Anda di halaman 1dari 33

PROPOSAL KEGIATAN

SURVEI DAN MANAJEMEN INFORMASI PERTANAHAN


“Pembuatan Sistem Informasi Administrasi Pertanahan Kota Semarang”
UAS

Disusun Oleh :
Kelompok 7
1. Henny Febriyanti (18/428708/TK/47210)
2. Joel Piero Nainggolan (18/431135/TK/47728)
3. L. Rinaldi Rizky Mulia (18/425042/TK/46737)
4. Narlita Saras U (18/425049/TK/46744)
5. Saiful Rahmad (18/431152/TK/47745)

Kelas - B

PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI


DEPARTEMEN TEKNIK GEODESI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021
PEMBAGIAN TUGAS

1. Henny Febriyanti : 20%


2. Joel Piero Nainggolan : 20%
3. L. Rinaldi Rizky Mulia : 20%
4. Narlita Saras U : 20%
5. Saiful Rahmad : 20%

Praktikum Sistem dan Manajemen Informasi Pertanahan | 2


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
dan rahmat-Nya sehingga dapat dapat menyelesaikan proposal kegiatan yang
berjudul “Pembuatan Sistem Informasi Administrasi Pertanahan Kota
Semarang” ini dengan baik. Proposal ini merupakan tugas akhir UAS pada mata
kuliah Praktikum Sistem Manajemen Informasi Pertanahan kelas B.
Kami menyadari dalam proses penulisannya melibatkan berbagai pihak.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Febrian Fitryanik Susanta, ST., M. Eng., selaku dosen praktikum mata
kuliah Survei Manajemen Informasi Pertanahan yang telah memberikan
ilmu yang sangat bermanfaat kepada kami selaku dosen pembimbing kami
pada mata kuliah ini
2. Salsabila Rahmadani Prasetya dan Faishal Fakhri,selaku asisten dosen yang
telah menemani, mendukung, dan mengajarkan kami pada mata kuliah ini.
3. Serta pihak-pihak lain yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik demi
kesempurnaan dan perbaikan sehingga akhirnya karya tulis ilmiah ini dapat
memberikan manfaat untuk pembaca.

Yogyakarta, 5 Juni 2021

Kelompok 7

Praktikum Sistem dan Manajemen Informasi Pertanahan | 3


DAFTAR ISI

PEMBAGIAN TUGAS 2
KATA PENGANTAR 3
DAFTAR ISI 4
BAB I PENDAHULUAN 5
1.1 Latar Belakang 5
1.2 Tujuan dan Sasaran 5
1.3 Keluaran 5
1.4 Ruang Lingkup Wilayah 5
1.5 Ruang Lingkup Materi 6
BAB II DASAR TEORI 7
2.1 Pendaftaran Tanah 7
2.2 Administrasi Pertanahan 9
2.3 Sistem Informasi dan Administrasi Pertanahan Tingkat Kabupaten /
Kota 10
BAB III RENCANA PELAKSANAAN 14
3.1 Perangkat dan Data 14
3.2 Diagram Alir Kegiatan 15
3.3 Tahapan Kegiatan 15
3.4 Peran Masing-Masing Organisasi Perangkat Daerah (OPD) 18
BAB IV PELAKSANAAN PEKERJAAN 20
4.1 Rencana Jadwal Pelaksanaan Kegiatan 20
4.2 Rencana Anggaran Biaya 21
4.3 Pelaporan Hasil Pekerjaan 23
BAB V ORGANISASI PELAKSANA KEGIATAN 25
5.1 Jumlah Personil 25
5.2 Kualifikasi, Tugas dan Tanggung Jawab Personil 25
5.3 Jadwal Penugasan Personil 26
DAFTAR PUSTAKA 29
LAMPIRAN 30

Praktikum Sistem dan Manajemen Informasi Pertanahan | 4


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penggunaan Tanah yang begitu penting seringkali menimbulkan berbagai
permasalahan. Karena masalah tanah tersebut sudah ada sejak zaman dahulu,
baik permasalahan tersebut hanya sebatas dengan keluarga kita ataupun
hingga melibatkan hukum dalam penyelesaian permasalahan pada suatu tanah.
Biasanya penyebab masalah tanah ini disebabkan oleh kepemilikan yang tidak
jelas, apalagi seiring meningkatnya pertumbuhan penduduk dengan diikuti
perkembangan pembangunan yang ada di Indonesia.
Oleh karena itu, pemerintah membuat sebuah peraturan tata tertib
administrasi pertanahan di Indonesia. Tertib administrasi bidang tanah di
Indonesia sendiri sudah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
1997 yang berisikan tentang Pendaftaran Tanah mulai dari kegiatan yang
dilakukan, pelaksanaan kegiatan pendaftaran tanah, data–data yang
dibutuhkan, pemeliharaan, sistem pendaftaran tanah, objek pendaftaran tanah,
hingga penerbitan sertifikat sebagai bukti dari kepemilikan suatu tanah.
Sistem Informasi Administrasi Pertanahan yang terintegrasi dengan baik
akan memudahkan pengambil keputusan, pembuat kebijakan, pelaku usaha,
masyarakat, serta pemangku kepentingan lainnya dalam pemanfaatan dan
penggunaan tanah secara optimal.

1.2 Tujuan dan Sasaran


Tujuan dan Sasaran Kegiatan Pembuatan Sistem Informasi Administrasi
Pertanahan ini adalah :
1. Pembuatan sistem administrasi pertanahan dalam rangka memberikan
kemudahan dan pelayanan jaminan terhadap tanah.
2. Untuk mengelola sistem basis data pertanahan guna memudahkan dalam
memperoleh informasi spasial maupun non-spasial terkait pertanahan.

1.3 Keluaran
Keluaran dari kegiatan pembuatan sistem administrasi pertanahan ini
adalah terciptanya sistem informasi administrasi pertanahan yang terpadu dan
mutakhir untuk mendukung dan mengoptimalkan pengelolaan sistem
informasi pertanahan, khususnya di Kota Semarang

1.4 Ruang Lingkup Wilayah


Pembuatan Sistem Administrasi Pertanahan ini direncanakan akan
dilakukan di Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah

Praktikum Sistem dan Manajemen Informasi Pertanahan | 5


1.5 Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi yang dibahas pada kegiatan ini adalah mengenai
pendaftaran tanah, sistem informasi administrasi pertanahan,pentingnya sistem
informasi dan administrasi pertanahan,dan langkah-langkah membangun
sistem informasi administrasi pertanahan terpadu, khususnya di Kota
Semarang.

