Penelitian Peningkatan Peran Mediator Da
Penelitian Peningkatan Peran Mediator Da
Trie Sakti
Editor : Rahman Yuliardhi, SH., M.Hum
Desain Cover dan Layout : Shofiatul Munawaroh, S.Kom
Cetakan Pertama : Desember 2013
Diterbitkan Oleh:
Pusat Penelitian dan Pengembangan
Badan Pertanahan Nasional RI
Jl. H. Agus Salim No.58
Jakarta Pusat
ISBN: 978-979-1069-30-4
ii
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
Kebijakan Strategis BPN
Kata
Pengantar
P
uji dan Syukur dipanjatkan kepada pihak yang bersengketa sehingga tercapai
ALLAH SWT atas tersusunnya kesepakatan yang dituangkan dalam suatu
Laporan Akhir Penelitian Peran Berita Acara Kesepakatan atau Perdamaian.
Mediator Dalam Kepastian Hanya saja kesepakatan yang sudah
Penyelesaian Sengketa dan Konflik ditanda tangani oleh para pihak seringkali
Pertanahan, yang merupakan penelitian diingkari oleh mereka sendiri, walaupun
yang dilaksanakan secara swakelola oleh dalam KUHPerdata ada ketentuan bahwa
PUSLITBANG BPN RI pada tahun anggaran kesepakatan berlaku sebagai undang-undang
2013. bagi mereka yang bersepakat. Fenomena
terjadinya pelanggaran terhadap perdamaian
Frekwensi sengketa dan konflik pertanahan perlu diatur dalam suatu perundang-
cenderung meningkat dari tahun ke tahun, undangan agar mempunyai kekuatan yang
baik merupakan akumulasi dari sisa kasus lebih mengikat dan dapat segera dieksekusi.
tahun sebelumnya maupun kasus yang baru.
Kondisi ini terjadi karena sistem peradilan di Diharapkan hasil penelitian ini dapat
Indonesia yang memungkinkan sengketa di memberikan manfaat dalam penyusunan
gugat baik secara perdata, TUN dan bahkan kebijakan di bidang pertanahan. Penulis
pidana sehingga prosesnya memakan mohon masukan untuk penyempurnaan
waktu lama belasan hingga puluhan tahun. laporan ini. Terima kasih,
Oleh karenanya, setiap terjadi sengketa
dan konflik pertanahan diupayakan untuk
diselesaikan melalui mediasi dengan Jakarta, November 2013 iii
mengedepankan terjadinya perdamaian
secara win-win solution.
Tim Peneliti
Hasil penelitian mendeskripsikan
pelaksanaan mediasi di beberapa lokasi
penelitian, dimana pelaksanaannya
menuntut kecakapan aparat BPN sebagai
mediator untuk mendamaikan para
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
Kebijakan Strategis BPN
Daftar Isi
HALAMAN JUDUL i BAB IV GAMBARAN UMUM
KATA PENGANTAR iii WILAYAH PENELITIAN 37
DAFTAR ISI iv 4.1. Provinsi Maluku 38
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR v 4.1.1. Karakteristik Wilayah 39
BAB I PENDAHULUAN 1 4.1.2. Pemilikan/Penguasaan Tanah 44
1.1. Latar Belakang 2 4.1.3. Profil Kasus Pertanahan 44
1.2. Permasalahan 6 4.2. Provinsi Lampung 49
1.3. Tujuan 7 4.2.1. Karakteristik Wilayah 49
1.4. Hasil penelitian (output) 7 4.2.2. Struktur Pemerintahan
1.5. Kegunaan Penelitian 7 dan Masyarakat 49
4.2.3. Pemilikan/Penguasaan Tanah 55
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 4.2.4. Profil Kasus Pertanahan 56
2.1. Kerangka Teori 10 4.3. Provinsi Kalimantan Selatan 59
2.1.1. Alternative Dispute Resolution 12 4.3.1. Karakteristik Wilayah 59
2.1.2. Dasar Hukum Mediasi 15 4.3.2. Pemilikan/Penguasaan tanah 64
2.1.3. Ciri- ciri Mediasi 15 4.3.3. Profil Kasus Pertanahan 65
2.1.4. Jenis Mediasi 16 4.4. Provinsi Jawa Barat 70
2.1.5. Tipe Mediator 17 4.4.1. Karakteristik Wilayah 70
2.2. Tahapan Penanganan 4.4.2. Pemilikan/Penguasaan Tanah 72
Masalah Pertanahan 17 4.4.3. Profil Kasus Pertanahan 74
2.3. Kekuatan hukum dari perjanjian 20 4.5. Provinsi Nusa Tenggara Barat 78
2.3.1. Pengertian Perjanjian 4.5.1. Karakteristik Wilayah 78
Dan Pengaturannya 20 4.5.2. Pemilikan/Penguasaan Tanah 80
2.3.2. Syarat Sahnya Perjanjian 21 4.5.3. Profil Kasus Pertanahan 82
2.3.3. Unsur-Unsur Dalam Perjanjian 22 4.6. Dokumentasi Penelitian 87
2.3.4. Pelaksanaan Perjanjian 22
2.3.5. Asas-asas perjanjian 23 BAB V PEMBAHASAN 91
2.3.6. “Syarat Batal” Perjanjian 25 5.1. Profil Kasus Pertanahan 92
2.3.7. Dading 27 5.2. Pengaturan penyelesaian masalah
2.3.8. Eksekusi Grosse Akta 28 pertanahan melalui mediasi 94
2.4. Kerangka Pemikiran 29 5.3. Peningkatan peran mediator dalam
percepatan penyelesaian sengketa
BAB III METODE PENELITIAN 33 dan konflik pertanahan 97
3.1. Tipe Penelitian 34 5.4. Kepastian hukum terhadap hal hal
3.2. Lokasi Penelitian 34 yang disepakati para pihak dalam
3.3. Responden/Informan Penelitian 34 proses mediasi 105
iv 3.4. Jenis Data 35
3.5. Analisa Data 35 BAB VI KESIMPULAN 115
6.1. Kesimpulan 116
6.2. Rekomendasi 117
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
Kebijakan Strategis BPN
Daftar Tabel
A. TABEL
Tabel 1. Tipologi masalah pertanahan 3
Tabel 4.1. Kabupaten dan Kota di Provinsi Maluku 37
Tabel 4.2. Tipologi Masalah Provinsi Maluku 43
Tabel 4.3. Tipologi Kasus Pertanahan hasil RDP 44
Tabel 4.4. Frekwensi Kasus Pertanahan dan Penyelesaiannya 44
Tabel 4.5. Aspek yang diteliti dalam penelitian mengenai akar masalah 45
Tabel 4.6. Tim Khusus Penyelesaian Kasus Pertanahan 45
Tabel 4.7. Eksekusi Berita acara Tim penyelesaian Kasus 46
Tabel 4.8. Peta/data sebaran sengketa/konflik 46
Tabel 4.9. Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung 48
Tabel 4.10. Pembagian Marga di Provinsi Lampung 49
Tabel 4.11. Rekapitulasi Data Sengketa, Konflik, Dan Perkara Pertanahan
Tahun 2006 s/d 2012 Pada Kanwil BPN Provinsi Lampung 55
Tabel 4.12. Aspek yang diteliti dalam penelitian mengenai akar masalah 55
Tabel 4.13. Tim Khusus Penyelesaian Kasus Pertanahan 56
Tabel 4.14. Eksekusi Berita acara Tim penyelesaian Kasus 56
Tabel 4.15. Peta/data sebaran sengketa/konflik 57
Tabel 4.16. Daftar Kota dan kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan 58
Tabel 4.17. Tipologi Masalah Pertanahan Tahun 2010 64
Tabel 4.18. Aspek yang diteliti dalam penelitian mengenai akar masalah 65
Tabel 4.19. Tim Khusus Penyelesaian Permasalahan Pertanahan 66
Tabel 4.20. Eksekusi Berita acara Tim penyelesaian Kasus 67
Tabel 4.21. Peta/data sebaran sengketa/konflik 67
Tabel 4.22. Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Barat 69
Tabel 4.23. Tipologi Masalah Pertanahan 73
Tabel 4.24. Tipologi Kasus Pertanahan hasil RDP 73
Tabel 4.25. Frekwensi kasus Pertanahan dan penyelesaiannya 73
Tabel 4.26. Aspek yang diteliti dalam penelitian mengenai akar masalah 74
Tabel 4.27. Tim Khusus Penyelesaian Kasus Pertanahan 74
Tabel 4.28. Eksekusi Berita acara Tim penyelesaian Kasus 75
Tabel 4.29. Peta/data sebaran sengketa/konflik 75
Tabel 4.30. Kabupaten dan Kota di Provinsi NTB 77
Tabel 4.31. Tipologi Masalah Pertanahan 80 v
Tabel 4.32. Tipologi Kasus Pertanahan hasil RDP 81
Tabel 4.33. Frekwensi kasus Pertanahan dan penyelesaiannya 81
Tabel 4.34. Aspek yang diteliti dalam penelitian mengenai akar masalah 82
Tabel 4.35. Tim Khusus Penyelesaian Kasus Pertanahan 83
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
Kebijakan Strategis BPN
vi
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
Kebijakan Strategis BPN
Daftar Gambar
B. GAMBAR
Gambar 4.1. Provinsi Maluku 36
Gambar 4.2. Peta Administrasi Provinsi Lampung 47
Gambar 4.3. Peta Administrasi Provinsi Kalimantan Selatan 57
Gambar 4.4. Provinsi Jawa Barat 68
Gambar 4.5. Peta Provinsi Nusa Tenggara Barat 76
Gambar 4.6. Pelaksanaan Diskusi Di Kantor Pertanahan Kabupaten Lampung Tengah 85
Gambar 4.7. Pelaksanaan Mediasi Di Nusa Tenggara Barat 86
Gambar 4.8. Konsultasi Hukum dari DPRD Kabupaten Tapin Di Kantor Wilayah
BPN Provinsi Kalimantan Selatan 87
Gambar 4.9. Seminar Laporan Akhir Penelitian 87
Gambar 5.1. Tipologi Masalah Pertanahan Lokasi Penelitian Tahun 2012 91
vii
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
Kebijakan Strategis BPN
viii
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
1 Bab I
Pendahuluan
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Beberapa pakar menilai1, konflik agraria
akan terjadi apabila terdapat benturan intra
dan antar subyek agraria ataupun tumpang
tindih klaim akses terhadap obyek agraria.
Gejala konflik dalam hubungan-hubungan
agraria ini berakar dari, pertama, pada
Tanah merupakan sumber pertentangan klaim: a. Siapa yang berhak
kehidupan strategis. menguasai sumber-sumber agraria dan
kekayaan alam yang menyertainya; b.
Tanah mempunyai Siapa yang berhak memanfaatkan sumber-
nilai ekonomis karena sumber agraria dan kekayaan alam itu; c.
Siapa yang berhak mengambil keputusan
luasnya tidak bertambah atas penguasaan dan pemanfaatan
sehingga menimbulkan sumber-sumber agraria dan kekayaan
alam tersebut; Kedua. Konflik agraria juga
keinginan bagi manusia bersumber dari kenyataan ketimpangan
untuk menguasai tanah atau incompatibilities, yang meliputi: a.
Ketimpangan dalam hal struktur pemilikan
seluas-luasnya. Hal ini dan penguasaan tanah;
menyebabkan terjadinya b. Ketimpangan dalam hal peruntukan
tanah; c. Ketimpangan dalam hal persepsi
ketimpangan penguasaan dan konsepsi mengenai agraria.
dan pemilikan tanah serta
Dinamika dan akar masalah konflik
berpotensi menimbulkan pertanahan merupakan persoalan
sengketa dan konflik struktural yang terindentifikasi dari,
Pertama, struktur agraria yang timpang
pertanahan, terlebih akibat warisan kolonial dan orde baru.
apabila kurang jaminan Kedua, tanah hanya dinilai dari utilitas
ekonominya, sementara itu terjadi
kepastian hukum terhadap reduksionisme nilai tanah dari sisi sosial,
tanah yang dikuasai/ budaya, religius dan politik . Ketiga, tanah
dijadikan sarana investasi dan spekulasi,
2 dimiliki. terjadinya perubahan fungsi tanah yang
asalnya sebagai alat produksi berubah
menjadi alat investasi dan spekulasi.
Keempat, terjadi konsentrasi kepemilikan
1. Endriatmo Soetarto dan Moh. Shohibudin, Menegaskan Kembali Keharusan Reforma Agraria sebagai Basis Pembangunan Pertanian
dan Pedesaan (Agenda untuk Pemerintahan 2004-2009), Jurnal Pembaruan Desa dan Agraria, Volume 01/Tahun I/2004, Progam Studi
Sosiologi Pedesaaan IPB-Pusat Kajian Agraria IPB-Lapera Indonesia
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
tanah sebagai akibat pengkomodifikasian modal pembangunan dengan economic
tanah. Kelima, adanya keharusan struktural growth development (pembangunan
berupa resiko yang harus ditanggung yang diorientasikan untuk mengejar
oleh Negara karena pemerintah telah pertumbuhan ekonomi) semata (dimensi
menandatangani perjanjian internasional target) dengan mengabaikan dimensi
yang menghapus hambatan investasi proses adalah: Pertama. Use oriented
seperti dengan World Bank, Asian (eksploitasi) bukan resource oriented;
Development Bank, International Monetary Kedua. High Capital, yaitu keperpihakan
Fund dan World Trade Organization. kepada pelaku usaha dengan dominasi
Keenam, kebijakan pertanahan juga pemodal besar;
terperangkap pada model pembangunan Ketiga. Sektoral dalam manajemen
yang berorientasi pertumbuhan ekonomi pengelolaan sehingga menimbulkan
dengan mengedepankan investasi baik conflict of interest; Keempat. Limitasi
modal dalam negeri maupun model terhadap ruang akses informasi,
penanaman modal asing (Foreign Direct transparansi, partisipasi publik dan
Investment)2. akuntabilias publik; Kelima. Pengabaian
hak dan aksi masyarakat adat serta
Dampak dari konflik pertanahan ini, tidak kemajemukan hukum; Keenam. Political
saja kekerasan struktural dan kemiskinan of Ignorance, yaitu politik pengabaian hak
strukural tetapi juga ketidakpastian status masyarakat hukum adat3.
tanah, yang berarti juga terhalanginya
kepastian hukum dan keadilan sosial bagi Trend kasus pertanahan mengalami
seluruh rakyat Indonesia. Akan tetapi perubahan dari masa ke masa sesuai
sesungguhnya juga konflik pertanahan dengan fenomena permasalahan yang
yang bersifat privat maupun struktural ditemukan. Kondisi ini dapat di lihat dari
adalah wujud dari lemahnya adminitrasi adanya data kasus sengketa dan konflik
pertanahan yang memerlukan reformasi pertanahan Direktorat Konflik Pertanahan
birokrasi pertanahan, di mana adminitrasi pada tahun 2011 yang menunjukkan
pertanahan dan birokrasi pertanahan di tipologi masalah pertanahan ada 8
Indonesia telah banyak diwarnai sebuah jenis yaitu yang pertama dan mayoritas
periode komersialisasi dan sektoralisasi di temukan pada seluruh provinsi di
pertanahan ketika pertanahan dijadikan Indonesia adalah masalah penguasaan
modal pembangunan yang berorientasi dan pemilikan Tanah yang mencapai 78,
pertumbuhan yang merupakan ciri khas dari 28%, yang kedua adalah masalah batas/
pembangunanisme (developmentalism) letak bidang tanah mencapai 9,09%, yang 3
dan neo liberalisme. Bahwasanya implikasi ketiga adalah masalah prosedur penetapan
dari paradigma pembangunan nasional hak & pendaftaran tanah sebesar 7,58%,
yang menjadikan sumber daya alam sebagai keempat adalah masalah pelaksanaan
2. dimodifikasi dari Masoed (1997) oleh Achmad Ya’kub, dalam Konflik Agraria, Tinjauan Umum Kasus Agraria di Indonesia, (Jakarta:
Federasi Serikat Petani Indonesia 2007), hal 20-22
3. I Nyoman Nurjaya, (2010) Prinsip-Prinsip Pengelolaan Sumber Daya Alam, Keterangan Ahli dalam Persidangan Uji Materi (Judicial Review)
Undang-Undang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di Mahkamah Konstitusi, Jakarta
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
putusan pengadilan sebesar 3,28%, kelima belum habis dan belum diperpanjang
masalah tanah ulayat sebesar 0,51%, 3. Konflik pemegang HGU dengan
keenam masalah tanah obyek landreform masyarakat sebagai akibat pelaksanaan
sebesar 0,51%, ketujuh masalah ganti dari pola kemitraan
rugi tanah ex. Partikelir sebesar 0,42% 4. Konflik mengenai tanah bekas hak
dan kedelapan masalah pengadaan tanah barat (konversi) yang tumpang tindih
sebesar 0,34%. dengan tanah masyarakat
Selain tipologi di atas, dari hasil penelitian 5. Konflik atas desa adat dengan
Puslitbang BPN RI pada tahun 2011 di masyarakat desa adat, desa adat tidak
lima provinsi yaitu Papua, Sulawesi Utara, boleh memiliki hak Milik tetapi tanah
Jambi, Bali dan Banten diperoleh tipologi laba pura yang berada di bawah desa
sengketa dan konflik pertanahan, dimana adat dapat menjadi Hak Milik
hampir seluruhnya merupakan masalah 6. Konflik di Papua, sebagai akibat adanya
penguasaan dan pemilikan tanah, juga New York Agreement tahun 1966 yang
ditemukan tipologi masalah batas/letak dikuatkan oleh PBB dan diratifikasi
dan bidang tanah, dan masalah tanah menjadi UU No. 7 tahun 1966 tentang
ulayat ditemukan di Papua. Akar masalah Persetujuan antara Pemerintah penjajahan
4 terjadinya konflik tersebut meliputi Belanda dan pemerintah Kerajaan belanda
berbagai hal antara lain: dengan pemerintah Republik Indonesia
1. Konflik atas tanah masyarakat yang tentang soal-soal keuangan, dengan
diklaim masuk dalam kawasan hutan adanya agreement ini maka status tanah
2. Konflik di areal HGU, baik yang sudah peninggalan menjadi tanah yang langsung
habis masa berlakunya maupun yang dikuasai oleh Negara RI.
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
Dalam perkembangannya, tipologi kasus tidak bertugas menyelesaikan masalah
pertanahan yang ada pada Kedeputian tetapi menangani masalah, sehingga
Penanganan Sengketa, Konflik dan Perkara yang sebenarnya dilakukan BPN terhadap
Pertanahan mengalami perubahan masalah pertanahan adalah fasilitasi
setelah Rapat Dengar Pendapat (RDP) bukan mediasi5, dimana dalam fasilitasi
yang dilakukan dengan Dewan Perwakilan yang dilakukan oleh fasilitator hanyalah
Rakyat (DPR) pada Februari 20134. Tipologi memberikan memberikan fasilitas
kasus pertanahan setelah RDP dengan kepada para pihak untuk saling berdiskusi
DPR, yaitu: menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa
1. Kasus pertanahan terkait masyarakat turut campur menjadi pihak penengah
dengan swasta guna mempercepat penyelesaian
2. Kasus pertanahan terkait BUMN masalah sebagaimana yang terjadi pada
3. Kasus pertanahan terkait TNI – POLRI proses mediasi. Keberadaan mediator
4. Kasus pertanahan terkait Masyarakat bersertipikat di BPN selain masih minim
adat juga masih tersebar secara sporadik karena
5. Kasus pertanahan terkait Kehutanan proses rotasi-mutasi kelembagaan.
6. Kasus pertanahan terkait ESDM/
Pertambangan Permasalahan pertanahan yang ada saat
7. Kasus pertanahan terkait PU/BMN ini ternyata sebagian besar merupakan
lainnya kesalahan yang diperbuat oleh oknum
pegawai pada masa lalu, hal ini dapat
Tipologi kasus pertanahan tersebut di dilihat dari sebagian besar permasalahan
atas memakai acuan yang diajukan dari yang ditangani oleh Seksi Sengketa dan
pihak DPR saat diadakan RDP, tipologi Konflik Pertanahan pada Kantor-kantor
tersebut telah disepakati dan merupakan Pertanahan di daerah adalah permasalahan
upaya untuk melakukan sinkronisasi produk BPN sendiri. Kerumitan tersebut
dengan satuan kerja yang ada di DPR ditambah dengan keharusan melibatkan
maka jumlah tipologi permasalahan yang seksi atau bidang lain dalam penanganan
semula delapan dirubah menjadi tujuh. permasalahan tersebut sehingga
Upaya sinkronisasi ini merupakan bentuk seringkali terjadi perbedaan persepsi
pelibatan DPR secara nyata sebagai wakil yang memperlarut penanganan masalah
rakyat dalam penanganan dan penyelesaian tersebut6.
kasus pertanahan, sementara disepakati
juga bahwa leading sector dalam kasus Untuk kasus pertanahan yang berkaitan
pertanahan diserahkan kepada BPN RI. dengan instansi/kementrian lain, maka
kementrian/instansi tersebut yang 5
Kedeputian Penanganan Sengketa Konflik melakukan penanganan, sehingga
dan Perkara Pertanahan di BPN RI ternyata mediasi dilakukan di antara mereka,
4. Agus Sugiyanto, Kasi Konflik Masyarakat dengan Badan Hukum Privat, disampaikan pada rapat Penyusunan Riset Desain Penelitian, 08
April 2013
5. Agus Sugiyanto, Kasi Konflik Masayarakat dengan Badan Hukum Privat, disampaikan pada rapat pembahasan ToR penelitian, 27 Maret
2013
6. Kepala Seksi Sengketa dan Konflik Pertanahan Kota Tangerang, disampaikan pada rapat pembahasan ToR penelitian, 27 Maret 2013
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
kecuali memang diminta oleh instansi dilaksanakan secara optimal artinya
tersebut kepada BPN untuk ikut terlibat prosesnya mudah, waktunya terbatas tidak
dalam penanganannya. Contohnya: berlarut-larut dan memberikan jaminan
kehutanan, masalah klasik, tidak pernah kepastian hukum kepada para pihak yang
mengikutsertakan BPN. Terkait dengan tim bersengketa.
sebelas masalah mediasi, beberapa kasus di
Jawa Barat yang dicoba selesaikan dengan Penelitian ini diharapkan dapat
mediasi, terbentur dengan instansi-instansi merumuskan bagaimana seharusnya peran
lain, sudah bukan menjadi domein BPN lagi seorang mediator dan materi muatan
(menyangkut aset negara), merupakan dalam Peraturan Kepala Badan No. 3 tahun
kendala mendasar sebelum kita melakukan 2011 dapat mengakomodir hal itu, serta
mediasi. bila terjadi kesepakatan yang kemudian
ditanda tangani, sudah didaftarkan ke
Penyelesaian konflik dan sengketa pengadilan, ternyata salah satu pihak
pertanahan selama ini diupayakan untuk cidera janji, bagaimana kewenangan
diselesaikan melalui mediasi dan jika BPN dalam menangani sampai tahap
mediasi tidak dapat menyelesaikannya penyelesaiannya yaitu eksekusi, karena
maka ditempuh jalur litigasi yaitu perlunya kepastian hukum dalam
penyelesaian melalui badan peradilan. pelaksanaan hasil kesepakatan.
Penyelesaian melalui mediasi dapat
mengurangi resiko hilangnya waktu, 2. PERMASALAHAN
biaya, dan sebagainya apabila ditempuh Dari uraian di atas, maka mediator harus
melalui jalur peradilan, hanya saja diberikan peran yang lebih optimal dalam
peran mediator belum efektif dalam rangka penyelesaian sengketa dan konflik
percepatan penyelesaian sengketa dan pertanahan, oleh karena itu permasalahan
konflik pertanahan. Hasil mediasi selama penelitian meliputi :
ini sering tidak di taati oleh para pihak 1. Bagaimana pengaturan penyelesaian
yang telah melakukan mediasi, seperti di masalah pertanahan melalui mediasi
Jakarta Timur, ada hasil mediasi yang tidak menurut peraturan per-UU an yang
didaftarkan dan selesai dengan baik, ada berlaku (produk hukum pertanahan –
hasil mediasi yang sudah didaftarkan ke peraturan teknisnya)?
pengadilan tetapi malah menjadi masalah 2. Bagaimana peningkatan peran mediator
yang lebih besar lagi, didaftarkan ke dalam percepatan penyelesaian
pengadilan tidak menjadi jaminan hasil sengketa dan konflik pertanahan?
mediasi akan dilaksanakan oleh para pihak7 3. Bagaimana memberikan kepastian
6 hukum terhadap hal-hal yang
Mediator seharusnya diberikan peran disepakati para pihak dalam proses
dan wewenang yang lebih besar sehingga mediasi?
penyelesaian sengketa dan konflik dapat
7. Francisco, Kasi Sengketa, Konflik dan Perkara Kantor Pertanahan Jakarta Timur, disampaikan pada rapat penyusunan Riset Desain, 8
April 2013
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
3. TUJUAN
1. Mendiskripsikan pengaturan
penyelesaian masalah pertanahan
melalui mediasi menurut peraturan
per-UU an yang berlaku (produk hukum
pertanahan – peraturan teknisnya)
2. Mendiskripsikan peningkatan
peran mediator dalam percepatan
penyelesaian sengketa dan konflik
pertanahan
3. Mendiskripsikan aspek kepastian
hukum terhadap hal-hal yang
disepakati para pihak dalam proses
mediasi.
5. KEGUNAAN PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan akan
menjadi:
1. Secara teoritis menjadi bahan
pengembangan pengetahuan bagi
penguatan peran mediator;
2. Secara praksis sebagai landasan dalam
pengambilan kebijakan di BPN RI
mengenai perlunya penguatan, peran,
tugas, fungsi dan wewenang mediator
serta aspek kepastian hukum atas hasil
mediasi sehingga hasil mediasi menjadi
optimal. 7
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
8
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. KERANGKA TEORI
Sebagian besar kasus-kasus tersebut berasal
dari lingkungan peradilan Umum. Di samping
itu ada juga perkara-perkara tanah yang
masuk dalam lingkungan peradilan Agama
(misalnya sengketa tanah warisan dan tanah
wakaf) dan dalam lingkungan peradilan Tata
Persoalan konflik dan Usaha Negara (seperti tuntutan pembatalan
sertifikat tanah).
sengketa pertanahan
dalam masyarakat akhir- Munculnya konflik dan sengketa pertanahan
dimaksud antara lain karena tanah terutama
akhir ini cenderung di daerah perkotaan sudah kembali
meningkat. Akumulasi menjadi “komoditas” primadona. Dalam
kurun waktu sepuluh tahun saja harga
perkara pertanahan yang tanah di suatu tempat telah naik berlipat
masuk ke Mahkamah ganda sekitar 200% hingga 500%. Kegiatan
pembangunan yang berlangsung di sekitar
Agung diperkirakan tanah-tanah yang bersengketa turut memicu
berkisar antara 65% hingga peningkatan nilai tanah sehingga harganya
menjadi melangit dan menjadikan tanah
70% setiap tahun, belum sebagai sumber sengketa spekulasi tanah
terhitung yang selesai (land speculation) juga merupakan pemicu
yang tidak kalah pentingnya bagi terjadinya
ketika diputus pada tingkat berbagai sengketa pertanahan di samping
pertama maupun pada alasan pokok semakin tidak seimbangnya
pertumbuhan penduduk dengan luas tanah
tingkat banding. yang tersedia.
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
punya bukti yang kuat terhadap tanahnya. Sebagai negara berasaskan Pancasila yang
Selain itu juga tidak jarang terjadi sengketa menjunjung tinggi asas musyawarah untuk
tanah yang justru berpangkal pada tidak mufakat, maka pertama-tama jika terjadi
adanya jaminan kepastian hukum dari alat sengketa diupayakan penyelesaiannya secara
bukti yang dipunyai oleh pemilik tanah musyawarah. Musyawarah untuk mufakat
termasuk sertifikat tanah yang dikeluarkan sudah dikenal dalam hukum adat Indonesia
oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN). untuk menyelesaikan suatu perselisihan,
sebagai contoh Pemuka Adat setempat atau
Konflik dan sengketa tanah juga banyak Kepala Desa sering menyelesaikan sengketa
terjadi berkenaan dengan berbagai yang timbul di masyarakat baik perselisihan
“transaksi tanah” yang dimunculkan dalam di bidang perkawinan, jual beli, hutang
berbagai model transaksi bisnis yang dapat piutang, warisan dan sebagainya.
memungkinkan beralihnya kepemilikan atau
penguasaan tanah dari satu tangan ke tangan Sengketa dan konflik pertanahan mempunyai
yang lain tanpa disadari atau sepengetahuan dimensi luas menyangkut beberapa
dari mereka yang sebenarnya berhak aspek, seperti aspek perdata, pidana dan
atas tanah yang bersangkutan. Pemilikan administrasi sehingga sengketa pertanahan
dan penguasaan tanah masih belum dimungkinkan untuk digugat di dua badan
mendapatkan jaminan yang kuat dari peradilan yaitu peradilan umum dan
perangkat hukum yang berlaku. Selain itu ada peradilan TUN.
pula sengketa pertanahan di mana pemilik
tanah atau mereka yang menguasai tanah Jika terjadi sengketa karena cacat
berhadapan dengan instansi pemerintah administrasi, maka koreksi dilakukan oleh
atau perusahaan-perusahaan yang berada di BPN, pada umumnya dilakukan dalam
bawah naungan pemerintah. bentuk pembatalan Surat Keputusan
Pemberian Hak Atas Tanah atau sertipikat
Menurut Takdir Rahmadi, bangsa Indonesia, hak atas tanah, baik karena dijumpai adanya
paling tidak secara normatif dan historis cacat hukum administrasi dalam penerbitan
dipandang sebagai bangsa yang amat keputusan pemberian dan/atau sertipikat
menjunjung nilai-nilai pendekatan mufakat/ hak atas tanah atau karena melaksanakan
konsensus dalam penyelesaian persoalan- putusan pengadilan.
persoalan dalam masyarakat. Dalam
beberapa masyarakat adat dapat dijumpai Jika sengketa pertanahan di proses melalui
istilah-istilah yang menggambarkan nilai peradilan maka penyelesaiannya akan
penting pendekatan mufakat/konsensus membutuhkan waktu bertahun-bertahun
dalam penyelesaian persoalan. Bahkan para bahkan mungkin puluhan tahun, karena 11
pendiri Negara Indonesia memiliki keyakinan sengketa yang sudah diputus di PTUN, dapat
bahwa pendekatan musyawarah mufakat digugat kembali melalui Peradilan Umum.
merupakan nilai luhur bangsa yang kemudian Hal ini dimungkinkan dalam pasal 55 UU
diaktualisasikan sebagai cara pengambilan No. 5 tahun 1986 dimana dinyatakan bahwa
keputusan sebagaimana dituangkan dalam suatu keputusan TUN yang ada kaitannya
sila ke-4 Pancasila1.
