Anda di halaman 1dari 17

MANAJEMEN KELAS BERBASIS MASALAH SISWA

DALAM PEMBELAJARAN IPA DI KELAS V


SDN 1 SUMBERAGUNG

Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


gelar Magister Pendidikan

Oleh
MOH. SOLICHIN
NIM : Q100160221

MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TAHUN 2019
i
ii
iii
MANAJEMEN KELAS BERBASIS MASALAH SISWA
DALAM PEMBELAJARAN IPA DI KELAS V
SDN 1 SUMBERAGUNG

ABSTRACT

This study aims to describe (1) The uniqueness of the implementation of


classroom management based on student problem in science learning in Grade V
SDN 1 Sumberagung, (2) Model of classroom management based on students in
science learning in Grade V SDN 1 Sumberagung, and (3) Management
evaluation problem based class students in science learning in Grade V SDN 1
Sumberagung. This study uses qualitative methods with fenomonologic design.
Data collection techniques are carried out by participatory observation, in-depth
interviews, and documentation. Data analysis techniques take place in the form of
cycles, namely grouping and selecting data obtained from research based on the
quality of the truth then describe and conclude the results to answer existing
problems. The results of this study indicate that: (1) Application of problem based
classroom management of students is able to make the learning atmosphere
conducive. (2) The use of a humanistic model in problem based classroom
management students can overcome the problems that arise during the learning
process. (3) The teacher makes an assessment format that is used to measure
students 'skills during the learning process and students' knowledge when working
on the evaluation sheet.

Keywords: evaluation, humanistic, learning, management, student problems

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) Keunikan pelaksanaan


manajemen kelas berbasis masalah siswa dalam pembelajaran IPA di Kelas V
SDN 1 Sumberagung, (2) Model manajemen kelas berbasis masalah siswa dalam
pembelajaran IPA di Kelas V SDN 1 Sumberagung, dan (3) Evaluasi manajemen
kelas berbasis masalah siswa dalam pembelajaran IPA di Kelas V SDN 1
Sumberagung. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan desain
fenomonologi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi partisipatif,
wawancara mendalam, dan dokumentasi. Teknik analisis data berlangsung dalam
bentuk siklus, yaitu mengelompokkan dan meyeleksi data yang diperoleh dari
penelitian berdasarkan kualitas kebenarannya kemudian menggambarkan dan
menyimpulkan hasilnya untuk menjawab permasalahan yang ada. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa: (1) Penerapan manajemen kelas berbasis masalah siswa
mampu menjadikan suasana belajar menjadi kondusif. (2) Penggunaan model
humanistic dalam manajemen kelas berbasis masalah siswa dapat mengatasi
masalah-masalah yang muncul selama proses pembelajaran. (3) Guru membuat

1
format penilaian yang digunakan untuk mengukur keterampilan siswa selama
proses pembelajaran dan pengetahuan siswa ketika mengerjakan lembar evaluasi.