Praktikum Sistem dan Manajemen Informasi Pertanahan | 6


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pendaftaran Tanah


Pendaftaran berasal dari kata cadastre (bahasa Belanda Kadaster) suatu
istilah teknis untuk suatu record (rekaman), menunjukkan kepada luas, nilai
dan kepemilikan terhadap suatu bidang tanah. kata ini berasal dari Bahasa latin
Capitastrum yang berarti suatu register atau capita atau unit yang diperbuat
untuk pajak tanah Romawi (Capotatio Terens). Dalam artian yang tegas
Cadastre adalah record (rekaman dari lahan-lahan, nilai dari tanah dan
pemegang haknya dan untuk kepentingan perpajakan) (Sibuea).
Menurut Pasal 1 angka 1 PP No. 24 Tahun 1997 Pendaftaran Tanah adalah
“Rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus menerus,
berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan,
pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis,
dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang bidang tanah dan
satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi
bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah
susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.” Tujuan
diselenggarakannya pendaftaran tanah yaitu :
a. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada
pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan
hak-hak lain yang terdaftar, agar dengan mudah dapat membuktikan
dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan;
b. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang
berkepentingan termasuk Pemerintah, agar dengan mudah dapat
memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan
hukum mengenai bidang-bidang tanah dan stuan-satuan rumah susun
yang sudah terdaftar;
c. Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.
Pelaksanaan pendaftaran tanah meliputi kegiatan pendaftaran tanah untuk
pertama kali (initial registration) dan pemeliharaan data pendaftaran tanah
(maintenance). Pendaftaran tanah untuk pertama kali adalah kegiatan
pendaftaran yang dilakukan terhadap obyek pendaftaran tanah yang belum
didaftar berdasarkan PP No. 10 Tahun 1961 dan PP No. 24 Tahun 1997.
Sedangkan pemeliharaan data pendaftaran tanah adalah kegiatan pendaftaran
tanah untuk menyesuaikan data fisik dan data yuridis dalam peta pendaftaran,
daftar tanah, daftar nama, surat ukur, buku tanah dan sertifikat dengan
perubahan-perubahan yang terjadi kemudian.
Dalam pasal 13 ayat (1) PP. No. 24 Tahun 1997 dikenal 2 (dua) macam
bentuk Pendaftaran tanah untuk pertama kali yaitu pendaftaran tanah secara
sistematik dan pendaftaran tanah secara sporadik. Pendaftaran tanah secara

Praktikum Sistem dan Manajemen Informasi Pertanahan | 7


sistematik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang
dilakukan secara serentak yang meliputi semua obyek pendaftaran tanah yang
belum terdaftar dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan yang
diselenggarakan atas prakarsa Pemerintah berdasarkan pada suatu rencana
kerja jangka panjang dan tahunan serta dilaksanakan di wilayah-wilayah yang
ditetapkan oleh Menteri Negara Agraria/Kepala BPN. Sedangkan pendaftaran
tanah secara sporadik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali
mengenai satu atau beberapa obyek pendaftaran tanah dalam wilayah atau
bagian wilayah suatu desa/kelurahan secara individual atau massal yang
dilaksanakan atas permintaan pihak yang berkepentingan, yaitu pihak yang
berhak atas obyek pendaftaran tanah yang bersangkutan atau kuasanya.
Adapun syarat-syarat untuk mengajukan permohonan pendaftaran secara
sporadik:
a. Surat Permohonan dari pemilik tanah untuk melakukan pensertifikatan
tanah miliknya;
b. Surat kuasa (apabila pengurusannya dikuasakan kepada orang lain);
c. Identitas diri pemilik tanah (pemohon), yang dilegalisir oleh pejabat
umum yang berwenang (biasanya Notaris) dan atau kuasanya;
d. Bukti hak atas tanah yang dimohonkan, yaitu berupa:
1) surat tanda bukti hak milik yang diterbitkan berdasarkan Peraturan
Swapraja yang bersangkutan; atau
2) sertifikat hak milik yang diterbitkan berdasarkan Peraturan Menteri
Agraria Nomor 9 Tahun 1959; atau
3) surat keputusan pemberian hak milik dari Pejabat yang berwenang,
baik sebelum ataupun sejak berlakunya UUPA, yang tidak disertai
kewajiban untuk mendaftarkan hak yang diberikan, tetapi telah
dipenuhi semua kewajiban yang disebut di dalamnya; atau
4) petuk Pajak Bumi/Landrente, girik, pipil, kekitir dan Verponding
Indonesia sebelum berlaku Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun
1961; atau
5) akta pemindahan hak yang dibuat di bawah tangan yang dibubuhi
tanda kesaksian oleh Kepala Adat/Kepala Desa/Kelurahan yang
dibuat sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini; atau
6) akta pemindahan hak atas tanah yang dibuat oleh PPAT, yang
tanahnya belum dibukukan; atau
7) akta ikrar wakaf/surat ikrar wakaf yang dibuat sebelum atau sejak
mulai dilaksanakan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977;
atau
8) surat penunjukan atau pembelian kaveling tanah pengganti tanah
yang diambil oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah; atau
9) risalah lelang yang dibuat oleh Pejabat Lelang yang berwenang,
yang tanahnya belum dibukukan; atau

Praktikum Sistem dan Manajemen Informasi Pertanahan | 8


10) surat keterangan riwayat tanah yang pernah dibuat oleh Kantor
Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan; atau
11) lain-lain bentuk alat pembuktian tertulis dengan nama apapun juga
sebagaimana dimaksud dalam Pasal II, Pasal VI dan Pasal VII
Ketentuan-ketentuan Konversi UUPA; atau
12) Surat-surat bukti kepemilikan lainnya yang terbit dan
berlaku sebelum diberlakukannya UUPA (dan dilegalisir oleh
Pejabat yang berwenang dalam hal ini biasanya Lurah setempat)
e. Bukti lainnya, apabila tidak ada surat bukti kepemilikan, yaitu berupa:
Surat Pernyataan Penguasaan Fisik lebih dari 20 tahun secara terus
menerus dan surat keterangan Kepala desa/Lurah disaksikan oleh 2
orang tetua adat / penduduk setempat
f. Surat pernyataan telah memasang tanda batas;
g. Fotocopy SPPT PBB tahun berjalan;
h. Fotocopy SK Ijin Lokasi dan surat keterangan lokasi (apabila pemohon
adalah Badan Hukum.
Kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali diperinci dalam hal:
(1) Pengumpulan dan pengolahan data fisik;
(2) Pembuktian hak dan pembukuannya;
(3) Penerbitan sertifikat;
(4) Penyajian data fisik dan data yuridis;
(5) Penyimpanan data umum dokumen.
Sertifikat dalam Pasal 32 ayat (1) PP No. 24 Tahun 1997 merupakan surat
tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai
data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat
ukur dan buku tanah hak yang bersangkutan.

