Anda di halaman 1dari 6

Nama : Sabina Diva Permatasari Putri

NIM : 210810301013

Kelas : Akuntansi Biaya C

Dosen Pengampu : Bapak Rochman Effendi, S.E., M.SI, Ak

BIAYA TENAGA KERJA

Salah satu dari tiga elemen biaya porduksi yaitu biaya tenaga kerja. Sebagai elemen biaya
produksi, besarnya biaya tenaga kerja menggambarkan besarnya kontribusi tenaga kerja terhadap
proses produksi. Kontribusi dari tenaga kerja melalui usaha fisik dan mental yang dikerahkan
oleh karyawan pabrik untuk mengelola bahan baku menjadi barang jadi. Kontribusi tersebut
dinyatakan dalam satuan moneter yang disebut biaya tenaga kerja dan menggambarkan sumber
daya ekonomi yang dikeluarkan oleh perusahaan atas penggunaan tenaga kerja dalam rangka
pengelolahan bahan baku menjadi barang jadi. Komponen biaya tenaga kerja meliputi gaji dan
upah regular, insentif, dan tunjangan. Gaji dan upah regular merupakan kompensasi regular yang
diberikan oleh perusahaan kepada karyawan atas usaha fisik dan mental yang dikerahkan oleh
karyawan tersebut. Intensif merupakan kompensasi tambahan yang diberikan oleh perusahaan
kepada karyawan atas kinerja karyawan di atas standar yang ditentukan berdasarkan waktu kerja
atas hasil kerja. Sedangkan, tunjangan merupakan kompensasi tambahan yang diberikan oleh
perusahaan kepada karyawan di luar gaji dan upah regular serta intensif seperti, tunjangan
asuransi, pensiunan, dan tunjangan hari raya.

Hubungan antara output yang dihasilkan dengan input yang digunakan digambarkan oleh
produktivitas tenaga kerja. Perbandingan antara jumlah barang atau jasa yang dikorbankan
menggambarakan produktivitas tenaga kerja. Produktivitas dinyatakan meningkat apabila output
bertambah dengan input yang sama, output tetap dengan input yang semakin kecil, output
bertambah dengan input yang lebih kecil, output dan input bertambah dengan proporsi
penambahan output yang lebih besar dibandingkan dengan penambahan input, output dan input
berkurang dengan proporsi pengurangan output yang lebih kecil dibandingkan dengan
pengurangan input. Peningkatan produktivitas tenaga kerja yang dikehendaki melalui
perencanaan sesuai dengan kondisi perusahaan. Selain itu, implementasinya harus sesuai dengan
perencanaan seperti anggaran operasi, investasi modal, riset, dan teknologi. Selain perencanaan,
perusahaan harus memiliki tolak ukur yang dapat diukur, dianalisis, dipahami, dan dilaporkan
kepada manajemen. Tujuan pengukuran produktivitas adalah untuk menyediakan informasi bagi
manajemen tentang perbandingan antara hasil yang dicapai dan standar kinerja. Peningkatan
produktivitas disertai dengan peningkatan harga jual apabila peningkatan gaji dan upah
karyawan lebih besar dari pada penurunan biaya karena produktivitas. Manajemen sumber daya
manusia yang lebih baik dapat menghasilkan produktivitas dan tenaga kerja yang baik pula.
Perusahaan melakukan program insentif sebagai peningkatan produktivitas tenaga kerja.
Program intensif merupakan program yang dirancang oleh perusahaan untuk memberikan
penghargaan lebih kepada karyawan yang berhasil mencapai prestasi di atas standar secara
proporsional dengan kelebihan prestasi tersebut. Program intensif akan dapat berjalan efektif
apabila karyawan yang menjadi target program dapat memahami dan menjalankan program yang
dirancang. Tujuan diadakannya program intensif adalah untuk merangsang karyawan untuk
memproduksi lebih banyak produk, memberikan kompensasi yang lebih besar kepada karyawan
sesuai dengan prestasinya, dan mengurangi biaya produksi per unit. Program insentif dibagi
melalui berbagai jenis. Pertama, Straight Piecework Plan yaitu dengan memberikan tambahan
kompensasi kepada karyawan secara individu sebesar tarif gaji dan upah yang berlaku dikalikan
dengan kelebihan produksi diatas standar. Program ini relatif standar sehingga mudah dipahami
oleh karyawan. Kedua, One-Hundred-Percent Bonus Plan yaitu kompensasi yang dinyatakan
dalam satuan waktu per unit yang diproduksi. Ketiga, group bonus plan yaitu program yang
didasarkan pada produktivitas dalam grup. Apabila kenaikan produktivitas kelompok atau
individu tidak diikuti dengan kenaikan produktivitas perusahaan secara menyeluruh maka perlu
dirancang program insentif yang disebut ganisharing plan. Karakteristik program ini yaitu
perangsangan karyawan untuk memberikan saran dan kontribusi serta terlibat lebih luas dalam
pengambilan keputusan manajemen. Salah satu bentuk ganisharing plan yang popular yaitu
scanton plan atau penentuan formula untuk mencapai keberhasilan produktivitas menyeluruh.

