Anda di halaman 1dari 10

Penggunaan Model Discovery Learning dengan Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan

Hasil Belajar dan Kolaborasi Siswa Kelas XI

Nurnila Lutfiyah*,

1Biology Education, Faculty of Teacher Training and Education, University of Lampung, Prof.

Dr. Soemantri Brojonegoro Street No. 1 Bandar Lampung, Indonesia


* corresponding author: nurnilarm12@gmail.com

Abstract: This study aims to analyze the implementation and writing of class action
research reports in schools where PPL II is carried out on a collaborative basis. This
research was conducted using library research-based research methods (library research),
with data analysis techniques using descriptive analysis techniques. The results of the
study explain that the classroom action research procedure begins with the procedure for
identifying learning problems encountered in class by educators, then carrying out problem
formulation, conducting research planning, determining research instruments, conducting
research, analyzing data and writing reports. The sample in this study consisted of 33
students of class XI 10 SMA YP UNILA Bandar Lampung. The purpose of this study was
to determine the profile of students' collaboration skills in the biology learning process,
especially in cell material. CAR reports are basically not much different from other
studies, it's just that the descriptions in PTK research are more descriptive in nature.

Keywords: biology learning, collaboration skills, discovery learning

Abstract: Penelitin ini bertujuan untuk menganalisis implementasi dan penulisan


laporan penelitian tindakan kelas di sekolah tempat PPL II dilaksanakan dengan
berbasis kolaborasi. Penelitian ini dilakuan menggunakan metode penelitian berbasis
library research (Penelitian kepustakaan), dengan teknik analisis data menggunakan
teknik analisis deskriptif. Hasil penelitian menjelaskan bahwa Prosedur penelitian
tindakan kelas dimulai dengan prosedur identifikasi masalah pembelajaran yang ditemui
di kelas oleh pendidik, lalu melakukan perumusan masalah, melakukan perencanaan
pnelitian, penentuan instrumen penelitian, pelaksanaan penelitian, analisis data dan
penulisan laporan. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 33 siswa kelas XI 10 SMA
YP UNILA Bandar Lampung. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui profil
keterampilan kolaborasi siswa pada proses pembelajaran biologi khususnya materi Sel.
Laporan PTK pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan penelitian lain, hanya saja
uraian dalam penelitian PTK lebih bersifat deskriptif.

Keywords: biology learning, collaboration skills, discovery learning.

PENDAHULUAN
Pendidikan adalah inventaris sumber daya manusia yang mempunyai strategi bagi
kelangsungan hidup peradaban manusia. Pendidikan merupakan hubungan antara
pendidik (guru) dan siswa (siswa) yang menjalin komunikasi dalam lingkup
pembelajaran. Didalam dunia pendidikan tidak terlepas dari proses pembelajaran
dikelas dan diluar kelas. Seperti dijelaskan dalam undang- undang sistem pendidikan
nasional No. 20 Tahun 2003 Bab I pasal 1 menyebutan bahwa, pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuasaan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Mempersiapkan siswa yang berkualitas dapat melalui proses pendidikan sains
sehingga siswa memiliki kemampuan sains, sikap dan keterampilan berpikir tingkat
tinggi (higher order thinking skills). Selain itu, Zubaidah (2016: 3) menyebutkan
tuntutan keterampilan khusus yang perlu diberdayakan dalam kegiatan belajar yang
harus dimiliki adalah keterampilan berpikir kritis, pemecahan masalah, berkolaborasi,
dan berbagai keterampilan lainnya.gan tepat.

