Anda di halaman 1dari 10

Mulya Dwi Putra, Ramlawati, Muhammad Aqil Rusli / JIT Vol 6. No 3.

2022
JIT 6 (3) (2022) 67-76 ISSN 2597-8977
JURNAL IPA TERPADU
http://ojs.unm.ac.id/index.php/ipaterpadu
A

p-ISSN : 2597-8977 ANALISIS KEMAMPUAN PESERTA DIDIK MEMBACA


e-ISSN : 2597-8985 HASIL PENGUKURAN ALAT UKUR DASAR JENJANG
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Mulya Dwi Putra Abstrak: Kemampuan peserta didik membaca hasil pengukuran alat ukur
Prodi Pendidikan IPA dasar merupakan penelitian yang dilakukan dengan pendekatan survey.
Universitas Negeri Makassar Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan peserta didik
membaca hasil pengukuran alat ukur dasar kelas VIII SMPN se Kecamatan
Mamajang. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif
kuantitatif. Populasi dan sampel penelitian ini diambil dari 2 SMPN dengan
Ramlawati *) pengambilan sampel secara random sampling class dengan rumus slovin
Prodi Pendidikan IPA yaitu jumlah 274 peserta didik. Instrumen penelitian yang digunakan ialah
Universitas Negeri Makassar tes essay secara online melalui platform google form sebanyak 10 soal. Hasil
penelitian menunjukkan kemampuan peserta didik membaca hasil
pengukuran alat ukur dasar kelas VIII SMPN 1 Makassar dengan rata-rata
skor 21,76 persentase 54,41% (kurang), SMPN 3 Makassar rata – rata skor
Muhammad Aqil Rusli 20,63 persentase 51,59% (sangat kurang) dan kelas VIII SMPN se
Prodi Pendidikan IPA Kecamatan Mamajang memiliki rata – rata skor 21,21 persentase 53,03%
Universitas Negeri Makassar (sangat kurang).

Kata Kunci: Alat ukur dasar, kemampuan membaca, pengukuran.

Abstract: The ability of students to read the measurement results of basic


measuring instruments is a research conducted using a survey approach.
This study aims to describe the ability of students to read the
measurement results of basic measuring instruments for class VIII SMPN
in Mamajang District. The research method used is descriptive
quantitative. The population and sample for this study were taken from 2
SMPNs with random sampling classes using the slovin formula, namely 274
students. The research instrument used was an online essay test via the
Google Forms platform with 10 questions. The results showed that the
students' ability to read the measurement results of basic measuring
instruments for class VIII SMPN 1 Makassar with an average score of 21.76
percentage 54.41% (less), SMPN 3 Makassar an average score of 20.63
percentage 51.59% (very less) and class VIII SMPN in Mamajang District has
an average score of 21.21, a percentage of 53.03% (very poor).

Keyword: Basic measuring tools, reading skills, measurements.


*) Correspondence Author:
ramlawati@unm.ac.id

JURNAL IPA TERPADU 67


Mulya Dwi Putra, Ramlawati, Muhammad Aqil Rusli / JIT Vol 6. No 3. 2022
ISSN 2597-8977

