Anda di halaman 1dari 20

UPAYA PENERAPAN METODE MIND MAP UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN SIMULASI


DIGITAL PADA SISWA SMK N 3 SALATIGA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan


Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer

oleh:
Yulius Meilana
NIM: 702011100

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER


FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
Lembar Persetujuan
UPAYA PENERAPAN METODE MIND MAP UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN SIMULASI
DIGITAL PADA SISWA SMK N 3 SALATIGA
1)
Yulius Meilana, 2) Widya Damayanti, S.Pd., M.Sc.

Fakultas Teknologi Informasi


Universitas Kristen Satyawacana
Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia
Email:1) 702011100@student.uksw.edu, 2) widya.damayanti@staff.uksw.edu.

Abstract

Option of learning method which not variatif have an impact to low result of students
learning. From the observation show that students do not understants the teacher presented
the class due to the way teachers teach with lectures and the record still use regular notes
or in the from of a sentence. This research want to know about mind map method can use
to improve result of students learning on digital simulation at class X SMK N Salatiga. This
research uses quasi experiments approach with design non equivalent control group
design. The research results show that mind map method it is better to used a learning for
improve result of student learning on digital simulation in SMK N 3 Salatiga, looking from
pretest value and posttest as the increasing of average value and improve the completeness
of student learning. The average value of the class pretest experiment is 70,14 that is lower
than in control class is 72,94 and the average value of the class posttest experiment is
92,25 than higher in control class is 78,46.
Keyword:Mind Map, Learning Outcome.

Abstrak

Pemilihan metode pembelajaran yang tidak variatif berdampak pada hasil belajar siswa
yang rendah. Dari hasil observasi didapatkan bahwa siswa kurang memahami pembelajaran
yang disampaikan guru dikelas disebabkan oleh cara guru mengajar dengan ceramah dan
proses mencatat masih menggunakan catatan biasa atau berupa kalimat. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui apakah metode mind map dapat digunakan sebagai metode
pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Simulasi Digital
kelas X SMK N 3 Salatiga. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuasi eksperimen
dengan desain non equivalent control group design. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
metode mind map meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Simulasi Digital
di SMK N 3 Salatiga, dilihat dari nilai pretest dan posttest serta meningkatnya nilai rata-
rata dan tingkat ketuntasan belajar siswa. Nilai rata-rata pretest kelas eksperimen adalah
70,14 lebih rendah daripada kelas kontrol yaitu 72,94 dan nilai rata-rata posttest kelas
eksperimen adalah 92,25 lebih tinggi daripada kelas kontrol yaitu 78,46.

Kata kunci:Mind Map, Hasil Belajar


1
Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Pendidikan Teknik Informatika Dan
Komputer Universitas Kristen Satya Wacana
2
Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana

1
1. Pendahuluan

Pemilihan metode yang tidak variatif menjadikan siswa lebih tertarik untuk
melakukan aktivitas lain diluar pembelajaran seperti mengobrol dengan teman,
bermain game, mengakses internet, dan menggunakan handphone saat
pembelajaran yang mengakibatkan hasil belajar siswa rendah. Hal ini menunjuka n
bahwa suasana proses belajar mengajar kurang menyenangkan sehingga siswa
mencari kesenangan sendiri dari pada memperhatikan penjelasan guru.
Dari hasil observasi pada siswa SMK N 3 Salatiga kelas X didapatkan
bahwa siswa kurang memahami pembelajaran yang disampaikan guru dikelas
disebabkan oleh cara guru mengajar dengan ceramah dan proses mencatat masih
menggunakan catatan biasa atau berupa kalimat. Menurut siswa SMK N 3 Salatiga
kelas X cara mengajar dengan metode ceramah membuat mereka bosan dan jenuh
terhadap materi yang disampaikan dan pada saat mencatat siswa memilih untuk
melakukan kegiatan lain. Hasil ulangan harian siswa Welding 2 dan Agribisnis 1
menunjukkan hasil yang jauh dari standar ketuntasan minimal, yaitu dari jumlah 37
siswa kelas Welding 2 64,11% siswa tidak tuntas dan dikelas Agribisnis yang
berjumlah 39 siswa ada 50% siswa tidak tuntas. Dalam hal ini nilai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) dan klasikal untuk kompetensi simulasi digital di
SMK N 3 Salatiga adalah 80% siswa mencapai nilai ≥ 75.
Dengan menerapkan metode mind map menggunakan aplikasi Edraw Mind
Map, diharapkan siswa lebih tertarik untuk mengikuti pembelajaran. Dengan
fokusnya siswa terhadap kegiatan pembelajaran, akan meningkatkan hasil belajar
siswa yang dapat dilihat melalui aktivitas siswa saat mengikuti pelajaran seperti
mendengarkan, memperhatikan, bertanya, dan menjawab pertanyaan guru. Dengan
menerapkan metode ini diharapkan akan berdampak positif pada hasil belajar siswa.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penggunaan metode mind map (Peta
Pikiran) berbasis multimedia menggunakan Edraw Mind Map sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.