1. Takdir Rahmadi , Mediasi, Penyelesaian Sengketa melalui
Pendekatan Mufakat, Rajawali Pers, 2010
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
dengan suatu perbuatan Onrechtmatige Dalam banyak perkara yang masuk ke
Overheidsdaad (OOD) yang menjadi Pengadilan yang sering dirasakan tidak
wewenang Peradilan Umum maka dengan memuaskan adalah karena banyak
mengingat adanya tenggang waktu pengajuan Pengadilan yang memutus dengan
gugatan dalam sengketa TUN, gugatan harus menyatakan gugatan tidak dapat diterima
diajukan terlebih dulu ke PTUN dan diperiksa/ atau “niet van ontvankelijke verklaard” yang
diputus sampai tuntas. Setelah itu barulah lazim dikenal dengan sebutan “NO” oleh
dapat diajukan gugatan OODnya ke Peradilan karena penggugat mengajukan gugatan
Umum yang berwenang. Dengan demikian tidak sempurna berkenaan dengan letak dan
tidak diperkenankan kedua macam gugatan ukuran tanah dan batas-batas tanah yang
itu berjalan bersamaan untuk menghindari digugat masih kabur atau tidak jelas. Gugatan
putusan yang saling bertentangan antara juga dinyatakan tidak dapat diterima adalah
kedua Pengadilan tersebut yang mempunyai apabila penggugat hanya menggugat mereka
kompetensi absolute masing. Kompetensi yang menguasai tanah saja sedangkan jelas
peradilan ini juga diperkuat oleh SE MA dan diketahui bahwa tergugat mendapatkan
tertanggal 14 Oktober 1993 Nomor 223/ tanah dari orang tertentu sedangkan orang
Td.TUN/X/1993. tersebut tidak digugat dalam perkara yang
bersangkutan.
Dimungkinkannya suatu perkara untuk
diperiksa di Peradilan TUN dan Peradilan Terjadinya konflik dan sengketa pertanahan
Umum berakibat diabaikannya prinsip- tidak terlepas dari proses dalam
prinsip yang dianut dalam pelaksanaan Badan penyelenggaraan pendaftaran tanah dan
Peradilan di Indonesia yaitu sederhana, dikeluarkannya sertipikat sebagai alat bukti
cepat dan murah sebab dengan pemeriksaan hak. Pasal 32 ayat 1 PP No. 24 tahun 1997
suatu perkara (sengketa pertanahan) oleh 2 disebutkan sertipikat berlaku sebagai alat
badan peradilan selain memerlukan waktu bukti yang kuat. Artinya sertipikat merupakan
yang relative lama, biaya besar juga akan alat bukti sempurna. Sepanjang tidak ada
sangat mempengaruhi kinerja pelayanan bukti sebaliknya, maka data fisik dan data
pertanahan dan kepastian hukum. yuridis yang tercantum dalam sertipikat
harus diterima sebagai data yang benar.
Dalam hal kompetensi peradilan Philipus M.
Hadjon berpendapat dalam KUHP terdapat 1.1. Alternative Dispute Resolution
kemungkinan untuk menggabungkan perkara Penyelesaian konflik dan sengketa tanah
pidana dan perkara perdata, apakah ada (atau sengketa perdata pada umumnya)
kemungkinan menggabungkan perkara dimungkinkan untuk menggunakan dua
12 perdata dengan sengketa TUN atau perkara macam cara penyelesaian yaitu melalui
pidana dengan sengketa TUN dalam hokum pengadilan dan diluar pengadilan.
acara Peradilan Tata Usaha Negara hendaknya Penyelesaian yang dilakukan di luar
menjadi suatu kajian dalam pengembangan Pengadilan atau disebut Alternative Dispute
hukum administrasi di Indonesia. Mungkin Resolution. Alternative Dispute Resolution
sudah saatnya mulai dipikirkan kemungkinan (ADR) adalah merupakan istilah asing yang
integrasi badan-badan pengadilan dalam
usaha lebih meningkatkan perlindungan
2. Hadjon, Philipus M, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia,
hokum bagi rakyat Indonesia2. Yogyakarta, Gajah Mada University Press, 1994.
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
masih perlu dicarikan padanannya dalam Penyelesaian Sengketa adalah lembaga
bahasa Indonesia. Beberapa istilah dalam penyelesaian sengketa atau beda pendapat
bahasa Indonesia telah diperkenalkan melalui prosedur yang disepakati oleh para
dalam berbagai forum oleh berbagai pihak. pihak yakni penyelesaian diluar pengadilan
Beberapa diantaranya yang telah dapat dengan cara konsultasi , negosiasi, mediasi,
diindentifikasi adalah: penyelesaian sengketa konsiliasi, atau penilaian ahli (Vide Pasal 1
alternatif3, alternatif penyelesaian sengketa butir 10 UU No. 30 Tahun 1999).
(APS)4, mekanisme alternatif penyelesaian
sengketa (MAPS)5 dan pilihan penyelesaian ADR memiliki potensi untuk menyelesaikan
sengketa (PPS)6. konflik-konflik yang sangat rumit yang
disebabkan oleh substansi kasus yang berat
Ada dua pemahaman yang berbeda terhadap dengan persoalan-persaoalan ilmiah. ADR
arti ADR tersebut. Pertama, ADR diartikan mempunyai daya tarik khusus di Indonesia
sebagai alternative to litigation dan yang karena kerahasiaanya dengan sistem budaya-
kedua ADR diartikan dengan alternative to sosial berdasarkan musyawarah mufakat.
adjudication. Pemilihan terhadap salah satu Dengan musyawarah dan mufakat yang
dari kedua pengertian tersebut menimbulkan dilakukan untuk menyelesaikan sengketa
implikasi yang berbeda. Apabila pengertian tersebut mampu mendatangkan bernagai
pertama yang menjadi acuan (alternative keuntungan baik itu misalnya keuntungan
to litigation), maka seluruh mekanisme dari segi waktu, biaya dan tenaga yang
penyelesaian sengketa di luar pengadilan dibutuhkan ubtuk menyelesaikan suatu
termasuk arbitrase merupakan bagian dari sengketa. Adapun beberapa hal-hal yang
ADR. Tetapi apabila ADR diartikan sebagai merupakan keuntungan yang sering muncul
alternative to adjudication, maka hanya dalam ADR antara lain7:
mekanisme penyelesaian sengketa yang a) Sifat kesukarelaan dalam proses. Para
bersifat konsensus atau kooperatif saja yang pihak percaya bahwa ADR memberikan
merupakan ADR. Sedangkan arbitrase yang jalan keluar yang potensial untuk
bersifat ajudikasi tidak termasuk di dalamnya,
karena sama halnya dengan pengadilan
3. Erman Rajagukguk, Arbitrase Dalam Putusan Pengadilan
cenderung menghasilkan putusan dengan (Jakarta: Chandra Pratama, 2000); Perhatikan juga Ali
Budiharjo dkk, Reformasi Hukum di Indonesia (Jakarta: Cyber
solusi menang-kalah (win-lose). Sebelum Consult, 1999); Baca juga Suyud Margono, ADR & Arbitrase.
Proses Pelembagaan dan Aspek-Aspek Hukum (Jakarta: Ghalia
mencari padanan istilah yang tepat dalam Indonesia, 2000)
bahasa Indonesia terlebih dahulu diperlukan
4. UU No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
penyamaan persepsi tentang konsep dan Penyelesaian Sengketa; Baca juga Joni Emirzon, Alternatif
Penyelesaian Sengketa di Luar Pengeadilan (Negoisasi,
pemahaman terhadap ADR tersebut. Mediasi, Konsultasi dan Arbitrase) (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama; 2001) 13
Jika dikaitkan dengan Undang-Undang 5. Takdir Rahmadi, Mekanisme alternatif Penyelesaian Sengketa
Dalam Konteks Masyarakat Indonesia Masa Kini, makalah
Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase disajikan dalam Seminar Sehari Alternatif Penyelesaian
Sengketa Dalam Kasus-Kasus Tanah, Perburuhan dan
dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, Lingkungan, Diselenggarakan Oleh Studi dan Advokasi
maka Indonesia juga merupakan salah satu Masyarakat bekerjasama dengan Dewan Pimpinan Pusat
IKADIN, di Jakarta, 11 Agustus 1994
penganut dari pandangan yang kedua, karena
6. UU Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaaan Lingkungan
undang-undang tersebut memisahkan Hidup.
secara tegas istilah arbitrase dengan
7. Suyud Margono, “Alternatif Dispute Resolution dan Arbitrase,”
alternatif penyelesaian sengketa. Alternatif Cet XI; Bogor: Galia Indonesia, 1993.
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
menyelesaikan masalah dengan lebih ADR memberikan fleksibilitas yang
baik dibandingka dengan prosedur litigasi lebih besar bagi parameter isu yang
dan prosedur lainya yang melibatkan sedang didiskusikan dan cakupan dari
para pembuat keputusan dari pihak penyelesaian masalah. Disamping itu,
ketiga. Secara umum, tidak seorang pun memungkinkan pengembangan cara
dipaksa unutk menggunakan prosedur penyelesaian yang lebih komperhensip
ADR. untuk membahas penyebab
b) Prosedur yang cepat. Karena prosedur persengketaan. Prosedur ini dapat
ADR bersifat Informal, pihak-pihak yang menghindari kendala prosedur yudisial
terlibat mampu untuk menegosiasikan yang sangat terbatas pada pembuatan
syarat-syarat penggunannya. Hal ini keputusan pengadilan didasarkan pada
mencegah terjadinya penundaan dan titik sempit hukum, seperti apakah
mempercepat proses penyelesaian prosedur yang resmi sudah diikuti atau
sengketa. belum.
c) Keputusan non yudisial. Wewenang g) Hemat Waktu. Selama ini proses
untuk membuat keputusan tetap berada penyelesaian masalah sering mengalami
pada pihak-pihak yang terlibat atau hambatan yang cukup berarti
tidak didelegasikan kepada pembuat dalam menunggu kepastian tanggal
keputusan dari pihak ketiga. Hal ini berarti persidangan. Prosedur ADR menawarkan
bahwa pihak-pihak terlibat mempunyai kesempatan yang lebih cepat untuk
lebih banyak kontrol terhadap hasil-hasil menyelesaikan sengketa tanpa harus
sengketa dan mampu meramalkan. menghabiskan waktu bertahun-tahun
d) Kontrol tentang kebutuhan organisasi. untuk melakukan litigasi. Dalam banyak
Prosedur ADR menempatkan keputusan hal waktu adalah uang dan penundaan
ditangan orang yang mempunyai penyelesaian masalah memerlukan
posisi tertentu (penting), baik unutk biaya yang sangat mahal. Penyelesaian
menafsirkan tujuan-tujuan jangka sengketa yang dikembangkan melalui
panjang dan jangka pendek dari penggunaan prosedur ADR merupakan
organisasi yang terlibat maupun alternatif penyelesaian masalah yang
menafsirkan dampak-dampak positif dan tepat.
negative dari setiap pilihan penyelesaian h) Hemat biaya. Besarnya biaya biasa
masalah tertentu. Pihak ketiga dalam ditentukan oleh lamanya waktu yang
membuat keputusan yang mengikat dipergunakan. Pihak ketiga yang netral
suatu isu sering kali meminta bantuan rata-rata memasang tarif yang lebih
seorang hakim, juri, atau arbiter. rendah untuk mengganti waktu mereka
14 e) Prosedur rahasia. Prosedur ADR dibandingkan apabila membayar para
memberikan jaminan kerahasiaan bagi pengacara hukum.
para pihak dengan porsi yang sama. Pihak- i) Pemeliharaan Hubungan ADR
pihak dapat menjajaki pilihan-pilihan menghasilhan kesepakatan-kesepakatan
sengketa yang potensial dan hak-hak yang dinegosiasikan dengan
mereka dalam mempresentasikan data memperhatikan kebutuhan-kebutuhan
untuk menyerang balik tetap dilindungi. pihak yang terlibat. Dengan kata lain, ADR
f) Fleksibilitas dalam merancang syarat- mampu mempertahankan hubungan-
syarat penyelesaian masalah. Prosedur hubungan kerja yang sedang berjalan
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
maupun untuk masa depan. dengan dicatatkan di pengadilan,
j) Tingginya kemungkinan untuk tetapi selama ini Komnas HAM jarang
melaksanakan kesepakatan. Dalam melakukan hal ini, artinya kepastian
ADR, para pihak yang telah mencapai hukum saja tidak cukup tetapi bagaimana
kesepakatan cendrung untuk memenuhi implementasinya.
syarat-syarat atau isi kesepakatan yang 2. Pasal 6 Undang – undang Nomor 30
telah diambil oleh keputusan (pihak Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan
ketiga). Faktor ini membantu para pihak Alternatif Penyelesaian Sengketa , bahwa
yang terlibat untuk meghindari litigasi “Sengketa atau beda pendapat perdata
yang tidak efektif. dapat diselesaikan oleh para pihak
k) Kontrol dan lebih mudah memperkirakan melalui Alternatip Penyelesaian Sengketa
hasil. Pihak-pihak yang menegosiasikan yang didasarkan pada itikad baik dengan
sendiri sengketanya mempunyai mengesampingkan penyelesaian secara
lebih banyak control terhadap hasil- litigasi di Pengadilan Negeri”.
hasil penyelesaian sengketa. Cara 3. Keputusan MK terhadap UU Perkebunan
penyelesaian melaui negosiasi atau No. 18 tahun 2004; mengenai ketentuan
mediasi lebih meudah memperkirakan dalam konflik agraria merupakan
keuntungan dari kerugian dibandingkan persoalan perdata yang mengedepankan
jika kasus tersebut diselesaikan melalui mediasi.
arbitrase atau didepan hakim. 4. Pasal 130 HIR dan Pasal 154 RBG, Hakim
l) Keputusan bertahan sepanjang waktu. wajib terlebih dahulu mendamaikan
Keputusan penyelesaian sengketa para pihak yang berperkara sebelum
dengan prosedur ADR cendrung bertahan perkaranya diperiksa.
sepanjang waktu. Jika di kemudian hari 5. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun
persengketaan itu menimbilkan masalah, 2006 jo Peraturan Presiden No. 63
pihak-pihak terlibat lebih memanfaatkan tahun 2013 tentang Badan Pertanahan
bentuk pemecahan masalah yang Nasional
kooperatif dibandingkan penerapan 6. Peraturan Mahkamah Agung No. 1
pendekatan adversial atau pertentangan. tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di
Pengadilan.
1.2. Dasar Hukum Mediasi 7. Peraturan Kepala Badan Pertanahan
1. Undang-undang HAM, Pasal 1 Undang- Nasional RI Nomor 3 Tahun 2011 Tentang
undang HAM Nomor 39 Tahun 1999 Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan
tanah, bahwa Komisi Hak Asasi Manusia Kasus Pertanahan.
yang selanjutnya disebut Komnas
HAM adalah lembaga yang mandiri 1.3. Ciri- ciri Mediasi8 15
yang kedudukannya setingkat dengan 1. Proses penyelesaian sengketa melalui
lembaga negara lainnya yang berfungsi musyawarah/perundingan berpartisipasi
melaksanakan pengkajian, penelitian, secara langsung dan informal dalam
penyuluhan, pemantauan, dan mediasi menyelesaikan sengketa para pihak.
hak asasi manusia.
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
2. Adanya pihak ketiga yang bersifat netral kekuatan penegakannya oleh Negara. Dalam
dan diterima oleh para pihak yang mediasi diluar Pengadilan, hasilnya dalam
bersengketa. bentuk kontrak (perjanjian).
3. Mediator membantu para pihak
untuk mencapai penyelesaian atas Lawrence Boulle menyebutkan ada empat
sengketanya. model mediasi yaitu settlement mediation,
4. Mediator tidak mempunyai kewenangan facilitative mediation, transformative
memutus selama proses perundingan mediation, dan evaluative mediation9.
berlangsung.
5. Mempunyai tujuan untuk mencapai Settlement mediation yang juga dikenal
keputusan yang dapat diterima oleh sebagai mediasi kompromi, merupakan
masing – masing pihak yang bersengketa. mediasi yang tujuan utamanya adalah
untuk mendorong terjadinya kompromi dari
1.4. Jenis Mediasi tuntutan kedua pihak yang bertikai.
Ada dua jenis mediasi dalam PERMA No. 1
tahun 2008 yaitu : Facilitative mediation disebut juga mediasi
a. Mediasi di Pengadilan, ada dua tahap berbasis kepentingan (interest-based)
yaitu pertama mediasi awal litigasi yakni dan problem solving. Dalam model ini,
mediasi yang dilaksanakan sebelum mediator harus ahli dalam proses dan
pokok sengketa diperiksa. Kemudian harus menguasai teknik mediasi, meskipun
mediasi yang dilakukan dalam pokok penguasaan terhadap materi terhadap
pemeriksaan yang terbagi menjadi dua, hal yang dipersengketakan tidak terlalu
yaitu selama dalam pemeriksaan tingkat penting. Dalam hal ini sang mediator
pertama dan selama dalam tingkat harus dapat memimpin proses mediasi
banding dan kasasi. dan mengupayakan dialog yang konstruktif
b. Mediasi di luar Pengadilan yaitu mediasi diantara para pihak yang bersengketa,
yang dilakukan di luar Pengadilan meningkatkan upaya negosiasi dan
kemudian perdamaian terjadi tercapainya kesepakatan.
dimohonkan ke Pengadilan untuk
dikuatkan dalam akta perdamaian. Transformative mediation yang juga dikenal
sebagai mediasi terapi dan rekonsiliasi
Perbedaan utama antara mediasi di merupakan mediasi yang menekankan
Pengadilan dan di luar Pengadilan adalah untuk mencari penyebab yang mendasari
terletak pada pelaksanaan mediasi munculnya permasalahan diantara para
hokum jika dicapai kesepakatan dalam pihak. Dalam model ini mediator harus dapat
16 menyelesaikan sengketa. menggunakan terapi dan teknik professional
sebelum dan selama proses mediasi serta
Dalam mediasi di Pengadilan, penyelesaian mengangkat isu relasi/hubungan melalui
sengketa itu diratifikasi dan disetujui oleh pemberdayaan dan pengakuan.
Hakim. Penyelesaian terhadap sengketa
tersebut berupa suatu penetapan dari Hakim Evaluative mediation dikenal sebagai
dan penetapan tersebut harus dilaksanakan
oleh para pihak yang berperkara seolah- 9. Laurence Boulle, Mediation: Principle, process, practice
olah telah diputuskan oleh Hakim, termasuk (Sydney: Butterworths, 1996)
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
mediasi normative merupakan model 4. K4 : ditempuh jalur pengadilan.
mediasi yang bertujuan untuk mencari 5. K5 : bukan wewenang BPN (tetapi
kesepakatan berdasarkan pada hak-hak legal instansi lain).
dari para pihak yang bersengketa. Dalam
hal ini sang mediator harus seorang yang Gelar Kasus Pertanahan yang selanjutnya
ahli dan menguasai bidang-bidang yang disingkat Gelar Kasus adalah mekanisme
dipersengketakan meskipun tidak ahli dalam kelembagaan Badan Pertanahan Nasional
teknik mediasi. Republik Indonesia dalam rangka penanganan
dan/atau penyelesaian Kasus Pertanahan.
1.5. Tipe Mediator Gelar penanganan dan/atau penyelesaian
1. Mediator jaringan sosial kasus pertanahan yang meliputi:
(Social Network Mediator) 1. Gelar Kasus Internal adalah gelar yang
a. Dipilih karena dikenal para pihak. pesertanya dari Kantor Badan Pertanahan
b. Berasal dari lingkungan para pihak. Nasional Republik Indonesia, Kantor
c. Tokoh yang dipercaya dapat Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan
membantu menyelesaikan sengketa. atau Kantor Pertanahan.
2. Mediator Authoritative 2. Gelar Kasus Eksternal adalah gelar
a. Berasal dari kalangan yang yang pesertanya dari Kantor Badan
berpengaruh atau mempunyai Pertanahan Nasional Republik Indonesia,
kedudukan yang kuat. Kantor Wilayah Badan Pertanahan
b. Karena mandat peraturan Nasional dan/atau Kantor Pertanahan
perundangan. yang diikuti peserta dari unsur/instansi
c. Memiliki kapasitas untuk lainnya.
mengarahkan hasil perundingan. 3. Gelar Mediasi adalah gelar yang
* Terkait masalah mediator menghadirkan para pihak yang berselisih
bersertipikat di BPN, mediator tidak untuk memfasilitasi penyelesaian kasus
selalu harus satu orang bisa saja pertanahan melalui musyawarah.
sebuah tim. 4. Gelar Istimewa adalah gelar yang
3. Mediator Mandiri (Independent dilaksanakan oleh Tim Penyelesaian
Mediators) : Kasus Pertanahan yang dibentuk oleh
a. Dipilih karena potensinya. Kepala Badan Pertanahan Nasional
b. Tidak mempunyai hubungan dengan Republik Indonesia atau Deputi Bidang
para pihak. Pengkajian dan Penanganan Sengketa
dan Konflik Pertanahan.
2. TAHAPAN PENANGANAN MASALAH
PERTANAHAN Secara teknis, penanganan sengketa 17
Mekanisme penanganan masalah pertanahan oleh BPN dilakukan dengan
pertanahan pada umumnya ditempuh mekanisme sebagai berikut:
dengan cara :K1 - K5 yaitu: 1. Identifikasi
1. K1 : diselesaikan dengan surat Kegiatan identifikasi dilakukan untuk
pemberitahuan. mengetahui duduk permasalahan, dasar
2. K2 : diselesaikan dengan surat tuntutan serta tuntutan yang diajukan.
pembatalan/pemberian hak.
3. K3 : diselesaikan dengan mediasi. Kakan, Kakanwil dan/atau Deputi baik
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
bersama-sama atau sendirisendiri b. Panel data di ruang pengendalian;
melaksanakan pengkajian secara c. Laporan posisi kasus pertanahan;
sistematik terhadap akar dan sejarah dan
kasus pertanahan. d. Laporan kepada pimpinan pada
satuan organisasi.
Hasil kajian sebagaimana dimaksud
dituangkan dalam Peta Kasus Pertanahan 3. Analisa dan Pembahasan
yang menjadi dasar untuk merumuskan Analisa data ditempuh untuk :
kebijakan umum dan/atau kebijakan a. Mengetahui apakah terdapat alasan
teknis penanganan kasus pertanahan. yang cukup dari tuntutan yang
Kebijakan umum dan/atau kebijakan bersangkutan
teknis penanganan kasus pertanahan b. Menetapkan langkah
digunakan sebagai acuan untuk penyelesaiannya
penanganan kasus pertanahan yang Dalam menganalisa diperlukan
bersifat rawan, strategis, atau yang pendekatan yuridis normatif dan
mempunyai dampak luas. penerapan peraturan perundang-
undangan yang berlaku untuk
Peta Kasus Pertanahan yang telah menjadi kasus/sengketa yang bersangkutan.
dasar perumusan kebijakan umum dan Ketajaman analisa dipengaruhi oleh
kebijakan teknis penanganan kasus pengetahuan dan profesionalisme
pertanahan merupakan basis data atau aparat menjabarkan penanganan.
acuan penanganan kasus pertanahan
secara sistemik, berkesinambungan dan Pengkajian akar dan riwayat
struktural. sengketa dilakukan untuk
mengetahui faktor penyebab
2. Pengumpulan dan Pengolahan Data terjadinya dan potensi penyelesaian
Dari hasil identifikasi tersebut dilakukan sengketa. Hasil penelitian dan
pengumpulan data yang berkaitan analisa data sebagaimana dimaksud
dengan permasalahan yang diajukan. menghasilkan pokok permasalahan
Dalam rangka penanganan yang obyektif, sengketa dan potensi penyelesaian
dalam kegiatan ini juga diberikan sengketa. Pokok permasalahan
kesempatan kepada pihak lawan untuk pertanahan tersebut kemudian
menyampaikan pendapatnya. Tidak dilakukan telaahan hukum
jarang diperlukan pengumpulan data ke berdasarkan data yuridis, data
tempat dimana kasus/sengketa tersebut fisik dan/atau data pendukung
18 terjadi. lainnya. Kemudian hasil telaahan
dilakukan kajian penerapan hukum
Pencatatan dan penyajian data kasus yang selanjutnya menghasilkan
dilaksanakan sesuai format Daftar Isian rekomendasi penanganan sengketa
Pengelolaan Penanganan Sengketa, pertanahan.
Konflik dan Perkara Pertanahan.
c. Penyelesaian
Penyajian data kasus pertanahan berupa: Berdasarkan rekomendasi
a. Basis data elektronik;
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
penanganan sengketa pertanahan analisis; pengambilan putusan yang
selanjutnya dilakukan: bersifat kolektif dan obyektif; dan
1. Penelitian/pengolahan data meminimalisir gugatan atas hasil
pengaduan; penyelesaian kasus.
2. Penelitian lapangan;
3. Penyelenggaraan Gelar Kasus; Terdapat ketentuan pada Pasal 39 ayat
4. Penyusunan Risalah Pengolahan (4) PerkaBPN 3/2011 bahwa Setiap
Data; Pejabat Kantor BPN RI, Kantor Wilayah
5. Penyiapan berita acara/surat/ Badan Pertanahan Nasional dan/atau
keputusan; dan/atau Kantor Pertanahan yang menangani
6. Monitoring dan evaluasi kasus pertanahan, sebelum mengambil
terhadap hasil penanganan keputusan penyelesaian kasus
sengketa. pertanahan harus melakukan Gelar
Mediasi.
Gelar Kasus sebagaimana dimaksud
diselenggarakan atas perintah Deputi, Dalam hal Gelar Mediasi tidak dapat
Kakanwil, atau Kakan dapat dilakukan dihadiri oleh salah satu pihak yang
melalui persuasif, fasilitasi, mediasi berselisih, pelaksanaannya dapat
para pihak dalam rangka penanganan ditunda agar semua pihak yang berselisih
sengketa dan jika diperlukan dapat dapat hadir. Apabila pihak yang berselisih
melibatkan instansi terkait dan/atau sudah diundang 3 (tiga) kali secara patut
unsur masyarakat seperti akademisi, tidak hadir dalam Gelar Mediasi maka
tokoh masyarakat / adat / agama, atau mediasi tetap diselenggarakan.
pemerhati / pegiat agraria. Gelar Kasus
pertanahan yang meliputi: Peserta Gelar Mediasi:
1. Gelar Kasus Internal; 1. Tim Pengolah;
2. Gelar Kasus; 2. Pihak pengadu, termohon dan pihak
3. Gelar Mediasi; lain yang terkait;
4. Gelar Istimewa. 3. Pejabat Kantor BPN RI, Kantor
Wilayah Badan Pertanahan Nasional
Dalam hal ini sesuai dengan penelitian dan/atau Kantor Pertanahan dan
ini terutama akan dibahas khususnya instansi/lembaga yang terkait;
mengenai Gelar Mediasi, yang bertujuan: 4. Pakar dan/atau saksi ahli yang terkait
menampung informasi/pendapat dengan kasus pertanahan;
dari semua pihak yang berselisih, dan 5. Tim Mediator dari Kantor BPN RI,
pendapat dari unsur lain yang perlu Kantor Wilayah Badan Pertanahan 19
dipertimbangkan; menjelaskan posisi Nasional dan/atau Kantor Pertanahan
hukum para pihak baik kelemahan/ atau eksternal BPN RI; dan
kekuatannya; memfasilitasi penyelesaian 6. Unsur-unsur lain yang diperlukan.
kasus pertanahan melalui musyawarah;
dan pemilihan penyelesaian kasus Substansi hasil Gelar Mediasi:
pertanahan. Penyelenggaraan gelar 1. kronologi kasus pertanahan;
mediasi merupakan upaya untuk 2. analisis dan alternatif penyelesaian
menjamin transparansi dan ketajaman kasus pertanahan;
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
3. kesimpulan hasil musyawarah kasus dengan mana satu orang atau lebih
pertanahan; dan mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain
4. rekomendasi dan tindak lanjut atau lebih”.
putusan Gelar Kasus.
Mengenai perbuatan tersebut para sarjana
Adapun bentuk penyelesaian yang hukum perdata pada umumnya berpendapat
ditempuh apabila gelar mediasi tersebut bahwa defenisi atau batasan atau juga dapat
gagal dapat berupa keputusan yang disebut rumusan perjanjian yang terdapat
mengabulkan atau menolak pengaduan di dalam ketentuan pasal 1313 KUHPerdata
tersebut, memberikan ijin, lisensi, kurang lengkap bahkan dikatakan terlalu
konsesi, rekomendasi atau memberikan luas11.
saran untuk mengajukan sengketa Adapun kelemahan-kelemahan dapatlah
tersebut ke forum pengadilan. dirinci12:
1. Hanya menyangkut perjanjian sepihak
3. KEKUATAN HUKUM DARI PERJANJIAN saja, disini dapat diketahui dari rumusan
Perjanjian hanya dapat dilakukan oleh para “satu orang atau lebih mengikatkan
pihak yang bersama-sama sepakat dan dirinya terhadap satu orang atau lebih”,
setuju untuk melaksanakan suatu perbuatan “kata mengikatkan” merupakan kata
atau hal tertentu. Oleh karenanya kedua kerja yang sifatnya hanya datang dari
pihak yang sudah bersepakat wajib mentaati satu pihak saja tidak dari kedua belah
hal yang sudah diperjanjikan, artinya pihak.
kesepakatan menjadi undang-undang bagi
mereka yang telah bersepakat. Jika salah Adapun maksud dari perjanjian itu
satu pihak melanggar atau wanprestasi mengikatkan diri dari kedua belah
maka dianggap telah melakukan perbuatan pihak, sehingga nampak kekurangannya
melawan hukum. dimana setidak-tidaknya perlu ada
rumusan “saling mengikatkan diri”, jadi
3.1. Pengertian Perjanjian Dan jelas nampak adanya konsesnsus atau
Pengaturannya kesepakatan antara kedua belah pihak
Hukum perjanjian diatur dalam Buku III yang membuat perjanjian.
KUHPerdata yang berjudul tentang perikatan
umumnya. Hubungan antara perikatan 2. Kata perbuatan mencakup juga perikatan
dengan perjanjian adalah bahwa perjanjian tanpa consensus atau kesepakatan
itu menerbitkan perikatan. Suatu perjanjian dalam pengertian perbuatan termasuk
juga dinamakan suatu persetujuan karena juga tindakan:
20 dua pihak setuju untuk melaksanakan a. Mengurus kepentingan orang lain.
suatu hal atau sama-sama berjanji untuk b. Perbuatan melawan hukum.
melaksanakan suatu hal tertentu10.
