(METODE HARGA POKOK PROSES PRODUK DIOLAH MELALUI LEBIH DARI SATU DEPARTEMEN
PRODUKSI)
OLEH :
NAMA : FAUZIAH RAHMAN ( 7133342057)
SIAGIAN DESSY DEBORA (71333420)
ANDI SETIAWAN (71333420)
KELASM : B EKSTENSI
PRODI : PENDIDIKAN AKUNTANSI
Latar Belakang
Informasi mengenai harga pokok produksi sangat penting bagi perusahaan yaitu sebagai pedoman
bagi pihak manajemen dalam rangka menentukan harga jual yang akan ditawarkan kepada pembeli,
agar mampu bersaing dipasar. Pengumpulan biaya produksi dalam suatu perusahaan dipengaruhi
oleh karakteristik kegiatan produksi perusahaan tersebut. Oleh karena itu perusahaan harus mampu
menganalisa setiap kebijakan yang akan diambilnya. Dan menyesuaikan metode-metode yang
mereka pilih dengan aturan aturan per metode tersebut.
Rumusan Masalah
1. Apa itu Metode Harga Pokok Proses?
2. Bagaimana cara membuat jurnal dalam metode harga pokok proses ?
3. Bagaimana perlakuan akuntansi pada produk yang hilang ?
Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa itu Metode Harga Pokok Proses
2. Mengetahui c ara membuat jurnal dalam metode harga pokok proses
3. Mengetahui perlakuan akuntansi pada produk yang hilang
BAB II
PEMBAHASA
METODE HARGA POKOK PROSES PRODUK DIOLAH MELALUI LEBIH DARI SATU DEPARTEMEN
PRODUKSI.
Pada produk yang diolah melalui lebih dari satu departemen produksi. Perhitungan produksi
persatuan produk yang dihasilkan oleh departemen produksi pertama , sama halnya dengan yang
telah dibahas dalam medote harga pokok proses produk diolah melalui satu departemen.
Perhitungan biaya produksi per unit yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama
adalah merupakan perhitungan komulatif. Karena produk yang dihasilkan oleh departemen setelah
departemen pertama telah merupakan produk jadi dari departemen sebelumnya tersebut, maka
harga pokok produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama terdiri dari :
PT Ardian memiliki dua departemen produksi untuk menghasilkan produknya departemen A dan
departemen B. Data produksi dan biaya produksi kedua departemen tersebut untuk bulan
September 2003 disajikan dalam table
Departemen A Departemen B
-Produk yang dimasukkan dalam proses 1000 kg
-Produk selesai yang ditransfer ke Departemen B 700 kg
-Produk selesai yang ditransfer ke gudang 400kg
-Produk dalam proses akhir bulan, dengan tingkat
penyelesaian sebagai betikut :
Biaya bahan baku & penolong 100% biaya 300 kg
konvensi 50%
Biaya bahan penolong 60%, biaya konvensi 300kg
50%
Jenis biaya Jumlah produksi yang dihasilkan Biaya produksi Biaya per unit
(1) (2) (2) : (1)
Biaya bahan baku 700kg + 100% x 300kg = 1000 kg 22.000 22
Biaya bahan penolong 700kg + 100% x 300kg = 1000 kg 26.000 26
Biaya tenaga kerja 700kg + 50% x 300kg = 850 kg 34.000 40
Biaya overhead pabrik 700kg + 50% x 300kg = 850 kg 42.500 50
Jumlah 124.500 138
Harga pokok produk selesai di departemen A dan ke departemen B (700 unit) serta harga
pokok barang dalam proses akhir bulan September 2003, dihitung sebagai berikut :
PT Ardian
Laporan Biaya Produksi Departemen A
Bulan September 2003
Data produksi
Perhitungan Biaya:
Perhitungan :
Biaya bahan baku 700 x Rp.22=15.400
Biaya bahan penolong 700 x Rp.26=18.200
Biaya tenaga kerja 700 x Rp.40=28.000
Biaya overhead pabrik 700 x Rp.50 =35.000
Jumlah 96.600
Dari perhitungan di atas, harga pokok per satuan produk selesai yang ditrasfer ke gudang
produk yang jadi, adalah harga pokok per unit yang dibawa dari departemen A sebesar 138
ditambah dengan biaya produksi per unit yang ditambah di departemen B sebesar Rp.114 Dengan
demikian harga pokok per unit produk selesai adalah :
Total harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Dep.B Rp. 100.800
Perhitungan tersebut di atas kemudian disajikan di dalam laporan biaya produksi sebagai berikut
:
PT. ARDIAN
LAPORAN BIAYA PRODUKSI DEPARTEMEN B
BULAN SEPTEMBER 2003
Data produksi :
700 kg
Perhitungan Biaya
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke gudang 400 kg@252 Rp.100.800
Harga pokok persediaan produk dalam akhir proses:
Harga pokok produk dar Dep.A 300x Rp 138 Rp. 41.400
Biaya yang ditambahkan Dep.B :
Harga bahan penolong 60% x 300 x Rp 28 Rp 5.040
Biaya tenaga kerja 50% x 300 x 41 Rp. 6.160
Biaya overhead 50% x 300x45 Rp. 6.750
Harga pokok produk dalam proses akhir Rp. 59.350
Jumlah biaya produksi kumulatif yang dibebankan Dep.B bulan September 2003 Rp.160.150
Jurnal pencatatan biaya Produksi Departemen B
Di dalamproses produksi, tidak semua pokok yang diolah dapat menjadi produk yang baik
yang memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan.