Kata Kunci: evaluasi, humanistik, manajemen, masalah siswa, pembelajaran IPA

1. PENDAHULUAN
Menurut Sueb (2013) dalam jurnal penelitiannya, menyimpulkan bahwa
manajemen kelas sangat penting untuk semua guru dari pemula sampai guru
berpengalaman, karena guru yang mampu mengelola siswa secara efektif
menunjukkan suka cita yang besar dan percaya diri dalam mengajar sehingga
dapat berkontribusi untuk prestasi siswa yang lebih baik. Memilih strategi
pengelolaan kelas yang terbaik yang sesuai dengan kelas tertentu membutuhkan
pengetahuan dan pengalaman karena tidak ada satu strategi yang cocok untuk
semua.
Peran guru adalah sebagai pengelola aktivitas yang bekerja berdasarkan
pada kerangka acuan pendekatan manajemen kelas, khususnya untuk menciptakan
suasana pembelajaran yang menarik, peran guru pada pengelolaan kelas sangat
penting. Dua tugas sekaligus masalah pokok, yaitu pengajaran dan pengelolaan
kelas, secara prinsip harus dipegang oleh seorang guru.
Masalah pengelolaan kelas berkaitan dengan usaha untuk menciptakan dan
mempertahankan proses pembelajaran agar dapat berlangsung secara efektif dan
efisien demi tercapainya tujuan pembelajaran. Efektif artinya sesuai sasaran dan
efesien artinya dengan usaha yang tidak melelahkan. Kegagalan seorang guru
dalam mencapai tujuan pembelajaran berbanding lurus dengan ketidakmampuan
guru dalam mengelola kelas. Prestasi belajar murid rendah, tidak sesuai dengan
standar atau batas ukuran yang ditentukan adalah indikator dari kegagalan.
Pengelolaan kelas merupakan masalah yang tidak berdiri sendiri, tetapi terkait
dengan berbagai faktor. Tindakan guru untuk meningkatkan kegairahan murid
baik secara berkelompok maupun individu berkaitan dengan masalah siswa yang
merupakan faktor utama keberhasilan suatu pembelajaran.
Manajemen kelas berbasis masalah siswa merupakan usaha guru untuk
mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan siswa selama proses
2
2
pembelajaran di kelas dengan menggunakan pendekatan-pendekatan tertentu
untuk menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif agar tercapai kondisi
yang optimal sesuai dengan yang diharapkan dan mengendalikannya apabila
terjadi gangguan dalam pembelajaran. Dengan kata lain, manajemen kelas
berbasis masalah siswa merupakan kegiatan pengendalian masalah-masalah siswa
yang terjadi di dalam kelas untuk kepentingan pembelajaran ( Zahroh, 2015:179).
Kelas merupakan bagian terkecil dari sekolah yang terdapat fasilitas-fasilitas
yang menunjang setiap kegiatan pembelajaran. Terdapat pula kelompok siswa
yang memiliki perbedaan karakteristik umum, jenis kelamin, tingkat kecerdasan,
kepribadian, dan social emosional yang melakukan aktivitas belajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Oleh karena itu, untuk menciptakan
suasana belajar yang baik dan kondusif diperlukan suatu pengelolaan kelas yang
baik dan tepat sesuai dengan permasalahan di dalam kelas tersebut.
Mata pelajaran IPA di SD, dalam pelaksanaannya lebih menekankan pada
kegiatan-kegiatan belajar yang memberikan pengalaman langsung kepada siswa
untuk mengembangkan potensi yang dimilikinnya. Salah satu hal yang perlu
diperhatikan yaitu pendidikan IPA di SD diarahkan untuk “mencari tahu” dan
“berbuat” sehingga siswa dapat memperoleh pemahamannya mengenai alam
sekitarnya dengan lebih mendalam (Samatowa, 2010:10).
Kegagalan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran berbanding lurus
dengan ketidakmampuan guru dalam mengatasi masalah-masalah siswa yang
terjadi selama proses pembelajaran di kelas. Masalah-masalah yang timbul apabila
pengelolaan kelas tidak dilakukan yaitu; 1) situasi dan kondisi kelas tidak
kondusif, 2) interaksi belajar mengajar terhambat, 3) lingkungan fisik, sosial dan
emosional yang dapat mendukung belajar siswa tidak dapat digunakan dengan
baik, 4) kebutuhan siswa dalam pembelajaran di kelas tidak terpenuhi sesuai
dengan karakteristik siswa (Djamarah, 2010:174).
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan keunikan pelaksanaan
manajemen kelas berbasis masalah siswa dalam pembelajaran IPA di Kelas V
SDN 1 Sumberagung, (2) mendeskripsikan model manajemen kelas berbasis
masalah siswa dalam pembelajaran IPA di Kelas V SDN 1 Sumberagung, dan (3)

3
mendeskripsikan evaluasi manajemen kelas berbasis masalah siswa dalam
pembelajaran IPA di Kelas V SDN 1 Sumberagung.

2. METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif fenomonologis yang merupakan
suatu metode untuk menemukan makna dari hal-hal mendasar dan esensial dari
fenomena, realitas, atau pengalaman yang dialami oleh objek penelitian (Spradley,
2007:6).
Fenomena yang diteliti dan dijadikan fokus penelitian ini berkaitan dengan
hal-hal yang terjadi dan dialami oleh objek penelitian, yaitu siswa dan guru kelas
V, serta Kepala SDN 1 Sumberagung.
Sumber data yang digunakan adalah informan (manusia), dokumen, dan
tempat, alat serta peristiwa. Informan (manusia), terdiri dari kepala sekolah, guru
kelas V, dan siswa kelas V. Dokumen yang digunakan berupa rencana
pelaksanaan pembelajaran, nilai belajar siswa, naskah ulangan, data inventaris
barang, dan data lain yang relevan dengan kebutuhan dan tujuan penelitian.
Sedangkan tempat, alat dan peristiwa berupa tempat kegiatan pembelajaran
(kelas), alat dan peristiwa yang digunakan dalam proses pembelajaran.
Bermacam-macam sumber data tersebut menuntut cara tertentu yang sesuai
guna mendapatkan data yang kredibel. Dalam penelitian ini menggunakan metode
interaktif yang meliputi wawancara mendalam, observasi berperan, dan data
dokumen.
Terdapat beberapa cara untuk meningkatkan keabsahan data dalam
penelitian kualitatif, salah satunya yaitu teknik triangulasi. Triangulasi merupakan
suatu teknik untuk mengetahui kebenaran suatu hal dengan membandingkan suatu
hal yang lain. Triangulasi sendiri dibagi menjadi empat macam, yaitu (1)
triangulasi data, (2) triangulasi peneliti, (3) triangulasi metode, dan (4) triangulasi
teori (Moleong, 2008:330).
Teknik triangulasi yang digunakan adalah triangulasi metode. Teknik ini
dipilih karena data yang diperoleh merupakan hasil pengumpulan data yang
diperoleh dengan menggunakan metode wawncara mendalam, observasi berperan,

4
dan mencatat isi dokumen. Untuk memperoleh kebenaran suatu informasi atau
data, peneliti menggunakan metode-metode tersebut. Peneliti menggabungkan
hasil wawancara, observasi, catatan dokumen mengecek kebenaran data atau
informasi yang diperoleh di lokasi penelitian, yaitu SDN 1 Sumberagung.
Penelitian ini menggunkan analisis data secara interaktif dalam bentuk siklus
dengan tahapan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan dan verifikasi data. hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh
Miles dan Huberman (2007:173) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis
data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus
sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Aktivitas dalam analisis meliputi reduksi
data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan dan verifikasi.

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


3.1 Keunikan pelaksanaan manajemen kelas berbasis masalah siswa dalam
pembelajaran IPA di Kelas V SDN 1 Sumberagung
Pelaksanaan manajemen kelas berbasis masalah siswa dalam pembelajaran
IPA di Kelas V SDN 1 Sumberagung diperlukan adanya teknik manajemen diri
yang tepat sehingga tujuan dari kegiatan tercapai dengan baik. Manajemen kelas
dapat diartikan sebagai pola, siasat, cara, teknik, atau langkah-langkah yang
digunakan guru dalam menciptakan, menimbulkan dan mempertahankan kondisi
kelas tetap kondusif, agar siswa dapat belajar dengan maksimal, aktif, dan
menyenangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Pembelajaran IPA yang menerapakan manajemen kelas berbasis masalah
siswa memilik keunikan dibandingkan dengan pembelajaran IPA pada umumnya.
Tahap kegiatan pendahulan pembelajaran yang meliputi kegiatan apersepsi,
menanyakan materi terdahulu, menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukan, serta memotivasi siswa, guru juga melakukan
manajemen kelas dengan memperhatikan masalah siswa yang muncul dalam
pembelajaran.
Guru melakukan pengaturan tingkah laku siswa, dalam artian masalah siswa
yang muncul dalam proses pembelajaran diatasi secara langsung oleh guru dengan