Istilah perjanjian merupakan istilah yang 10 Subekti, R, 1984, Hukum Perjanjian, PT Intermasa, Jakarta
sudah umum dalam dunia hukum. Mengenai 11 Purwahid , Azas Itikad Baik dan Kepatutan Dalam. Perjanjian,
pengertian perjanjian diatur dalam pasal Semarang, Penerbit : FH. UNDIP, 1982
1313 KUHPerdata yang menyatakan bahwa 12 C.S.T. Kansil, Modul Hukum Perdata Termasuk Asas-Asas
Hukum Perdata, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 2006
suatu persetujuan adalah: “suatu perbuatan
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
Dalam perumusan pasal tersebut tidak masing sarjana itu mengemukakan
disebutkan apa tujuan untuk mengadakan pendapatnya sesuai dengan pandangannya
perjanjian sehingga pihak-pihak mengikatkan yang dianggapnya paling tepat. Perbedaan
dirinya itu tidaklah jelas maksudnya. pengertian yang diuraikan oleh para sarjana
Selanjutnya untuk adanya suatu perjanjian tersebut, pada dasarnya mempunyai arti
yang dilakukan dengan tertulis dan perjanjian yang sama, hanya saja kalimat atau susunan
yang dilakukan cukup secara lisan. Untuk bahasanya berbeda. Subekti mengatakan:
kedua bentuk tersebut sama kekuatannya “bahwa perjanjian adalah suatu peristiwa
dalam arti sama kedudukannya untuk dapat di mana seorang berjanji kepada orang
dilaksanakan oleh para pihak. lain atau di mana dua orang itu saling
berjanji untuk melakukan suatu hal”. Dari
Hanya saja bila perjanjian dibuat dengan berbagai pendapat sarjana hukum tentang
tertulis dapat dengan mudah dipakai sebagai arti dari perjanjian banyak mempunyai
alat bukti bila sampai terjadi persengketaan. kesamaan hanya saja kalimat dan bahasanya
Bila perjanjian dibuat secara lisan dan terjadi berbeda karena hal ini dapat dimengerti
perselisihan, maka sebagai alat pembuktian masing-masing sarjana itu mengemukakan
akan lebih sulit, disamping harus dapat pendapatnya sesuai dengan pandangannya
menunjukkan saksi-saksi juga itikad baik dari yang dianggap paling tepat14.
pihak-pihak diharapkan dalam perjanjian itu.
3.2. Syarat Sahnya Perjanjian
Dalam hal ini perjanjian mempunyai arti luas Dalam Kitab Undang-Undang Hukum
dan sempit. Dalam arti luas suatu perjanjian Perdata pasal 1338 ayat (1) dikatakan Semua
berarti setiap perjanjian yang menimbulkan perjanjian yang dibuat secara sah berlaku
akibat hukum sebagai yang dikehendaki sebagai undang-undang bagi mereka yang
atau dianggap dikehendaki oleh para membuatnya. Pasal ini mengandung suatu
pihak, termasuk di dalamnya perkawinan, asas kebebasan membuat perjanjian,
perjanjian kawin dan lain-lain. Dalam arti bahwa suatu perjanjian sudah dapat terjadi
sempit perjanjian hanya ditujukan kepada dengan adanya kata sepakat para pihak yang
hubungan-hubungan hukum dalam lapangan mengikat para pihak yang membuatnya.
hukum kekayaan saja seperti yang dimaksud Menurut ketentuan yang terdapat dalam
oleh Buku B.W. Lebih lanjut dikemukakan pasal 1320 KUHPerdata bahwa untuk sahnya
bahwa undang-undang dan perjanjian suatu perjanjian diperlukan 4 (empat)
sebagai sumber perikatan: bahwa perikatan, macam syarat, yaitu :
di mana perikatan sendiri dapat dirumuskan 1. Sepakat mereka yang mengikatkan
sebagai “hubungan hukum antara kedua dirinya;
belah pihak”, di mana satu pihak ada hak 2. Kecakapan untuk membuat suatu 21
dan di lain pihak ada kewajiban antara dua perjanjian;
pihak, atau dengan perkataan lain perjanjian 3. Mengenai suatu hal tertentu;
berisi perikatan13. 4. Suatu sebab yang halal.
Mengenai pengertian perjanjian sampai 13 Satrio, J. Cessie, Hukum Perikatan. Perikatan Yang Lahir dari
Perjanjian, Buku Kedua, (Bandung, Penerbit: Citra Aditya
sekarang ini belum ada keseragaman atau Bakti, 1995)
kesatuan pendapat diantara para ahli. 14 Subekti, Kumpulan Karangan Hukum Perikatan Arbitrase dan
Hal ini dapat dimengerti karena masing- pengadilan, (Bandung, Penerbit : Alumni, 1980).
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
Syarat pertama dan kedua di atas disebut untuk menjamin dapat disimpangi atas
syarat subyektif, karena melekat pada diri kesepakatan kedua belah pihak.
orang yang menjadi subjek perjanjian. Jika
syarat ini tidak dipenuhi, perjanjian dapat Ketiga unsur accidentalia, unsur perjanjian
dibatalkan. Tetapi jika tidak dimintakan yang ditambahkan oleh para pihak. Dalam hal
pembatalan kepada Hakim, perjanjian ini undang-undang sendiri tidak mengatur
itu tetap mengikat para pihak, walaupun tentang hal tersebut, seperti di dalam suatu
diancam pembatalan sebelum lampau waktu perjanjian jual beli, benda-benda tertentu
5 (lima) tahun (pasal 1454 KUHPerdata). dapat dikecualikan.
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
tidak menepati janjinya, si berpiutang tidak dilaksanakan (artinya: apabila si
(si kreditur) dapat mewujudkan sendiri berutang tidak menepati janjinya), maka si
prestasi yang dijanjikan itu. Artinya: Apakah berpiutang (kreditur) boleh juga dikuasakan
si berpiutang (kreditur) dapat dikuasakan supaya dia sendiri yang mengusahakan
oleh hakim untuk mewujudkan atau pelaksanaannya atas biaya si berutang
merealisasikan sendiri apa yang menjadi (debitur). Mengenai perjanjian untuk tidak
haknya menurut perjanjian? Jika yang melakukan suatu perbuatan, memang
demikian itu mungkin, maka dikatakan dalam perjanjian semacam itu, bila janji
perjanjian tadi dapat di-eksekusikan secara dilanggar maka perjanjian dapat di batalkan.
riil. Meskipun selalu ada kemungkinan untuk Perusahaan yang dibuka atau didirikan
mendapatkan suatu ganti rugi, tetapi bila melanggar perjanjian, dapat ditutup. Pihak
seseorang mendapat apa yang dijanjikan, itu yang berkepentingan (kreditur) tentunya juga
adalah yang paling memuaskan. Dari itu apa dapat meminta kepada pengadilan, supaya
yang dijanjikan dinamakan prestasi primair, ditetapkan sejumlah uang paksa untuk
sedangkan ganti rugi dinamakan prestasi mendorong si debitur supaya ia meniadakan
subsidair. apa yang sudah diperbuat itu. Dan juga ia
dapat meminta supaya orang yang melanggar
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata perjanjian itu dihukum untuk membayar
(KUHPerdata), memberikan sekedar sejumlah uang sebagai ganti rugi, tetapi
petunjuk dalam menjawab persoalan sudah barang tentu tiada sesuatu yang lebih
tersebut diatas. Mengenai perjanjian- memuaskan baginya daripada penghukuman
perjanjian yang disebutkan diatas tadi, yang si pelanggar perjanjian itu untuk meniadakan
tergolong kedalam perjanjian untuk berbuat segala apa yang telah diperbuat itu.
sesuatu (melakukan suatu perbuatan) dan
perjanjian untuk tidak berbuat sesuatu Perjanjian untuk berbuat sesuatu (melakukan
(tidak melakukan suatu perbuatan) terdapat suatu perbuatan) juga secara mudah
dalam pasal 1240 dan 1241 KUHPerdata. dapat dijalankan secara riil, asal saja bagi
Mengenai perjanjian-perjanjian seperti inilah si berpiutang (kreditur) tidak penting oleh
disebutkan bahwa eksekusi riil itu mungkin siapa perbuatan itu akan dilakukan, misalnya
dilaksanakan. Pasal 1240 menyebutkan membuat sebuah garasi mobil, yang dengan
tentang perjanjian untuk tidak berbuat mudah dapat dilakukan oleh orang lain.
sesuatu (tidak melakukan suatu perbuatan), Kalau yang harus dibuat itu lukisan, sudah
bahwa si berpiutang (kreditur) berhak barang tentu perbuatan itu tidak dapat
menuntut penghapusan segala sesuatu dilakukan oleh orang lain selain pelukis yang
yang telah dibuat berlawanan dengan menjanjikan akan membuat lukisan tersebut.
perjanjian dan bolehlah ia minta supaya Karena itu perjanjian untuk melakukan suatu 23
dikuasakan oleh hakim untuk menyuruh perbuatan yang bersifat sangat pribadi, tidak
menghapuskansegala sesuatu yang telah dapat dilaksanakan secara riil, apabila pihak
dibuat tadi di atas biaya si berutang(debitur), yang menyanggupi melakukan perbuatan
dengan tidak mengurangi haknya untuk tersebut tidak menepati janjinya.
menuntut ganti rugi, jika ada alasan untuk
itu. Dan pasal 1241 menerangkan tentang Mengenai perjanjian untuk memberikan
perjanjian untuk berbuat sesuatu (melakukan (menyerahkan) suatu barang, tidak terdapat
suatu perbuatan), bahwa apabila perjanjian sesuatu petunjuk dalam undang-undang.
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
Mengenai barang yang tak tertentu, (artinya perjanjian, diwajibkan memberikan hipotik,
barang yang sudah disetujui atau dipilih) dapat dipaksa untuk itu dengan putusan
dapat dikatakan bahwa para ahli hukum dan hakim yang mempunyai kekuatan yang
yurisprudensi sependapat bahwa eksekusi sama, seolah-olah ia telah memberikan
riil itu dapat dilakukan, misalnya jual beli persetujuannya untuk hipotik itu, dan yang
suatu barang bergerak yang tertentu. Jika dengan terang akan menunjuk benda-benda
mengenai barang yang tak tertentu, eksekusi atas mana akan dilakukan pembukuan.
riil tidak mungkin dilakukan. Dikatakan, bahwa oleh karena untuk hipotik
tetapi bercidera janji, sedangkan dalam hal
Mengenai barang tak bergerak ada 2 (dua) seseorang yang wajib menyerahkan hak
pendapat. Yurisprudensi pada waktu sekarang milik atas suatu benda tak begerak tidak ada
dapat dikatakan masih menganut pendirian aturannya, bahwa untuk yang terakhir ini
bahwa eksekusi riil tidak mungkin dilakukan. tiada suatu emungkinan untuk melaksanakan
Pendirian itu didasarkan pada 2 (dua) alasan. suatu eksekusi riil16.
Pertama: Untuk menyerahkan hak milik atas Seperti sudah dikatakan, ada juga sarjana-
suatu benda tak bergerak, diperlukan suatu sarjana yang berpendapat lain, yaitu
akta transport yang merupakan suatu akta menganggap bahwa dalam hal perjanjian
bilateral, yang harus diselenggarakan oleh untuk menyerahkan suatu benda tidak
dua pihak dan karena itu tidak mungkin bergerak itu dapat dilakukan eksekusi riil
diganti dengan suatu vonis atau putusan terhadap pihak yang tidak menepati janjinya
hakim. Penyerahan hak atau peralihan hak untuk menyerahkan benda tersebut. Mereka
tidak hanya berdasar perjanjian para pihak ini menganut pendirian, bahwa bila oleh
saja tetapi juga karena putusan pengadilan undang-undang tidak ditetapkan sebaliknya,
yang telah mempunyai hukum tetap untuk maka suatu hak yang diperoleh dari sesuatu
dijalankan. Hal ini terdapat dalam Peraturan perjanjian pada asasnya dapat direalisasikan,
Pemerintah No.24 Tahun 1997 Tentang asal tidak bertentangan dengan sifat perjanjian.
Pendaftaran Tanah pasal 55 ayat (1):
Untuk melaksanakan suatu perjanjian, lebih
Panitera Pengadilan wajib memberitahukan dahulu harus ditetapkan secara tugas dan
kepada Kepala Kantor Pertanahan mengenai cermat apa saja isi perjanjian tersebut,
isi semua putusan Pengadilan yang telah atau dengan kata lain, apa saja hak dan
memperoleh kekuatan hukum tetap kewajiban masing-masing pihak. Bisasanya
dan penetapan Ketua Pengadilan yang orang mengadakan suatu perjanjian dengan
mengakibatkan terjadinya perubahan pada tidak mengatur atau menetapkan secara
24 data mengenai bidang tanah yang sudah teliti hak dan kewajiban mereka. Mereka
didaftar atau satuan rumah susun untuk itu hanya menetapkan hal-hal yang pokok
dicatat pada buku tanah yang bersangkutan dan penting saja. Dalam jual beli misalnya,
dan sedapat mungkin pada sertipikatnya dan hanya ditetapkan tentang barang mana yang
daftar-daftar lainnya. dibeli, jenis, jumlah dan harganya. Tidak
Kedua: Alasan a contrario, yaitu dalam ditetapkan tentang tempat penyerahan
pasal 1171 ayat (3) KUHPerdata, ditetapkan
(mengenai hipotik), bahwa barang siapa 16 ………………, 1992, Pokok-Pokok Hukum Perdata, PT Intermasa,
yang berdasarkan undang-undang atau Jakarta
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
barang, biaya pengantaran, tempat dan diam dimasukkan dalam perjanjian, meskipun
waktu pembayaran, bagaimana kalau barang tidak dengan tegas dinyatakan. Oleh karena
musnah di perjalanan dan lain sebagainya. dianggap sebagai diperjanjikan atau sebagai
bagian dari perjanjian sendiri, maka hal yang
Menurut pasal 1339 KUHPerdata, “suatu menurut kebiasaan selalu diperjanjikan itu
perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal- dapat menyingkirkan suatu pasal undang-
hal yang dengan tegas dinyatakan dalam undang yang merupakan hukum pelengkap.
perjanjian, tetapi juga untuk segala sesuatu Dalam hubungan ini, terkenal lagi suatu
yang menurut sifat perjanjian diharuskan perkara (terjadi di Negeri Belanda) mengenai
(diwajibkan) oleh kepatutan, kebiasaan dan jual beli sapi. Persoalannya, mengenai risiko
undang-undang”. Dengan demikian, setiap atas seekor sapi yang telah dijual, tetapi belum
perjanjian diperlengkapi dengan aturan- diserahkan kepada pembelinya. Sebagaimana
aturan yang terdapat dalam undang-undang, kita ketahui dalam suatu perjanjian jual beli,
dalam adat kebiasaan (di suatu tempat dan resiko atas barang yang sudah dibeli tetapi
di suatu kalangan tertentu), sedangkan belum diserahkan itu, bila mengenai suatu
kewajiban-kewajiban yang diharuskan oleh barang tertentu, dipikulkan atas pundak pihak
kepatutan (norma-norma kepatutan) harus pembeli. Artinya: kalau barang itu musnah
juga diindahkan. diluar kesalahan seseorang, maka pembeli
harus tetap membayar harganya, meskipun
Kita melihat dalam pasal 1339 tersebut, ia belum menerima barangnya. Dalam
bahwa adat kebiasaan telah ditunjuk sebagai perkara yang bersangkutan ini, sapi yang telah
sumber norma di samping undang-undang dijual dan belum diserahkan itu mati. Ketika
ikut menentukan hak-hak dan kewajiban- pembeli ditagih tentang pembayarannya,
kewajiban kedua belah pihak dalam suatu ia mengemukakan bahwa dikalangan para
perjanjian. Suatu persoalan disini, bila pedagang sapi sudah lazim dalam jual beli
terdapat suatu adat kebiasaan yang berlainan sapi bahwa selama sapi masih ditangan si
atau menyimpang dari undang-undang, penjual, resiko atas sapi itu masih dipikul oleh
apakah peraturan perundang-undangan si penjual. Benar dalam jual beli sapi yang
masih berlaku ataukah ia sudah disingkirkan bersangkutan ini hal itu tidak secara tegas
oleh adat istiadat tersebut? Jawabannya dinyatakan, tetapi harus dianggap secara
adalah bahwa suatu pasal (peraturan) diam-diam dimasukkan dalam perjanjian.
undang-undang, meskipun sudah ada suatu Setelah pihak pembeli berhasil membuktikan
adat kebiasaan yang menyimpang, masih tentang adanya janji yang lazim dipakai itu, ia
tetap berlaku dan barang siapa pada suatu dibenarkan oleh hakim.
hari menunjuk pada peraturan perundang-
undangan tersebut, harus dibenarkan dan Apabila sesuatu hal tidak diatur dalam 25
tidak boleh dipersalahkan. undang-undang dan belum juga ada dalam
kebiasaan, karena mungkin belum atau tidak
Lain halnya, dengan apa yang lazim begitu banyak dihadapi dalam praktek, maka
dinamakan standard clausula. Ini oleh Pasal haruslah diciptakan suatu penyelesaian
1347 KUHPerdata dimasukkan dalam hal- dengan berpedoman pada kepatutan.
hal yang selalu diperjanjikan. Menurut pasal
tersebut, hal-hal yang selalu diperjanjikan Sebagai kesimpulan dari apa yang dibicarakan
menurut kebiasaan dianggap secara diam- diatas, dapat ditetapkan bahwa ada 3 (tiga)
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
sumber norma yang ikut mengisi suatu 2. Asas Kepastian Hukum (Pacta Sunt
perjanjian, yaitu: Undang-undang, kebiasaan Servanda)
dan kepatutan. Jika terjadi sengketa dalam pelaksanaan
perjanjian, misalnya salah satu pihak ingkar
Menurut Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata, janji (wanprestasi), maka hakim dengan
semua perjanjian itu harus dilaksanakan keputusannya dapat memaksa agar pihak
dengan itikad baik (dalam bahasa Belanda yang melanggar itu melaksanakan hak
disebut tegoeder trouw ; dalam bahasa dan kewajibannya sesuai perjanjian –
Inggris disebut in good faith, dalam bahasa bahkan hakim dapat memerintahkan pihak
Perancis disebut de bonne foi). Norma yang yang lain membayar ganti rugi. Putusan
dituliskan di atas ini merupakan salah satu pengadilan itu merupakan jaminan bahwa
sendi yang terpenting dari Hukum Perjanjian. hak dan kewajiban para pihak dalam
perjanjian memiliki kepastian hukum –
3.5. Asas-asas perjanjian secara pasti memiliki perlindungan hukum.
Asas-asas perjanjian diatur dalam
KUHPerdata, yang sedikitnya terdapat 5 3. Asas Konsensualisme (concensualism)
asas yang perlu mendapat perhatian dalam Asas konsensualisme berarti kesepakatan
membuat perjanjian: asas kebebasan (consensus), yaitu pada dasarnya
berkontrak (freedom of contract), asas perjanjian sudah lahir sejak detik
konsensualisme (concsensualism), asas tercapainya kata sepakat. Perjanjian telah
kepastian hukum (pacta sunt servanda), asas mengikat begitu kata sepakat dinyatakan
itikad baik (good faith) dan asas kepribadian dan diucapkan, sehingga sebenarnya
(personality). tidak perlu lagi formalitas tertentu.
1. Asas Kebebasan Berkontrak (freedom of Pengecualian terhadap prinsip ini adalah
contract) dalam hal undang-undang memberikan
Setiap orang dapat secara bebas syarat formalitas tertentu terhadap suatu
membuat perjanjian selama memenuhi perjanjian, misalkan syarat harus tertulis
syarat sahnya perjanjian dan tidak – contoh, jual beli tanah merupakan
melanggar hukum, kesusilaan, serta kesepakatan yang harus dibuat secara
ketertiban umum. Menurut Pasal 1338 tertulis dengan akta otentik Notaris.
ayat (1) KUH Perdata, “Semua perjanjian
yang dibuat secara sah berlaku sebagai 4. Asas Itikad Baik (good faith/tegoeder
undang-undang bagi mereka yang trouw)
membuatnya.” “Semua perjanjian…” Itikad baik berarti keadaan batin para
berarti perjanjian apapun, diantara pihak dalam membuat dan melaksanakan
26 siapapun. Tapi kebebasan itu tetap perjanjian harus jujur, terbuka, dan
ada batasnya, yaitu selama kebebasan saling percaya. Keadaan batin para pihak
itu tetap berada di dalam batas-batas itu tidak boleh dicemari oleh maksud-
persyaratannya, serta tidak melanggar maksud untuk melakukan tipu daya atau
hukum (undang-undang), kesusilaan menutup-nutupi keadaan sebenarnya.
(pornografi, pornoaksi) dan ketertiban 5. Asas Kepribadian (personality)
umum (misalnya perjanjian membuat Asas kepribadian berarti isi perjanjian
provokasi kerusuhan). hanya mengikat para pihak secara
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
personal – tidak mengikat pihak- berlaku pada semua perjanjian, namun
pihak lain yang tidak memberikan batalnya perjanjian itu tidak dapat terjadi
kesepakatannya. Seseorang hanya dapat begitu saja, melainkan harus dimintakan
mewakili dirinya sendiri dan tidak dapat pembatalannya kepada pengadilan. Pihak
mewakili orang lain dalam membuat yang menuduh pihak lainnya wanprestasi,
perjanjian. Perjanjian yang dibuat oleh harus mengajukan pembatalan itu kepada
para pihak hanya berlaku bagi mereka pengadilan. Tanpa adanya putusan
yang membuatnya. pengadilan yang menyatakan bahwa salah
satu pihak telah wanprestasi dan karenanya
3.6. “Syarat Batal” Perjanjian perjanjian dibatalkan, maka bisa dikatakan
Dalam banyak praktek membuat surat tidak ada perjanjian yang batal.
perjanjian sering dimajukan klausul
sebagai berikut: jika salah satu pihak tidak Dalam banyak perjanjian pula pasal
melaksanakan kewajibannya, maka pihak 1266 KUHPerdata tersebut seringkali
yang lain dapat membatalkan perjanjian. dikesampingkan. Dalam praktek, banyak
Sebenarnya klausul semacam ini tidak perlu perjanjian memasukan klausul sebagai
dimasukan kedalam perjanjian, karena berikut: perjanjian ini mengesampingkan
hukum perdata telah menerapkan prinsip berlakunya pasal 1266 dan 1267 KUHPerdata.
umum dalam perjanjian berupa syarat Maksud dari klausul tersebut adalah agar
batal. Suatu syarat batal dianggap selalu para pihak dapat membatalkan perjanjiannya
dicantumkan dalam perjanjian (semua secara sepihak tanpa perlu mengajukan
perjanjian) apabila salah satu pihak tidak pembatalan melalui pengadilan. Karena pasal
melaksanakan kewajibannya. 1266 KUHPerdata berlaku secara mutlak,
maka percuma saja memasukan klausul
Pasal 1266 KUHPerdata: tersebut karena ujung-ujungnya pembatalan
“Syarat batal dianggap selalu dicantumkan itu harus ditempuh juga lewat pengadilan.
dalam persetujuan yang timbal balik, andai
kata salah satu pihak tidak memenuhi 3.7. Dading
kewajibannya. Dading atau perdamaian diatur dalam pasal
1851 – 1864 KUHPerdata.
Syarat batal merupakan suatu batasan, dimana
jika salah satu pihak tidak melaksanakan Perdamaian dirumuskan dalam pasal 1851
kewajibannya dalam perjanjian (wanprestasi), sebagai suatu persetujuan dengan mana
maka pihak yang lain dalam perjanjian itu kedua belah pihak, dengan menyerahkan,
dapat membatalkan perjanjian secara sepihak menjanjikan atau menahan suatu barang,
(tanpa persetujuan pihak yang wanprestasi). mengakhiri suatu perkara yang sedang 27
Klausul semacam ini dianggap selalu ada bergantung ataupun mencegah timbulnya
dalam setiap perjanjian, sehingga meskipun suatu perkara.
suatu perjanjian tidak menentukannya dalam
bunyi pasal-pasalnya, prinsip ini tetap berlaku. Berdasarkan hal tersebut, perjanjian
perdamaian yang dihasilkan dari suatu proses
Tentu saja keberlakuan prinsip ini tidak serta penyelesaian sengketa harus dituangkan
merta. Meskipun syarat batal dianggap selalu dalam bentuk tertulis, hal tersebut bertujuan
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
untuk mencegah munculnya kembali atau dengan mediator maupun fasilitator
sengketa yang sama di kemudian hari. hakim atau yang sering disebut dengan
Untuk memenuhi hal tersebut di atas maka Acte Van Vergelijk.
proses perdamaian di luar pengadilan dapat b) Akta perdamaian tanpa persetujuan
dilaksanakan dengan membuat suatu akta hakim yang dilakukan dengan Alternatif
yaitu akta perdamaian. Akta perdamaian ini Penyelesaian Sengketa ( APS ) atau yang
dapat berupa akta di bawah tangan maupun biasa disebut juga Alternative Dispute
akta otentik yang dibuat oleh seorang notaris. Resolution ( ADR ) dapat menggunakan Acta
Van Dading maupun akta di bawah tangan.
Pada dasarnya siapa saja dapat menjadi
subyek dari perjanjian perdamaian Mengenai kekuatan hukum perjanjian
sebagaimana diatur dalam Pasal 1852 perdamaian, pasal 1858 ayat 1 KUHPerdata
KUHPerdata yang berbunyi : menyebutkan segala perdamaian
“Untuk mengadakan suatu perdamaian mempunyai diantara para pihak suatu
diperlukan bahwa seorang mempunyai kekuatan seperti putusan hakim dalam
kekuasaan untuk melepaskan haknya atas tingkat yang penghabisan. Adapun Putusan
hal-hal yang termaktub dalam perdamaian Mahkamah Agung Republik Indonesia
itu. Wali-wali dan pengampu-pengampu tanggal 9 januari 1974 menurunkan abstraksi
tidak dapat mengadakan suatu perdamaian hukum, “berdasarkan pasal 1858 BW
selain jika mereka bertindak menurut suatu perdamaian/dading di muka sidang
ketentuan dari bab kelima belas dan ketujuh Pengadilan Negeri mempunyai kekuatan
belas dari buku kesatu Kitab Undang-Undang yang sama dengan putusan Pengadilan dalam
ini. Kepala-kepala daerah yang bertindak tingkat akhir dan tidak dapat dibatalkan
sebagai demikian, begitu pula lembaga- dengan alasan adanya kerugian”18.
lembaga umum tidak dapat
Dalam perdamaian perlu juga diperhatikan asas
mengadakan suatu perdamaian dengan Judicata Habitur yaitu asas yang menyatakan
mengindahkan acara-acara yang ditetapkan bahwa tidak boleh terjadi dua kali pemutusan
dalam perundang-undangan yang mengenai terhadap suatu kasus yang sama antara kedua
mereka. belah pihak yang sama pula.
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
hutang yang dibuat oleh Notaris mempunyai 4. KERANGKA PEMIKIRAN
kekuatan eksekusi, maka salinan pertama ini Penelitian ini dilandasi pada fakta sengketa
harus ada kepala/ irah-irah yang berbunyi dan konflik pertanahan yang terus meningkat
”Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang baik di tingkat pengaduan atau pelaporan
Maha Esa”. Salinan lainnya yang diberikan dari masyarakat sampai kepada sengketa
kepada debitur tidak memakai kepala/ irah- dan konflik pertanahan yang ditangani
irah Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan melalui lembaga peradilan, baik Pengadilan
Yang Maha Esa. Asli dari akta (minit) disimpan Negeri, Pengadilan Tinggi, PTUN maupun
oleh Notaris dalam arsip dan tidak memakai Mahkamah Agung. Meningkatnya sengketa
kepala/ irah-irah. dan konflik pertanahan tersebut antara lain
disebabkan faktor internal yang bersumber
Pasal 224 HIR adalah sebagai berikut: dari pelayanan pertanahan termasuk
“Surat asli dari pada surat hipotik dan surat administrasi pertanahan dan faktor eksternal
utang, yang dibuat di hadapan notaris di yang bersumber dari masyarakat dan instansi
Indonesia dan yang memakai perkataan: terkait seperti Desa/Kelurahan, Camat, PPAT,
“atas nama keadilan” di kepalanya, KP-PBB dsb.
kekuatannya sama dengan surat putusan
hakim. Dalam hal menjalankan surat yang Sengketa dan konflik yang melalui jalur
demikian, jika tidak dipenuhi dengan jalan Pengadilan/litigasi tentunya menempuh
damai, maka dapat diperlakukan peraturan proses yang cukup panjang karena dalam
pada bagian ini, akan tetapi dengan sistem hukum di Indonesia, satu kasus yang
pengertian, bahwa paksa badan hanya boleh sudah menang di tingkat peradilan umum
dilakukan sesudah diizinkan oleh putusan dapat kemudian digugat di Peradilan Tata
Hakim. Jika hal menjalankan putusan itu Usaha Negara, yang akhir nya menunggu
harus dijalankan sama sekali atau sebagian di penetapan terakhir yaitu Peninjauan kembali
luar daerah hukum pengadilan negeri, yang yang merupakan upaya hukum terakhir.
ketuanya memerintahkan menjalankan itu, Kondisi ini tidak hanya menghabiskan
maka peraturan-peraturan pada pasal 195 waktu tetapi juga uang dan tenaga
ayat kedua dan yang berikutnya dituruti.” sehingga penggunaan jalur non litigasi
dalam penyelesaian sengketa dan konflik
Dalam hal ini, agaknya cukup jelas bahwa pertanahan sangat tepat untuk dilakukan.
grosse akta, apabila tidak dipenuhi secara Ada banyak keuntungan yang diperoleh
baik-baik oleh debitur, dapat langsung para pihak dari proses penyelesaian melalui
dieksekusi oleh kreditur, dengan meminta mediasi antara lain adalah proses lebih
fiat (perintah) eksekusi dari Ketua sederhana dibandingkan di pengadilan,
Pengadilan Negeri. Artinya, jawaban atas hemat biaya dan upaya penyelesaian secara 29
kedua pertanyaan tersebut di atas juga tidak win-win solution.
begitu sulit dijawab, yaitu bahwa grosse akta
dapat langsung dieksekusi sebagaimana Secara umum kerangka pemikiran penelitian
layaknya putusan hakim, serta mekanisme ini disajikan pada Gambar 2.1. Kerangka
eksekusinya mengikuti eksekusi putusan Pikir Penelitian
hakim sebagaimana tersebut dalam HIR,
yaitu dengan peringatan kepada debitur,
penyitaan, dan penjualan.
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
Ps. 33 (3) UUD 1945
Tanah untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat
PENGELOLA PERTANAHAN
Subyek Subyek
Inkracht
KASUS PERTANAHAN
Perkara di
Pengadilan Sengketa/Konflik
TUN/Perdata
Mediasi
l Banding
l Kasasi Adanya Perdamaian
diantara para pihak
Pelaksanaan kesepakatan
yang telah di tandatangain
para pihak dalam berita acara
kesepakatan
30
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
Penguatan peran mediator
melalui pemberian fungsi dan
wewenang yang lebih optimal
31
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
32
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
BAB III
METODE PENELITIAN
3
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
33
BAB III
METODE PENELITIAN
1. TIPE PENELITIAN
Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan
ilmiah, yang didasarkan pada metode,
sistematika dan pemikiran tertentu, yang
bertujuan untuk mempelajari satu atau
beberapa gejala hukum tertentu, dengan
jalan menganalisanya1. Penelitian hukum
Penelitian ini merupakan yang dilakukan yang dilakukan dengan cara
meneliti bahan pustaka atau data sekunder
penelitian hukum normatif belaka, dapat dinamakan penelitian hukum
empiris yaitu penelitian normatif atau atau penelitian hukum
kepustakaan (disamping adanya penelitian
yang didasarkan pada hukum sosiologis atau empiris yang terutama
penelitian lapangan untuk meneliti data primer)2.
