ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the correlation between oral test results with the written test results
of PGSD UNRAM students. The approach used in this research is quantitative with the type of correlation
research. The population was all of second semester studentsm using sampling technique of simple random
sampling, the samples obtained amounted to 180. Data collection techniques used were oral tests and written
tests. Data analysis techniques using descriptive statistical analysis and Product Moment correlation. The
results showed that: 1) oral test results were included in both categories with an average of 79.6; (2) written test
results are included in both categories with an average of 78.65; and (3) there is a correlation between the
learning outcomes of oral tests with the written learning outcomes of PGSD UNRAM students. Students who
understand the concept of the material, have good social studies learning outcomes between oral tests and
written tests. Both types of tests can be varied implementation, according to time, conditions, and type of material
to be tested.
Keywords: learning outcomes; oral test; written test.
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui korelasi antara hasil tes lisan dengan hasil tes tertulis mahasiswa PGSD
UNRAM. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian
korelasi. Populasi penelitian adalah seluruh mahasiswa semester dua dengan teknik pengambilan sampel
menggunakan simple random sampling, yang berjumlah 180. Teknik pengumpulan data berupa tes lisan dan tes
tertulis. Teknik analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif dan korelasi Product Moment. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa: 1) hasil tes lisan termasuk dalam kategori baik dengan rata-rata sebesar 79,6;
(2) hasil tes tertulis termasuk dalam kategori baik dengan rata-rata 78,65; dan (3) terdapat korelasi antara hasil
belajar tes lisan dengan hasil belajar tes tertulis mahasiswa PGSD UNRAM. Mahasiswa yang paham akan
konsep materi, memiliki hasil belajar IPS yang baik antara tes lisan dengan tes tertulis, begitu juga sebaliknya.
Kedua jenis tes tersebut pengimplementasiannya dapat divariasikan, menyesuaikan dengan waktu, dan kondisi,
serta jenis materi yang akan diujikan.
Kata kunci: hasil belajar; tes lisan; tes tertulis.
maupun dosen, sama-sama berkewajiban (3) kerjasama antar siswa pada waktu
menilai hasil pembelajaran. Melalui pengerjaan lebih terbuka.
penilaian tersebut seorang pendidik bisa Tes lisan mempunyai kelebihan
melakukan refleksi dan evaluasi terhadap seperti: (1) dapat menilai kemampuan dan
kualitas pembelajaran yang telah dilakukan. tingkat pengetahuan peserta didik, sikap,
Sehingga dapat diketahui apakah serta kepribadiannya karena dilakukan
pembelajaran ter-sebut berhasil atau tidak secara berhadapan langsung; (2) bagi
(Mutaqqin dan Kusaeri, 2017: 2). Penilaian peserta didik yang kemampuan berpikirnya
hasil pembelajaran bisa dilakukan dengan relatif lambat sehingga sering mengalami
teknik tes dan non tes. Namun, bentuk kesukaran dalam memahami pernyataan
penilaian tes paling sering digunakan soal, tes bentuk ini dapat menolong sebab
dibandingkan alat ukur non tes (Ruhimat, peserta didik dapat menanyakan langsung
2018: 185-186). Teknik tes terdiri dari tiga kejelasan pertanyaan yang dimaksud; (3)
bentuk yaitu tes tertulis, tes lisan dan tes hasil tes dapat langsung diketahui peserta
tindakan (performance). didik. Selain mempunyai kelebihan tes
Tes tertulis yaitu tes yang menuntut lisan mempunyai kekurangan antara lain:
peserta didik menulis jawaban yang (1) subjektivitas pendidik sering
dibutuhkan, sedangkan tes lisan merupakan mencemari hasil tes; (2) waktu pelaksanaan
bentuk tes yang menuntut peserta didik yang diperlukan terlalu banyak.