Produktivitas karyawan dapat meningkat sejalan dengan pengalamannya untuk


mengerjakan suatu produk yang sama di masa selanjutnya yang disebut dengan teori kurva
pemelajaran. Pengurangan waktu untuk produksi karena adanya proses pemelajaran bisa
bervariasi. Presentase ini tidak absolut dan tergantung pada terstruktur atau tidaknya suatu
pekerjaan, frekuensi pelaksanaan pekerjaan yang sama, dan lingkungan kerja. Teori kurva
pemelajaran menjelaskan fenomena perbaikan efisiensi dan produktivitas sebagai fungsi waktu.
Manajemen dapat menggunakan laporan perbandingan antara hasil yang sesungguhnya dan hasil
kurva pemelajaran untuk menilai kinerja karyawan. Adanya automasasi produksi membuat
perusahaan memiliki lebih besar investasi dalam mesin dan peralatan dan semakin sedikit tenaga
kerja. Oleh karena itu, komposisi biaya tenaga kerja akan semakin kecil dibandingkan dengan
biaya produksi total sehingga signifikansi kurva pemelajaran tidak begitu besar.

Penentuan biaya tenaga kerja melibatkan beberapa faktor yaitu sejarah pekerjaan setiap
karyawan yaitu tanggal diterima, tarif gaji dan upah, posisi awal, pendidikan dan pelatihan
tambahan, serta promosi. Kedua, peraturan ketenagakerjaan dan perpajakan yang dibuat oleh
pemerintah. Ketiga, penetapan waktu dan biaya tenaga kerja untuk tujuan pembandingan.
Keempat, sistem kompensasi untuk setiap jenis pekerjaan. Kelima, jam kerja, tarif gaji dan upah,
total penghasilan, serta potongan gaji dan upah untuk setiap karyawan. Keenam, jumlah jam dan
biaya tenaga kerja langsung dan tidak langsung yang ditentukan untuk setiap pekerjaan, proses,
atau seksi. Ketujuh, total biaya tenaga kerja setiap seksi pada setiap periode penggajian.
Kedelapan, kompilasi penghasilan dan pengurangan dari penghasilan kumulatif untuk setiap
karyawan. Selain itu, penentuan biaya tenaga kerja juga melibatkan beberapa seksi. Pertama,
seksi personalia yang berfungsi sebagai penyedia tenaga kerja kompeten sesuai dengan
kebutuhan perusahaan. Seksi personalia melakukan proses rekrumen, penempatan, pelatihan,
evaluasi, dan promosi karyawan. Kedua, seksi perencanaan produksi yaitu menentukan rencana
kerja setiap order produksi. Skedul kerja tersebut meliputi informasi bahan yang digunakan,
tenaga kerja yang dibutuhkan, operasi mesin yang dibutuhkan, dan waktu penyelesaian produksi.
Ketiga, seksi pencatat waktu dengan menyediakan kartu hadir sebagai bukti kehadiran karyawan
di pabrik mulai dari waktu kedatangan hingga waktu kepulangan serta menyediakan kartu jam
kerja sebagai dasar penentuan biaya tenaga kerja langsung. Keduanya harus dicocokkan secara
periodik. Keempat, seksi penggajian bertugas dalam menghitung dan menyiapkan penggajian
serta distribusi penggajian. Setelah itu, seksi ini juga menyiapkan cek atas transfer gaji dan
upah. Kelima, seksi biaya bertanggung jawab untuk mencatat biaya tenaga kerja, baik langsung
maupun tidak langsung kepada pekerjaan atau seksi yang terkait. Seksi ini menggunakan kartu
kerja untuk mencatat biaya tenaga kerja langusng dalam kartu pesanan setiap tenaga kerja dan
biaya tenaga kerja tidak langsung untuk setiap seksi. Antar seksi ini saling berhubungan karena
tugas suatu seksi tidak terlepas dari tugas seksi lain.