PENDAHULUAN
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu mengenai fenomena alam berupa fakta,
konsep dan hukum yang telah teruji kebenarannya melalui suatu rangkaian penelitian (Waldrip et
al., 2010). Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam ialah pengetahuan yang diperoleh melalui
pengumpulan data dengan melakukan eksperimen, pengamatan terhadap objek, dan deduksi
untuk dapat menghasilkan suatu penjelasan mengenai sebuah gejala yang dapat dipercaya
(Prilianti, 2014). Pembelajaran IPA adalah pembelajaran yang tidak hanya menggali teori dan konsep
yang disampaikan guru, tetapi menekankan pemahaman melalui observasi dan penemuan, yang
memberikan pengalaman langsung untuk pengembangan kreatifitas dan kompetensi siswa
(Aldiyah, 2021). Proses pembelajaran tersebut dapat diperoleh melalui kegiatan eksperimen atau
praktikum.
Kegiatan ekperimen merupakan suatu kegiatan yang memungkinkan peserta didik untuk
mengembangkan keterampilan proses sains dan sikap ilmiah (Sibiantoro, 2010). Kegiatan
eksperimen dilakukan untuk pengembangan konsep, mengatasi miskonsepsi, melatih
keterampilan proses, dan melatih keterampilan menggunakan alat ukur. Peserta didik memerlukan
kemampuan menggunakan alat ukur dalam melaksanakan eksperimen (Riyanto, 2016).
Kemampuan menggunakan alat ukur merupakan kemampuan penting dalam ekperimen atau
praktikum, sehingga tanpa kemampuan ini kegiatan ekperimen tidak akan memberikan hasil yang
diharapkan (Tarmizi et al., 2017). Salah satu kemampuan yang penting adalah dengan membaca
hasil pengukuran.
Kemampuan membaca dan memahami merupakan faktor penentu dan kunci keberhasilan
seorang siswa dalam proses pembelajaran (Artu N, 2014; Khotimah, 2016). Menurut Umi & Novia,
(2014) ”Kamus Besar Bahasa Indonesia, kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa
(bisa atau sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan,
kekuatan. Seseorang dikatakan mampu apabila bisa melakukan sesuatu yang harus dilakukan.
Perolehan pengetahuan terjadi terutama oleh siswa melalui membaca, dalam hal ini membaca
pemahaman dan pengukuran. Selain itu, ilmu yang diperoleh siswa tidak hanya didapatkan melalui
proses belajar mengajar disekolah, tetapi juga melalui kegiatan membaca sehari-hari (Almadiliana
et al., 2021; Ambarita et al., 2021; Dahlani, 2019). Faktor keberhasilan dalam pembacaan alat ukur
adalah kemampuan membaca. Kemampuan siswa diperoleh melalui latihan, semakin banyak siswa
mempraktikkan kemampuan mereka, semakin baik kemampuannya. Melakukan pengukuran
membutuhkan keterampilan teknis dan prosedural.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Progress in International Reading Literacy Study
(PIRLS), yaitu studi internasional dalam bidang membaca pada anak-anak seluruh dunia yang
disponsori oleh The International Association for the Evaluation Achievment menunjukkan bahwa
rata-rata kemampuan membaca anak Indonesia berada pada urutan keempat dari bawah dari 45
negara dunia (Latief, 2019). Artinya, bahwa kemampuan membaca anak Indonesia masih tergolong
rendah. Berdasarkan studi lapangan yang telah dilakukan di beberapa sekolah kota Makassar di
Kecamatan Mamajang terdapat 2 sekolah negeri yaitu SMPN 1 Makassar dan SMPN 3 Makassar.
Hasil observasi menunjukkan bahwa kemampuan membaca hasil pengukuran alat ukur dasar
termasuk rendah dan masih kurang di perhatikan oleh guru, sehingga tingkat kemampuan
membaca hasil pengukuran alat ukur peserta didik belum diketahui.
Peranan alat ukur sangatlah penting, karena bertujuan untuk menentukan nilai besar dalam
bentuk angkat (kuantitatif) dalam latihan praktikum, agar hasil pengukuran lebih mudah dibaca
oleh siswa (Waluyanti, 2008). Melalui wawancara yang dilakukan strategi yang diterapkan oleh
guru dalam pembelajaran membaca hasil pengukuran juga kurang bervariasi, yang menyebabkan
peserta didik kurang memperhatikan pembelajaran, khususnya membaca hasil pengukuran alat
ukur dasar. Dipilihnya kota Makassar dalam penelitian ini khususnya di kecamatan Mamajang,
karena berdasarkan nilai Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) Tahun Pelajaran 2018/2019 pada

JURNAL IPA TERPADU 68


Mulya Dwi Putra, Ramlawati, Muhammad Aqil Rusli / JIT Vol 6. No 3. 2022
ISSN 2597-8977

mata pelajaran IPA, nilai rata – rata yang diperoleh peserta didik SMP di kota Makassar termasuk
rendah, yakni 45.15.
Dalam konteks pembelajaran Kurikulum 2013 pada jenjang sekolah menengah pertama, salah
satu kompetensi dasar mata pelajaran IPA kelas VIII, yaitu mengukur besaran dan satuan (massa,
panjang, dan waktu). Dalam mengukur besaran dan satuan tercantum dalam standar kelulusan
ujian nasional. Oleh karena itu, siswa diharapkan menguasai materi pengukuran dengan alat ukur
dasar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Jamaluddin et al., 2015; Mora, 2010)
mengungkapkan bahwa keterampilan dan kualitas pemahaman konsep pada materi pengukuran
masih tergolong rendah yakni sebesar 49,25% siswa. Konsep pengukuran yang salah pada siswa di
SMP akan berlanjut pada jenjang pendidikan selanjutnya sehingga berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
kemampuan membaca serta kesalahan-kesalahan siswa dalam membaca hasil pengukuran alat
ukur dasar se Kecamatan Mamajang, yang dimana hasilnya nanti diharapkan dapat dijadikan kajian
untuk perbaikan pada proses pembelajaran.

METODE
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survey yang bersifat
deskriptif. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan survey deskriptif.
Survey deskriptif berupaya untuk mengungkapkan situasi saat ini terkait dengan topik studi
tertentu. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2020/2021 di SMP Negeri Se
Kecamatan Mamajang.
Populasi dalam penelitian ini meliputi siswa kelas VIII SMP Negeri Se Kecamatan Mamajang.
SMP Negeri yang berada di Kecamatan Mamajang ada 2 yaitu SMPN 1 Makassar dan SMPN 3
Makassar. Jumlah populasi siswa kelas VIII di Kecamatan Mamajang yaitu 868 siswa. Penentuan
sampel penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus slovin dan pengambilan sampel
secara Random Sampling Class yaitu sebanyak 274 siswa.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan tes kemampuan membaca
hasil pengukuran alat ukur dasar dalam bentuk 10 soal essay secara online pada peserta didik yang
telah di validasi oleh ahli. Teknik analisis data yang digunakan dalam uji kemampuan membaca hasil
pengukuran adalah berdasarkan skor yang di ambil dari jawaban siswa kemudian di kategorikan
berdasarkan aspek yang diperoleh. Berikut cara mengetahui skor persentase dengan persamaan:

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥 100% .................................. (1)
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

Nilai persentase kemampuan membaca hasil pengukuran yang diperoleh dari perhitungan
kemudian dikategorikan sesuai dengan tabel 1.