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
4. JENIS DATA 5. ANALISA DATA
1. Data yang digunakan adalah data sekunder Penelitian ini menggunakan metode analisis
dan data primer. Data sekunder berupa: deskriptif kualitatif dengan langkah-langkah
(1) daftar konflik yang terjadi di wilayah sebagai berikut ;
provinsi, (2) daftar pelaksanaan mediasi di 1. Melakukan observasi ke masing-masing
wilayah provinsi dan kota/kabupaten (3) kantor pertanahan yang menjadi lokasi
peraturan perundangan atau kebijakan sampel;
yang telah dikeluarkan untuk penanganan 2. Mendeskripsikan semua temuan dalam
sengketa di wilayah provinsi dan kota/ kegiatan observasi (data primer dan
kabupaten,(4) data pelaksanaan tindak sekunder);
lanjut penanganan oleh Kantor Wilayah 3. Melakukan penajaman terhadap hasil
BPN Provinsi dan Kantor Pertanahan deskripsi temuan dengan cara melalui
Kabupaten. Data sekunder diperoleh diskusi dengan para pihak yang terkait;
dari Kantor Wilayah BPN Provinsi, Kantor 4. Membuat profil kasus pertanahan,
Pertanahan Kota/Kabupaten, Pemerintah mediator dan wewenangnya serta
Daerah, dan LSM setempat. menyusun tahapan pelaksanaan mediasi
dari awal sampai terjadi kesepakatan dan
2. Data primer dilakukan dengan cara tindak lanjutnya serta peningkatan peran
memperoleh informasi melalui Focus mediator agar lebih efektif.
Group Discussion (FGD) dan melalui
kuesioner yang diisi oleh Kepala Kantor
Wilayah BPN Provinsi, Kabid dan Kasi serta
Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/
Kota, Kasi dan Kasubsi.
35
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
36
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
BAB IV
GAMBARAN UMUM
WILAYAH PENELITIAN
4
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
37
BAB IV
GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
1. PROVINSI MALUKU 1.1. Karakteristik Wilayah
Secara geografis, Provinsi Maluku berbatasan Pemerintah Provinsi Maluku telah
dengan Provinsi Maluku Utara di bagian menetapkan Peraturan Daerah Provinsi
Utara, Provinsi Papua Barat di bagian Timur, Maluku Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Negara Timor Leste dan Negara Australia Penetapan Kembali Negeri Sebagai Kesatuan
di bagian Selatan, serta Provinsi Sulawesi Masyarakat Hukum Adat Dalam Wilayah
Tenggara dan Sulawesi Tengah di bagian Barat. Pemerintahan Provinsi Maluku. Perda
Sebagai daerah kepulauan, Provinsi Maluku tersebut menyatakan bahwa salah satu syarat
memiliki luas wilayah 712.480 Km2, terdiri agar seseorang bisa mengklaim hak-hak adat
dari sekitar 92,4% lautan dan 7,6% daratan adalah memiliki hubungan historis dengan
dengan jumlah pulau yang mencapai 1.412 wilayah. Masyarakat yang tidak memenuhi
buah pulau dan panjang garis pantai 10.662 syarat tersebut masuk ke dalam desa
Km. Sejak tahun 2008, Provinsi Maluku terdiri administratif.
atas 9 kabupaten dan 2 kota.
TABEL 4.1. KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI MALUKU
NO. KABUPATEN/KOTA IBU KOTA JLH KEC JLH DESA JLH KEL
Berdasarkan identifikasi citra satelit LAPAN, Hal ini mengingat bahwa penyelenggaraan
jumlah keseluruhan pulau-pulau di Provinsi Pemerintahan di Kota Ambon mempunyai
Maluku adalah 1.412 buah pulau. Luas pulau- karakteristik tersendiri dimana sebagian besar 39
pulau di provinsi ini, bervariasi antara ≤ 761 wilayah Kota Ambon terdiri atas Negeri dengan
km2 sampai 18.625 km2. Pulau dengan luas adat-istiadat yang hidup, diakui, dihormati,
kurang dari 1 juta ha dikategorikan sebagai dipertahankan, dipatuhi dan dilaksanakan oleh
pulau kecil, dengan kategori pulau seperti itu, masyarakat adat, serta adanya bagian wilayah
maka hanya pulau Seram yang memiliki luas Negeri-Negeri yang telah dibentuk menjadi
diatas 1 86 juta ha dan tidak termasuk pulau Desa dan Kelurahan berdasarkan Peraturan
kecil sedangkan sisanya sebanyak 1.411 buah Perundang-undangan yang berlaku. Hal ini
pulau termasuk kategori pulau-pulau kecil. merupakan aspirasi masyarakat pada Negeri
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
di Kota Ambon menghendaki agar sistem Saniri Rajapatti, dan Saniri Negeri
penyelenggaraan pemerintahan dikembalikan Lengkap sebagai unsur penyelenggara
menurut adat istiadat dan hukum adat yang Pemerintahan Negeri;
berlaku di Kota Ambon. 9. Saniri Rajapati atau Dewan Negeri adalah
penyelenggara Pemerintahan Negeri;
Oleh karenanya pada tahun 2008 telah 10. Raja adalah Gelar Kepala Pemerintahan
diterbitkan Perda Nomor - 3 Tahun 2008 Negeri yang merupakan unsur
Tentang Negeri Di Kota Ambon. 11. Penyelenggaraan kesatuan masyarakat
Dalam Perda ini diatur ketentuan mengenai : hukum adat, berfungsi mengurus hukum
1. Kecamatan adalah daerah kerja Camat adat dan adat istiadat serta tugas-
sebagai perangkat Pemerintah Kota tugas pemerintahan sesuai ketentuan
Ambon; perundang-undangan yang berlaku;
2. Negeri adalah Kesatuan Masyarakat 12. Sekretaris Negeri adalah perangkat Saniri
Hukum Adat yang memiliki batas-batas Rajapatti yang melaksanakan tugastugas
wilayah, yang berwenang untuk mengatur administrasi Pemerintahan Negeri;
dan mengurus kepentingan masyarakat 13. Kewang adalah polisi hutan sebagai
setempat berdasarkan asal usul, adat perangkat Saniri Rajapatti yang
istiadat dan hukum adat setempat, diakui melaksanakan tugas pengawasan
dan dihormati dalam sistem Pemerintahan kekayaan sumber daya alam Negeri dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia; petuanan Negeri;
3. Peraturan Negeri adalah peraturan 14. Saniri Negeri Lengkap adalah Badan
perundang-undangan yang dibuat oleh legislatif Negeri yang terdiri dari wakil-
Saniri Negeri Lengkap bersama Raja; wakil Soa, Kepala Adat, Tua-Tua Negeri,
4. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum Kepala Tukang, Kewang, serta unsur-
yang memiliki batas-batas wilayah unsur lain yang bertugas membantu
yang berada dalam wilayah petuanan Kepala Pemerintahan Negeri membentuk
Negeri yang diakui, berwenang untuk Peraturan Negeri serta melakukan fungsi
mengatur dan mengurus kepentingan pengawasan;
masyarakat setempat berdasarkan 15. Saniri Besar adalah rapat terbuka
perundangundangan yang berlaku; bersama Saniri Rajapatti dan Saniri Negeri
5. Petuanan adalah daerah yang meliputi Lengkap dengan seluruh anak Negeri yang
daratan dan lautan, yang berdasarkan sudah dewasa untuk mendengar laporan
hukum adat Ambon berada di bawah keterangan mengenai penyelenggaraan
penguasaan Negeri pemerintahan, pembangunan dan
6. Pemerintahan Negeri adalah Penyeleng- pelayanan kemasyarakatan serta
40 garaan urusan Pemerintahan oleh penyampaian rencana pembangunan
7. Pemerintah Negeri dan Saniri Negeri Negeri oleh Rajapatti.
Lengkap dalam mengatur dan mengurus 16. Soa adalah suatu persekutuan teritorial
kepentingan masyarakat setempat sesuai geneologis yang ada di Negeri, terdiri atas
ketentuan Perundangan-undangan yang beberapa Matarumah;
berlaku diakui dan dihormati dalam sistem 17. Soa Parenta adalah Matarumah yang
Pemerintahan Negara Kesatuan Republik berdasarkan hukum adat dan adat
Indonesia; istiadat setempat untuk memimpin
8. Pemerintah Negeri adalah Raja, penyelenggaraan pemerintahan di Negeri;
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
18. Kepala Soa adalah Kepala Persekutuan 3. urusan pemerintahan yang menjadi
Territorial Genealogis yang bertugas kewenangan daerah yang diserahkan
membantu Raja dalam pelaksanaan pengaturannya kepada Negeri;
Pemerintahan Negeri, mewakili Soa; 4. tugas Pembantuan dari Pemerintah,
19. Marinyo adalah perangkat Saniri Rajapatti Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kota;
yang diserahi tugas menyampaikan 5. urusan pemerintahan lainnya yang
berita yang berkaitan dengan tugas-tugas oleh Peraturan Perundang-Undangan
Pemerintahan maupun adat istiadat Negeri; diserahkan pengaturannya kepada Negeri.
20. Kampong adalah suatu persekutuan
masyarakat yang mendiami wilayah Struktur Pemerintahan Negeri terdiri atas :
tertentu dalam petuanan Negeri; 1. saniri Rajapatti;
21. Kepala Kampong adalah kepala 2. saniri Negeri Lengkap.
persekutuan masyarakat yang membantu
Raja dalam melaksanakan tugas-tugas Saniri Rajapatti terdiri atas :
Pemerintahan pada suatu wilayah tertentu 1. raja;
dalam petuanan Negeri; 2. para Kepala Soa;
22. Latupati adalah lembaga musyawarah para 3. perangkat Negeri.
Raja untuk membicarakan kepentingan
bersama antar Negeri; Saniri Negeri Lengkap terdiri atas :
23. Kewenangan Negeri adalah Hak 1. raja sebagai Ketua;
dan kekuasaan Pemerintah Negeri 2. wakil dari Soa sebagai anggota;
untuk mengambil kebijakan dalam 3. kepala adat sebagai anggota;
penyelenggaraan Pemerintahan Negeri. 4. tua-tua Negeri sebagai anggota;
5. kepala Tukang sebagai anggota;
Negeri sebagai kesatuan masyarakat hukum 6. kewang sebagai anggota.
adat selain memiliki ciri-ciri petuanan dengan
batas-batasnya, juga dicirikan antara lain Soa terdiri atas satu atau beberapa Matarumah
dengan adanya : yang terdapat di Negeri.
1. nama Teon Negeri; Soa dipimpin oleh seorang Kepala Soa.
2. baileo; Raja diutamakan berasal dari anak Negeri
3. batu Pamali; atau anak adat dari Matarumah dalam Soa
4. matarumah asal/asli; Parenta. Apabila ketentuan dimaksud tidak
5. soa; dapat dipenuhi maka dapat diusulkan anak
6. upacara Adat Negeri; Negeri dari Soa lain. Pengusulan sebagaimana
7. unsur adat istiadat yang diakui masyarakat di maksud dilakukan dalam musyawarah Soa
adat setempat yang selanjutnya diatur oleh Parenta. 41
Peraturan Negeri. Persetujuan Soa Parenta diwujudkan dalam
bentuk mandat tertulis yang ditandatangani
Urusan Pemerintahan yang menjadi oleh Kepala Soa Parenta.
kewenangan Negeri mencakup:
1. kewenangan atas petuanan Negeri; Masa jabatan Raja adalah 6 (enam) tahun dan
2. urusan pemerintahan yang sudah ada dapat dipilih kembali. Pengisian jabatan Raja
berdasarkan hak asal usul dan hukum adat dapat dilakukan melalui pemilihan dan/atau
Negeri; pengangkatan. Tata cara pemilihan dan/atau
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
pengangkatan, pelantikan, dan pemberhentian Uku
Raja diatur dengan Peraturan Daerah. Karena pertambahan isi rumatau dengan
lahirnya manusia-manusia baru di dalam
Pembentukan keluarga di daerah Maluku rumatau tersebut, maka lama kelamaan rumah
berdasarkan pengelompokan baik karena besar yang didiami bersama itu ruangannya
faktor genealogis, maupun teritorial atau tidak mencukupi lagi. Ruangan-ruangan seperti
gabungan dari keduanya. Yang tertua adalah menjadi sempit. Dengan semakin padatnya
keturunan atau hubungan darah(genealogis), isi rumah, maka timbullah berbagai masalah
dan ini dapat dibagi lagi kepada matrilineal intern anggota-anggota rumatau itu. Karena itu
(garis ibu) dan pattrillineal (bapak). Susunan timbullah keinginan dari sementara penghuni-
masyarakat mulai dari keluarga sebagai unit penghuni untuk keluar memisahkan diri dari
terkecil. Urutan selanjutnya adalah rumatau, rumah besar itu dan membangun tempat
uku atau soa, aman atau negeri. tinggal sendiri di luar rumah bersama itu dan
tentu saja setlah mendapat persetujuan dari
Rumatau upunya. Pada perkembangan yang pertama
Kesatuan kelompok genealogis yang lebih segala urusan diatur oleh upu dari rumatau tua,
besar sesudah keluarga adalah rumatau atau tetapi lama kelamaan dengan bertambahnya
lumatau. Kata pokoknya adalah “ruma” atau keturunan dari rumatau yang memencar dan
“rumah”. Sebutan untuk kata ruma ini berbeda semakin banyak pula rumah tangga baru serta
di beberapa tempat, sesuai dengan dialek banyaknya masalah yang timbul sehingga
setempat. Menurut dialek Saparua disebut “upu” dari rumatau tua tidak mampu lagi
lumal, dialek Nusalaut rumal, dialek Haruku mengurus semuanya itu secara terpusat.
ruma,dialek Hila dan Asilulu luma. Kalau tau Oleh karena itu, timbullah pemikiran agar
bias diartikan “isi”, maka rumatau berarti rumahtangga-rumah tangga yang memencar
rumah yang didiami bersama-sama oleh orang- itu, sendiri-sendiri atau bergabung beberapa
orang yang seketurunan dan keanggotaannya rumah tangga membentuk rumatau baru yang
tersusun menurut garis bapak. Nama lain yang terlepas dari rumatau tua. Walaupun terjadi
popular di kalangan rakyat untuk rumatau ini pemisahan diri, namun rumatau tua tetap
adalahmata-mata.Mata berarti “asal” atau dianggap sebagai induknya dan rumatau-
induk., jadi mataruma berarti rumah induk rumatau yang baru adalah cabangnya. Dengan
atau rumah asal. Sebuah rumatau biasanya demikian, rumatau-rumatau yang sudah
terdiri atas beberapa keluarga dengan kepala banyak itu menempati wilayah yang lebih luas
keluarganya masing-masing. Dari rumatau- yang disebut uku atau huku dengan seorang
rumatau inilah berkembangnya susunan pemimpin bergelar Tamaela.
masyarakat. Untuk mengatur urusan suatu
42 rumatau, baik dalam hubungan ke dalam Soa
rumatau, maupun terhadap pihak ke luar, Soa adalah suatu persekutuan territorial
maka diangkatlah salah seorang drai anggota genealogis. Di dalam wilayah administrasi
rumatau yang bersangkutan menjadi pimpinan pemerintah,sekarang ini soa merupakan
dengan gelar “Upu”. suatu wilayah yang menjadi bagian dari
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
suatu petuanan atau negeri. Dibawah soa Hena dan Aman
ini bernaung beberapa rumatau. Di dalam Hena adalah suatu kesatuan masyarakat yang
kenyataannya rumatau-rumatau dalam soa-soa berunsurkan territorial. Di Ambon Lease hena
tersebut tidak seketurunan. Mereka berasal aslinya adalah sebuah persekutuan yang lebih
dari keturunan yang berbeda-beda yang secara besar dari uku. Sebuah hena bisa terdiri dari
kebetulan menempati wilayah yang sama. beberapa uku.
Seringkali soa disamakan dengan uku oleh Aman adalah suatu kesatuan dari pembagian-
masyarakat. Akan tetapi pada kenyataannya pembagian yang bersifat territorial serta
ke-2 persekutuan ini berbeda. Jika pada uku memiliki kedudukan yang sama dengan hena.
unsure genealogislah yang paling dominan, Hena atau Aman ini adalah bentuk kuno dari
maka pada soa unsure teritoriallah yang paling kesatuan atau persekutuan yang bersifat
dominan dan yang menyebabkan rumatau- territorial dan sekarang tidak terpakai lagi.
rumatau bergabung bersama. Soa biasanya
dipimpin oleh seorang “Kepala Soa”.
Raja
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
Negeri kita masih bias melihat dasar lautnya. Dalam
Istilah Negeri bukanlah berasal dari bahasa asli perkembangan kemudian sebagian dari
daerah ini atau “bahasa tanah”. Suatu negeri tanah petuanan itu lepas dari kekuasaan dan
adalah persekutuan territorial yang terdiri atas pengaturan langsung dari hak petuanan negeri-
beberapa soa yang pada umumnya berjumlah negeri yang bersangkutan, karena pada tanah-
paling sedikit tiga buah. Sebuah negeri tanah tersebut telah muncul hak-hak yang
dipimpin oleh seorang kepala Negeri yang bersifat perorangan atau hak-hak lainnya yang
disebut Pamerentah dan sehari-hari dipanggil lebih kuat dari hak petuanan itu. Penguasaan
“raja”. atas tanah-tanah adat itu oleh hak petuanan
bukanlah sekedar untuk dikuasai saja, tetapi
Uli juga supaya pemanfaatannya berjalan dengan
Uli adalah suatu persekutuan yang terbentuk tertib, karena tanah, hutan, laut dan segala
atau tersusun atas beberapa hene atau aman. isinya adalah semacam lumbung dan sumber
Uli adalah lembaga masyarakat yang khusus nafkah utama bagi rakyat
terdapat di daerah Ambon Lease.
Terdapat tiga macam golongan tanah di Kota
1.2. Pemilikan/Penguasaan Tanah Ambon :
Tanah-tanah di Kota Ambon terdiri dari tanah 1. Tanah negeri atau tanah hak petuanan,
eigendom verponding yang tercatat dalam yang di miliki atau dikuasai oleh
register 1814 dan tanah adat atau dikenal persekutuan atau negeri ;
sebagai tanah dati. Register dati ( mirip letter 2. Tanah dati parusah, tanah yang dimiliki
C) berupa peta yang dibuat oleh Belanda tahun oleh perorangan, akibat pemberian oleh
1814 dengan menggunakan batas alam dan negeri dan dikelolah secara turun temurun
tertera nama-nama dati seperti dati Tomalahu. oleh setiap kelompok marga.
Tanah adat tunduk kepada dan juga dikuasai 3. Tanah dati pusaka, yang merupakan
oleh hak petuanan (beschikkingsrecht) dari kelanjutan dari tanah dati parusah, dimana
desa atau negeri yang bersangkutan. Namun tanah negeri yang awalnya diberikan
pada umumnya tanah-tanah di daerah Ambon kepada seseorang untuk berusaha
Lease adalah tanah adat yang tunduk kepada atau yang dikenal dengan dati parusah,
dan juga dikuasai oleh hak petuanan dari desa kemudian dalam perkembanganya
atau negeri yangbersangkutan. Tanah-tanah diwariskan kepada ahli warisnya untuk
adat ini dapat disebut juga tanah ulayat dan dipergunakan atau dan/atau di kelolah
digolongkan kepada tanah negara yang tidak serta dimanfaatkan bersama-sama secara
bias bebas. turun temurun, sehingga telah menjadi
milik banyak orang (para warisnya).
44 Hak petuanan dari suatu negeri bagian
daratan tidak hanya mengenai tanahnya saja, 1.3. Profil Kasus Pertanahan
tetapi juga meliputi hutan, sungai dan segala Menurut informasi dari responden Kota
hasilnya. Karena daerah Ambon Lease suatu Ambon, tipologi masalah penguasaan dan
daerah kepulauan, maka wilayah petuanan pemilikan tanah dan masalah batas/letak
juga meliputi perairan sepanjang pantai yang bidang tanah merupakan masalah yang paling
di depannya sampaikebatas air putih di mana dominan ditemukan di kota Ambon. Selain
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
itu juga ditemukan sengketa mengenai batas Kasus pertanahan yang sifatnya perorangan
wilayah adat, tanah adat ini bukti nya sangat lebih mudah dimediasi dibandingkan kasus
lemah kadang hanya berdasarkan cerita. tanah yang melibatkan marga.
Proses mediasi dilakukan dengan tahapan :
Adapun untuk Kabupaten maluku tenggara, 1. Memanggil pihak A tanpa B.
banyak dijumpai kasus tanah marga (tanah 2. Memanggil pihak B tanpa A.
adat), terhadap kasus yang ada telah 3. Setelah itu kedua belah pihak
diusahakan untuk dilakukan mediasi namun dipertemukan.
sulit untuk mempertemukan para pihak. 4. Jika tidak terselesaikan di sarankan untuk
Mediasi di daerah ini dilakukan maksimal 2 kali, ke Pengadilan atau sidang adat.
jika sulit didamaikan maka dikembalikan ke Kabupaten Maluku Tenggara terdiri atas 6
desa untuk diselesaikan melalui lembaga adat kecamatan, yaitu Kei Kecil, Kei Kecil Barat,
desa dimana kepala desa bertindak sebagai Kei Kecil Timur , Kei Besar, Kei Besar Utara
ketua persekutuan hukum adat. Frekwensi Timur, Kei Besar Selatan. Ibukota kabupaten
konflik bertambah ketika terjadi pemekaran, ini terletak di Tual, setelah Kota Tual resmi
tanah yang tadinya tidak ada harganya menjadi menjadi daerah otonom, maka ibukota
mempunyai nilai ekonomis. kabupaten ini dipindahkan ke Langgur.
4. Masalah pelaksanaan - 5% 5% -
putusan pengadilan
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
Di daerah ini juga dikenal “sasi”, yaitu tindakan memasang sasi adat di atas tanah adat seluas
penyegelan, seperti yang terjadi pada 25 hektar. Aksi ini sebagai bentuk protes
pembangunan bandara Tual dimana jalan atas penjualan tanah tersebut oleh sejumlah
menuju bandara di sasi oleh masyarakat adat warga dari marga materbong ke Pemerintah
dari marga renyaan, renmeua, dan materbong Kabupaten Maluku Tenggara. Warga
di Desa Kolser, Maluku Tenggara, Maluku, memasang sasi adat dengan cara menanam
dengan membawa berbagai senjata tajam daun janur sebagai simbol larangan adat
(lanud
vs masy)
3. Masyarakat Adat - 10 49 1
(99 %)
4. Kehutanan 2 - - -
5. ESDM/Pertambangan - - - -
6. BUMN 4 - - -
7. PU/Departemen lainnya - - - -
1. Kanwil 69 6 69 -
2. Kantah Kota - 40 % 50 % -
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
TABEL. 4.5. ASPEK YANG DITELITI DALAM PENELITIAN MENGENAI AKAR
MASALAH
NO WILAYAH PENELITIAN ASPEK YANG DITELITI SELAIN ASPEK YURIDIS
2. Kantah Kota Disamping aspek yuridis, maka aspek sosiologi dan aspek
3. Kantah Kab Mal-teng Ya, aspek sosiologi dan antropologi menjadi pertimbangan
untuk melakukan aktivitas di lahan tersebut. ganti rugi tanah ex partikulir, sedangkan
Mereka berharap penjual tanah adat tersebut masalah pelaksanaan putusan pengadilan
segera mengembalikan uang hasil penjualan tidak ditemukan di Kantor Wilayah, hanya ada
sebesar Rp 5,5 miliar kepada Pemkab Maluku di Kota Ambon dan kab. Maluku Tenggara.
Tenggara. Warga juga minta pemda setempat Tipologi kasus pertanahan ( RDP) sebagaimana
kembali melakukan negosiasi pembelian dalam table 4.3 menunjukkan kasus
melalui tiga marga tersebut. pertanahan antara TNI dengan POLRI tertinggi
di Kantor Wilayah , kedua kasus pertanahan
Dari tabel di depan menunjukkan masalah antara masyarakat dengan swasta dan 47
penguasaan dan pemilikan tanah merupakan BUMN, yang ketiga, kasus pertanahan terkait
masalah yang tertinggi di Provinsi Maluku, kehutanan. Sedangkan kasus pertanahan
yang kedua adalah masalah batas/letak di Kota Ambon yang ada mengenai konflik
bidang tanah, dan ketiga adalah masalah antara Lanud dengan masyarakat, untuk Kab.
prosedur penetapan hak dan pendaftaran Maluku Tenggara, kasus yang ada mengenai
tanah, keempat adalah nasalah tanah ulayat masyarakat adat, dan untuk kab. Maluku
dan masalah pengadaan tanah, kelima adalah tengah, kasus yang ada mengenai masyarakat
masalah tanah obyek landreform dan masalah adat dan masyarakat dengan swasta.
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
Frekwensi kasus pertanahan menunjukkan Mengenai tim khusus penyelesaian sengketa
sengketa lebih banyak dibandingkan konflik, pertanahan hanya dibentuk untuk tingkat
hal ini ditemukan baik di kantor Wilayah, Provinsi.
maupun Kab. Maluku Tengah dan Kab.
Maluku Tenggara. Sedangkan untuk konflik, Eksekusi berita acara tim penyelesaian kasus
frekwensi konflik paling tinggi di Kab. pertanahan menurut informasi responden
Maluku tengah, kedua ditemukan di kantor belum bisa dilaksanakan baik di tingkat Provinsi
Wilayah, dan paling sedikit di kab. Maluku maupun di tingkat kabupaten.
tengah. Upaya penyelesaian melalui litigasi
lebih banyak ditempuh dibandingkan upaya Tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa peta/
penyelesaian dengan mediasi. data sebaran sengketa/konflik hanya ada
di Kota Ambon, itupun belum menyeluruh
Dalam penelitian akar masalah yang disetiap kelurahan hanya kelurahan tertentu
dihadapi, maka aspek yang diteliti pada saja yang ada peta masalah dan karakteristik
umumnya hanya mengenai aspek fisik dan yang menonjol adalah sengketa batas.
yuridis, sedangkan aspek sosiologi dan aspek
antropologi kurang mendapat perhatian.
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
Gambar 4.2. Peta Administrasi Provinsi Lampung
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
TABEL. 4.9. KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI LAMPUNG
NO. KABUPATEN/KOTA IBU KOTA
1 Kabupaten Lampung Barat Liwa
2 Kabupaten Lampung Selatan Kalianda
3 Kabupaten Lampung Tengah Gunung Sugih
4 Kabupaten Lampung Timur Sukadana
5 Kabupaten Lampung Utara Kotabumi
6 Kabupaten Mesuji Wiralaga Mulya
7 Kabupaten Pesawaran Gedong Tataan
8 Kabupaten Pringsewu Pringsewu
9 Kabupaten Tanggamus Kota Agung
10 Kabupaten Tulang Bawang Menggala
11 Kabupaten Tulang Bawang Barat Panaragan Jaya
12 Kabupaten Way Kanan Blambangan Umpu
13 Kabupaten Pesisir Barat Krui
14 Kota Bandar Lampung -
15 Kota Metro -
Sumber: Wikipedia, 2013
termasuk adat Krui, Ranau Komering, melalui Marga Regering Voor de Lampung
sampai Kayu Agung, dan Districten, sehingga di lampung terdapat 83
2. masyarakat adat Pepadun yang marga. sebanyak 78 marga dari 83 marga
berkediaman di daerah pedalaman yang disebutkan diatas merupakan marga
Lampung terdiri dari masyarakat adat mayoritas berpenduduk asli lampung dengan
Abung (Abung Siwo Migo), Pubian (Pubian penentuan batas-batas daerah masing-
Telu Suku), Menggala / Tulang Bawang masing.
(Migo Pak) dan Buai Lima. Setiap marga dipimpin oleh seorang kepala
marga atas dasar pemilihan oleh dan dari
Sistem pemerintahan suku lampung bersifat punyimbang-punyimbang yang bersangkutan.
Geneologis Patrilineal Chat artinya kekuasaan Demikian pula, kepala-kepala kampung
50 diatur berdasarkan garis keturunan patrilineal ditetapkan berdasarkan hasil pemilihan
yaitu anak laki-laki tertua (punyimbang). oleh dan dari para punyimbang. Di seluruh
Apakah sebagai punyimbang marga, keresidenan Lampung, terdapat marga-marga
punyimbang tijuh atau punyimbang suku. teritorial sebagai berikut:
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
TABEL 4.10. PEMBAGIAN MARGA DI PROVINSI LAMPUNG
NAMA KECAMATAN BERBAHASA
NO. BERADAT
MARGA SEKARANG (DIALEK)
1. Melinting Labuhan Maringgai Peminggir Melinting A (api)
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
NAMA KECAMATAN BERBAHASA
NO. BERADAT
MARGA SEKARANG (DIALEK)
31. BuayNyerupa Gunungsugih idem idem
38. Buay Bolan Udik Karta (Tulangbawang Udik) Pepadun (Megou-pak) idem
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
NAMA KECAMATAN BERBAHASA
NO. BERADAT
MARGA SEKARANG (DIALEK)
61. Mesuji Wiralaga Pegagan idem
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
Susunan marga-marga territorial yang sesuatu yang ada padanya kepada pihak
berdasarkan keturunan kerabat tersebut, lain, juga bermurah hati dalam bertutur
pada masa kekuasaan Jepang sampai masa kata serta sopan santun dan ramah tamah
kemerdekaan pada tahun 1952 dihapus dan terhadap tamu mereka.
dijadikan bentuk pemerintahan negeri. Sejak 4. Nengah Nyappur, adalah sebagai tata
tahun 1970, nampak susunan negeri sebagai pergaulan masyarakat Lampung dengan
persiapan persiapan pemerintahan daerah kesediaan membuka diri dalam pergaulan
tingkat III tidak lagi diaktifkan, sehingga sekarang masyarakat umum dan berpengetahuan
kecamatan langsung mengurus pekon-pekon/ luas. Ikut serta dalamberpartisipasi
kampung/desa sebagai bawahannya. terhadap hal yang bersifat baik, yang
dapat membawa kemajuan masyarakat
Prinsip-prinsip dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan perkembangan zaman.
menunjukkan suatu corak keaslian penduduk 5. Bejuluk Beadek
masyarakat Lampung, yang dapat disimpulkan Masyarakat adat Lampung khususnya
dalam 5 (lima) prinsip yaitu: masyarakat adat Tulang Bawang berda
1. Pi’il Pesengiri, diartikan sebagai segala dalam bentuk federasi lembaga adat yang
sesuatu yang menyangkut harga diri, disebut dengan MEGOU PAK, terdiri dari 4
prilaku, dan sikap hidup yang dapat menjaga (empat) Klan besar yaitu ;
dan menegakkan nama baik dan martabat a. Marga Tegamo’an
secara pribadi maupun secara berkelompok b. Marga Buai Bolan
yang senantiasa dipertahankan. Dalam hal- c. Marga Sway Umpu
hal tertentu seseorang (Lampung) dapat d. Marga Aji
mempertaruhkan apa saja (termasuk
nyawanya) demi untuk mempertahankan Marga memiliki pengertian yaitu:
Pi’il Persengirinya tersebut. Selain dari itu 1. Masyarakat adat yang terdiri dari beberapa
dengan Pi’il Pesengirinya seseorang dapat kebudayaan yang telah menyatakan diri
berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu, dalam kesatuan hukum adat tertentu.
kendatipun hal itu merugikan dirinya secara 2. Wilayah hukum adat yang telah dinyata-
materi. kan berada dalam suatu wilayah tertentu.
