Anda di halaman 1dari 10

PSIAP Optimalkan Pelayanan dan Pengawasan Perpajakan

Tuesday

11 July 2023

1:10 PM
Jakarta, 11/07/2023 Kemenkeu – Hampir seluruh negara di dunia menerapkan sistem perpajakan
untuk membiayai pembangunan dan memajukan kesejahteraan masyarakat. Selain sebagai sumber
utama pendapatan, pajak juga menjadi alat untuk mengurangi kesenjangan ekonomi dan
kemiskinan, serta berfungsi sebagai regulasi ekonomi yang mempengaruhi perilaku para pelaku
ekonomi.

Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Pengawasan Pajak Nufransa Wira Sakti menggarisbawahi
bahwa pajak sangat strategis bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Di Indonesia, pajak menjadi
sumber pendapatan utama. Hingga akhir Mei 2023, penerimaan pajak tercatat mencapai Rp830,3
triliun atau sekitar 48 persen dari target APBN.

Nufransa optimistis, target penerimaan pajak 2023 dan tahun mendatang akan tercapai meskipun
kemungkinan akan terjadi peningkatan target penerimaan pajak pada tahun 2024. Optimisme itu
dikarenakan DJP memiliki berbagai program strategis di tahun depan, salah satunya yakni
implementasi core tax system atau yang juga dikenal dengan Pembaruan Sistem Inti Administrasi
Perpajakan (PSIAP).

Dalam hal ini, DJP telah melaksanakan berbagai agenda reformasi perpajakan, di antaranya
reformasi di bidang organisasi, sumber daya manusia, serta di bidang sistem informasi perpajakan.
Reformasi perpajakan juga dipercaya semakin melindungi kalangan masyarakat bawah seperti
pegiat UMKM. PSIAP adalah bagian dari reformasi perpajakan tersebut. Adapun Reformasi
perpajakan bertujuan untuk meningkatkan rasa keadilan diantara wajib pajak, sehingga yang
mendapatkan manfaat ekonomi lebih tinggi diharuskan memberikan kontribusi melalui pajak lebih
banyak.

DJP menargetkan, PSIAP mulai diimplementasikan secara nasional pada Mei 2024. Nufransa
menuturkan, saat ini DJP tengah melakukan pelatihan kepada master trainer, yaitu para calon
trainer yang nanti akan disebar ke seluruh Indonesia untuk melatih second trainer. Kemudian,
second trainer ini yang akan melatih seluruh pegawai DJP.

“Sebelum dimulai secara nasional, PSIAP akan diujicobakan di tiga Kanwil DJP. Nanti kita akan
coba dan juga evaluasi. Mudah-mudahan bulan Mei 2024 sudah ready dijalankan secara nasional,”
ungkap Nufransa.

PSIAP diharapkan mampu mewujudkan sistem informasi administrasi perpajakan yang lebih baik
untuk optimalisasi pelayanan dan pengawasan perpajakan. Dari sisi wajib pajak, PSIAP memberi
manfaat berupa adanya akun wajib pajak pada portal DJP, layanan berkualitas, potensi sengketa
berkurang, dan biaya kepatuhan menjadi rendah. Berbagai layanan digital semakin lengkap dengan
standar pelayanan yang terjaga.
Dari sisi DJP, akan ada berbagai macam aplikasi yang memudahkan pegawai DJP dalam
melakukan pengawasan dan pemeriksaan. Menurut Nufransa, nantinya pengawasan kepada wajib
pajak bisa dilakukan berdasarkan tingkat risikonya. Selain itu, PSIAP juga akan memetakan profil
pegawai berdasarkan kemampuan atau pekerjaan yang telah dilakukannya.

“Hal itu diharapkan bisa meningkatkan kemampuan kita dalam melakukan pengawasan dan
pemeriksaan, tidak lagi berdasarkan senioritas atau pangkat, tetapi berdasarkan kemampuan dan
kapabilitas dari masing-masing pegawai,” tutur Nufransa.