Tabel 1 Kategori Membaca Hasil Pengukuran


Interval Skor Kategori
86 – 100 % Sangat Baik
76 – 85 % Baik
60 – 75 % Cukup
55 – 59 % Kurang
≤ 54 % Sangat Kurang
(Purwanto, 2006)

JURNAL IPA TERPADU 69


Mulya Dwi Putra, Ramlawati, Muhammad Aqil Rusli / JIT Vol 6. No 3. 2022
ISSN 2597-8977

HASIL DAN PEMBAHASAN


a) Hasil
Deskripsi data tentang skor statistik kemampuan peserta didik membaca hasil pengukuran
alat ukur dasar kelas VIII SMP Negeri Se Kecamatan Mamajang yang telah dianalisis menggunakan
analisis deskriptif. Data peserta didik dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Statistik Kemampuan Peserta didik Membaca Hasil Pengukuran Alat Ukur Dasar Kelas VIII
SMP Negeri Se Kecamatan Mamajang
Statistik Sampel SMPN 1 Makassar SMPN 3 Makassar SMPN Se Kec. Mamajang
Jumlah Sampel 140 134 274
Skor Maksimal 38 38 38
Skor Minimal 11 10 10
Rerata Skor 21,76 20,63 21,21
Standar Deviasi 6,47 7,06 6,78
Varians 41,91 49,84 45,94

Berdasarkan Tabel 2. diperoleh bahwa rata – rata skor kemampuan peserta didik membaca
hasil pengukuran alat ukur dasar kelas VIII SMPN Se Kecamatan Mamajang yaitu sebesar 21,21 dari
jumlah sampel sebanyak 274 siswa. Terdapat perbedaan rata – rata skor antara SMPN 1 Makassar
dan SMPN 3 Makassar. Dimana pada SMPN 1 Makassar memiliki rata-rata skor sebesar 21,76 lebih
baik sedikit dibandingkan SMPN 3 Makassar yang memiliki rata-rata skor sebesar 20,63. Selanjutnya
data tentang skor kemampuan peserta didik membaca hasil pengukuran tiap alat ukur dasar kelas
VIII SMP Negeri Se Kecamatan Mamajang dapat dilihat pada tebel 3.

Tabel 3. Skor Kemampuan Peserta Didik Membaca Hasil Pengukuran Alat Ukur Dasar Kelas VIII
SMP Negeri Se Kecamatan Mamajang
Rata – Rata
Nomor Alat Ukur Persentase Kategori
Skor
1 Mistar 2,65 66,24 Cukup
2 Mistar Patah 2,50 62,50 Cukup
3 Jangka Sorong A 1,55 38,87 Sangat Kurang
4 Jangka Sorong B 1,47 36,86 Sangat Kurang
5 Mikrometer Skrup A 1,81 45,35 Sangat Kurang
6 Mikrometer Skrup B 1,92 47,90 Sangat Kurang
7 Neraca Ohaus A 1,95 48,72 Sangat Kurang
8 Neraca Ohaus B 2,14 53,56 Sangat Kurang
9 Stopwatch 2,16 54,01 Kurang
10 Thermometer 3,05 76,28 Baik
Rata – Rata 21,21 53,03 Sangat Kurang

Berdasarkan tabel 3 hasil penelitian kemampuan peserta didik membaca hasil pengukuran
tiap alat ukur dasar kelas VIII SMPN se Kecamatan Mamajang menunjukkan bahwa rata-rata skor
kemampuan membaca sebesar 21,21 dengan persentase 53,03% mendapat kategori sangat kurang.
Pada peserta didik yang memiliki persentase baik dalam kemampuan membaca hasil pengukuran
thermometer dengan persentase 76,28% dengan kategori baik, sedangkan pada kemampuan
peserta didik terendah dalam membaca hasil pengukuran yaitu pada jangka sorong B dengan skor
1,47 persentase 36,86% dengan kategori sangat kurang. Dengan demikian hasil keseluruhan
kemampuan membaca hasil pengukuran sangat kurang, hal ini memerlukan strategi pembelajaran
yang lebih baik baik dalam kegiatan pembelajaran dikelas maupun praktikum untuk menunjang
penguasaan dalam pengukuran sesuai dengan tujuan pembelajaran (Hamdani, 2011).

