Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

PENILAIAN STATUS GIZI


METODE ANTROPOMETRI II
Disusun Guna Memenuhi Laporan Praktikum
Mata Kuliah: Praktikum Penilaian Status Gizi
Dosen Pengampu: Pradipta Kurniasanti S.KM., M.Gizi.

Disusun oleh :

Nama : Akbar Restu Pamuji

NIM : 2207026108

Kelas : Gizi 3D

Program Studi Gizi

Fakultas Psikologi dan Kesehatan

Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang

2023

PENILAIAN STATUS GIZI METODE


ANTROPOMETRI II

A. Tujuan
Mampu mengenali, menjelaskan, dan menggunakan alat-alat yang digunakan
dalam pengukuran simpanan lemak tubuh serta menjelaskan cara pengukurannya.

B. Indikator
Setelah mengikuti praktikum, mahasiswa diharapkan mampu :
1. Mengenali dan menjelaskan alat-alat yang digunakan dalam pengukuran : lingkar
pinggang, rasio lingkar pinggang panggul, rasio lingkar pinggang tinggi badan, tebal
lemak bawah kulit, persen lemak tubuh, persen lemak visceral, basal metabolic rate.
2. Menjelaskan cara penggunaan alat pengukuran antropometri pengukuran : lingkar
pinggang, rasio lingkar pinggang panggul, rasio lingkar pinggang tinggi badan, tebal
lemak bawah kulit, persen lemak tubuh, persen lemak visceral, basal metabolic rate
dengan benar dan tepat

C. Dasar Teori
Antropometri berasal dari kata latin yaitu anthropos yang berarti manusia dan
metron yang berarti pengukuran, dengan demikian antropometri mempunyai arti sebagai
pengukuran tubuh manusia (Bridger, 1995). Sedangkan Pulat (1992) mendefi nisikan
antropometri sebagai studi dari dimensi tubuh manusia. Lebih lanjut Tayyari and Smith
(1997) menjelaskan bahwa antropometri merupakan studi yang berkaitan erat dengan
dimensi dan karakteristik fi sik tertentu dari tubuh manusia seperti berat, volume, pusat
gravitasi, sifat-sifat inersia segmen tubuh, dan kekuatan kelompok otot. Sanders and
Mc.Cormick (1987) menyatakan bahwa antropometri adalah pengukuran dimensi tubuh atau
karakteristik fi sik tubuh lainnya yang relevan dengan desain tentang sesuatu yang dipakai
orang. Dengan mengetahui ukuran dimensi tubuh pekerja, dapat dibuat rancangan peralatan
kerja, stasiun kerja dan produk yang sesuai dengan dimensi tubuh pekerja sehingga dapat
menciptakan kenyamanan, kesehatan, keselamatan kerja.
Menurut (Gibson, 2011 dalam Renita 2017), mengemukakan bahwa penilaian status
gizi adalah upaya menginterpretasikan semua informasi yang diperoleh melalui penilaian
antropometri, konsumsi makanan, biokimia dan klinik. Penilaian status gizi merupakan cara
yang dilakukan untuk mengetahui status gizi seseorang.
RLPP adalah salah satu metode pengukuran yang dapat menggambarkan banyaknya
timbunan lemak di dalam rongga abdomen. RLPP dapat diketahui dari hasil bagi antara
lingkar pinggang dengan lingkar pinggul. Pada pengukuran lingkar pinggang dapat
menggambarkan tingginya timbunan lemak berbahaya dalam tubuh, sedangkan pengukuran
lingkar pinggul merupakan faktor protektif terhadap kejadian penyakit kardiovaskular.
Pengukuran RLPP ini tiga kali lebih sensitif dibandingkan dengan IMT dalam merefleksikan
keberadaan lemak berbahaya dalam dinding abdomen (Supariasa, et al., 2002).