Umumnya proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah dewasa ini berjalan secara
klasikal. Artinya seorang guru didalam satu kelas menghadapi sejumlah besar siswa
dalam waktu yang samadengan metode yang sama. Padahal pada dasarnya setiap siswa
memiliki sifat yang khas, yaitu terdiri dari keanekaragaman individu yang
kemampuannya sangat berbeda, ada siswa yang berkemampuannya tinggi, sedang
bahkan dengan kemampuan rendah. Perbedaan individu tersebut tentu akan
menimbulkan masalah dalam proses pembelajaran, karena bisa mengalami kesulitan
belajar. Mata pelajaran kimia terdiri atas banyak konsep, dari konsep yang sederhana
sampai konsep yang lebih kompleks dan abstrak. Berdasarkan penelitian olehJannah
dkk, (2016) bahwa masih rendahnya kemampuan siswa dalam pemahaman materi
larutan penyangga pada proses pembelajaran.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah; a) apakah terdapat


peningkatan keterampilan kolaborasi siswa dalam menggunakan model discovery
learning pada materi sel?; b) bagaimanakah profil keterampilan kolaborasi siswa
dalam menggunakan model discovery learning pada sel ?
Tujuan penelitia ini yaitu untuk mengetahui; a) peningkatan keterampilan
kolaborasi siswa dalam menggunakan model discovery learning pada materisel; b)
profil keterampilan kolaborasi siswa dalam menggunakan model discovery
learning pada materi sel. Adapun Manfaat penelitian ini yaitu untuk memberikan
solusi dalam meningkatkan keterampilan kolaborasi siswa pada proses
pembelajaran biologi khususnya pada materi sel yaitu dengan menggunakan
model pembelajaran discovery learning. Hal ini relevan dengan penelitian yang
dilakukan Nurjanahdkk, (2020) bahwa pembelajaran dengan model discovery
learning memiliki pengaruh besar untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa
dan keterampilan kolaborasi siswa berbantuan LKPD. Penelitian yang dilakukan
Yusuf (2016) yang menyatakan bahwa penguasaan konsep siswa dapat
ditingkatkan dengan model discovery learning melalui media LKPD. Metode
pembelajaran yang hanya meneruskan pengetahuan tidak memberikan peluang
kepada siswa berinteraksi dan bertransaksi sehingga menyebabkan mereka
kehilangan waktunya untuk mengartikulasikan pengalamannya dalam proses
pembelajaran (Fitriani dkk, 2019). Karakter generasi emas ini harus memiliki
keterampilan abad 21, salah satu keterampilan abad 21 tersebut yaitu keterampilan
berkolaborasi (Amran et al., 2019).

METODE
Penelitian ini dilaksanakan di SMA YP UNILA Bandar Lampung, pada smester
genap bulan juli sampai bulan agustud tahun 2023. Jenis penelitian ini merupakan
quasi eskperimen dengan postes design. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
teknik observasi, tes dan non-tes. Teknik observasi dilakukan dengan
mengobservasi kebutuhan yang diperlukan dalam proses pembelajaran serta
mengetahui karakteristik dari setiap siswa. Teknik tes dilakukan dengan
menyebarkan LKPD dan soal postest kepada siswa disetiap akhir pembelajaran.
Sedangkan teknik non-tes dilakukan dengan penyebaran rubrik keterampilan
kolaborasidisetiap akhir pembelajaran.
Proses pembelajaran dilakukan sesuai dengan tahapan-tahapan model
pembelajaran discovery learning yang digunakan disetiap proses pembelajaran.
Diakhir pelaksanaan pembelajaran, siswa diberikan soal postes yang sama untuk
melihat peningkatan kemampuan belajar siswa. Akan tetapi dalam artikel ini yang
peneliti hanya memaparkan terkait profilketerampilan kolaborasi siswa.
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI 10 yang berjumlah 33
siswa. Teknik analisis data dilakukan dengan pendekatan deskriptif. Instrumen yang
digunakan untuk mengumpulkan data adalah lembar angket keterampilan kolaborasi
yang terdiri dari 5 indikator pernyataan dengan 10 pernyataan yang harus diisi oleh
siswa dalam menilai teman sejawat dan diisi oleh guru dalam pengamatan terhadap
keterampilan kolaborasi siswa selama proses pembelajaran.
Data keterampilan kolaborasi dalam penelitian ini diperoleh dari hasil lembar
penilaian oleh teman sejawat saat melakukan kegiatan pembelajaran. Lembar
penilaian ini terdiri dari lima indikator yaitu saling ketergantungan positif, interaksi
tatap muka, tangggungjawab perseorangan, hubungan interpersonal, dan interaksi
antar anggota kelompok.
Proses pembelajaran dilakukan sebanyak 3 siklus atau enam kali pertemuan,
setiap akhir pertemuan siswa diberikan lembar angket keterampilan kolaborasi untuk
menilai teman sejawat selama proses pembelajaran secara berkelompok. Pedoman
pengkategorian keterampilan kolaborasi diadaptasi dari penjelasan
Riduwan;2013:89.

