Anda di halaman 1dari 10

RESUME AKUNTANSI BIAYA

Nama : Lia Evi Febriana


Nim : C1B020020
Kelas : R-003 Managemen
Mata Kuliah : Akuntansi Biaya
Dosen Pengampu : Yuliusman, S.E., M.Si., Ak.

BIAYA TENAGA KERJA

A. Pengertian Biaya Tenaga Kerja

Biaya tenaga kerja adalah pengorbanan yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk
membayar penggunaan tenaga kerja. Biaya tenaga kerja dapat juga sebagai biaya untuk
mengubah bahan baku menjadi produk. Biaya tenaga kerja merupakan biaya penting yang
membutuhkan pengukuran, pengendalian dan analisisyang sistematis. Biaya tenaga kerja terdiri
dari atas gaji pokok dan tunjangan. Gaji pokok untuk pekerjaan yang dilakukan disebut tarif
dasar (base rate) atau tarif kerja (job rage). Tunjangan (fringe benefit) merupakan elemen yang
substansial dari biaya tenaga kerja.
Biaya tunjangan seperti tunjangan atas pajak FICA (federal Insurance Contributions Act)
dan pajak pengangguran, tunjangan hari raya, tunjangan cuti, premi lembur, premi asuransi serta
dana pensiun harus ditambahkan ke tarif dasar untuk memperoleh total biaya tenaga kerja secara
penuh. Meskipun biaya tunjangan ini umumnya dimasukkan dalam overhead, biaya-biaya
tersebut sebaiknya tidak diabaikan dalam tanggung jawab manajemen atas perencanaan dan
pengendalian, dalam pengambilan keputusan, atau dalam negosiasi gaji. Permintaan pekerja
untuk kenaikan kecil dalam gaji dapat mengakibatkan pengeluaran yang jauh lebih besar bagi
perusahaan karena dampak dari biaya tunjangan.

1. Produktivitas dan biaya tenaga kerja


Gaji, baik secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan produktivitas dan
keterampilan dari pekerja. Dengan demikian, perencanaan, motivasi, pengendalian, dan
akuntansi untuk biaya dan produktivitas tenaga kerja yang memadai merupakan masalah penting
dalam mengelola suatu perusahaan.
Produktivitas tenaga kerja (labor productivity) dapat didefinisikan sabagai suatu ukuran
kinerja produksi yang menggunakan pengeluaran atas usaha manusia sebagai tolak ukurnya.
Produktivitas yang lebih tinggi dapat dicapai dengan membuat proses produksi lebih efisien
melalui eliminasi aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah; dengan memperbaiki,
memodernisasi, atau mengganti peralatan; atau dengan pendekatan lain yang memperbaiki
pemanfaatan sumber daya.

2. Merencanakan produktivitas
Suatu rencana untuk memperbaiki produktivitas sebaiknya membebankan tangung jawab
kepada manajer untuk menerapkan rencana tersebut. Selain itu, rencana itu sebaiknya konsisten
dengan rencana-rencana lain yang ada, seperti anggaran operasi dan rencana untuk investasi
modal, riset, teknologi dan pengembangan karyawan.

3. Mengukur produktivitas
Setelah rencana diformulasikan, produktivitas sebaiknya diukur, dianalisis,
diimplementasikan dan dipahami. Tujuan dari pengukuran produktivitas adalah untuk
memberikan indeks yang padat dan akurat guna membandingkan hasil aktual dengan suatu target
atau standar kinerja. Pengukuran produktivitas sebaiknya mengakui kontribusi individual atas
faktor-faktor seperti karyawan (termasuk manajer), pabrik dan peralatan, produk dan jasa yang
digunakan, modal yang diinvestasikan, serta pelayanan pemerintah yang digunakan.
Rasio efisiensi produktivitas (productivity-efficiency ratio) mengukur output dari seorang
individu relatif terhadap standar kinerja serta dapat digunakan untuk mengukur pencapaian
operasional relatif dari suatu mesin, operasi, departemen, atau organisasi secara keseluruhan.