untuk menjawab secara lisan. Kedua bentuk Subjektivitas terjadi karena sebagaian besar
tes ini digunakan untuk mengukur atau pendidik tidak menggunakan kriteria
menilai hasil belajar peserta didik pada penilaian tes lisan yang jelas. Hal tersebut
ranah pengetahuan. Seperti halnya sejalan dengan data awal yang dimiliki oleh
pernyataan Saidah (2016: 23) bahwa Wicaksono dkk (2016: 59), data yang
penilaian pada ranah pengetahuan diperoleh menjelaskan bahwa beberapa
menggunakan instrumen penilaian dalam guru di enam SD Negeri di Kota Semarang
bentuk tes tulis, tes lisan, observasi diskusi, yang notabene di kota besar masih belum
tanya jawab dan percakapan, dan mengguna-kan kriteria penilaian yang jelas
penugasan. Kedua tipe tes ini mempunyai dalam kegiatan evaluasi pembelajar-an
kekurangan dan kelebihan (Fitrani, 2013: sehingga penilaian yang di-laksanakan
5). Tes tulis mempunyai ke-lebihan lebih tidak dapat dilakukan seobyektif mungkin.
respektif me-wakili isi dan luas bahan, serta Berdasarkan kelebihan dan ke-
lebih mudah dan cepat cara memeriksanya kurangan yang dimiliki oleh tes lisan dan
karena dapat menggunakan kunci tes tes tertulis, pendidik perlu mencoba kedua
bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi. bentuk tes tersebut untuk mengukur hasil
Kekurangannya yaitu: (1) persiapan untuk baik guru maupun dosen mengkreasikan
menyusun jauh lebih sulit, terutama pada belajar agar lebih valid. Maka dari itu tidak
tes tulis bentuk uraian karena soalnya ada salahnya bentuk penilaian hasil belajar
banyak dan harus teliti untuk menghindari dengan menggunakan tes lisan dan tertulis.
kelemahan-kelemahan lain; (2) soal-soal Selain kedua tes tersebut, Samad (2013: 95)
cenderung untuk mengungkapkan ingatan mengungkapkan bahwa:
dan daya pengenalan kembali dan sulit “there are new methods of assessment
untuk mengukur proses mental yang tinggi; have been developed to exhibit what
11
Inteligensi: Jurnal Ilmu Pendidikan Vol. 2, No.1, 2019. Hal 9-19
students learn and their ability to use terjadi jika pendidik menyadari kekurangan
their existence knowledge to facilitate yang dilihat dari hasil penilaian. Karena
their own learning in the classroom”.
penilaian yang ideal, sejatinya tidak hanya
Maksudnya adalah ada metode
ditujukan untuk mengukur para peserta
penilaian baru yang telah dikembangkan
didik, melainkan hasilnya dapat dijadikan
untuk menunjukkan apa yang dipelajari
umpan balik bagi guru untuk memperbaiki
siswa dan kemampuan mereka dalam
proses pembelajaran selanjutnya (Ruhimat,
menggunakan pengetahuan mereka untuk
2018: 178). Di sisi lain, ada tipe anak yang
memfasilitasi pembelajaran mereka sendiri
lebih menyukai bentuk tes lisan karena
di kelas. Namun pada penelitian ini, lebih
merasa lebih menguasai materi dan percaya
fokus untuk penggunaan teknik penilaian
diri untuk dapat menjawab dengan tepat.
tes lisan dan tes tertulis sebagai instrumen
Selain itu, tipe anak seperti ini merasa tes
penilaian hasil belajar. Hal tersebut dirasa
lisan lebih adil karena tidak memberi
perlu untuk memfasilitasi berbagai tipe
kesempatan kepada peserta didik untuk
peserta didik baik siswa sekolah dasar
berbuat curang dalam me-ngerjakan tes.
hingga mahasiswa yang belajar perguruan
Hal tersebut juga terjadi pada
tinggi.
mahasiswa semester II program studi
Ada banyak tipe anak di dalam
PGSD Universitas Mataram. Saat peneliti
menjalani penilaian hasil belajar. Sebagian
menawarkan bentuk tes yang akan
besar anak lebih nyaman menggunakan tes
dilakukan untuk penilaian hasil belajar,
tertulis karena dirasa lebih memiliki banyak
sebagian besar mahasiswa lebih memilih
waktu untuk berpikir dan tidak merasa
bentuk tes tertulis karena merasa tidak
terintimidasi ketika berhadapan langsung
percaya diri. Akibat dari tidak percaya diri
dengan guru atau dosennya. Selain itu, tipe
dapat menyebabkan rasa gugup yang pada
anak seperti ini cenderung memiliki
akhirnya menghambat kinerja otak,
kepercayaan diri yang rendah. Penyebab
sehingga semua materi yang telah dipelajari
utama kepercayaan diri yang rendah yaitu
menjadi hilang. Namun, untuk kalangan
karena kurangnya kesempatan bagi peserta
mahasiswa lain yang selalu aktif selama
didik untuk berbicara saat proses
proses per-kuliahan, mereka lebih memilih
pembelajaran. Hal tersebut karena pendidik
menggunakan bentuk tes lisan. Selain
terlalu mendominasi pada setiap proses
menghindari kecurangan, alasan yang
pembelajaran. Sehingga perlu
diberikan diantaranya karena mahasiswa
meningkatkan kemampuan dalam
merasa ada banyak hal yang ingin
mengorganisir proses pembelajaran agar
diungkapkan melalui jawaban secara lisan
memberi-kan kesempatan kepada peserta
dan sulit untuk dituangkan dalam bentuk
didik lebih aktif, sehingga kualitas
tulisan.
