Lahan ialah suatu daerah di permukaan bumi yang ciri-cirinya (characteristics) mencakup semua atribut yang bersifat cukup mantap atau yang dapat diduga bersifat mendaur dari biosfer, atmosfer, tanah, geologi, hidrologi, populasi tumbuhan dan hewan, serta hasil kegiatan manusia pada masa lampau dan masa kini, sepanjang pengenalpengenal tadi berpengaruh secara signifikan atas penggunaan lahan pada waktu sekarang dan pada waktu mendatang(Putri. 2019) Tata Guna Lahan adalah pengaturan penggunaan lahan. Berdasarkan Undang-Undang Pokok Agraria, tata guna lahan merupakan struktur dan pola pemanfaatan tanah, baik yang direncanakan ataupun tidak direncanakan, meliputi persediaan tanah, peruntukan tanah, penggunaan tanah dan pemeliharaaanya. Klasifikasi penggunaan lahan didasarkan pada bentuk pemanfaatan dan penggunaan lahan kota. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 1997, klasifikasi penggunaan lahan terbagi menjadi: 1. Lahan perumahan Areal lahan yang digunakan untuk kelompok rumah berfungsi sebagai lingkunan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan. 2. Lahan perusahaan Areal lahan yang digunakan untuk suatu badan hokum dan atau badan usaha milik pemerintah maupun swasta untuk kegiatan ekonomi yang bersifat komersial bagi pelayanan perekonomian dan tempat transaksi barang dan jasa. 3. Lahan industri/pergudangan Areal lahan yang digunakan untuk kegiatan ekonomi berupa proses pengolahan bahan-bahan bau menjadi barang jadi/setengah jadi dan atau barang setengah jadi menjadi barang jadi. 4. Lahan jasa Areal lahan yang tidak digunakan untuk suatu kegiatan pelayanan sosial dan budaya masyarakat kota, yang dilaksanakan oleh badan atau organisasi kemasyarakatan, pemerintah maupun swasta yang menitikberatkan pada kegiatan yang bertujuan pelayanan non komersial. 5. Persawahan Areal pertanian yang digenangi air secara periodic dan atau terusmenerus ditanami padi dan atau diselingi dengan tanaman tebu, tembakau, dan atau tanaman semusim lainnya. 6. Pertanian lahan kering semusim Areal lahan petanian yang tidak pernah diairi dan mayoritas disirami dengan tanaman umur pendek. 7. Lahan tidak ada bangunan Tanah di dalam wilayah perkotaan yang belum atau tidak digunakan untuk pembangunan perkotaan. 8. Lain-lain Areal tanah yang digunakan bagi prasarana jalan, sungai, bendungan, serta saluran yang merupakan buatan manusia maupun alamiah.
No Klasifikasi Luas Presentase
1. Tanah sawah 1,00 Ha 0,41% 2. Tanah kering 160,70 Ha 66,54% 3. Tanah basah 0,00 Ha 0% 4. Tanah perkebunan 25,00 Ha 10,35% 5. Fasilitas umum 4,80 Ha 1,98% 6. Tanah hutan 50,00 Ha 20,70% Total Luas 241,50 Ha Tabel klasifikasi lahan di Desa Kenalan Kecamatan Borobudur(prodeskel.binapemdes kemendagri.go.id)
4.2 Pola Penguasaan Lahan
Ruang lingkup bumi menurut Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) adalah permukaan bumi,tubuh bumi dibawahnya dan yang berada dibawah air termasuk tanah didasar laut dan yang akan dipermasalahkan adalah tanah dalam pengertian hak penguasaan atas tanah. Penguasaan artinya mempunyai hak untuk menggunakan, mengurus, tetapi belum tentu memiliki. Pengertian penguasaan dapat dipakai dalam arti fisik, juga dalam arti yuridis, juga beraspek privat dan beraspek yuridis. Penguasaan tanah secara yuridis berarti ada hak dalam penguasaan itu yang diatur oleh hukum ada kewenangan menguasai secara fisik tetapi fisik penguasaannya atau penggunaannya tetap ada pada pemilik hak atas tanah. Penguasaan ini ada dalam aspek privat sedangkan aspek publiknya diatur dalam pasal 33 ayat 3 UUDNRI thn 1945 dan pasal 2 UUPA bahwa Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat(UUD 1945). Pola penguasaan lahan terdapat empat jenis yaitu : 1. Milik Merupakan lahan milik perorangan yang secara hukum menjadi hak milik satu orang, sekaligus yang bersangkutan melakukan pengelolaan terhadap lahan tersebut. Lahan milik sendiri memiliki sertifikat yang resmi di mata hukum. 