Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

KEADAAN PERTANIAN

4.1 Tata Guna Lahan


Lahan ialah suatu daerah di permukaan bumi yang ciri-cirinya (characteristics)
mencakup semua atribut yang bersifat cukup mantap atau yang dapat diduga bersifat
mendaur dari biosfer, atmosfer, tanah, geologi, hidrologi, populasi tumbuhan dan
hewan, serta hasil kegiatan manusia pada masa lampau dan masa kini, sepanjang
pengenalpengenal tadi berpengaruh secara signifikan atas penggunaan lahan pada
waktu sekarang dan pada waktu mendatang(Putri. 2019)
Tata Guna Lahan adalah pengaturan penggunaan lahan. Berdasarkan Undang-Undang
Pokok Agraria, tata guna lahan merupakan struktur dan pola pemanfaatan tanah, baik
yang direncanakan ataupun tidak direncanakan, meliputi persediaan tanah, peruntukan
tanah, penggunaan tanah dan pemeliharaaanya.
Klasifikasi penggunaan lahan didasarkan pada bentuk pemanfaatan dan penggunaan
lahan kota. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 1 Tahun 1997, klasifikasi penggunaan lahan terbagi menjadi:
1. Lahan perumahan
Areal lahan yang digunakan untuk kelompok rumah berfungsi sebagai lingkunan
tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan
sarana lingkungan.
2. Lahan perusahaan
Areal lahan yang digunakan untuk suatu badan hokum dan atau badan usaha
milik pemerintah maupun swasta untuk kegiatan ekonomi yang bersifat komersial
bagi pelayanan perekonomian dan tempat transaksi barang dan jasa.
3. Lahan industri/pergudangan
Areal lahan yang digunakan untuk kegiatan ekonomi berupa proses pengolahan
bahan-bahan bau menjadi barang jadi/setengah jadi dan atau barang setengah jadi
menjadi barang jadi.
4. Lahan jasa
Areal lahan yang tidak digunakan untuk suatu kegiatan pelayanan sosial dan
budaya masyarakat kota, yang dilaksanakan oleh badan atau organisasi
kemasyarakatan, pemerintah maupun swasta yang menitikberatkan pada kegiatan
yang bertujuan pelayanan non komersial.
5. Persawahan
Areal pertanian yang digenangi air secara periodic dan atau terusmenerus
ditanami padi dan atau diselingi dengan tanaman tebu, tembakau, dan atau
tanaman semusim lainnya.
6. Pertanian lahan kering semusim
Areal lahan petanian yang tidak pernah diairi dan mayoritas disirami dengan
tanaman umur pendek.
7. Lahan tidak ada bangunan
Tanah di dalam wilayah perkotaan yang belum atau tidak digunakan untuk
pembangunan perkotaan.
8. Lain-lain
Areal tanah yang digunakan bagi prasarana jalan, sungai, bendungan, serta
saluran yang merupakan buatan manusia maupun alamiah.

No Klasifikasi Luas Presentase


1. Tanah sawah 1,00 Ha 0,41%
2. Tanah kering 160,70 Ha 66,54%
3. Tanah basah 0,00 Ha 0%
4. Tanah perkebunan 25,00 Ha 10,35%
5. Fasilitas umum 4,80 Ha 1,98%
6. Tanah hutan 50,00 Ha 20,70%
Total Luas 241,50 Ha
Tabel klasifikasi lahan di Desa Kenalan Kecamatan
Borobudur(prodeskel.binapemdes kemendagri.go.id)