4. Dampak Ekonomi dari Produktivitas


Apabila produktivitas meningkat, laba bisnis dan pendapatan riil pekerja juga meningkat.
Peningkatan produktivitas memungkinkan masyarakat untuk memperoleh output yang lebih
banyak dan lebih baik dari sumber daya yang tersedia dalam perekonomian tersebut.
Produktivitas secara umum telah meningkat, menyebabkan lebih banyak barang dan jasa yang
tersedia. Tetapi kadang-kadang, keuntungan produktivitas turun. Suatu keterlambatan
menyebabkan peningkatan biaya. Apabila peningkatan output tidak dapat mengimbangi
kecepatan peningkatan biaya, maka biaya per unit dan harga jual akan meningkat.
Jika harga dipertahankan agar tidak naik, maka peningkatan upah harus mencerminkan
pengurangan biaya per unit yang disebabkan oleh peningkatan produktivitas. Apabila biaya upah
gaji dan tunjangan meningkat lebih tinggi dari output atau produksi per jam tenaga kerja, maka
yang terjadi adalah inflasi, yaitu harga yang lebih tinggi untuk menutup biaya per unit yang juga
lebih tinggi.

5. Meningkatkan Produktivitas dengan Manajemen Sumber Daya Manusia yang Lebih Baik
Manajemen sumber daya manusia yang lebih baik menawarkan prospek peningkatan
produktivitas dan kualitas produk dengan cara memberdayakan pekerja untuk berpartisipasi
secara lebih langsung dalam manajemen atas pekerjaan mereka. Empat asumsi dasar yang
merupakan karakteristik dari manajemen sumber daya manusia yang lebih baik:
1. Orang yang melakukan pekerjaan tersebut adalah orang yang memiliki kualifikasi terbaik
untuk memperbaikinya.
2. Pengambilan keputusan sebaiknya terjadi di tingkatan serendah mungkin dalam organisasi.
3. Partisipasi pekerja meningkatan kepuasan kerja dan komitmen terhadap tujuan perusahaan.
4. Terdapat sejumlah besar ide yang dimiliki oleh pekerja yang menunggu untuk ditemukan.

Secara singkat, produktivitas dan biaya yang terkait menuntut perencanaan dan pengukuran
yang hati-hati jika ingin mengendalikan dampak ekonominya secara efektif. Manajemen sumber
daya manusia yang lebih baik merupakan keharusan yang penting untuk meningkatkan
produktivitas.

B. Penggolongan Biaya Tenaga Kerja

1. Penggolongan menurut fungsi pokok dalam organisasi perusahaan


a. Biaya tenaga kerja produksi
Yaitu biaya yang dikeluarkan untuk membayar tenaga kerja bagian produksi yang
meliputi gaji karyawan produksi, biaya tunjangan karyawan pabrik, upah lembur karyawan
pabrik, upah mandor pabrik, gaji pempinan pabrik.
b. Biaya tenaga kerja pemasaran
Yaitu biaya yang dikeluarkan untuk membayar tenaga kerja bagian pemasaran yang
meliputi gaji karyawan pemasaran, biaya tunjangan karyawan pemasaran, biaya komisi
pemasaran, gaji pimpinan pemasaran.
c. Biaya tenaga kerja administrasi dan umum
Yaitu biaya yang dikeluarkan untuk membayar tenaga kerja bagian administrasi yang
meliputi gaji karyawan bagian akuntansi, gaji bagian personalia, gaji bagian sekretariat, biaya
tunjangan karyawan bagian akuntansi, biaya tunjangan karyawan bagian personalia, biaya
tunjangan karyawan bagian sekretariat.

