Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

NUTRITIONAL STATUS ASSESSMENT

PENGUKURAN KOMPOSISI TUBUH (MASSA LEMAK DAN MASSA


OTOT)

Disusun Oleh:
Diva Sella Christy
472021023

PROGRAM STUDI GIZI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Status gizi adalah keadaan tubuh, yang dihasilkan dari keseimbangan
asupan, penyerapan, dan pemanfaatan zat gizi serta pengaruh status fisiologis
dan patologis tertentu. Penilaian status gizi memiliki relevansi utama baik pada
tingkat individu dan di antara populasi (Andreoli et al., 2016). Pengukuran
komposisi tubuh manusia merupakan metode penilaian status gizi yang objektif.
Metode untuk mengetahui status gizi seorang pasien, yaitu dengan dilakukan
pemeriksaan kandungan lemak dalam tubuh. Komposisi tubuh dianggap sebagai
alternatif yang lebih baik untuk indeks massa tubuh pada orang dewasa yang
lebih tua karena peningkatan %lemak tubuh yang berkaitan dengan usia. Lemak
tubuh yang tinggi dikaitkan dengan peningkatan kematian dan penuaan
(Silveira et al., 2020).
Komposisi tubuh adalah komponen penting dari kebugaran fisik yang
berhubungan dengan kesehatan. Kadar lemak tubuh yang tinggi, khususnya
lemak perut, dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular secara
signifikan. Menghitung lemak tubuh menggunakan pengukuran lipatan kulit
merupakan metode yang ditetapkan secara klinis. Metode tersebut dapat
diterapkan baik untuk pasien dengan berat badan normal, berisiko malnutrisi
maupun pasien yang menderita obesitas. Selain lemak tubuh yang merupakan
indikator penyimpanan energi jangka panjang, otot rangka juga sangat penting
untuk memahami keseimbangan metabolisme antara otot dan kompartemen
lemak, sehingga komposisi tubuh perlu diukur (Kuriyan, 2018).

1.2 Tujuan
Tujuan dari pengukuran komposisi tubuh yaitu untuk mendeteksi atau
mendiagnosis beberapa masalah gizi pada orang dewasa dan remaja, termasuk
kelebihan berat badan, obesitas, dan kekurangan gizi (Holmes and Racette,
2021).

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penilaian komposisi tubuh memberikan gambaran tentang status gizi
dan kapasitas fungsional tubuh manusia. Pengukuran komposisis tubuh
berguna dalam gizi untuk menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan dari
lahir hingga dewasa. Selain itu, juga digunakan untuk memahami asal mula
perkembangan kesehatan dan penyakit, dalam merancang strategi gizi, dan
dalam memantau intervensi terapeutik (Andreoli et al., 2016). Pengukuran
lemak tubuh memainkan peran penting dalam mendiagnosis obesitas.
Pengukuran komposisi lemak tubuh dengan mengukur ketebalan lipatan kulit
adalah metode yang hemat biaya, memerlukan peralatan minimal, dan
merupakan metode praktis untuk menentukan lemak tubuh dalam praktik
klinis sehari-hari (Nösslinger et al., 2022) .
Penilaian komposisi tubuh membagi total massa tubuh individu menjadi
proporsi relatif massa lemak dan massa bebas lemak. Massa bebas lemak terdiri
dari otot, tulang, organ, ligamen, tendon, dan air. Kuantifikasi lemak, otot,
tulang, dan air sangat informatif dalam diagnosis, manajemen, dan pengobatan
beberapa kondisi terkait zat gizi yang berdampak pada kesehatan individu dan
populasi. Pengukuran lipatan kulit adalah metode yang memperkirakan
%Lemak dengan mengukur ketebalan lipatan kulit pada bagian tubuh yang
berbeda dengan menggunakan jangka sorong (calipers). Metode ini didasarkan
pada prinsip bahwa jumlah lemak subkutan sebanding dengan jumlah lemak
tubuh total. Situs lipatan kulit spesifik dan jumlah situs bervariasi tergantung
pada persamaan yang digunakan untuk memperkirakan kepadatan tubuh,
misalnya spesifik jenis kelamin (Holmes and Racette, 2021).
Metode tiga bagian tubuh untuk laki-laki dapat mencakup lipatan kulit
trisep, dada, dan subscapula atau lipatan kulit dada, perut, dan paha. Sementara
itu, tiga bagian tubuh untuk perempuan adalah trisep, perut, dan lipatan kulit
suprailiac. Terdapat tujuh bagian tubuh yang umum diukur untuk laki-laki dan
perempuan yaitu meliputi lipatan kulit dada, midaxillary, triceps, subscapular,
abdomen, suprailiac, dan paha. Cara untuk melakukan pengukuran lipatan kulit
yaitu asesor menarik lipatan kulit dan lemak subkutan dari otot di bawahnya
2
dan kemudian menempatkan kaliper lipatan kulit di atas lipatan tersebut.
Kaliper peka terhadap tekanan akan menyesuaikan dengan ketebalan lipatan
kulit dan memberikan pengukuran dalam mm. Cara untuk menghitung
%Lemak, massa lemak dan massa bebas lemak, yaitu pengukuran lipatan kulit
dijumlahkan dan dimasukkan ke dalam persamaan kepadatan tubuh khusus
jenis kelamin yang berlaku. Setelah itu, %lemak dihitung dari kepadatan tubuh
menggunakan rumus yang ditentukan (Holmes and Racette, 2021).