pembelajaran akan lebih baik. Hal tersebut
Fakta tersebut diperkuat dengan hasil
sejalan dengan hasil penelitian tindakan
penilaian mahasiswa pada kegiatan
kelas yang dilakukan oleh Purwanta (2016:
perkuliahan di semester sebelumnya. Dari
163) bahwa peningkatan yang signifikan
hasil nilai mahasiswa, meskipun banyak
pada kemampuan guru menghasilkan
yang mendapatkan nilai tinggi saat tes lisan
peningkatan kualitas pembelajaran.
dan tes tertulis, ada beberapa mahasiswa
Kualitas pembelajaran yang baik akan
yang mendapatkan nilai tinggi saat tes lisan
12
Inteligensi: Jurnal Ilmu Pendidikan Vol. 2, No.1, 2019. Hal 9-19
namun rendah saat tes tertulis. Hal mahasiswa. Teknik pengambilan sampel
sebaliknya juga terjadi, beberapa yang dilakukan yaitu Simple Random
mahasiswa tidak dapat menjawab dengan Sampling dengan menggunakan rumus
benar saat dilakukan tes lisan namun Slovin, eror margin sebesar 5%, kemudian
mampu mendapat nilai tinggi saat tes didapatkan sampel berjumlah 180.Teknik
tertulis. Ada banyak yang menjadi pengumpulan data yang digunakan adalah
penyebab fenomena tersebut diantaranya tes lisan dan tes tertulis. Variabel yang
pe-nguasaan materi pada mahasiswa, digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
kondisi mahasiswa saat tes, kepercayaan dua variabel, yaitu variabel terikat hasil tes
diri, dan tingkat kesulitan soal yang tertulis (Y) dan variabel bebas yaitu tes
diberikan (Silviriyanti, 2019: 16-17). lisan (X). Instrumen penelitian berupa soal
Dari latar belakang yang telah tes lisan dan soal tes tertulis. Soal tes lisan
dipaparkan, peneliti tertarik untuk meneliti terdiri dari 5 soal yang telah melalui uji
mengenai korelasi antara nilai hasil tes lisan validitas dan reliabilitas. Pengujian
dengan tes tertulis. Untuk selanjutnya dapat validitas dan reliabilitas didapatkan dari uji
diajadikan pilihan keputusan bagi dosen coba kepada mahasiswa di luar sampel.
maupun sebagai tambahan informasi Seperti halnya soal tes lisan, untuk
mengenai bentuk instru-men tes (tertulis instrumen penilaian tes tertulis juga melalui
atau lisan) yang sekiranya efektif untuk tahap uji validitas dan uji reliabilitas.
diterapkan ketika melakukan penilaian Bahkan sebelum sampai pada uji validitas
proses dan hasil belajar pada mahasiswa. dan reliabilitas, instrumen soal didasar-kan
dari perumusan kisi-kisi soal. Hal tersebut
METODE PENELITIAN dilakukan untuk menghindari instrumen
Penelitian ini menggunakan yang kurang baik karena tidak memenuhi
pendekatan penelitian kuantitatif dengan syarat. Tes tertulis yang disediakan yaitu 20
jenis penelitian korelasi, yaitu untuk soal, kemudian diujicobakan pada
mencari hubungan antara hasil tes lisan dan mahasiswa di luar sampel. Hasil dari uji
hasil tes tertulis pada mahasiswa PGSD coba tersebut diuji validitas dan
UNRAM. Menurut Arikunto (2010: 247- reliabilitasnya, kemudian diambil 10 soal
248), penelitian korelasional (Correlational sebagai instrumen penilaian tes tertulis.