2. Sakai Sambayan, meliputi beberapa 3. Berdasarkan pengertian huruf (1)
pengertian yang luas termasuk didalamnya Marga terdiri dari klein kebuain dan
gotongroyong,tolong menolong, bahu- kebuaian terbagi dari beberapa pepadun
membahu, dan saling memberi sesuatu (Kepepaduan). Penyimbang dalam
yang diperlukan bagi pihak lain dan hal Kepaduan disebut dengan Penyimbang
tersebut tidak terbatas pada sesuatu yang Pepaduan sedangkan penyimbang dalam
54 sifatnya materi saja, tetapi juga dalam arti kebuayaan disebut Penyimbang asal.
moril termasuk sumbangan pikiran dan Menurut pengertian huruf (2) marga
sebagainya. memiliki wilayah adat yang terbagi
3. Nemui Nyimah, berarti bermurah hati menjadi beberapa Kampung (Tiuh),
dan ramah tamah terhadap semua pihak umbul dan huma.
baik terhadap orang dalam kelompoknya
maupun terhadap siapa saja pihak yang Tentang penggunaan tanah adat dan hasil
berhubungan dengan mereka. Jadi hutan, hokum adat MEGOU PAK pada mulanya
bermurah hati dengan memberikan diatur atas perizinan Kepala Marga dan hanya
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
mengenal hak pakai, hak pakai mengambil di putuskan melalui pepung adat lebih
hasil hutannya saja (tidak memiliki) dahulu.
sedangkan hak penggunaan air dan rawa b. Salah pengertian tentang kewenangan
merupakan hak bersama seluruh masyarakat penyimbang Pepadun terhadap
adat MEGOU PAK. Dan hak kepemilikan harta kepeilikan tanah marga. Karena
benda turun temurun dikenal dengan Jeneng kewenangan Penyimbang Pepadun
(hibah). (Hak mengatur dan perizinan telah hanya memilki kewenangan dalam
diambil alih oleh Pemerintah) Maka didalam kepepadunnya saja. Sedangkan apabila
hukum adat Megou Pak penggunaan bumi,air menyangkut orang banyak harus melalui
dan ruang angkasa meliputi : keputusan Pepung Adat.
a. Hak pakai c. Adanya pemahaman yang salah tentang
b. Hak mengambil hasil hutan kepemilikan tanah marga yang diartikan
c. Jeneng (hak kepemilikan) bahwa semua MARGA tertentu berhak
d. Hak penggunaan air dan yang ada di terhadap tanah tersebut. Misalnya
dalamnya merupakan hak masyarakat tanah marga Tegamo’an yang memiliki
adat Megou Pak tanpa batas klein. kesatuan wilayah Kampung atau Tiuh,
umbul dan maharou serta bolak. Maka
Tradisi yang berlaku dalam masyarakat yang berhak atas tanah ulayat tersebut
adat Megou Pak apabila berkenaan dengan adalah masyarakat Kampung (tiuh),
permasalahan adat maka segala sesuatu umbul yang berada dalam wilayah
diputuskan berdasarkan PEPUNG MARGA tanah itu (tidak semua marga Tegamo’an
yang dihadiri oleh perwakilan dari ke EMPAT berhak atasnya). Namun pembuktian dan
MARGA tersebut diatas yaitu ; penyelesaiianya berdasarkan keputusan
1) Segala sesuatu yang berkenaan dengan PEPUNG ADAT (MARGA).
hubungan seseorang yang berada dalam d. Tidak ada satupun lembaga adat yang
kepepaduannya dengan orang lain yang kompeten untuk mengatur perselisihan
diluar kepepaduannya berdasarkan dan persengketaan yang terjadi. Adapun
Pepung adat. Contoh; dalam perkawinan lembaga adat seperti LEMBAGA ADAT
adat maka perwakilan dari ke empat MEGOU PAK TULANG BAWANG dapat
marga merupakan keharusan untuk menjadi motorisasi, namun perlu
mengetahui perkawiinan tersebut. legalitas semua pihak yang sah sebagai
2) Kemudian segala sesuatu yang mitra kerja yang di butuhkan dan perlu
berhubungan dengan satu kesatuan sumber daya manusia yang memenuhi
wilayah Marga (Kampung, Umbul dan standar kapabilitas, kredibelitas yang
Huma) karena mnyangkut kepentingan memadai.
orang banyak juga diputuskan melalui 55
PEPUNG MARGA. 2.3. Pemilikan/Penguasaan Tanah
1. Tanah ulayat di lampung hampir
Permasalahan: tidak diakui oleh pemerintah masa
a. Umbul bolak, maharou dan sebagainya lalu. Pengelolaan tanah diatur oleh
hanya dibuktikan oleh keterangan kepala para pemuka adat lampung. Sebelum
kampung, sedangkan umbul maharou masyarakat adat lampung membuka
atau bolak merupakan bagian dari tanah baru, pimpinan adat kampung
kesatuan wilayah adat yang seharusnya bermusyawarah menentukan lokasi
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
global. Kemudian pimpinan suku bersama perhatian lebih bagi Pemerintah Indonesia
sejumlah anak buahnya membuka tanah untuk segera menuntaskan Program
dengan pembagian yang merata sesuai Reforma Agraria mengingat Indonesia sendiri
dengan kemampuan. Secara teoritis menyimbolkan diri sebagai Negara Agraris.
batas tanah ulayat kampung ditetapkan
pada pertemuan pembukaan hutan Selain itu juga, terjadi konflik/sengketa
dengan kampung lain atau berdasarkan pertanahan dimana banyak warga yang
kesepakatan antara kebuayan yang batas menduduki suatu wilayah dan mengakui
antaranya ditandai dengan batas sungai, wilayah tersebut merupakan tanah adat
gunung, pohon keras (tahunan) dsb. mereka, sedangkan ketika ditelusuri riwayat
2. Pada tahun 1952, Pemda mengeluarkan dari tanah tersebut dan warga/masyarakat
kebijakan yang dianggap sangat tersebut tidak terdapat hubungan yang
merugikan masyarakat hukum adat menyatakan bahwa wilayah tersebut
yaitu dengan dikeluarkannya Ketetapan merupakan milik tanah adat mereka.
Residen Lampung No. 153/D/1952
tanggal 3 September 1952 yang Salah satu contoh permasalahan pertanahan
diperbaiki dengan Surat Ketetapan yang banyak diketahui oleh umum adalah
tanggal 20 Juli 1956 dimana sistem masalah pertanahan di Wilayah Mesuji.
pemerintahan marga yang dikepalai Dimana permasalahan pertanahan tersebut
oleh Pasirah dihapus, dengan demikian sekarang sudah bertaraf nasional dan
secara eksplisit bahwa termasuk semua untuk penyelesaiannya diambil alih oleh
tanah-tanah marga yang kewenangannya Menkopolhukam. Disini peran serta BPN
dilakukan oleh kepala marga juga sebagai anggota dari Tim yang dibentuk oleh
dihapus dan tanah-tanah marga itu Menkopolhukam.
menjadi tanah negara. Berdasarkan
Keputusan Menteri kehutanan maka Di dalam penelitian ini ditemukan juga,
kawasan hutan di provinsi Lampung Permasalahan Tanah berskala nasional tetapi
terbagi atas hutan suaka, hutan lindung, dapat diselesaikan dengan cara mediasi yang
hutan produksi tetap, hutan produksi dilakukan oleh Kanwil BPN Provinsi Lampung.
terbatas, dan hutan produksi yang dapat Permasalahan tanah PT. Sahang Bandar
dikonversi (HPK). Menurut catatan telah Lampung (PT. SBL) – Kabupaten Lampung
diselesaikan 51 register ketika Lampung Tengah, dengan masyarakat Sendang Ayu,
masih merupakan wilayah karesidenan Surabaya, dan Padang Ratu seluas 238
yang secara administratif masuk ke Ha di kecamatan Padang ratu, Kabupaten
dalam Provinsi Sumatera Selatan1. Lampung Tengah sejak 1970. Permasalahan
56 tanah ini dapat diselesaikan oleh Kanwil BPN
2.4. Profil Kasus Pertanahan Prov. Lampung dapat tercapai kesepakatan
Lampung terkenal sebagai wilayah yang secara win – win solution yang selesai melalui
memiliki tingkat konflik agraria / pertanahan proses mediasi dengan mengadakan 3 (tiga)
tertinggi di Indonesia. Telah banyak terjadi pertemuan.
sengketa, konflik antara pihak berkuasa
maupun pengusaha dengan para rakyat kecil, 1. Riza Yudha Patria, Thesis “Kebijakan Penerapan Hukum
tak sedikit pula kerugian ditimbulkan oleh Pertanahan Nasional dan Pengaruhnya Terhadap Eksistensi
hak Ulayat Di Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung,
situasi ini baik. Hal ini hendaknya menjadi 2002.
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
TABEL 4.11. REKAPITULASI DATA SENGKETA, KONFLIK, DAN PERKARA
PERTANAHAN TAHUN 2006 S/D 2012 PADA KANWIL BPN PROVINSI LAMPUNG
JUMLAH KASUS KASUS SISA
NO. TAHUN JENIS KASUS
AWAL SELESAI BARU KASUS
1 2 3 4 5 6 7
1 2010 1. Sengketa 24 3 10 31
2. Konflik 35 7 4 32
3. Perkara 47 9 15 53
Jumlah 106 19 29 116
2 2011 1. Sengketa 31 14 21 38
2. Konflik 32 - 4 36
3. Perkara 53 4 11 60
Jumlah 116 18 36 134
3 2012 1. Sengketa 38 8 20 50
2. Konflik 36 3 2 35
3. Perkara 60 10 3 53
Jumlah 134 21 25 138
Sumber: Laporan SKP BPN Provinsi Lampung, 2012
Berikut ini merupakan rekapitulasi masalah besar dari sengketa pada tahun 2010 dan
pertanahan wilayah provinsi Lampung yang 2011 , konflik lebih kecil dari sengketa pada
tiap tahunnya terdapat peningkatan kasus/ tahun 2012.
pengaduan yang dapat dilihat pada tabel 4.11.
Dari table 4.11 menunjukkan jumlah kasus Dari table 4.12 menunjukkan bahwa selain aspek
pertanahan selama tiga tahun terakhir yuridis juga diteliti mengenai aspek sosiologi dan
menunjukkan kenaikan dari tahun ke tahun, aspek lain, latar belakang terjadi permasalahan
yang paling tinggi mengalami peningkatan tersebut, hal ini berdasarkan informasi dari
adalah perkara, sedangkan konflik lebih Kantor Wilayah dan kab. Tanggamus.
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
TABEL 4.13. TIM KHUSUS PENYELESAIAN KASUS PERTANAHAN
APAKAH ADA TIM KHUSUS PENYELESAIAN
NO WILAYAH KASUS PERTANAHAN DI TINGKAT PROVINSI, DAN
KABUPATEN/KOTA
1. Kanwil Provinsi Lampung Ada tim khusus tingkat Provinsi
2. Kantah Kota Bandar Lampung -
3. Kantah Kab. Tulang Bawang Belum ada
4. Kantah kab. Lampung Tengah Terdapat tim penyelesaian kasus pertanahan
tingkat kabupaten/kota
5. Kantah Tanggamus Ada
Sumber: Hasil Pengumpulan Data di Lapangan, 2013
Berdasarkan tabel 4.13, dapat dijelaskan Saat ini, Berdasarkan Surat Tugas Keputusan
bahwa disejumlah wilayah provinsi lampung Gubernur telah dibentuk kembali tim
telah dilakukan pembentukan tim khusus penanganan permasalahan pertanahan
untuk penyelesaian kasus pertanahan. yang diperbaharui setiap tahunnya terdiri
Selain itu juga pernah terbentuk tim 13 yang dari instansi yang terkait dimana BPN
dibentuk dengan Surat Keputusan Gubernur merupakan anggota dari tim penanganan
untuk melakukan proses penyelesaian tersebut. Selain itu juga, terdapat beberapa
permasalahan pertanahan yang terdiri dari daerah kota/kabupaten di provinsi lampung
instansi, LSM dan pihak akademisi. Pada yang telah membentuk tim penyelesaian
awalnya terbentuknya tim 13 tersebut dapat permasalahan pertanahan sebagaimana
membantu dalam meminimalisir jumlah terdapat pelimpahan kewenangan yang
permasalahan pertanahan yang ada dan diberikan dari pemerintah daerah tingkat
unjuk rasa. Setelah 2 tahun berjalan, LSM provinsi ke pemerintah daerah kabupaten/
yang awalnya merupakan bagian dari tim kota berdasarkan peraturan otonomi daerah.
13 tersebut sudah tidak dapat berkoordinasi
dengan baik dalam penyelesaian Tabel 4.14 menunjukkan bahwa Kanwil, Kantah
permasalahan pertanahan yang terjadi dan Kab. Tanggamus dan Kab. Lampung Tengah
berakhir dengan pembubaran tim tersebut. sudah melaksanakan eksekusi sesuai dengan
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
TABEL 4.15. PETA/DATA SEBARAN SENGKETA/KONFLIK
NO WILAYAH PETA/DATA SEBARAN SENGKETA/KONFLIK
1. Kanwil Provinsi Lampung Ya, Ada
2. Kantah Kota Bandar Lampung Tidak ada
3. Kantah Kab. Tulang Bawang Ya, Ada
4. Kantah kab. Lampung Tengah Tidak Ada
5. Kantah Tanggamus Tidak Ada
Sumber: Hasil Pengumpulan Data di Lapangan, 2013
59
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
di tengah. Dua ciri geografi utama, yakni sebagian besar berupa hutan. Wilayah
dataran rendah dan dataran tinggi. Kawasan Kalimantan Selatan juga banyak dialiri sungai.
dataran rendah kebanyakan berupa lahan Sungai tersebut antara lain Sungai Barito,
gambut hingga rawa-rawa sehingga kaya akan Sungai Riam Kanan, Sungai Riam Kiwa,
sumber keanekaragaman hayati satwa air Sungai Balangan, Sungai Batang Alai, Sungai
tawar. Kawasan dataran tinggi sebagian masih Amandit, Sungai Tapin, Sungai Kintap, Sungai
merupakan hutan tropis alami dan dilindungi Batulicin, Sungai Sampanahan dan sebagainya.
oleh pemerintah. Umumnya sungai-sungai tersebut berpangkal
pada pegunungan Meratus dan bermuara di
Luas wilayah Provinsi Kalimantan Selatan Laut Jawa dan Selat Makasar.
hanya 6,98% dari luas Pulau Kalimantan secara Penduduk asli Kalimantan Selatan umumnya
keseluruhan. Secara administratif wilayah suku bangsa Banjar yang intinya terdiri dari sub
Provinsi Kalimantan Selatan dengan Kota suku, yaitu Maayan, Lawangan dan Bukiat yang
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
mendirikan kerajaan Pegatan di masa lalu. dalam melihat hubungan kekerabatan
Kelompok etnik di Kalimantan Selatan menurut tersebut, yaitu4:
Museum Lambung Mangkurat, antara lain: 1. Untuk hubungan garis ke atas dikenal istilah
1. Orang Banjar Kuala, di daerah Banjarmasin “ Kuwitan”, yaitu sebutan untuk orang tua,
sampaiMartapura; baik itu ayah maupun ibu. Dalam hal-hal
2. Orang Banjar Batang Banyu, di daerah tersebut ada yang disebut “Kuwitan di-
Margasari sampai Kelua; ujud” yang digunakan untuk menyebut
3. Orang Banjar Pahuluan, di daerah Tanjung orang tua yang sebenar-benarnya,
sampai Pelaihari(luar Martapura); penyebutan ini terjadi karena dalam
4. Suku Bukit, di daerah Dayak Pitap, Haruyan masyarakat Banjar mengenal pula orang
Dayak, Loksado, Harakit, Paramasan, tua angkat yang disebut “Kuwitan angkat”.
Bajuin, Riam Adungan, Sampanahan, Oleh karena itu penyebutan “Kuwitan di-
Hampang, Bangkalan Dayak; ujud” adalah untuk membedakan dengan
5. Suku Berangas, di daerah Berangas, Ujung “Kuwitan angkat”. Dalam bahasa sehari-
Panti, Lupak,Aluh Aluh; hari untuk memanggil orang tua laki-
6. Suku Bakumpai, di aerah Bakumpai, laki (kuwitan laki) dipakai istilah “ abah”,
Marabahan, Kuripan,Tabukan; sedangkan untuk orang tua perempuan
7. Suku Maanyan, di daerah Maanyan (Kuwitan bini) dipakai istilah “uma”atau“
Warukin, MaanyanPasar Panas, Maanyan mama”. Garis ke-atas kuwitan ini adalah
Juai (Dayak Balangan), Dayak Samihim; disebut dengan istilah “pakai’an” atau
8. Suku Abal, di daerah Kampung Agung “Paninian”. Istilah Pakai’an ini digunakan
sampai Haruai; untuk menyebut orang tua laki-laki dari
9. Suku Dusun Deyah, di kecamatan Muara ayah atau ibu (kakek), sedangkan istilah
Uya, Upau danGunung Riut; paninian dipakai untuk bahasa sehari-hari
10. Suku Lawangan, di desa Binjai, Dambung penyebutan untuk kakek dipakai istilah
Raya; “kai”, sedangkan untuk nenek dipakai
11. Orang Madura Madurejo, di desa istilah “ nini”. Garis ke-atas setelah kakek
Madurejo, Mangkauk; atau nenek ini dikenal istilah “ padatuan”
12. Orang Jawa Tamban, di daerah Tamban, atau “ datu” atau” datuk”, sebutan ini
Barito Kuala; dipergunakan tanpa membedakan
13. Orang Cina Parit, di daerah Pelaihari; lagi antara yang laki-laki dengan yang
14. Suku Bajau, di daerah Semayap, Tanjung perempuan. Garis ke-atas setelah
Batu; “padatuan” dikenal berbagai istilah seperti
15. Orang Bugis Pagatan, di daerah Pagatan; ”anggah”, “waring”, dan “moyang”. Garis
16. Suku Mandar, di daerah pesisir pulau Laut ini tidak hanya ada dalam penyebutan,
dan pulau Sebuku. dimana orangnya sudah lama meninggal 61
dunia.
Selain ke-16 suku tersebut, terdapat juga Suku 2. Untuk hubungan garis ke-bawah dikenal
Bali (di desa Barambai, Sari Utama), Suku istilah “anak” untuk menyebutkan
Sunda di desa Hegar Manah, dan suku Flores di keturunan yang pertama, setelah itu
Kembang Kuning. generasi berikunya dikenal dengan
Dalam masyarakat Banjar sistem 1. Daud, Alfani, 1997, Islam dan Masyarakat Banjar: Deskripsi
dan Analisa Kebudayaan Banjar, Jakarta: RajaGrafindo
kekerabatannya mengenal berbagai istilah Persada.
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
istilah “cucu”, sedangkan untuk generasi 5. Untuk garis keturunan kesamping ke atas
ketiga dibawah cucu tersebut dikenal yang meliputi saudara-saudara dari ayah
istilah “buyut”. Garis keturunan setelah atau ibu yang dalam istilah sehari-hari
“buyut” tersebut ditemukan istilah “cicit” dikenal dengan sebutan “mamarina”.
dan “piut”, yang istilah ini juga dalam “Mamarina” ini terdiri dalam beberapa
kenyataannya sekarang hanya ada dalam katagori istilah, yaitu:
penyebutan. a. “Julak” untuk menyebutkan saudara
3. Untuk hubungan garis kesamping dikenal ayah/ ibu yang tertua;
istilah “ dangsanak” untuk menyebutkan b. “Gulu” untuk menyebutkan adik dari
istilah saudara. Istilah “dangsanak” ini “Julak”’;
dapat terbagi dalam beberapa katagori, c. “ Tangah” untuk menyebutkan adik
yaitu: dari “Gulu’’;
a. “Dangsanak sauma-sabapa” untuk
menyebutkan istilah saudara kandung; Disamping itu untuk katagori mamarina
b. “Dangsanak sauma” untuk ini dikenal pula istilah “ makacil”
menyebutkan istilah saudara ibu; untuk sebutan saudara ayah/ ibu yang
b. “Dangsanak sabapa” untuk perempuan, dan “pacilan” untuk sebutan
menyebutkan istilah saudara seayah; saudara ayah/ibu yang laki-laki.
c. “Dangsanak tiri” untuk menyebutkan
istilah sehari-hari hubungan antara Dalam katagori keseluruhan sistem
saudara seayah atau se-ibu saja. keluarga yang ada dalam masyarakat Banjar
penyebutannya dikenal istilah “bubuhan”.
Dalam pergaulan sehari-hari antara saudara Bubuhan ini menggambarkan keterikatan dari
ini dikenal sebutan panggilan, yaitu ”ading” suatu keluarga besar masyarakat Banjar
untuk menyebut saudara yang lebih muda
dan ”kaka” untuk menyebutkan yang lebih Dari hubungan kekerabatan tersebut di atas
tua. Disamping itu juga sering disebutkan menunjukan bahwa dalam masyarakat Banjar
istilah “dangsanak anum” untuk saudara menarik garis keturunan dari dua sisi, yaitu
yang muda, dan “dangsanak tuha” untuk sisi ayah dan sisi ibu. Hal ini berarti sistem
saudara yang tua. Istilah “ading” dan kekerabatan yang ada dalam masyarakat
“kaka” ini juga sering dipergunakan dalam Banjar adalah menganut sistem Parental atau
panggilan antara suami isteri, dimana Bilateral.
“ading” adalah isteri, sedangkan “kaka”
adalah suami. Sebagaimana diketahui secara teoritas dikenal
4. Untuk garis hubungan kesamping sesudah ada tiga sistem kekerabatan, yaitu sistem
62 saudara, adalah anak dari saudara bapak, Partrilinial, sistem Materilinial dan sistem
cucu saudara kakek. Untuk ini dikenal Parental/ Bilateral. Berbeda dengan sistem
beberapa istilah, yaitu: Parental, maka sistem Patrilinial menarik garis
a. “ sapupu sekali” untuk penyebutan keturunan menurut garis Bapak, sedangkan
anak dari saudara ayah/ ibu; dalam sistem Matrilinal menarik garis
b. “ sapupu dua kali” untuk penyebutan keturunan dari garis Ibu.
cucu dari saudara kakek atau nenek;
c. “ sapupu tiga kali” untuk penyebutan Akan tetapi perlu juga dicatat bahwa dalam
buyut dari saudara datuk; hal-hal tertentu masyarakat Banjar terkesan
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
menarik sistem kekeluargaannya berdasarkan harta tersebut dapat digunakan untuk
sistem Patrilinial, seperti dalam menentukan melaksanakan upacara keagamaan yang
gelar dalam garis keturunan. Seperti gelar terjadi sehubungan dengan meninggalnya
“Gusti” ditarik berdasarkan garis keturunan pewaris, seperti upacara haulan setiap
ayah. tahun;
3. Ahli waris bersepakat harta warisan tidak
Dilihat dari sistem pewarisan individual, dibagi dalam rangka membiayai ahli
maka masyarakat Banjar dapat dikatagorikan waris yang belum mandiri atau ahli waris
menggunakan sistem pewarisan individual. lain dianggap belum dewasa atau cakap
Sebagaimana diketahui dalam sistem mengurus sendiri bagian harta warisan
pewarisan individual setiap ahli waris yang merupakan haknya;
mendapatkan pembagian, dimana ia dapat 4. Ahli waris sepakat untuk tidak membagi
menguasai atau memiliki harta warisa menurut harta warisan karena menghormati salah
bagiannya masing-masing. Praktek yang terjadi satu ahli waris lain yaitu ibunya atau
dalam. Pembagian warisan menunjukan setiap baoaknya, sehingga jarang sekali adanya
waris dapat menguasai harta warisan yang tuntutan membagi harta warisan dari anak-
merupakan bagiannya. anaknya walaupun anak-anak tersebut
sudah dewasa.
Namun demikian dalam prakteknya disamping
sistem pewarisan individual ini juga ditemukan Dari hasil apa yang dikemukakan tersebut
sistem pewarisan mayorat, dimana dalam di atas tergambar sistem pewarisan dalam
sistem pewarisan mayorat harta tidak dibagi masyarakat Banjar dapat dikatakan suatu
melainkan dikuasai oleh salah seorang ahli sistem yang bersifat campuran atau gabungan
waris. Penguasaan harta warisan oleh salah (mixed), yaitu antara sistem pewarisan
seorang ahli waris ini biasanya dilakukan oleh individual dengan sistem pewarisan mayorat.
orang tua laki-laki atau orang tua perempuan Dalam hal sistem pewarisan kolektif secara
kalau salah satunya meninggal dunia, atau tegas kolektif dan serta mereta tidak dilakukan
dikuasai oleh saudara tertua kalau kedua orang pembagian waris, melainkan harta dikuasai
tuanya meninggal dunia. secara bersama-sama. Walaupun demikian
sistem mayorat sebenarnya adalah kelanjutan
Ada beberapa alasan terjadinya sistem dari sistem kolektif ini, akan tetapi dalam sistem
pewarisan mayorat ini, seperti: mayorat ditemukan adanya pertimbangan-
1. Pewaris berwasiat (berpesan) sebelum pertimbangan tertentu untuk tidak membagi
meninggal agar jangan sampai terjadi warisan yang didasarkan kepada wasiat atau
pertengkaran mengenai harta warisan, kesepakatan ahli waris dalam rangka menjaga
dimana harta warisan dinikmati secara kemaslahatan bersama. Oleh karena itu model 63
bersama-sama saja. Dalam hal ini biasanya sistem pewarisan mayorat yang dijumpai dalam
harta warisan berupa rumah dan perahu, masyarakat Banjar dapat dikatakan sebagai
sehingga dengan demikian setiap ahli suatu pengecualian atau penyimpangan khusus
waris dapat menikmati hasilnya atau dari sistem warisan yang individual.
menggunakannya;
2. Ahli waris mempunyai kesepakatan untuk Sistem pewarisan dalam masyarakat Banjar
tidak membagi sebagian atau seluruh dapat pula dilihat dari aspek sistem pewarisan
harta warisan, dengan tujuan agar Islam. Adanya sistem pewarisan Islam ini
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
terlihat pada peranan tokoh agama (“tuan Salah satu bentuk penyelesaian sengketa
guru”) yang selalu diminati pendapat untuk yang lazim dilakukan oleh masyarakat Banjar.
membagi harta warisan, dimana tokoh agama Adat badamai bermakna pula sebagai hasil
ini dalam memberikan petuahnya selalu proses perembukan atau musyawarah
berpegang kepada sistem pembagian yang dalam pembahasan bersama dengan
dianut oleh hukum Islam. Dalam hal ini biasanya maksud mencapai suatu keputusan sebagai
para ahli waris menuruti cara pembagian yang penyelesaian dari suatu masalah. Adat badamai
dipetuahkan oleh tokoh agama tersebut, dilakukan dalam rangka menghindarkan
walaupun nantinya ditemukan pula dalam persengketaan yang dapat membahayakan
pelaksanaannya para ahli waris tidak menuruti tatanan sosial. Putusan Badamai yang dihasilkan
pembagian yang sudah dipetuahkan tersebut. melalui mekanisme musyawarah merupakan
Namun demikian yang pasti penggunaan upaya alternatif dalam mencari jalan keluar
sistem hukum waris Islam ini ada kalau terjadi guna memecahkan persoalan yang terjadi
persengketaa terhadap besarnya pembagian dalam masyarakat. Pada masyarakat Banjar
harta warisan tersebut. Dengan adanya jika terjadi persengketaan diantara warga atau
pesengketaan waris, maka mereka sepenuhnya terjadi tindak penganiayaan atau pelanggaran
tunduk kepada apa yang dipetuahkan oleh norma (adat) atau terjadi perkelahian
tokoh agama. ataupun pelanggaran lalu lintas, maka warga
masyarakat berkecenderungan menyelesaikan
Dilihat dari sisi sistem pewarisan Barat yang secara badamai. Warga masyarakat enggan
menegaskan harus ada pembagian waris pada menyelesaikan sengketa itu melalui lembaga
saat pewaris meninggal dunia, dan setiap ahli ligitasi (jalur lembaga peradilan). Adat badamai
waris dapat menuntut agar segera warisan ini diakui efektif dalam menyelesaikan
dibagikan, maka dalam masyarakat Banjar tidak pertikaian atau persengketaan. Sekaligus
ditemukan pola yang demikian itu, walaupun mampu menghilangkan perasaan dendam dan
sebenarnya sistem hukum waris Barat ini juga berperan menciptakan keamanan ketertiban
menganut sistem waris individual. Dalam hal dan perdamaian. Adat badamai ini lazim pula
ini tidak ditemukan adanya suatu keharusan disebut dengan, babaikan, baparbaik, bapatut
yang menetapkan harus segera di adakan atau mamatut, baakuran dan penyelesaian
pembagian waris akan tetapi pembagian waris dengan cara suluh.
dilakukan dilihat dari situasi atau keadaan
tertentu yang menhendaki segera atau tidaknya 3.2. Pemilikan/Penguasaan tanah
harta warisan itu dibagi. Suatu hal yang sangat Di wilayah Kalimantan Selatan, penguasaan
kontras berbeda sari sistem pewarisan Barat tanah sebagian besar ditunjukkan dengan
ini terletak pada ketentuan yang ahli waris selembar kertas bermaterai yang biasa disebut
64 untuk menolak warisan, sedangkan andangan. “segel tanah”. Proses pembuatan segel tanah
Masyarakat Banjar dalam hal ini tidak boleh ini pun kebanyakan dilakukan dengan cara
menolak warisan, karena menerima hukumnya melalui para aparat pemerintahan Desa,
wajib.Kewajiban ini tidak hanya terbatas dengan membayar tarif tertentu. Padahal surat
kepada mewaris harta Pewaris saja,akan tetapi tanah ini, yang nama sebenarnya adalah Surat
juga mencakup kewajiban membayar utang- Keterangan Penguasaan Fisik Bidang Tanah,
utang atau ‘’urusan’’ pewaris dengan pihak menerangkan penguasaan tanah atau lahan
lain. oleh yang bersangkutan, bukan diterangkan
oleh pihak Pemerintahan Desa. Di surat Tanah
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
ini posisi Kepala Desa dan Ketua RT hanya itu kondisi lahan yang tersedia semakin
selaku mengetahui, yang lebih dititik beratkan lama semakin kritis dan diperuncing lagi
adalah pihak yang menguasai tanah tersebut, oleh maraknya spekulan dan calo tanah gara
dimana bilamana ia memuat data palsu atau gara informasi pasar yang tidak transparan
rekayasa bersedia dituntut secara hukum akan menambah semakin rumitnya kualitas
yang berlaku. Ironisnya seseorang yang sudah sengketa tanah yang terjadi.
memegang “segel tanah” kebanyakan tak
mengurusi tanah dimaksud, bahkan dibiarkan Disadari bahwa terdapat beberapa faktor
tanpa digarap sebagaimana mestinya, seperti penting yang dapat menyulut terjadi persoalan
semak belukar. pertanahan di Provinsi Kalimantan Selatan
dengan munculnya berbagai sebab dan motif
Terdapat indikasi sebagian besar pembuatan pertanahan. Diantaranya terdapat disharmoni
segel tanah dilakukan diatas meja, berdasarkan kebijakan dan multisektor yang dikeluarkan
dan berpedoman pada sehelai kertas peta dari instansi – instansi pemerintah tentang
desa, diplot untuk kemudian dibagi-bagikan pertanahan, aturan hukum yang kurang
kepada mereka yang mau dan mampu mendukung penyelesaian, mekanisme
membayar harga yang ditawarkan. Dan tak penyelesaian yang kurang memadai,
rahasia pula pekerjaan pembuatan segel kelembagaan yang lemah, administrasi
tanah tersebut dilakukan oleh para oknum registrasi tanah tidak optimal, perlindungan
Aparat pemerintahan Desa sehingga banyak terhadap rakyat akan tanah belum memadai
terjadi sengketa tanah/lahan dikarenakan dan pengetahuan masyarakat atas hukum
pengeluaran segel tanah yang terlalu sering, pertanahan.
serta terjadi tumpang tindih satu sama lain.