Manfaat lain dari PSIAP adalah sistem yang terintegrasi, pekerjaan manual berkurang, menjadi
lebih produktif, dan adanya peningkatan kapabilitas pegawai. Bagi organisasi DJP secara
keseluruhan, kehadiran PSIAP diyakini akan meningkatkan akuntabilitas, kredibilitas,
kepercayaan publik, kepatuhan pajak, kinerja penerimaan, serta dapat menyajikan data perpajakan
yang real time dan valid.

Nufransa percaya, kepatuhan masyarakat untuk membayar pajak akan meningkat seiring makin
baiknya pelayanan perpajakan. Namun, Nufransa juga berharap masyarakat turut mendukung
upaya tersebut dengan menjauhkan diri dari tindakan tidak terpuji seperti menyuap pegawai DJP.

“PSIAP sangat bisa mempermudah kewajiban perpajakan bagi wajib pajak sehingga akan
mengurangi adanya kontak langsung antara wajib pajak dengan petugas pajak. Kemudian, PSIAP
juga meningkatkan efisiensi waktu dan biaya bagi para wajib pajak ketika ingin melakukan
perpajakannya,” tutur Nufransa.

Ke depannya, masyarakat tidak perlu ke kantor pajak lagi. Semua kewajiban dan informasi
perpajakan dapat dipantau dari genggaman. Menunaikan kewajiban pajak menjadi sangat
mudah dengan berbagai fitur edukasi yang diselipkan di aplikasi PSIAP. Kehadirannya diharapkan
mampu meningkatkan kinerja penerimaan perpajakan dan mendukung pembangunan
negeri. (MK+/feb/hpy)

SUMBER: https://www.kemenkeu.go.id/informasi-publik/publikasi/berita-utama/PSIAP-
Optimalkan-Pengawasan-Perpajakan
DJP Bisa Intip Data Bank, Pengemplang Pajak Siap-siap!
NEWS - Hadijah Alaydrus, CNBC Indonesia
09 August 2023 16:45

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Keuangan memastikan sistem baru core tax system
atau pembaruan sistem inti administrasi perpajakan (PSIAP) akan mampu menutup celah
pengemplang pajak. Sistem mutakhir ini direncanakan akan mulai berjalan pada 1 Mei 2024.

Staf Ahli Bidang Peraturan dan Penegakan Hukum Pajak Iwan Djuniardi menjelaskan selama ini
celah pengemplang pajak berada di sisi pelayanan dan audit. Ke depannya, dengan core tax
system, celah ini bisa ditutup. Pasalnya, semua proses pelayanan sudah tidak lagi dilakukan
secara manual.

"Di core tax system, penerbitan SP 2 sampai pelaporan (SPT) semua ada di sistem, sehingga
kalau mau orang akan dievaluasi...Mulai dari KKP-nya (Kertas Kerja Pemeriksaan) itu bisa di
trace," kata Iwan, Rabu (9/8/2023).

"kalau proses audit sekarang masih ada manual, kalau nanti online. Semua bisa terekam,"
paparnya. Tidak tanggung-tanggung, DJP bahkan bisa lebih mudah mengakses data tabungan
wajib pajak di perbankan.

"Selama ini masih discreet, belum terhubung. Sekarang kita lagi bangun. Kemudian, bukti
potong bank, misalnya PPh pasal 4 ayat 2. Itu kan selama ini bank motong. Selama ini bingung,"
jelas Iwan.

Laporan bukti potong deposito dan simpanan ini akan digunakan untuk data prepopulated SPT
atau SPT yang datanya sudah disajikan langsung. Iwan memastikan pajak tidak akan mengintip
transaksi wajib pajak. Dia menegaskan hal ini dilakukan untuk mempermudah wajib pajak.

Pasalnya, mulai pelaporan SPT pajak tahun 2024, data bukti potong akan dirilis secara
prepopulated. Dengan cara ini, wajib pajak hanya tinggal mengonfirmasi SPT-nya.

Wajib pajak tak lagi repot untuk menghitung dan memasukkan laporan pajak satu per satu.
Semua sudah tersedia di core tax system DJP.

Iwan memastikan tidak ada data transaksi. Data transaksi hanya dimintakan jika ada pemeriksaan
terkait dengan kriminalitas. "Data bukti potong, bukan data transaksi."