3
BAB III
HASIL
3.1. Tabel Pengukuran Komposisi Tubuh Perempuan
Responde: Diva Sella Christy (472021023)
No. Pengukuran Hasil Pengukuran
1. Bisep 12 mm
2. Trisep 22 mm
3. Lingkar pinggang 78 cm
4. Lingkar pinggul 82 cm
5. Subscapular 12 mm
6. Suprailiac 18 mm

Pengukuran rasio lingkar pinggang-pinggul:


𝐿𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑟 𝑝𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛𝑔 (𝑐𝑚)
RLPP = 𝐿𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑟 𝑝𝑖𝑛𝑔𝑔𝑢𝑙 (𝑐𝑚)
78
= 82

= 0,95

3.2. Tabel Pengukuran Komposisi Tubuh Laki-laki


Responden: Manuel Giyai (472021411)
No. Pengukuran Hasil Pengukuran
1. Bisep 8 mm
2. Trisep 14 mm
3. Lingkar pinggang 74 cm
4. Lingkar panggul 89 cm
5. Subscapular 18 mm
6. Suprailiac 16 mm
Pengukuran rasio lingkar pinggang-pinggul:
𝐿𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑟 𝑝𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛𝑔 (𝑐𝑚)
RLPP = 𝐿𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑟 𝑝𝑖𝑛𝑔𝑔𝑢𝑙 (𝑐𝑚)
74
= 89

