Latar Belakang
Saat ini nutrisionis/ dietisien dihadapkan pada tantangan untuk mampu menerapkan
Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) atau Standardized Nutrition Care Proccess
(SNCP). Menurut American Dietetic Association (2006) PAGT adalah suatu metode
pemecahan masalah yang sistematis, dimana dietisien menggunakan cara berpikir
kritis dalam membuat keputusan untuk berbagai masalah yang berkaitan dengan gizi,
sehingga dapat memberikan asuhan gizi yang aman, efektif, dan berkualitas tinggi.
Proses Asuhan Gizi Terstandar terdiri dari empat tahap dimulai dari pengkajian gizi
(Nutrition Assessment); dilanjutkan dengan menetapkan diagnosis gizi (Nutrition
Diagnosis); dari diagnosis dapat ditentukan intervensi gizi (Nutrition Intervention)
yang akan dilakukan; selanjutnya monitoring evaluasi gizi (Nutrition Monitoring and
Evaluation) untuk menentukan keberhasilan intervensi . Pada asuhan gizi yang
dilakukan di Rumah Sakit, PAGT diawali dengan adanya screening gizi untuk
mengetahui apakah pasien atau klien berisiko malnutrisi atau sudah malnutrisi.
Selanjutnya dilakukan proses asuhan gizi jika pasien berisiko atau sudah malnutrisi.
Proses asuhan gizi yang pertama kali dilakukan adalah pengkajian gizi.
Pengukuran antropometri adalah salah satu data dalam pengkajian gizi. Menurut
Gibson (2005) Antropometri adalah Pengukuran dimensi dan komposisi tubuh
manusia pada tingkat usia dan tingkat nutrisi yang berbeda. Terdapat dua jenis
pengukuran antropometri yaitu : 1. Ukuran tubuh 2. Komposisi tubuh. Pengukuran
Komposisi tubuh dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu : 1. Lingkar tubuh dan 2.
Tebal lemak.
Pada hakikatnya asesmen / pengkajian gizi tidak hanya dilakukan pada pasien di
rumah sakit, puskesmas, dan klinik rawat inap maupun rawat jalan namun juga bisa
dilakukan pada pada komunitas/masyarakat yang lebih luas. Sehingga seorang
nutrisionis/ dietisien baik yang bekerja di Rumah Sakit maupun yang langsung ke
masyarakat harus mempunyai kemampuan atau skill dalam melakukan pengumpulan
data antropometri salah satunya adalah pengukuran komposisi tubuh (lemak tubuh).
Lemak tubuh berbeda pada setiap individu walaupun dengan jenis kelamin, berat
badan, dan tinggi badan yang sama. Wanita memiliki lemak tubuh yang lebih besar
daripada laki-laki. Lemak tubuh wanita mencapai 26.9 % dari total berat badan,
sedangkan pada laki-laki hanya 14.7 %. (Gybson, 2005).
Pengukuran lemak tubuh bisa dilakukan dengan bermacam metode salah satunya
yaitu memperkirakan lemak tubuh dengan mengukur tebal lemak bawah kulit (skin-
fold) dengan menggunakan alat calipers. Pengukuran dengan skinfold caliper ini
memerlukan keterampilan pengukur yang tinggi. Sebagai seorang
nutrisionis/dietisien perlu memahami tentang metode/prosedur tersebut untuk
mendapatkan data yang valid. Ditempat bekerja, sebagian besar nutrisionis atau
dietisien dalam melakukan pengukuran belum sesuai dengan metode/prosedur yang
benar yaitu melakukan perkiraan saja.
Penelitian yang dilakukan oleh Tania & Niken, 2013 tentang Studi Kualitatif Proses
Asuhan Gizi Terstandar di Ruang Rawat Inap RS St. Elizabeth Semarang
mendapatkan hasil bahwa asesmen gizi telah dilaksanakan sesuai metode PAGT,
walaupun ada yang belum maksimal dilakukan yaitu jika kondisi tidak
memungkinkan maka nutrisionis/dietisien memperkirakan parameter antropometri
pada pasien tersebut. Dengan memperkiraan hasil pengukuran akan didapat data
yang tidak valid.