Pencatatan akuntansi pada gaji dan upah regular, tunjangan, dan bonus itu berbeda. Pada
gaji dan upah regular, perhitungannya dengan mengalikan tarif gaji dan upah dengan jam kerja
yang tertera dalam kartu hadir. Lalu gaji dan upah diakui dengan mencatat akun gaji dan upah
pada debit dan mencatat utang gaji dan upah, iuran asuransi dan pension di sisi kredit. Setelah
itu, mendistribusikan gaji dan upah tersebut melalui pencatatan biaya di sisi debit dan pencatatan
akun gaji dan upah di sisi kredit. Langkah terakhir yaitu pembayaran gaji dan upah dengan
mencatat utang di sisi debit dan kas di sisi kredit. Pada tunjangan diklasifikasikan lagi menjadi
tunjangan asuransi dan pension, tunjangan liburan, dan premi lembur. Tunjangan liburan
pencatatannya dengan mencatat pada sisi debit akun gaji dan upah, barang dalam proses, dan
biaya overhead prabik sesungguhnya serta mencatat di sisi kredit akun utang gaji dan upah,
utang tunjangan liburan, dan akun gaji dan upah. Premi lembur jika dilakukan secara langsung
maka pencatatannya dengan mencatat akun gaji dan upah serta akun barang dalam proses pada
sisi debit dan mencatat utang gaji dan upah serta akun gaji dan upah di sisi kredit. Tetapi, jika
premi lembur diperlakukan sebagai biaya overhead pabrik maka akun barang dalam proses yang
ada di sisi debit serta akun gaji dan upah di sisi kredit perhitungannya tidak boleh ditambahkan
dengan biaya tenaga kerja langsung. Pada bonus, akuntansinnya dicatat dengan cara mencatat
akun gaji dan upah, akun barang dalam proses, dan akun biaya overhead pabrik sesungguhnya di
sisi debit dan mencatat akun utang gaji dan upah, akun utang bonus, dan akun gaji dan upah di
sisi kredit.
ANGGARAN DAN PENENTUAN TARIF BIAYA OVERHEAD PABRIK

Biaya produksi selain biaya bahan dan biaya tenaga kerja disebut biaya overhead pabrik.
Karakteristik dari biaya overhead pabrik antara lain, jumlahnya tidak proporsional dengan
volume produksi, tidak dapat ditelusur dan diidentifikasi secara langsung kepada produk atau
pesanan, serta jenisnya yang banyak. Biaya overhead pabrik seperti gaji penyelia, premi lembur,
biaya listrik pabrik, biaya pemeliharaan mesin dan peralatan, serta biaya asuransi gedung pabrik.