Dalam upaya menangani sengketa pertanahan
Akibatnya, banyak pihak yang akhirnya yang cenderung makin hari makin meningkat
dirugikan, antara lain pihak perusahaan baik kuantitas maupun kualitas, BPN-RI dengan
perkebunan yang mendapatkan ijin Hak Guna kewenangan yang ada telah mengambil
Usaha (HGU), ataupun pihak perusahaan langkah langkah penanganan dan penyelesaian
pemegang Ijin Usaha pertambangan (IUP). sengketa, konflik dan perkara pertanahan
Ketika mereka akan melakukan aktivitas secara konsisten dan berkelanjutan yaitu
menggarap usaha, terjadilah klaim dari banyak dengan melaksanakan Penanganan dan
pihak yang mengaku menguasai tanah/lahan Penyelesaian Sengketa, Konflik dan Perkara
itu lebih duluan daripada perusahaan yang yang mendapat prioritas. Sampai saat ini,
sudah menanamkan investasi, padahal tanah/ BPN Provinsi Kalimantan Selatan lebih banyak
lahan yang diklaim tersebut bentuknya semak menangani tunggakan permasalahan tahun
belukar bahkan hutan rimba. – tahun sebelumnya dan beberapa kasus 65
permasalahan pertanahan yang baru.
3.3. Profil Kasus Pertanahan
Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan Berikut ini merupakan rekapitulasi masalah
penduduk semakin tidak seimbang dengan pertanahan wilayah provinsi Kalimantan
ketersediaan lahan, dimasa mendatang Selatan yang tiap tahunnya terdapat
diperkirakan sengketa tanah akan terus peningkatan kasus/pengaduan yang dapat
meningkat dan semakin kompleks’. Selain dilihat pada tabel 4.17.
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
Tabel 4.18 menunjukkan bahwa dalam terhadap situasi keamanan di masyarakat
penelitian mengenai akar masalah yang dimaksud. Berdasarkan tabel 4.19, dapat
terjadi, selain aspek yuridis juga diteliti dijelaskan bahwa disejumlah wilayah
mengenai aspek sosiologi yang berkaitan provinsi Kalimantan Selatan telah terdapat
dengan keadaan dan situasi yang terjadi pembentukan tim khusus untuk penyelesaian
atau berkembang dalam masyarakat permasalahan pertanahan. Dalam
dimana sengketa tersebut terjadi. Juga penyelesaian permasalahan pertanahan ini,
diperhatikan aspek hankam, terutama Kantor Wilayah BPN Provinsi Kalimantan
aspek sengketa tanah yang berindikasi besar Selatan telah membentuk tim khusus
Keterangan:
A. Masalah Penguasaan dan Pemilikan Tanah
66 B. Masalah prosedur Penetapan Hak &
Pendaftaran Tanah
C. Masalah batas/letak bidang tanah
D. Masalah pelaksanaan putusan pengadilan
E. Masalah tanah ulayat
F. Masalah tanah obyek Landreform
G. Masalah ganti rugi tanah ex. Partikelir
H. Masalah pengadaan tanah
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
TABEL 4.18. ASPEK YANG DITELITI DALAM PENELITIAN MENGENAI AKAR
MASALAH
APAKAH SELAIN ASPEK YURIDIS JUGA DITELITI
NO WILAYAH PENELITIAN MENGENAI ASPEK SOSIOLOGI DAN ASPEK LAIN
SEHINGGA TERJADI MASALAH TERSEBUT
1. Kanwil Provinsi Dalam penelitian mengenai akar masalah yang terjadi,
Kalimantan Selatan selain aspek yuridis juga diteliti mengenai aspek sosiologi
yang berkaitan dengan keadaan dan situasi yang terjadi
atau berkembang dalam masyarakat dimana sengketa
tersebut terjadi. Juga diperhatikan aspek hankam,
terutama aspek sengketa tanah yang berindikasi besar
terhadap situasi keamanan di masyarakat dimaksud.
Ya Perlu, aspek social dan aspek lainnya karena mereka
saling berkaitan satu sama lainnya, terutama unsure
pemerintahan dan unsure masyarakat dalam hal ini tokoh
agama, adat, tokoh masyarakat, dll.
2. Kantah Kota Banjarmasin Dalam penelitian mengenai akar masalah yang terjadi,
selain aspek yuridis juga diteliti mengenai aspek sosiologi
yang berkaitan dengan keadaan dan situasi yang terjadi
atau berkembang dalam masyarakat dimana sengketa
tersebut terjadi. Juga diperhatikan aspek hankam,
terutama aspek sengketa tanah yang berindikasi besar
terhadap situasi keamanan di masyarakat dimaksud.
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
TABEL 4.19. TIM KHUSUS PENYELESAIAN PERMASALAHAN PERTANAHAN
4. Kantah kab. Tanah Laut Belum Terdapat Tim Khusus Penyelesaian Permasalahan
Pertanahan
kota berdasarkan peraturan otonomi daerah, dan tidak dapat dilaksanakannya keputusan
tim penyelesaian permasalahan pertanahan tersebut.
yang terdapat di kab. Tanah laut dibentuk
berdasarkan SK Bupati, dimana terdiri Berdasarkan dari tabel 4.21. dapat
dari beberapa instansi terkait dan kantor dijelaskan bahwa, saat ini sebagian besar
pertanahan kab. Tanah laut merupakan salah kantor pertanahan di wilayah provinsi
anggota dari tim penyelesaian tersebut. Kalimantan Selatan beserta kantor wilayah
68 Pembentukan tim ini dibentuk disesuaikan provinsi Kalimantan Selatan telah memiliki
dengan urgensi permasalahan pertanahan data sebaran permasalahan pertanahan.
yang di hadapi. Akan tetapi data sebaran tersebut hanya
menunjukkan data dalam angka saja,
Berdasarkan tabel 4.20, dapat dijelaskan dan belum dapat menunjukkan sebaran
bahwa hasil dari berita acara penyelesaian identifikasi permasalahan tersebut secara
kasus pertanahan di provinsi Kalimantan spasial.
Selatan yang telah disepakati oleh para pihak,
berakhir dengan eksekusi dapat dilaksanakan
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
TABEL 4.20. EKSEKUSI BERITA ACARA TIM PENYELESAIAN KASUS
1. Kanwil Provinsi Hasil dari Tim Khusus bisa berupa berita acara
Kalimantan Selatan kesepakatan para pihak, maupun rekomendasi terhadap
permasalahan pertanahan. Dan terhadap hasilnya ada
yang bisa dilaksanakan eksekusinya dan ada pula yang
tidak dapat dilaksanakan.
2. Kantah Kota Banjarmasin Hasil dari Tim Khusus bisa berupa berita acara
kesepakatan para pihak, maupun rekomendasi terhadap
permasalahan pertanahan. Dari hasil dapat dilaksanakan
eksekusinya dan ada pula yang tidak dapat dilaksanakan.
69
3. Kantah Kota BanjarBaru Tidak ada
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
Gambar 4.4. Provinsi Jawa Barat
Secara geografis, Provinsi Jawa Barat berbatasan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, terdiri
dengan Laut Jawa di bagian Utara, Provinsi Jawa dari unsur Sekertariat Daerah (Setda) yang
Tengah di bagian Timur, Samudera Hindia di meliputi: Sekretaris daerah dan Assisten-
bagian Selatan, serta Provinsi Banten di bagian Assisten: Pemerintahan, Perekonomian,
Barat Laut. Provinsi Jawa Barat memiliki luas Adminsitrasi dan Kesejahteraan Sosial serta
wilayah 35.222.18 km2. biro-biro yang seluruhnya 13 biro; 20 Dinas;
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
16 Badan; 1 Kas Daerah, 1Kantor Perwakilan Dinas Perhubungan, Dinas Tata Ruang
pemerintah Provinsi Jawa Barat, yang dan Pemukiman, Dinas Bina Marga, Dinas
berkedudukan di Jakarta. Pengelolaan Sumber Daya Air, Dinas
Pertambangan dan Energi, Dinas Koperasi dan
Organisasi Perangkat Daerah terdiri dari Usaha Kecil Menengah, Dinas Kebudayaan
Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Dinas dan Pariwisata Jawa barat, Dinas Pendapatan
Sosial, Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Daerah, Dinas Perindustrian dan Perdagangan,
Dinas Peternakan, Dinas Periklanan, Dinas Nakertrans, Polisi Pamong Praja, Dinas
Dinas Kehutanan, Dinas Perkebunan, Perindagro.
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
4.2. Pemilikan/Penguasaan Tanah meliputi: Karesidenan Banten, Jakarta, Bogor,
Berdasarkan data sejarah (Staatsblad Priangan dan Cirebon. Meskipun demikian,
Nomor 378 tanggal 14 Agustus 1925), hal itu bukan berarti bahwa pemerintahan di
Provinsi Jawa Barat Tingkat I merupakan daerah Jawa Barat baru dimulai sejak tahun
Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah 1925 dan sebelumnya belum pernah ada
Hindia Belanda. Pembentukan Provinsi pemerintahan.
Jawa Barat tersebut, nama resminya West
Java Provinsi bagi kalangan Belanda atau Sejak masa kerajaan Tarumanagara hingga
formal pemerintah kolonial Hindia Belanda lahirnya Provinsi Jawa Barat, di daerah Jawa
dan Pasundan bagi kalangan orang bumi Barat tiada henti-hentinya berlangsung
putera, dimaksudkan untuk melaksanakan suatu pemerintahan yang teratur namun
janji pemerintah kerajaan Belanda tahun bentuk, struktur dan sistem pemerintahan
1901 yang memberikan hak otonomi serta pusat pemerintahan dan pemegang
kepada pemerintah Indonesia. Tahun-tahun kekuasaan mengalami perubahan dan
berikutnya baru dibentuk Provinsi Jawa pergantian juga perkembangan.
Timur (Oost Java Provinci).
Adapun sistem dan struktur pemerintahan
Meskipun demikian, hal itu bukan berarti kabupaten-kabupaten di priangan (sejak
bahwa pemerintahan di daerah Jawa abad ke-17) serta di banten dan cirebon
Barat baru di mulai sejak tahun 1925 (sejak abad ke-19) dipengaruhi pula oleh
dan sebelumnya belum pernah ada konsep pemerintahan Jawa dari zaman
pemerintahan. Kenyataan lain menunjukan, Mataram dan konsep pemerintahan Barat
jauh sebelum tahun tersebut di daerah yang dibawa oleh orang Belanda dan orang
Jawa Barat telah tumbuh dan berkembang Inggris.
suatu pemerintahan tertentu walaupun
bentuk, sistem, dan strukturnya berlainan Jika bentuk pemerintahan di Jawa Barat
dengan tingkat Provinsi. Paling tidak sejak sejak zaman Kerajaan Tarumanagara hingga
abad ke-5 di Jawa Barat telah tumbuh Kerajaan Sunda umumnya cenderung
suatu pemerintahan yang teratur, yaitu berpusat pada satu pemerintahan
berbentuk kerajaan. Kerajaan dimaksud pusat, tetapi pada masa Kesultanan
bernama Tarumanagara dan salah seorang Cirebon, Kesultanan Banten, hingga masa
rajanya adalah Purnawarman. sudah barang kompeni terbagi atas lebih dari satu pusat
tentu bentuk pemerintahan demikian tidak pemerintahan.
terwujud sekali jadi, melainkan melalui
proses yang tidak sebentar. Pada masa pemerintahan kolonial Hindia
72 Belanda terdapat dualisme sistem
Menurut sumber, pemerintahan berbentuk pemerintahan di daerah Jawa Barat, yaitu
kerajaan muncul pada abad ke-2 Masehi, antara sistem pemerintahan kolonial yang
yaitu pemerintahan Kerajaan Salakanagara berdasarkan konsep Barat yang berlaku
dengan ibukotanya Rajatapura dan untuk orang-orang Eropa dan hubungan
pendirinya Dawawarman. Dari data sejarah mereka dengan penguasa-penguasa pribumi
tersebut maka pemerintah menerbitkan (bupati) dengan sistem pemerintahan
Undang-undang Tahun 1950 Nomor 11 tradisional yang berdasarkan konsep yang
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
tumbuh dalam masyarakat pribumi sendiri Pada masa itu pula lahir Lembaga Legeslatif
serta berlaku dari Kabupaten ke bawah. secara formal dalam struktur pemerintah
Lokasi pusat pemerintahan mengalami daerah yang sekarang dikenal dengan nama
beberapa kali perpindahan, sesuai dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
berbagai aspek kehidupan masyarakat yang Lembaga Legeslatif daerah dimaksud adalah
mempengaruhinya dan terjadinya peristiwa Gemeenteraad bagi tingkat Gemeente,
dan timbulnya suasana pemerintahan. Regentschapsraad bagi tingkat Kabupaten,
Sedangkan pemegang kekuasaan berganti- dan Provincieraad bagi tingkat Provinsi.
ganti secara individual dan dinasti seiring
dengan masalah usia manusia (pergantian Anggota legestalif daerah Jawa Barat (seperti
generasi) dan perubahan politik, ekonomi, juga di daerah-daerah lainnya dan di pusat
sosial, agama, dan sebagainya. atau Volksraad) di domonasi oleh orang
Belanda, baru kemudian dalam jumlah kecil
Gubernur Jendral H. W. Deandels terapat anggota dari kalangan orang pribumi
merupakan penguasa kolonial pertama yang (Indonesia) dan orang Timur Asing (Cina,
mengeluarkan peraturan tertulis mengenai India, dan Arab).
Pemerintahan di Jawa Barat (1809),
sedangkan sebelumnya pemerintahan Ketua Lembaga Legislatif tersebut ditempati
kolonial diatur hanya berdasarkan kebijakan- oleh kepala daerah yakni Burgemeester
kebijakan para pejabat kolonial setempat. (Walikota) pada tingkat Gemeente, Bupati
Baru pada tahun 1854 dikeluarkan oleh pada tingkat Kabupaten, Gubernur pada
pemerintah kolonial Hindia Belanda sebuah tingkat Provinsi. sebagian anggota Lembaga
undang-udang yang berlaku umum yang Legeslatif daerah itu dipilih oleh rakyat
dinamai Regeringsregrelement (RR). tertentu (tidak semua rakyat dewasa
mempunyai hak pilih), sebagian lagi diangkat
Pada tahun 1906 dibentuk Gementee oleh pemerintah daerah setempat.
(sekarang kotamadya) di enam buah kota
di daerah Jawa Barat (Batavia, Meester Pada masa pendudukan militer Jepang
Cornelis, Buitenzorg, Sukabumi, Bandung, (1942-1945) pemerintah daerah tingkat
dan Cherebon) yang merupakan pemerintah Provinsi ditiadakan. Yang ada hanyalah
daerah otonom pertama di Indonesia, pemerintah daerah tingkat karesidenan (Shu)
walaupun fungsinya baru kepentingan orang- kebawah, yaitu Kotamadya (Si), Kabupaten
orang Eropa setempat. (Ken), Kewadanan (Gun), Kecamatan (Son),
dan Desa (Ku). Kiranya hal itu dimungkinkan,
Sekitar 19 tahun kemudian barulah dibentuk karena terlebih dahulu wilayah Indonesia
daerah otonom yang lebih luas yang dibagi atas tiga daerah pemerintahan yang 73
meliputi seluruh daerah Jawa Barat (dulu masing-masing dipimpin oleh suatu kesatuan
Jakarta dan Jatinegara masuk dalam wilayah militer.
pemerintahan Jawa Barat) dalam bentuk
Provinsi. Pada masa itu pusat pemerintahan Sesudah Indonesia merdeka (1945)
Provinsi Jawa Barat berada di Jakarta dan pemerintah daerah tingkat provinsi diadakan
kepala daerahnya disebut gubernur yang lagi. Keputusan ini ditetapkan dalam sidang
selalu dipegang oleh orang Belanda. Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
(PPKI) pada tanggal 19 Agustus 1945. Menurut titik berat pada bidang ekonomi guna
keputusan tersebut wilayah Republik Indonesia meningkatkan kesejahteraan dan keadilan
dibagi atas 8 daerah admnistrasi peemrintahan sosial bagi seluruh rakyat Jawa Barat dan
berupa provinsi yang salah satu diantaranya seluruh rakyat Indonesia pada umumnya.
ialah Provinsi Jawa Barat.
Kasus yang mencuat di daerah Jawa barat
Ibukota Provinsi Jawa Barat pada mulanya pada tahun 1991-2000 adalah kasus
tetap di Jakarta, namun karena kemudian Cimacan yang merupakan sengketa antara
di Jakarta terjadi kekacauan sesudah warga dengan PT Bandung Asri Mulya
kedatangan tentara Belanda di bawah NICA dan Pemerintah Daerah Cianjur. Petani
(Netherland Indie Civil Administration), melakukan pencangkulan lapangan golf
pimpinan dan pemerintahan Republik sebagai bentuk protes petani atas pemberian
Indonesia meninggalkan kota tersebut, maka ganti rugi yang tidak memuaskan. Kasus
ibukota provinsi Jawa Barat pun di pindahkan rumpin juga menjadi perhatian berkaitan aksi
ke Kota Bandung (awal tahun 1946). Sejak protes masyarakat kampung Cibitung desa
waktu itu hingga sekarang ibukota Provinsi Sukamulya kecamatan Rumpin Kabupaten
Jawa Barat tetap berkedudukan di Kota Bogor yang menimbulkan korban, konflik
Bandung. terjadi antara TNI-AU dengan masyarakat
yang menolak pembangunan Water Training
Selama masa Republik Indonesia yang telah karena tanah tersebut dianggap masih milik
berjalan lebih dari 47 tahun telah banyak terjadi mereka.
peristiwa dan perubahan suasana di dalam
pemerintahan daerah, termasuk pemerintahan 4.3. Profil Kasus Pertanahan
di daerah Jawa Barat. Pada tahun 1956 daerah Tabel 4.23 menunjukkan bahwa frekwensi
ibukota RI Jakarta dipisahkan dari daerah masalah penguasaan dan pemilikan
administrasi pemerintahan Provinsi Jawa Barat, tanah yang tertinggi di Provinsi dan kota/
karena dibentuk Daerah Istimewa Jakarta dan kabupaten sampel. Yang kedua berbeda-
kemudian menjadi Daerah Khusus Ibukota beda di tiap daerah, untuk Kanwil dan Kota
Jakarta Raya yang kedudukannya setingkat Cimahi , masalah yang kedua adalah masalah
provinsi. prosedur penetapan hak dan pendaftaran
tanah, untuk Kota Bandung, kab. Bandung
Beberapa undang-undang yang mengatur Barat dan Kota Depok masalah batas/letak
pemerintahan daerah, termasuk bidang tanah.
pemerintahan desa, telah dilahirkan
untuk mengembangkan dan meningkatkan Tabel 4,24 menunjukkan bahwa pembagian
74 pemerintahan daerah itu. Beberapa ujian tipologi berdasarkan hasil RDP di atas belum
berat telah dialami pula oleh pemerintah dilakukan oleh Kanwil dan Kantah Kota
Daerah Jawa Barat beserta warganya. Bandung, serta Kab. Bandung Barat.
Dewasa ini, sejak lahirnya Orde Baru
(1966), Pemerintahan Daerah Jawa Barat Frekwensi kasus pertanahan sebagaimana tabel
beserta seluruh warganya tengah berupaya 4.25 menunjukkan hanya ada kasus sengketa
keras melaksanakan pembangunan dalam di Kota Depok dan Bandung Barat dan hampir
segala bidang kehidupan rakyat, dengan semuanya dilakukan upaya mediasi.
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
TABEL 4.23. TIPOLOGI MASALAH PERTANAHAN
KOTA KOTA KOTA KAB.
NO. KABUPATEN/KOTA KANWIL
BANDUNG CIMAHI DEPOK BANDUNG
BARAT
1. Masalah Penguasaan dan 82,43% 67% 55% 80% 61,6%
Pemilikan Tanah
2. Masalah batas/letak bid. tanah 1,58% 31% 10% 20% 23%
3. Masalah prosedur Penetapan 11,37% - 20% - 15,4%
Hak & Pendaftaran Tanah
4. Masalah pelaksanaan 1,91% - 20% - -
putusan pengadilan
5. Masalah tanah ulayat 0,23% - - - -
6. Masalah tanah obyek 1,35% - - - -
Landreform
7. Masalah ganti rugi tanah 0,25% - - - -
ex. Partikelir
8. Masalah pengadaan tanah 0,56% - 15% - -
Sumber: Hasil Pengumpulan Data, 2013
NO. EXECUTOIR
WILAYAH PENELITIAN SENGKETA KONFLIK MEDIASI LITIGASI
BESLAAG
1. Kanwil - - - - - 75
2. Kota Bandung - - - - -
3. Kota Cimahi - - - - -
4. Kota Depok 8 - 8 32 -
5. Kab Bandung Barat 13 - 12 1 1
Sumber: Hasil Pengumpulan Data, 2013
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
TABEL 4.26. ASPEK YANG DITELITI DALAM PENELITIAN MENGENAI AKAR MASALAH
2. Kota Bandung Diteliti juga aspek sosiologis dan lainnya tidak hanya
aspek yuridisnya
5. Kab Bandung Barat Diteliti karena pada hakikatnya masalah pertanahan terkait
dengan perlakuan manusia sehingga pada kasus yang
rumit dapat mengandung berbagai macam aspek, maka
penanganannya tidak cukup hanya secara hukum saja
Sumber: Hasil Pengumpulan Data, 2013
3. Kota Cimahi Tidak ada tim khusus (ada Tim Fasilitasi dan Mediasi
Penyelesaian Permasalahan dibuat berdasarkan SK
Walikota Cimahi No. 593.05/Kep.54-Pem/2013)
76
4. Kota Depok Khusus di kota Depok penanganan skasus ditangani
di seksi sengketa konflik dan perkara yang selanjutnya
dalam tiap penanganan kasus memberikan surat tugas
kepada tim
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
Berdasarkan table 4.26 diperoleh gambaran Dari tabel 4.28 di bawah menunjukkan bahwa
bahwa dalam penelitian akar masalah tidak beberapa responden belum dapat melakukan
hanya aspek yuridis saja yang diteliti tetapi eksekusi berita acara kesepakatan karena
juga aspek sosiologi terkait dengan kondisi beberapa hal, antara lain obyeknya dikuasai
masyarakat dan perilaku manusia. pihak lain, para pihak ingkar janji terhadap
kesepakatan dan kurangnya alat bukti yang valid.
Table 4.27 menunjukkan bahwa baik di kanwil
Provinsi jawa Barat maupun di Kota Bandung, Berdasarkan tabel 4.29, menunjukkan tidak
Cimahi dan Depok tidak ada tim khusus tersedianya peta konflik di daerah sampel
penyelesaian kasus pertanahan, yang ada kecuali Kota Depok ada peta sebaran tapi
hanya di Kab. Bandung Barat. bersifat kasuistis dan kab. Bandung Barat ada
peta konflik namun tidak up to date.
4. Kota Depok Output dari mediasi yang kami laksanakan adalah berupa
berita acara, yang selanjutnya diteruskan dengan nota
dinas seksi SKP terhadap kepala kantor/seksi, hal ini
sudah merupakan ketentuan adapun untuk para pihak
dikeluarkan surat hasil tindak lanjut mediasi
5. Kab Bandung Barat Sampai saat ini belum dapat dieksekusi, karena beberapa
hal, antara lain: obyeknya dikuasai pihak lain, belum ada
kesepakatan para pihak yang bersangkutan, kurangnya
alat bukti yang valid
5. Kab Bandung Barat Ada, namun tidak sesuai dengan kondisi saat ini (tidak up
to date)
Sumber: Hasil Pengumpulan Data, 2013
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
Gambar 4.5. Peta Provinsi Nusa Tenggara Barat
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
TABEL 4.30. KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI NTB
NO. KABUPATEN/KOTA IBUKOTA KECAMATAN DESA/KEL
1 Kabupaten Bima Raba 19 150
2 Kabupaten Dompu Dompu 8 71
3 Kabupaten Lombok Barat Gerung 10 88
4 Kabupaten Lombok Tengah Praya 12 107
5 Kabupaten Lombok Timur Selong 20 109
6 Kabupaten Lombok Utara Tanjung 5 33
7 Kabupaten Sumbawa Sumbawa Besar 24 152
8 Kabupaten Sumbawa Barat Taliwang 8 54
9 Kota Bima - 5 38
10 Kota Mataram - 3 50
Sumber : Wikipedia, 2013
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
Pada tahun 1988 Drs. H. Warsito, SH terpilih tangan pemilik modal terjadi secara besar-
memimpin NTB menggantikan H. Gatot besaran.
Soeherman. Drs.H.Warsito, SH mengendalikan
tampuk pemerintahan di Provinsi NTB untuk Untuk melancarkan pembangunan
masa dua periode, sebelum digantikan Drs. H. kepariwisataan, seperangkat peraturan pun
Harun Al Rasyid, M.Si pada tanggal 31 Agustus dikeluarkan, seperti SK Gub no. 113/1984
1998. tentang penunjukan lokasi dan pengaturan
penggunaan tanah untuk pengembangan
Drs. H. Harun Al Rasyid M.Si berjuang pariwisata di propinsi NTB; SK Gub no.
membangun NTB dengan berupaya 20/1989 tentang pedoman pembangunan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia kawasan wisata di daerah NTB serta perda
melalui Program Gema Prima. Tahun 2003 NTB No.91/1989 tentang pembangunan
hingga 1 september 2008 Drs. H. Lalu kawasan pariwisata di daerah NTB.
Serinatadan wakil Gubernur Drs.H.B. Thamrin
Rayes memimpin NTB. Pada masa ini berbagai Dari peraturan-peraturan tersebut hampir
macam upaya dilakukan dalam membangun semua daerah pinggiran pantai sebelah Barat,
NTB dan mengejar ketertinggalan diberbagai Selatan dan Timur Pulau Lombok merupakan
bidang dan sektor. Di zaman ini,sejumlah kawasan wisata. Padahal, tanah-tanah di
program diluncurkan, seperti Gerbang E-Mas daerah pinggiran pantai sebagian besar
dengan Program Emas Bangun Desa. Selain dimiliki oleh masyarakat (petani dan nelayan)
itu, pada masa ini pembangunan Bandara tanpa surat (sertipikat). Hal ini membuat
Internasional Lombok di Lombok Tengah ramainya kiprah spekulan tanah.
mulai terealisasi dan ditargetkan rampung
pertengahan 2009. Dari segi pengembangannya kepariwisataan
NTB memiliki beberapa ciri yang dapat dikenal
Dalam usianya yang ke-52 Provinsi NTB kini seperti bersifat bertumpu pada kekuatan
dipimpin oleh salah satu putra terbaiknya modal, sehingga investor bermodal kecil
yaitu Gubernur Dr. KH. M. Zainul Majdi dan tidak mendapat tempat karena dianggap
Wakil Gubernur Ir. H. Badrul Munir, MM. Pada tidak mampu memacu pertumbuhan yang
tahun 2010 ini, kedua pasangan pemimpin diharapkan.
menggenapkan dua tahun pemerintahannya
di ProvinsiNTB untuk mengemban amanah Pembangunan kepariwisataan merupakan
dan harapan masyarakat Nusa Tenggara kesempatan besar untuk menggaet investasi
Barat dalam mencapai kesejahteraan dan masuk ke NTB, pemda bahkan mengeluarkan
pembangunan daerah menuju NTB yang Perda No. 7/1990 tentang Usaha kawasan
80 Beriman dan Berdaya Saing. Pariwisata yang member peluang kepada
para pengusaha untuk mengelola lahan
5.2. Pemilikan/Penguasaan Tanah sekurang-kurangnya 50ha untuk membangun
Tanah untuk Pariwisata usaha pariwisata meliputi pembangunan
Pada saat pembangunan kepariwisataan hotel, resort, restaurant, tempat rekreasi,
NTB digalakkan, investor mulai berduyun- hiburan umum dan usaha pariwisata lainnya.
duyun masuk ke provinsi ini, bersamaan Berdasarkan perda ini, LTDC (Lombok Tourism
dengan itu pengalihan tanah dari rakyat ke Development Corporation) mendapat ijin
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
menguasai kawasan pariwisata atas lahan pemangku adat dahulu memang diberikan
seluas 1.250 ha. sebagai konsekuensinya LTDC kepada suatu keluarga yang dipercaya
memiliki hak untuk mengatur pengelolaan merupakan orang-orang terpilih yang
pariwisata di kawasan tersebut sehingga rakyat memiliki karakter seperti pahlawan dan
yang memiliki tanah di daerah tersebut (daerah dianggap bijaksana/sakti, ini berkaitan dengan
Kuta) dan memiliki penginapan harus minggir. kepentingan masyarakat untuk mendapatkan
perlindungan dan pengayoman dari sang
Perda No 7/1990 membuat pengelolaan pemangku adat.
kepariwisataan oleh rakyat/modal kecil
tidak memiliki peluan karena memberikan Pada masa sekarang, dengan adanya struktur
hak yang besar kepada pemerintah daerah pemerintahan Negara Republik Indonesia
untuk melakukan pengaturan penggunaan sampai pada struktur terbawah, memunculkan
kepariwisataan, sehingga mau tidak mau jabatan kepala desa yang dipilih dan bekerja
tanah yang dimiliki rakyat pada daerah yang untuk kepentingan masyarakat didaerahnya
telah ditetapkan menjadi daerah pariwisata yang bisa disamakan dengan pemangku adat.
harus dijual/dibebaskan. Dalam kondisi
demikian ada kecenderungan informasi Kesamaan persepsi ini melahirkan
mengenai pembangunan kepariwisataan pemandatan terhadap penguasaan tanah
tertutup. Akibatnya rakyat yang tidak tahu adat untuk dimiliki dan dikelola, namun
menahu mengenai tanah yang dimilikinya dengan pembatasan masa kerja seseorang
merupakan daerah/calon kawasan wisata sebagai kepala desa.
sering dibodohi oleh calo untuk melepaskan
tanahnya dengan harga murah. Tanah dengan hak demikian dikenal dengan
nama Tanah Pecatu di Lombok. Terdapat
Kasus-kasus pertanahan di NTB sebagaimana dua macam tanah pecatu, tanah pecatu
dijelaskan di atas mengurangi fungsi sosial milik masyarakat adat dan tanah pecatu
tanah karena pemerintah daerah melalui milik pemerintah daerah. Tanah pecatu yang
peraturan daerahnya tampaknya lebih merupakan milik pemerintah pengelolaannya
mengutamakan fungsi ekonomi tanah. dilakukan oleh pemerintah daerah, tanah
Dari berbagai kasus yang berlangsung, tersebut merupakan milik tuan-tuan tanah
permasalahan tanah di NTB diwarnai oleh yang disumbangkan untuk kepentingan
beberapa hal yakni: praktek jual-beli, sewa masyarakat desa sekitar, namun sumbangan
gadai tanah, pembebasan tanah, ketidak ini diberikan kepada pemerintah daerah
jelasan peruntukan dan tata ruang, sengketa untuk dikoordinasikan. Dalam kamus sasak
pemilikan lahan serta sengketa pemanfaatan Indonesia, tanah pecatu atau meder adalah
sumber daya alam. sawah yang diberikan oleh pemerintah 81
daerah kepada kepala desa selama menjabat
Tanah Pecatu Perangkat Desa sebagai pengganti gaji. Tanah seperti ini di
Di Lombok terdapat tanah-tanah milik dalam masyarakat Jawa dikenal dengan nama
persekutuan yang dalam perkembangannya tanah bengkok. Tanah pecatu di Lombok mirip
didelegasikan kepada perorangan, dengan namun tidak sama dengan tanah bengkok
maksud dan kepentingan tertentu, misalnya di Jawa. Hak yang ada disini adalah hak
dberikan kepada pemangku adat. Jabatan menikmati, artinya perangkat desa tersebut
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
hanya berhak menikmati hasil dari tanah Pemerintah daerah untuk kepentingan umum
pecatu tersebut selama menjadi perangkat dapat mengambil alih suatu tanah pecatu
desa, apabila sudah selesai tugasnya maka namun harus mengganti dengan tanah
kembali kepada Negara dan akan dinikmati lain yang jenis dan potensi peruntukannya
oleh penggantinya, jadi tidak boleh dijual oleh sama dengan tanah yang diambil tersebut.
perangkat desa. Apabila terjadi permasalah peralihan tanah
pecata dari kepala desa lama ke kepala desa
Kepala desa mendapatkan hak pengelolaan baru, camat dipanggil untuk berlaku sebagai
atas tanah pecatu berdasarkan jabatan mediator sementara keputusan ditentukan
yang dimiliki, dalam melaksanakan haknya oleh masyarakat melalui tokoh adat.
untuk mengelola tanah pecatu biasanya
kepala desa menyewakan kepada pihak lain. 5.3. Profil Kasus Pertanahan
Permasalahan yang timbul dengan praktik Dari table 4.31 di atas menunjukkan masalah
demikian misalnya ketika kepala desa yang penguasaan dan pemilikan tanah merupakan
bersangkutan meninggal dunia saat tanah masalah yang tertinggi di Provinsi Nusa
masih disewakan, maka tanah tersebut tidak Tenggara Barat, yang kedua adalah masalah
bisa langsung diambil/dikelola oleh kepala pelaksanaan putusan pengadilan, dan
desa sementara, hak-haknya akan diberikan ketiga adalah masalah prosedur penetapan
tidak dalam tanah pecatu, tanah tersebut hak dan pendaftaran tanah dan batas/
baru diberikan setelah terpilih kepala desa letak bidang tanah, adapun untuk Kota
baru.