3. Metode /Prosedur
Ada dua model yang menggambarkan tentang komposisi tubuh
a. 2 kompartemen model
Terdiri dari 2 kompartemen kimia berbeda : massa dengan lemak (Fat Mass) dan
massa tanpa lemak (Fat Free Mass)
b. 4 kompartemen model
Terdiri dari massa dengan lemak dan tiga kompartemen massa tanpa lemak
seperti : protein, total air tubuh, dan tulang
Untuk menilai komposisi tubuh, metode antropometri yang banyak digunakan
adalah 2 kompartemen model yang memperkirakan massa tubuh dengan lemak dan
massa tanpa lemak secara tidak langsung.
Kegunaan mengukur komposisi tubuh di setting klinik :
a. Mengidentifikasi pasien yang mengalami kekurangan gizi/kelebihan gizi kronis
b. Memantau perubahan jangka panjang komposisi tubuh setelah diberikan
intervensi gizi
Kegunaan mengukur komposisi tubuh masyarakat :
a. Mengidentifikasi individu yang rentan atau mudah mengalami kekurangan
gizi/kelebihan gizi
b. Membantu mengevaluasi keberhasilan/ keefektifan program gizi.
Uraian tentang pengukuran lemak tubuh (Body Fat) adalah seperti berikut :
Bentu
k
Tempat pengukuran :
tidak terdapat konsensus yang menjelaskan apakah menggunakan sisi kanan
atau kiri tubuh, namun saat ini NHANES (National Health and Nutrition
Examines Surveys) menyatakan untuk pengukuran skinfold digunakan sisi
kanan tubuh.
a) Triceps Skinfold
b) Biceps Skinfold
Pada prinsipnya biceps skinfold mengukur jaringan lemak subkutan dan
ketebalan kulit pada bagian lengan depan. Bersama dengan triceps, dapat
memperkirakan otot plus tulang. Berguna untuk melihat obesitas, pada
kondisi tebal lemak bawah kulit lainnya tidak dapat diukur.
Metode /Prosedur :
- subjek yang diukur harus berdiri tegak, kaki dirapatkan, bahu
santai, dan lengan tergantung bebas di kedua sisi, tangan
menghadap ke depan
- Beri tanda di bagian depan lengan kiri, tepat di atas pusat cubital
fossa, dan pada tingkat yang sama 1 cm lebih atas untuk
menandai trisep
- Angkat lipatan vertikal 1 cm di atas titik yang ditandai dan jepit
dengan caliper
- catat pengukuran ke mm terdekat 2-3 detik setelah menjepit
caliper
- lakukan 2-3 kali pengukuran. Pengukuran seharusnya tidak
berbeda lebih dari 1 mm, dan ambil rata-ratanya.
Gambar 2. Pengukuran Biceps & Triceps Skinfold (sumber www.google.com)
c) Subscapular Skinfold
d) Suprailiac Skinfold
Bersamaan dengan pengukuran triceps dapat memperkiraan massa otot
dengan tulang. Suprailiac skinfold adalah indicator yang berguna untuk
menentukan distribusi jaringan lemak bawah kulit yang berhungan
dengan risiko penyakit. Koefisien korelasi % lemak tubuh : laki-laki
0.69 perempuan 0.59; total lemak tubuh : laki-laki 0.73 perempuan 0.69
(Fahmida, 2007)
Metode/Prosedur
- subjek yang diukur harus berdiri tegak, kaki dirapatkan, bahu
santai
- tandai sisi pengukuran yaitu pada bagian atas tulang suprailiac
atau diatas puncak iliac
- pegang lipatan kulit secara miring kedepan pada garis mid axila
dan sejajar dengan garis belahan alami kulit
- tempatkan caliper 1 cm dari tekanan jari pada lipatan kulit.
- catat pengukuran ke mm terdekat 2-3 detik setelah menjepit
caliper
- lakukan 2-3 kali pengukuran. Pengukuran seharusnya tidak
berbeda lebih dari 1 mm, dan ambil rata-ratanya.
