Anda di halaman 1dari 18

NAMA KELOMPOK 3:

1. Isnani Nur Syiyam (12208193006)


2. Lutfi Aulia Masruro (12208193007)
3. Roziana Fidinda (12208193008)
4. Imroatus Sholikhah (12208193009)
5. Siti Halimah (12208193010)

KELAS : Tadris Biologi 4A

MATA KULIAH : Botani Phanerogamae

CIRI-CIRI KHUSUS FAMILY DALAM PINOPHYTA

Pinophyta atau dalam bahasa Indonesia disebut tumbuhan runjung adalah


sekelompok tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae) yang memiliki runjung ("cone")
sebagai organ pembawa biji. Kurang lebih ada 550 spesies anggotanya, dengan bentuk
berupa semak, perdu, atau pohon. Kebanyakan anggotanya memiliki tajuk berbentuk kerucut
dan memiliki daun yang memanjang (lanset) atau berbentuk jarum (sehingga dikenal juga
sebagai tumbuhan berdaun jarum). 1

Pinophyta merupakan kelompok tumbuhan yang mempunyai kekhasan bijinya yang


telanjang. Tumbuhan yang termasuk ke dalam Pinopyta bijinya tidak tumbuh dijaringan bakal buah.
Pada saat terjadi fertilisasi, serbuk sari dari strobilus jantan akan berkecambah pada oval yang
terbuka atau telanjang dan selanjutnya akan menembus jaringan oval (Campbell, 2003, 173). 2 Sifat

1 https://pdfcoffee.com/coniferous-tumbuhan-runjung-tumbuhan-runjung-atau-konifer-pinophyta-
atau-coniferae-adalah-sekelompok-pdf-free.html, diakses pada 16 Maret 2021
2 Neil A. Campbell, dkk., “Biologi Jilid 2 Edisi Kelima”, (Jakarta: Erlangga, 2003).
utama dari Pinophyta adalah bijinya yang “telanjang” yang tumbuh kurang lebih terbuka ke udara
pada permukaan dari sisik runjung (strobilus) atau pada tangkai diantara daun-daun. 3

Pinophyta terdiri atas tumbuhan-tumbuhan yang berkayu, dengan bermacam macam


habitus. Kayunya berasal dari berkas-bekas pembuluh pengangkutan kolateral terbuka karena
adanya kambium yang memperlihatkan pertumbuhan menebal sekunder. Bagian xylem tidak
terdapat pembuluh-pembuluh kayu, bagian floem tidak terdapat sel-sel pengiring (Tjitrosoepomo,
2010, 8-9). 4

Ciri khas tumbuhan di bioma ini adalah didominasi oleh jenis tumbuhan konifer
(pohon berdaun jarum yang mirip pohon cemara) seperti pinus, alder, juniper, spruce, dan
cedars. Bentuk daun seperti jarum merupakan adaptasi pohon ini terhadap temperature
rendah dan berfungsi untuk mengurangi penguapan.5

Daun pinophyta berbentuk jarum tipis panjang, dan tanaman memiliki getah yang wangi.
Beberapa pinophyta, seperti cemara, konifer, dan juniper memiliki daun seperti sisik bukan jarum.
Sebagai adaptasi terhadap dingin, jarum mengandung sedikit getah. Daun biasanya berwarna gelap
dan dengan demikian menyerap maksimum panas dari matahari lemah di lintang tinggi. Mereka juga
sangat asam dan biasanya tetap pada tanaman selama sekitar tujuh tahun pada suatu waktu. Karena
sebagian besar spesies tidak gugur, pinophyta sering disebut evergreen.

3 Marina Silalahi, “Bahan Ajar Taksonomi Tumbuhan Tinggi”, Program Studi Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Indonesia, Jakarta, 2014.
4 Gembong Tjitrosoepomo, “Taksonomi tumbuhan”. (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press,2010).
5 https://pdfcoffee.com/coniferous-tumbuhan-runjung-tumbuhan-runjung-atau-konifer-pinophyta-
atau-coniferae-adalah-sekelompok-pdf-free.html, diakses pada 16 Maret 2021
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, A Neil, dkk. 2003. Biologi Jilid 2 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
https://budisma.net/ciri-ciri-pinophyta.html, diakses pada 16 Maret 2021.

https://pdfcoffee.com/coniferous-tumbuhan-runjung-tumbuhan-runjung-atau-konifer-pinophyta-
atau-coniferae-adalah-sekelompok-pdf-free.html, diakses pada 16 Maret 2021
Marina Silalahi, Bahan Ajar Taksonomi Tumbuhan Tinggi, Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Indonesia, Jakarta, 2014.