Berikut ini katagori ambang batas RLPP yang disajikan dalam tabel : Tabel
Kategori Ambang Batas RLPP (WHO, 2008 dalam Isnaini, 2012).
Tipe Kegemukan Laki – laki (cm) Perempuan (cm)

Resndah < 0,8 – 0,89 < 0,7 – 0,79

Sedang 0,9 – 0,99 0,8 – 0,89

tinggi 1 0,9

Penggunaan RLPTB yang mewakili obesitas sentral dan bentuk tubuh menjadi alat
skrining baru untuk kesehatan masyarakat yang dapat digunakan oleh seluruh orang dewasa
dan anak dengan usia lebih dari 5 tahun serta dapat digunakan pada semua kelompok etnis.
Penggunaan batas nilai 0,5 RLPTB dapat diubah menjadi pesan yang mudah, yaitu “jaga
lingkar pinggang Anda untuk kurang dari setengah tinggi badan Anda” (Ashwell, 2011).
Batasan nilai RLPTB 0,4 – 0,5 (area hijau) menyatakan “baik”, nilai 0,5 – 0,6 (area
kuning) menyatakan “ambil tindakan” untuk anak-anak dan “pertimbangkan tindakan yang
akan diambil” untuk dewasa. Sementara itu nilai >0,6 (area merah) menyatakan “ambil
tindakan” untuk dewasa. Nilai ≥0,5 dari RLPTB dideskripsikan sebagai distribusi lemak
sentral dan nilai ≥0,6 dideskripsikan sebagai obesitas sentral (Ashwell, 2011).

Bioelectrical Impedance Analysis (BIA) berdasarkan prinsip kerjanya yaitu


resistensi terhadap aliran arus listrik karena perbedaan massa lemak dan massa bebas
lemak. Massa bebas lemak berisi jumlah air dan elektrolit yang besar, sehingga dapat
dikatakan konduktor yang baik dalam arus listrik. Pengukuran BIA yang diukur dalam
memperkirakan persentase lemak tubuh yaitu pengukuran dari lemak viseral. BIA
merupakan metode pengukuran persentase lemak tubuh yang mudah, murah, akurat,
tidak invasif dan aman (Ellis KJ, 2000).
Viceral Fat

Pengukuran lemak tubuh melalui pengukuran ketebalan lemak bawah kulit(skinfold)


dilakukan pada beberapa bagian tubuh, misalnya padambagian lengan atas (biceps dan triceps),
lengan bawah (forearm), tulang belikat (subscapular), di tengah garis ketiak (midaxillary), sisi
dada (pectoral), perut (abdominal), paha (suuprailiaca), tempurung lutut (suprapatellar), dan
pertengahan tungkai bawah (medial calf) (Markum, 1991).
Semua pengukuran tebal lemak bawah kulit sebaiknya konsisten di sisi kiri badan dan
diukur tiga kali. Tebal lemak bawah kulit merupakan salah satu indeks antropometri yang
digunakan dalam pengukuran status indeks antropometri untuk mengukur status gizi. Pengukuran
tebal lemak bawah kulit biasanya digunakan untuk memperkirakan jumlah lemak dalam tubuh
(Markum, 1991).
Pengukuran skinfold umumnya digunakan pada anak umur remaja ke atas, umumnya
jumlah lemak dibedakan menurut jenis kelamin. Cara melakukannya pengukuran, kulit di
cubit dengan dua jari, caliper diletakkan tegak lurus pada lipatan kulit yang tercubit, sekitar 1 cm
di atasj ari, kemudian penahan caliper dilepas sehingga menepit lipatan kulit, pembacaan skala
baru boleh dilakukan setelah 2 detik. Pengukuran setidaknya dilakukan sebanyak 2 kali, jika
pengukuran ke-2 lebih dari 1 mm, pengukuran harus diulangi. Pengukuran sebaiknya dilakukan
ketika kulit sedang tidak berkeringat, karena kulit yang basah akan menyebabkan pengembangan
lemak dan kulit dan begitu hasil pengukuran akan lebih besar(Almatsier, 2011).