Tabel 1. Pedoman Pengkategorian keterampilan kolaborasi


No Kriteria Presentase (%)
1 Sangat Tinggi 81- 100
2 Tinggi 61- 80
3 Sedang 41- 60
4 Rendah 21- 40
5 Sangat rendah 0 – 20

Adapun indikator yang terdapat dalam rubrik keterampilan kolaborasidijelaskan


pada tabel 2:

Tabel 2. Indikator keterampilan kolaborasi siswa

No Indikator
1 Saling ketergantungan positif
2 Interaksi tatap muka
3 Akuntabilitas dan Tanggungjawab perseorangan
4 Keterampilan komunikasi
5 Keterampilan bekerja dalam kelompok
Sebelum pengumpulan data, terlebih dahulu dilakukan proses validasi
instrumen penelitian. Validasi dilakukan oleh ahli yang terdiri dari dua orang
yakni dosen pembimbing lapangan (DPL) dan guru . Validator memiliki peran
dalam memvalidasi isi, konstruk dan bahasa yang termuat dalam kuesioner
keterampilan kolaborasi siswa yang sudah dikembangkan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa semua indikator dinyatakan valid dan dapat digunakan untuk
proses penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Proses pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan model discovery
learning mengikuti langkah-langkah yang sudah ditentukan. Pada akhir proses
pembelajaran guru membagikan rubrik keterampilan kolaborasi kepada siswa untuk
menilai teman sejawat dalam satu kelompok dan penilaian dari guru yang dibantu oleh
guru pamong (guru asal sekolah).
Berikut disajikan data persentase setiap butir pernyataan hasil penelitian
dari siklus 1 ampai siklus 3.
.
Gambar 1. Grafik hasil belajar siswa
Kelas XI 10
82
81
80
79
78
77
Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3

Penelitian dilaksanakan pada kelas XI 10 SMA YP UNILA Bandar Lampung, dengan


jumlah peserta didik 33 orang. Hasil observasi awal, diperoleh data ketuntasan belajar
mata pelajaran biologi pada pokok bahasan sel yang diperoleh adalah pada siklus I sebesar
79.0625 yang berarti belum mencapai standar ketuntasan yaitu 80, sedangkan pada siklus
II sudah terjadi peningkatan sebesar 84.9375, dan siklus III sudah mencapai ketuntasan
dengan skor sebesar 89.71875.

Siklus I

Pada siklus I ini guru memulai dengan memberikan stimulus dengan memperlihatkan
salah satu contoh gambar struktur sel.dan menayakan pada anak mengenai pemahaman
tentang sel. Kemudian menampilkan video struktur dan fungsi sel. Guru juga
memberikan game tentang video yang telah di saksikan oleh siswa. Melalui tayangan
video tersebut guru memberikan pertanyaan berdasarkan tayangan video: Apa sajakah
komponen kimiawi sel? Apa perbedaan dari sel prokariotik dan eukariotik? Dan apa
perbedaan dari sel hewan dan tumbuhan? Kemudian peserta mencari data tentang
pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan cara studi literatur pada video yang telah
ditampilkan. Untuk pertemuan pertama siklus 1 hanya sampai pada tahap data
collecting. Pada pertemuan selanjutnya guru mengingatkan kembali pada peserta didik
tentang tujuan pembelajaran dan diakhir pembelajaran akan dilakukan evaluasi. Peserta
didik berkelompok sesuai dengan kelompoknya dan tutor yang telah di tentukan.
Kemudian melanjutkan pada tahap berikutnya. Peserta didik berdiskusi dengan
kelompoknya mengerjakan lembar kerja yang diberikan guru.