= 0,83

4
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pada tabel, didapatkan hasil pengukuran pada
perempuan yaitu bisep 12 mm, trisep 22 mm, lingkar pinggang 78 cm, lingkar
pinggul 82 cm, subscapular 12 mm, dan suprailiac 18 mm. Sementara itu, hasil
pengukuran pada laki-laki yaitu bisep 8 mm, trisep 14 mm, lingkar pinggang 74
cm, lingkar pinggul 89 cm, subscapular 18 mm, dan suprailiac 16 mm. Pada hasil
perhitungan rasio lingkar pinggang-pinggul (RLPP) responden perempuan yaitu
0,95, sedangkan pada responden laki-laki yaitu 0,83. Hasil perhitungan
perempuan menunjukkan bahwa adanya risiko terkena penyakit tidak menular
(PTM), sedangkan hasil pengukuran pada laki-laki disimpulkan bahwa tidak
berisiko terkena PTM. Rasio pinggang-pinggul dihitung dengan membagi
lingkar pinggang (cm) dengan lingkar pinggul (cm). Lingkar pinggul diukur
pada tingkat yang sejajar dengan tulang ekor, pada lingkar pantat terbesar. Titik
potong rasio pinggang-pinggul >0,90 pada pria dan >0,85 pada wanita
menunjukkan obesitas perut (Ahmad et al., 2016).
Pada praktikum ini, dilakukan pengukuran komposisi tubuh pada 6
bagian tubuh, yaitu bisep, trisep, subscapular, suprailiac, lingkar pinggang, dan
lingkar panggul. Pengukuran lipatan kulit bisep menggunakan caliper pada
lipatan vertikal yang terletak di tengah-tengah lengan, di depan, di bisep.
Pengukuran lipatan kulit trisep dengan caliper yaitu pada lipatan vertikal yang
terletak di bagian belakang lengan, setinggi pertengahan, di trisep. Pengukuran
lipatan kulit subscapular dengan caliper yaitu pada sudut inferior scapula, 2 cm
di bawah dan pada sudut 45° sejajar dengan sudut interior scapula. Pengukuran
lipatan kulit suprailiac dengan caliper yaitu pada sisi tubuh, 1–2 cm di atas
sayap ilium dan sekitar 45° sudut dari tubuh (Lewandowski et al., 2022).
Sementara itu, lingkar pinggang dan lingkar pinggul dinilai dalam pengukuran
manual dengan pita yang fleksibel tetapi tidak direnggangkan. Menurut WHO,
pengukuran lingkar pinggang yaitu di titik tengah antara tulang rusuk terakhir
dan krista iliaka, sedangkan lingkar pinggul pada tingkat ekstensi lateral
terbesar pinggul dari batas tulang ekor, keduanya pengukuran dalam bidang
horizontal (Jaeschke, Steinbrecher and Pischon, 2015).
5
Masa 1000 hari pertama kehidupan ini merupakan masa di mana anak
membutuhkan perhatian lebih, termasuk tumbuh kembangnya, terutama pada
bayi usia 9–15 bulan. Salah satu upaya deteksi dini penyimpangan pertumbuhan
yaitu menggunakan pengukuran lingkar kepala dengan mengelompokkan hasil
pengukuran berdasarkan grafik z-score dari WHO. Lingkar kepala merupakan
prosedur standar dalam pediatri, dan secara praktis merupakan salah satu
parameter untuk menilai otak pertumbuhan. Pengukuran lingkar kepala
bertujuan untuk mendeteksi sejak dini dan pemeriksaan keadaan patologis
ukuran kepala atau peningkatan ukuran kepala yang tidak normal. Lingkar
kepala berhubungan dengan volume otak dan dapat menunjukkan kecerdasan
bayi (Madyasari et al., 2021). Pada bayi baru lahir, nilai normal lingkar kepala
yaitu 34-35 cm, dan akan bertambah 2 cm setiap bulan pada usia 0-3 bulan.
Pada usia 4-6 bulan akan bertambah 1cm per bulan, dan pada usia 6-12 bulan
akan bertambah 0,5 cm per bulan, hingga usia 5 tahun akan bertambah menjadi
sekitar 50 cm (Chairiyah et al., 2023).
Rasio pinggang-pinggul adalah pengukuran yang paling umum
digunakan untuk memperkirakan lemak perut karena memiliki korelasi positif
dan signifikan terhadap jumlah lemak intra-abdominal. Selain itu, pengukuran
ini juga mampu mengidentifikasi indvidu dengan risiko kardiometabolik lebih
baik daripada indeks massa tubuh (Mederico et al., 2013). Rasio pinggang-
pinggul diperoleh dengan rasio lingkar pinggang terhadap lingkar pinggul. Rasio
normal pinggang-pinggul dikategorikan berdasarkan rekomendasi WHO. Rasio
normal pinggang-pinggul menurut WHO adalah ≥ 0,85 cm untuk perempuan
dan ≥0,90 cm untuk laki-laki. Seseorang yang memiliki rasio lingkar pinggang
dan pinggul yang melebihi standar normal, maka mengindikasi terjadinya
obesitas abdominal, serta berisiko untuk terjadi penyakit kardiovakular
(Andreacchi et al., 2021).

