News
JAKARTA – Sistem penerimaan negara online mulai diaplikasikan pada 1 November nanti.
Program itu memadukan teknologi informasi di Ditjen Pajak dan Ditjen Perbendaharan
Depkeu. Melalui sistem tersebut, pembayaran pajak tak harus dilakukan langsung di bank.
JAKARTA – Sistem penerimaan negara online mulai diaplikasikan pada 1 November nanti.
Program itu memadukan teknologi informasi di Ditjen Pajak dan Ditjen Perbendaharan
Depkeu. Melalui sistem tersebut, pembayaran pajak tak harus dilakukan langsung di bank.
“Nanti orang membayar pajak tidak harus pergi ke bank. Bisa dari rumah melalui komputer
(yang tersambung internet),” kata Dirjen Perbendaharaan Depkeu Mulia P. Nasution di
kantornya akhir pekan lalu. Sistem tersebut merupakan bagian dari treasury single account
(rekening perbendaharaan tunggal).
Dengan penggabungan teknologi informasi dari dua Ditjen di Depkeu itu, pembayaran pajak
akan langsung masuk ke kas negara. Namun, pada saat yang sama Ditjen pajak bisa
memperoleh akses tentang pembayaran tersebut. Untuk memperlancar sistem itu, Depkeu
bekerja sama dengan bank umum.
Karena tidak ada yang mengendap di bank umum, saldo dikumpulkan pemerintah di Bank
Indonesia. “Itu yang harus dioptimalkan. Nanti diatur dalam Peraturan Pemerintah tentang
pengelolaan uang negara,” katanya. Dia menambahkan, dengan adanya kemudahan bagi
pembayar pajak, penerimaan negara diharapkan bertambah. “Kita berharap lebih banyak yang
diterima. Sebab, itu suatu sistem yang diterapkan oleh 87 bank dan digunakan di ribuan
kantor-kantor cabang di bank tersebut, sehingga jangkauannya semakin luas,” beber Mulia.
Dalam melakukan pembayaran, wajib pajak diberi nomor tanda pengenal pajak. Nomor itu
bisa digunakan sebagai alat penelusuran pada waktu meminta restitusi. “Nanti akan
dicocokkan. Jadi ketahuan walaupun dilakukan di kantor pelayanan perbendaharaan dan
bank-bank persepsi yang berbeda,” ujarnya. Upaya itu sekaligus memudahkan monitoring
dan memperkecil kemungkinan penyalahgunaan.
Jenis pajak yang dapat dibayar melalui fasilitas ini adalah Pajak Penghasilan (PPh), Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), serta Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Tagihan yang ada di ATM
merupakan pajak terutang yang sudah ditetapkan dalam Surat Ketetapan Pajak, sehingga
tidak merugikan pembayarannya.(sof)
Comments (1)
News
Kompas, 19-Oktober-2006
Jakarta, Kompas – Direktorat Jenderal Pajak akan menelusuri kembali seluruh pegawai
negeri sipil dan swasta yang belum memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak, mulai 1 November
2006. Langkah tersebut untuk mengejar target penerimaan pajak tahun 2006 yang masih
kurang sekitar Rp 125,8 triliun.
Jakarta, Kompas – Direktorat Jenderal Pajak akan menelusuri kembali seluruh pegawai
negeri sipil dan swasta yang belum memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak, mulai 1 November
2006. Langkah tersebut untuk mengejar target penerimaan pajak tahun 2006 yang masih
kurang sekitar Rp 125,8 triliun.
Direktur Jenderal Pajak Darmin Nasution mengungkapkan hal itu di Jakarta, Rabu (18/10).
Penyisiran dilakukan untuk memperluas basis pajak yang benar-benar berpotensi, termasuk
seluruh PNS dan karyawan swasta yang sudah mendapatkan NPWP Jabatan dalam program
“10 Juta Wajib Pajak” tahun lalu.
Posisi penerimaan pajak hingga 30 September 2006, ujar Darmin, baru mencapai Rp 245,9
triliun atau 66,2 persen dari target penerimaan pajak dalam APBN Perubahan 2006 sebesar
Rp 371,7 triliun. Penerimaan tersebut lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata penerimaan
pajak antara Januari dan September dalam empat tahun terakhir ini yang mencapai 68,3
persen.