D. Alat Dan Bahan


1. Bioelectrical Impedance Analysis (BIA)
2. Metlin
3. Skinfold caliper
4. Stadiometer
5. Bathroom Scale

E. Langkah kerja
1. Praktikum dimulai dengan penjelasan dari dosen tentang alat-alat penilaian status gizi
dengan metode antropometri serta langkah-langkah penggunaanya.
2. Mahasiswa mengamati dan mencatat penjelasan dosen.
3. Mahasiswa mempraktekkan penggunaan alat-alat antropometri untuk mengukur lingkar
pinggang, rasio lingkar pinggang panggul, rasio lingkar pinggang tinggi badan, tebal lemak
bawah kulit (trisep), persen lemak tubuh, persen lemak visceral sesuai prosedur pengukuran
yang telah dijelaskan oleh dosen.
4. Mahasiswa mengukur ukuran antropometri teman sekelompoknya dan menulis hasil
pengukuran tersebut sesuai table di buku panduan.

a) Lingkar pinggang

b) Lingkar pinggul

c) Tinggi badan

d) Persen lemak tubuh

e) Lemak visceral

f) RLPTB

g) TLBK

h) RLPP
F. Hasil Praktikum
NO PENGUKURAN
FIRMAN AKBAR ARGA ARVIN
ANTROPOMETRI
1 Lingkar Pinggang (cm)
73 85 83 85
2 Lingkar Pinggul (cm)
90 95 93 103
3 Tinggi Badan (cm)
168,7 165,5 168,8 154,9
4 Persen Lemak
17,9 24,4 19,9 21,7
Tubuh (%)
5 Lemak Visceral (%)
4 13 5,5 11,5
6 RLPTB
0,43 0,51 0,45 0,54
7 TLBK trisep
8 12 7 12
8 RLPP
0,81 0,89 0,89 0,82

G. Pembahasan

a) Lingkar pinggang
Lingkar pinggang adalah ukuran antropometri yang dapat digunakan untuk menentukan
obesitas sentral, dan kriteria untuk Asia Pasifik yaitu ≥ 90 cm untuk pria, dan ≥80 cm untuk
wanita. Lingkar pinggang dikatakan sebagai indeks yang berguna untuk menentukan obesitas
sentral dan komplikasi metabolik yang terkait. Lingkar pinggang berkorelasi kuat dengan obesitas
sentral dan risiko kardiovaskular. Lingkar pinggang terbukti dapat mendeteksi obesitas sentral dan
sindroma metabolik dengan ketepatan yang cukup tinggi dibandingkan indeks massa tubuh (IMT)
dan lingkar panggul. Bila lingkar pinggang dan kadar trigliserida untuk mendeteksi sindroma
metabolik, ditemukan lingkar pinggang ≥ 90 cm dikombinasikan dengan kadar trigliserida
plasma puasa >150 mg/dl dapat mendeteksi penderita sindroma metabolik. Hal ini membuktikan
bahwa pemeriksaan lingkar pinggang dapat digunakan sebagai pemeriksaan uji saring yang
mudah, murah dan berguna untuk mendeteksi sindroma metabolic (Karina, 2010).
Dari praktikum yang sudah dilakukan didapatkan hasil yaitu pada firman 73 cm, akbar 85 cm,
arga 83 cm, dan arvin 85 cm. Hasil pengukuran tersebut menunjukan bahwa baik pada firman
akbar arga dan arvin memiliki lingkar pinggar yang normal karena masih dibawah batas.

b) Lingkar panggul

Pengukuran lingkar panggul sangat diperlukan untuk menghitung rasio lingkar


pinggang panggul. Hasil dari perhitungan rasio lingkar pinggang panggul itu nantinya akan
digunakan sebagai acuan apakah seseorang mengalami obesitas ataukah tidak.