2.2 Administrasi Pertanahan


Administrasi pertanahan merupakan bagian dari administrasi
pemerintahan. Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2014
Tentang Administrasi Pemerintahan menjelaskan bahwa yang dimaksud
dengan administrasi pemerintahan adalah tata laksana dalam pengambilan
keputusan dan atau tidakan oleh badan atau pejabat pemerintahan.
Penyelenggaraan administrasi pertanahan di Indonesia meliputi
kegiatankegiatan (Rusmadi Murad, 2013:16):
1. Pengaturan dan kegiatan penyediaan, peruntukan, penggunaan serta
pemeliharaan bumi, air, dan ruang angkasa meliputi urusan pemerintahan
di bidang pembagian tanah (redistribusi), perizinan peruntukan,
penguasaan, pengendalian penguasaan dan pemilikan tanah beserta
pengenaan sanksi, dan sebagainya.
2. Menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertanahan di dalam
hal: menjalankan, menentukan dan mengatur tentang hak-hak atas tanah

Praktikum Sistem dan Manajemen Informasi Pertanahan | 9


yang dapat ditetapkan kepada orang-orang pemilik tanah, memberikan dan
melindungi kepastian hukum dan hak atas tanah, hak dan kewajibannya
serta penegakan hukum berikut sanksi-sanksinya.
3. Menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertanahan, yaitu:
menjalankan dan mengatur hubungan-hubungan hukum yang dilakukan
orang-orang yang obyek perjanjiannya berupa tanah, perizinan dan
penetapannya, pengendalian dan pemberian wewenang pembuatan surat
perjanjiannya serta pengelolaan administrasi ketatausahaannya.
4. Menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertanahan yaitu
kegiatan pengukuran, pemetaan dalam rangka pemutakhiran data serta
penentuan fisik tanah untuk dukungan penguatan di dalam pembukuan,
pendaftaran, pemeliharaan dan pengeluaran alat pembuktian yang kuat.
5. Pembangunan administrasi pertanahan/Indonesia Land Administration
Project (ILAP).
Untuk mengatasi beragam persoalan pertanahan, seperti konflik lahan,
harga tanah terlampau tinggi, kepemilikan tumpang tindih (sertifikat ganda),
disparitas kawasan tertentu dengan kawasan lain, dalam Rancangan
Undang-undang Pertanahan dikenalkan single land administration yang
merupakan sistem administrasi pendaftaran tanah melalui satu pintu dengan
harapan dapat mewujudkan suatu sistem pertanahan yang terintegrasi untuk
seluruh wilayah Indonesia. Sistem pendaftaran tanah yang semula sistem
publikasi negatif bertendensi positif akan diubah kearah sistem publikasi
positif untuk lebih memberi kepastian hukum.

2.3 Sistem Informasi dan Administrasi Pertanahan Tingkat Kabupaten/Kota


Reforma Agraria (RA) atau Agrarian Reform adalah suatu penataan
kembali (penataan ulang) susunan pemilikan, penguasaan, dan penggunaan
sumber-sumber agraria (terutama tanah), untuk kepentingan rakyat kecil
(petani, buruh tani, tunakisma, dan lain-lainnya), secara menyeluruh dan
komperhensif (lengkap) (Wiradi).
Reforma Agraria dimaksudkan untuk menata kembali struktur penguasaan,
pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah yang lebih berkeadilan
melalui Penataan Aset dan disertai dengan Penataan Akses untuk kemakmuran
rakyat Indonesia. Salah satu yang menjadi tujuan Reforma Agraria adalah
penanganan sengketa dan konflik agraria. Salah satu sumber konflik agraria
adalah sistem administrasi pertanahan di tingkat kelurahan/desa.
Dalam proses pendaftaran tanah pertama kali atau pendaftaran hak-hak
atas tanah yang belum bersertipikat, data awal terkait bidang-bidang tanah
dapat diperoleh melalui dokumen yang berada di kelurahan/desa yang
memegang Buku Daftar Pajak atau Buku Letter C. Buku Daftar Pajak atau
Buku Letter C yang merupakan buku yang berisi data-data tanah terkait pajak

Praktikum Sistem dan Manajemen Informasi Pertanahan | 10


atas bidang-bidang tanah. Buku Letter C ini sudah ada sejak jaman penjajahan
Belanda dan saat ini buku tersebut dikelola di tingkat kelurahan/desa.
Terkait administrasi pertanahan, Buku Letter C yang selalu digunakan
sebagai data awal untuk menentukan hak atas bidang-bidang tanah yang belum
bersertipikat seharusnya merekam data yang akurat dan terkini sehingga dalam
pengelolaannya perlu selalu dilakukan pembaharuan jika terjadi perubahan
data-data tanah. Namun, yang terjadi dalam praktik pengelolaan data-data
tanah dalam Buku Letter C tidak terlaksana dengan baik.
Pembaharuan data hanya dilakukan secara kasuistis atau parsial terhadap
data-data bidang tanah tertentu yang terdapat kebutuhan masyarakat di
dalamnya, misalnya jika ada masyarakat yang akan menyertipikatkan
tanahnya saja. Namun, terkait peralihan-peralihan dengan cara lain, misalnya
jual beli, pewarisan, hibah, dan lain-lain terutama yang tidak diikuti dengan
proses penyertipikatan sering kali datanya tidak terekam dalam Buku Letter C
disebabkan oleh tidak adanya laporan dari masyarakat atau pengetahuan dari
kelurahan/desa. Hal ini mengakibatkan data dalam Buku Letter C menjadi
tidak akurat. Tidak dilakukannya pembaharuan data dalam Buku Letter C juga
dapat disebabkan oleh pegawai kelurahan/desa yang tidak memperbaharui data
dalam Buku Letter C, misalnya membubuhkan informasi pada bidangbidang
tanah yang telah didaftar/disertipikatkan sehingga kelurahan/desa tidak akan
mengeluarkan salinan Buku Letter C untuk bidang tanah yang sudah
bersertipikat untuk meminimalisir penyalahgunaan dokumen dari pihak-pihak
yang tidak beritikad baik.
Sejak dunia memasuki era komputerisasi, hampir semua lini kehidupan
berubah dari sistem manual ke sistem digital, termasuk pula dalam sistem
administrasi pertanahan. Di sisi lain, hubungan manusia dengan tanah juga
semakin berkembang menjadi suatu sistem yang kompleks, yang tidak hanya
terbatas kepada hubungan pemilikan dan penguasaan semata. Hal ini yang
kemudian melatarbelakangi perkembangan Sistem Administrasi Pertanahan
(SAP), yang menjadikannya menjadi suatu sistem yang dinamis dan akan
selalu berkembang mengikuti tuntutan jaman.
Ada tiga kunci utama dalam sebuah administrasi pertanahan, yaitu
pemilikan dan penguasaan tanah (land tenure), penggunaan tanah (land use)
dan informasi nilai tanah (land value) (Williamson 2001, Steudler et al. 2004),
yang harus mampu diwadahi oleh SAP. SAP harus mampu mengenali,
menetapkan/ mengesahkan, mengumpulkan data dan informasi serta
mendiseminasikan ketiga komponen administrasi pertanahan tersebut dalam
sebuah sistem yang solid dan dinamis (Williamson and Ting 2001). Pada tahap
awal perkembangannya, SAP ‘konvensional’ memiliki tujuan utama untuk
mendukung kebutuhan pasar tanah melalui tersedianya informasi pertanahan
dan pendaftaran tanah. Perkembangan selanjutnya mulai berorientasi pada
kepentingan yang lebih luas dan global, dimana sistem administrasi