Selain itu, dia mengungkapkan bahwa kerahasiaan perbankan akan tetap berjalan. "Tenang aja
perlindungan data pribadi walaupun pajak bisa masuk, kita tetap menghargai hak-hak wajib
pajak," ujar Iwan.

Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/news/20230809141447-4-461472/djp-bisa-intip-data-
bank-pengemplang-pajak-siap-siap
Potensi Penguatan Keadilan bagi Wajib Pajak dengan Teknologi
Melalui PSIAP
Oleh Fathi Khairi Agani2 bulan yang lalu

Pembenahan administrasi perpajakan di Indonesia terus dikerjakan. Pemerintah telah


mengadakan reformasi perpajakan terbaru yang berfokus pada pengembangan sumber daya
manusia dan teknologi informasi. Pembaruan Sistem Informasi Administrasi Perpajakan (PSIAP)
menjadi salah satu langkah dalam reformasi perpajakan jilid ke III. Lantas, bagaimana potensi
penguatan keadilan bagi Wajib Pajak dengan teknologi melalui PSIAP?

Dalam alurnya, pembaruan tersebut sudah berlangsung sejak tahun 2018 dan dapat di-
deploy pada tahun 2023 setelah melalui tahap perencanaan dan percobaan. Penerapan dari sistem
baru ini diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan, mempermudah pengawasan, dan
penegakkan kewajiban para Wajib Pajak sehingga mencegah kerugian negara. Tindakan
penggelapan pajak masih dapat ditemukan, terjadinya penggelapan pajak pun merusak keadilan
bagi Wajib Pajak. Dengan penggelapan pajak, Wajib Pajak dapat mendapatkan keuntungan dari
berkurangnya pajak yang harus diberikan ke negara. Hal tersebut menciptakan kondisi yang
tidak seimbang bagi sesama Wajib Pajak lain yang patuh dalam melaksanakan kewajiban.
Penerapan PSIAP kemudian dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki dan membawa keadilan
bagi Wajib Pajak patuh melalui kemudahan administrasi yang diberikan sistem.
Reformasi sistem informasi ke arah integrasi data kelak hadir melalui PSIAP sebagai salah satu
bagiannya. Kerangka pertama yang mengenalkan pembaruan tersebut dihadirkan oleh Peraturan
Presiden (Perpres) Nomor 40 Tahun 2018 tentang Pembaruan Sistem Administrasi Perpajakan.
PSIAP direncanakan meliputi perubahan teknologi informasi dalam rangka meningkatkan
pelaksanaan tata kelola administrasi perpajakan. Pembaruan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
7 Perpres tersebut akan menghadirkan sistem informasi tepercaya dan andal dalam mengelola
data perpajakan dengan memperhatikan proses bisnis utama.

Selain itu, Pasal 8 ayat (1) dan (2) dari Perpres yang sama menjelaskan lebih lanjut bahwa
pembaruan akan mencakup pengembangan sistem inti administrasi perpajakan yang
memperhatikan integrasi antar sistem, atau dikenal dengan core tax system, dan sistem yang
akan mendukung operasional administrasi. PSIAP direncanakan menjadi proyek pengubahan
proses bisnis administrasi perpajakan dengan sistem informasi berbasis commercial-off-the-
shelf yang diikuti pembenahan basis data perpajakan. Pengembangan sistem yang
mengutamakan integrasi diharapkan membantu peningkatan pengelolaan administrasi perpajakan
sesuai dengan perencanaan dari pembaruan sistem administrasi secara keseluruhan.

Peningkatan sistem administrasi diarahkan untuk memudahkan Direktorat Jenderal Pajak (DJP)
dalam menjalankan pengawasan dan penegakkan kewajiban Wajib Pajak. Administrasi terkait
pengawasan dan penegakkan termasuk ke dalam 21 proses bisnis yang diubah dalam PSIAP. Di
antaranya, adalah pengelolaan data pihak ketiga, pertukaran informasi, compliance risk
management, pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, hingga intelijen.
Perancangan ulang dalam hal-hal tersebut berguna bagi DJP untuk menjalankan kebijakan
perpajakan. DJP diberikan tugas dalam hal penegakkan pemenuhan kewajiban para Wajib Pajak
yang dilihat pada wewenang bagi DJP untuk melaksanakan pemeriksaan, pemeriksaan bukti
permulaan dan penyidikan sesuai yang tertera pada Pasal 29, Pasal 43A, dan Pasal 44 UU Nomor
6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan s.t.d.t.d. UU Harmonisasi
Peraturan Perpajakan. Data dan informasi dibutuhkan sebagai bukti yang mendukung jalannya
pemeriksaan dan penyidikan tersebut. Kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan,
dan/atau bukti menjadi kegiatan pemeriksaan yang berhubungan dengan deteksi kecurangan.