Hasil pengukuran dari praktikum yangsudah dilakukan didapatkan yaitu pada firman 90,
akbar 95, arga 93, dan arvin 103.

c) Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan


Rasio lingkar pinggang-tinggi badan (RLPTB) diukur dengan membandingkan
pengukuran lingkar pinggang (cm) dan tinggi badan (cm). Kategori RLPTB ada 2 (dua) yaitu
: RLPTB besar dan RLPTB kecil. Nilai besar diartikan memiliki deposit lemak yang tinggi.
Nilai yang ditetapkan untuk RLPTB besar adalah ≥ 0,5, sedangkan untuk RLPTB kecil adalah
< 0,5. Nilai 0,5 adalah nilai batas yang digunakan untuk menunjukkan risiko masalah
kesehatan terkait dengan kadar lemak dalam tubuh. Rumusnya yaitu :

RLPTB =
Dari rumus tersebut didapatkan hasil pengukuran rasio lingkar pinggang tinggi
badan pada responden sebagai berikut :
1. Firman
RLPTB = 73/168,7
= 0.43 cm
2. Akbar
RLPTB = 85/165,5
= 0.51 cm
3. Arga
RLPTB = 83/168,8
= 0.49 cm
4. Arvin
RLPTB = 85/154,9
= 0.54 cm

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa akbar dan arvin
termasuk dalam kategori RLPTB besar karena melebihi 0,5. Sedangkan firman dan arga
termasuk dalam kategori RLPTB kecil karena kurang dari 0,5.

d) Rasio lingkar panggul

Pengukuran RLPP dihitung dengan rumus lingkar pinggang (cm) dibagi dengan lingkar
panggul (cm). Skala pengukurannya adalah rasio. Lingkar pinggang diukur dari titik
tengah antara tulang rusuk terbawah dan tepi tulang panggul bagian atas melewati pusar,
sedangkan lingkar panggul diukur dari lingkar panggul terlebar. Pengukuran panggul
adalah diameter terbesar tubuh di bawah pinggang. Kategori RLPP adalah > 0,8 pada
wanita dan > 0,9 pada pria dijadikan sebagai patokan obesitas abdomen; semakin tinggi
nilainya, semakin tinggi tingkat risikonya.
Rumus RLPP :

RLPP = Lingkar Pinggang : Lingkar Panggul


Hasil Perhitungan
1. Firman
RLPP = 73/90
= 0.81 cm
2. Akbar
RLPP= 85/95
= 0.89 cm
3. Arga
RLPP = 83/93
= 0.89 cm
4. Arvin
RLPP = 85/103
= 0.82 cm

Berdasarkan hasil pengukuran tersebut didapatkan bahwa baik pada firman,


akbar, arga, maupun arvin masih memiliki tingkat resiko yang rendah untuk obesitas
abdomen karena nilai tinggi resiko pada pria > 0.9 cm.
e) TLBK
Pengukuran TLBK melalui bicep, tricep, subilliac, dan subscapular menggunakan
pengukuran yang asli yaitu tanpa baju atau bisa juga baju yang dikenakan pada saat
melakukan pengukuran dengan baju yang tipis sehingga bisa dilakukan pengukuran
dengan mudah, dan juga dengan melakukan pengukuran di ruangan tertutup, karena itu
dilakukan dengan tanpa baju atau baju yang tipis, hasil pengukurannya digunakan untuk
menghitung presentase lemak tubuh.
f) Visceral fat
Kategori TLBK :

Dari hasil pengukuran praktikum yang sudah dilakukan didapatkan data bahwa
pada firman 8, akbar 12, arga 7, dan arvin 12. Hal ini menunjukan bahwa firman dan
arga berada pada lean-ideal. Selanjutnya pada akbar dan arvin berada di kategori ideal-
average.