Praktikum Sistem dan Manajemen Informasi Pertanahan | 11


pertanahan diarahkan agar mampu mendukung pertumbuhan ekonomi,
manajemen sumberdaya lingkungan dan stabilitas sosial, baik di negara maju
maupun negara berkembang, yang terangkum dalam konteks pembangunan
berkelanjutan, atau sustainable development, yang juga menjadi agenda
internasional sejak tahun 1997 (Williamson 2001, UN 1997). Konsep SAP
kemudian berkembang menjadi Sistem Informasi Pertanahan (SIP), dimana
komponenkomponen pertanahan tersebut tidak hanya cukup diadministrasikan
saja, tetapi juga harus mampu diolah menjadi suatu informasi yang bermanfaat
dalam proses decision making.
Konsep sustainable development tidak akan terlepas dari tersedianya data
spasial yang akurat, relevan dan dapat diakses dengan mudah (Ting and
Williamson 2000). Ketersediaan data spasial ini sangat dibutuhkan dalam
proses spatial based decision making, atau pengambilan keputusan
berdasarkan analisis spasial (Nedovic-Budic et al. 2004, Williamson et al.
2010, Feeney et al. 2001). Terdorong oleh kebutuhan tersebutlah, maka di
pertengahan 1990, muncul konsep Infrastruktur Data Spasial (IDS), yang
merupakan integrasi dari teknologi informasi, kebijakan dan manajemen
administrasi pertanahan, yang memiliki tujuan utama untuk mempermudah
kegiatan berbagi pakai informasi spasial guna pengambilan keputusan,
mengurangi duplikasi dan redundansi data serta meningkatkan kualitas data
spasial (Grus 2010, Ting and Williamson 2000, Budhathoki and
Nedovic-Budic 2008, Jacoby et al. 2002, Borzacchiello and Craglia 2013,
Densham 1991, Longhorn and Blakemore 2007). Pada era tersebut, lebih dari
100 negara menempatkan pembangunan IDS dalam agenda nasional mereka
(Crompvoets et al. 2008). Lebih lanjut, IDS juga merupakan integrasi dari
teknologi, kebijakan, standar dan manajemen institusional atau organisasi
dengan tujuan utama untuk penyediaan data spasial terpadu (Borzacchiello
and Craglia 2013, Clinton 1994, Groot and McLaughlin 2000, Jacoby et al.
2002, Kok and Van Loenen 2005). Dimulai dari pemenuhan tuntutan sistem
tunggal dalam pemetaan dan penyediaan data spasial pada level negara, IDS
kemudian berkembang menjadi agenda internasional, yang tidak hanya
mencakup level lokal dan nasional saja, tetapi juga regional dan global.
Dalam IDS, SIP memiliki peran utama. Informasi kadastral, baik data
spasial dan data atribut yang merupakan syarat utama dalam IDS tersedia
dalamSIP.Tak heran, setelah munculnya konsep IDS sebagai sebuah
infrastruktur terpadu dalam teknologi dan informasi spasial, SIP di berbagai
negara mengalami revolusi menuju era digitaliasi yang terintegrasi. Sebuah
SIP tidak hanya berdiri sendiri untuk memenuhi kebutuhan di bidang
pertanahan dan informasi kadastral, tetapi harus juga mampu memberikan
fungsi yang lebih luas dalam mendukung sustainable development melalui
spatial based decision making. Hal ini sering pula dikaitkan dengan konsep
good governance, dimana kualitas pelayanan publik meningkat dan

Praktikum Sistem dan Manajemen Informasi Pertanahan | 12


berorientasi jangka panjang (Ting and Williamson 2000, Groot and
McLaughlin 2000). Terkait dengan hal tersebut, pertukaran informasi spasial
menjadi mutlak dibutuhkan. Melalui IDS, data spasial diseragamkan melalui
penetapan standar dan kebijakan, serta teknologi dan sumberdaya yang
disesuaikan untuk memenuhi tuntutan tersebut. Di Indonesia, kebijakan ini
termuat dalam One Map Policy yang ditegaskan dengan disahkannya
Undang-undang nomor 4 tahun 2011 mengenai Informasi Geospasial. Hal ini
kemudian ditegaskan oleh Peraturan Presiden Nomor 27 tahun 2014 yang
menggantikan Peraturan Presiden Nomor 85 tahun 2007, dan mengatur
tentang Jaringan Informasi Geospasial Nasional. Dalam organisasi IDS di
Indonesia, atau yang secara resmi disebut sebagai Infrastruktur Informasi
Geospasial (IIG), Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR) berperan
sebagai Simpul Jaringan dan Wali Data, yang memiliki tugas utama dalam
pengumpulan, pemeliharaan, pemutakhiran, pertukaran dan penyebar luasan
Data Geospasial (DG) dan Informasi Geospasial (IG) beserta metadatanya
(BIG, 2014)
Pada saat yang hampir bersamaan, di tahun 2010, BPN meluncurkan
sebuah sistem administrasi pertanahan yang dikenal dengan nama
Komputerisasi Kantor Pertanahan (KKP), yang merupakan evolusi dari sistem
Land Office Computerization (LOC) yang diterapkan di tahun 1997. Pada
perkembangan selanjutnya, KKP berubah nama menjadi Geo-KKP, dimana
sistem ini memungkinkan integrasi antara data tekstual dan spasial dan mampu
meminimalisir kesalahan dalam pemetaan. BPN juga menegaskan bahwa
Geo-KKP dikembangkan untuk dapat mengorganisir informasi pertanahan
secara lebih efektif dan efisien, mengurangi redundansi data, meningkatkan
kualitas data melalui kemampuan sistem untuk meminimalisir overlap dan
penggunaan sistem referensi tunggal, menyediakan informasi pertanahan yang
akurat dan up to date, dan memudahkan pertukaran data antar instansi (Noor
2009). Secara konseptual, Geo-KKP merupakan langkah awal bagi
Kementerian ATR untuk berperan serta sebagai penyedia DG dan IG dalam
IIG Indonesia.