2. Penggolongan menurut kegiatan departemen-departemen dalam perusahaan

Misalnya : departemen produksi suatu perusahaan kertas yang terdiri dari 3 departemen yaitu
bagian pulp, bagian kertas dan bagian penyempurnaan.
b. Biaya tenaga kerja yang terjadi di departemen non produksi
Misalnya tenaga kerja bagian akuntansi, biaya tenaga kerja bagian persenalia, dll.
Penggolongan kegiatan tenaga kerja dalam kedua departemen ini dimaksudkan untuk
memudahkan pengendalian terhadap biaya tenaga kerja pada setiap departemen.

3. Penggolongan menurut jenis pekerjaan


Dalam suatu departeman sebuah perusahaan, tenaga kerja dapat digolongkan berdasarkan
jenis pekerjaannya yaitu gaji mandor, upah pengawas, gaji operator. Gaji masing-masing jenis
pekerjaan berbeda satu sama lain.

4. Penggolongan menurut hubungan dengan produk


Dalam hubungannya dengan produk yang dihasilkan, tenaga kerja dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Tenaga kerja langsung
Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja yang timbul dari pembuatan
produksi yang langsung berhubungan dengan produk yang dihasilkan. Contoh : pada perusahaan
kursi yang termasuk tenaga kerja langsung adalah gaji karyawan bagian pemotongan kayu,
pengamplas, dll.

b. Tenaga kerja tidak langsung


Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya tenaga kerja yang timbul dari pembuatan
produksi namun karyawannya tidak langsung berhubungan dengan pembuatan produk tersebut.
Contoh : pada perusahaan kursi yang termasuk tenaga kerja tidak langsung adalah gaji karyawan
bagian kemanan pabrik, pengawas pabrik, dll. Biaya tenaga kerja tidak langsung ini dalam
produksi masuk dalam kategori biaya overhead pabrik.
Biaya tenaga kerja dalam hubunganya dengan produk dibedakan menjadi biaya tenaga tenaga
langsung dan tidak langsung.Biaya tenaga langsung yaiti semua balasan jasa yang diberikan
kepada semua pegawai bagian produksi yang secara langsung dapat ditelusurii jejaknya ke
masing-masing unit produksi. Biaya tenaga kerja tidak langsung yaitu semua balas jasa yang
diberikan kepada semua pegawai bagian produksi yang biayanya tidak dapat ditelisuri jejaknya
ke masing-masing unit produksi