6
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah pengukuran komposisi tubuh
dilakukan pada beberapa bagian tubuh, diantaranya yaitu bisep, trisep,
subscapular, suprailiac, lingkar pinggang, dan lingkar pinggul. Tujuan dari
pengukuran komposisi tubuh adalah untuk mendeteksi atau mendiagnosis
beberapa masalah gizi pada orang dewasa. Hasil pengukuran pada perempuan
yaitu bisep 12 mm, trisep 22 mm, lingkar pinggang 78 cm, lingkar pinggul 82
cm, subscapular 12 mm, dan suprailiac 18 mm. Sementara itu, hasil pengukuran
pada laki-laki yaitu bisep 8 mm, trisep 14 mm, lingkar pinggang 74 cm, lingkar
pinggul 89 cm, subscapular 18 mm, dan suprailiac 16 mm. Pada hasil
perhitungan rasio lingkar pinggang-pinggul (RLPP) responden perempuan yaitu
0,95, sedangkan pada responden laki-laki yaitu 0,83. Hasil perhitungan
perempuan menunjukkan bahwa adanya risiko terkena penyakit tidak menular
(PTM), sedangkan hasil pengukuran pada laki-laki disimpulkan bahwa tidak
berisiko terkena PTM.
5.2. Saran
Saran sebagai ahli gizi yaitu sebaiknya melakukan pemantauan terkait
asupan makanan yang dapat berdampak pada lipatan lemak di bawah kulit. Hal
tersebut dikarenakan seseorang yang memiliki risiko terkena PTM ataupun
obesitas, dapat diketahui melalui pengukuran komposisi tubuh.

7
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, N. et al. (2016) ‘Abdominal obesity indicators: Waist circumference or
waist-to-hip ratio in Malaysian adults population’, International Journal of
Preventive Medicine, 2016(June). Available at:
https://doi.org/10.4103/2008-7802.183654.
Andreacchi, A.T. et al. (2021) ‘Body mass index, waist circumference, waist-to-
hip ratio, and body fat in relation to health care use in the Canadian
Longitudinal Study on Aging’, International Journal of Obesity, 45(3), pp.
666–676. Available at: https://doi.org/10.1038/s41366-020-00731-z.
Andreoli, A. et al. (2016) ‘Body composition in clinical practice’, European
Journal of Radiology, 85(8), pp. 1461–1468. Available at:
https://doi.org/10.1016/j.ejrad.2016.02.005.
Chairiyah, R. et al. (2023) DIFFERENCE OF STIMULATION OF MODERN MASSAGE
AND CONVENTIONAL ON THE GROWTH OF INFANT.
Holmes, C.J. and Racette, S.B. (2021) ‘The utility of body composition assessment
in nutrition and clinical practice: an overview of current methodology’,
Nutrients. MDPI. Available at: https://doi.org/10.3390/nu13082493.
Jaeschke, L., Steinbrecher, A. and Pischon, T. (2015) ‘Measurement of waist and
hip circumference with a body surface scanner: Feasibility, validity,
reliability, and correlations with markers of the metabolic syndrome’, PLoS
ONE, 10(3). Available at: https://doi.org/10.1371/journal.pone.0119430.
Kuriyan, R. (2018) ‘Body composition techniques’, Indian Journal of Medical
Research. Wolters Kluwer Medknow Publications, pp. 648–658. Available
at: https://doi.org/10.4103/ijmr.IJMR_1777_18.
Lewandowski, Z. et al. (2022) ‘Comparison of Skinfold Thickness Measured by
Caliper and Ultrasound Scanner in Normative Weight Women’,
International Journal of Environmental Research and Public Health, 19(23).
Available at: https://doi.org/10.3390/ijerph192316230.
Madyasari, S.K. et al. (2021) ‘Head Circumference Profile of Infants Aged 9–15
Months Related to Intelligence in Sukabumi and Cirebon’, Jurnal
Pengabdian kepada Masyarakat (Indonesian Journal of Community

8
Engagement), 7(3), p. 146. Available at:
https://doi.org/10.22146/jpkm.49664.
Mederico, M. et al. (2013) ‘Reference values of waist circumference and
waist/hip ratio in children and adolescents of Mérida, Venezuela:
Comparison with international references’, Endocrinología y Nutrición
(English Edition), 60(5), pp. 235–242. Available at:
https://doi.org/10.1016/j.endoen.2012.12.006.
Nösslinger, H. et al. (2022) ‘Measuring subcutaneous fat thickness using skinfold
calipers vs. high-resolution B-scan ultrasonography in healthy volunteers:
A pilot study’, Clinical Nutrition Open Science, 41, pp. 19–32. Available at:
https://doi.org/10.1016/j.nutos.2021.11.007.
Silveira, E.A. et al. (2020) ‘Body fat percentage assessment by skinfold equation,
bioimpedance and densitometry in older adults’, Archives of Public Health,
78(1). Available at: https://doi.org/10.1186/s13690-020-00449-4.

Anda mungkin juga menyukai