Menghitung lemak tubuh bisa dengan menggunakan satu jenis skinfold dan bisa
menggunakan penjumlahan beberapa hasil pengukuran skinfold, berikut ini
adalah uraian masing-masing metode :
Multiple skinfold : Karena lemak tubuh tidak hanya pada satu area, menghitung
lemak tubuh dengan menggunakan indicator lebih dari satu lebih diterima.
Penelitian merekomendasikan menggunakan satu anggota tubuh seperti triceps
dan satu pengukuran skinfold di tubuh seperti subscapular untuk menghitung
distribusi lemak bawah kulit.
Male Female
Untuk melihat status gizi anak (Pediatric) bisa menggunakan standar WHO misalnya
table triceps (mm) menurut jenis kelamin dan umur (Lampiran 1)
Metode ini mirip dengan metode lipatan kulit, BIA mungkin lebih baik karena alasan
berikut: (a) metode tidak membutuhkan keterampilan teknis tingkat tinggi, (b)
metode lebih nyaman dan kurang intrusif untuk klien, dan (c) ini metode dapat
digunakan untuk memperkirakan komposisi tubuh individu obesitas. ( Aliona, et.al,
2007) .
Parameter BIA yang digunakan untuk menilai status volume cairan tubuh adalah
Total Body Water (TBW), Extracellular Water (ECW), Intracellular Water (ICW).
Sedangkan untuk menilai setatus nutrisi adalah Body Cell Mass (BCM), Fat Free
Mass (FFM), dan Total Protein (Calara, 2014).
Nilai BIA sangat dipengaruhi oleh perbedaan jenis kelamin, ras atau etnik, index
masa tubuh (IMT) dan juga umur. Sehingga pengukuran beberapa parameter BIA
lebih baik jika nilai standar BIA yang digunakan berasal dari populasi yang memiliki
karakteristik yang sama baik dari segi jenis kelamin, ras atau etnik, IMT maupun
umur. Validasi nilai standar BIA dapat mengurangi beberapa kesalahan oleh karena
adanya perbedaan komposisi cairan tubuh berdasarkan jenis kelamin serta adanya
perbedaan pola distribusi lemak, panjang kaki dan lengan antar kelompok etnik yang
akan memengaruhi akurasi dan ketelitian dari pengukuran BIA (Calara, 2014)
4. Kelebihan
a. Menggunakan prosedur yang sederhana, cepat, aman, dan non invasive
b. Dapat digunakan untuk pasien yang tidak bisa berdiri
c. Dapat digunakan untuk sampel yang besar
d. Peralatan yang dibutuhkan tidak mahal dan bisa dibawa kemana-mana.
e. Pengukur yang relative tidak terampil bisa dilatih untuk melakukan pengukuran
f. Metode bisa tepat dan akurat
g. Metode dapat digunakan untuk mengevaluasi perubahan dalam status gizi dari
waktu ke waktu dan dari satu generasi ke generasi berikutnya
h. Dapat mendeteksi informasi perihal gizi masa lalu, yang tidak bisa dideteksi oleh
teknik lain/ retrospective/ past long-term nutritional history
i. Dapat mendeteksi malnutrisi tingkat ringan-sedang-berat
j.Kekurangan
a. Relatif tidak sensitif dan tidak dapat mendeteksi gangguan status gizi dalam
waktu singkat
b. Tidak bisa digunakan dalam mengidentifikasi keadaan kekurangan zat gizi
tertentu
c. Tidak bisa membedakan gangguan akibat kekurangan zat gizi atau gangguan
akibat ketidakseimbangan asupan energy
d. Factor non-nutritional (penyakit, genetic) tertentu bisa mengurangi spesifisitas
dan sensitivitas
e. Error yang terjadi dalam pengukuran bisa mempengaruhi presisi akurasi dan
kevalid an hasil pengukuran.
Berikut uraian dari kemungkinan error lainnya yang dapat terjadi saat pengukuran :
Tabel 2. Kejadian Error pada Pengukuran Lemak Tubuh dan Cara Meminimalisirnya