Tjitrosoepomo, gembong. 2010. Taksonomi tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Spesies dari Pinophyta

A. Pinus (Pinus merkusii)


Pinus (Pinus merkusii) sendiri dikenal dengan nama lokal yaitu tusam, merupakan
jenis yang tumbuh secara alami hidup di Indonesia. Pinus pertama kali ditemukan di daerah
Sipirok, Tapanuli Selatan oleh seorang ahli botani dari jerman, Dr. F. R. Junghuhn, tahun
1841. Jenis pinus ini tergolong cepat tumbuh dan tidak membutuhkan persyaratan khusus
dalam menanamnya. Selain itu Pinus merkusii memiliki sifat pionir yaitu dapat tumbuh baik
pada tanah yang kurang subur seperti padang alang-alang. Di Indonesia, pinus dapat tumbuh
pada ketinggian 200-2.000 meter dpl, tetapi pertumbuhan optimumnya tampak pada
ketinggian 400-1.500 meter dpl. Pinus merkusii sendiri masuk ke dalam:
Kingdom : Plantae
Divisi : Pinophyta
Kelas : Pynopsida
Ordo : Pinales
Famili : Pinaceae
Genus : Pinus
Sub-genus : Pinus
Spesies : Pinus merkusii6

Gambar Pinus merkusii


Pinus (Pinus merkusii) memiliki ciri-ciri khas yaitu

● Memiliki batang utama silindris

6 Corryanti dan Rika Rhmawati, “Terobosan Memperbanyak Pinus (Pinus merkusii)”, (Jawa Tengah:
Puslitbang Prum Perhutani Cepu, 2015), hal. 1-2
● Cabang-cabang membentuk putaran yang teratur

● Batang bebas cabang bisa mencapai 10-25 meter

● Tidak memiliki banir tetapi bagian pangkal batangnya melebar

● Memiliki bentuk daun jarum dengan jumlah dua helai yang dapat bertahan lebih dari

dua tahun dengan tepi daun bergerigi halus

● Pohon pinus memiliki bunga berbentuk strobili jantan dan betina. 7

● Pada pohon pinus dewasa mempunyai tinggi sekitar 30 m dan diameter 60-80 cm,

sedangkan pohon pinus yang tua tingginya bisa mencapai 45 m dengan diameter 140
cm.

● Pohon pinus juga mempunyai bunga majemuk

● Pinus juga memiliki kulit luar yang kasar berwarna coklat kelabu sampai coklat tua

dan tidak mengelupas

● Kayu pinus berwarna coklat-kuning muda

● Berat jenis pinus rata-rata 0,55.8

Pada pohon pinus juga terdapat getah, menurut Wibowo (2006) getah pinus
merupakan campuran asam-asam resin yang larut dalam pelarut netral atau pelarut organik
non polar seperti eter. Getah pinus terdapat pada saluran resin atau cela-cela antar sel.
Saluran tersebut sering disebut saluran interseluler. Saluran ini terbentuk baik ke arah
memanjang batang di antara sel-sel trekaida maupun ke arah melintang dalam jari-jari
kayu.9. Selain itu Pinus merkusii ini tersebar di Asia Tenggara antara lain Burma, Thailand,
Vietnam, Laos, Kamboja, dan Filipina. Dan Pinus merkusii tersebut merupakan satu-satunya
jenis pinus asli Indonesia. Di daerah Sumatera, tegakan pinus alam dapat dibagi ke dalam tiga
strain:
1. Strain Aceh, penyebarannya dari pengunungan Selawah Agam sampai sekitar Taman
Nasional Gunung Lauser. Dari sini menyebar ke selatan mengikuti pegunungan Bukit