2. TinjauanPustaka

Penelitian yang dilakukan oleh Mundak Bayu Febriyanto dan Arif Susanto
tahun 2015 dengan judul Efektivitas Penggunaan Metode Pembelajaran Jigsaw Dan
mind map Pada Kompetensi Sistem Pengapian Siswa Kelas XITSM SMK
Muhammadiyah 2 Wonosobo menunjukkan bahwa hasil belajar siswa lebih baik
mengunakan metode mind map dari pada menggunakan metode jigsaw[1].
Penelitian lain yang dilakukan Maisyarah tahun 2013 dengan judul Efektivitas
Metode pembelajaran mind mapping Terhadap Hasil Belajar siswa pada Mata
Pelajaran Ekonomi SMA menunjukkan bahwa penerapan metode pembelajaran
mind mapping lebih efektif dibandingkan tanpa menggunakan metode
pembelajaran mind mapping terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran
ekonomi SMA Negeri 5 Pontianak [2].
Persamaan dalam penelitian ini dengan penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh Mundak Bayu Febrianto dan Maisyarah yaitu menggunakan metode mind map,
responden yang diteliti oleh Mundak Bayu Febriyanto yaitu pada siswa SMK dan

2
penelitian ini menggunakan metode penelitian yang sama dilakukan oleh Maisyarah
yaitu menggunakan metode penelitian kuasi eksperimen.
Perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu dalam
penelitian yang dilakukan oleh Mundak Bayu Febriyanto menggunakan metode
penelitian tindakan kelas atau PTK pada mata pelajaran sistem pengapian, dan
penelitian yang dilakukan oleh Maisyarah menganalisis afektivitas terhadap hasil
belajar siswa pada mata pelajaran Ekonomi dengan responden sekolah menengah
atas (SMA). Sedangkan penelitian ini menganalisis hasil belajar siswa SMK N 3
Salatiga menggunakan metode mind map dengan aplikasi Edraw Mind Map,
metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen.
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar
setelah mengalami aktivitas belajar [3]. Hasil belajar dapat disimpulkan perubahan
tingkah laku yang disertai peningkatan kemampuan yang dimiliki siswa setelah
mendapat pengalaman belajar, sedangkan proses pencapaiannya dapat ditentukan
dari ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam penelitian ini hasil belajar yang
akan diukur adalah kemampuan kognitif dan afektif, yaitu pada aspek pengetahuan
dan pemahaman. Hasil belajar siswa berupa nilai dari ranah kognitif yang diperoleh
setelah pelaksanaan pembelajaran dan nilai ranah afektif dari angket belajar siswa.
Mind map (peta pikiran) merupakan teknik meringkas bahan yang akan
dipelajari dan memproyeksikan masalah yang dihadapi ke dalam bentuk peta atau
teknik grafik sehingga lebih mudah memahaminya. Pembelajaran dengan
menggunakan metode Mind Map (peta pikiran) akan meningkatkan daya hafal dan
motivasi belajar siswa yang kuat, serta siswa menjadi lebih kreatif [4]. Mind
mappingjuga merupakan metode mencatat secara menyeluruh dalam satu halaman
[5]. Mind mapping menggunakan pengingat-pengingat visual dan sensorik dalam
suatu pola dari ide-ide yang berkaitan. Peta pikiran atau mind mapping pada
dasarnya menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk
kesan pada otak.
Pembelajaran yang menggunakan mind mapping (peta pikiran) dapat
membuat suasana belajar menjadi bermakna karena pengetahuan atau infor mas i
yang baru diajarkan menjadi lebih mudah terserap siswa dan pembelajaran dengan
menggunakan metode mind mapping (peta pikiran), akan membantu siswa dalam
meringkas materi pelajaran yang diterima oleh siswa pada saat proses pembelajaran
sehingga menjadi lebih mudah dipahami oleh siswa [6].
Pengaplikasian mind map dalam kegiatan belajar mengajar disekolah ada
4 tahap yang harus dilakukan secara step by step dan berurutan, yaitu [7]:
1. Tahap persiapan: dalam tahap ini baik siswa maupun guru harus diberi pelatihan
yang cukup mengenai mind map khususnya mengenai how to mind map dan law
of mind map serta latihan- latihan untuk menentukan judul bab atau sub-bab dari
materi yang dipelajari yang disebut Basic Ordering Ideas (BOIs) dan mencari
kata kunci.
2. Tahap pendahuluan: pada tahap ini, mind map hanya akan digunakan pada
langkah overview yaitu tinjauan menyeluruh terhadap suatu topik pada saat
proses pembelajaran baru dimulai dan preview adalah tinjauan awal lanjutan dari
overview sehingga gambaran umum yang diberikan setingkat lebih detail
daripada overview dan dapat berupa penjabaran lebih lanjut dari silabus, langkah

