penegasan. Contoh komentar
menyindir. Adapun komentar serupa oleh yang dituliskan oleh salah satu warga
akun bernama @shinta098 yang media sosial “udah guys diem aja jangan
menuliskan komentar di unggahan dihujat, orang baik dan alim banyak yang
seseorang “Sumpah jijik.... tampang di bela”, kalimat ini merupakan bentuk
bawah rata2 juga”, kalimat ini sama penyampaian perintah karena pada kalimat
berupa pendapat yang ditandai dengan “udah guys diem aja jangan dihujat...”
adanya kalimat “tampang di bawah rata2” menyampaikan bentuk permintaan dengan
yang merupakan bentuk pendapat diri tujuan agar orang lain mau menuruti
sendiri tanpa pembuktian secara langsung. perintah si penulis komentar. Kemudian
Bentuk gaya bahasa selanjutnya pada kalimat “orang baik dan alim banyak
adalah bentuk gaya bahasa sarkasme yang bela” adalah sebuah kalimat yang
berupa pertanyaan, hal ini dibuktikan cukup sopan tetapi berubah makna
dengan salah satu komentar akun warga menjadi sarkasme karena terdapat unsur
media sosial bernama @lambeturah00 sindiran yang ditujukan pada seorang
yang menuliskan sebuah komentar “Gile tertentu. Adapun contoh selanjutnya adalah
ye segitunya berharap, emang lo udh “sampe isu ini terbukti hoax, malu,
cantik apa? Apa lo kira udh keren apa mampus lo”, kalimat ini merupakan
gaya lo? Haha lucu amat...”, kalimat ini bentuk penyampaian penegasan karena
merupakan sebuah bentuk pertanyaan yang pada kata “mampus lo” menegaskan
tidak benar-benar membutuhkan jawaban, bahwa komentar yang disampaikan
karena tujuan si penulis komentar berartikan kalau sampai berita yang
hanyalah menyindir dan mengolok-olok. disebarkan terbukti hoax seorang yang
Penyampaian pertanyaan adalah bentuk dimaksud akan malu sendiri. Hoax adalah
gaya bahasa sarkasme yang paling banyak sebuah informasi yang direkayasa,
digunakan di kalangan warga media sosial. informasi tersebut dibuat untuk menutup-
Selanjutnya bentuk gaya bahasa nutupi informasi yang sebenarnya. Selain
sarkasme berupa pernyataan, dicontohkan itu, hoax juga merupakan upaya untuk
oleh akun bernama @dewiiputri27 memutar balikan fakta, fakta tersebut akan
berkomentar “...persis pisang ga ada hati diganti dengan informasi-informasi yang
sesama perempuan”, kalimat ini meyakinkan tetapi tidak dapat diverifikasi
merupakan bentuk pernyataan tepatnya kebenarannya (Septiaji Eko Nugroho).
Kata mampus adalah sinonim atau kata baik dan cantik tapi gak bisa pilih suami,
lain dari mati, akan tetapi mampus ini gak laku yaa sampe rebut milik orang
terdengar sangat kasar karena seperti lain”, pada kalimat ini tidak hanya
bermaksud mendoakan orang tersebut mengandung bentuk penyampaian sapaan
mampus/mati. saja tertapi terdapat bentuk penyampaian
Bentuk gaya bahasa sarkasme pertanyaan dan pernyataan. Karena si
selanjutnya adalah bentuk penyampaian penulis berkomentar “haloo gimana
sapaan. Kata sapaan digunakan oleh diri kabarnya?” yang merupakan kalimat
sendiri sampai komunikasi dalam sapaan tetapi juga menanyakan kabar,
kelompok, kata sapaan adalah kata untuk maksud si penulis komentar tentu tidak
menyapa seseorang atau pihak kedua. benar-benar ingin mengetahui kabar baik
Contoh dari bentuk penyampaian sapaan atau tidak tetapi digunakan untuk
terdapat pada akun media sosial bernama mengungkapkan sindiran. Kalimat “baik
@indahdewi_ramadhani berkomentar dan cantik tapi gak bisa pilih suami, gak
“haloo gimana kabarnya? Semoga baik- laku yaa sampe rebut milik orang lain”
baik saja begitupun rumah tanggamu... menegaskan pernyataan yang menyindir.