Praktikum Sistem dan Manajemen Informasi Pertanahan | 13


BAB III
RENCANA PELAKSANAAN

3.1 Perangkat dan Data


Perangkat yang digunakan antara lain:
- Software QGIS untuk digitalisasi data fisik bidang tanah.
- Software PgAdmin yang dilengkapi dengan ekstensi postgis
ataupun software dengan fungsi serupa untuk manajemen informasi
pertanahan.
- Software PgModeler untuk perancangan desain relasional antar
data yang diperoleh dari masing-masing instansi terkait.
- Software compiler pemrograman web digunakan untuk pembuatan
web layanan pertanahan.
- Software Macromedia Dreamweaver 8 untuk pembuatan desain
web.
- Server PostgreSQL
Data yang diperlukan antara lain:
- Data fisik dan yuridis bidang tanah
- Peta dan data rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota (Kota
Semarang)
- SPPT Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
(PBB-P2)
- Data kelurahan
- Data kecamatan

Praktikum Sistem dan Manajemen Informasi Pertanahan | 14


3.2 Diagram Alir Kegiatan

3.3 Tahapan Kegiatan


1. Persiapan
Persiapan yang dilakukan untuk membangun sebuah sistem
informasi adalah membuat perencanaan (planning). Perencanaan yang
dibuat berkaitan dengan proyek sistem informasi yang akan dibuat. Dalam

Praktikum Sistem dan Manajemen Informasi Pertanahan | 15


hal ini berarti membuat perencanaan dan pendefinisian proyek sistem yang
dilakukan untuk mengetahui ruang lingkup aplikasi yang akan
dikembangkan berserta rencana tahapan pengembangannya. Contohnya
menentukan siapa saja yang menjadi user dari sistem informasi, bagaimana
alur proses sistem mulai dari input database hingga output yang akan
didapatkan.
2. Studi Literatur dan Analisis Kebutuhan
Telaah pustaka dimana dokumen-dokumen baik berupa literatur,
laporan tahunan, karya tulis ilmiah, dokumen peraturan pemerintah dan
Undang-Undang tentang sertipikasi tanah, sistem informasi dipelajari,
dikaji dan disusun/dikategorikan guna memberikan informasi berkenaan
pembangunan sistem informasi administrasi pertanahan (SIAP). Analisis
kebutuhan pengguna dilakukan dengan melakukan wawancara kepada
informan yang akan menggunakan sistem informasi mengenai penggunaan
tanah berbasis bidang yaitu Pegawai Seksi Penataan Pertanahan Kantor
Pertanahan Kabupaten Semarang dan Pegawai Bidang Tata Ruang Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Semarang. Berdasarkan
hasil wawancara yang telah dilaksanakan terdapat beberapa permasalahan
yaitu masih kurangnya data penggunaan tanah yang up to date dan belum
adanya suatu basis data informasi penggunaan tanah serta informasi
pertanahan berbasis bidang yang saling terhubung antara Kantor
Pertanahan Kabupaten Semarang dengan Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang Kabupaten Semarang.
3. Pre-Processing Data
Pre-Processing atau praproses data merupakan proses untuk
mempersiapkan data mentah sebelum dilakukan proses lain. Pada
umumnya, praproses data dilakukan dengan cara mengeliminasi data yang
tidak sesuai atau mengubah data menjadi bentuk yang lebih mudah
diproses oleh sistem. Praproses sangat penting dilakukan dalam melakukan
analisis data yang memiliki noise yang lebih besar.
4. Pembuatan Basis Data
a. Desain Basis Data
Desain basis data adalah proses menghasilkan detail (rinci) model
data dari basis data (database). Tujuan dari desain basis data adalah
untuk menentukan data-data yang dibutuhkan dalam sistem
informasi pertanahan, sehingga informasi yang dihasilkan dapat
terpenuhi dengan baik. Terdapat beberapa alasan mengapa desain
database perlu untuk dilakukan, salah satu adalah untuk
menghindari pengulangan data (data redundancy) sehingga data
pertanahan dapat saling berhubungan, tersimpan, dan terintegrasi
dengan baik.

Praktikum Sistem dan Manajemen Informasi Pertanahan | 16


b. Desain Layout SIAP
Mendesain system interface (tampilan) dari sistem informasi
administrasi pertanahan (SIAP). Di dalam Tampilan utama
halaman Web Sistem Informasi Penggunaan Tanah ini terbagi
menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu Menu Utama, Kotak Penampilan
Peta, Menu Pencarian, dan Menu Kotak Informasi. Pada setiap
bagian dari Menu Utama, Kotak Penampilan Peta, Menu
Pencarian, dan Menu Kotak Penampilan Peta dan Menu Kotak
Informasi terdapat Sub-menu yang berfungsi sebagai tindakan yang
akan dilakukan oleh pengguna.
c. Input Data
● Data Spasial
- Data seluruh bidang tanah yang terdapat di
Kabupaten Semarang
- Data administrasi seluruh bidang tanah yang
terdapat di Kabupaten Semarang
- Data gambaran rupa bumi (data citra satelit) dari
Kabupaten Semarang
- Data toponimi dan batas administrasi Kabupaten
Semarang dengan format shapefile.
● Data Atribut
Data ini dapat diperoleh dengan cara mengunduh KKP Web
Kantor Pertanahan Kabupaten Semarang dan data
himpunan objek Pajak Bumi dan Bangunan Kabupaten
Semarang.
● Data Primer Data yang diperoleh di lokasi secara langsung
atau data yang bersumber dari informan yang berkaitan
dengan pelayanan tertib administrasi pertanahan di kantor
pertanahan Kabupaten Semarang. Berdasarkan kriteria
tertentu, maka dapat memilih narasumber sebagai berikut,
- Kepala Seksi Pendaftaran Tanah Badan Pertanahan
Nasional Kabupaten Semarang
- Staf Bagian Pelayanan Administrasi Pertanahan
- Masyarakat (minimal 3 orang.
● Data Sekunder
Data yang diperoleh dari sumber bacaan dan berbagai
macam sumber lainnya yang terdiri dari surat – surat
pribadi sampai dengan dokumen resmi dari Kantor
Pertanahan Kabupaten Semarang dan berbagai instansi
pemerintah lainnya. Data sekunder juga dapat berupa
publikasi dari berbagai organisasi, lampiran dari badan
resmi seperti kementrian, hasil studi, tesis, dan hasil survei.

