Biaya tenaga kerja adalah pengorbanan yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk
membayar penggunaan tenaga kerja. Biaya tenaga kerja dapat juga sebagai biaya untuk
mengubah bahan baku menjadi produk. Biaya tenaga kerja merupakan biaya penting yang
membutuhkan pengukuran, pengendalian dan analisisyang sistematis. Biaya tenaga kerja terdiri
dari atas gaji pokok dan tunjangan. Gaji pokok untuk pekerjaan yang dilakukan disebut tarif
dasar (base rate) atau tarif kerja (job rage). Tunjangan (fringe benefit) merupakan elemen yang
substansial dari biaya tenaga kerja.
Biaya tunjangan seperti tunjangan atas pajak FICA (federal Insurance Contributions Act)
dan pajak pengangguran, tunjangan hari raya, tunjangan cuti, premi lembur, premi asuransi serta
dana pensiun harus ditambahkan ke tarif dasar untuk memperoleh total biaya tenaga kerja secara
penuh. Meskipun biaya tunjangan ini umumnya dimasukkan dalam overhead, biaya-biaya
tersebut sebaiknya tidak diabaikan dalam tanggung jawab manajemen atas perencanaan dan
pengendalian, dalam pengambilan keputusan, atau dalam negosiasi gaji. Permintaan pekerja
untuk kenaikan kecil dalam gaji dapat mengakibatkan pengeluaran yang jauh lebih besar bagi
perusahaan karena dampak dari biaya tunjangan.
2. Merencanakan produktivitas
Suatu rencana untuk memperbaiki produktivitas sebaiknya membebankan tangung jawab
kepada manajer untuk menerapkan rencana tersebut. Selain itu, rencana itu sebaiknya konsisten
dengan rencana-rencana lain yang ada, seperti anggaran operasi dan rencana untuk investasi
modal, riset, teknologi dan pengembangan karyawan.
3. Mengukur produktivitas
Setelah rencana diformulasikan, produktivitas sebaiknya diukur, dianalisis,
diimplementasikan dan dipahami. Tujuan dari pengukuran produktivitas adalah untuk
memberikan indeks yang padat dan akurat guna membandingkan hasil aktual dengan suatu target
atau standar kinerja. Pengukuran produktivitas sebaiknya mengakui kontribusi individual atas
faktor-faktor seperti karyawan (termasuk manajer), pabrik dan peralatan, produk dan jasa yang
digunakan, modal yang diinvestasikan, serta pelayanan pemerintah yang digunakan.
Rasio efisiensi produktivitas (productivity-efficiency ratio) mengukur output dari seorang
individu relatif terhadap standar kinerja serta dapat digunakan untuk mengukur pencapaian
operasional relatif dari suatu mesin, operasi, departemen, atau organisasi secara keseluruhan.
5. Meningkatkan Produktivitas dengan Manajemen Sumber Daya Manusia yang Lebih Baik
Manajemen sumber daya manusia yang lebih baik menawarkan prospek peningkatan
produktivitas dan kualitas produk dengan cara memberdayakan pekerja untuk berpartisipasi
secara lebih langsung dalam manajemen atas pekerjaan mereka. Empat asumsi dasar yang
merupakan karakteristik dari manajemen sumber daya manusia yang lebih baik:
1. Orang yang melakukan pekerjaan tersebut adalah orang yang memiliki kualifikasi terbaik
untuk memperbaikinya.
2. Pengambilan keputusan sebaiknya terjadi di tingkatan serendah mungkin dalam organisasi.
3. Partisipasi pekerja meningkatan kepuasan kerja dan komitmen terhadap tujuan perusahaan.
4. Terdapat sejumlah besar ide yang dimiliki oleh pekerja yang menunggu untuk ditemukan.
Secara singkat, produktivitas dan biaya yang terkait menuntut perencanaan dan pengukuran
yang hati-hati jika ingin mengendalikan dampak ekonominya secara efektif. Manajemen sumber
daya manusia yang lebih baik merupakan keharusan yang penting untuk meningkatkan
produktivitas.
Misalnya : departemen produksi suatu perusahaan kertas yang terdiri dari 3 departemen yaitu
bagian pulp, bagian kertas dan bagian penyempurnaan.
b. Biaya tenaga kerja yang terjadi di departemen non produksi
Misalnya tenaga kerja bagian akuntansi, biaya tenaga kerja bagian persenalia, dll.
Penggolongan kegiatan tenaga kerja dalam kedua departemen ini dimaksudkan untuk
memudahkan pengendalian terhadap biaya tenaga kerja pada setiap departemen.