Sebesar 2,7 miliar data instansi pemerintah, lembaga, asosiasi, dan pihak lain (ILAP), transaksi
dari sistem informasi DJP, pertukaran informasi otomatis, data perbankan, dan lainnya akan
ditampung dalam core tax system yang membutuhkan server dan jaringan besar (Mardlo, 2019).
Oleh karena itu, kemudahan yang diberikan oleh PSIAP terkait integrasi manajemen data dan
informasi sejalan dengan kepatuhan tinggi sebagai manfaat. DJP sendiri direncanakan akan
mendapatkan peningkatan kredibilitas, akuntabilitas, peningkatan kinerja, dan kepatuhan yang
tinggi (Direktorat Jenderal Pajak, n.d). Pengawasan dan penegakkan kewajiban Wajib Pajak
yang semakin baik pada akhirnya dapat diwujudkan melalui penerapan PSIAP.
Penegakkan kewajiban Wajib Pajak tersebut diperlukan untuk menjamin keadilan dari
pelaksanaan perpajakan Indonesia. Perpajakan mengenal asas keadilan sebagai hal yang
diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan perpajakan. Keadilan dalam perpajakan memiliki dua
sisi, khususnya pada pajak penghasilan, yang perlu dijalankan. Keadilan horizontal sebagai yang
pertama memberikan perlakuan yang sama bagi Wajib Pajak dengan keadaan yang sama.
Sebaliknya, keadilan vertikal memperlakukan Wajib Pajak secara tidak sama jika memiliki
keadaan yang berbeda (Rosdiana dan Irianto, 2012).

Selain itu, bagi pengusaha kena pajak dalam konteks PPN, keadilan diciptakan dengan
pemungutan tanpa diskriminasi dan menciptakan level-playing-field (Febrianti et.al.. 2021).
Namun, Wajib Pajak yang tidak patuh dapat menggelapkan pajak sehingga tercatat memiliki
keadaan atau pungutan pajak yang lebih rendah. Hal tersebut menyebabkan kewajiban pajak
lebih ringan dibandingkan yang seharusnya dan yang dipenuhi Wajib Pajak yang berkeadaan
sama dan patuh. Keadilan dalam tingkat administrasi kemudian berkurang akibat perlakuan pajak
yang tidak semestinya pada Wajib Pajak yang tidak patuh.
Kemampuan penegakkan kewajiban Wajib Pajak yang didukung dengan integrasi data dapat
membawa keadilan bagi seluruh Wajib Pajak. Peningkatan kemampuan untuk menegakkan
kewajiban Wajib Pajak dengan PSIAP semakin lebih lanjut membawa prinsip keadilan tersebut
ke tingkat pelaksanaan. Perbaikan proses pertukaran informasi dan pengelolaan data dari pihak
ketiga sebagai sumber informasi membantu proses penegakkan kewajiban tersebut. Pengelolaan
informasi dengan memberikan gambaran kemampuan ekonomi dan transaksi sesungguhnya yang
dilakukan setiap Wajib Pajak akan digunakan sebagai dasar pemeriksaan atau penyidikan.
Pengungkapan tindak penggelapan pajak semakin efisien dalam prosesnya dan Wajib Pajak tidak
patuh dapat dikenakan sanksi.

Oleh karenanya, Wajib Pajak akan enggan menggelapkan pajak dan bergerak melaksanakan
kewajiban perpajakan sesuai keadaan sesungguhnya. Wajib Pajak cenderung patuh dengan
anggapan persentase kemungkinan ditemukannya kecurangan melalui pemeriksaan meningkat
(Saputri dan Kamil, 2021). Keadilan, baik horizontal, vertikal, maupun prinsip nondiskriminatif,
dapat berlaku bagi seluruh Wajib Pajak dengan kepatuhan untuk melaksanakan kewajiban sesuai
keadaan sehingga dapat diberikan perlakuan yang sesuai pula.