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
TABEL 4.32. TIPOLOGI KASUS PERTANAHAN HASIL RDP
KOTA KAB KAB KAB KAB
NO. TIPOLOGI KANWIL
MATARAM LOMBOK LOMBOK LOMBOK LOMBOK
BARAT UTARA TENGAH TIMUR
1. Masyarakat 100% - 100% - 40% -
dengan swasta
2. TNI dengan POLRI - - - - - -
3. Masyarakat Adat - - - - 15% -
4. Kehutanan - - - 100% 20% -
5. ESDM/Pertambangan - - - - - -
6. BUMN - 100% - - 10% -
7. PU/Departemen - - - - 15% -
lainnya
Sumber : Hasil Pengumpulan Data, 2013
NO. EXECUTOIR
WILAYAH PENELITIAN SENGKETA KONFLIK MEDIASI LITIGASI
BESLAAG
1. Kanwil 124 6 1 7 -
2. Kota Mataram 6 - 5 1 -
3. Kab Lombok Barat 5 - 3 3 -
4. Kab Lombok Utara 1 - 1 2 -
5. Kab Lombok Tengah 10 - 10 4 2
6. Kab Lombok Timur - - - 20 -
Sumber : Hasil Pengumpulan Data, 2013
Mataram permasalahan yang ada seluruhnya Tabel 4.33 menunjukkan frekwensi kasus
mengenai penguasaan dan Pemilikan tanah, pertanahan tertinggi di Kanwil adalah
untuk Kab. Lombok Barat dan Kab. Lombok sengketa, sedangkan konflik hanya lima
tengah permasalahan tertinggi mengenai persen dari sengketa, untuk Kab/Kota hanya
penguasaan dan pemilikan tanah, sedangkan ada sengketa tidak ditemukan konflik.
untuk kab. Lombok Utara permasalahan
tertinggi mengenai batas/letak bidang tanah. Dari tabel 4.34 menunjukkan bahwa selain
aspek yuridis dalam penanganan kasus 83
Untuk Tipologi berdasarkan RDP, baik Kanwil, pertanahan dilakukan penelitian fisik dan
kab. Lombok Barat maupun Kab. Lombok sosiologis agar diperoleh informasi mengenai
tengah permasalahan yang dominan adalah sikap masyarakat dalam upaya penyelesaian
antara masyarakat dengan swasta, untuk Kota kasus pertanahan dengan observasi ke lokasi
Mataram seluruhnya permasalahan BUMN, untuk mendapatkan data dan informasi
Kab. Lombok Utara seluruhnya permasalahan penyebab masalah dari aspek lainnya yang
dengan kehutanan. bersifat internal.
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
TABEL 4.34. ASPEK YANG DITELITI DALAM PENELITIAN MENGENAI AKAR MASALAH
APAKAH SELAIN ASPEK YURIDIS JUGA DITELITI
NO WILAYAH PENELITIAN MENGENAI ASPEK SOSIOLOGI DAN ASPEK LAIN
SEHINGGA TERJADI MASALAH TERSEBUT
1. Kanwil Ya, dalam penanganan kasus pertanahan harus dilakukan
pengkajian dan penelitian secara utuh dan menyeluruh,
sehingga dilakukan penelitian fisik dan sosiologis agar
diperoleh informasi mengenai sikap masyarakat dalam
upaya penyelesaian kasus pertanahan
3. Kab Lombok Barat Ya, setelah observasi ke lokasi kami juga mendapatkan
data dan informasi penyebab masalah dari aspek lainnya
yang bersifat internal
4. Kab Lombok Utara Ya, setelah observasi ke lokasi, mendapatkan data dan
informasi penyebab masalah dari aspek lain yang bersifat
internal
Sedangkan untuk responden Kota Mataram Pada tabel 4.36 menunjukkan bahwa
menyatakan setiap permasalahan mempunyai beberapa responden belum dapat melakukan
karakteristik dan penyebab yang berbeda- eksekusi berita acara kesepakatan karena
beda dan tidak semua masalah pertanahan beberapa hal, antara lain karena masih dalam
berdampak social bagi masyarakat. tahap penanganan belum sampai ke tahap
84 akhir, sedangkan yang sudah dilaksanakan di
Mengenai Tim Khusus Penyelesaian Kasus Kab. Lombok Timur dan Kanwil, contohnya
Pertanahan sebagaimana disajikan dalam Penyelesaian Konflik Pertanahan antara
tabel 4.35 baik di kanwil, Kab. Lombok Barat, PT WAH dengan masyarakat yang dapat
Kab. Lombok Utara. Kab. Lombok Tengah, dan diselesaikan secara win-win solution.
Kab. Lombok Timur sudah dibentuk, kecuali di
Kota Mataram.
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
TABEL 4.35. TIM KHUSUS PENYELESAIAN KASUS PERTANAHAN
APAKAH SELAIN ASPEK YURIDIS JUGA DITELITI
NO WILAYAH PENELITIAN MENGENAI ASPEK SOSIOLOGI DAN ASPEK LAIN
SEHINGGA TERJADI MASALAH TERSEBUT
1. Kanwil Ada, Sesuai Dengan SK Kakanwil BPN Prov NTB
Tanggal 13 Maret2013 Nomor : 32/KEP-54/III/2013
Tentang Pembentukan Tim Penanganan dan
Penyelesaian Permasalahan yang Berpotensi Konflik
Strategis di Prov. NTB
6. Kab Lombok Timur Ada, yaitu seksi sengketa dan konflik, seksi survey
pengukuran dan pemetaan dan seksi hak atas tanah
dan pendaftaran tanah
Sumber : Hasil Pengumpulan Data, 2013
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
TABEL 4.36. EKSEKUSI BERITA ACARA TIM PENYELESAIAN KASUS
NO WILAYAH PENELITIAN EKSEKUSI SESUAI DENGAN BERITA ACARA HASIL
TIM PENYELESAIAN KASUS
2. Kota Mataram -
4. Kab Lombok Utara Masih dalam tahap penanganan, belum tahap akhir
6. Kab Lombok Timur Sudah ada, tetapi sebarannya masih sporadic sesuai
dengan masalah yang timbul
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
6. DOKUMENTASI PENELITIAN Pada gambar 4.6. menggambarkan tentang
Dalam pelaksanaan penelitian peningkatan diskusi yang sedang berlangsung tentang
peran mediator dalam kepastian penyelesaian penelitian peran mediator dalam kepastian
sengketa dan konflik pertanahan terdapat penyelesaian sengketa dan konflik pertanahan
beberapa pengambilan gambar berupa foto pada saat tim penelitian melakukan
yang secara nyata menggambarkan dan pengumpulan data di Provinsi Lampung yang
menjelaskan proses pelaksanaan penelitian. dilakukan dengan komponen dari kantor
Dengan dokumentasi tersebut dimaksudkan pertanahan tersebut.
akan diperoleh suatu bukti otentik terhadap
penelitian yang dilakukan. Selain itu, foto-
foto yang diperoleh dapat menjadi pelengkap
data guna menyempurnakan penelitian yang
dilakukan. Dokumentasi penelitian yang
diperoleh adalah sebagai berikut :
87
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
Gambar 4.7. Pelaksanaan Mediasi Di Nusa Tenggara Barat
Pada gambar 4.7. menggambarkan tentang Pada gambar 4.9. menggambarkan kegiatan
mediasi yang sedang berlangsung antara seminar laporan akhir penelitian yang
masyarakat di Provinsi Nusa Tenggara Barat pelaksanaanya dilaksanakan di kota Jakarta.
dengan Kantor Pertanahan Kabupaten Dalam kegiatan ini terdapat beberapan
Lombok Barat. narasumber dan moderator yang secara khusus
diundang untuk memberikan masukan lebih
Pada gambar 4.8. menggambarkan dalam lagi dalam penyempurnaan laporan
tentang Konsultasi yang dilakukan oleh penelitian yang disusun.
DPRD Kabupaten Tapin di Kantor Wilayah
88 Kalimantan Selatan mengenai permasalahan
pertanahan yang terdapat di wilayahnya.
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
Gambar 4.8. Konsultasi Hukum dari DPRD
Kabupaten Tapin Di Kantor Wilayah BPN
Provinsi Kalimantan Selatan
89
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
90
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
5 BAB V
PEMBAHASAN
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
91
BAB V
PEMBAHASAN
1. PROFIL KASUS PERTANAHAN
Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat
volume permasalahan tersebut, seperti
karakterisitik dari masyarakat yang berbeda
Berdasarkan pengumpulan – beda untuk setiap daerah, kurangnya
tingkat pengetahuan masyarakat tentang
data yang telah di hukum pertanahan yang berlaku di Indonesia,
laksanakan di lima lokasi pemeliharaan dan updating data yang
dilakukan secara internal tidak berjalan
penelitian yaitu Provinsi dengan baik.
Maluku, Lampung,
Tingkat volume masalah pertanahan pada
Kalimantan Selatan, Jawa tabel 5.1. Tipologi Masalah Pertanahan
Barat, Nusa Tenggara Lokasi Penelitian Tahun 2012 dan gambar 5.1.
Tipologi Masalah Pertanahan Lokasi Penelitian
Barat didapatkan tipologi Tahun 2012 dapat digunakan sebagai indikator
masalah pertanahan tahun masalah pertanahan yang banyak dialami
di seluruh wilayah Indonesia dan dapat
2012 yang menggambarkan diperuntukkan dalam membuat formula
tingkat volume masalah penyelesaian permasalahan pertanahan
tersebut secara efektif dan efisien.
pertanahan yang terjadi di
masing – masing sampel
lokasi penelitian.
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
160
140
120
nMaluku
100
nLampung
80
nKalimantan Selatan
60
nJawa Barat
40
nNusa Tenggara Barat
20
0
A B C D E F G H I
Gambar 5.1. Tipologi Masalah Pertanahan Lokasi Penelitian Tahun 2012
Keterangan :
A : Masalah Penguasaan dan Pemilikan
B : Masalah Prosedur Penetapan Hak dan Pendaftaran Tanah
C : Masalah Batas Dan/ Atau Letak Bidang Tanah
D : Masalah ganti rugi Ex-Partikelir
E : Masalah Tanah Ulayat
F : Masalah Tanah Obyek Landreform
G : Masalah Pengadaan Tanah
H : Masalah Pelaksanaan Putusan Pengadilan
I : Masalah Peruntukan dan Penggunaan Tanah
Berdasarkan Perkaban No. 3 Tahun 2011 untuk satu tahun waktu pelaksanaan dan/
tentang tentang Pengelolaan Pengkajian atau pembentukan tim berdasarkan urgensi
dan Penanganan Kasus Pertanahan, BPN masalah pertanahan yang dihadapi saja.
RI berperan aktif dalam penyelesaian kasus Keberadaan dari tim khusus penyelesaian
pertanahan, hal ini dibuktikan dengan pertanahan ini di lokasi sampel penelitian
terbentuknya tim khusus penyelesaian dapat dilihat pada tabel 5.2. Tim Khusus
pertanahan yang terdapat di beberapa Penyelesaian Kasus Pertanahan.
lokasi sampel penelitian. Pada penelitian ini
didapatkan bahwa tim khusus penyelesaian Tidak semua daerah penelitian mempunyai
pertanahan yang terbentuk tidak hanya tim khusus penyelesaian kasus pertahanan,
beranggotakan internal BPN saja, melainkan hanya daerah yang sering terjadi konflik 93
banyak juga yang melibatkan pihak lain dan sifatnya strategis mempunyai tim
seperti instansi pemerintah lainnya, khusus tingkat Provinsi seperti Lampung
perguruan tinggi, dan LSM. Terdapat beberapa dan Maluku. Sedangkan untuk Kalimantan
daerah yang melakukan pembentukan tim ini Selatan, Jawa Barat dan Nusa Tenggara Barat
yang ditetapkan dalam Surat Keputusan (SK) tim penyelesaian kasus pertanahan bersifat
temporer dan kasuistis.
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
TABEL 5.2. TIM KHUSUS PENYELESAIAN KASUS PERTANAHAN
NO PROVINSI TIM KHUSUS PENYELESAIAN KASUS PERTANAHAN
1 Maluku Ada tim khusus tingkat Provinsi
2 Lampung Ѵ
3 Kalimantan Selatan Ѵ
4 Jawa Barat Ѵ
Sebagaimana tabel 5.3. Peta Sebaran Masalah berupa pengaduan lisan yang dilakukan oleh
Pertanahan dapat dijelaskan bahwa tidak masyarakat. Pada pengaduan secara lisan
semua lokasi sampel penelitian telah memiliki diharuskan adanya hubungan hukum antara si
peta sebaran masalah pertanahan yang pengadu dengan obyek tanah yang terkait.
terjadi di wilayahnya. Peta sebaran masalah
pertanahan yang dimaksud merupakan data Tabel 5.5 menguraikan fakta yang diperoleh
secara atribut (belum ada di seluruh lokasi melalui penelitian lapangan bahwa ternyata
sampel penelitian data secara spesial). penunjukan mediator oleh Kepala Kantor
tidak selalu disertai dengan Surat Tugas
94 2. PENGATURAN PENYELESAIAN MASALAH khusus sebagaimana yang ditentukan dalam
PERTANAHAN MELALUI MEDIASI Perkaban No. 3 tahun 2011, karena sebagian
Sebagaimana diuraikan pada tabel 5.4. di besar responden beranggapan bahwa
atas, hasil penelitian lapangan menunjukkan pelaksanaan tugas sebagai mediator oleh
fakta bahwa yang dijadikan dasar pengaduan jajaran pejabat di bidang/seksi Penanganan
dan diterima oleh Kantor Wilayah maupun Sengketa Konflik dan Perkara Pertanahan
Kantor Pertanahan selain bukti yuridis merupakan pelaksanaan daripada tugas
berupa bukti surat, sertipikat, surat ukur dan pokok yang melekat padanya (ex officio).
penguasaan secara turun-temurun, juga dapat
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
TABEL 5.4. DASAR PENGADUAN
NO WILAYAH PENELITIAN DASAR PENGADUAN
1. Maluku Data yuridis kadang ada kadang tidak ada, data yuridis
dapat berupa bukti surat, sertipikat dan surat ukur, yang
menjadi dasar adalah penguasaan secara turun temurun
4. Jawa Barat Surat pengaduan yang disertai bukti yuridis, namun tidak
sedikit pengaduan yang diajukan tanpa bukti yang jelas
karena banyak masyarakat yang belum mengerti data/
alas hak yang dibutuhkan sebagai dasar pengaduan
5. Nusa Tenggara Barat Adanya bukti hubungan hukum antara pengadu dengan
obyek tanah dengan melampirkan identitas/surat kuasa,
ada bukti atas tanah/yuridis, selain data yuridis tersebut
dilakukan penelitian lapangan untuk menguatkan apakah
pengaduan tersebut mengandung unsure kebenaran atau
tidak
Sumber: Hasil Pengumpulan Data, 2013
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
TABEL 5.6. TAHAPAN MEKANISME MEDIASI YANG SEHARUSNYA DILAKUKAN
KALIMANTAN JAWA NUSA
NO. TIPOLOGI MASALAH MALUKU LAMPUNG
SELATAN BARAT TENGGARA
PERTANAHAN
BARAT
1. Menerima permohonan D D D D D
mediasi
2. Mengumpulkan informasi D D D D D
4. Menyiapkan tempat D D D D D
5. Memimpin diskusi D D D D D
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
tanahan sebagai bahan persiapan mediasi. sebenarnya sangat tergantung pada berapa
3. Mengumpulkan data pendukung fisik, lama para pihak dapat mencapai titik temu/
administrasi dan yuridis sebagai bahan kesepakatan untuk mencapai masalahnya,
pendukung hasil analisis. keahlian mediator dalam memainkan
4. Mempersiapkan konsep undangan perannya tentu akan berpengaruh terhadap
mediasi untuk para pihak. berapa cepat kesepakatan dapat dicapai.
5. Mempersiapkan dan melaksanakan gelar Pelaksanaan mediasi sebagaimana dalam
mediasi atas SKP pertanahan. Perkaban 3/2011 yang memberi tenggat
6. Membuat notulen, berita acara dan waktu enam bulan, namun terkadang
laporan hasil mediasi. pelaksanaannya dapat melebihi enam bulan
7. Melaksanakan tugas kedinasan yang sehingga membuat Kantor Wilayah/Kantor
diperintahkan atasan baik yang tertulis Pertanahan akhirnya menyarankan para
maupun lisan. pihak untuk menempuh jalur litigasi.
Sebagaimana fakta yang terungkap melalui pihak yang bersengketa walaupun dikemas
penelitian lapangan yang diuraikan dalam sebagai tugas dari mediator, sebagaimana
tabel 5.7 di atas, waktu pelaksanaan mediasi tabel 5.8 berikut:
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
TABEL 5.8. FASILITASI/MEDIASI
NO WILAYAH PENELITIAN FASILITASI/MEDIASI
1. Maluku Dari empat lokasi penelitian yang diambil, dua berpendapat fasilitasi
dan dua berpendapat mediasi (50% F ; 50% M)
2. Lampung Dari lima lokasi penelitian yang diambil, fasilitasi dua, mediasi satu
dan yang berpendapat dilakukan adalah mediasi dan fasilitasi
(keduanya) dua (40% F ; 20% M ; 40% keduanya)
3. Kalimantan Selatan Dari enam lokasi penelitian yang diambil, tiga berpendapat yang
dilakukan adalah fasilitasi, satu mediasi dan dua tidak menjawab
(50% F ; 33,3% tidak menjawab)
4. Jawa Barat Dari lima lokasi penelitian yang diambil semuanya berpendapat yang
dilakukan adalah fasilitasi (100% M)
5. Nusa Tenggara Barat Dari enam lokasi penelitian yang diambil empat berpendapat yang
dilakukan fasilitasi dan dua berpendapat mediasi (33,3% F ; 66,6% M)
Sumber: Hasil Pengumpulan Data, 2013
Dari tabel 5.8 di atas menunjukkan bahwa seseorang bertindak sebagai kendaraan
sebagian besar responden berpendapat untuk berkomunikasi antar para pihak ,
bahwa aparat BPN dalam melaksanakan tugas sehingga pandangan mereka yang berbeda
memediasi para pihak yang bersengketa adalah atas sengketa tersebut dapat dipahami dan
sebagai fasilitator. mungkin didamaikan, tetapi tanggung jawab
utama tercapainya suatu perdamaian tetap
Sebagai seorang fasilitator maka aparat berada di tangan para pihak sendiri.1
BPN sifatnya hanya mengarahkan para pihak
untuk menyelesaikan masalahnya secara Pasal 1 butir 5 Peraturan MA No. 1 tahun
musyawarah. 2008 menyatakan bahwa, mediator adalah
pihak yang bersifat netral dan tidak memihak,
Dalam Perma No. 1 tahun 2008 , menyatakan yang berfungsi membantu para pihak dalam
bahwa mediasi adalah cara penyelesaian mencari berbagai kemungkinan penyelesaian
sengketa melalui proses perundingan untuk sengketa. Para pihak akan mengambil
memperoleh kesepakatan para pihak dengan keputusan sendiri atas dasar negosiasi
dibantu oleh mediator, sedangkan dalam dengan pihak lawannya.
Perkaban No 3 tahun 2011 disebutkan bahwa
gelar mediasi bertujuan antara lain adalah Menurut Fuller salah seorang pakar hukum
memfasilitasi penyelesaian kasus pertanahan menyebutkan bahwa fungsi dari seorang
98 melalui musyawarah dan pemilihan penyelesai- mediator ada 7, yakni:2
an kasus pertanahan. Dari kedua pengertian di a) Sebagai “katalisator”, mengandung
atas, sebagian besar responden berpendapat pengertian bahwa kehadiran mediator
bahwa yang sesuai dengan yang selama ini dalam proses perundingan mampu
dilakukan oleh BPN adalah sebagaimana dalam mendorong lahirnya suasana yang
Perkaban No. 3 Tahun 2011. konstruktif bagi diskusi.
1. John W. Head, Pengantar Umum Hukum Ekonomi, ELIPS,
Menurut John W. Head, mediasi adalah 2.
Jakarta, 2002
Suyud Margono, “Alternative Dispute Resolution (ADR) dan
suatu prosedur penengahan dimana Arbitrase”. Ghalia Indonesia, Jakarta 2004.
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
b) Sebagai “pendidik”, berarti seorang harus mediator kepada aparat BPN baik di Kantor
berusaha memahami aspirasi, prosedur Wilayah maupun Kantor Pertanahan namun
kerja, keterbatasan politis, dan kendala demikian dari hasil penelitian lapangan
usaha dari para pihak. yang dilakukan menunjukkan masih sedikit
c) Sebagai “penerjemah”, berarti mediator sekali jajaran staf dan pejabat di Bidang/Seksi
harus berusaha menyampaikan dan Penanganan Sengketa Konflik dan Perkara
merumuskan usulan pihak yang satu Pertanahan yang telah mengikuti diklat
kepada pihak yang lainnya melalui bahasa mediator. Pada lingkup Kantor Wilayah yang
atau ungkapan yang baik dengan tanpa menjadi lokasi penelitian yaitu di Maluku,
mengurangi sasaran yang dicapai oleh Lampung, Kalimantan Selatan, Jawa Barat
pengusul. dan Nusa Tenggara Barat hanya terdapat
d) Sebagai “nara sumber” berarti seorang tidak lebih dari sepuluh pejabat yang telah
mediator harus mendayagunakan mengikuti diklat mediator.
sumber-sumber informasi yang tersedia.
e) Sebagai “penyandang berita jelek”, berarti Minimnya pejabat yang telah mengikuti
seorang mediator harus menyadari bahwa diklat mediator berakibat pada kurangnya
para pihak dalam proses perundingan pengetahuan tentang bagaimana sebenarnya
dapat bersikap emosional. Untuk itu, tata cara mediasi yang baik, karena minimnya
mediator harus mengadakan pertemuan sumber daya manusia yang memiliki
terpisah dengan pihak-pihak terkait untuk kemampuan mediasi yang diperoleh melalui
menampung berbagai usulan. diklat mediasi tentu akan menurunkan
f) Sebagai “agen realitas”, berarti mediator percepatan pelaksanaan transfer ilmu mediasi
harus berusaha memberikan pengertian ketika kepada jajarannya. Hal ini penting
secara jelas kepada salah satu pihak mengingat tahapan mediasi yang memerlukan
bahwa sasarannya tidak mungkin/ tidak ketrampilan, sebagai contoh dalam mediasi
masuk akal tercapai melalui perundingan. dikenal istilah kaukus, pengertian kaukus
g) Sebagai “kambing hitam”, berarti seorang disebutkan dalam pasal 1 butir 4 Peraturan
mediator harus siap disalahkan, misalnya MA di atas, yaitu pertemuan antara mediator
dalam membuat kesepakatan hasil dengan salah satu pihak tanpa dihadiri oleh
perundingan. pihak lainnya. Dalam praktek pelaksanaan
mediasi di Kantor Wilayah/kantor Pertanahan,
Dalam pengertian mediasi secara umum, sebelum melakukan mediasi, biasanya
mediator haruslah seorang yang bebas dan dilakukan kaukus dengan para pihak yang
tidak berpihak, faktanya pada pelaksanaan bersengketa, cara ini diperlukan untuk
mediasi di BPN juga menangani kasus dimana menghindari gesekan pada saat mediasi
BPN ikut menjadi pihak. Tentunya mekanisme antara para pihak. 99
ini perlu diatur apakah untuk kasus dimana
BPN menjadi pihak boleh dilakukan mediasi Kondisi ini semakin dipersulit dengan fakta
oleh BPN. adanya rotasi – mutasi yang menuntut pejabat
di lingkungan BPN RI untuk melakukan tour
Untuk menambah wawasan dan of duty ditempatkan di bidang/seksi apapun.
meningkatkan SDM maka pelatihan sebagai Hal ini berakibat hasil diklat mediasi yang
mediator terus ditingkatkan melalui diklat sudah dilaksanakan tidak dapat mencapai
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
sasaran yang diharapkan, contohnya: Pejabat Selain kewenangan yang dimiliki, untuk
di jajaran Bidang/Seksi SKP yang sudah menjalankan perannya dengan baik
mengikuti diklat, karena tugas dipindahkan ke mediator perlu memahami mengenai hak
seksi lain yang tidak berkaitan dengan bidang dan kewajibannya. Responden menyatakan
penanganan masalah. usulannya mengenai hak dan kewajiban
mediator sebagaimana tabel 5.10. Hak dan
Selanjutnya dalam Perma No. 1 tahun 2008 Kewajiban Mediator.
disebutkan bahwa mediasi dilakukan pada
pengadilan tingkat pertama, banding, kasasi, Dengan memahami hak dan kewajiban yang
dan peninjauan kembali sepanjang perkara dimiliki olehnya, tentunya mediator dapat
tersebut belum diputus. Pada prakteknya bekerja dengan lebih optimal terlebih lagi jika
berkaitan dengan hal tersebut hasil penelitian hak dan kewajiban tersebut tertuang dalam
di lingkungan Kanwil Jawa Barat di Kota sebuah peraturan karena dengan demikian
Cimahi, Kota Depok dan Kabupaten Bandung selain lebih mengikat juga dapat memberikan
Barat ternyata terdapat putusan pengadilan motivasi bagi mediator.
yang sudah inkracht (PK) tapi tidak/belum
dapat dieksekusi kemudian para pihaknya Mengenai kewajiban mediator, Ketua MA
mengajukan permohonan untuk dilakukan RI telah mengeluarkan Pedoman Perilaku
mediasi ke BPN. Keadaan yang sama Mediator, yang ditetapkan pada tanggal 11
ditemukan pula di lingkungan Kanwil Nusa Pebruari 2010, dalam bab II pasal 4 bahwa
Tenggara Barat yakni pada Kantor Pertanahan 1) mediator wajib menyelenggarakan proses
Kabupaten Lombok Timur, dilakukan mediasi sesuai dengan prinsip penentuan
permohonan mediasi karena pihak yang diri sendiri oleh para pihak, 2) mediator
memegang sertipikat tidak mau menyerahkan wajib memberitahu para pihak pada
sertipikat kepada pihak yang dinyatakan pertemuan lengkap pertama bahwa semua
menang. bentuk keputusan atau penyelesaian yang
diambil dalam proses mediasi memerlukan
Wewenang yang dimiliki oleh seorang persetujuan para pihak, 3) mediator wajib
mediator dalam pelaksanaan mediasi menjelaskan kepada para pihak pada
menurut para responden, mediator harus pertemuan lengkap pertama tentang
diberikan kewenangan dengan payung hukum pengertian dan prosedur mediasi, pengertian
yang dapat mengikat para pihak apabila ada kaukus dalam proses mediasi serta peran
putusan mediasi yang sepakat untuk saling mediator, 4) mediator wajib menghormati
bermusyawarah. Dengan adanya payung para pihak, antara lain hak untuk konsultasi
hukum demikian para responden berharap dengan penasehat hukumnya atau para ahli
100 nantinya hasil mediasi yang sudah disepakati atau hak untuk keluar dari proses mediasi,
para pihak dapat dijalankan dan persentase 5) mediator wajib menghindari penggunaan
hasil kesepakatan yang dilanggar oleh para ancaman, tekanan atau intimidasi dan
pihak (wanprestasi) dapat berkurang. Secara paksaan terhadap salah satu atau kedua
lebih terperinci, masukan responden tentang belah pihak untuk membuat keputusan,
wewenang mediator dapat dilihat dalam tabel 6) mediator wajib menjaga kerahasiaan
5.9. Wewenang yang seharusnya dimiliki, informasi yang terungkap di dalam proses
menurut responden. mediasi, 7) mediator wajib memusnahkan
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
catatan-catatan dalam proses mediasi setelah dalam suatu berita acara mediasi atau berita
berakhirnya proses mediasi. acara kesepakatan/perdamaian, demikian
juga untuk point 4 justru diharapkan yang
Berkaitan dengan point kewajiban mediator terlibat dalam proses mediasi hanya para
di atas, tentunya agak berbeda dengan pihak yang bersengketa saja.
kewajiban mediator atau dalam hal ini
fasilitator di BPN karena untuk point 7 justru Penelitian lapangan memperoleh masukan
catatan itu dapat menjadi alat bukti penting dari responden mengenai perlunya diberikan
dari proses mediasi yang akan dituangkan lisensi terhadap mediator yang diatur dalam
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
peraturan perundang-undangan, lisensi ini Dengan memahami hak dan kewajiban yang
dianggap oleh sebagian besar responden dimiliki olehnya, tentunya mediator dapat
dapat menunjang pelaksanaan tugas dari bekerja dengan lebih optimal terlebih lagi jika
seorang mediator yang dapat dilihat pada hak dan kewajiban tersebut tertuang dalam
tabel 5.11. Lisensi diatur dalam perundangan- sebuah peraturan karena dengan demikian
undangan. selain lebih mengikat juga dapat memberikan
motivasi bagi mediator.