Jumlah sesungguhnya atau tarif yang telah ditentukan di muka menjadi dasar biaya
overhead pabrik dalam membebankan kepada produk atau pesanan. Pembebanan biaya
overhead pabrik berdasarkan jumlah sesungguhnya dapat menimbulkan masalah karena
beberapa alasan, seperti total biaya overhead pabrik sesungguhnya baru diketahui jumlahnya
pada akhir tahun sehingga sulit dalam mengalokasikan kepada produk jadi setiap periode,
misalnya setiap bulan atau kepada suatu pesanan, fluktuasi biaya overhead pabrik karena jenis
biaya tertentu yang hanya terjadi pada suatu periode. Contohnya, biaya reparasi dan
pemeliharaan mesin yang terjadi pada suatu periode tertentu akan dibebankan sebagai biaya
periode yang bersnagkutan, padahal biaya tersebut memberikan manfaat lebih dari satu periode,
hingga kesulitan untuk menelusuri secara langsung biaya overhead pabrik kepada pesanan atau
produk tertentu. Kesulitan-kesulitan ini dapat diatasi dengan cara membebankan biaya overhead
pabrik kepada produk atau pesanan berdasarkan tarif yang ditentukan di muka.

Penntuan tarif harus mempertimbangkan faktor yaitu dasar pembebanan dan pemilihan
level aktivitas. Pemilihan dasar pembebanan yang tepat dapat menjamin pembebanan jumlah
biaya overhead pabrik proporsional dengan pemicu terjadinya biaya tersebut. Dasar pembebanan
sendiri memiliki arti sebagai faktor yang dapat mewakili konsumsi produk atas sumber daya
yang menimbulkan biaya overhead pabrik. Dasar pembebanan terdiri atas unit produksi, biaya
bahan, biaya tenaga kerja langsung, jam kerja langsung, jam kerja mesin, dan aktivitas. Unit
produksi dapat dihitung dengan cara membagi estimasi jumlah biaya overhead pabrik dengan
estimasi unit produksi. Jika terdapat, perbedaan hasil produksi pada suatu perusahaan maka dapat
menggunakan faktor penimbang. Lalu, biaya overhead pabrik ditentukan berdasarkan jumlah
biaya bahan dengan cara membagi estimasi jumlah biaya overhead pabrik dengan estimasi
jumlah biaya bahan. Biaya tenaga kerja langsung dihitung dengan cara membagi estimasi jumlah
biaya overhead pabrik dengan estimasi jumlah biaya tenaga kerja langsung. Jam kerja langsung
dihitung melalui estimasi jumlah biaya overhead pabrik dibagi dengan estimasi jumlah jam kerja
langsung. Jam kerja mesin cara menghitungnya yaitu estimasi jumlah biaya overhead pabrik
dibagi dengan estimasi jumlah jam mesin.

Selain dasar pembebanan, biaya overhead pabrik juga ditentukan oleh level aktivitas
yang dipakai. Level aktivitas ini meliputi kapasitas teoritis atau kapasitas dalam memproduksi
dengan kecepatan penuh tanpa interupsi, kapasitas praktis atau kapasitas produksi dengan
mempertimbangkan interupsi yang tidak terhindarkan, kapasitas sesungguhnya yang diharapkan
atau kapasitas produksi yang berdarkan output sesungguhnya yang diharapkan pada sutau
periode, dan kapasitas normal atau kapasitas produksi rata-rata jangka panjang dalam mengindari
fluktuasi tingkat produksi. Akuntansi biaya produksi dapat membebankan semua biaya overhead
pabrik tetap dan variable dalam penentuan tarif yang disebut juga pendekatan penentuan biaya
penuh. Pendekatan lainnya yaitu pendekatan penentuan biaya variabel yang lebih sering
digunakan dalam kepentingan manajemen internal.