4.2 Pola Penguasaan Lahan


Ruang lingkup bumi menurut Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) adalah
permukaan bumi,tubuh bumi dibawahnya dan yang berada dibawah air termasuk
tanah didasar laut dan yang akan dipermasalahkan adalah tanah dalam pengertian hak
penguasaan atas tanah. Penguasaan artinya mempunyai hak untuk menggunakan,
mengurus, tetapi belum tentu memiliki. Pengertian penguasaan dapat dipakai dalam
arti fisik, juga dalam arti yuridis, juga beraspek privat dan beraspek yuridis.
Penguasaan tanah secara yuridis berarti ada hak dalam penguasaan itu yang diatur
oleh hukum ada kewenangan menguasai secara fisik tetapi fisik penguasaannya atau
penggunaannya tetap ada pada pemilik hak atas tanah. Penguasaan ini ada dalam
aspek privat sedangkan aspek publiknya diatur dalam pasal 33 ayat 3 UUDNRI thn
1945 dan pasal 2 UUPA bahwa Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung
didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat(UUD 1945).
Pola penguasaan lahan terdapat empat jenis yaitu :
1. Milik
Merupakan lahan milik perorangan yang secara hukum menjadi hak milik satu
orang, sekaligus yang bersangkutan melakukan pengelolaan terhadap lahan
tersebut. Lahan milik sendiri memiliki sertifikat yang resmi di mata hukum.
2. Sakap
Menggarap tanah milik orang lain dengan adanya sistem bagi hasil. Sistem
pembagian yang dilakukan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati antara
buruh tani dengan pemilik lahan.
3. Sewa
Merupakan orang yang menggunakan atau menyewa sebidang tanah tertentu yang
berorientasi kepada pendekatan ekonomis. Petani yang menyewa lahan biasanya
merupakan petani yang belum memiliki lahan sendiri atau petani yang memiliki
lahan yang sempit. Sewa lahan dilakukan bertujuan untuk meningkatkan
produktivitas hasil pertanian.
4. Bengkok
Menggarap tanah milik kas desa karena tanah tersebut sebagai hak dari seorang
pamong desa (gaji bagi pamong desa).
Sistem penguasaan tanah pada Dusun Nalan, Desa Kenalan merupakan hak milik
pribadi, sakap, dan sewa. Rata-rata petani singkong di Dusun Nalan, Desa Kenalan
memili tanah milik pribadi hanya sebagian kecil yang menyewa maupun menyakap
tanah.

4.3 Pemakaian Lahan untuk Pertanian


Lahan bagi daerah dan penduduk perdesaan pada hakekatnya merupakan factor
dominan, baik lahan sawah,tegal, pekarangan ataupun lahan untuk tempat tinggal.
Dalam satuan sosial, lahan merupakan status social yang menentukan; dalam satuan
rumah tangga lahan merupakan harta warisan yang paling berharga; dan dalam satuan
ekonomi lahan sebagai sumber utama dari pendapatan.
Tentunya untuk menjadi sumber utama dari pendapatan lahan tersebut harus dikelola.
Pengelolaan lahan untuk pertanian di desa Kenalan terbagi menjadi luasan lahan
sawah 1,00 Ha, lahan kering 160,70 Ha, lahan perkebunan 25,00 Ha, dan 50,00 Ha
masih berupa hutan. Terlihat dari data bahwa pengelolaan lahan pertanian masih
didominasi dengan lahan kering, hal tersebut dikarenakan akses air yang masih langka
dan masih mengandalkan dari air hujan. Pada lahan kering tersebut ditanamai dengan
tanaman singkong, jagung, empon empon ataupun talas. Bukan tanpa alasan tentang
pemilihan komoditas tersebut adalah karena kebutuhan air yang sedikit, perawatan
yang mudah dan juga mengenai pemasarannya. Kemudian seluas 25,00 Ha
dimanfaatkan sebagai perkebunan, sedangkan komoditas yang ditanam adalah
cengkeh, rambutan, petai, durian. Dan untuk pengelolaan lahan pertanian berupa
sawah seluas 1,00 Ha adalah ditanamai komoditas padi.
4.4 Produksi Pertanian
Produksi pertanian di Dusun Nalan, Desa Kenalan, Kecamatan Borobudur didominasi dengan
singkong, untuk perkebunan komoditas yang dominan adalah berbagai jenis buah lokal antara
lain rambutan dan durian. Bahkan untuk perkebunan rambutan luasanya mencapai 20 Ha
Secara umum, di Desa Kenalan terdapat banyak perkebunan rakyat. Luasnya mencapai 25 Ha
dengan kepemilikan perkebunan oleh masyarakat. Masyarakat Desa Kenalan mempunyai
mata pencaharian pokoknya adalah sebagai petani dan buruh tani, pengrajin dan peternak.
Dalam wawancara yang telah dilaksanakan pada… hampir sebagian besar penduduknya
memiliki usaha pembuatan slondok, hal tersebut karena banyaknya komoditas singkong yang
memiliki nilai jual yang rendah. Kemudian masyarakat pun mengolahnya menjadi slondok,
walaupun pada akhirnya kebutuhan singkong meningkat dan harus mendatangkan dari daerah
lain untuk memenuhi kebutuhan produksi slondok.

Anda mungkin juga menyukai