5
menggunakan pendekatan yang memperdulikan siswa, guru juga melakukan
pengaturan perhatian/minat siswa agar siswa tetap fokus dalam pembelajaran dan
memperhatikan penjelasan guru.
Pengaturan pembagian kelompok dan penempatan siswa dalam kelompok
berdasarkan karakteristik umum siswa, masalah yang dihadapi siswa, dan
kemampuan awal siswa. Pengaturan tersebut bertujuan agar kelompok siswa dapat
bekerjasama, berinteraksi, dan berkomunikasi dengan baik, serta dapat
melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru tepat waktu.
Pelaksanaan manajemen kelas berbasis masalah siswa dalam pembelajaran
IPA di Kelas V, masalah-masalah yang berkaitan dengan individu siswa,
kelompok siswa, fasilitas, metode pembelajaran, dan media pembelajaran dapat
diatasi oleh guru. Masalah yang muncul dalam pembelajaran IPA di kelas, guru
secara langsung mengatasi masalah tersebut dengan menggunakan pendekatan
yang memperdulikan siswa.
Berdasarkan pemaparan tersebut di atas, menunjukkan bahwa penerapan
manajemen kelas berbasis masalah siswa dalam pembelajaran IPA di Kelas V
SDN 1 Sumberagung mampu menjadikan suasana belajar yang kondusif.
Manajemen yang tepat membuat siswa dapat memahami materi pelajaran dan
mengkaitkan dengan kondisi yang ada di sekitarnya. Kondisi kelas kondusif,
terbukti dengan adanya beberapa indikasi kelas yang tenang, tidak ada siswa yang
mengantuk, tidak adanya siswa yang bercerita sendiri. Pengaturan atau manajerial
kelas yang baik sangat mempengaruhi hasil dari pelaksanaan pembelajaran IPA
berbasis masalah siswa ini.
Hasil penelitian ini, terlihat ada keselarasan dengan yang dilakukan oleh
Sartika (2014), berjudul Peran Guru dalam Pengelolaan Kelas Berbasi Masalah
Siswa di SDN 44/1 Padang kelapo Kecamatan Maro Seboulu Kabupaten
Batanghari. Hasil penelitian menunjukkan keterampilan guru dalam mengelola
kelas berbasis masalah siswa sangat berpengaruh terhadap peroses pembelajaran
di SDN 44/1 Padang Kelapo Kecamatan Seboulu Kabupaten Batanghari.
Pengelolaan kelas yang baik dapat mengendalikan masalah siswa yang timbul saat
pembelajaran di kelas, yaitu siswa kurang disiplin dan semangat menjadi siswa

6
yang lebih disiplin dan bersemangat untuk mengikuti proses pembelajaran di
kelas.
Tabel 1.1 Perbedaan Manajemen Kelas Biasa dengan
Manajemen Kelas Berbasis Masalah Siswa (Model Humanistic)

Manajemen Kelas Berbasis


No. Manajemen Kelas Biasa
Masalah Siswa
1. Meliputi pengaturan orang dan Meliputi pengaturan orang dan
fasilitas. fasilitas berdasarkan masalah yang
dihadapi oleh siswa dalam
pembelajaran di kelas.
2. Terdiri atas tindakan pengaturan, Terdiri atas pengaturan dan
pencegahan, dan penanganan penangan masalah siswa dalam
masalah di dalam kelas. pembelajaran di kelas dengan
tindakan yang memperdulikan
siswa.
3. Pendekatan otoriter dan Pendekatan humanistik dan
behavioristik behavioristic
4. Strategi yang digunakan berupa Strategi yang digunakan yaitu
reward (pengahargaan) kepada membuat aturan yang jelas dan
siswa yang berperilaku baik dan disepakati oleh semua siswa,
punishment (hukuman) kepada menggunakan humor/candaan yang
siswa yang berperilaku mendidik, penanganan masalah
menyimpang atau berperilaku siswa dengan pendekatan yang
kurang baik. memperdulikan siswa, dan
membentuk lingkungan belajar
yang menyenangkan.

3.2 Model manajemen kelas berbasis masalah siswa dalam pembelajaran IPA di
Kelas V SDN 1 Sumberagung
Penggunan suatu model manajemen kelas berbasis masalah siswa diperlukan
untuk mengatasi masalah siswa dalam pembelajaran di kelas. Pemilihan suatu
model pengelolaan kelas, menjadikan guru lebih fokus dan terarah dalam
mengatasi masalah yang muncul dalam proses pembelajaran. Menciptakan
suasana kelas yang kondusif, menumbuhkan gairah siswa untuk belajar,
meningkatkan interaksi dalam pembelajaran, dan memberikan bimbingan dan
bantuan kepada siswa dalam proses pembelajaran di kelas, merupakan beberapa
alasan yang mendukung pentingnya pemilihan model pengelolaan kelas dalam
suatu pembelajaran.