3
preview dilakukan pada awal pelajaran serta review adalah tinjauan ulang yang
dilakukan menjelang berakhirnya jam pelajaran dan berupa ringkasan dari bahan
yang telah diajarkan, pada langkah review ini dilakukan pada akhir pelajaran
sementara untuk langkah inview adalah tinjauan mendalam yang merupakan inti
dari suatu proses pembelajaran dimana suatu topik akan dibahas secara detail,
terperinci dan mendalam. Langkah ini masih tetap menggunakan catatan linier
yang digunakan selama ini. Pada tahap ini, mind map yang dibuat baru pada level
central topic dan BOIs serta dapat pula dilengkapi dengan satu level infor mas i
pendukung lainnya.
3. Tahap transisi: pada tahap ini, inview mulai menggunakan mind map secara
parsial yang dikenal dengan cluster map. Cluster map adalah suatu hibrida dari
catatan linier dengan mind map yang dapat dipakai dalam masa transisi dari
catatan linier ke mind map. Cluster map sudah menggunakan struktur radian
namun seluruh BOIs dan cabang-cabangnya belum berbentuk key-words seperti
yang diatur dalam low of mind map tapi masih menggunakan kalimat-kalimat
pendek seperti dalam catatan linier namun harus diletakkan dalam suatu kotak
atau lingkaran sehingga membentuk suatu cluster. Dengan demikian siswa dan
guru akan terhindar dari kesulitan untuk mencari atau menentukan key-words
dari suatu bahan yang biasanya menjadi faktor yang paling sulit dalam membuat
sebuah mind map disamping kesulitan dalam menentukan BOIs. Hal ini sangat
penting untuk menghilangkan kesan sulit saat siswa akan beralih dari catatan
linier ke mind map.
4. Tahap implementasi: Pada tahap ini, inview sudah sepenuhnya menggunaka n
mind map dan seluruh catatan yang dibuat sudah berbentuk mind map. Hal ini
dapat dilakukan bila siswa dan guru sudah terbiasa dan mahir dalam menentuka n
BOIs dan mencari key-words dari bahan yang sedang dipelajari.

Langkah-langkah membuat mind map yaitu sebagai berikut[8]:

1. Tentukan tema atau topik dari mind map, tulis topik tersebut pada bagian tengah
kertas kosong yang diletakkan mendatar (landscape).
2. Gunakan pula gambar untuk topik utama.
3. Gunakan berbagai warna. Bagi otak, warna sama menariknya dengan gambar.
Warna membuat Peta pikiran (mind mapping) lebih hidup, menambah energi
pada pemikiran yang kreatif, dan menyenangkan.
4. Cari topik-topik cabang yang berhubungan dengan topik utama. Tuliskan pula
dengan satu kata kunci untuk tiap-tiap topik cabang.
5. Gunakan gambar atau kode-kode sederhana untuk tiap topik cabang.
6. Cari hubungan antara topik cabang dengan topik utama. Gambar hubunga n
dengan membuat garis lengkung yang menghubungkan antara topik cabang
dengan topik utama menggunakan pensil warna.
7. Sisakan ruangan kosong pada kertas untuk penambahan tema/gagasan/top ik.
Ruang kosong digunakan untuk menempatkan ide yang tiba-tiba muncul.
Edraw Mind Map adalah aplikasi untuk memetakan pemikiran dari
penggunaanya secara visual dalam bentuk diagram. Untuk memudahka n
penggunaannya, Edraw Mind Map menyediakan sejumlah template dan contoh.