Praktikum Sistem dan Manajemen Informasi Pertanahan | 17


5. Pembangunan SIAP
a. Programming
Membangun sistem informasi administrasi pertanahan (SIAP)
menggunakan bahasa PHP pada Software database MySQL dan
Software desain web Macromedia Dreamweaver 8
6. Pengujian SIAP
Pengujian dilakukan untuk memastikan apakah sistem berjalan
sesuai dengan tujuan yang diinginkan atau tidak. Pengujian yang
dilakukan terhadap sistem informasi yang di buat dalam penelitian ini
adalah dengan metode PIECES. Metode PIECES adalah metode analisis
sebagai dasar untuk memperoleh pokok-pokok permasalahan yang lebih
spesifik.
7. Implementasi dan Sosialisasi SIAP
Implementasi adalah proses yang menerjemahkan hasil desain ke
dalam bentuk perangkat lunak secara utuh. Hal tersebut juga dibarengi
dengan kegiatan sosialisasi mengenai sistem informasi administrasi
pertanahan yang telah siap digunakan kepada masyarakat, agar dapat
digunakan sesuai tujuan dari sistem tersebut.
8. Pengoperasian dan Pemeliharaan SIAP
Software akan mengalami perubahan setelah disampaikan kepada
pelanggan (perkecualian yang mungkin adalah software yang dilekatkan).
Perubahan akan terjadi karena kesalahan – kesalahan ditentukan, karena
software harus disesuaikan untuk mengakomodasi perubahan – perubahan
di dalam lingkungan eksternalnya (contohnya perubahan yang dibutuhkan
sebagai akibat dari perangkat peripheral atau sistem operasi yang baru)
atau karena pelanggan membutuhkan perkembangan fungsional atau unjuk
kerja. Pemeliharaan software mengaplikasikan lagi setiap fase program
sebelumnya dan tidak membuat yang baru lagi.

3.4 Peran Masing-Masing Organisasi Perangkat Daerah (OPD)


OPD yang terlibat beserta perannya masing-masing dalam pembangunan
sistem administrasi pertanahan pada tingkat kabupaten/kota antara lain sebagai
berikut:
a. Badan Perencanaan Daerah (Bappeda)
Bappeda berperan dalam pelaksanaan perencanaan penggunaan
tanah. Perencanaan penggunaan tanah yang dimaksud adalah
pembuatan rencana letak kegiatan penggunaan tanah yang sesuai
dengan fungsi kawasan (Ardani, 2019).
b. Badan Pendapatan Daerah/Badan Keuangan Daerah dan Aset
Daerah
Peran BPD dalam pembangunan Sistem Administrasi Pertanahan
yakni melakukan pemungutan pendapatan daerah dan mengelola

Praktikum Sistem dan Manajemen Informasi Pertanahan | 18


bea perolehan hak atas tanah dan bangunan serta PPh, dan
mengadakan koordinasi terkait perencanaan, pelaksanaan serta
pengendalian pemungutan pendapatan daerah dengan daerah lain.
c. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Peran Dinas Kependudukan dan pencatatan sipil antara lain
(Masrini, 2016):
1. Pelaksanaan pendaftaran peristiwa kependudukan dan
peristiwa penting seperti pembuatan KTP, perbaikan data
KTP/KK, penambahan anggota keluarga, KTP/KK rusak,
serta pengurusan anggota keluarga, KTP/KK yang hilang
atau pindah tangan dan pindah keluar daerah.
2. Menerbitkan dokumen kependudukan
3. Pengelolaan dan penyajian data kependudukan pada tingkat
daerah
d. Kantor Pertanahan
Kantor pertanahan berperan sebagai penanggung jawab atas
pengolahan, pembuatan, pendaftaran untuk keperluan
pembangunan Sistem Informasi Pertanahan.

Praktikum Sistem dan Manajemen Informasi Pertanahan | 19


BAB IV
PELAKSANAAN PEKERJAAN

4.1 Rencana Jadwal Pelaksanaan Kegiatan


Berikut adalah jadwal perencanaan kegiatan Pembuatan Sistem Informasi
Administrasi Pertanahan suatu Kabupaten/Kota Semarang

No Kegiatan Bulan Ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

1 Pengumpulan

data

2 Analisis
Sistem

3 Perancangan

Sistem

4 Pembuatan

Program

5 Test Program

6 Evaluasi

Program

7 Perbaikan

Program

8 Pelatihan

Praktikum Sistem dan Manajemen Informasi Pertanahan | 20


Pengguna

9 Implementasi

10 Dokumentasi

4.2 Rencana Anggaran Biaya


Berikut adalah rencana anggaran biaya yang dibutuhkan selama Pembuatan
Sistem Informasi Administrasi Pertanahan suatu Kabupaten/Kota Semarang
No
Uraian Volume Kegiatan Harga Biaya(Rp)
Kegiatan Satuan(Rp
)