2. Sakap Menggarap tanah milik orang lain dengan adanya sistem bagi hasil. Sistem pembagian yang dilakukan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati antara buruh tani dengan pemilik lahan. 3. Sewa Merupakan orang yang menggunakan atau menyewa sebidang tanah tertentu yang berorientasi kepada pendekatan ekonomis. Petani yang menyewa lahan biasanya merupakan petani yang belum memiliki lahan sendiri atau petani yang memiliki lahan yang sempit. Sewa lahan dilakukan bertujuan untuk meningkatkan produktivitas hasil pertanian. 4. Bengkok Menggarap tanah milik kas desa karena tanah tersebut sebagai hak dari seorang pamong desa (gaji bagi pamong desa). Sistem penguasaan tanah pada Dusun Nalan, Desa Kenalan merupakan hak milik pribadi, sakap, dan sewa. Rata-rata petani singkong di Dusun Nalan, Desa Kenalan memili tanah milik pribadi hanya sebagian kecil yang menyewa maupun menyakap tanah.
4.3 Pemakaian Lahan untuk Pertanian
Lahan bagi daerah dan penduduk perdesaan pada hakekatnya merupakan factor dominan, baik lahan sawah,tegal, pekarangan ataupun lahan untuk tempat tinggal. Dalam satuan sosial, lahan merupakan status social yang menentukan; dalam satuan rumah tangga lahan merupakan harta warisan yang paling berharga; dan dalam satuan ekonomi lahan sebagai sumber utama dari pendapatan. Tentunya untuk menjadi sumber utama dari pendapatan lahan tersebut harus dikelola. Pengelolaan lahan untuk pertanian di desa Kenalan terbagi menjadi luasan lahan sawah 1,00 Ha, lahan kering 160,70 Ha, lahan perkebunan 25,00 Ha, dan 50,00 Ha masih berupa hutan. Terlihat dari data bahwa pengelolaan lahan pertanian masih didominasi dengan lahan kering, hal tersebut dikarenakan akses air yang masih langka dan masih mengandalkan dari air hujan. Pada lahan kering tersebut ditanamai dengan tanaman singkong, jagung, empon empon ataupun talas. Bukan tanpa alasan tentang pemilihan komoditas tersebut adalah karena kebutuhan air yang sedikit, perawatan yang mudah dan juga mengenai pemasarannya. Kemudian seluas 25,00 Ha dimanfaatkan sebagai perkebunan, sedangkan komoditas yang ditanam adalah cengkeh, rambutan, petai, durian. Dan untuk pengelolaan lahan pertanian berupa sawah seluas 1,00 Ha adalah ditanamai komoditas padi. 4.4 Produksi Pertanian Produksi pertanian di Dusun Nalan, Desa Kenalan, Kecamatan Borobudur didominasi dengan singkong, untuk perkebunan komoditas yang dominan adalah berbagai jenis buah lokal antara lain rambutan dan durian. Bahkan untuk perkebunan rambutan luasanya mencapai 20 Ha Secara umum, di Desa Kenalan terdapat banyak perkebunan rakyat. Luasnya mencapai 25 Ha dengan kepemilikan perkebunan oleh masyarakat. Masyarakat Desa Kenalan mempunyai mata pencaharian pokoknya adalah sebagai petani dan buruh tani, pengrajin dan peternak. Dalam wawancara yang telah dilaksanakan pada… hampir sebagian besar penduduknya memiliki usaha pembuatan slondok, hal tersebut karena banyaknya komoditas singkong yang memiliki nilai jual yang rendah. Kemudian masyarakat pun mengolahnya menjadi slondok, walaupun pada akhirnya kebutuhan singkong meningkat dan harus mendatangkan dari daerah lain untuk memenuhi kebutuhan produksi slondok.