Kategori Persen Lemak Tubuh :

Kategori Visceral Fat :

Komposisi lemak dalam tubuh manusia dapat diukur dengan berbagai cara. Salah
satu cara termudah untuk mengukur presentase lemak tubuh seseorang adalah dengan
menggunakan alat Bioelectrical Impedance Analysis (BIA). Metode ini digunakan untuk
memprediksi total lemak tubuh dengan mengalirkan teknik arus listrik lemah melewati
tubuh. Lemak adalah konduktor yang lemah sehingga arus listrik dapat melewatinya.
Penggunaan BIA relatif aman karena menggunakan arus listrik dengan frekuensi rendah.
Alat ini memperkirakan lemak tubuh dengan mengukur cairan tubuh, otot serta skeletal
yang dialiri arus listrik dan resistensinya dihitung terhadap arus. Resistensi itulah yang
diasumsikan sebagai persen lemak tubuh. Sesuai dengan alat Bioelectrical Impedance
Analysis (BIA) maka pada pria dikatakan lemak tubuhnya berlebih jika melebihi 20% dan
pada wanita jika melebihi 30%. (Effendy et al., 2018).
Dari hasil pengukuran praktikum yang sudah dilakukan didapatkan hasil lemak
total tubuh yaitu pada firman 17,9%, akbar 24,4%, arga 19,9%, dan arvin 21,1%. Hasil
tersebut menunjukan bahwa firman dan arga berada di kategori normal dalam range 10%-
19.9% untuk akbar dan arvin ada di kategori high dengan range 20%-24.9%.

Dari hasil pengukuran praktikum yang sudah dilakukan juga didapatkan hasil
persentase visceral fat yaitu pada firman 4%, akbar 13%, arga 5,5%, dan arvin 11,5%. Hal
ini menunjukan bahwa firman dan arga berada di kategori normal dalam range 1-9 untuk
akbar dan arvin ada di kategori high dengan range 10-14.

H. Pertanyaan

1. Apa kelebihan dan kekurangan BIA?

Kelebihan BIA:

Non-Invasif: BIA adalah metode non-invasif, yang berarti tidak memerlukan jarum atau
prosedur yang merusak kulit. Ini membuatnya nyaman dan aman untuk digunakan oleh
individu yang tidak ingin menjalani tes yang lebih invasif.

Mudah Digunakan: Alat BIA portabel dan mudah digunakan. Biasanya, individu hanya
perlu berbaring atau berdiri pada alat tersebut, dan pengukuran dapat segera dilakukan.

Sederhana dan Cepat: Proses pengukuran BIA relatif cepat, biasanya hanya memakan
waktu beberapa menit. Hasilnya juga dapat diperoleh dengan cepat.

Cocok untuk Pengukuran Berkala: BIA cocok untuk pengukuran berkala dan pemantauan
perubahan komposisi tubuh dari waktu ke waktu. Ini bisa berguna dalam pemantauan
progres kebugaran atau manajemen berat badan.

Biaya Terjangkau: Alat BIA dapat tersedia dengan harga yang terjangkau, dan beberapa
fasilitas kesehatan atau pusat kebugaran bahkan menyediakan pengukuran BIA gratis.
Kekurangan BIA:

Akurasi Terbatas: Tingkat akurasi BIA dapat bervariasi tergantung pada faktor-faktor
seperti jenis alat yang digunakan, tingkat hidrasi tubuh, dan kepatuhan individu terhadap
instruksi. Hasilnya dapat menjadi perkiraan dan cenderung kurang akurat dibandingkan
metode laboratorium yang lebih canggih.

Pengaruh Faktor Eksternal: BIA dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti konsumsi
makanan dan minuman, olahraga, dan tingkat hidrasi tubuh. Oleh karena itu, untuk hasil
yang lebih akurat, dianjurkan untuk menjalani pengukuran pada kondisi yang konsisten.

Tidak Cocok untuk Semua Orang: BIA mungkin tidak cocok untuk individu dengan
kondisi kesehatan tertentu, seperti pasien dengan kondisi jantung yang serius atau
perangkat medis dalam tubuh mereka, seperti pacemaker.

Variabilitas Antar Alat: Hasil BIA dapat bervariasi antara berbagai jenis alat BIA yang
berbeda. Alat yang lebih canggih dengan teknologi yang lebih baik mungkin memiliki
tingkat akurasi yang lebih baik.