Langkah awal dalam menghitung tarif biaya overhead pabrik yaitu menentukan level
aktivitas sebagai dasar dalam menghitung anggaran biaya overhead pabrik. Selanjutnya,
menghitung anggaran biaya overhead pabrik pada level aktivitas yang telah ditentukan. Lalu,
menghitung tarif dengan cara membagi anggaran biaya dengan dasar pembebanannya yang
terdiri atas biaya variable jumlah porporsionalnya dan level aktivitas.

Akumulasi biaya overhead pabrik memiliki tujuan dasar yaitu untuk mendapatkan dan
menyajikan informasi yang akan dipakai untuk pengendalian biaya, yaitu melaporkan biaya
sesungguhnya yang terjadi di suatu departemen atau diserap oleh suatu pesanan dan
membandingkan biaya tersebut dengan biaya yang dibebankan. Dokumen sumber untuk
mencatat biaya overhead pabrik adalah faktur pembelian, formulir permintaan bahan, kartu jam
kerja, dan memo. Jenis dari biaya overhead pabrik ini dapat diklasifikasikan dengan berbagai
cara. Pencatatan biaya overhead pabrik sesunggunya dilakukan dengan jurnal, buku besar, dan
secara rinci dalam buku pembantu. Pencatatan akumulasi biaya overhead pabrik dapat
menimbulkan maslaah karena adanya berbagai kebutuhan data untuk pengembalian keputusan.
Oleh karena itu, perusahaan akan kesulitan dalam mendesain suatu sistem akumulasi biaya
overhead pabrik yang mampu memenuhi semua kebutuhan.

Pada akhir periode, jumlah biaya overhead pabrik dibebankan kpeada produk atau
pesanan akan dibandingkan biaya overhead yang sesungguhnya dipakai. Pencatatan biayanya
antara lain, pencatatan pembebanan biaya overhead pabrik dengan mendebit akun barang dalam
proses biaya overhead pabrik dan akun biaya overhead pabrik dibebankan dicatat di sisi kredit.
Jurnal untuk mecatat biaya overhead pabrik sesunggunya adalah akun biaya overhead pabrik
sesungguhnya dicatat pada sisi debit dan akun macam-macam dicatat di sisi kredit. Pada akhir
tahun, biaya overhead pabrik dibebankan ditutup ke akun biaya overhead pabrik sesunggunya
dengan mencatat akun biaya overhead pabrik dibebankan di sisi debit dan biaya overhead pabrik
sesungguhnya di sisi kredit. Jika jumlah biaya overhead pabrik sesungguhnya diketahu maka
terjadi kekurangan pembebanan biaya overhead pabrik maka jurnalnya yaitu mencatat akun
Harga Pokok Penjualan pada sisi debit dan biaya overhead pabrik sesunggunya di sisi kredit atau
laba rugi di sisi debit dan biaya overhead pabrik sesungguhnya di sisi kredit. Lalu, dialokasi kea
kun barang dalam proses, barang jadi, dan Harga Pokok Penjualan berdasarkan perbandingan
saldo akun.

Tarif biaya overhead pabrik seharusnya ditelaah secara periodic. Setelah itu, perlu dilakukan
perubahaan tarif. Frekuensi perubahan tarif tergantung faktor-faktor yang memengaruhi dan
sesuai dengan kebutuhan manajemen agar menghasilkan tarif biaya overhead pabrik terkini.
Kesalahan dalam menghitung dapat disebabkan oleh kesalahan dalam mengestimasi anggaran
atau menentukan level aktivitas. Selisih pembebanan tidak memiliki arti bahwa tarif tersebut
salah. Jika tarif didasarkan pada kondisi sesunggunya yang diharapkan, variasi musiman dapat
menyebabkan selisih jumlah biaya overhead pabrik material. Cara terbaiknya yaitu mendeteksi
kesalahan tarif adalah dengan menganalisis faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam penentuan
tarif tersebut. .

Anda mungkin juga menyukai