D. Refleksi
BUTIR
NO RESPON/JAWABAN
REFLEK
SI POKOK-POKOK MATERI
A. Kiamat Sugra
B. Kiamat Kubra
C. Kehidupan Setelah Hari Akhir, Surga dan Neraka
D. Takdir Mubram dan Mu'allaq
E. Konsep Kebebasan Manusia dalam Konteks Takdir Allah
A. Kiamat Sughra
Kiamat diartikan kebangkitan dari kematian. Terjadinya kebangkitan manusia dari
kematian atau alam kubur.
Kiamat kecil adalah arti dari Kiamat Sughro. Dan salah satu kiamat tersebut adalah
kematian.
1. Ibnu Katsir – kematian manusia
2. Ibnu Qayyim Al Jauziyah – tahap awal tempat kembalinya manusia
B. DAlil kiamat Sughra.
C. Tanda-tanda nya.
Konsep 1. Diutusya Raulullooh Shallalloohu alaihi wasallama.
(Beberapa 2. Wafatnya Rasulullooh Shallalloohu alaihi wasallama.
1 istilah dan 3. Penaklukan Baitul maqdish
definisi) di 4. Wabah Tha’un
KB 5. Harta belimpah dan tidak memungut sedekah
6. Munucul ragam Fitnah
7. Nabi Palsu
8. Tersebarnya stabilitas keamanan
9. Fenomena Api Hijaz
10. Hilangnya amanat
11. Diangkatnya ilmu dan fenomena Kebodohan
12. Banyak pasukan pendukung kedzaliman
13. Riba merajalela
14. Fenomena Al Ma’azif
15. Maraknya minuman keras dan yang menganggap halal
16. Berlomba-lomba hias masjid dan bangga.
E. Kiamat Kubra
Pemusnahan seluruh alam seisinya.
Istilah adalah bangkitnya manusia yang mati dari kuburnya untuk diadili oleh Alloh
selama hidup di dhunia. Kebaikan memperoleh kenikmatan, keburukan memperolah
siksaan atau hukuman.
I. Nama-nama Surga
Surga
Surga Firdaus Adn
Surga Adn Shurga Surga
Surga Ma’wa Khuldi Ma’wa
Surga Darussalam Surga
Firdaus
Surga DArul Muqamah Surga
Surga
Al
Surga Al Maqamul amin Maqam
Darussa
Surga lam
Shurga Khuldi ul amin
DArul
Muqam
ah
J. Neraka
Saqar
Sa’ir
Saqar
Huthamah
Ladza
Jhannam wa'il Sa’ir
Neraka
Jhannam Huthamah
Ladza
Pada usia belasan dulu kami sering mendengar doa dan sedekah sebagai tolak bala. Pada
nisfyu Sya’ban, dari dulu masyarakat kami juga mengajukan tiga permintaan kepada
Allah SWT. Bagaimana memahami semua pengertian itu di tengah tuntutan keimanan
pada takdir? Dari semua itu kemudian kami sering mendengar bahwa doa bermanfaat
bagi putusan atau takdir Allah yang masih menggantung di Lauh Mahfuzh. Terkait ini,
kami selanjutnya mendengar istilah takdir mubram dan takdir muallaq di kalangan
ustadz-ustadz kami di mana doa dapat “mengubah” putusan atau takdir Allah. Doa atau
permintaan masyarakat dalam nisfu Syaban atau melalui bentuk sedekah dipercaya
masyarakat dapat “mengubah” bala yang ditakdirkan Allah SWT akan menimpa mereka,
terutama takdir muallaq yang realisasinya sangat berkaitan erat dengan doa. والدعاء ينفع
ز ينل وإن البالء ز ز مما نزل ومما لم ز ز
والدعاء ينفع يف القضاء ر.لينل ويتلقاه الدعاء فيتعالجان إىل يوم القيامة
المنم والقضاء
ز ز ز
أما الثان فال استحالة يف رفع ما علق رفعه منه عىل الدعاء وال يف نزول ما علق نزوله منه عىل الدعاء. المعلقArtinya,
“Doa bermanfaat terhadap apa yang datang dan apa yang belum datang (dari langit). Bala
pun akan datang dan bertemu dengan doa. Keduanya (bala dan doa) senantiasa
Daftar ‘berperang’ hingga hari qiamat. Doa bermanfaat pada qadha mubram dan qadha muallaq.
materi pada Perihal yang kedua (qadha muallaq), maka tidak mustahil menghilangkan apa (putusan)
KB yang penghilangannya digantungkan pada doa dan tidak mustahil mendatangkan apa
2 yang (putusan) yang penghadirannya digantungkan pada doa,” (Lihat Syekh M Ibrahim Al-
sulit Baijuri, Tuhfatul Murid ala Jauharatit Tauhid, [Indonesia, Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah:
dipaha tanpa catatan tahun] halaman 91). Situasi takdir muallaq berlainan dengan takdir
mi mubram. Doa tidak dapat mengubah kenyataan yang digariskan dalam takdir mubram.