Hanya Mengukur Komposisi Tubuh Secara Keseluruhan: BIA mengukur komposisi


tubuh secara keseluruhan dan tidak memberikan informasi rinci tentang distribusi lemak
atau otot dalam tubuh. Metode lain seperti DXA (Dual-Energy X-ray Absorptiometry)
dapat memberikan informasi yang lebih terperinci.

2. Apakah kelebihan dan kekurangan alat skinfold caliper?

Kelebihan alat skinfold caliper:

Relatif Terjangkau: Skinfold caliper adalah alat yang relatif terjangkau dan tersedia secara
luas. Ini membuatnya lebih mudah diakses oleh profesional kesehatan dan pengguna
rumahan.

Portabel: Alat ini biasanya kecil dan portabel, sehingga mudah dibawa ke berbagai tempat
dan digunakan dalam berbagai situasi.

Non-invasif: Penggunaan skinfold caliper adalah prosedur non-invasif, yang berarti tidak
memerlukan jarum atau prosedur yang merusak kulit. Ini membuatnya lebih nyaman bagi
individu yang tidak ingin menjalani tes yang lebih invasif.

Cocok untuk Pengukuran Berulang: Skinfold caliper dapat digunakan untuk pengukuran
berulang dari waktu ke waktu, sehingga berguna dalam memantau perubahan komposisi
tubuh, seperti saat berusaha menurunkan berat badan atau mengembangkan massa otot.

Penilaian Lokal: Alat ini dapat digunakan untuk mengukur lipatan kulit di berbagai area
tubuh, sehingga memungkinkan penilaian lokal. Ini dapat membantu dalam pemahaman
lebih lanjut tentang distribusi lemak tubuh.

Kekurangan alat skinfold caliper:

Akurasi Bergantung pada Operator: Tingkat akurasi pengukuran dengan skinfold caliper
sangat tergantung pada keahlian dan pengalaman operator. Kesalahan dalam mengukur
lipatan kulit dapat mengarah pada estimasi persentase lemak tubuh yang tidak akurat.

Variabilitas Antar Operator: Hasil pengukuran dapat bervariasi antara berbagai operator
yang berbeda. Hal ini karena penggunaan yang konsisten dari teknik pengukuran dan
lokasi yang tepat untuk mengukur lipatan kulit memerlukan pelatihan yang baik.

Tidak Cocok untuk Semua Orang: Skinfold caliper mungkin tidak cocok untuk individu
dengan beberapa kondisi kesehatan tertentu atau orang yang memiliki lipatan kulit yang
sangat tipis atau sangat tebal. Hasil yang tidak akurat dapat diperoleh dalam kasus-kasus
ini.

Tidak Mengukur Lemak dalam Tubuh: Skinfold caliper hanya mengukur lipatan kulit di
permukaan tubuh dan mengestimasi persentase lemak tubuh secara keseluruhan. Ini tidak
memberikan informasi tentang distribusi lemak di dalam tubuh.

Keterbatasan Estimasi: Estimasi persentase lemak tubuh yang dihasilkan oleh skinfold
caliper adalah perkiraan dan memiliki tingkat kesalahan yang mungkin. Metode
laboratorium yang lebih canggih seperti DEXA atau hydrostatic weighing cenderung lebih
akurat.