SIMPULAN
Bahasa sarkasme adalah bahasa kasar, hingga bahasa Indonesia yang
yang mengandung unsur mengejek atau mengandung unsur sarkatis.
mengolok-olok dan mengandung sindiran Gaya bahasa yang digunakan oleh
pedas yang dapat menyakiti hati, bahasa kalangan masyarakat atau warga media
sarkasme seringkai digunakan oleh sosial terutama dalam menuliskan
masyarakat baik di lingkungan sekitar dan komentar sangatlah bervariasi, mengikuti
di media sosial. media sosial merupakan bahasa tidak baku, bahasa asing, dan
sebuah media yang digunakan bahasa gaul yang dipelesetkan hingga
berkomunikasi dan bersosialiasi satu sama bahasa Indonesia yang mengandung unsur
lain secara online dan tidak memberikan sarkastis. Adapun bentuk dari ragam gaya
batas ruang dan waktu. Pemakaian gaya bahasa yang dituliskan oleh masyarakat
bahasa sarkasme sangat berpengaruh pada melalui komentar, penggunaan bahasa
saat berinteraksi, gaya bahasa sarkasme yang digunakan oleh masyarakat
yang sering kita temukan dimulai dengan cenderung mengungkapkan bentuk kata-
mengungkapkan umpatan, bahasa sindiran, kata kasar yang berupa pendapat,
bahasa kasar, bahasa ibu yang memiliki pertanyaan, pernyataan, penyampaian
makna kasar, bahasa asing yang bermakna perintah dan penegasan, dan penyampaian
sapaan.

SARAN
Pengguna media sosial hendaknya seorang yang sudah cukup umur, dewasa,
bijak dalam berkomunikasi, dilihat dari atau orang yang sudah bisa membedakan
pengguna media sosial bukan hanya mana yang harus ditiru atau tidak. Adapun
pengguna media sosial yang masih memang tergerak dari kemauan diri
dibawah umur dan masih labil dalam sendiri. Bahasa sarkasme di media sosial
menyimpulkan sesuatu, anak seperti itu sangatlah berpengaruh kepada kegiatan
cenderung lebih mengikuti zaman dan kita saat berinteraksi secara langsung antar
akan menganggap bahasa seperti itu adalah satu sama lain, mungkin ada beberapa
bahasa gaul. Maka dari itu hendaklah kita orang yang memang dapat menerima dan
bijak dalam berbahasa di media sosial, memaklumi adanya bahasa atau ucapan
serta menggunakan media sosial sebaik tersebut tetapi pasti ada orang yang tidak
mungkin tanpa merugikan pihak manapun. dapat menerima kebiasaan masyarakat soal
Warga media sosial juga sebaiknya hal itu. Oleh karena itulah kita semua
lebih mengurangi atau bahkan menghapus sebagai pengguna aktif media sosial agar
adanya bahasa sarkasme yang masih tidak berlebihan dalam pemakaian bahasa
banyak digunakan, meskipun terasa sulit sarkasme.
tetapi hal itu akan mudah dilakukan jika

DAFTAR PUSTAKA
Malabar, S. (2015). SOSIOLINGUISTIK. Gorontalo: Ideas Publishing.
Hariantor, Nurfitri. 2017. Skripsi.
Penggunaan Gaya Bahasa Sasrkasme pada Filem The Raid: Berandal.Mataram.
Universitas Program Studi Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah.
Hasanah, U., Rahim, A. R., & Syamsuri, A. S. (2021). Analisis Penggunaan Gaya Bahasa
Sarkasme Netizen di Media . Jurnal Onoma: Pendidikan, Bahasa dan Sastra, 411-
422.

Anda mungkin juga menyukai