Biaya tenaga kerja terbagi menjadi tiga golongan utama, yaitu gaji dan upah reguler, premi
lembur dan biaya yang berkaitan dengan tenaga kerja.
Pada suatu perusahaan yang menerapkan metode harga pokok pesanan, beberapa dokumen
utama yang digunakan untuk mengumpulkan waktu kerja karyawan adalah kartu hadir, dan kartu
jam kerja.
Kartu hadir adalah suatu catatan yang digunakan untuk mencatat jam kehadiran karyawan, yakni
jangka waktu antara jam hadir dan jam pulang kerja. Bila jam kerjanya dimulai dari jam 7 pagi
sampai jam dua siang. Maka kartu hadir karyawan akan berisi jam hadir di perusahaan dan jam
pergi dari perusahaan pada tiap jam kerja.
Jika seorang karyawan hadir di perusahaan mulai dari jam 7 pagi hingga jam 2 siang, maka
dirinya hadir di perusahaan selama 7 jam, yang menjadi jam reguler pada tiap perusahaan.
Namun, bila karyawan tersebut bekerja lebih dari 7 jam dalam sehari, maka kelebihan dari jam
kerja yang melebihi jam kerja reguler tersebut adalah jam lembur.
Di setiap akhir pekan, kartu hadir setiap karyawan akan dikirim pada bagian pembuat daftar gaji
dan upah. Tujuannya adalah agar bisa digunakan sebagai dasar perhitungan gaji dan upah setiap
karyawan per minggunya.
Selain kartu hadir, perusahaan juga harus menggunakan kartu jam kerja agar bisa mencatat
pemakaian waktu hadir karyawan pabrik, saat mengerjakan berbagai pekerjaan atau pembuatan
produk. Umumnya, kartu kerja ini digunakan untuk mencatat pemakaian waktu hadir tenaga
kerja langsung di pabrik.
Kartu jam kerja pada setiap karyawan nantinya disesuaikan lagi dengan waktu yang tercantum di
dalam kartu jam hadir untuk kemudian dibagikan pada bagian akuntansi biaya untuk kebutuhan
distribusi gaji dan juga upah tenaga kerja langsung.
Keberadaan akan kartu jam kerja ini sangat penting di dalam perusahaan yang menerapkan
metode harga pokok pesanan di dalam perhitungan harga pokok pada produknya.
Untuk perusahaan yang menerapkan metode harga pokok proses, kartu jam kerja ini tidak
dibutuhkan karena karyawan akan melakukan pekerjaan ataupun membuat produk yang sama
dalam suatu departemen tertentu dari hari ke harinya, sehingga distribusi pada biaya tenaga kerja
sudah tidak lagi dibutuhkan.
Cara Pencatatan Jurnal Gaji dan Upah Karyawan
Terdapat empat tahap pencatatan biaya gaji dan upah, yaitu:
Tahap Pertama
Berdasarkan kartu hadir karyawan, baik untuk karyawan dibagian produksi, pemasaran, ataupun
administrasi dan juga umum, maka pembuatan daftar gaji dan upah ini kemudian membuat daftar
gaji dan juga upah karyawan.
Berdasarkan daftar gaji dan upah tersebut, lalu buatlah rekapitulasi gaji dan juga upah agar bisa
mengelompokkan gaji dan upah pada beberapa bagian, yaitu bagian produksi ataupun pabrik,
administrasi dan umum, dan juga pemasaran.
Lalu, gaji dan juga upah karyawan pabrik ini dirinci lagi pada upah karyawan langsung dan
karyawan tidak langsung dalam hubungannya dengan suatu produk.
Berdasarkan rekapitulasi gaji dan upah ini, maka bagian akuntansi untuk selanjutnya bisa
membuat jurnal seperti di bawah ini.
Tahap kedua
Berdasarkan daftar gaji dan upah ini, lalu bagian keuangan bisa membuat bukti kas keluar dan
cek untuk pengambilan uang dan bank. Nah, berdasarkan bukti kas keluar tersebut, maka bagian
akuntansi perusahaan bisa membuat jurnal seperti di bawah ini.
Tahap ketiga
Setelah cek berhasil diuangkan ke bank, maka uang hagi dan upah selanjutnya ditempatkan pada
amplop gaji dan upah pada tiap karyawan. Upah gaji tersebut lalu diberikan oleh juru bayar pada
tiap karyawan yang memang berhak.
Setiap karyawan selanjutnya memberikan tanda tangan pada daftar gaji dan upah sebagai bukti
bahwa dirinya sudah menerima gaji senilai yang tercantum.
Tahap Terakhir
Penyetoran pajak penghasilan karyawan ke kas negara selanjutnya harus dijurnal oleh bagian
akuntansi seperti dibawah ini.