3. Sebutkan 3 pengukuran antropometri untuk melihat deposit lemak sentral?


 Pengukuran Lingkar Pinggang : Pengukuran lingkar pinggang adalah salah satu cara
yang paling umum digunakan untuk menilai deposit lemak sentral. Untuk
mengukurnya, gunakan pita pengukur lingkar pinggang dan letakkan di sekitar bagian
tengah pinggang, sekitar satu inci di atas tulang pinggang. Hasil yang lebih tinggi dari
ambang batas tertentu dapat menunjukkan akumulasi lemak di daerah perut.
 Rasio Lingkar Pinggang-Panggul : Rasio pinggang-panggul adalah perbandingan
antara lingkar pinggang dan lingkar panggul. Pengukuran ini memberikan gambaran
tentang distribusi lemak tubuh. Cara mengukurnya adalah dengan mengukur lingkar
pinggang dan lingkar panggul, lalu membagi lingkar pinggang dengan lingkar
panggul. Rasio yang lebih tinggi dapat menunjukkan akumulasi lemak di daerah
pinggang.
 Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan : Rasio lingkar pinggang tinggi badan adalah
perbandingan antara lingkar pinggang dan tinggi badan seseorang. Pengukuran ini
memberikan indikasi apakah seseorang memiliki deposit lemak sentral yang
berlebihan. Untuk mengukurnya, pertama-tama ukur lingkar pinggang dan tinggi
badan, lalu bagi lingkar pinggang dengan tinggi badan. Rasio yang tinggi dapat
menunjukkan risiko obesitas sentral.
4. Jelaskan kaitan lemak visceral dengan sindroma metabolic!

Lemak visceral adalah jenis lemak yang terakumulasi di dalam rongga perut, terutama
di sekitar organ-organ dalam seperti jantung, hati, dan ginjal. Ini berbeda dengan lemak
subkutan, yang terletak di bawah kulit. Lemak visceral memiliki kaitan yang erat dengan
sindrom metabolik, yang merupakan kumpulan faktor risiko yang meningkatkan risiko
seseorang untuk penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan masalah kesehatan lainnya. Berikut
adalah penjelasan kaitan antara lemak visceral dan sindrom metabolik:

1. Resistensi Insulin: Lemak visceral telah terkait dengan resistensi insulin, yang merupakan
kondisi di mana sel-sel tubuh tidak merespons dengan baik terhadap insulin. Ketika resistensi
insulin terjadi, tubuh memproduksi lebih banyak insulin untuk mencoba mengendalikan
kadar glukosa dalam darah. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah, yang
merupakan karakteristik diabetes tipe 2, yang merupakan salah satu komponen sindrom
metabolik.

2. Peradangan: Lemak visceral memiliki kemampuan untuk memproduksi senyawa inflamasi


(sitokin dan adipokinin) yang dapat memicu peradangan sistemik dalam tubuh. Peradangan
ini, yang disebut juga inflamasi metabolik, terlibat dalam perkembangan banyak komponen
sindrom metabolik, termasuk resistensi insulin, penyakit jantung, dan penyakit vaskular.

3. Kadar Lipida Darah yang Tidak Sehat: Lemak visceral juga telah terkait dengan
peningkatan kadar trigliserida (jenis lemak dalam darah) dan penurunan kadar kolesterol
HDL (kolesterol baik). Kondisi ini, yang dikenal sebagai dislipidemia, adalah karakteristik
dari sindrom metabolik.
4. Penyakit Jantung: Lemak visceral yang berlebihan telah terkait dengan peningkatan risiko
penyakit jantung koroner. Ini bisa terjadi melalui berbagai mekanisme, termasuk pengaruh
lemak visceral terhadap resistensi insulin, peradangan, dan ketidakseimbangan lipid dalam
darah.

5. Hipertensi: Orang dengan lemak visceral yang lebih banyak cenderung memiliki tekanan
darah yang lebih tinggi. Hipertensi adalah salah satu komponen sindrom metabolik.

6. Gangguan Metabolisme Glukosa: Lemak visceral yang berlebihan dapat mempengaruhi


cara tubuh mengatur glukosa (gula darah). Ini bisa menyebabkan peningkatan risiko diabetes
tipe 2, yang merupakan salah satu komponen sindrom metabolik.

7. Penumpukan Lemak di Organ Vital: Lemak visceral dapat menumpuk di organ vital seperti
hati, yang dapat mengganggu fungsi organ tersebut. Ini bisa menyebabkan masalah hati
seperti non-alkoholik steatohepatitis (NASH), yang juga berkaitan dengan sindrom
metabolik.