7 Alfredi dkk, “Pengaruh Karakteristik Demografi, Sosial Dan Ekonomi Terhadap Pendapatan Petani
Penyadap Getah Pinus di Kecamatan Sesena Padang Kabupaten Mamasa”, Jurnal Fakultas Ekonomi, Universitas
Hasanuddin Makassar, Makassar (2013), hal. 2
8 Edy Batara Mulya Siregar, “Pemuliaan Pinus merkusii”, Jurnal Jurusan Kehutanan, Fakultas
Kehutanan, Universitas Sumatera Utara, e-USU Repository, Sumatera (2005), hal. 2-3
9 Wibowo, “Produktifitas Penyadapan Getah Pinus merkusii Jungh et. De Vriese dengan System”,
Skripsi Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor (2006), hal. 8
Barisan kurang lebih 300 km melalui Danau Laut Tawar, Uwak, Blangkejeren sampai ke
Kotacane. Di daerah ini tegakan pinus pada umumnya terdapat pada ketinggian 800-2000
mdpl.
2. Strain Tapanuli, menyebar di daerah Tapanuli ke Selatan Danau Toba. Tegakan pinus
alami yang umum terdapat di pegunungan Dolok Tusam dan Dolok Pardomuan. Di
pegunungan Dolok Saut, pinus bercampur dengan jenis daun lebar. Di daerah ini tegakan
pinus terdapat pada ketinggian 1000-1500 mdpl.
3. Strain Kerinci, menyebar disekitar pengunugan Kerinci. Tegakan pinus alami yang luas
terdapat antara Bukit Tapan dan Sungai Penuh. Di daerah ini tegakan Pinus merkusii
tumbuh secara alami umumnya pada ketinggian 1500-2000 mdpl. 10
Selain itu dalam perkembangannya, tanaman Pinus merkusii juga di budidayakan di
Pulau Jawa (dalam hal ini di kawasan hutan produksi wilayah Perum Perhutani), karena
produk kayu dan getahnya yang dapat diandalkan. 11

10 Edy Batara Mulya Siregar, “Pemuliaan Pinus Merkusii”, Jurnal Jurusan Kehutanan, Fakultas
Kehutanan, Universitas Sumatera Utara, e-USU Repository, Sumatera (2005), hal. 3
11 Corryanti dan Rika Rahmawati, “ Terobosan Memperbanyak Pinus (Pinus merkusii)”, (Jawa tengah:
Puslitbang Prum Perhutani Cepu), hal. 1
DAFTAR PUSTAKA

Alfredi, Tahir Kasnawi, Madris. 2013. Pengaruh Karakteristik Demografi, Sosial Dan Ekonomi
Terhadap Pendapatan Petani Penyadap Getah Pinus di Kecamatan Sesena Padang
Kabupaten Mamasa, Jurnal Fakultas Ekonomi, Universitas Hassanuddin Makassar.
Corryanti dan Rika Rahmawati. 2015. Terobosan Memperbanyak Pinus (Pinus merkusii), Jawa
Tengah: Puslitbang Prum Perhutani Cepu.
Siregar, Edy Batara Mulya. 2005. Pemuliaan Pinus merkusii, Jurnal Jurusan Kehutanan,
Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.
Wibowo. 2006. Produktifitas Penyadapan Getah Pinus merkusii Jungh et. De Vriese dengan
System, Skripsi Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Spesies dari Pinophyta