JURNAL IPA TERPADU 70


Mulya Dwi Putra, Ramlawati, Muhammad Aqil Rusli / JIT Vol 6. No 3. 2022
ISSN 2597-8977

Deskripsi data tentang skor kemampuan peserta didik membaca hasil pengukuran tiap alat
ukur dasar kelas VIII SMP Negeri 1 Makassar dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 4. Skor Kemampuan Peserta Didik Membaca Hasil Pengukuran Alat Ukur Dasar Kelas VIII
SMP Negeri 1 Makassar
Rata – Rata
Nomor Alat Ukur Persentase Kategori
Skor
1 Mistar 2,74 68,39 Cukup
2 Mistar Patah 2,64 65,89 Cukuo
3 Jangka Sorong A 1,64 41,07 Sangat Kurang
4 Jangka Sorong B 1,46 36,43 Sangat Kurang
5 Mikrometer Sekrup A 1,91 47,68 Sangat Kurang
6 Mikrometer Sekrup B 1,98 49,46 Sangat Kurang
7 Neraca Ohaus A 1,96 48,93 Sangat Kurang
8 Neraca Ohaus B 2,21 55,36 Kurang
9 Stopwatch 2,14 53,57 Sangat Kurang
10 Thermometer 3,09 77,32 Baik
Rata – Rata 21,76 54,41 Kurang

Data pada tabel 4 memperlihatkan bahwa skor tertinggi yang diperoleh peserta didik dalam
membaca hasil pengukuran alat ukur dasar kelas VIII SMPN 1 Makassar terletak pada thermometer
dengan rata – rata skor 3,09 dengan kategori baik, sedangkan skor terendah yang diperoleh peserta
didik dalam membaca hasil pengukuran terletak pada jangka sorong B dengan rata – rata skor 1,46
dengan kategori sangat kurang. Adapun rata – rata skor keseluruhan kemampuan peserta didik
dalam membaca hasil pengukuran alat ukur dasar yaitu 21,76 dengan kategori kurang.
Deskripsi data tentang skor kemampuan peserta didik membaca hasil pengukuran tiap alat
ukur dasar kelas VIII SMP Negeri 3 Makassar dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Skor Kemampuan Peserta Didik Membaca Hasil Pengukuran Alat Ukur Dasar Kelas VIII
SMP Negeri 3 Makassar
Rata – Rata
Nomor Alat Ukur Persentase Kategori
Skor
1 Mistar 2,56 63,99 Cukup
2 Mistar Patah 2,36 58,96 Kurang
3 Jangka Sorong A 1,46 36,57 Sangat Kurang
4 Jangka Sorong B 1,49 37,31 Sangat Kurang
5 Mikrometer Sekrup A 1,72 42,91 Sangat Kurang
6 Mikrometer Sekrup B 1,85 46,27 Sangat Kurang
7 Neraca Ohaus A 1,94 48,51 Sangat Kurang
8 Neraca Ohaus B 2,07 51,65 Sangat Kurang
9 Stopwatch 2,18 54,48 Kurang
10 Thermometer 3,01 75,19 Baik
Rata – Rata 20,63 51,59 Sangat Kurang

Data pada tabel 5 memperlihatkan bahwa skor tertinggi yang diperoleh peserta didik dalam
membaca hasil pengukuran alat ukur dasar VIII SMPN 3 Makassar terletak pada thermometer
dengan rata-rata skor 3,01 dengan kategori baik, sedangkan skor terendah yang diperoleh peserta
didik dalam membaca hasil pengukuran terletak pada jangka sorong A dengan rata-rata skor 1,46
dengan kategori sangat kurang. Adapun rata-rata skor keseluruhan kemampuan peserta didik
dalam membaca hasil pengukuran alat ukur dasar yaitu 20,63 dengan kategori sangat kurang.

JURNAL IPA TERPADU 71


Mulya Dwi Putra, Ramlawati, Muhammad Aqil Rusli / JIT Vol 6. No 3. 2022
ISSN 2597-8977

b) Pembahasan

a) Kemampuan membaca hasil pengukuran mistar

Dalam pengukuran mistar untuk mengetahui kemampuan membaca hasil pengukuran mistar
dilakukan dengan menggunakan 2 jenis mistar yaitu mistar utuh dan mistar patah. Berdasarkan hasil
analisis kemampuan peserta didik dalam membaca hasil pengukuran besaran panjang
menggunakan mistar kelas VIII SMPN Se Kecamatan Mamajang, peserta didik yang mampu
menjawab benar pada mistar utuh ada 111 orang dengan 40,51% (sangat baik), 9 orang dengan 3,28%
(cukup), dan 154 orang dengan 56,20% (sangat kurang), sedangkan pada mistar patah ada 93 orang
dengan 33,94%, 5 orang dengan 1,82% (cukup), dan 176 orang dengan 64,23% (sangat kurang).
Hal ini disebabkan karena faktor seperti ketelitian peserta didik. Dalam membaca hasil
pengukuran mistar utuh sebagian jawaban peserta didik dimana kunci jawabannya adalah 5,2 cm
dan mereka menjawab 5,0 cm atau 5,1 cm, sedangkan pada mistar patah sebagian kecil peserta
didik yang menjawab hampir benar seperti 7 cm atau 7,3 cm dari jawaban benar yaitu 7,2 cm. Hal ini
menunjukkan bahwa kurangnya ketelitian peserta didik dalam membaca hasil pengukuran mistar,
sesuai dengan penelitian Prayitno, (2015) tingkat ketelitian dalam membaca mistar tergantung
pada skala noniusnya. Dengan menggunakan metode variasi pemberian tugas, dapat memberi
kontribusi atau meningkatkan ketelitian pada peserta didik.
Meskipun dengan alat ukur yang sama, bila diberi perlakuan yang berbeda maka hasilnya
berbeda. Sehingga, bila disesuaikan dengan tabel kriteria persentase pada mistar utuh tergolong
dalam kategori cukup dan mistar patah tergolong kategori cukup, sesuai dengan tabel 3 mistrae
utuh rata-rata skor yang diperoleh yaitu 2,65 dengan persentase 66,24% dan mistar patah rata-rata
skor yang diperoleh yaitu 2,50 dengan persentase 62,50%. Artinya bahwa dalam membaca hasil
pengukuran menggunakan mistar kemampuan peserta didik sama baiknya dalam mengukur
dengan mistar utuh maupun mistar patah.