4
Dengan Edraw Mind Map ini pembelajaran dapat dibuat menarik dan memudahka n
siswa dalam belajar, karena tidak hanya terdiri dari teks, tetapi juga gambar dan
lainnya yang terdapat dalam software ini [9].

3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif
deskriptif. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis
tertentu, tetapi hanya menggambarkan yang sebenarnya tentang suatu variabel,
gejala, atau keadaan yang terjadi [10].
Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas X SMK N 3 Salatiga tahun
ajaran 2015/2016. Sampel yang digunakan adalah kelas X Welding 2 dan X
Agribisnis 1 yang masing- masing berjumlah 37 dan 39 siswa. Sampel yang diambil
adalah dua kelas dimana dari jumlah keseluruhan kelas X yang berjumlah 12 kelas,
X Welding 2 dan X Agribisnis 1 yang telah melakukan ulangan harian dimana nilai
ulangan harian ini sebagai data awal penelitian ini.
Dalam penelitian ini kelas X Welding 2 adalah kelompok penelitian yang
pembelajarannya menggunakan mind map menggunakan Edraw Mind Map sebagai
media pembelajaran. Sedangkan kelompok kontrol adalah kelas X Agribisnis 1
yang menggunakan pembelajaran konvensional dimana media pembelajaran yang
dipakai adalah media yang telah digunakan siswa sebelumnya yaitu buku paket
(panduan) Simulasi Digital kelas X. Pemilihan kelas yang menggunakan metode
mind map didasari dari belum tercapainya nilai KKM siswa dan nilai klasikal. Pada
kelas X SMK N 3 Salatiga ada lima kelas yang belum tuntas dan salah satunya kelas
yang nilainya paling rendah adalah X Welding 2 yaitu 64,11% siswa tidak tuntas.
Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu non
equivalent control group design, yaitu desain kelompok eksperimen maupun
kelompok kontrol tidak dipilih secara random [11]. Dalam desain ini, baik
kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol dibandingkan, kendati kelompok
tersebut dipilih dan ditempatkan tanpa melalui random. Dua kelompok yang ada
diberi pretest, kemudian diberikan perlakuan, dan terakhir diberikan posttest.
Rancangan penelitian sebagai berikut:
Tabel1. Desain Penelitian
Kelompok(Group) Pretest Treatment Posttest
Kelas Eksperimen O1 X O2
Kelas Kontrol O 3 - O4

Keterangan :
O1 : pretest kelompok eksperimen
O2 : posttest kelompok eksperimen
O3 : pretest kelompok kontrol
O4 : posttest kelompok kontrol
X : treatment kelompok eksperimen
- :tidak ada treatment kelompok kontrol

5
Tes sebagai instrumen pengumpul data adalah serangkaian pertanyaan atau
latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelege ns i,
kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok[12]. Dalam
penelitian ini, teknik yang digunakan dalam tes adalah pretest dan posttest untuk
mengukur hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kontrol. Bentuk tes yang
digunakan yaitu tes bentuk pilihan ganda yang berjumlah 25 butir soal dengan lima
alternatif jawaban. Soal yang dipakai dalam pretest dan posttest adalah soal yang
diambil dari materi bahan ajar dan telah dinyatakan valid dan reliabel dari hasil uji-
coba yang telah dilakukan.

Penelitian ini dilakukan selama tiga pertemuan dengan materi penggunaa n


simulasi digital dalam pembelajaran. Penerapan metode mind map di kelas
mengikuti tahapan yang diajukan oleh Djohan Yoga sebagai berikut:

Tabel 2. Penerapan Metode Mind Map


Pertemuan Tahapan Kegiatan guru Kegiatan siswa

Pertama Persiapan  Menjelaskan apa itu  Pretest


mind map dan hukum  Memperhatikan
mind map. penjelasan guru.
 Pengenalan metode  latihan mencari
mind map dan aplikasi kata kunci.
Edraw Mind Map.  Membuka aplikasi
Edraw Mind Map.
Pendahuluan  Meminta siswa untuk  Berdiskusi materi
membuat kelompok simulasi digital
dan berdiskusi. dalam pembelajaran.
 Pada langkah overview  Siswa belajar
guru memberikan menentukan topik
gambaran sepenuhnya atau BOIs pada
mind map dengan tema materi yang
atau materi simulasi diberikan oleh guru.
digital.  Dalam inview siswa
 Pada langkah preview diharapkan mencatat
guru memperlihatkan informasi agar
mengenai cabang- membantu siswa
cabang mind map. dalam memahami
 Dalam langkah inview materi yang
guru memberikan diajarkan guru.
tinjauan mendalam
pada topik materi
masih menggunakan
catatan linier.
 Guru meminta siswa
untuk menentukan

6
central topic dan BOIs
dalam materi.
 Langkah Review guru
mengulang kembali
materi yang sudah
dibahas dan memberi
pertanyaan.

Kedua Transisi  Guru meminta siswa  Siswa membuat


untuk membentuk mind map dengan
kelompok. prosedur yang
 Guru menjelaskan sudah diberikan
materi. oleh guru.
 Guru membagikan  Siswa membuat
prosedur atau langkah- cluster map.
langkah membuat mind  Memindahkan
map. catatan biasa ke
 Guru meminta siswa mind map.
untuk mulai membuat
mind map dengan
cluster map agar
terhindar dari kesulitan
dalam mencari atau
menentukan key-words.
 Pemindahan dari
catatan biasa ke mind
map.
Ketiga Implementasi  Guru memberikan  Diskusi kelompok.
materi lalu siswa  Membuat mind map
membentuk kelompok pada Edraw Mind
yang beranggota 2-3 Map.
orang untuk berdiskusi  siswa maju kedepan
tentang topik yang untuk
ditentukan oleh guru mempresentasikan
dan membuat mind mind map yang
map pada edraw mind sudah mereka buat.
map.  posttest.

7
4. Hasil dan Pembahasan
Pembelajaran yang diterapkan pada kelompok eksperimen adalah
pembelajaran dengan menggunakan metode mind map dengan aplikasi Edraw Mind
Map. Pelaksanaan pembelajaran pada kelompok eksperimen terdiri dari empat
kegiatan yaitu persiapan, pendahuluan, transisi dan implementasi.
Pada pertemuan pertama dilakukan pada dua tahap yaitu persiapan dan
pembahasan, pada jam pertama dan kedua siswa diberi pretest, pengenalan tentang
mind map (how to mind map), hukum mind map (law of mind map) dan aplikasi
Edraw Mind Map. Pada jam ketiga siswa diberi penjelasan mengenai overview
yaitu gambaran menyeluruh mengenai mind map dengan tema atau topik materi,
preview gambaran cabang-cabang mind map dengan topik materi, dan inview
tinjauan mendalam pada topik materi. Disini siswa juga sudah belajar menentuka n
topik materi tapi menggunakan catatan linier atau catatan biasa. Catatan linier yang
dimaksud adalah catatan tulisan tangan berupa kalimat. Tahapan pertama kendala
yang dialami siswa adalah kebingungan untuk menentukan sebuah topik atau BOIs.
Untuk mengatasi masalah tersebut guru membimbing dan memberi arahan pada
setiap siswa yang belum mengerti. Siswa yang sudah mengerti membantu guru
untuk memberikan penjelasan kepada teman yang lainnya sehingga teman yang
lainnya lebih mengerti.
Tahapan transisi di pertemuan kedua siswa mulai membuat cluster map
untuk membantu siswa terhindar kesulitan pemindahan catatan biasa ke mind map.
Pada jam pertama siswa duduk berkelompok dan mendengarkan materi yang
dijelaskan oleh guru. Pada jam kedua siswa mulai membuat mind map dengan
cluster map, disini pembuatan cluster map telah mengunakan aplikasi Edraw Mind
Map dan siswa membuat mind map dengan prosedur yang telah diberikan oleh guru.
Pada jam ketiga siswa memindahkan catatan biasa ke mind map. Tahapan kedua
kendala yang dialami siswa adalah kebingungan dalam menentukan sub cabang
mind map. Untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan cara membimbing dan
memberi arahan pada setiap siswa yang belum mengerti. Hasil pembuatan mind
map dengan menggunakan cluster map ini dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1.Cluster Map