Kesimpulannya, lemak visceral memiliki kaitan yang kuat dengan sindrom metabolik karena
berbagai mekanisme patofisiologis yang terlibat. Oleh karena itu, penting untuk mengelola
dan mengurangi lemak visceral melalui gaya hidup sehat, termasuk diet seimbang dan
olahraga teratur, untuk mengurangi risiko penyakit terkait sindrom metabolik. Pemeriksaan
kesehatan rutin juga dianjurkan untuk memantau komponen-komponen sindrom metabolik
seperti tekanan darah, kadar gula darah, dan lipid darah.

5. Bagaimana hasil pengukuran body fat pada anggota kelompokmu? Jelaskan!

Dari hasil pengukuran praktikum yang sudah dilakukan didapatkan hasil lemak total tubuh
yaitu pada firman 17,9%, akbar 24,4%, arga 19,9%, dan arvin 21,1%. Hasil tersebut
menunjukan bahwa firman dan arga berada di kategori normal dalam range 10%-19.9%
untuk akbar dan arvin ada di kategori high dengan range 20%-24.9%.

6. Bagaimana hasil pengukuran tebal lemak bawah kulit bagian trisep dari anggota
kelompokmu? Berapa persen yang tergolong lebih ?

Dari hasil pengukuran praktikum yang sudah dilakukan didapatkan data bahwa pada firman
8, akbar 12, arga 7, dan arvin 12. Hal ini menunjukan bahwa firman dan arga berada pada
lean-ideal. Selanjutnya pada akbar dan arvin berada di kategori ideal-average.
I. Kesimpulan

Hasil pengukuran antropometri ini dapat memberikan gambaran tentang kesehatan


fisik individu. Pengukuran seperti lingkar pinggang dan rasio pinggang-panggul dapat
digunakan untuk mengidentifikasi risiko kesehatan terkait akumulasi lemak sentral, yang
dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes, dan masalah kesehatan lainnya.
Praktikum antropometri yang berulang dapat digunakan untuk memantau perubahan
dalam komposisi tubuh seseorang seiring waktu. Ini dapat membantu dalam mengevaluasi
efektivitas program perawatan atau gaya hidup yang diadopsi. Penting untuk menjalankan
praktikum antropometri dengan teliti dan konsisten untuk mendapatkan hasil yang akurat.
Kesalahan dalam pengukuran dapat mengarah pada interpretasi yang salah. Hasil praktikum
antropometri sebaiknya digunakan sebagai alat pendukung dalam penilaian kesehatan. Jika
ditemukan hasil yang mencemaskan atau jika ada perubahan yang signifikan dalam
komposisi tubuh, disarankan untuk berkonsultasi dengan profesional medis atau ahli gizi
yang berkualifikasi.
J. Daftar Pustaka

Almatsier, Sunita. (2011). Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama
Bridger R.S. 1995. Introduction to Ergonomi. Singapore: Mc. Graw – Hill Internationa
Pulat, B.M. 1992. Fundamentals of Industrial Ergonomics. New Yersey, USA: Hall
International, Englewoods Cliffs.
Tayyari, F. and Smith, J. L. 1997. Occupational Ergonomics Principles and Applications. New
York: Chapment & Hall.
Sanders, M.S. and McCormic, E.J. 1987. Human Factors in Engineering and Design. USA:
McGraw Hill-Book Company.

Ashwell, Margaret. 2011. Charts Based on Body Mass Index and Waist-to-Height
Ratio to Assess the Health Risks of Obesity: A Review. The Open
Obesity Journal, 2011, 3, 78-84

Ellis KJ. Human Body Composition : In Vivo Methods Cadaver Studies.


2000;80
(2):p.
649–80. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10747204.
Supariasa, dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

Supariasa, dkk. 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

Markum A.H. (1991). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : FKUI

https://pak.uii.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/Buku-antropometri.pdf

Anda mungkin juga menyukai