b) Kemampuan membaca hasil pengukuran jangka sorong

Dalam pengukuran jangka sorong untuk mengetahui kemampuan membaca hasil


pengukuran jangka sorong dilakukan dengan menggunakan jangka sorong a benda yang diukur
yaitu bola pimpong dan jangka sorong b benda yang diukur yaitu kelereng. Berdasarkan hasil
analisis kemampuan peserta didik dalam membaca hasil pengukuran besaran diameter
menggunakan jangka sorong kelas VIII SMPN Se Kecamatan Mamajang, peserta didik yang mampu
menjawab benar pada jangka sorong a ada 15 dengan 5,47% (sangat baik), 5 orang dengan 1,82%
(cukup), dan 254 orang dengan 92,70% (sangat kurang) sedangkan pada jangka sorong b ada 13
orang dengan 4,47% (sangat baik), 3 orang dengan 1,03% (cukup), dan 258 orang dengan 94,16%
(sangat kurang).
Hal ini disebabkan karena beberapa faktor seperti ketelitian dan pengetahuan peserta didik
dalam menggunakan jangka sorong, terutama dalam membaca nilai skala. Sebagian besar peserta
didik dalam pembacaan skala utama dan skala nonius masih banyak yang salah. Hal ini menunjukkan
bahwa kurangnya pengetahuan peserta didik dalam pembacaan nilai skala pada jangka sorong. Hal
ini sejalan dengan penelitian Wulandhari et al., (2013) bahwa diperoleh semua dari 33 siswa
melakukan kesalahan dalam menuliskan hasil pengukuran sebesar 100%; 45,45% salah menuliskan
skala utama dan 100% salah menuliskan skala nonius. Selanjutnya penelitian oleh Rusdiani, (2021)
terdapat hubungan signifikan semakin baik pengukuruan jangka sorong maka hasil belajar juga
semakin baik.
Meskipun menggunakan alat ukur yang sama tapi dengan massa yang berbeda hasilnya
tergolong masih sangat rendah. Sehigga bila disesuaikan dengan tabel kriteria persentase pada
jangka sorong maka tergolong dalam kategori sangat kurang, sesuai pada tabel 3 jangka sorong a

JURNAL IPA TERPADU 72


Mulya Dwi Putra, Ramlawati, Muhammad Aqil Rusli / JIT Vol 6. No 3. 2022
ISSN 2597-8977

rata – rata skor yang diperoleh yaitu 1,55 dengan persentase 38,87% dan jangka sorong b rata – rata
skor yang diperoleh yaitu 1,47 dengan persentase 36,86%. Artinya menunjukkan bahwa dalam
membaca hasil pengukuran menggunakan jangka sorong kemampuan peserta didik sangat rendah
tergolong dalam kategori sangat kurang.

c) Kemampuan membaca hasil pengukuran mikrometer sekrup

Dalam pengukuran mikrometer sekrup untuk mengetahui kemampuan membaca hasil


pengukuran mikrometer sekrup dilakukan dengan menggunakan mikrometer sekrup a benda yang
diukur yaitu koin dan jangka sorong b benda yang diukur yaitu kelereng. Berdasarkan hasil analisis
kemampuan peserta didik dalam membaca hasil pengukuran besaran diameter menggunakan
mikrometer sekrup kelas VIII SMPN se kecamatan Mamajang, peserta didik yang mampu menjawab
benar pada mikrometer sekrup a ada 31 orang dengan 11,31% (sangat baik), 8 orang dengan 2,92%
(cukup), dan 235 orang dengan 85,77% (sangat kurang) sedangkan pada mikrometer sekrup b ada
46 dengan 16,79% (sangat baik), 4 orang dengan 1,46% (cukup), dan 224 orang dengan 81,75%
(sangat kurang).
Hal ini disebabkan karena beberapa faktor seperti ketelitian dan masalah kurangnya
pengetahuan peserta didik dalam menggunakan mikrometer sekrup, terutama pada pembacaan
skala. Sebagian besar peserta didik dalam pembacaan skala utama dan nonius masih banyak yang
salah. . Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya pengetahuan peserta didik dalam pembacaan nilai
skala pada mikrometer sekrup. Hal ini sejalan dengan penelitian Baroni, (2008) bahwa pada siswa
terdapat kecenderungan masih rendah pada beberapa indikator khususnya dalam menetukan skala
terkecil alat ukur, dan menggunakan alat ukur, serta menghitung penunjukan skala alat ukur,
bahkan untuk alat ukur mikrometer mempunyai nilai kemampuan menggunakan alat ukur paling
rendah.
Maskipun menggunakan alat ukur yang sama tapi dengan massa yang berbeda hasilnya
masih sangat rendah. Sehingga bila disesuaikan dengan tabel kriteria persentase mikrometer
sekrup maka tergolong dalam kategori sangat kurang, sesuai pada tabel 3 mikrometer sekrup a rata
– rata skor yang diperoleh yaitu 3,36 dengan persentase 34% dan mikrometer sekrup b rata – rata
skor yang diperoleh yaitu 3,67 dengan persentase 37%. Artinya menunjukkan bahwa dalam
membaca hasil pengukuran menggunakan jangka sorong kemampuan peserta didik sangat rendah
tergolong dalam kategori sangat kurang.