1 Personil

Manajer 1 orang Selama 18 bulan 20000000 360000000


Proyek

Sekretaris 3 orang Selama 18 bulan 5000000 270000000

Ahli SIG 15 orang Selama 16 bulan 9000000 2160000000


berbasis Web

Kartografer 15 orang Selama 16 bulan 7500000 1800000000

2 Pengumpulan
dan Analisis
Data

Analisis Data - - Selama - - - 300,000

Praktikum Sistem dan Manajemen Informasi Pertanahan | 21


Identifikasi - - Selama - - - 1,000,000
dan
Programming

Sistem

Desain dan - - Selama - - - 400,000


Propgramming
Sistem

Uji coba dan - - Selama - - - 250,000


implementasi

3 Bahan dan alat


penelitian

biaya internet - - - - 200,000 200,000

Komputer 40 unit - - - 8,000,000 320000000

Komputer 1 unit - - - 20000000 20000000


Server

4 Perjalanan

biaya 5 unit Selama 18 bulan 150,000 13500000


transportasi

5 Administrasi

Kertas A4 50 lembar Selama bulan 50,000 50,000


0

Printer dan 4 unit Selama 18 bulan 240,000 960000


tintanya

Praktikum Sistem dan Manajemen Informasi Pertanahan | 22


6 Biaya lainnya

Fotokopi 4 unit Selama 18 bulan 50,000 200000


referensi

laporan dan 2 unit Selama bulan 50,000 100000


penyelesaian
tugas

Jumlah Biaya 4,946,960,000

4.3 Pelaporan Hasil Pekerjaan


Dalam penyusunan Pembuatan Sistem Informasi Administrasi Pertanahan
suatu Kabupaten/Kota, pelaporan dan hasil memuat tentang :
a. Laporan Pendahuluan
Berisikan tentang perkembangan dari persiapan perkerjaan dimulai dari
pengumpulan data hingga rancangan sistem yang ingin dibuat. Laporan
pendahuluan diserahkan 217 hari setelah diterbitkan Surat Perintah Mulai
Kerja (SPMK) dan diterima setelah dilakukan konsultasi dan pembahasan
oleh Pihak Penyelenggara dan Tim Teknis. Laporan pendahuluan meliputi:
1) Konsep Sistem Administrasi Pertanahan yang ingin dibuat
beserta data yang sudah dikumpulkan
2) Desain Sistem Administrasi Pertanahan yang ingin dibuat
3) Penyusunan anggaran dan jadwal kegiatan kerja
4) Dokumentasi
b. Laporan antara
Berisikan tentang perkembangan pembuatan sistem informasi basis data
pertanahan dan kesalahan apa saja yang terdapat pada sistem basis data
serta solusinya. Laporan diserahkan 527 hari setelah diterbitkan SPMK
dan diterima setelah dilakukan konsultansi dan pembahasan dengan Pihak
Penyelenggara dan Tim Teknis. laporan antara meliputi:
1) Pelaksanaan pembuatan Sistem Administrasi Pertanahan
2) Uji coba Sistem Administrasi Pertanahan
3) Evaluasi kesalahan yang pernah terjadi selama pembuatan
Sistem Administrasi Pertanahan
4) Dokumentasi

Praktikum Sistem dan Manajemen Informasi Pertanahan | 23


c. Laporan akhir
Laporan ini berisikan tentang pelatihan (training) atau sosialisasi terhadap
sistem basis data yang sudah dibuat beserta pengimplementasiannya.
Laporan Akhir diserahkan 607 hari setelah diterbitkan SPMK dan diterima
setelah dilakukan konsultansi dan pembahasan dengan Pihak
Penyelenggara dan Tim Teknis. Laporan akhir meliputi:
1) Perbaikan yang dilakukan terhadap Sistem Administrasi
Pertanahan. Untuk perbaikan berisikan solusi untuk kesalahan
yang terjadi pada Sistem Administrasi Pertanahan
2) Kegiatan training/pelatihan penggunaan dan pemahaman Sistem
Administrasi Pertanahan yang baru dibuat
3) Dokumentasi

Praktikum Sistem dan Manajemen Informasi Pertanahan | 24


BAB V
ORGANISASI PELAKSANA PEKERJAAN

5.1 Jumlah Personil


Dalam kegiatan pembuatan Sistem Informasi Administrasi Pertanahan
Kota Semarang diperlukan sumber daya manusia dengan kriteria sebagai
berikut :
● Manajer Proyek : 1 orang
● Sekretaris : 1 orang
● Administrasi Keuangan : 2 orang
● Ahli SIG berbasis Web : 15 orang
● Kartografer : 15 orang

5.2 Kualifikasi Personil


Untuk melaksanakan kegiatan ini diperlukan tenaga- tenaga survei yang
berpengalaman. Oleh karena itu diperlukan personil dengan kualifikasi
sebagai berikut :

Tugas Personil Pendidikan Terakhir (Minimal)

Manajer Proyek S2 Geodesi/Geomatika

Sekretaris D3 Administrasi Perkantoran

Administrasi Keuangan S1 Akuntansi/Keuangan

Programmer GIS S1 Geodesi/Geomatika/Geografi

Kartografer S1 Geodesi/Geomatika/Geografi

Praktikum Sistem dan Manajemen Informasi Pertanahan | 25


5.3 Tugas dan Tanggung Jawab Personil
Berikut adalah tugas dan tanggung jawab masing – masing personil dalam
kegiatan ini yaitu sebagai berikut :
1. Manajer Proyek
Project Manager sekaligus Team Leader adalah penanggung jawab dan
monitoring pekerjaan mulai dari perencanaan, pembuatan sistem
informasi, implementasi sampai dengan pembuatan laporan akhir
pembuatan sistem informasi pertanahan.
2. Sekretaris
Sekretaris merupakan penanggung jawab dalam hal melaksanakan
administrasi proyek dari awal hingga akhir, membantu manajer proyek
dalam membuat dokumen manajemen proyek, serta mendokumentasikan
arsip-arsip yang berkaitan dengan administrasi proyek.
3. Administrasi Keuangan
Administrasi keuangan merupakan penanggung jawab dalam hal
pencatatan pengeluaran keuangan dalam kegiatan, memonitoring dana
yang keluar dan masuk agar sesuai dengan RAB yang telah dibuat
sebelumnya.
4. Ahli SIG berbasis Web
Merupakan tim yang memiliki tugas untuk merancang pembuatan sistem
informasi pertanahan untuk keperluan penyajian dan penyebarluasan
informasi penggunaan tanah.
5. Kartografer
Merupakan tim yang bertugas untuk proses penyajian kartografi pada
sistem informasi administrasi pertanahan yang akan dibuat.