4. Jawa Barat Hak menetapkan jadwal mediasi antara para pihak sampai ditemukan/
ditetapkan kesimpulan hasil dari mediasi tersebut; meneliti hubungan
hukum/kepentingan para pihak serta kewajiban untuk tetap netral;
menyampaikan ide-ide untuk membujuk para pihak untuk saling
berdamai; menyampaikan opsi/alternatif penyelesaian masalah
pertanahan dan (idealnya) mendapat honorarium
Kewajibannya tidak memihak kepada salah satu pihak; mengendalikan
proses mediasi agar dapat dicapai kesepakatan dan agar tidak terjadi
102 pihak yang lebih kuat menekan pihak yang lemah
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
Mengenai kewajiban mediator, Ketua MA Berkaitan dengan point kewajiban mediator
RI telah mengeluarkan Pedoman Perilaku di atas, tentunya agak berbeda dengan
Mediator, yang ditetapkan pada tanggal 11 kewajiban mediator atau dalam hal ini
Pebruari 2010, dalam bab II pasal 4 bahwa fasilitator di BPN karena untuk point 7 justru
1) mediator wajib menyelenggarakan proses catatan itu dapat menjadi alat bukti penting
mediasi sesuai dengan prinsip penentuan diri dari proses mediasi yang akan dituangkan
sendiri oleh para pihak, 2) mediator wajib dalam suatu berita acara mediasi atau berita
memberitahu para pihak pada pertemuan acara kesepakatan/perdamaian, demikian
lengkap pertama bahwa semua bentuk juga untuk point 4 justru diharapkan yang
keputusan atau penyelesaian yang diambil terlibat dalam proses mediasi hanya para
dalam proses mediasi memerlukan persetujuan pihak yang bersengketa saja.
para pihak, 3) mediator wajib menjelaskan
kepada para pihak pada pertemuan lengkap Penelitian lapangan memperoleh masukan
pertama tentang pengertian dan prosedur dari responden mengenai perlunya diberikan
mediasi, pengertian kaukus dalam proses lisensi terhadap mediator yang diatur
mediasi serta peran mediator, 4) mediator dalam peraturan perundang-undangan,
wajib menghormati para pihak, antara lain hak lisensi ini dianggap oleh sebagian besar
untuk konsultasi dengan penasehat hukumnya responden dapat menunjang pelaksanaan
atau para ahli atau hak untuk keluar dari tugas dari seorang mediator yang dapat
proses mediasi, 5) mediator wajib menghindari dilihat pada tabel 5.11. Lisensi diatur dalam
penggunaan ancaman, tekanan atau intimidasi perundangan-undangan.
dan paksaan terhadap salah satu atau kedua
belah pihak untuk membuat keputusan, 6) Hasil penelitian menunjukkan terjadi
mediator wajib menjaga kerahasiaan informasi perbedaan persepsi mengenai permasalahan
yang terungkap di dalam proses mediasi, 7) apa saja yang dapat dimediasi, sebagaimana
mediator wajib memusnahkan catatan-catatan tampak pada tabel 5.12 Masalah yang dapat
dalam proses mediasi setelah berakhirnya dimediasi.
proses mediasi.
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
TABEL 5.12. MASALAH YANG DAPAT DIMEDIASI
WILAYAH JUMLAH MASALAH YANG
NO PERSENTASE
PENELITIAN SAMPEL DAPAT DIMEDIASI
Adanya perbedaan persepsi dari responden pidana tertentu melalui proses penyelesaian
ini menunjukkan belum ada kesamaan di luar Pengadilan. Kemungkinan hal ini
dalam memandang permasalahan yang dikarenakan sifat sanksi pidana sebagai
dapat dimediasi, beberapa responden ultimum remedium. Konsekuensi dari sifat atau
yang berpendapat bahwa tidak semua ciri ini, bilamana sarana hukum lainnya seperti
permasalahan dapat dimediasikan menyata- perdata atau administrasi bisa atau lebih baik
kan bahwa permasalahan yang sedang digunakan, maka hukum atau sanksi pidana
berlangsung di pengadilan atau persoalan tidak perlu digunakan. Atau dengan kata lain,
pidana tentu tidak dapat dimediasikan. bila tidak perlu sekali jangan menggunakan
pidana sebagai sarana3.
Dari beberapa ketentuan peraturan
perundang-undangan antara lain pasal Garry Goodpaster berpendapat mediasi
30 (ayat2) UU No. 23 tahun 1997 tentang tidak selalu dapat diterapkan terhadap suatu
Pengelolaan Lingkungan Hidup menyebutkan sengketa, atau tidak selalu diperlukan untuk
bahwa sengketa penyelesaian di luar Pengadil- menyelesaikan semua persoalan dalam
an tidak berlaku terhadap tindak pidana di sengketa tertentu. Mediasi akan berhasil
luar Pengadilan. Kemudian pasal 75 (ayat 1) dan berfungsi dengan baik bilamana sesuai
104 UU No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan dengan syarat-syarat, antara lain para
sebagaimana dirubah dengan Undang-Undang pihak mempunyai kekuatan tawar menawar
No. 19 tahun 2004 menyatakan penyelesaian yang sebanding, terdapat persoalan yang
sengketa kehutanan di luar Pengadilan tidak memungkinkan terjadinya pertukaran (trades
berlaku terhadap tindak pidana sebagaimana off), terdapat urgensi atau batas waktu untuk
diatur dalam UU Kehutanan tersebut. menyelesaikan.4
3. Soedarto, Hukum dan Hukum Pidana, Alumni, Bandung, 1977.
Meski demikian secara teoritis, terbuka 4. Garry Goodpaster, Tinjauan Terhadap Penyelesaian Sengketa,
Ghalia Indonesia, Jakarta, 1995
kemungkinan untuk menyelesaikan tindak
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
Mediator dalam pelaksanaan mediasi di BPN mediasi sesuai dengan tugas dan fungsinya,
tentunya dilaksanakan oleh pejabat BPN, sehingga sertipikat bukanlah keharusan. Hal
responden penelitian berpendapat bahwa yang sama juga berlaku di Pengadilan, jika
sebaiknya seorang mediator adalah pihak dalam wilayah pengadilan yang bersangkutan
yang ditunjuk/telah disertipikat, secara tidak ada mediator yang bersertifikat, semua
terperinci tampak sebagaimana tabel 5.13. hakim pada pengadilan yang bersangkutan
Yang dapat menjadi mediator. dapat ditempatkan dalam daftar mediator.
2. Lampung Dapat dilakukan oleh siapa saja asalkan orang yang memiliki
pengetahuan di bidang pertanahan terutama dari bidang/seksi SKP
4. Jawa Barat Untuk menjadi mediator haruslah orang yang independen artinya secara
khusus ditunjuk karena penyelesaiannya dan tidak ada keberpihakan,
maka yang penting adalah kemauan dan kemampuannya untuk menjadi
mediator
5. Nusa Tenggara Pihak yang ditunjuk/telah bersertifikat secara khusus memiliki keahlian
Barat terutamaa dari bidang/seksi SKP berdasarkan tupoksi yang melekat
padanya
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa 4. KEPASTIAN HUKUM TERHADAP HAL-
para responden berpendapat utamanya HAL YANG DISEPAKATI PARA PIHAK
yang dijadikan mediator adalah orang yang DALAM PROSES MEDIASI
mempunyai kemampuan di bidang hukum Responden dalam penelitian berpendapat
dan teknis pertanahan namun tentu sesuai bahwa BAK yang dicapai para pihak
dengan tupoksi yang melekat maka harusnya sebaiknya didaftarkan di pengadilan atau
diutamakan dari bidang/seksi Penanganan dibuat dihadapan notaris, bahkan ada yang
Sengketa Konflik Dan Perkara Pertanahan. berpendapat agar keduanya dilaksanakan
105
baik dibuat dihadapan notaris maupun
Terkait dengan peraturan yang menyebutkan didaftarkan di pengadilan supaya lebih
bahwa setiap mediator harus mendapatkan mengikat, sebagaimana tampak pada tabel
sertifikasi dari lembaga yang telah ditunjuk 5.14 Pembuatan Berita Acara Perdamaian
dan diakreditasi oleh Mahkamah Agung (MA) (BAP).
setelah mengikuti pelatihan oleh lembaga
tersebut, maka mediator yang menangani Tabel 5.14 menunjukkan bahwa Berita Acara
kasus pertanahan di BPN melakukan fungsi Perdamaian yang dibuat di hadapan Notaris
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
TABEL 5.14. PEMBUATAN BERITA ACARA PERDAMAIAN (BAP)
DILAKUKAN TIDAK
DIBUAT DI
WILAYAH JUMLAH DIDAFTARKAN KEDUANYA MENJAWAB/
NO. HADAPAN
PENELITIAN SAMPEL DI PENGADILAN (NOTARIS + OPSI
NOTARIS
DIDAFTARKAN) LAINNYA
1. Maluku 4 (1 kanwil, - 1 1 2
3 kantah)
2. Lampung 5 (1 kanwil, - 1 1 3
4 kantah)
3. Kalimantan 6 (1 kanwil, 3 - - 3
Selatan 5 kantah)
ditemukan di Provinsi Kalimantan Selatan dan penelitian adalah cukup dibuat di kantor BPN
Jawa Barat, yang di daftarkan di pengadilan dan ditandatangani oleh para pihak, saksi-
ditemukan di Provinsi Maluku, lampung, Jawa saksi dan diketahui oleh pejabat BPN.
Barat dan Nusa Tenggara Barat. Responden lebih banyak yang menyatakan
bahwa BAK yang sudah disetujui para pihak
Usulan selain dibuatkan secara notaril/ lebih tepat dibuatkan akta notariil di hadapan
didaftarkan di pengadilan yang didapat dari notaris, sebagaimana tampak pada tabel
2. Lampung 5 (1 kanwil, 2 1 - 2
4 kantah)
3. Kalimantan 6 (1 kanwil, 3 1 - 2
Selatan 5 kantah)
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
5.15 Pendaftaran Berita Acara Perdamaian tertulis (begin van schriftelijk).
(BAP).
Responden yang berpendapat lebih tepat Hasil akhir dari mediasi adalah Berita Acara
dibuatkan akta notariil di hadapan notaris Kesepakatan (BAK) yang dapat berupa
beralasan karena permasalahan tersebut perdamaian merupakan kesepakatan dari
selama sebelum beracara di pengadilan para pihak, karena berupa kesepakatan
masih merupakan ranah privat (belum seharusnya tidak ada lagi wanprestasi
pada ranah beracara), sehingga lebih baik terhadap BAK, karena kesepakatan
dilakukan dihadapan notaries, dengan dilakukan bersama-sama oleh para pihak,
demikian merupakan akte otentik. secara sadar dan tanpa tekanan dalam
musyawarah untuk mufakat bahkan dalam
Pada dasarnya surat perjanjian perdamaian hal ini mediasi dilakukan dengan mediator.
atau yang biasa disebut berita acara
perdamaian/BAK tidak harus dibuat dengan Namun yang terjadi dalam praktik seringkali
akta notariil, dapat dengan akta bawah berbeda dengan teori yang ada, dalam
tangan, hanya saja akta bawah tangan penelitian lapangan yang dilakukan data
masih dapat disangkal dan baru mempunyai lapangan menunjukkan di beberapa tempat
kekuatan pembuktian yang sempurna apabila terjadi pelanggaran terhadap Berita Acara
diakui oleh kedua belah pihak atau dikuatkan Kesepakatan yang telah dicapai, dapat dilihat
lagi dengan alat-alat bukti lainnya karena akta pada tabel 5.16. Pelanggaran Berita Acara
bawah tangan merupakan permulaan bukti Perdamaian (BAK).
2. Lampung 5 (1 kanwil, 4 - 1
4 kantah)
3. Kalimantan 6 (1 kanwil, 3 - 3
Selatan 5 kantah)
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
Sebagaimana tampak dalam tabel 5.16, pihak telah mengadakan perdamaian
ternyata walaupun telah terjadi kesepakatan tentang kebatalan itu dengan pernyataan
yang dituangkan dalam Berita Acara tegas ;
Perdamaian dan seharusnya di taati oleh d. Perdamaian yang diadakan atas dasar
para pihak yang bersepakat namun pada surat-surat yang kemudian dinyatakan
prakteknya masih terjadi pelanggaran pada palsu ;
Berita Acara Perdamaian yang merupakan e. Perdamaian mengenai sengketa yang
hasil mediasi. sudah diakhiri dengan suatu keputusan
hakim yang telah memperoleh kekuatan
Yang menarik kasus di Kota Cimahi, hukum yang pasti, namun tidak diketahui
dimana Berita Acara perdamaian digugat di oleh para pihak atau salah satu pihak.
Pengadilan TUN setempat. Obyek gugatan Akan tetapi jika keputusan yang tidak
dalam sengketa TUN adalah berupa diketahui itu masih dimintakan banding
Keputusan TUN (beschikking). Sehingga maka perdamaian mengenai sengketa
sangat tidak tepat Berita Acara Perdamaian yang bersangkutan adalah sah ;
di gugat di PTUN. f. Perdamaian hanya mengenai suatu
urusan, sedangkan dari surat-surat yang
Berita Acara Perdamaian/BAK tersebut ditemukan kemudian ternyata salah satu
merupakan kesepakatan bersama yang pihak tidak berhak atas hal itu.
dilakukan oleh para pihak dengan tujuan dan
itikad baik untuk membuat suatu perjanjian. Apabila keenam hal itu dilakukan maka
Perdamaian pada hakikatnya dapat saja dibuat perdamaian itu dapat dimintakan
para pihak dihadapan atau oleh hakim yang pembatalan kepada pengadilan.5
memeriksa perkara, juga perdamaian dapat
dibuat oleh para pihak diluar pengadilan Pelanggaran BAK terjadi pada dua propinsi
dan selanjutnya di bawa ke pengadilan yang dari lima propinsi yang menjadi sampel
bersangkutan untuk dikukuhkan. penelitian lapangan, yakni pada Propinsi
Jawa Barat dan Propinsi Nusa Tenggara Barat.
Perdamaian dapat dilakukan secara bebas Pelanggaran BAK di Propinsi Jawa Barat terjadi
oleh para pihak namun undang-undang telah di Kota Cimahi, sebagaimana disebutkan
mengatur berbagai jenis perdamaian yang dalam kuesioner yang diisi oleh Kepala
tidak boleh dilakukan oleh para pihak. Kantor/Kepala Seksi Penanganan Sengketa,
Konflik dan Perkara Pertanahan menyatakan
Perdamaian yang tidak diperbolehkan adalah: ada walaupun kecil sekali. Di Propinsi Nusa
a. Perdamaian tentang telah terjadinya Tenggara Barat pelanggaran terhadap BAK
108 kekhilafan mengenai orang yang malah terjadi di dua lokasi yakni di Kabupaten
bersangkutan atau pokok perkara ; Lombok Tengah dan Kabupaten Lombok Timur.
b. Perdamaian yang telah dilakukan dengan Menurut kuesioner yang diisi oleh Kepala
cara penipuan atau paksaan ; Kantor/Kepala Seksi Penanganan Sengketa,
c. Perdamaian mengenai kekeliruan Konflik dan Perkara Pertanahan Kabupaten
mengenai duduk perkara tentang suatu Lombok Tengah, pelanggaran BAK seringkali
alas hak yang batal, kecuali bila para terjadi pada tanah-tanah yang memiliki
5. Salim, Hukum Kontrak, Teori dan Teknis Penyusunan Kontrak, (Jakarta : Sinar Grafika, 2006), hal. 94
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
nilai jual tinggi. Kepala Seksi Penanganan Upaya yang masih dilakukan oleh Kantor
Sengketa, Konflik dan Perkara Pertanahan Pertanahan ternyata tidak seragam dan
Kabupaten Lombok Timur menyatakan bahwa bermacam-macam tergantung kebijakan dari
pelanggaran terhadap BAK di Lombok Timur pejabat yang menangani. Kanwil Provinsi
bahkan mencapai angka 30%. Maluku dan Kantor Pertanahan Kota Ambon,
membuat rekomendasi agar para pihak
Penelitian menunjukkan pihak Kantor melakukan jalur hukum melalui lembaga
Pertanahan masih berupaya untuk melakukan pengadilan jika terjadi pelanggaran terhadap
sesuatu ketika salah satu pihak melakukan BAK yang dilakukan oleh para pihak.
pelanggaran terhadap kesepakatan yang
dicapai, sebagaimana tampak pada tabel
5.17. Tindakan.
2. Lampung 5 (1 kanwil, 4 - 1
4 kantah)
3. Kalimantan 6 (1 kanwil, - 2 4
Selatan 5 kantah)
109
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
Di Kanwil Provinsi Lampung, Kantor Kantor Pertanahan Lombok Tengah dan
Pertanahan Tulang Bawang dan Kantor Lombok Timur menyarankan para pihak agar
Pertanahan Tanggamus jika terjadi melanjutkan permasalahannya ke pengadilan.
pelanggaran terhadap BAK yang dilakukan Tidak dilaksanakannya BAK oleh para pihak
adalah memberikan pengertian mengenai tentu menjadi permasalahan tersendiri,
mediasi yang sudah dilakukan dan jika tetap dalam penelitian lapangan yang dilakukan
tidak dilanggar maka akan menyarankan agar juga menampung usulan dari kanwil/kantah
para pihak menempuh jalur hukum melalui mengenai upaya apa yang seharusnya
lembaga pengadilan. dilakukan agar BAK tersebut lebih dipatuhi.
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
Kota Banjarmasin. Berbeda dengan usulan Berdasarkan ketemtuan pasal 1868
tersebut, Kantor Pertanahan Banjar Baru KUHPerdata, yang disebut dengan akta
menyarankan agar BAK tersebut dibuatkan otentik adalah suatu akta yang dibuat dalam
akta otentik di hadapan notaris. bentuk yang ditentukan oleh undang-undang,
dibuat oleh atau di hadapan pegawai-
Penelitian di Provinsi Jawa Barat, Kanwil pegawai umum yang berkuasa untuk itu
menyarankan supaya BAK tersebut selain dan di tempat dimana akta itu di buat. Ada
dibuat dihadapan notaris juga didaftarkan di dua golongan akta notaries, pertama, akta
pengadilan agar lebih mengikat dan ditaati perjabat atau acte relass (ambtelijk akten),
para pihak. Kantor Pertanahan Kota Cimahi merupakan akta yang menguraikan secara
menyarankan agar dibuatkan payung hukum otentik mengenai suatu tindakan yang
yang mengatur mengenai hal tersebut, Kantor dilakukan atau sutau keadaan yang dilihat
Pertanahan Kota Depok memberikan usulan atau disaksikan oleh pembuat akta itu yakni
agar BAK tersebut dibuat dihadapan notaris. notaris sendiri dalam menjalankan tugasnya
Kantor Pertanahan Kabupaten bandung Barat sebagai notaris. Akta yang dibuat sedemikian
memberikan usulan agar BAK mengikat para dan memuat uraian dari apa yang dilihat
pihak yang bersengketa atau pihak ketiga, dan disaksikan, dinamakan akta yang
maka BAK perlu didaftarkan di pengadilan dibuat “oleh” sebagai pejabat umum. Yang
agar mempunyai title eksekutorial: “DEMI termasuk dalam akta ini antara lain adalah
KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG berita acara rapat pemegang saham dalam
MAHA ESA”. Yang mempunyai kekuatan sama perseroan terbatas dan akta pencatatan
dengan putusan pengadilan yang inkracht. harta peninggalan. Kedua, akta yang dibuat
” dihadapan “ (ten overstan) notaries atau
Penelitian di Provinsi Nusa Tenggara Barat, yang dinamakan “akta partij” (partij acten)
usulan dari Kanwil, Kantor Pertanahan yaitu akta yang berisikan suatu cerita dari
Kabupaten Lombok Barat, Lombok Timur apa yang terjadi karena perbuatan yang
dan Lombok Utara adalah agar BAK tersebut dilakukan oleh pihak lain dihadapan notaris,
didaftarkan di pengadilan. Kantor Pertanahan artinya segala sesuatu yang diterangkan atau
Kota Mataram mengusulkan perlu adanya diceritakan oleh pihak lain yang sengaja
sanksi apabila Berita Acara Perdamaian datang kepada notaries dituangkan dalam
dilanggar oleh para pihak. suatu otentik, yang termasuk golongan ini
adalah akta jual beli, akta perdamaian di luar
Dalam rapat pembahasan TOR penelitian, pengadilan, akta sewa menyewa dan akta
diperoleh informasi bahwa kantor wasiat.
Pertanahan jakarta Selatan membuat akta
perdamaian di hadapan Notaris. Cara ini Sebagai suatu akta yang otentik, maka akta 111
diyakini dapat lebih mengikat para pihak notaries memiliki kekuatan pembuktian
untuk mentaati akta perdamaian. yang lengkap, apabila gugatan diajukan ke
pengadilan hakim dapt mengajukan tuntutan
5. Salim, Hukum Kontrak, Teori dan Teknis Penyusunan Kontrak, (Jakarta : Sinar Grafika, 2006), hal. 94
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
serta merta (uit voerbaar bij vooraad) maka berlaku sebagai undang-undang
karena akta tersebut mempunyai kekuatan bagi para pihak yang telah bersepakat.
bukti sempurna atau tidak dapat disangkal KUHperdata membedakan perikatan yang
lagi, isi akta tersebut dianggap benar dan lahir dari perjanjian dan perikatan yang lahir
hakim harus mempercayai apa yang ditulis dari undang-undang. Apabila atas perjanjian
didalamnya. Akta tersebut hanya dapat yang disepakati terjadi pelanggaran, maka
dilemahkan apabila ada bukti perlawanan dapat diajukan gugatan wanprestasi karena
yang kuat.6 ada hubungan kontraktual antara pihak
yang menimbulkan kerugian dan pihak
Di dalam Pasal 1858 ayat ( 1 ) Kitab Undang- yang menderita kerugian. Tujuan gugatan
Undang Hukum Perdata, perdamaian yang wanprestasi adalah untuk menempatkan
diadakan para pihak harus dibuatkan dalam penggugat pada posisi seandainya perjanjian
bentuk tertulis. Sehingga dapat disimpulkan tersebut dipenuhi. Wanprestasi dapat
bahwa bentuk tertulis dari perjanjian berbentuk, a) debitur tidak memenuhi
perdamaian yang dimaksudkan undang- prestasi pada waktunya (terlambat); b)
undang adalah bentuk tertulis yang otentik, debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali;
yaitu yang dibuat di hadapan pejabat yang c) debitur memenuhi prestasi dengan tidak
berwenang dalam hal ini adalah notaris. baik (tidak sesuai dengan yang diperjanjikan.
Perjanjian perdamaian secara tertulis yang
dibuat di hadapan notaris ini dapat dijadikan Untuk lebih memberikan kekuatan mengikat
sebagai alat bukti bagi para pihak untuk pada Berita Acara Kesepakatan atau Berita
diajukan kehadapan hakim (pengadilan) Acara Perdamaian sehingga bisa langsung
karena isi perdamaian itu disamakan dengan dilaksanakan eksekusi maka pencantuman
putusan hakim yang telah mempunyai Titel Eksekutorial di dalam BAK dirasa perlu
kekuatan hukum yang tetap. oleh sebagian besar responden penelitian,
hal tersebut dapat dilihat sebagaimana pada
Berita Acara Kesepakatan merupakan suatu tabel 5.18 Usulan Titel Eksekutorial di BAK.
“perjanjian”. Karena merupakan perjanjian
2. Lampung 5 (1 kanwil, 3 1 1
4 kantah)
112
3. Kalimantan 6 (1 kanwil, - 3 3
Selatan 5 kantah)
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
Tabel diatas menunjukkan banyaknya
usulan dari responden mengutarakan perlu
diberikan title eksekutorial supaya dapat
lebih ditaati sehingga memiliki kekuatan
eksekusi sebagaimana hak tanggungan.
113
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
114
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
6 BAB VI
KESIMPULAN
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
115
BAB VI
KESIMPULAN
1. KESIMPULAN sebagai akta notariil, atau bahkan tidak
a. Pelaksanaan mediasi sebagaimana yang di daftar ke Pengadilan dan tidak dibuat
diatur dalam Peraturan KBPN No. 3 tahun notariil tetapi cukup menggunakan format
2011 Tentang Pengelolaan Pengkajian Berita Acara Perdamaian sebagaimana
Dan Penanganan Kasus Pertanahan yang diatur dalam Perkaban, namun cara
belum mengatur secara khusus mengenai yang terakhir ini sering diingkari dan tidak
tahapan kegiatan mediasi, apa saja yang ditaati oleh para pihak yang bersengketa
harus dilakukan dan dilarang dilakukan sehingga apa yang sudah disepakati dalam
sehingga tidak ada pedoman dalam Berita Acara Perdamaian/BAK menjadi
melakukan kegiatan mediasi sebagaimana sia-sia. Penegakan hukum terhadap
yang diatur dalam peraturan sebelumnya pelanggaran BAK sulit dilakukan walaupun
dan sudah dinyatakan tidak berlaku secara teoritis BAK merupakan perjanjian
dengan Perkaban yang baru. Pengaturan yang berlaku sebagai undang-undang bagi
ini penting mengingat ada kemungkinan mereka yang telah bersepakat.
aparat yang menangani kegiatan mediasi
tidak senantiasa paham dengan mediasi, 2. REKOMENDASI
dengan adanya pengaturan mengenai a. Peraturan KBPN No. 3 tahun 2011 Tentang
tata cara kerja mediasi maka optimalisasi Pengelolaan Pengkajian Dan Penanganan
kegiatan dapat lebih ditingkatkan. Kasus Pertanahan perlu ditindak lanjuti
b. Dalam peraturan MA seorang mediator dengan petunjuk pelaksanaan yang
harus mempunyai sertipikat mediator, mengatur secara khusus mengenai
namun tidak demikian dengan aparat kegiatan mediasi.
BPN yang melakukan mediasi karena b. Nomenklatur mediator bagi aparat BPN
menjalankan tugas dan fungsinya yang melakukan mediasi sebaiknya
sehingga legitimasinya adalah peraturan dirubah menjadi fasilitator karena BPN
organisasi, maka untuk meningkatkan sering ikut menjadi pihak dalam sengketa
peran mediator atau fasilitator perlu ada yang sedang di mediasi, sedangkan
lisensi sebagai fasilitator yang intinya seorang mediator tidak boleh ikut menjadi
memberikan wewenang untuk melakukan pihak dalam sengketa yang di mediasikan.
tindakan yang diperlukan dalam mediasi, c. Untuk menjamin kepastian hukum dari
termasuk hak dan kewajiban yang dimiliki. berita acara perdamaian/BAK maka dalam
c. Untuk memberikan kepastian hukum BAK perlu dicantumkan titel eksekutorial
terhadap hal-hal yang disepakati para sehingga mempunyai kekuatan eksekusi
pihak dalam Berita Acara Kesepakatan/BAK terhadap apa yang telah disepakati,
maka dilakukan beberapa cara oleh Kantor adanya pencantuman titel eksekutorial
116 Pertanahan, ada yang mendaftarkan BAK BAK perlu dimasukkan dalam RUU
tersebut ke Pengadilan sesuai dengan Pertanahan, sehingga BAK yang dilakukan
peraturan MA, ada pula yang membuat BPN dapat berlaku efektif .
BAK di hadapan notaris sehingga berlaku
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
Daftar Pustaka
Achmad Ya’kub, dalam Konflik Agraria, Tinjauan Umum Kasus Agraria di Indonesia, Federasi
Serikat Petani Indonesia, Jakarta, 2007, hal 20-22
C.S.T. Kansil, Modul Hukum Perdata Termasuk Asas-Asas Hukum Perdata, PT. Pradnya Paramita,
Jakarta, 2006
Daud, Alfani, Islam dan Masyarakat Banjar: Deskripsi dan Analisa Kebudayaan Banjar, RajaGrafindo
Persada, Jakarta, 1997.
Djubaedah, Neng, 1998, “Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam dalam Masyarakat Muslim di
Indonesia Suatu Harapan”, Artikel dalam Mimbar Hukum, No. 40, Tahun IX.
Endriatmo Soetarto dan Moh. Shohibudin, Menegaskan Kembali Keharusan Reforma Agraria
sebagai Basis Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (Agenda untuk Pemerintahan 2004-
2009), Jurnal Pembaruan Desa dan Agraria, Volume 01/Tahun I/2004, Progam Studi Sosiologi
Pedesaaan IPB-Pusat Kajian Agraria IPB-Lapera Indonesia.
Erman Rajagukguk, Arbitrase Dalam Putusan Pengadilan, Chandra Pratama, Jakarta, 2000.
Garry Goodpaster, Tinjauan Terhadap Penyelesaian Sengketa, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1995
Gusti Muzainah, Pembagian Harta Warisan Menurut Hukum waris Adat Masyarakat Banjar, Tesis,:
UNAIR, Surabaya , 1999, hlm. 59-68.
Hadjon, Philipus M, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Yogyakarta, Gajah Mada University
Press, 1994.
I Nyoman Nurjaya, (2010) Prinsip-Prinsip Pengelolaan Sumber Daya Alam, Keterangan Ahli dalam
Persidangan Uji Materi (Judicial Review) Undang-Undang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil di Mahkamah Konstitusi, Jakarta.
Joni Emirzon, Alternatif Penyelesaian Sengketa di Luar Pengeadilan (Negoisasi, Mediasi, Konsultasi
dan Arbitrase) , PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001
117
Laurence Boulle, Mediation: Principle, process, practice , Butterworths, Sydney, 1996.
Muslih MZ, Mediasi : Pengantar, Teori Dan Praktek, Walisongo Mediation Center, Semarang, 2007
Purwahid , Azas Itikad Baik dan Kepatutan Dalam. Perjanjian, Penerbit : FH. UNDIP, Semarang, 1982.
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN
Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinat, Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktek,
Bandung, CV Mandar Maju, 1997
Riza Yudha Patria, Thesis “Kebijakan Penerapan Hukum Pertanahan Nasional dan Pengaruhnya
Terhadap Eksistensi hak Ulayat Di Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung, 2002.
Salim, Hukum Kontrak, Teori dan Teknis Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta, 2006.
Satrio, J. Cessie, Hukum Perikatan. Perikatan Yang Lahir dari Perjanjian, Buku Kedua, Penerbit: Citra
Aditya Bakti, Bandung,1995.
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Cetakan ketiga, Penerbit Universitas Indonesia,
Jakarta, Indonesia, 1986.
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, cetakan kelima, Raja Grafindo
Perkasa, Jakarta, 2001.
Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, cetakan pertama, liberty, Yogyakarta,
2000.
Suyud Margono, “Alternatif Dispute Resolution dan Arbitrase,” Cet XI; Bogor: Galia Indonesia, 1993
Takdir Rahmadi , Mediasi, Penyelesaian Penyelesaian Sengketa melalui Pendekatan Mufakat,
Rajawali Pers, 2010
Ziwar Effendi , Hukum Adat Ambon Lease, Pradnya Paramita, Jakarta, 1987.
PENINGKATAN PERAN MEDIATOR DALAM KEPASTIAN PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN