Zainun Nasikah - Ta'aruf Cinta
Zainun Nasikah - Ta'aruf Cinta
Di sebuah kamar berukuran 3 X 3 meter dua orang gadis duduk berhadapan di atas
ranjang tempat tidur. Mereka adalah dua sahabat dekat yang lama tak bersua karena
“Aku sangat bersyukur dan senang sekali karena kamu berkenan meluangkan waktu
liburmu untuk mengunjungi rumah ini lagi” ucap Sarah, gadis yang memakai gamis polos
merah marun yang dipadukan dengan kerudung saleem produk Alwa Hijab. Dia terlihat
pucat, meski demikian aura ketenangan dan keteduhan tetap terpancar dari matanya. Dia tetap
“Iya Rah, sebegitu kejamnya ya kampusku sampai berhasil membuat kita jarang
berkomunikasi” ucap Laras bercanda. Sahabatnya itu juga terlihat anggun dengan gamis
Sarah tersenyum. “Alhamdulillah, aku juga suka nulis di buku itu” jawab Sarah
Laras mengikuti Sarah menoleh ke arah meja itu. Dia mendapati sebuah buku diary -
bercover biru bergambar seorang muslimah - di atas meja yang dikelilingi beberapa tablet
“Tulisan di buku itu belum sempat aku share di blog Ras, kalah dengan keadaan.
Sebagai pembaca setia tulisanku, kamu boleh membawa buku itu. Dan aku minta tolong, usai
kamu menamatkan buku itu, kamu harus meminta sepupumu membacanya, dia wajib
***
Sudah menjadi kebiasaan di tempat pariwisata, jika hari libur pasti dipadati oleh
pengunjung. Di pantai Gemah misalnya, pantai yang mudah dijamah – karena jalan menuju
ke sana tidak terlalu ekstrem – ini berhasil menarik minat banyak orang dari anak-anak
Banyak orang berarti juga terdapat banyak kegiatan yang dilakukan. Ada yang
bermain di pantai untuk membuat mainan dari pasir, ada yang berenang dan bermain dengan
air lautnya, ada yang fokus mengendarai mobil ATV nya, ada yang bahagia dengan lagu yang
dilantunkannya di hadapan para sahabat yang jarang bersua (reuni), ada juga yang hanya
duduk mengobrol sambil memandangi hamparan samudra, serta – tentu saja - tidak sedikit
“Aku tidak bisa membayangkan jika pada saat ini terjadi tsunami”. Kayla tersenyum
menatap samudra dan orang-orang di sekitarnya. “Pastinya tidak ada lagi wajah-wajah
bahagia itu”. Kayla diam sebentar. “Duh dunia, pesonamu benar-benar hanya sebagai
gurauan”.
“Tidak ada yang lebih menyedihkan jika hal itu terjadi daripada mereka melupakan
“Tidak selamanya bahagia itu baik. Kadang, kesedihan yang diiringi dengan
mengingat-Nya jauh lebih baik daripada kebahagiaan yang membuatnya lupa pada sang
“Mungkin kita bisa merenungi apa yang pernah diucapkan oleh khalifah Umar bin
Khattab, aku tidak peduli atas susah atau senangku, karena aku tak tahu manakah di antara
Kayla, Hamzah, Fara, dan Hani duduk di atas tikar yang digelar di pantai, 20 meter
dari tepi air laut. Mereka duduk sambil memandangi hamparan samudra. Ketiga gadis itu
memakai gamis dan kerudung polos yang sewarna. Biru elektrik untuk Kayla, mint untuk
Fara, dan orange muda untuk Hani. Itulah mereka yang berusaha istiqomah, pantai tidak akan
menghalangi mereka untuk berpakaian syari. Adapun Hamzah terlihat cool dengan celana
“Haduh, ke mana ini arah pembicaraannya?” Hani menepok jidatnya. Dia pun
langsung berdiri dan mengambil tas ransel yang tergeletak di belakang mereka. “Menikmati
Dua kotak berisi makanan ringan yang berada di dalam tas itu pun dikeluarkan oleh
“Mas Hamzah beneran kan sama mbak Kayla?” tidak mau menunggu lama, Hani
Senyum itu langsung memudar. Mereka bertiga tampak kecewa. Apalagi Fara, dia
tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Kedua keluarga telah mempersiapkan acara pra
pernikahan sampai ke pernikahan itu, tapi kenapa kakaknya baru mengajukan syarat saat ini?