Penerapan PSIAP mendatangkan perubahan proses bisnis dengan tujuan membawa peningkatan
terhadap pengelolaan administrasi perpajakan Indonesia. PSIAP menjadi kebutuhan administrasi
perpajakan Indonesia dengan diberikannya efisiensi dari tata kelola yang tidak hanya
meningkatkan kemudahan administrasi, tetapi juga keadilan. Hal tersebut diwujudkan dengan
adanya pemutakhiran sistem informasi dan integrasi data yang berperan dalam kegiatan
pengawasan serta penegakkan kewajiban para Wajib Pajak. Keadilan mampu dipertahankan bagi
Wajib Pajak dengan pembaruan tersebut sehingga meningkatkan kualitas administrasi
perpajakan Indonesia.

Sumber: https://www.pajak.com/komunitas/opini-pajak/potensi-penguatan-keadilan-bagi-wajib-
pajak-dengan-teknologi-melalui-psiap/
Sumber: https://news.detik.com/kolom/d-6821267/menyambut-pembaruan-sistem-administrasi-pajak

Menyambut Pembaruan Sistem Administrasi Pajak

Artinita Monowida - detikNews


Jumat, 14 Jul 2023 13:30 WIB

akarta - Berdasarkan APBN tahun 2022 capaian pajak mencapai Rp 1.717,8 triliun dari target sebesar Rp
1.485 triliun. Capaian ini tumbuh sebesar 34,3% dari tahun sebelumnya. Bila kita melihat postur APBN,
pajak menyumbang sekitar kurang lebih 80% dari pendapatan negara sehingga bisa dikatakan bahwa
pajak adalah penopang utama keberlangsungan negara dalam membiayai pengeluarannya.
Mungkin tidak banyak dari kita yang tahu bahwa 14 Juli ditetapkan sebagai Hari Pajak. Pada peringatan
Hari Pajak 2023 ini, banyak hal yang harus dibenahi Direktorat Jenderal Pajak (DJP) selain upaya
memenuhi target penerimaan. Hal utama yang menjadi PR bagi DJP adalah tingkat kepatuhan pajak yang
belum sesuai harapan.

Tiga tahun terakhir, kepatuhan pajak mengalami peningkatan tidak signifikan. Tingkat kepatuhan
penyampaian SPT Tahunan 2020 adalah 78%. Nilai ini naik 84,07% pada 2021, namun menurun sebesar
83,2% untuk penyampaian SPT Tahunan 2022. Walaupun sebenarnya capaian tersebut melebihi target
yang ditetapkan sebesar 80%.

Berbagai upaya terus dilakukan pemerintah untuk meningkatkan rasio kepatuhan kewajiban pajak, antara
lain memperluas basis pemajakan, mengadakan edukasi dan peningkatan pelayanan untuk meningkatkan
kepatuhan wajib pajak secara suka rela. Salah satu upaya DJP adalah membuat sebuah terobosan program
yaitu Pembaruan Sistem Inti Administrasi Perpajakan (PSIAP) sebagai pengimbang pesatnya
perkembangan teknologi digital.

Apa itu PSIAP? PSIAP adalah proyek merancang ulang proses bisnis administrasi perpajakan melalui
pembangunan sistem Informasi yang berbasis COTS (Commercial off the Self) disertai dengan
pembenahan basis data perpajakan sehingga sistem perpajakan menjadi mudah, andal, terintegrasi, akurat,
dan pasti.

Harapannya sistem administrasi perpajakan yang mudah, andal, terintegrasi, akurat, dan pasti akan dapat
mengoptimalisasikan pelayanan dan pengawasan sebagai bagian reformasi perpajakan, serta dapat
meminimalisasi potensi kesalahan (human error) ataupun sengketa hingga mengurangi biaya kepatuhan.

Berkurangnya biaya kepatuhan melalui efisiensi dan kemudahan sistem administrasi perpajakan
diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan pajak secara sukarela. Kepatuhan ini merupakan elemen
penting dalam menunjang keberlangsungan penerimaan negara yang stabil. Semakin stabil atau
meningkat tingkat kepatuhan, semakin stabil atau tinggi pula penerimaan pajak.