C. Akuntansi biaya tenaga kerja

1. Akuntansi Biaya Tenaga Kerja Langsung


Akuntansi biaya tenaga kerja dibagian produk biasanya meliputi tiga aktivitas yaitu
daftar hadir, perhitungan gaji dan alokasi biaya gaji. Aktitas ini dilaksanakan sebelum gaji
dicatat oleh bagian akuntansi.
 Daftar Hadir ( timekeeping)
Perusahaan yang besar biasanya mempunyai pencatat waktu yang ada di departenmen
personalia yang mempunyai fungsi mengumpulkan jam hadir karyawan. Dua sumber dokumen
yang digunakan yaitu kartu jam hadir dan kartu jam kerja.
 Perhitungan Biaya Gaji dan Upah
Atas dasar dokumen daftar hadir kemudian dibuat daftar gaji dan upah.
 Pembenanan Biaya Gaji dan Upah
Berdasarkan daftar hadir dan kartu jam kerja serta daftar gaji, bagian akuntansi akan
mengalokasikan biaya gaji dan upah ke masing-masing job, departemen atau produk yang akan
diuraikan dalam jurnal biaya tenaga kerja dan labor related cost.
a. Jurnal biaya tenaga kerja
Gaji atau upah dapat dipersiapkan mengguan atau bulanan
1. Gaji Dan Upah
Salah satu cara untuk menghitung besarnya gaji dan upah adalah dengan mengalikan tarif
upah dengan jam kerja karyawan.
a) Atas dasar rekap gaji dan upah, maka dibuat jurnal :
Gaji dan upah xxx
Utang gaji dan upah xxx
Utang PPh karyawan xxx
b) Atas dasar bukti kas keluar, maka akan dicatat :
Utang gaji dan upah xxx
Kas xxx
c) Pada saat pendistribusian/pengalokasian gaji dan upah dicatat:
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja langsung xxx
Biaya overhead pabrik xxx
Biaya administrasi dan umum xxx
Biaya pemasaran xxx
Gaji dan upah xxx
1. Insentif
a) Insentuf satuan dengan jam minimum
Karyawan dibayas dengan dasar tarif per jam untuk menghasilkan jumlah output standart.
Untuk hasil produksi yang melebihi jumlah standart, karyawan menerima upah tambahan sebesar
jumlah kelebihan satuan out put diatas standart kali tariff upah per satuan.
b) Taylor Differential piece plan
Cara ini menggunakan tarif tiap potong untuk jumlah keluaran rendah per jam dan tariff
potong yang lain untuk jumlah keluaran tinggi per jam.
c) Premi Lembur
Dalam perusahaan jika karyawan bekerja lebih dari 40 jam dalam satu minggu maka ia
berhak menerima upah lembur dan premi lembur.
d) Labor Related Cost
Terdiri dari setup time yaitu biaya yang dikeluarkan menyiapkan esin sehingga siap
digunakan dalam proses produksi dan idle time yaitu biaya yang dikeluarkan bagi karyawan
karna mesin menganggur.
1) Setup Time
Ada tiga cara perlakuan terhadap biaya ini :
a) Dimasukkan ke dalam kelompok BTKL
b) Dimasukan sebagai un sur BOP
c) Dibebankan kepada pesanan yang bersangkutan dan terpisah dari bahan baku, BTKL dan
BOP
2) Idle Time
Dalam mengolah produk sering kali terjadi hambatan, kerusakan mesin atau kekurangan
pekerjaan. Hal ini menimbulkan waktu menganggur bagi karyawan. Biaya yang dikeluarkan
selama waktu tersebut diperlakukan sebagai unsure BOP.

Biaya tenaga kerja terbagi menjadi tiga golongan utama, yaitu gaji dan upah reguler, premi
lembur dan biaya yang berkaitan dengan tenaga kerja.

Gaji dan Upah


1. Cara Perhitungan Gaji dan Upah Karyawan
Terdapat berbagai macam cara perhitungan upah karyawan di dalam perusahaan. salah satu
caranya adalah dengan mengalikan tarif upah dengan jam kerja setiap karyawan. Sehingga,
dalam menentukan upah seorang karyawan, harus dihimpun data jumlah jam kerja karyawan
dalam suatu periode waktu tertentu.

Pada suatu perusahaan yang menerapkan metode harga pokok pesanan, beberapa dokumen
utama yang digunakan untuk mengumpulkan waktu kerja karyawan adalah kartu hadir, dan kartu
jam kerja.
Kartu hadir adalah suatu catatan yang digunakan untuk mencatat jam kehadiran karyawan, yakni
jangka waktu antara jam hadir dan jam pulang kerja. Bila jam kerjanya dimulai dari jam 7 pagi
sampai jam dua siang. Maka kartu hadir karyawan akan berisi jam hadir di perusahaan dan jam
pergi dari perusahaan pada tiap jam kerja.

Jika seorang karyawan hadir di perusahaan mulai dari jam 7 pagi hingga jam 2 siang, maka
dirinya hadir di perusahaan selama 7 jam, yang menjadi jam reguler pada tiap perusahaan.
Namun, bila karyawan tersebut bekerja lebih dari 7 jam dalam sehari, maka kelebihan dari jam
kerja yang melebihi jam kerja reguler tersebut adalah jam lembur.

Di setiap akhir pekan, kartu hadir setiap karyawan akan dikirim pada bagian pembuat daftar gaji
dan upah. Tujuannya adalah agar bisa digunakan sebagai dasar perhitungan gaji dan upah setiap
karyawan per minggunya.