“Moment spesial ini harus benar-benar sesuai syariat Islam” lanjut Hamzah.
Fara dan Hani menghembuskan nafas lega. Ternyata bukan syarat yang sulit. “Yaelah,
Mas. Kaya gini kurang syari bagaimana? Kalau aku sama Fara gak ikut ke sini, itu baru bisa
disebut khalwat yang dilarang agama” kata Hani dengan perasaan lega campur kesal.
Hamzah menatap Kayla, tersenyum. Pertanyaan itu tidak menyatakan apa yang
kemaslahatan bagi umat manusia dan makhluk lainnya. Inilah mengapa dia pantas
menyandang gelar rahmatan lil’alamiin. Tidak ada masalah hidup yang tidak diatur oleh
Islam. Aturan dan ajarannya begitu mulia, siapa pun yang mengamalkan ajarannya tidak akan
rugi, insya Allah, bahkan mereka akan memberikan manfaat bagi sekitarnya” jelas Hamzah.
Kayla mengangguk.
“Menikah misalnya, ini adalah awal dari perjalanan panjang untuk mengarungi
kehidupan bersama belahan jiwa, dan aku ingin kehidupan itu berkah dan selalu mendapat
ridho-Nya. Karena itu, aku sangat berharap kalau walimatul ‘ursy nanti jangan sampai
membuat kita meninggalkan kewajiban kita, seperti yang kadang kita lihat bahwa
pengantinnya didandani dari qobla Dhuhur sampai menjelang Ashar. Itu jangan sampai
terjadi, dan jangan sampai ada orang yang sampai meninggalkan shalat karena sibuk dengan
hajat kita. Aku takut itu akan mengurangi keberkahan rumah tangga kita”.
“Aku juga ingin segala macam yang tidak ada ajaran Islam ditiadakan, serta acara kita
jangan sampai membuat orang lain merasa rugi atau merasa terpaksa menghadiri walimah
kita. Mungkin dalam undangan perlu ditambahkan catatan bahwa kita tidak menerima
apapun. Kalaupun tetap ada orang yang ikhlas memberikan untuk kita, ya kita terima”
Hamzah mengiringi senyum pada kata terakhirnya. “Yang terpenting kita sudah berusaha
“Tidak hanya orang kaya yang bisa melakukannya. Dengan niat lillah kita yakin pasti
bisa. Sederhana saja, dan semoga yang sederhana ini diridhoi-Nya. Karena hakikat walimatul
‘ursy bukan untuk berpesta melainkan sebagai rasa syukur dan sekaligus untuk
“Ide yang cerdas” ucap Kayla sepemikiran dengan Hamzah. “Alhamdulillah, satu
urusan dunia. Aku adalah wanita yang selalu berusaha menjadi lebih baik dari kemarin dalam
hal dunia dan akhirat. Adalah sebuah kebahagiaan ketika Dia menghadirkan seorang ikhwan
yang akan membimbing aku dalam memperbaiki diri untuk menjalankan tugas sebagai
“Aku pun sama, tidak sepandai dan secerdas yang kamu bayangkan. Tapi aku
bersyukur karena dipertemukan dengan seorang akhwat yang bersedia belajar bersama dalam
“Mungkin inilah jawabanya kenapa aku dipertemukan dengan wanita istimewa di Bait
Tahfidz Qur’an” lanjut Hamzah diiringi senyum. Kayla cukup kaget dan kecewa mendengar
ucapan tersebut, karena ternyata bukan dirinya wanita yang istimewa di hati Hamzah. Wanita
di Bait Tahfidz Qur’an? Pasti hebat hafalan Qur’annya. Tidak salah kalau memang wanita itu
lebih istimewa dari dirinya. Siapalah dia, dia hanyalah wanita yang belajar menghafal Al-
“Allah mempertemukan kami, menjadikan kami saling mengenal dan mengerti, untuk
kemudian memisahkan kami. Mungkin Hamzah dan Kayla lah pemeran utama dalam drama
ini” ucap Hamzah diselingi canda untuk menghapus sedihnya, “Wanita istimewa itu hanya
pemain figuran yang dikirimkan sebentar untuk membimbingku supaya aku bisa
membimbing seorang muslimah di hadapanku saat ini sampai ke surga. Indah sekali bukan
skenario-Nya?”