d) Kemampuan membaca hasil pengukuran neraca ohaus

Dalam pengukuran neraca ohaus 4 lengan untuk mengetahui kemampuan membaca hasil
pengukuran neraca ohaus 4 lengan dilakukan dengan menggunakan neraca ohaus a benda yang
diukur yaitu balok kayu a sama dengan neraca ohaus b benda yang diukur yaitu balok kayu a,
bedanya hanya pada ukuran balok kayu a yang digunakan sedikit lebih kecil daripada balok kayu b.
Berdasarkan hasil analisis kemampuan peserta didik dalam membaca hasil pengukuran besaran
massa menggunakan neraca ohaus kelas VIII SMPN se kecamatan Mamajang, peserta didik yang
mampu menjawab benar pada neraca ohaus a ada 43 dengan 15,69% (sangat baik), 1 orang dengan
0,36% (cukup), dan 230 orang dengan 83,94% (sangat kurang) sedangkan pada neraca ohaus b ada
69 orang dengan 25,18% (sangat baik), 6 orang dengan 2,19% (cukup), dan 199 orang dengan 72,63%
(sangat kurang).
Hal ini disebabkan karena beberapa faktor seperti ketelitian dan adalah masalah kurangnya
pengetahuan peserta didik dalam menggunakan neraca ohaus 4 lengan, terutama pada
penghitungan lengan neraca. Sebagian besar peserta didik dalam pembacaan skala lengan neraca
masih banyak yang salah. Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya pengetahuan peserta didik dalam
pembacaan nilai skala pada neraca ohaus. Hal ini sejalan dengan penelitian White, (2005) yang

JURNAL IPA TERPADU 73


Mulya Dwi Putra, Ramlawati, Muhammad Aqil Rusli / JIT Vol 6. No 3. 2022
ISSN 2597-8977

menyatakan prosedur analisis Newman bahwa kesalahan terjadi ketika siswa dapat menentukan
operasi yang harus dilakukan, tetapi tidak dapat menuliskan prosedur tersebut secara akurat.
Meskipun menggunakan alat ukur yang sama tapi dengan massa yang berbeda hasilnya
masih sangat rendah. Sehingga bila disesuaikan dengan tabel kriteria persentase neraca ohaus 4
lengan maka tergolong dalam kategori sangat kurang, sesuai pada tabel 3 neraca ohaus a rata –
rata skor yang diperoleh yaitu 1,95 dengan persentase 48,72% dan neraca ohaus b rata – rata skor
yang diperoleh yaitu 2,14 dengan persentase 53,56%. Artinya menunjukkan bahwa dalam membaca
hasil pengukuran menggunakan neraca ohaus 4 lengan kemampuan peserta didik sangat rendah
tergolong dalam kategori sangat kurang.

e) Kemampuan membaca hasil pengukuran stopwatch

Dalam pengukuran stopwatch untuk mengetahui kemampuan membaca hasil pengukuran


stopwatch dilakukan dengan menggunakan stopwatch analog. Berdasarkan hasil analisis
kemampuan peserta didik dalam membaca hasil pengukuran besaran waktu menggunakan
stopwatch kelas VIII SMPN se kecamatan Mamajang, peserta didik yang mampu menjawab benar
pada stopwatch ada 82 orang dengan 29,93% (sangat baik), 2 orang dengan 0,73% (cukup), dan 190
orang dengan 69,34% (sangat kurang).
Hal ini disebabkan karena beberapa faktor seperti ketelitian dan masalah kurangnya
pengetahuan peserta didik dalam menggunakan stopwatch. Sebagian besar peserta didik dalam
pembacaan satuan belum bisa membedakan dalam menghitung satuan jam, menit, detik dalam
stopwatch. Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya pengetahuan peserta didik dalam pembacaan
stopwatch. Sejalan dengan penelitian Muslim, (2018) kesalahan ini disebabkan karena kesalahan
membaca skala kecil, dan kurang keterampilan dalam menyusun dan memakai alat, terutama alat
yang melibatkan banyak komponen.
Pembacaan menggunakan stopwatch masih banyak yang kurang teliti menjawab soal maka
hasilnya masih sangat rendah. Sehingga bila disesuaikan dengan tabel kriteria persentase
stopwatch maka tergolong dalam kategori kurang, sesuai pada tabel 3 stopwatch rata – rata skor
yang diperoleh yaitu 2,16 dengan persentase 54,01%. Artinya menunjukkan bahwa dalam membaca
hasil pengukuran menggunakan stopwatch kemampuan peserta didik sangat rendah tergolong
dalam kategori kurang.