Studies) merupakan penelitian yang Teknik analisis data menggunakan analisis
dimaksudkan untuk mengetahui ada statistik deskriptif dan analisis korelasi
tidaknya hubungan antara dua atau product moment. Prasyarat analisis yang
beberapa variabel. Hal tersebut sejalan digunakan yaitu uji normalitas data.
dengan pendapat Sukardi (2019: 212)
bahwa penelitian korelasi merupakan suatu HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian yang melibatkan pe-ngumpulan Penelitian ini bertujuan untuk
data guna menentukan, apakah ada mengetahui korelasi antara hasil tes lisan
hubungan dan tingkat hubungan antara dua dengan hasil tes tertulis. Data yang
variabel atau lebih. dianalisis yaitu hasil belajar mahasiswa
Populasi dalam penelitian ini adalah semester dua mata kuliah Pendidikan IPS
seluruh mahasiswa semester dua PGSD SD, program studi PGSD, Universitas
Universitas Mataram yang berjumlah 328 Mataram. Hasil belajar didapatkan dari dua
13
Inteligensi: Jurnal Ilmu Pendidikan Vol. 2, No.1, 2019. Hal 9-19
teknik yaitu tes lisan dan tes tertulis. (2010: 98) yaitu, reliabilitas kurang dari 0,6
Adapun aspek yang dianalisis dalam adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat
penelitian ini diantaranya yaitu analisis diterima, dan di atas 0,8 adalah baik. Hasil
statistik hasil tes lisan, analisis statistik uji reliabilitas menunjukkan nilai
hasil tes tertulis dan analisis korelasi antara cronbach’s alpha sebesar 0,770. Mengacu
hasil tes lisan dan hasil tes tertulis. Untuk pada pendapat Sekaran, nilai 0,770 berarti
menganalisis ketiga aspek tersebut, perlu di atas 0,6, sehingga instrumen soal sudah
adanya instrumen untuk mengukurnya. terbukti reliabel dan dapat diterima.
Instrumen yang dibutuhkan yaitu lembar Kemudian, setelah melakukan uji validitas
soal untuk menilai kemampuan mahasiswa dan reabilitas, 6 soal yang valid dan
dalam menjawab tes lisan dan lembar soal realiabel diambil 5 soal dengan tingkat
untuk menilai hasil belajar dengan tes kevalidan yang lebih tinggi untuk
tertulis. digunakan yaitu no 2, 4, 5, 7 dan 9.
Soal tes lisan dan soal tes tertulis Sementara hasil uji validitas dari soal
terlebih dahulu diujicobakan sebelum tes tertulis disajikan pada Tabel 2 seperti di
digunakan. Uji coba dilakukan kepada bawah ini.
mahasiswa diluar sampel untuk Tabel 2. Rekapitulasi Uji Validitas Soal Uji
mendapatkan soal yang valid dan reliabel. Coba Tes Tertulis
Uji validitas dan reliabilitas dihitung No. Pearson
Validitas
dengan meng-gunakan SPSS versi 17. soal Correlations
Berikut hasil uji validitas dan reliabilitas 1 .549* Valid
2 .593** Valid
soal tes lisan.