Melalui pembelajaran ini peserta didik mampu menjelaskan struktur sel serta perbedaan
sel hewan dan tumbuhan. Salah satu anggota kelompok bertindak sebagai tutor yang
tugasnya mempromosikan dan menjawab pertanyaan yang diajukan anggota kelompok
lain yang berkunjung. Sedangkan anggota yang lain dapat berkunjung ke kelompok lain
untuk bertanya sambil membandingkan hasil kelompoknya dengan kelompok yang
dikunjungi. Setiap pengunjung wajib memberikan komentar tentang hasil dari kelompok
yang dikunjungi. Pada kegiatan penutup guru memberikan penguatan, merefleksi
kegiatan pembelajaran dan memberikan tes sebagai hasil tes pada siklus I.
Berdasarkan hasil tes evaluasi pada siklus I diperoleh rata-rata hasil belajar pada
siklus I ini mencapai skor 79. Hasil belajar ini secara kuantitatif masih belum mencapai
kriteria KKM yang sudah ditetapkan di sekolah. Berdasarkan data ini menunjukan
bahwa masih banyak peserta didik yang belum sepenuhnya mampu menjelaskan struktur
sel. Kesalahan yang umum dilakukan peserta didik adalah dalam menjelaskan /
memaparkan materi tentang sel masih belum sesuai.
Berdasarkan hasil tes dan hasil observasi pada siklus I dijadikan refleksi untuk
pertemuan atau siklus selanjutnya. Karena ini merupakan model pembelajaran yang baru
mereka belum terbiasa dengan model pembelajaran discovery Learning. Hasil diskusi
penulis dan observer ada beberapa hal yang perlu diperbaiki. Salah satunya adalah
jumlah anggota tiap kelompok dikurangi karena dengan berjumlah 6 kurang efektif..
Untuk peserta didik yang berkunjung juga jarang yang memberikan komentar . Selain itu
untuk pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan dua pertemuan yaitu 3 jam pertemuan
(jp) dan 2 jp juga kurang efektif sehingga untuk siklus dua dilakukan satu kali pertemuan.
Selain itu pada siklus ke dua dilakukan hanya satu pertemuan dengan tiga jam pelajaran
sehingga lebih efektif waktu.
Siklus II
Pada siklus II ini guru memulai memberikan stimulus dengan memperlihatkan salah satu
gambar seseorang yang sedang di infuse. Dalam hal ini peserta didik diberikan
pertanyaan pemantik mengenai gambar yang telah ditampilkan, yakni “Mengapa infuse
yang dipasang di rumah sakit berada lebih atas dari tubuh pasien?’ . Melalui tayangan
gambar tersebut timbul jawaban-jawaban yang di paparkan oleh peserta didik.
Selanjutnya Peserta didik mulai berdiskusi dengan kelompoknya mengerjakan lembar
kerja yag telah diberikan oleh guru. Adapun Hasil diskusi dituliskan pada kertas manila.
Hasil diskusi masing-masing kelompok yang ditulis pada kertas manila kemudian
dipajang di dinding kelas. Salah satu anggota kelompok bertindak sebagai tutor sebaya
yang tugasnya mempromosikan dan menjawab pertanyaan yang diajukan anggota
kelompok lain yang berkunjung. Sedangkan anggota yang lain dapat berkunjung ke
kelompok lain untuk bertanya sambil membandingkan hasil kelompoknya dengan
kelompok yang dikunjungi. Setiap pengunjung wajib memberikan komentar tentang
hasil dari kelompok yang dikunjungi. Pada tahap selanjutnya guru bersama peserta didik
menyimpulkan pembelajaran. Pada kegiatan penutup guru memberikan penguatan,
merefleksi kegiatan pembelajaran dan memberikan tes sebagai hasil tes pada siklus II.