f) Kemampuan membaca hasil pengukuran thermometer

Dalam pengukuran termometer untuk mengetahui kemampuan membaca hasil pengukuran


termometer dilakukan dengan mengukur suhu air pada saat dipanaskan. Berdasarkan hasil analisis
kemampuan peserta didik dalam membaca hasil pengukuran besaran suhu menggunakan
termometer kelas VIII SMPN se kecamatan Mamajang, peserta didik yang mampu menjawab benar
pada termometer ada 160 orang dengan 58,39% (sangat baik), 21 orang dengan 7,66% (cukup), dan
93 orang dengan 33,94% (sangat kurang).
Hal ini disebabkan karena beberapa faktor seperti ketelitian. Pada termometer pembacaan
skala hanya beda sedikit dari jawaban benar. Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya ketelitian
peserta didik dalam membaca hasil pengukuran. Hal ini sejalan dengan penelitian (Dimyati et al.,
2012) kesalahan ini disebabkan oleh pengamat, dimana pengamat kurang terampil dalam
menggunakan instrumen, posisi mata saat membaca skala yang tidak benar dan kekeliruan dalam
membaca skala.
Pada pembacaan menggunakan termometer hanya sebagian peserta didik yang menjawab
salah atau tidak teliti dalam membaca skala maka hasilnya masih tergolong cukup. Sehingga bila
disesuaikan dengan tabel kriteria persentase termometer maka tergolong dalam kategori baik,
sesuai pada tabel 3 termometer rata – rata skor yang diperoleh yaitu 3,05 dengan persentase

JURNAL IPA TERPADU 74


Mulya Dwi Putra, Ramlawati, Muhammad Aqil Rusli / JIT Vol 6. No 3. 2022
ISSN 2597-8977

76,28%. Artinya menunjukkan bahwa dalam membaca hasil pengukuran menggunakan


teermometer kemampuan peserta didik baik tergolong dalam kategori baik.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpukan bahwa kemampuan membaca hasil
pengukuran alat ukur dasar peserta didik kelas VIII pada jenjang sekolah menengah pertama
menunjukkan pada kelas VIII SMPN 1 Makassar dengan rata-rata skor 21,76 persentase 54,41%
berkategori kurang, SMPN 3 Makassar rata – rata skor 20,63 persentase 51,59% berkategori sangat
kurang dan kelas VIII SMPN se Kecamatan Mamajang memiliki rata – rata skor 21,21 persentase
53,03% berkategori sangat kurang. Maka dengan adanya data diatas perlu adanya analisis
kemampuan membaca lebih rinci dan metode variasi pembelajaran yang dapat meningkatkan
kemampuan peserta didik menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

ALDIYAH, E. (2021). LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) PENGEMBANGAN SEBAGAI SARANA
PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES PEMBELAJARAN IPA DI SMP. TEACHING : Jurnal
Inovasi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, 1(1), 67–76. https://doi.org/10.51878/teaching.v1i1.85
Almadiliana, Saputra, H. H., & Setiawan H. (2021). Hubungan Antara Kemampuan Membaca
Pemahaman Dengan Kemampuan Memahami Soal Cerita Matematika Siswa Kelas V Sekolah
Dasar. In PENDAGOGIA: Jurnal Pendidikan Dasar (Vol. 1, Issue 2).
https://jurnal.educ3.org/index.php
Ambarita, R. S., Wulan, N. S., & Wahyudin, D. (2021). Analisis Kemampuan Membaca Pemahaman
pada Siswa Sekolah Dasar. EDUKATIF : JURNAL ILMU PENDIDIKAN, 3(5), 2336–2344.
https://doi.org/10.31004/edukatif.v3i5.836
Artu N. (2014). Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas IV SDN
Pembina Liang Melalui Penerapan Strategi Survey Questions Reading Recite Review (SQ3R).
In Jurnal Kreatif Tadulako Online (Vol. 2, Issue 2).
Baroni, S. (2008). Analisis Kemampuan Siswa Menggunakan Alat - Alat Ukur Pada Siswa SMP Negeri
33 Makassar. Universitas Negeri Makassar.
Dahlani, A. (2019). PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas
IV Semester 2 SDN Bunisari Kecamatan Jatinunggal Kabupaten Sumedang Tahun Pelajaran
2018/2019). Pendas : Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar. https://doi.org/10.23969/jp.v4i2.2043
Dimyati, Triwidjaja, H. A., & Untari, E. (2012). Kesalahan Kesalahan Sistemik Dalam Pengukura Fisika
Bagi Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Journal of Education and Learning, 2.
Hamdani. (2011). Strategi belajar mengajar. CV Pustaka Setia.
Jamaluddin, Kade, A., & Nurjannah. (2015). ANALISIS PELAKSANAAN PRAKTIKUM MENGGUNAKAN
KIT IPA FISIKA DI SMP SE-KECAMATAN SOJOL KABUPATEN DONGGALA. In Jurnal Pendidikan
Fisika Tadulako (JPFT (Vol. 3, Issue 1).
Khotimah, A. K. (2016). Analisis Kemampuan Membaca Pemahaman Berdasarkan Taksonomi Berret
Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Gugus Dwija Harapan Kecamatan Mijen. (Skripsi) Universitas
Negeri Semarang.
Latief, M. (2019). Kemampuan Membaca Anak Indonesia Masih Rendah. Jurnal Edukasi Membaca,
9(2).
Mora, A. (2010). Deskripsi Keterampilan Siswa Kelas X dalam Menggunakan Jangka Sorong dan
Mikrometer Sekrup di SMA Negeri 3 Pontianak. FKIP Untan.