Proses Bisnis

Latar belakang dikembangkannya PSIAP adalah teknologi DJP yang usang, ketahanan infrastruktur yang
sudah berkurang, dan belum tercakupnya semua proses bisnis yang terintegrasi dengan baik. Tidak heran
apabila banyak keluhan lambatnya sistem pada saat jatuh tempo pelaporan.

Lebih lanjut, DJP dalam website resminya menjelaskan bahwa proses bisnis yang dikembangkan dalam
program PSIAP ini mencakup 21 proses bisnis antara lain registrasi, pengelolaan SPT, pembayaran,
Taxpayer Relationship Absorption (TAM), Exchange of Information (EoI), layanan Wajib Pajak, dan data
pihak ketiga, serta Data Quality Management (DQM).

PSIAP memberikan manfaat baik untuk internal maupun eksternal. Manfaat bagi Wajib Pajak, nantinya
akan tersedia Akun Wajib Pajak pada Portal DJP yang menjadi pintu utama layanan perpajakan
berkualitas sehingga mengurangi potensi sengketa.

Salah satu contoh, misalkan wajib pajak mengajukan permohonan pemindahbukuan, permohonan ini bisa
dilakukan dan dipantau proses penyelesaian melalui akunnya tanpa harus menghubungi atau berkunjung
ke kantor pajak. Tentunya ini menghemat waktu dan biaya transportasi yang dikeluarkan oleh wajib
pajak. Pihak eksternal lain yang mendapat manfaat adalah stakeholder, di mana program ini menyajikan
informasi yang real time dan valid, serta meningkatkan kualitas tugas dan fungsi DJP.

Bagi pihak internal, yaitu pegawai dan institusi DJP sendiri, dengan terintegrasinya sistem, pekerjaan
yang bersifat manual akan berkurang sehingga produktivitas kinerja pegawai semakin meningkat.
Sedangkan bagi institusi, adanya program PSIAP ini, kredibilitas dan kepercayaan masyarakat kepada
DJP diharapkan akan meningkat.

PSIAP rencananya akan diimplementasikan awal 2024 seiring dengan program NIK menjadi NPWP.
Mengingat tinggal 6 bulan lagi, dan jumlah sumber daya manusia yang tidak sedikit, penting dilakukan
sosialisasi terkait apa itu PSIAP dan proses bisnisnya baik untuk internal maupun eksternal. Hal ini perlu
dilakukan jauh hari, dilaksanakan secara terstruktur dan termonitor dengan baik.

Sosialisasi bisa berupa sosialisasi tatap muka langsung dan pelatihan sistem proses bisnis. Selain itu bisa
pula dilakukan penyebaran informasi dengan memanfaatkan berbagai bentuk media. Kondisi geografis,
sebaran wajib pajak di pelosok Tanah Air, tingkat kemampuan menggunakan teknologi serta sarana
pendukung penggunaan teknologi layanan juga perlu menjadi aspek yang diperhatikan.

Selama ini pengembangan sistem baru bisa dimanfaatkan oleh wajib pajak kota besar dan daerah yang
terjangkau internet. Solusi untuk wilayah yang belum terjangkau bisa dilakukan dengan mengoptimalkan
dan memperbanyak Anjungan Layanan Mandiri (ALM) yang selama ini baru tersedia di tempat layanan
terpadu kantor pajak. Anjungan ini bisa diperluas penempatannya di kantor pemerintah daerah,
institusi/lembaga ataupun tempat strategis lain. Fasilitas ALM diberikan koneksi internet memadai yang
memudahkan wajib pajak melaksanakan kewajibannya.

Momentum Hari Pajak 2023 menjadi fondasi langkah memitigasi faktor kendala sejak saat ini. Harapan
kita program pembaruan sistem inti administrasi perpajakan dapat berjalan dengan lancar dan sesuai
dengan waktu yang ditentukan. Dengan demikian, kita sebagai wajib pajak bisa segera nyaman dalam
memenuhi kewajiban perpajakan.

Anda mungkin juga menyukai