Siklus III
Pada siklus III ini masih sama dengan siklus-siklus sebelumnya dimana guru memulai
memberikan stimulus dengan memperlihatkan gambar dan video mengenai
perkembangan dan pertumbuhan seorang bayi menjadi besar dalam kurun waktu tertentu,
selain itu guru juga memberikan gambar mengenai seseorang yang memiliki luka pada
tubuhnya. Melalui tayangan video tersebut timbul pertanyaan pada peserta didik.
Bagaimanakah proses pertumbuhan seorang bayi, dan bagaimana luka pada tubuh dapat
pulih kembali?. Kemudian peserta didik mencari data tentang reproduksi sel dengan cara
studi literatur baik buku maupun internet.
Berdasarkan hasil tes evaluasi pada siklus III diperoleh rata-rata hasil belajar
mencapai skor 90. Hasil belajar ini secara kuantitatif sudah di atas dari kriteria
ketuntasan minimal yaitu 80. Sedangkan keaktifan peserta didik dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran pada siklus III sudah tergolong sangat tinggi terbukti dengan
rata-rata skor 90 .
Hasil belajar peserta didik jika dibandingkan antara siklus I dengan siklus II dan
III, maka pada siklus III ini rata-rata hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan.
Sedangkan peserta didik yang mencapai ketuntasn belajar meningkat sebesar 87 % dari
siklus I dan II. Proporsi peserta didik yang belum tuntas pun mengalami
penurunan yaitu dari 15 peserta didik menjadi 9 peserta didik. Walaupum sebenarnya
jika dilihat dari materinya sel lebih kompleks. Keaktifan peserta didik dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran pada siklus I masih belum terlihat, akan tetapi pada siklus II
sudah tergolong tinggi terbukti dari rata-rata skor 84,93. Sedangkan untuk keaktifan
peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran pada siklus III sudah tergolong
sangat tinggi terbukti dari rata-rata skor 89,71. Jika dibandingkan keaktifan peserta
didik pada siklus I dan siklus II maka keaktifan peserta didik pada siklus II mengalami
peningkatan 87 %. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran
Discovery Learning sangat berpengaruh terhadap peningkatan keaktifan belajar peserta
didik dalam proses pembelajaran sel.
Hal ini ditandai dengan berjalannya proses pembelajaran lebih baik dengan
meningkatnya hasil belajar yang dilakukan maupun keaktifan peserta didik yang
mendukung proses pembelajaran (Setiawan dan Suparmin, 2016). Berdasarkan uraian
penelitian ini, maka keaktifan belajar peserta didik pada materi sel dengan diterapkannya
model pembelajaran Discovery Learning menunjukkan adanya peningkatan dari siklus I
siklus II dan siklus III. Adanya peningkatkan keaktifan belajar peserta didik pada tiap
siklus yang dilakukan, merupakan indikasi keberhasilan tindakan yaitu dapat penerapan
model pembelajaran Discovery Learning pada materi sel sebagai upaya untuk
meningkatkan hasil belajar dan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Keaktifan peserta didik di kelas dipengaruhi oleh adanya faktor yang mendukung yaitu
penggunaan model pembelajaran Penggunaan model pembelajaran Discovery Learning
pada prinsipnya berpusat pada peserta didik (student center), sehingga peserta didik
yang lebih banyak berperan dan lebih aktif dalam proses pembelajaran (Sanjaya, 2015).
Hal ini sejalan dengan penelitian Prayitno dan Dian (2017) mengatakan peningkatan
keaktifan peserta didik terjadi karena pembelajaran yang menggunakan model
pembelajaran Discovery Learning memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
terlibat aktif menemukan jawaban atas konsep-konsep yang mereka pelajari.
Meningkatnya keaktifan selama proses pembelajaran dipengaruhi oleh adanya stimulasi
belajar yang semakin meningkat dan peserta didik semakin bersemangat dalam belajar
karena peserta didik diberi kesempatan untuk menemukan sendiri dengan cara
melakukan praktik langsung dan menggali informasi dari pengalaman nyata serta
membandingkan data dengan bahan-bahan materi (Putri, Juliani dan Lestari, 2017).
Proses pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan model discovery
learning mengikuti langkah-langkah yang sudah ditentukan. Pada akhir proses
pembelajaran guru membagikan rubrik keterampilan kolaborasi kepada siswa untuk
menilai teman sejawat dalam satu kelompok dan penilaian dari guru yang dibantu oleh
guru pamong (guru asal sekolah).
Berikut disajikan data persentase setiap butir pernyataan hasil penelitian dari
siklus 1 sampai dengan siklus ke 3.