8
Tahapan implementasi pada Pertemuan ketiga, pada pertemuan ini siswa
sepenuhnya telah menggunakan mind map guru memberikan materi dan siswa
mulai membuat mind map dengan topik yang sudah guru berikan. Pada jam kedua
siswa mempresentasikan didepan kelas dilakukan secara bergantian dengan waktu
5 sampai 8 menit setiap kelompok. Ketika presentasi berlangsung siswa
memperhatikan penjelasan hasil diskusi yang disampaikan di depan kelas. Siswa
antusias dan bersemangat mengajukan pertanyaan pada kelompok yang sedang
melakukan presentasi di depan kelas. Pada jam terakhir diadakan posttest, Berikut
adalah hasil dari mind map siswa dengan Edraw Mind Map dapat dilihat pada
gambar 2.

Gambar 2. Projek Mind Map siswa

Pada gambar 2 siswa membuat mind map dengan materi simulasi digita l
topik utamanya adalah simulasi digital, disini terdapat simbol bintang dan warna
ungu. Pada cabang mind map atau sub bab ada empat topik yaitu digital, analog,
hybrid dan simulasi. Pada cabang ini siswa memberikan warna biru dan terdapat
gambar atau simbol. Hasil evaluasi mind map yang telah dilakukan oleh siswa
bahwa didalam mind map tidak bisa tanpa warna, gambar, simbol dan garis.
Penggunaan sub bab harus runtut dengan topik materi.
Secara individual, siswa dinyatakan tuntas apabila hasil belajar siswa
melebihi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditentukan sekolah yaitu
75. Tingkat ketuntasan siswa pada kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada
tabel 3.

9
Tabel 3. Tingkat Ketuntasan Belajar Siswa
Kelas Eksperimen Kontrol
Jumlah Siswa 35 Orang 39 Orang
Jumlah Siswa yang 31 31
Memenuhi KKM
(posttest)
Tingkat ketuntasan 88,57% 82,05%
kelas
Nilai rata-rata kelas 92,25 78,46

Dari tabel 3 terlihat bahwa pada kelas eksperimen sebanyak 35 siswa dari
31 siswa dinyatakan tuntas belajar atau memenuhi KKM yaitu sebesar 88,57%
sedangkan kelas kontrol sebanyak 31 siswa dari 39 siswa dinyatakan tuntas belajar
atau memenuhi KKM yaitu sebesar 82,05%, sehingga dapat disimpulkan bahwa
setelah proses pembelajaran dilaksanakan dengan memberi perlakuan berupa
penerapan metode mind map dengan aplikasi Edraw Mind Map pada kelas
eksperimen dan penggunaan media pembelajaran konvensional pada kelas kontrol,
tingkat ketuntasan belajar pada kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas
kontrol. Pada ketuntasan kelas atau ketuntasan klasikal, kedua kelas kontrol dan
kelas eksperimen dikatakan tuntas karena telah melebihi standar dari sekolah yaitu
80%. Tingkat ketuntasan siswa pada kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat
pada grafik 1.

Tingkat Ketuntasan (%)


100
80
Presentase

60
40
20
0
kelas eksperimen kelas kontrol
88,57% 82,05%

Grafik 1 Tingkat Ketuntasan Belajar Siswa

Indikator keberhasilan pertama yang dicapai dalam aspek kognitif dilakuka n


dengan menggunakan test, dari soal pilihan ganda pretest dan posttest sebanyak 20
soal. Hasil penelitian eksperimen yang dilakukan telah menyelesaikan masalah nilai
belajar siswa pada mata pelajaran Simulasi Digital di SMK N 3 Salatiga. Untuk
melihat belajar nilai siswa sebelum dan sesudah diberi perlakuan (treatment), maka
perlu dilakukan pengolahan dan analisis data terhadap nilai pretest dan posttest.
Diperoleh pada nilai pretest kelas eksperimen sebesar 70,14 dan kelas kontrol

10
sebesar 72,94, sedangkan untuk hasil posttest kelas eksperimen sebesar 92,25 dan
kelas kontrol sebesar 78,46. Berikut dapat dilihat perbedaan dalam grafik dibawah
ini:

92,25
100 72,25 78,46
70,14
80
60
40
20
0
kelas kelas kontrol
eksperimen

pretest posttest

Grafik 2 Perbedaan hasil nilai pretest-posttest pada kelas kontrol dan eksperimen.