A. Pohon Damar (Agathis sp.)


Pohon damar (Agathis sp.) merupakan salah satu jenis tanaman kehutanan penghasil
kayu yang berwarna terang, dikenal sebagai bahan baku vinir yang menarik. Kayu damar
hampir lurus dan berkualitas baik dengan kelas kuat 3 dan kelas awet 4 dan ideal untuk
konstruksi lambung kapal pesiar, konstruksi rumah, kayu panel, pembuatan mebel, kawat
gigi, dan bantalan rel kereta api. Kayu damar juga digunakan dalam pembuatan gitar karena
sifat resonansinya yang baik. Berbagai jenis damar menghasilkan beragam resin seperti kauri
kopal, Manillla kopal dan damar gum. Sehingga genus ini secara ekonomis sangat penting. 12
Salah satu jenis kayu yang diusahakan pada Hutan Tanaman Industri (HTI) diantaranya adalah
Agathis sp., Karena selain menghasilkan kayu sebagai bahan baku utama, tanaman ini juga
mengeluarkan getah yang mempunyai peran penting dalam beberapa bidang industri. Getah
dari tanaman Agathis biasa disebut dengan kopal. Kopal mempunyai peranan penting pada
beberapa industri seperti: industri vernis, perekat, plastik dan tekstil. 13 Pohon damar
merupakan tanaman berbentuk pohon bermusim tahunan. Tanaman ini dapat dijumpai dan
tumbuh subur pada beberapa tipe kawasan hutan. Pohon damar dapat mencapai tinggi 30-
40 m, dengan perakaran tunggang kuat berwarna kecokelatan. Batang tegak lurus, berkayu,
berbentuk bulat, bergetah berwarna abu-abu. Bentuk daun lonjong dan tebal, pangkal dan
tepi daun runcing dengan panjang sekitar 5 cm. Bunga majemuk bermah satu dengan warna
merah cokelat, berbentuk silindris dengan ujung runcing dan bersisik. Buah berbentuk
lonjong, berpresisi pipih seperti sisik dengan panjang 6 mm berwarna putih kekuningan. Di
dalam buah terdapat biji yang bentuknya pipih dan berwarna putih.

Gambar perawakan pohon damar


Pohon ini berbatang besar dengan percabangan sedikit dan mampu menghasilkan beragam
resin dan getah. Selain menjadi pohon peneduh di prtmanan, umumnya pohon ini digunakan

12 Elis Nina Herliyana, Laporan awal penyakit busuk akar merah Ganoderma sp. Pada agathis sp.
(Damar) di hutan pendidikan gunung walat, sukabumi, jawa barat. Jurnal Silvikultur Tropika Vol. 03 No. 02
Agustus 2012, Hal. 102-107
13 Fitrida Antoh dkk, Pemanfaatan Damar Oleh Masyarakat Di Kampung Barat Distrik Konda
Kabupaten Sorong Selatan. Jurnal Kehutanan Papuasia 1 (1):53-62 (2015)
untuk keperluan pertukangan, pembuatan tiang perahu, perabotan rumah tangga, papan
bingkai dan peti-peti pengemas. Kayu agatis juga umum digunakan pada pembuatan gitar,
karena sifat resonansinya yang bagus.14
Berikut ini adalah klasifikasi pohon damar :

Sumber : Integrated Taxonomic Information System (ITIS)

14 Dodi Nandika dan Nadzirum Mubin, 30 Jenis Pohon di Taman Kota dan Hutan Kota Mengenal
Hama, Penyakitnya, serta pengendaliannya (Bogor : PT. Penerbit IPB Press, 2018), 15-16
DAFTAR PUSTAKA

Herliyana, Elis Nina. 2012. Laporan awal penyakit busuk akar merah Ganoderma sp. Pada agathis sp.
(Damar) di hutan pendidikan gunung walat, sukabumi, jawa barat. Jurnal Silvikultur Tropika
Vol. 03 No. 02 Agustus 2012, Hal. 102-107.
Nandika, Dodi dan Nadzirum Mubin. 2018. 30 Jenis Pohon di Taman Kota dan Hutan Kota Mengenal
Hama, Penyakitnya, serta pengendaliannya. Bogor: PT. Penerbit IPB Press.
Antoh, Fitrida dkk. 2015. Pemanfaatan Damar Oleh Masyarakat Di Kampung Barat Distrik Konda
Kabupaten Sorong Selatan. Jurnal Kehutanan Papuasia. Jurnal Kehutanan Papuasia 1 (1):53-
62 (2015).

https://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search_value=183485#null ,
Diakses pada tanggal 23 maret 2021.
Manfaat Umum Pinophyta dan Manfaat Khusus Pinus (Pinus merkusii)