Tabel 1. Persentase butir indikator


keterampilan kolaborasi siswa

Untuk analisis lebih lanjut tentang persentase ketercapaian butir indikator


keterampilan kolaborasi siswa yang diisi oleh siswa dapat dilihat dari grafik berikut
ini:

Gambar 1. Analisis butir keterampilan kolaborasi


80
79
78
77
76
75
74
73
SIKLUS 1 SIKLUS 2 SIKLUS 3

Berdasarkan tabel 1 dan gambar 1 yang didapatkan dari hasil keterampilan


kolaborasi yang diisi oleh siswa dalam hal ini penilaian teman sejawat bahwa
keterampilan kolaborasi siswa pada pertemuan pertama dalam kategori sedang yaitu
75.5%, kemudian pada siklus 1 sampai siklus 3 mengalami peningkatan dengan
kategori tinggi yaitu 77.4 % dan 79.8%. Hal itu membuktikan bahwa keterampilan
kolaborasi siswa sudah bagus.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa model


pembelajaran Discovery Learning memberikan pengaruh dalam proses pembelajaran.
Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan hasil belajar dan keaktifan peserta
didik pada materi ikatan kimia kelas XI 10 SMA YP UNILA Bandar Lampung melalui
penerapan model pembelajaran Discovery Learning. Peningkatan hasil belajar peserta
dari siklus 1 ke siklus II mengalami perubahan. Pada siklus I rata-rata kognitif 79.06
meningkat menjadi rata-rata kognitif 89.71 pada siklus III

Adapun hasil dari keterampilan kolaborasi siswa dalam proses pembelajaran


dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning pada materi sel
memberikan efektivitas setiap pertemuan. Hal ini dapat dilihat pada hasil perolehan
keterampilan kolaborasi siswa beradasarkan hasil penilaian oleh teman sejawat yaitu
pada pertemuan pertama terus mengalami peningkatan sampai kepertemuan akhir.
.
DAFTAR PUSTAKA

Dooley, K., & Sexton-Finck, L. (2017). A focus on collaboration: Fostering Australian


screen production students' teamwork skills. Journal of Teaching and Learning for
Graduate Employability, 8(1), 74-105.
Evayani, N. L. P. (2020). Penerapan model pembelajaran discovery learning dengan
metode outdoor dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar. Indonesian
Journal of Educational Development, 1(3), 391-400.
Nurjanah, S., Rudibyani, R. B., & Sofya, E. (2020). Efektivitas LKPD BerbasisDiscovery Learning
untuk Meningkatkan Keterampilan Kolaborasi dan Penguasaan Konsep Peserta Didik.
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia, 9(1), 27-41
Sanjaya, W.. 2015. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana.
Zubaidah, S. (2016, December). Keterampilan abad ke-21: Keterampilan yang diajarkan
melalui pembelajaran. In Seminar Nasional Pendidikan (Vol. 2, No. 2, pp. 1-17).

Anda mungkin juga menyukai