Dari data tersebut terlihat bahwa terdapat peningkatan nilai posttest belajar
siswa pada kelas ekperimen dan kontrol dengan selisih yaitu 13,79. Pada pemberian
pretest dan posttest kelas eksperimen terdapat selisih rata-rata sebesar 22,11 dan
kelas kontrol 6,21 menandakan bahwa kelas eksperimen terdapat selisih yang tinggi
dari pada kelas kontrol. Faktor yang mempengaruhi peningkatan selisih nilai yang
tinggi ini adalah pada saat proses belajar, siswa lebih giat dalam mencatat materi.
Hal ini terlihat saat guru memantau siswa yang duduk dibagian belakang sudah
tidak mengganggu teman yang lainnya. Menurut salah satu siswa cara mencatat ini
merupakan hal yang baru dan menarik.
Indikator keberhasilan yang kedua adalah aspek afektif, dalam aspek
afektif ini pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket yang
diberikan kepada siswa.
Tabel 4. Soal pernyataan angket
No. Pernyataan Presentase

1. Materi pembelajaran simulasi digital


dapat saya pelajari dan dipahami
dengan lebih mudah melalui belajar 79,42
dengan mind map.
2. Saya lebih senang belajar dengan
menggunakan mind map
dibandingkan dengan cara belajar 74,85
yang sebelumnya.
3. Belajar dengan menggunakan mind
map, ternyata belajar simulasi digital 77,14
itu menyenangkan.

11
4. Mind map yang digunakan guru
dalam mengajar sangat membantu
saya dalam meningkatkan prestasi 78,85
belajar.
5. Saya ingin dalam setiap mengajar , 77,14
guru menggunakan mind map.
6. Saya tidak paham materi simulasi 84
digital pada pembelajaran mind map.
7. Saya lebih suka cara belajar yang 80
sebelumnya dari pada menggunakan
mind map.
8. Belajar dengan mind map tidak 81,14
menyenangkan.
9. Mind map yang digunakan guru 82,85
dalam mengajar tidak membantu saya
memahami materi.
10. Saya tidak menginginkan mind map 82,28
digunakan pada saat pelajaran.

Hasil dari respon atau tanggapan siswa terhadap metode mind map
memperoleh skor sebesar 678 dari maksimal skor 875, jika dipresentase sebesar
77,48 menunjukkan pada kategori baik. Pada angket ini ada sepuluh pernyataan
dimana satu sampai lima pernyataan positif dan enam sampai sepuluh pernyataan
negatif, dengan adanya pernyataan negatif ini untuk melihat kestabilan jawaban
siswa. Disini juga ada tiga pertanyaan uraian agar mengetahui jawaban siswa
mengenai pembelajaran menggunakan metode mind map secara bebas.

Tabel 5. Soal pertanyaan uraian angket


No. Pertanyaan
1. Apakah saya ingin mind map akan digunakan
pada materi selanjutnya? Berikan alasan!
2. Apakah dengan menggunakan mind map saya
lebih memahami materi simulasi digital dengan
mudah? Beri alasan!
3. Apakah pembelajaran dengan mind map
menyenangkan? Beri alasan!

Pada pertanyaan yang pertama apakah mind map akan digunakan pada
materi selanjutnya, 75% siswa akan menggunakan metode itu dan jawaban yang
hampir sama dijawab oleh siswa adalah karena mind map sangat membantu dalam
hal mencatat yang sangat banyak, mudah menghafal dan membuat catatan menarik.
25% siswa yang tidak menggunakan metode mind map jawaban yang hampir sama
karena belum terbisa menggunakan mind map. Jawaban ini didukung dengan soal

12
pernyataan nomor 5 yaitu siswa menginginkan dalam setiap mengajar guru
menggunakan mind map yang memiliki presentase 77,14.
Pertanyaan yang kedua apakah dengan menggunakan mind map lebih
memahami materi simulasi digital dengan mudah, 78% siswa yang memaha mi
metode mind map dan jawaban yang sama adalah karena mind map memudahka n
mencatat materi pelajaran sehingga mudah untuk menghafal materi simulasi digita l.
22% siswa dengan jawaban tidak memahami mind map adalah karena mind map
terlalu susah dalam hal mencatat pada mata pelajaran simulasi digital harus
menggabungkan cabang dan gambar. Jawaban ini didukung dengan soal pernyataan
nomor 1 yaitu materi pembelajaran simulasi digital dapat dipelajari dan dipahami
dengan lebih mudah melalui belajar dengan mind map, yang memiliki presentase
79,42.