A. Manfaat Umum Pinophyta


Pinophyta biasa disebut juga dengan Gymnospermae, karena didasarkan pada bijinya yang
terbuka (telanjang) yang mana ovulum tidak terbungkus daun buah. Jenis-jenis tumbuhan baik
liar maupun budidaya, merupakan sumber daya biologi, tempat manusia mendapatkan seluruh
kebutuhan hidup, baik untuk kebutuhan makan, kesehatan maupun produk industri (Walujo,
2011). Salah satu sumber daya biologi tersebut antara lain dari kelompok tumbuhan
Gymnospermae. Kelompok tumbuhan tersebut memiliki nilai ekonomi penting sebagai bahan
dasar produk industri. Beberapa jenis diantaranya sebagai penghasil kayu yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk industri kertas dan triplek (misalnya Pinus, Agathis),
korek api (contoh Pinus, Agathis), obat-obatan (contoh Pinus, Podocarpus), makanan (contoh
Gnetum gnemon) dan tanaman hias (contoh Araucaria, Cupressus, Cycas).15
Secara umum, gymnospermae bermanfaat sebagai :
1. Bahan industri kertas, contohnya Podocarpus, Pinus, Sequoia, Agathis.
2. Obat-obatan, contohnya Ginkgo bilobadan Pinus (getahnya bermanfaat untuk obat luka).
3. Kosmetika, contohnya Ginkgo biloba, sebagai agen anti-penuaan.
4. Bahan makanan, contohnya Gnetum gnemon (daunnya untuk sayuran dan bijinya untuk
membuat emping).
5. Tanaman hias, contohnya Cycas, Dioon edule, dan Cupressus.
6. Bahan industri terpenting, contohnya Pinus.
7. Bahan kayu bangunan, contohnya Agathis (untuk bahan kayu lapis atau tripleks. 16
B. Manfaat Khusus Pinus (Pinus merkusii)

Gambar 1 Tanaman Pinus merkusii


Pinus merupakan tanaman yang dapat digunakan untuk reboisasi, karena pinus mempunyai
beberapa fungsi, di antaranya sebagai tanaman pelindung tanah secara ekologis dan juga sebagai
penghasil kayu. Selain itu, pinus juga mempunyai daya kompetitif yang besar terhadap tumbuhan
lain di sekitarnya sehingga mampu bersaing (Marisa, 1990). Senyawa pada daun Pinus mekusii

15 Siti Sunarti dan Rugayah, “Keanekaragaman Jenis Gymnospermae di Pulau Wawoni, Sulawesi
Tenggara”. Jurnal Biologi Indonesia. Vol. 9 No. 1, Pusat Penelitian Biologi 2013, hal. 84
16 Syarifah Widya Ulfa, “Penuntun Praktikum Phanerogamae”. Medan: Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara 2020, hal. 5
memiliki potensi sebagai bahan bioherbisida untuk mengontrol pertumbuhan gulma yang dapat
mengganggu pertumbuhan produksi tanaman pangan antara lain padi. Salah satu gulma yang
mengganggu pertumbuhan tanaman padi adalah E. colonum dan A. viridis.17

Perhutani, berkedudukan dan diberi wewenang mengusahakan kawasan hutan di Pulau


Jawa, menanam pinus dalam skala yang cukup luas, yaitu 482.272 ha, merupakan kawasan hutan
produksi kedua terbesar setelah jati. Di samping kayu, pinus memiliki manfaat menghasilkan
getah serta produk turunan lainnya. Gondorukem merupakan hasil penyulingan getah pinus yang
menghasilkan destilat berupa minyak terpentin. Komponen utama gondorukem berupa asam-
asam resin seperti asam abietat banyak dimanfaatkan dalam industri makanan, kosmetik dan
obat-obatan.18

Pada industri makanan dan kosmetik asam abietat dimanfaatkan sebagai bahan tambahan
dalam kecap, bahan pengeruh untuk minuman kesehatan seperti sari vitamin C, bahan untuk
lipstik supaya terlihat berkilau dan untuk gel rambut pria. Getah pinus/oleoresin merupakan
produk metabolisme sekunder di dalam tumbuhan, berbentuk cairan yang jernih, kental, lengket
dan mempunyai daya rekat yang cukup tinggi, merupakan cairan asam resin. Berdasarkan warna,
getah gondorukem diklasifikasikan menjadi beberapa kelas yaitu B, C, D, E, F, G, H, I, K, M, N, dan
W-G. Kelas B, C, D (warna gelap) digunakan pada industri minyak resin dan vernis gelap. Kelas E,
F, G digunakan sebagai bahan campuran pada industri kertas. Kelas G dan K digunakan dalam
proses industri sabun. Kelas W-G dan W-W (warna pucat) digunakan untuk bahan vernis warna
pucat, scalling wax, bahan peledak, bahan penggosok senar, bahan solar, bahan cat, tinta cetak,
semen, kertas, plitur kayu, plastik, kembang api dan sebagainya. 19