Ditinjau dari saat terjadinya, produk dapat hilang awal proses sepanjang proses, atau pada
akhir proses.untuk kepentingan perhitungan harga pokok produksi persatuan, produk yang hilang
sepanjang proses harus dapat ditentukan pada tingkat penyelesaian berapa produk yang hilang
tersebut terjadi.atau untuk harga pokok produksi per satuan, produk yang hilang sepanjang proses
diperlakukan sebagai prosuk yang hilang pada awal atau akhir produksi.
Pengaruh Terjadinya Produk yang Hilang pada Awal Proses terhadap Perhitungan Harga Pokok
Produk per Satuan.
Produk yang hilang pada awal proses dianggap belum ikut menyerap biaya produksi yang
dikeluarkan dalam departemen yang bersangkutan, sehingga tidak diikutsertakan dalam
perhitungan-perhitungan unit ekuivalensi produk yang dihasilkan dalam departemen tersebut.
Dalam dpartemen produksi pertama, produk yang hilang pada awal proses mempunyai
akibat menaikkan harga pokok produksi per satuan. Dalam departemen setelah departemen
produksi pertama,produk yang hilang pada awal proses mempunyai akibat :
1. Menaikkan harga pokok produksi per satuan produk yang diterima dan dari departemen
produksi sebelumya.
2. Menakkan harga pokok produksi persatuan yang ditambahkan dalam departemen produksi
setelah departemen produksi yang pertama tersebut.
Contoh kasus :
PT Amina memiliki dua departemen produksi untuk menghasilkan produknya departemen A dan
departemen B. Data produksi dan biaya produksi kedua departemen tersebut untuk bulan Januari
2003 disajikan dalam table
Departemen A Departemen B
-Produk yang dimasukkan dalam proses 1000 kg
-Produk selesai yang ditransfer ke Departemen B 700 kg
-Produk selesai yang ditransfer ke gudang 400kg
-Produk dalam proses akhir bulan, dengan tingkat
penyelesaian sebagai betikut :
Biaya bahan baku & penolong 100% biaya 200kg
konvensi 50%
Biaya bahan penolong 60%, biaya konvensi 100 kg
50%
Produk yang hilang pada awal proses 100 kg 200 kg
Dari data d atas biaya prosuksi per satuan produk yang diasilkan di departemen A dihitung sebagai
berikut :
Jenis biaya Jumlah produksi yang dihasilkan Biaya produksi Biaya per unit
(1) (2) (2) : (1)
Biaya bahan baku 700kg + 100% x 200kg = 900 kg 22.500 25
Biaya bahan penolong 700kg + 100% x 200kg = 900 kg 26.100 29
Biaya tenaga kerja 700kg + 40% x 200kg = 780 kg 35.100 45
Biaya overhead pabrik 700kg + 40% x 200kg = 780 kg 46.800 60
Jumlah 130.500 159
Karena produk yang hilang terjadi pada awalproses, maka produk tersebut tidak ikut menyerap biaya
produksi yang dikeluarkan oleh departemen Adalam bulan januari 2003.Oleh karena itu produk yang
hilang tersebut tidak di ikutsertakan dalam perhitungan unit ekuavalensi produk yang dihasilkan oleh
departemen A. Akibatnya biaya produksi per kg produk yang dihasilkan oleh departemen A menjadi
lebih tinggi. Seandainya produk tersebut tidak hilang dalam proses awal dan menjadi produk yang
baik, maka unit ekuivalensi biaya bahan baku menjadi 700+(100%x(200+100)) = 1000 dan biaya
bahan baku perkilo adalah Rp.22,5 (22.500 : 1.000)
Harga pokok produk selesai di departemen A dan ke departemen B (700 unit) serta harga
pokok barang dalam proses akhir bulan September 2003, dihitung sebagai berikut :
PT Amina
Laporan Biaya Produksi Departemen A
Bulan Januari 2003
Data produksi
Perhitungan Biaya:
Produk yang hilang pada awal proses, yang terjadi di departemen setelah departemen produksi
pertama mempunyai dua akibat terhadap :
1. Harga pokok per satuan produk yang berasal dari departemen sebelumnya
2. Harga pokok produksi persatuan yang ditambahkan dalam departemen dimana produk
yang hilang tersebut terjadi.