3 .713** Valid
Tabel 1. Rekapitulasi Uji Validitas Soal Uji 4 .016 Tidak Valid
Coba Tes Lisan 5 .181 Tidak Valid
6 .075 Tidak Valid
Nomor Pearson 7 .549* Valid
Validitas
Soal Correlations 8 .567** Valid
9 .249 Tidak Valid
1 .349 Tidak Valid
10 .536* Valid
2 .618* Valid
11 .069 Tidak Valid
3 .499 Tidak Valid
12 .549* Valid
4 .586* Valid
13 .657** Valid
5 .570* Valid
14 -038 Tidak Valid
6 .349 Tidak Valid
15 .093 Tidak Valid
7 .618* Valid
16 .144 Tidak Valid
8 .499 Tidak Valid
17 .559* Valid
9 .586* Valid
18 .676** Valid
10 .570* Valid
19 .071 Tidak Valid
20 .295 Tidak Valid
Data pada tabel di atas menunjukkan
bahwa sebanyak 6 butir soal dinyatakan Data pada tabel di atas menunjukkan
valid. Soal yang valid kemudian diuji bahwa sebanyak 10 butir soal valid. Soal
reliabilitas dengan cronbach’s alpha. Pada yang valid kemudian diuji reliabilitas
uji reliabilitas, digunakan batas tertentu dengan cronbach’s alpha. Hasil uji
untuk menentukan reliabel tidaknya suatu reliabilitas pada hasil tes tertulis
instrumen. Batasan nilai reliabilitas menunjukkan nilai cronbach’s alpha
menurut Sekaran (1992) dalam Priyatno sebesar 0,843. Nilai 0,843 lebih besar dari
14
Inteligensi: Jurnal Ilmu Pendidikan Vol. 2, No.1, 2019. Hal 9-19
diawali dengan melakukan uji prasyarat menjawab soal secara lisan, maka
analisis yaitu uji normalitas data. kemampuan untuk mengungkapkan dalam
Hasil perhitungan uji normalitas bentuk tulisan juga sistematis dan lebih
kedua variabel menggunakan uji tearah. Hasil penelitian oleh Kumara (2001:
kolmogorof-Smirnov yang dihitung dengan 38) menjelaskan bahwa ada hubungan
bantuan SPSS 17 menyajikan nilai positif antara kemampuan komunikasi lisan
signifikansi sebesar 0,508. Berdasarkan dengan kualitas ekspresi tulis. Siswa yang
kriteria pengujiannya, data berdistribusi memiliki kemampuan verbal
normal karena taraf signifikasi > 0,05. (berkomunikasi secara lisan) yang tinggi
Setelah didapatkan data hasil tes lisan memiliki proses ingatan yang efisien,
dan hasil tes tertulis berdistribusi normal, terutama dalam mengumpulkan informasi.
selanjutnya dihitung korelasi antara kedua Tingginya skor komunikasi lisan
variabel menggunakan rumusan korelasi menggambarkan pengetahuan per-
Product Moment dibantu dengan program bendaharaan kata yang luas dan
SPSS 17. Berikut hasil analisis korelasinya. kemampuan menyusun paragraf yang
Tabel 5. Uji Hipotesis (Korelasi) memadai.
Mahasiswa yang memiliki
Nilai Tes Nilai Tes
Lisan Tertulis kemampuan verbal memungkinkan untuk
Nilai Pearson bisa berkomunikasi atau men-jelaskan
Tes Correla argumen secara lisan mapun tertulis
Lisan tion 1 .538**
Sig. (2- berdasarkan pandangan dan pendapatnya
tailed) 0 sendiri secara nalar. Dikarenakan paham
N 180 180 terhadap konsep materi ajar. Jika
Nilai Pearson mahasiswa paham maka ada proses untuk
Tes Correla
Tertulis tion .538** 1 mengetahui dan mengingat akan konsep
Sig.(2- materi IPS yang telah diberikan. Diperkuat
tailed) 0
N oleh pendapat Murniayudi, Mustadi, &
180 180
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2- Jerusalem (2018: 175) bahwa mahasiswa
tailed). dikatakan paham akan konsep jika terjadi
proses men-transfer pengetahuan maupun
Berdasarkan tabel di atas, diketahui
pengertian secara lisan atau tertulis
hasil uji hipotesis koefisien korelasi dengan
mengenai suatu fenomena ke dalam
sampel 180 mahasiswa dan taraf signifikan
berbagai macam kondisi yang sudah
5% diperoleh r hitung > r tabel yaitu 0,538
dianalisis sebelumnya melalui cara belajar
> 0,159 dan nilai signifikansi sebesar 0,01
maupun cara berpikir suatu ilmu. Sehingga
sehingga dilihat dari dasar pengambilan
informasi yang ingin digali oleh dosen dari
keputusan pada penelitian ini yaitu jika
mahasiswa terkait konsep IPS dapat
nilai signifikan <0,05 maka Ha diterima dan
tersampaikan dengan baik. Walaupun tidak
Ho ditolak, artinya ada korelasi antara
semuanya, tetapi sebagian besar mahasiswa
kemampuan menjawab soal tes lisan
seperti itu adanya. Hal tersebut
dengan tes tertulis.
menandakan bahwa ada korelasi atau ada
Korelasi tersebut dibuktikan dengan
hubungan antara kemampuan menjawab tes
mahasiswa yang dianggap mampu ketika
lisan dengan tes tertulis.
18
Inteligensi: Jurnal Ilmu Pendidikan Vol. 2, No.1, 2019. Hal 9-19