Rahayu dan Mutaqin (2012) menambahkan , beberapa keuntungan yang didapatkan dari
tanaman P. merkusii Jungh et de. Vriese antara lain : 1. Pertumbuhan relatif cepat jika
dibandingkan dengan jenis lainnya. 2. Tidak memerlukan tempat tumbuh dengan syarat-syarat
tertentu, serta dapat tumbuh mulai 200 – 2000 m dpl. 3. Perakaran cukup kuat dan cukup dalam
sehingga dapat mencegah atau mengurangi bahaya erosi pada tanah-tanah kritis. Tanaman Pinus
merkusii pada awalnya digunakan sebagai tanaman reboisasi dan juga penghijauan karena
pertumbuhannya yang cepat serta merupakan jenis tanaman pionir (Cahyono dkk, 2007). 20

17 Yusuf Andi Senjaya dan Wahyu Surakusumah, “Potensi Ekstrak Daun Pinus (Pinus merkusii Jungh. Et
de Vriese) sebagai Biohebisida Penghambat Perkecambahan Echinochloa colonum L. dan Amaranthus viridis”.
Jurnal Perennial, 4(1), Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia 2007, hal. 1
18 Corryanti dan Rika R, “Terobosan Memperbanyak Pinus (Pinus merkusii)”, Cepu: Puslitbang Perum
Perhutani Cepu. 2015. Hal. 2
19 Ibid, hal. 3
20 Budiman Mampi, dkk, “Produksi Getah Pinus (Pinus merkusii Jung et de Vriese) Pada Berbagai
Diameter Batang Menggunakan Sistem Koakan Di Desa Namo Kecamatan Kulawi Kabupaten Sigi”. Jurnal Warta
Rimba. Vol. 6 No. 3, Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Tadulako 2018, hal. 43
Berdasarkan telaah dari berbagai hasil penelitian, dapat dirumuskan adanya beberapa
karakter pinus yang berpotensi sebagai pengendali tanah longsor, yaitu:
1. Daun dan tajuk pinus dapat mengurangi hujan netto melalui proses intersepsi. Pengurangan
jumlah hujan netto (jumlah curah hujan yang sampai pada tanah) melalui kemampuan
intersepsi pada tanaman pinus, artinya dapat mengurangi jumlah air infiltrasi yang dapat
menjadi beban atau faktor penggelincir dalam proses terjadinya longsor pada tanah-tanah
yang miring.
2. Akar pinus yang panjang serta dalam dapat memperkuat tanah. Sebagai pohon yang memiliki
buah besar, pinus secara genetis mempunyai perakaran tunggang yang dalam (Daniel et al.,
1995), sehingga akarnya dapat menembus lapisan yang kuat serta dalam. Meskipun distribusi
atau kedalaman akar lebih dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, namun sifat genetis pinus
tersebut tetap berpeluang tinggi dalam memperkuat tanah atau meningkatkan kekuatan
tahanan geser tanah.
3. Pinus mempunyai nilai evapotranspirasi yang tinggi sehingga dapat mengurangi
kemungkinan terjadinya longsor. Pinus sebagai pohon yang evergreen mempunyai nilai
evapotranspirasi yang besar dibandingkan dengan jenis pohon yang lainnya. Pada penelitian
yang dilakukan oleh Pudjiharta (1995) di Ciwidey, nilai evapotranspirasi pinus adalah sebesar
64,5% dari total curah hujan. Hal tersebut tentu sangat baik bagi pengurangan tekanan air
pori tanah yang dapat memicu longsoran. 21