Selanjutnya pada pertanyaan yang ketiga apakah pembelajaran dengan mind


map menyenangkan, 78% siswa yang menyukai metode mind map dan jawaban
yang sama adalah karena mind map membantu meringkas materi dengan cara
menggambar tidak capek dalam meringkas seperti biasanya tulisan lisan. 22% siswa
dengan jawaban yang tidak suka mind map adalah karena mind map terlalu susah
untuk mengingat materi simulasi digital. Jawaban ini didukung dengan soal
pernyataan nomor 3 yaitu pembelajaran simulasi digital menyenangkan saat
menggunakan mind map yang memiliki presentase 77,14.
Hasil analisis data diketahui rata-rata nilai pretest siswa kelas eksperimen
adalah 70,14 dan kelas kontrol 72,94, sedangkan pada rata-rata nilai posttest didapat
kelas eksperimen 92,25 dan kelas kontrol 78,46. Dari rata-rata nilai pretest dan
posttest kedua kelas ini, dapat diketahui terdapat perbedaan peningkatan rata-rata
antara kelas eksperimen dan kontrol, dimana kelas eksperimen lebih besar dari pada
kelas kontrol. Ketuntasan belajar meliputi uji KKM individual dan klasikal juga
diuji pada hasil posttest kelas eksperimen. Didapatkan dari 35 siswa, 31 siswa
dinyatakan lulus KKM individual dengan nilai ≥ 75 dan 4 siswa dinyatakan tidak
tuntas karena nilai dibawah 75. Indikator keberhasilan KKM klasikal adalah
presentase siswa yang mencapai nilai diatas ≥75 lebih dari 80%. Respon siswa
terhadap metode dan media pembelajaran secara keseluruhan menunjukkan respon
yang positif. Hal ini ditunjukkan dengan perhitungan presentase angket dengan 10
soal pernyataan dan 3 soal pertanyaan. Pada hasil angket ini diperoleh presentase
nilai 77,48% dengan kategori baik.

5. Simpulan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan metode mind map


dengan aplikasi Edraw Mind Map dapat meningkatkan hasil nilai belajar siswa
dalam mata pelajaran simulasi digital. rata-rata nilai pretest dan posttest kelas
eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Angket tanggapan
siswa mendapatkan presentase sebesar 77,48 dan berada pada kategori baik.

13
6. Daftar Pustaka

[1] Febriyanto, Mundak Bayu, and Arif Susanto. 2015. Efektivitas Pengunaan
Metode Pembelajaran Jigsaw Dan Mind Map Pada Kompetensi Sistem
Pengapian Siswa Kelas XI Tsm Smk Muhammadiyah 2 Wonosobo. Jurnal
Pendidikan Teknik Otomotif, Vol.05 No.02, ISSN 2303-3738.
[2] Maisyarah. 2013. Efektivitas Metode Pembelajaran Mind Mapping Terhadap
Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi SMA.Jurnal Nitro PDF
Profesional.
[3] Anni, Catharina Tri, Dkk. 2007. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK
UNNES.
[4] Buzan, Tony. 2006. Buku Pintar Mind Map Untuk Anak. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
[5] Porter, Bobby De and Hernacki. 2008. Quantum Learning Membiasakan
Belajar Nyaman & Menyenangkan. Bandung : Kaifa
[6] Hudojo, H. 2002. Peta Konsep. Jakarta: Makalah Disajikan Dalam Forum
Diskusi Pusat Perbukuan Depdiknas.
[7] Djohan Yoga. 2007. How to Apply Real-time Mind Map® at Classroom.
Singapore: Smart Learning & Thinking Center.
[8] Buzan, Tony. 2010. Buku Pintar Mind Map. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
[9] https://www.edrawsoft.com/freemind.php
[10] Alafgani, A. P. (2013). Analisis Faktor-Faktor Kesulitan Mahasiswa Jurusan
Pendidikan Teknik Arsitektur FPTK UPI dalam Penyelesaian
Skripsi (Doctoral dissertation, Universitas Pendidikan Indonesia). Diambil
pada 22 Juni 2015 pada Repository.upi.edu
[11] Sugiyono. 2010. Metode Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung : Alfabeta.
[12] Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : Rineka Cipta.

14

Anda mungkin juga menyukai