Praktikum Sistem dan Manajemen Informasi Pertanahan | 26


5.4 Jadwal Penugasan Personil

No Kegiatan Bulan Ke- Jadwal


Penugasan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

1 Pengumpulan Manajer
Proyek, Ahli
data SIG

2 Analisis Manajer
Sistem Proyek, Ahli
SIG,
Kartografer

3 Perancangan Manajer
Proyek, Ahli
Sistem SIG,
Kartografer

4 Pembuatan Manajer
Proyek, Ahli
Program SIG,
Kartografer

5 Test Program Manajer


Proyek, Ahli
SIG,
Kartografer

6 Evaluasi Manajer
Proyek, Ahli
Program SIG,
Kartografer

7 Perbaikan Manajer
Proyek, Ahli
Program SIG,
Kartografer

Praktikum Sistem dan Manajemen Informasi Pertanahan | 27


8 Pelatihan Manajer
Proyek, Ahli
Pengguna SIG

9 Implementasi Manajer
Proyek, Ahli
SIG

10 Dokumentasi Manajer
Proyek,
Sekretaris,
Admin.
Keuangan

Praktikum Sistem dan Manajemen Informasi Pertanahan | 28


DAFTAR PUSTAKA

Buku / Jurnal / Artikel


Ardani, M. N. (2019). Penyelenggaraan Tertib Administrasi Bidang Pertanahan
Untuk Menunjang Pelaksanaan Kewenangan, Tugas dan Fungsi Badan
Pertanahan Nasional. Administrative Law and Governance Journal, 2(3),
476–492
Casiano Flores, C., Buntinx, I., Crompvoets, J., Pattyn, V., Ho, S., 2019.
Deliverable 7.3 Initial Governance and Capacity Development Model.
H2020 Its4land Consortium. Accessed at :
https://its4land.com/wp-content/uploads/2019/02/D7.3.pdf
BPN DI Yogyakarta, 2013, Laporan Tahunan Kantor Wilayah BPN DI Yogyakarta
2012
Klimach, A., Dawidowicz, A., & Źróbek, R. (2018). The Polish land
administration system supporting good governance. Land Use Policy, 79,
547–555. https://doi.org/10.1016/j.landusepol.2018.09.00
‌Murad, Rusmadi. 1997. Administrasi Pertanahan: Pelaksanaan Dalam Praktik,
Bandung: Mandar Maju
Oukes, P., Andel, M. van, Folmer, E., Bennett, R., & Lemmen, C. (2021).
Domain-Driven Design applied to land administration system
development: Lessons from the Netherlands. Land Use Policy, 104,
105379. https://doi.org/10.1016/j.landusepol.2021.105379‌
Parlindungan, A. P. 1993. Komentar Undang-Undang Pokok Agraria. Bandung :
Mandar Maju.
Sibuea, H. Y. P. (2016). Arti Penting Pendaftaran Tanah Untuk Pertama Kali.
Negara Hukum : Membangun Hukum untuk Keadilan dan Kesejahteraan,
2(2), 287-306.
Tan, E., Pattyn, V., Casiano Flores, C., & Crompvoets, J. (2021). A capacity
assessment framework for the fit-for-purpose land administration systems:
The use of unmanned aerial vehicle (UAV) in Rwanda and Kenya. Land
Use Policy, 102, 105244. https://doi.org/10.1016/j.landusepol.2020.10524
‌Ting, L., Williamson, I.P., 2000. Spatial data infrastructures and good governance:
frameworks for land administration reform to support sustainable
development. 4th Global Spatial Data Infrastructure Conference 13–15
Wiradi, Gunawan (2005) “Konflik Agraria dan Kesejahteraan Masyarakat.
Tinjauan kritis atas amandemen UUD-1945”. Dalam tabloid Cita-cita.
Edisi-16. November 2005.

Perundang-Undangan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah

Praktikum Sistem dan Manajemen Informasi Pertanahan | 29


LAMPIRAN

1.1 Usulan Rencana Jadwal Kegiatan dan Penugasan Personil

No Kegiatan Bulan Ke- Jadwal


Penugasan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

1 Pengumpulan Manajer
Proyek, Ahli
data SIG

2 Analisis Manajer
Sistem Proyek, Ahli
SIG,
Kartografer

3 Perancangan Manajer
Proyek, Ahli
Sistem SIG,
Kartografer

4 Pembuatan Manajer
Proyek, Ahli
Program SIG,
Kartografer

5 Test Program Manajer


Proyek, Ahli
SIG,
Kartografer

6 Evaluasi Manajer
Proyek, Ahli
Program SIG,
Kartografer

7 Perbaikan Manajer
Proyek, Ahli
Program SIG,
Kartografer

Praktikum Sistem dan Manajemen Informasi Pertanahan | 30


8 Pelatihan Manajer
Proyek, Ahli
Pengguna SIG

9 Implementasi Manajer
Proyek, Ahli
SIG

10 Dokumentasi Manajer
Proyek,
Sekretaris,
Admin.
Keuangan

1.2 Usulan Rancangan Anggaran Biaya


No
Uraian Volume Kegiatan Harga Biaya(Rp)
Kegiatan Satuan(Rp
)

1 Personil

Manajer 1 orang Selama 18 bulan 20000000 360000000


Proyek

Sekretaris 3 orang Selama 18 bulan 5000000 270000000

Ahli SIG 15 orang Selama 16 bulan 9000000 2160000000


berbasis Web

Kartografer 15 orang Selama 16 bulan 7500000 1800000000

2 Pengumpulan
dan Analisis
Data

Praktikum Sistem dan Manajemen Informasi Pertanahan | 31


Analisis Data - - Selama - - - 300,000

Identifikasi - - Selama - - - 1,000,000


dan
Programming

Sistem

Desain dan - - Selama - - - 400,000


Propgramming
Sistem

Uji coba dan - - Selama - - - 250,000


implementasi

3 Bahan dan alat


penelitian

biaya internet - - - - 200,000 200,000

Komputer 40 unit - - - 8,000,000 320000000

Komputer 1 unit - - - 20000000 20000000


Server

4 Perjalanan

biaya 5 unit Selama 18 bulan 150,000 13500000


transportasi

5 Administrasi

Kertas A4 50 lembar Selama bulan 50,000 50,000


0

Praktikum Sistem dan Manajemen Informasi Pertanahan | 32


Printer dan 4 unit Selama 18 bulan 240,000 960000
tintanya

6 Biaya lainnya

Fotokopi 4 unit Selama 18 bulan 50,000 200000


referensi

laporan dan 2 unit Selama bulan 50,000 100000


penyelesaian
tugas

Jumlah Biaya 4,946,960,000

Praktikum Sistem dan Manajemen Informasi Pertanahan | 33

Anda mungkin juga menyukai