21 Yonky Indrajaya dan Wuri Handayani. “Potensi Hutan Pinus merkusii Jungh. et de Vriese Sebagai
Pengendali Tanah Longsor di Jawa”. Jurnal Info Hutan. Vol.5 No.3, Ciamis: Balai Penelitian Kehutanan Ciamis.
2008. Hal. 235-236
DAFTAR PUSTAKA
Corryanti dan Rika Rahmawati. 2015. Terobosan Memperbanyak Pinus (Pinus merkusii). Cepu:
Puslitbang Perum Perhutani.
Indrajaya, Yonky dan Wuri Handayani. 2008. Potensi Hutan Pinus merkusii Jungh. et de Vriese
Sebagai Pengendali Tanah Longsor di Jawa. Ciamis: Balai Penelitian Kehutanan Ciamis.
M, Budiman, dkk. 2018. Produksi Getah Pinus (Pinus merkusii Jung et de Vriese) Pada Berbagai
Diameter Batang Menggunakan Sistem Koakan Di Desa Namo Kecamatan Kulawi
Kabupaten Sigi 2018. Vol. 6 No. 3.
Senjaya, Yusuf Andi dan Wahyu Surakusumah. 2007. Potensi Ekstrak Daun Pinus (Pinus merkusii
Jungh. Et de Vriese) sebagai Biohebisida Penghambat Perkecambahan Echinochloa
colonum L. dan Amaranthus viridis. Jurnal Perennial, 4(1), Bandung: Jurusan Biologi,
FMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia.
Sunarti, Siti dan Rugayah. 2013. Keanekaragaman Jenis Gymnospermae di Pulau Wawoni,
Sulawesi Tenggara 2013. Vol. 9 No. 1.
Ulfa, Syarifah Widya. 2020. Penuntun Praktikum Botani Phanerogamae. Medan: Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara.
Manfaat Pinophyta Secara Umum Dan Manfaat Salah Satu Spesiesnya Secara Khusus

A. Manfaat Umum Pinophyta


Tumbuhan yang termasuk ke dalam Pinophyta mempunyai peran penting secara
ekonomis, menarik secara biologi, dan sangat familier diantara semua tumbuhan. Kelompok
tumbuhan pinophyta banyak yang dimanfaatkan kayunya, sebagai tanaman hias, sebagai
sumber makanan dan pengobatan. Selain itu tumbuhan-tumbuhan ini juga berperan dalam
pengendalian erosi, melindungi dari abrasi, hutan rekreasi, dan merupakan tumbuhan kayu
pertama dalam suksesi kedua. 22
Pinophyta disebut juga Gymnospermae atau tumbuhan berbiji terbuka. Keompok
tumbuhan ini memiliki nilai ekonomi penting sebagai bahan dasar produk industri. Beberapa
jenis diantaranya sebagai penghasil kayu yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk
industri kertas dan triplek (contoh Pinus, Agathis), korek api (contoh Pinus Agathis), obat-
obatan (contoh Pinus, Podocarpus), makanan (contoh Gnetum gnemon), dan tanaman hias
(contoh Araucaria, Cupressus, Cycas). Seain itu Gymnospermae menghasilkan resin atau
getah dan dapat juga digunakan sebagai bahan pembuat sabun, fernis, cat kuku, permen dan
parfum.23
B. Manfaat Khusus Damar (Agathis sp)
Pohon damar (Agathis sp) merupakan salah satu jenis pohon hutan yang banyak
digunakan untuk tujuan reboisasi, kayu dari tegakan ini juga digunakan sebagai kayu
pertukangan, misalnya untuk petikemas, kayu lapis dan pembuatan korek api. Selain itu
tanaman damar menghasilkan getah yang disebut kopal. Kopal tersebut digunakan sebagai
cat, vernis, spiritus, plastik, pelapis tekstil, bahan anti air dan tinta cetak. 24
Sebagaimana manfaat hutan pada umumnya, hutan damar memiliki manfaat secara
ekonomis maupun ekologis. Secara ekonomis, hutan damar dapat dimanfaatkan dari getah
dan kayunya. Getah pohon damar berasal dari kulit kayu yang mengeluarkan resin bening
atau biasa dikenal dengan sebutan kopal. Kopal banyak digunakan untuk pemuatan pelitur
dan pembuatan minyak pelapis lantai, sedangkan kayu damar biasanya digunakan untuk
pembuata korek api, perabot rumah tangga, vinir yang bermutu baik, kayu lapis dan pulp.
Sedangkan secara ekologis, hutan damar dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan

22 John Kimball, Biologi (Jakarta: Erlangga, 1999) Hal.123.


23 Siti Sunarti, Rugayah. Keanekaragaman Jenis Gymmnospermae di Pulau Wawoni, Sulawesi
Tenggara. Jurnal Biologi Indonesia Vol.9(1) 2013 hal. 84
24 Cornelia M.A.Wattimena, Lily Pelupessy, S.L.A.Selang. Identifikasi Jenis Hama Tanaman Damar
(Agathis alba) Di Hutan Lindung Sirimau Kota Ambon Provinsi Maluku, Agrologia, Vol. 5(2), 2016, hal. 96
perubahan iklim global karena kemampuannya dalam menyerap karbondioksida di
atmosfer.25

Gambar 1. Kopal Damar yang belum diolah


(Kuspradini, 2016)

Kopal sebagai komoditi hasil hutan bukan kayu merupakan senyawa harsa (resin)
alami yang mempunyai senyawa kompleks, tidak larut dalam air, larut dalam beberapa
pelarut organik, meleleh bila di panaskan dan mudah terbakar dengan mengeluarkan asap.
Di Indonesia sendiri, kopal dihasilkan dari penyadapan kulit pohon damar yang sebagian
besar tersebar di luar Pulau Jawa dan sebagian kecil terdapat di Pulau Jawa yang dikelola
oleh perum perhutani.26
Berdasarkan komposisi dan sifat-sifat fisiko-kimia, kopal dapat digunakan untuk
berbagai keperluan industri, seperti cat, vernis, lak merah, tinta, bahan sizing, bahan pelapis
untuk tekstil, dan kosmetik. Sedangkan berdasarkan sifat kelarutannya dalam asam asetat
glasial, maka kopal dapat digunakan sebagai bahan perekat yang baik. 27

25 Zinatul Uthbah, Eming Sudiana, Edy Yani. Analisis Biomasa dan cadangan karbon pada berbagai
umur tegakan damar (agathis damara (lamb.) rich.) di KPH Banyumas Timur. Scripta Biologica, Vol.4(2), 2017,
hal. 119
26 Wien Setya Budhi Irawan,Endang Suhendang, Juang R.Matangaran. Model Penduga Produksi
Kopal. JMHT, Vol.8(3). Desember 2007. Hal.166
27 Totok Waluyo, E.S. Sumadiwangsa, Pudji Hastuti, Evi Kusmiyati. Sifat-sifat Kopal Manila dari
Proboinggo, Jawa Timur. JURNAL Penelitian Hasil Hutan. Vol.22(2) Agustus 2004. Hal.88
DAFTAR PUSTAKA

Irawan W. S. Budhi,Endang Suhendang, Juang R.Matangaran. 2007. Model Penduga Produksi Kopal.
JMHT, Vol.8(3). Hal.166-171

Kimball, John. 1999. Biologi. Jakarta: Erlangga

Kuspradini, Harlinda, Enih R., Edi S., Enos Tangke A., Irawan W. K. 2016. Pengenaan Jenis Getah.
Samarinda : Mulawarman University Press

Sunarti. Siti, Rugayah. 2013. Keanekaragaman Jenis Gymnospermae Di Pulau Wawoni, Sulawesi
Tenggara. Jurnal Biologi Indonesia. Vol 9(1). Hal. 83-92

Totok Waluyo, E.S. Sumadiwangsa, Pudji Hastuti, Evi Kusmiyati. 2004. Sifat-sifat Kopal Manila dari
Proboinggo, Jawa Timur. JURNAL Penelitian Hasil Hutan. Vol.22(2)Hal.87-94

Uthbah, Zinatul, Eming Sudiana, Edy Yani. 2017. Analisis Biomasa Dan Cadangan Karbon Pada
Berbagai Umur Tegakan Damar (Agathis d amara (Lamb.) Rich.) Di KPH Banyumas Timur.
Scripta Biologica, vol.4(2), hal. 119-124

Wattimena, M.A. Cornelia, Lily Pelupessy, S.L.A. Selang. 2016. Identifikasi Jenis Hama Tanaman
Damar(Agathis alba) Di Hutan Lindung Sirimau Kota Ambon Provinsi Maluku. Agrologia. 5(2)
95-100

Anda mungkin juga menyukai