Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MAKALAH

NUTRITIONAL ASSESSMENT

ANTROPOMETRI : KOMPOSISI TUBUH (TEBAL LEMAK)

Disusun oleh :

Farah Salsabila (175070300111033)

Kelas 2A2

PROGRAM STUDI ILMU GIZI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
FEBRUARI 2018
Latar Belakang

Lemak merupakan sumber energi dan berperan dalam fungsi hormonal.


Namun, akumulasi lemak yang berlebihan dapat mengganggu kesehatan. Kondisi
kelebihan lemak yang memberikan efek terhadap kesehatan dinamakan obesitas.
Obesitas merupakan faktor resiko Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan dapat
meningkatkan tekanan darah.
Data Riset Kesehatan Nasional (Riskesnas) tahun 2016 menunjukkan
penduduk dewasa berusia diatas 18 tahun yang mengalami kegemukan atau
obesitas sebesar 20,7 persen. Angka itu menunjukkan peningkatan pesat dari
tahun 2013 ketika penduduk yang kegemukan mencapai 15,4 persen. Kajian
Global Burden of Diseases yang dipublikasikan jurnal Lancet pada 2014
mengungkapkan ada 10 negara dengan tingkat obesitas tertinggi di dunia dan
Indonesia berada di peringkat 10.
Komposisi lemak dalam tubuh dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
Indeks Massa Tubuh (semakin tinggi IMT, jumlah lemak tubuh semakin
bertambah), usia (semakin bertambah usia, jumlah lemak tubuh semakin
bertambah), jenis kelamin (perempuan memiliki lemak tubuh lebih tinggi daripada
laki-laki dengan daerah penyebaran yang berbeda-beda), asupan makanan (lemak
tubuh tinggi akibat mengkonsumsi energi lebih banyak dari yang diperlukan
tubuh), dan aktivitas fisik (semakin banyak aktivitas yang dilakukan, maka jumlah
lemak tubuh berkurang).
Di tengah epidemi obesitas seperti saat ini dibutuhkan informasi mengenai
pengukuran komposisi tubuh utamanya lemak supaya hasilnya dapat digunakan
untuk memantau cadangan lemak tubuh dan melihat tingkat obesitas seseorang.
Pengukuran dengan antropometri tentunya akan sangat bermanfaat untuk
identifikasi tersebut. Antropometri merupakan ukuran dari berbagai dimensi fisik
dan komposisi tubuh manusia yang dibedakan menurut umur dan tingkat gizi.
Tebal lemak tubuh merupakan pengukuran yang menunjukkan massa lemak tubuh
dan komposisi tubuh. Metode yang paling banyak diminati adalah dengan teknik
skinfold, yaitu dengan mengukur tebal lipatan kulit menggunakan skinfold
caliper. Akan tetapi, ada beberapa cara lain untuk menghitung kadar lemak, yaitu
dengan mengukur lingkar tubuh, menggunakan densitometri, MRI, CT Scan, dan
menggunakan metode BIA.

Tujuan
Pengukuran tebal lemak tubuh ini bertujuan untuk mengetahui kadar
lemak dalam tubuh. Sehingga cadangan lemak dalam tubuh bisa dipantau dan bisa
menentukan tingkat obesitas seseorang.
Klasifikasi Persentase Lemak Tubuh Pada Laki-Laki dan Perempuan
Tingkat Laki-Laki (%) Perempuan (%)
Atletik 6-10 10-15
Good/Baik 11-14 16-19
Acceptable/masih normal 15-18 20-25
Overweight/BB lebih 19-24 26-29
Obesitas 25 atau lebih 30 atau lebih
Sumber : Williams (2002)

Prosedur

1. Pengukuran lingkar tubuh menyiratkan jumlah kandungan lemak


didalam tubuh. Lingkar tubuh yang perlu diukur ialah lingkar lengan atas
dan bawah, serta lingkar pinggang.
2. Densitometri digunakan untuk menghitung cadangan lemak tubuh melalui
penempatan air pada densitometri atau underwater weighting.
3. MRI (Magnetic resonance imaging) pemeriksaan diagnosis yang
menghasilkan gambaran potongan tubuh manusia dengan menggunakan
medan magnet.
4. CT Scan (Computerized tomography) akurat dan tepat untuk mengukur
komposisi jaringan lumak tubuh seperti lemak dan otot.
5. Metode BIA (Bioelectrical Impedence Analysis) digunakan untuk
memperkirakan komposisi tubuh. BIA menggunakan metode impedensi
listrik 50kHz, 500 Micro Amp) tubuh kemudian digunakan untuk
menghitung perkiraan total air tubuh.
6. Skinfold Caliper
Pengukuran dengan metode skinfold dapat dilakukan dengan
berbagai cara, namun pada antropometri olah raga biasanya pengukuran
dilakukan pada sisi kanan badan dengan prosedur yang telah ditetapkan.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan skinfold caliper dengan
satuan milimeter. Pengukuran dilakukan pada subyek dalam keadaan
relaksasi pada posisi berdiri tegak dengan lengan tergantung bebas di sisi
kanan kiri badan. Namun tidak menutup kemungkinan dilakukannya
perubahan posisi subyek untuk mempermudah pelaksanaan pengukuran.
Ada beberapa lokasi pengukuran spesifik yang biasanya dilakukan :
a. Subscapular skinfold. Subyek dalam posisi berdiri tegak dengan kedua
lengan disamping badan. Ibu jari meraba badian bawah angulus
inferior scapulae untuk mengetahui tepi bagian tersebut. Cubitan
dilakukan dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri diambil tepat di
inferior angulus inferior scapulae. Cubitan pada kulit dilakukan
dengan arah cubitan miring ke lateral bawah membentuk sudut 45°
terhadap garis horisontal.
b. Abdominal skinfold. Cubitan dilakukan dengan arah vertikal, kurang
lebih 5 cm lateral umbilikus (setinggi umbilikus).
c. Suprailiac / supraspinale skinfold. Cubitan dilakukan pada daerah
(titik) perpotongan antara garis yang terbentang dari spina iliaca
anterior superior (SIAS) ke batas anterior axilla dan garis horisontal
yang melalui tepi atas crista illiaca. Titik ini terletak sekitar 5 – 7 cm
di atas SIAS tergantung pada ukuran subyek dewasa, dan lebih kecil
pada anak-anak atau sekitar 2 cm. Arah cubitan membentuk sudut
45° terhadap garis horisontal.
d. Iliac crest skinfold. Cubitan dilakukan diatas crista iliaca pada ilio-
axilla line. Subyek abduksi pada lengan kanan seluas 90 derajat atau
menyilang dadadengan meletakkan tangan di bahu kiri. Jari-jari
tangan kiri meraba crista iliaca dan menekannya sehingga jari-jari
tersebut dapat meraba seluruh permukaan crista iliaca. Posisi jari-jari
tersebut kemudian digantikan dengan ibu jari tangan yang sama,
kemudian jari telunjuk ditempatkan kembali tepat di superior dari ibu
jari dan akhirnya cubitan dilakukan dengan jari telunjuk dan ibu jari.
Lipatan dilakukan pada pososi miring ke depan dengan sudut kurang
lebih 45° terhadap garis horisontal.
e. Midaxillary skinfold. Cubitan dilakukan dengan arah vertikal setinggi
sendi xiphosternal sepanjang garis ilio-axilla. Pengukuran dilakukan
dengan posisi lengan kanan diabduksikan 90 derajat ke samping.
f. Medial calf skinfold. Subyek dalam posisi duduk di kursi dengan
sendi lutut dalam keadaan fleksi 90 derajat dan otot-otot betis dalam
keadaan relaksasi. Cubitan dilakukan dengan arah vertikal pada aspek
medial betis yang mempunyai lingkar paling besar. Untuk
menentukan lingkar terbesar pada betis dilakukan pengamatan dari sisi
depan.
g. Front thigh skinfold. Pengukur berdiri menghadap sisi kanan subyek.
Subyek dalam posisi duduk di kursi dengan lutut fleksi 90 derajat.
Cubitan dilakukan dengan arah vertikal pada garis tengah aspek
anterior paha di pertengahan antara lipat paha dengan tepi atas patella.
h. Triceps skinfold. Cubitan dilakukan dengan ibu jari dan jari telunjuk
tangan kiri pada sisi posterior mid acromiale-radiale line. Cubitan
dilakukan pada permukaan paling posterior dari lengan atas pada
daerah m. triceps brachii pada penampakan dari samping. Saat
pengukuran lengan dalam keadaan relaksasi dengan sendi bahu sedikit
eksorotasi dan sendi siku ekstensi di samping badan.
i. Biceps skinfold. Cubitan dilakukan dengan ibu jari dan jari telunjuk
tangan kiri pada mid acromiale-radiale line sehingga arah cubitan
vertikal dan paralel dengan aksis lengan atas. Subyek berdiri dengan
lengan relaksasi serta sendi siku ekstensi dan sendi bahu sedikit
eksorotasi. Cubitan dilakukan pada aspek paling anterior dari
permukaan depan lengan atas pada penampakan dari samping.
j. Chest skinfold. Cubitan dilakukan sedikit miring sesuai dengan lipatan
ketiak depan sepanjang linea axillaris anterior.
Pengukuran-pengukuran tersebut sebaiknya jangan dilakukan
segera setelah subyek melakukan latihan fisik atau perlombaan, mandi
sauna, berenang atau mandi, selama latihan fisik, atau kondisi yang
menyebabkan hiperemia karena dapat meningkatkan ketebalan lipatan
kulit. Selain itu dehidrasi juga dapat menyebabkan peningkatan tebal
lipatan kulit akibat perubahan turgidity kulit.
Untuk lebih jelasnya terkait langkah-langkah penghitungan tebal
lemak dengan menggunakan skinfold caliper, yaitu :
a. Pengukuran harus dilakukan pada kulit kering. Kulit lembab lebih
sulit dipegang sehingga dapat mempengaruhi pengukurannya.
b. Mintalah subjek untuk menjaga otot tetap rileks selama tes
berlangsung.
c. Lakukan semua pengukuran di sisi kanan tubuh. Pengecualian
mungkin terjadi karena ada deformitas atau anggota tubuh yang hilang
sehingga memerlukan penggunaan sisi kiri tubuh.
d. Tandai situs lipatan kulit dengan menggunakan spidol/pulpen.
Gunakan metlin untuk menemukan titik tengah dengan tepat.
e. Lipatan kulit harus dipegang dengan erat oleh ibu jari dan telunjuk,
dengan bantalan di ujung ibu jari dan telunjuk. Perlahan tarik lipatan
kulit dari badan.
f. Skinfold caliper harus ditempatkan tegak lurus terhadap lipatan pada
situs yang ditandai, kira-kira 1 cm di bawah ibu jari dan telunjuk.
g. Masing-masing pengukuran dilakukan sebanyak dua sampai tiga kali
kemudian nilai yang diperoleh merupakan nilai rata-rata jika
pengukuran dilakukan dua kali dan nilai median bila pengukuran
dilakukan tiga kali.

Kelebihan

 Skinfold caliper memiliki faktor kesalahan kecil, hanya sekitar 2-3%.


 Teknik skinfold mempunyai validitas yang cukup baik dalam memprediksi
persentase lemak badan.
 MRI memiliki perbandingan kualitas yang baik dengan CT dalam
pengukuran lemak. MRI dan CT memiliki akurasi yang sama saat
dibandingkan dengan analisis kimia.
 CT memiliki kemampuan untuk membedakan antara lemak viseral dengan
lemak subkutan yang terdapat didalam tubuh.
 BIA tidak membutuhkan keterampilan ahli daripada pengukuran skinfold.
Pengendalian mutu BIA juga lebih mudah dipertahankan.
 Penelitian menunjukkan BIA memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang
baik untuk memprediksi lemak. Penggunaan alat ini relatif lebih mudah,
biaya terjangkau dan tidak memakan waktu. Pada pengguna relatif aman
karena tidak ada radiasi.

Kekurangan

 Belum tersedianya acuan baku umum bagi skinfold caliper. Acuan baku
yang ada sekarang amat spesifik untuk usia dan jenis kelamin tertentu. Jika
hasil pengukuran terhadap kelompok individu lain diacu ke nilai baku
yang sama, maka faktor kesalahan menjadi lebih besar.
 Penggunaan densitometri hanya cocok dilakukan di laboratorium.
 Kelemahan MRI adalah menghasilkan suara bising, berbiaya mahal dan
memakan waktu dalam penggunaannya.
 Kelemahan utama CT adalah berbiaya mahal dan memakan waktu lama.
Penggunaan CT memerlukan dosis radiasi yang relatif tinggi sehingga
membahayakan bagi kesehatan pengguna dari alat ini.

Kesalahan Pengukuran (error)

Kesalahan pengukuran yang terjadi umumnya disebabkan baik oleh


pengukur, teknik mengukur, maupun alat pengukur yang digunakan. Setiap orang
pastinya akan memiliki hasil pengukuran yang berbeda-beda. Apalagi jika teknik
yang digunakan belum benar-benar dipahami, maka kesalahan pengukuran
kemungkinan besar akan terjadi. Selain itu, alat ukur yag digunakan harus selalu
disesuaikan kalibrasinya untuk meminimalisir kesalahan pengukuran yang terjadi.

Cara Meminimalisir Kesalahan

Cara yang dapat dilakukan untuk meminimalisir kesalahan yaitu dengan


memahami betul langkah-langkah dalam menggunakan alat pengukur yang akan
dipakai. Jika memungkinkan lakukan latihan berulang-ulang agar terbiasa dengan
alat pengukur sehingga perbedaan hasil dapat diminimalkan. Selain itu, agar hasil
pengukuran memiliki nilai presisi dan akurasi yang tinggi.

Daftar Pustaka

Arini, F.A. 2010. Pengukuran Antropometri Dan Hubungannya Dengan”Golden


Standard”Persen Lemak Tubuh, Bioelectrical Impedance Analysis: Studi
Validasi Pada Anak Sekolah Dasar Tahun 2010. http://lib.ui.ac.id/file?
file=digital/20281599-T%2021807- Pengukuran%20antropometri-full
%20text.pdf. Diakses tangal 13 Februari 2018.

Archilona, Z.Y. 2014. Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan
Kadar Lemak Total (Studi Kasus pada Mahasiswa Kedokteran Undip).
http://eprints.undip.ac.id/44910/. Diakses tangal 13 Februari 2018.

Bayuningsih, S.N. 2015. Hubungan Antara Frekuensi Konsumsi Fast Food an


Aktivitas Fisik dengan Tebal Lemak Bawah Kulit Siswi SMA N 6
Yogyakarta. http://eprints.ums.ac.id/39842/ . Diakses tanggal 13 Februari
2018.

Calara, S. 2014. Perbandingan Pengukuran Persentase Lemak Tubuh dengan


Skinfold Caliper dan Bioelectrical Impedance Analysis (BIA).
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico/article/view/7971/7730.
Diakses tangal 13 Februari 2018.

Suibjo, P. 2011. Penilaian Persentase Lemak Badan Pada Populasi Indonesia


Dengan Metode Anthropometris.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132172719/Penilaian%20Presentase
%20Lemak%20badan%20Metode%20Anthropometris.pdf . Diakses
tangal 13 Februari 2018.

Anda mungkin juga menyukai