7
Hasil penelitian di Kelas V SDN 1 Sumberagung menunjukkan bahwa guru
sangat berperan aktif dalam manajemen kelas berbasis masalah siswa dengan
menggunakan model humanistic. Pemilihan model tersebut didasarkan pada
materi pelajaran, masalah yang dihadapi siswa di kelas, dan kemampuan belajar
siswa. Model humanistic dipilih karena menuntut guru untuk memberikan
bimbingan, dukungan, dan fasilitas kepada siswa untuk terlibat aktif dalam proses
pembelajaran sesuai dengan karakteristik yang dimiliki oleh siswa. Model tersebut
sesuai dengan konsep pembelajaran IPA di Sekolah Dasar (SD) yang
mengharuskan untuk memperhatikan aspek siswa. Setiap siswa memiliki
perbedaan invidual dengan siswa yang lain (aspek fisik, mental, dan kemampuan
siswa) dan tingkat perkembangan kognitif yang berbeda-beda.

Penerapan model humanistic dilakukan dengan cara guru menunjukkan


kepedulian terhadap siswa, membuat siswa belajar dengan senang dan gembira,
membuat aturan yang jelas, menggunakan humor dalam pembelajaran agar siswa
tidak cepat merasa bosan, dan memberikan penghargaan/pujian dan hukuman
kepada siswa. Pemberian penghargaan (reward) dan hukuman (punisment)
dilakukan oleh guru terhadap perilaku siswa yang muncul selama proses
pembelajaran. Reward diberikan kepada siswa yang menunjukkan perilaku yang
baik dalam proses pembelajaran, sedangkan punisment diberikan kepada siswa
yang menunjukkan perilaku yang kurang baik dalam proses pembelajaran.
Pemberian reward dilakukan oleh guru dengan ucapan/pujian yang dapat
memotivasi siswa, seperti kata “pintar”, “Wah, bagus sekali”, sedangkan
punisment dilakukan dengan memberikan hukuman yang mendidik.

Terciptanya suasana kelas yang nyaman, kondusif, dan interaktif tergantung


kepada guru dalam mengelola kelas sesuai dengan masalah yang dihadapi.
Masalah siswa yang muncul dalam pemebelajaran dapat diatasi oleh guru dengan
menggunakan pendekatan yang humanis. berdasarkan hasil penelitian,
menunjukkan bahwa manajemen kelas berbasis masalah siswa dengan
menggunakan model humansitic sudah diterapkan sesuai dengan materi yang

8
disampaikan oleh guru, semua tahapan yang ada dalam model humanistic juga
sudah diterapkan oleh guru.

Dampak yang dirasakan dengan penerapan model humanistic adalah siswa


menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran, pembelajaran menjadi lebih
kondusif dan terarah. Masalah-masalah siswa yang muncul dalam proses
pembelajaran dapat diatasi oleh guru dengan menggunakan pendekatan humanis
yang dapat diterima oleh siswa. Salah satu strategi yang dikembangkan dalam
model humanistic adalah mempedulikan siswa, guru telah menunjukkan sikap
peduli terhadap masalah siswa yang muncul dalam pembelajaran, hal ini sesuai
dengan yang disampaikan oleh Azhar (2013) yang menyatakan bahwa strategi
yang dapat dikembangkan dalam pengelolaan kelas model humanistic adalah
dengan mempedulikan pebelajara (caring for children), pembelajar harus
menunjukkan sikap peduli kepada pebelajar.