Harga pokok produksi per satuan produk yang berasal dari Departemen A
111.300 : 700 Rp.159
Harga pokok produksi per satuan produk yang berasal dari Dep.A setelah:
adanya produk yang hilang dalam proses di Dep.B sebanyak 200 kg
adalah Rp.111.300 : (700-200) Rp.222,60
Penyesuaian harga pokok per unit berasal dari Dep A Rp.63,60
Dari perhitungan di atas, harga pokok per satuan produk selesai yang ditrasfer ke gudang
produk yang jadi, adalah harga pokok per unit yang dibawa dari departemen A setelah adanya
penyesuaian tahapan produk yang hilang sebesar 222,60 (400 + 63,60) ditambah dengan biaya
produksi per unit yang ditambah di departemen B sebesar Rp.140 Dengan demikian harga pokok
per unit produk selesai adalah :
Total harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Dep.B Rp. 145.040
Perhitungan tersebut di atas kemudian disajikan di dalam laporan biaya produksi sebagai berikut
:
PT. Amina
LAPORAN BIAYA PRODUKSI DEPARTEMEN B
BULAN JANUARI 2003
Data produksi :
700 kg
Perhitungan Biaya
Produk yang hilang pada akhir proses sudah ikut menyerap biaya produksi yang
dikeluarkan dalam departemen yang bersangkutan, sehingga harus diperhitungkan dalam
penentuan unit ekuivalensi produk yag dihasilkan oleh departemen tersebut. baik di dalam
departemen produksi pertama maupun departemen-departemen produksi setelah departemen
produksi pertama, harga pokok produksi yang hilang pada akhir proses harus dihitung , dan
harga pokok ini diperlakukan sebagai tambahan harga pokok produk selesai yang di transfer
ke departemen produksi berikutnya atau ke gudang. Hal ini akan mengakibatkan harga pokok
per satuan produk selesai yang ditransfer ke departemen berikutnya atau ke gudang menjadi
lebih tinggi.
CONTOH
PT. Amina memiliki dua departemen produksi untuk menghasilkan produknya; departemen
A dan departemen B. data produksi dan biaya produksi kedua departemen tersebut untuk
bulan Januari 2003
Departemen A Departemen B
Atas dasar data tersebut diatas, perhitungan harga pokok produksi persatuan yang
dihasilkan pleh departemen A disajikan dalam gambar 1.
130.500 142,67
Karena produk yang hilang terjadi pada akhir proses, maka produk tersebut sudah ikut
menyerap biaya produksi yang dikeluarkan oleh departemen A dalam bulan januari 2001.
Oleh karena itu produk yang hilang tersebut diikutsertakan dalam perhitungan unit
ekuivalensi produk yang dihasilkan oleh departemen A. akibatnya biaya produksi per kg
produk yang dihasilkan oleh departemen A menjadi lebih rendah.
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan (200 kg):
Rp.17.165,60
PT. Amina
Laporan Biaya Produksi Departemen A
Bulan Januari 2003
Data Produksi
1000 kg
Perhitungan Biaya
Harga pokok persediaan produk dalam proses pada akhir bulan (200kg)
Rp 17.165,60
Tidak seperti halnya dengan produk yang hilang pada awal proses di departemen
produksi kedua dan seterusnya, produk yang hilang pada akhir proses yang terjadi di
departemen setelah departemen produksi pertama hanya berakibat terhadap harga pokok
persatuan produk yang di transfer ke departemen berikutnya atau ke gudang. Karena produk
yang hilang pada akhir proses ikut menyerap biaya yang dikeluarkan dalam departemen yang
bersangkutan, maka jumlah produk yang hilang tersebut harus diperhitungkan dalam unit
ekuivalensi biaya produksi yang bersangkutan. Produk yang hilang pada akhir proses tidak
mempengaruhi harga pokok produksi per satuan produk yang diterima dari departemen
produksi sebelumnya.
Rp.63.350 Rp.97,09
Rp 21,045,50
Data Produksi
700 kg
Jumlah kumulatif biaya produksi dalam Dep B Rp. 176.684,40 Rp. 259,00
Perhitungan Biaya
Rp.21.045,50