Meskipun demikian, doa dipercaya dapat meminimalisir dampak bala yang timbul
karena takdir mubram. قض عليه ينل لطفه بالداىع كما إذا زوأما األول فالدعاء وإن لم يرفعه لكن هللا تعاىل ز ز
تصن الصخرة متفتتة كالرمل ز ز
وتنل ينل عليه صخرة فإذا دعا هللا تعاىل حصل له اللطف بأن ر منما بأن ز ز قضاء ر
عليهArtinya, “Adapun perihal pertama (qadha mubram), (peran) doa meskipun tidak
dapat menghilangkan bala, tetapi Allah mendatangkan kelembutan-Nya untuk mereka
yang berdoa. Misalnya, ketika Allah menentukan qadha mubram kepada seseorang, yaitu
kecelakaan berupa tertimpa batu besar, ketika seseorang berdoa kepada Allah, maka
kelembutan Allah datang kepadanya, yaitu batu besar yang jatuh menimpanya menjadi
remuk berkeping-keping sehingga dirasakan olehnya sebagai butiran pasir saja yang
jatuh menimpanya,” (Lihat Syekh M Ibrahim Al-Baijuri, Tuhfatul Murid ala Jauharatit
Tauhid, [Indonesia, Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah: tanpa catatan tahun] halaman
91). Meskipun takdir terbagi dua, muallaq dan mubram, kita sebagai manusia tidak
mengetahui mana takdir muallaq dan takdir mubram. Oleh karena itu, ahlusunnah wal
jamaah memandang doa sebagai ikhtiar manusiawi yang tidak boleh ditinggalkan
sebagaimana pada umumnya aliran ahlusunnah wal jamaah memandang perlunya
ikhtiar dalam segala hal, bukan menyerah begitu saja pada putusan takdir. Dari sini, kita
dapat memahami tiga permintaan atau doa yang lazim diamalkan masyarakat Indonesia
di malam nisfu Syaban sebagai bentuk ikhtiar dalam menolak bala dan ikhtiar dalam
mendatangkan kemaslahatan. منم ومعلق ظاهر بحسب اللوح المحفوظ وأما بحسب وانقسام القضاء إىل ر
منمة ألنه إن علم هللا حصول المعلق عليه حصل المعلق وال بد وإن علم هللا عدم حصوله لم العلم فجميع األشياء ر
يحصل وال بد لكن ال رينك الشخص الدعاء اتكاال عىل ذلك كما رينك األكل اتكاال عىل إبرام هللا األمر زف الشبعArtinya,
“Pembagian qadha menjadi mubram dan muallaq itu tampak pada Lauh Mahfuzh.
Adapun dari sisi ilmu Allah, semua putusan itu bersifat mubram karena ketika Allah
mengetahui datangnya putusan muallaq, maka hasillah muallaq tersebut, dan tidak boleh
tidak ketika Allah mengetahui ketiadaan putusan muallaq, maka tiadalah muallaq
tersebut. Tetapi manusia tiada jalan lain, seseorang tidak boleh meninggalkan doa hanya
karena bersandar pada putusan qadha tersebut sebagaimana larangan seseorang untuk
meinggalkan makan karena bersandar pada putusan Allah perihal kenyang,” (Lihat
Syekh M Ibrahim Al-Baijuri, Tuhfatul Murid ala Jauharatit Tauhid, [Indonesia, Daru Ihyail
Kutubil Arabiyyah: tanpa catatan tahun] halaman 92). Sementara aliran muktazilah
tidak mempercayai peran dan manfaat doa karena kata ‘doa’ dalam Al-Quran itu adalah
ibadah secara umum. “Siapa saja yang beribadah, niscaya Allah akan menerimanya,”
menurut mereka. Mereka tidak mengartikan ayat itu demikian, “Siapa saja yang berdoa,
niscaya Allah akan mengabulkannya.” المعنلة فالدعاء ال ينفع وال يكفرون بذلك ألنهم لم رز وأما عند
ز
ادعون أستجب لكم بل أولوا الدعاء بالعبادة واإلجابة بالثواب تعاىل كقوله القرآن يكذبوا Artinya, “Bagi
ي
Dicabutnya ilmu, apakah itu makna kiasa banyaknya orang pintar yang meninggalkan dunia.
Daftar Atau orang bodoh meraja.
materi yang Bab wanita menjadi tokoh seperti laki-laki. Apakah mereka menjadi otoriter atau
sering mereka penguasa sampai para lelaku takut dan mengalah.
3 mengalami
miskonseps
i dalam
pembelajar
an