Gambar 1.1 Skema Model Manajemen Kelas Berbasis Masalah Siswa

3.3 Evaluasi manajemen kelas berbasis masalah siswa dalam pembelajaran IPA di
Kelas V SDN 1 Sumberagung
Proses manajemen kelas berbasis masalah siswa dalam pembelajaran IPA di
Kelas V SDN 1 Sumberagung diakhiri dengan evaluasi. Pelaksanaan evaluasi ini
secara dominan dilakukan oleh guru yang terdiri dari dua tahap, pertama, evaluasi

9
proses pembelajaran, kedua evaluasi hasil belajar. Evaluasi proses pembelajaran
dilakukan karena pembelajaran IPA memiliki karakteristik yang lebih
menekankan pada proses pembelajaran, tidak semata-mata hasil belajar siswa.
Guru membuat format penilaian yang digunakan untuk mengukur
keterampilan siswa selama proses pembelajaran, sedangkan kognitif siswa diukur
pada akhir pembelajaran ketika siswa mengerjakan soal evaluasi. Format
penilaian dibuat oleh guru untuk mempermudah penilaian dan mengenai sasaran
seuai dengan kompetensi dasar yang telah direncanakan di awal pembelajaran.
Teknik penilain yang digunakan oleh guru adalah teknik tes dan nontes. Teknik
tes yang digunakan oleh guru berbentuk tulisan yang dibuat pilihan ganda dan
uraian, sedangkan teknik nontes berbentuk ruprik penilaian.
Pelaksanaan manajemen kelas dalam evaluasi pembelajaran, guru juga
memberikan standar kriteria jelas tentang kelulusan bagi siswa setelah mengikuti
pembelajaran agar mudah mengukur kemampuan siswa. Format penilaian yang
sudah diisi dengan hasil belajar siswa, merupakan gabungan dari nilai
keterampilan siswa dalam proses pembelajaran dan hasil belajar siswa yang dibuat
rata-rata.
Pada umumnya bentuk evaluasi dilaksanakan secara tertulis dan lisan,
namun pada pembelajaran IPA ini, bentuk evaluasi sering dilakukan dalam bentuk
praktik. Pembelajaran IPA lebih mengedepankan keterampilan dan daya imajinasi
siswa dari pada aspek kognitif, akan tetapi, secara formal akademik juga
dilaksanakan evaluasi dalam bentuk tertulis. Jadi, penilaian dalam pembelajaran
IPA ini mencakup aspek keterampilan/psikomotorik dan kognitif.
Evaluasi proses pembelajaran dilakukan ketika siswa melakukan kegiatan
praktik dan diskusi kelompok, sedangkan evaluasi hasil pembelajaran dilakukan
ketika siswa mengerjakan soal evaluasi dalam bentuk tertulis, dimaksudkan untuk
mengetahui kemampuan akademik siswa. Nilai KKM yang ditentukan oleh guru
adalah 70, hal ini diasumsikan bahwa dengan penerapan model manajemen kelas
berbasi masalah siswa menjadikan pembelajaran lebih kondusif dan interaktif,
sehingga siswa lebih mudah memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh
guru.

10
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Susanto (2013:5) yang
menyatakan bahwa hasil belajar merupakan suatu proses yang dilakukan guru
pada akhir kegiatan pembelajaran atau akhir program untuk menentukan angka
hasil belajar peserta didik. Hasil belajar harus diidentifikasi melalui informasi
hasil pengukuran penguasaan bidang/materi dan aspek perilaku baik melalui
teknik tes dan nontes. Penguasaan materi yang dimaksud adalah derajat
pencapaian kompetensi hasil belajar seperti yang dikehendaki dalam standar
proses dan dinyatakan dalam aspek perilaku yang terbagi dalam ranah kognitif,
afektif, dan psikomotor.

4. PENUTUP
Pelaksanaan pembelajaran IPA yang menerapakan manajemen kelas berbasis
masalah siswa memilik keunikan dibandingkan dengan pembelajaran IPA pada
umumnya. Tahap kegiatan pendahulan pembelajaran, guru melakukan manajemen
kelas dengan memperhatikan masalah siswa yang muncul dalam pembelajaran.
Guru melakukan pengaturan tingkah laku siswa, dalam artian masalah siswa yang
muncul dalam proses pembelajaran diatasi secara langsung oleh guru dengan
menggunakan pendekatan yang memperdulikan siswa. Guru juga melakukan
pengaturan perhatian/minat siswa agar siswa tetap fokus dalam pembelajaran dan
memperhatikan penjelasan guru.
Penggunaan model humanistic dalam pembelajaran IPA dapat mengatasi
masalah-masalah yang muncul selama proses pembelajaran. Masalah individu
siswa, kelompok belajar siswa, dan fasilitas yang ada di lingkungan kelas dapat
diatasi dengan baik oleh guru. Teratasinya masalah tersebut menjadikan
pembelajaran menjadi lebih kondusif, siswa menjadi senang dan gembira,
kelompok siswa dapat bekerjasama dengan baik, dan hasil belajar siswa
meningkat bila dibandingkan dengan sebelum diterapkan manajemen kelas
berbasis masalah siswa dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan model
humanistic.
Pada umumnya bentuk evaluasi dilaksanakan secara tertulis dan lisan,
namun pada pembelajaran IPA ini, bentuk evaluasi sering dilakukan dalam bentuk