Selain kartu hadir, perusahaan juga harus menggunakan kartu jam kerja agar bisa mencatat
pemakaian waktu hadir karyawan pabrik, saat mengerjakan berbagai pekerjaan atau pembuatan
produk. Umumnya, kartu kerja ini digunakan untuk mencatat pemakaian waktu hadir tenaga
kerja langsung di pabrik.

Kartu jam kerja pada setiap karyawan nantinya disesuaikan lagi dengan waktu yang tercantum di
dalam kartu jam hadir untuk kemudian dibagikan pada bagian akuntansi biaya untuk kebutuhan
distribusi gaji dan juga upah tenaga kerja langsung.

Keberadaan akan kartu jam kerja ini sangat penting di dalam perusahaan yang menerapkan
metode harga pokok pesanan di dalam perhitungan harga pokok pada produknya.

Untuk perusahaan yang menerapkan metode harga pokok proses, kartu jam kerja ini tidak
dibutuhkan karena karyawan akan melakukan pekerjaan ataupun membuat produk yang sama
dalam suatu departemen tertentu dari hari ke harinya, sehingga distribusi pada biaya tenaga kerja
sudah tidak lagi dibutuhkan.
Cara Pencatatan Jurnal Gaji dan Upah Karyawan
Terdapat empat tahap pencatatan biaya gaji dan upah, yaitu:

Tahap Pertama
Berdasarkan kartu hadir karyawan, baik untuk karyawan dibagian produksi, pemasaran, ataupun
administrasi dan juga umum, maka pembuatan daftar gaji dan upah ini kemudian membuat daftar
gaji dan juga upah karyawan.

Berdasarkan daftar gaji dan upah tersebut, lalu buatlah rekapitulasi gaji dan juga upah agar bisa
mengelompokkan gaji dan upah pada beberapa bagian, yaitu bagian produksi ataupun pabrik,
administrasi dan umum, dan juga pemasaran.

Lalu, gaji dan juga upah karyawan pabrik ini dirinci lagi pada upah karyawan langsung dan
karyawan tidak langsung dalam hubungannya dengan suatu produk.

Berdasarkan rekapitulasi gaji dan upah ini, maka bagian akuntansi untuk selanjutnya bisa
membuat jurnal seperti di bawah ini.

Barang Dalam Proses Biaya Tenaga Kerja Rp xxx [Debit]

Biaya Overhead Pabrik Rp xxx [Debit]

Biaya Administrasi dan Umum Rp xxx [Debet]

Biaya Pemasaran Rp xxx [Debit]

Gaji dan Upah Rp xxx [Kredit]

Tahap kedua
Berdasarkan daftar gaji dan upah ini, lalu bagian keuangan bisa membuat bukti kas keluar dan
cek untuk pengambilan uang dan bank. Nah, berdasarkan bukti kas keluar tersebut, maka bagian
akuntansi perusahaan bisa membuat jurnal seperti di bawah ini.

[Debit] Gaji dan Upah Rp xxx

[Kredit] Utang PPh Karyawan Rp xxx

[Kredit] Utang Gaji dan Upah Rp xxx

Tahap ketiga
Setelah cek berhasil diuangkan ke bank, maka uang hagi dan upah selanjutnya ditempatkan pada
amplop gaji dan upah pada tiap karyawan. Upah gaji tersebut lalu diberikan oleh juru bayar pada
tiap karyawan yang memang berhak.

Setiap karyawan selanjutnya memberikan tanda tangan pada daftar gaji dan upah sebagai bukti
bahwa dirinya sudah menerima gaji senilai yang tercantum.

Setelah itu, bagian akuntansi membuat jurnal seperti dibawah ini:

[Debit] Utang Gaji dan Upah Rp xxx

[Kredit] Kas Rp xxx

Tahap Terakhir
Penyetoran pajak penghasilan karyawan ke kas negara selanjutnya harus dijurnal oleh bagian
akuntansi seperti dibawah ini.

[Debit] Utang PPh Karyawan Rp xxx

[Kredit] Kas Rp xxx

Anda mungkin juga menyukai