JURNAL IPA TERPADU 75


Mulya Dwi Putra, Ramlawati, Muhammad Aqil Rusli / JIT Vol 6. No 3. 2022
ISSN 2597-8977

Muslim, K. (2018). Penerapan Motode Eksperimen Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada
Materi Pengukuran DI kelas X MIA MAS Darul Ulum Banda Aceh. Universitas Islam Negeri Ar
Raniry.
Prayitno, B. (2015). PENINGKATAN KEMAMPUAN PRAKTIK MENGGUNAKAN DAN MEMBACA HASIL
BESARAN ALAT UKUR MISTAR SORONG DENGAN METODE VARIASI PEMBERIAN TUGAS.
Jurnal Ilmiah Pro Guru, 1(1).
Prilianti, R. (2014). Ketrampilan Proses Sebagai Penerapan Pendekatan Scientific Dalam
Pembelajaran IPA. Balai Diklat Keagamaan.
Purwanto, M. N. (2006). Prinsip - Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajian. PT Remaja Rosdakarya.
Riyanto, E. (2016). IDENTIFIKASI KESALAHAN MAHASISWA DALAM MELAKSANAKAN PRAKTIKUM
PADA MATAKULIAH KONSEP IPA 2 DI PRODI PGSD FIP IKIP PGRI MADIUN. Premiere
Educandum : Jurnal Pendidikan Dasar Dan Pembelajaran, 2(02).
https://doi.org/10.25273/pe.v2i02.49
Rusdiani. (2021). HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN MENGUKUR MENGGUNAKAN JANGKA SORONG
PADA MATERI PENGUKURAN DENGAN HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS X.B SMA
NEGERI 18 PANGKEP . UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR.
Sibiantoro, A. W. (2010). Pentingnya Eksperimen dalam Pembelajaran IPA. (Skripsi) Universitas
Negeri Yogyakarta.
Tarmizi, T., Halim, A., & Khaldun, I. (2017). PENGGUNAAN METODE EKSPERIMEN UNTUK
MENGATASI MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PESERTA DIDIK PADA
MATERI RANGKAIAN LISTRIK DI SMA NEGERI 1 JAYA KABUPATEN ACEH JAYA. Jurnal IPA &
Pembelajaran IPA, 1(2), 149–158. https://doi.org/10.24815/jipi.v1i2.9689
Umi, C., & Novia, W. (2014). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kashiko.
Waldrip, B., Prain, V., & Carolan, J. (2010). Using Multi-Modal Representations to Improve Learning
in Junior Secondary Science. Research in Science Education, 40(1), 65–80.
https://doi.org/10.1007/s11165-009-9157-6
Waluyanti, S. (2008). Alat Ukur Dan Teknik Pengukuran Jilid 1 Untuk Sekolah Menengah Kejuruan.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jendral Manajemen
Pendidikan Dasar Dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional.
White, A. L. (2005). Active mathematics in classrooms: Finding out why children make mistakes -
and then doing something to help them. Square One, 4, 15–19.
Wulandhari, S., S, S. S., & S, H. T. M. (2013). DESKRIPSI KESALAHAN SISWA DALAM MENGGUNAKAN
JANGKA SORONG PADA MATERI PENGUKURAN DI KELAS X SMA NEGERI 1 MEMPAWAH
HILIR. JPPK Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Khatulistiwa, 2(4).

Mulya Dwi Putra


Mahasiswa Program Studi Pendidikan IPA FMIPA UNM, Aktif melakukan penelitian pada bidang
Pendidikan IPA, dapat dihubungi melalui email mulyadwiputra@gmail.com

Ramlawati
Dosen Program Studi Pendidikan IPA FMIPA UNM, aktif melakukan penelitian pada bidang
Pendidikan IPA, dapat dihubungi melalui email ramlawati@unm.ac.id

Muhammad Aqil Rusli


Dosen Program Studi Pendidikan IPA FMIPA UNM, aktif melakukan penelitian pada bidang
Pendidikan IPA, dapat dihubungi melalui email m.aqilrusli@gmail.com

JURNAL IPA TERPADU 76

Anda mungkin juga menyukai