11
praktik. Pembelajaran IPA lebih mengedepankan keterampilan dan daya imajinasi
siswa dari pada aspek kognitif, akan tetapi secara formal akademik juga
dilaksanakan evaluasi dalam bentuk tertulis mengingat kompleksnya
permasalahan siswa yang akan muncul meskipun menjadi basis pendekatan
manajemen penelitian pada pembelajaran IPA.

DAFTAR PUSTAKA
Amilda, A. 2015. Pengelolaan Kelas yang Humanis. Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Raden Fatah Volume 4, Nomor 1, hal 1-18. Diperoleh dari
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/El-idare/article/view/292 (diunduh
30 Juni 2018).

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi


aksara.

Astrini, Lintang Ajeng. 2014. Hubungan Kemampuan Guru Mengelola Kelas


dengan Masalah Siswa dalam Diskusi Kelompok. Jurnal Ilmiah Pendidikan
Guru Sekolah Dasar FKIP Unila, hal 1-12. Diperoleh dari
http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/JKD/article/viewFile/7940/4785
(diunduh 10 Juli 2018).

Djam’an, Satori dan Aan Komariah. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif.


Bandung: Alfabeta.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain Aswan. 2010. Guru dan Anak Didik dalam
Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Gage, Nicholas A. 2017. The Relationship Between Teachers’ Implementation


of Classroom Management Practices and Student Behavior in
Elementary School. Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP
Unsyiah Vol. 2 No. 2, 52-58 April 2017. Diperoleh dari
http://journals.sagepub.com/doi/pdf/10.1177/0198742917714809 (diunduh
26 Juni 2018).

Mahbubah, Ainiatul. 2014. Model-Model dalam Pengelolaan Kelas. Jakarta:


Rineka Cipta.

Miles, Mattew B dan Amichael Huberman. 2007. Analisis Data Kualitatif Buku
Sumber tentang Metode-Metode Baru. Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohisi.
Jakarta: Universitas Indonesia.

12
Moleong, L.J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rasda Karya.

Muttaqin, M. 2013. Implementasi Keterampilan Manajemen Kelas dalam


Meningkatkan Motivasi Belajar IPA di SD Negeri 3 Mragen. Jurnal
Pendidikan Islam STAI Tuanku Tambusai, Vol. 6, No.2, 2013. Diperoleh
dari http://ojs.staituankutambusai.ac.id/index.php/hikmah/article/view/56
(diunduh 10 Juli 2018).

Puspitaningrum, Ervina. 2017. Kemampuan Guru dalam Pengelolaan Kelas di SD


Negeri Minomartani 2. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 1
Tahun ke-6 2017. Diperoleh dari https://www.eprints.uny.ac.id (diunduh 6
Februari 2018).

Sartika, Dewi. 2014. Peran Guru dalam Pengelolaan Kelas Berbasis Masalah
Siswa di SDN 44/1 Padang Kelapo Kecamatan Maro Seboulu Kabupaten
Batanghari. Srikpsi: Unja.

Spradley, James P. 2007. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Kencana.

Sueb, Rosilawati. 2013. Pre-Service Teachers Classroom Management In


Seconsary School: Managing For Success In Teaching And Learning. 6th
International Conference on University Learning and Teaching, hlm. 670-
676. Diperoleh dari https://www.sciencedirect.com/science/ article/pii/
(diunduh 16 Maret 2018).

Suryana, Asep dan Ade Rukmana. 2006. Pengelolaan Kelas. Bandung: UPI
PRESS.

Zahroh, Lailatu. 2015. Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas. Rosda Karya:


Bandung.

13

Anda mungkin juga menyukai