Pipi Kayla pun memerah oleh kalimat Hamzah yang tampak tulus dari hatinya.
Hamzah mengambil sesuatu dari dalam tas yang tergeletak di antara dirinya dan Fara.
“Ini adalah buku dari sepupuku. Wanita itu membimbingku melalui buku ini” Hamzah
memperlihatkan buku diary bercover biru kepada Kayla. “Seperti buku diary biasanya, ada
sedikit kisahnya, namun yang paling banyak ditulis adalah materi keislaman, dan apa yang
aku katakan tadi sebagiannya terinspirasi dari tulisan itu”. Hamzah memberikan buku itu
pada Kayla sambil berujar, “Sangat cocok dibaca oleh kita yang mengaku ingin memperbaiki
Kayla menerimanya tampak ragu. Ia pandangi cover buku itu. Kosong, tidak ada
nama pemiliknya. Lalu siapa wanita yang dimaksud? Ada banyak pertanyaan yang melintas
di kepala Kayla. Kenapa Hamzah batal menikah dengan dia? Apakah dirinya yang
menyebabkan batalnya pernikahan itu? Tidak mungkin! Saat mengenal Hamzah, semuanya
memberikan kesaksian bahwa Hamzah masih single. Lalu sebenarnya apa yang terjadi?
rugi orang yang mencintai ke-sebentar-an itu. Mengapa memilih mencintai dunia yang penuh
fatamorgana daripada mencintai Allah yang kekal? Mengapa memilih memiliki cinta palsu
daripada cinta yang hakiki? Pelajaran ini aku temui di tulisan terakhirnya. Bacalah Kayla,
kamu akan menemukan jawaban atas pertanyaanmu pada tulisan itu” ucap Hamzah paham
Kayla membuka buku itu dengan jempolnya di tepi, lembaran demi lembaran
bergerak cepat hingga sampai di tulisan terakhir pada lembar ke 5 dari belakang.
Mas Hamzah, cinta adalah anugrah terindah dari Yang Maha Indah. Kita harus berusaha
untuk tidak menggunakannya secara berlebih pada pernak-pernik dunia yang hanya
sementara ini. Percayalah, anugrah itu akan lebih indah jika diberikan kepada Sang Maha
Pemberi cinta itu sendiri. Lewat tulisan ini, aku minta maaf jika nanti aku tidak bisa
bersamamu. Bukan karena aku tidak mencintaimu. Aku mencintaimu, tapi aku berusaha
untuk lebih mencintai Tuhanku. Salahkah kalau aku lebih mencintai Dia yang menumbuhkan
perasaan cinta ini padamu? Maaf jika aku banyak salah, dan maaf jika kenyataannya diri ini
ingin bertemu dengan Yang Maha Indah terlebih dahulu daripada dipertemukan denganmu di
pelaminan yang indah. Salam, Sarah.
Kayla tampak sedih usai membacanya. “Innalillahi wa inna ilaihi raaji’uun. Terima
kasih mbak Sarah, semoga tulisan ini bisa menjadi amal jariah mbak Sarah di sana”.
Semua mengamini lirih.
BIODATA PENULIS