“Bahkan jika dibandingkan dengan penerimaan pajak bulan Januari-September 2005 yang
mencapai 66,5 persen, tahun ini masih sedikit lebih rendah,” katanya.
“Kami punya data, industriyang mengalami kesulitan adalah otomotif, mesin dan
perlengkapan, kimia, dan logam dasar. Namun, kami juga punya data tentang asosiasi yang
berkembang dan wajib bayar pajak,” ujarnya.
Darmin menegaskan, industri yang berkembang dan memiliki tunggakan pajak wajib
membayar beserta bunga keterlambatan pembayaran sebelum akhir Desember 2006. Jika
mereka tidak membayar tunggakan itu hingga Desember 2006, Ditjen Pajak akan memeriksa
kondisi keuangannya secara menyeluruh.
“Dalam pemeriksaan itu, kami akan menemukan kondisi perusahaan tersebut, rugi atau
untung. Kalau memang benar-benar rugi, kami pun tidak akan mempermasalahkannya,”
katanya.
Direktur Potensi Penerimaan Pajak Robert Pakpahan mengatakan, sasaran pertama penyisiran
adalah PNS dan karyawan swasta yang berdomisili di Jakarta dan sekitarnya. Petugas pajak
akan mendatangi pimpinan perusahaan untuk memperoleh data total karyawan, jumlah
karyawan yang memiliki NPWP Jabatan dan NPWP Pribadi.
“Pemeriksaan kali ini memang lebih diarahkan bagi karyawan di perusahaan swasta karena
sebagian besar PNS sudah memiliki NPWP. Karyawan yang sudah memiliki NPWP Jabatan
dan Pribadi tidak perlu membuat NPWP lagi. Tetapi, yang belum memiliki NPWP, kami
ingatkan segera memiliki NPWP karena akan dirugikan,” kata Robert.
Comments (1)
PILIHAN BERGANDA!
1. Suatu entitas yang kepemilikannya terdiri atas saham – saham adalah
A. CV
B. Persekutuan
C. Perseorangan
D. PT
2. Properti yang dimiliki oleh suatu perusahaan disebut sebagai apa di neraca:
A. ASSET (HARTA)
B. KEWAJIBAN (LIAB.)
C. MODAL (EQUITY)
D. EXPENSE (BEBAN)
3. Laporan keuangan yang menunjukan Asset (harta), Liabilities (kewajiban) dan Equity
(modal) :
A. NOTES TO FINANCIAL STATEMENT
B. CASH FLOW STATEMENT
C. INCOME STATEMENT
D. BALANCE SHEET
5. Laporan keuangan yang menyatakan kinerja keuangan perusahaan dalam keadaan yang
baik atau buruk dapat dilihat pada laporan keuangan :
A. BALANCE SHEET
B. CASH FLOW STATEMENT
C. INCOME STATEMENT
D. NOTES TO FINANCIAL STATEMENT
2. Mohon Jelaskan secara singkat efek yang diberikan transaksi berikut terhadap elemen –
elemen yang ada didalam persamaan akuntansi :
• Menginvestasikan sejumlah uang didalam bisnis.
• Menerima sejumlah uang atas Jasa yang telah dilakukan
• Membeli perlengkapan kantor secara tunai
• Membayar listrik yang telah digunakan oleh kantor
• Membeli perlengkapan secara kredit.
Jika Pada Tahun 20X6 PT. Holistic membukukan Total Asset sebesar Rp. 22.555.456, dan
Total Liabilities sebesar 9.456.789. maka besarnya Owner’s Equity PT. Holistic sebesar ?
3. Sebutkan 3 aktivitas yang dilaporkan didalam laporan arus kas (Cash Flow Statement) ?
4. Sebutkan 3 Elemen yang ada didalam persamaan akuntansi
5. Apa yang dimaksud dengan Cost Principles didalam akuntansi ?
6. Perbedaan antara Account Receivable dengan Account Payable ?
Comments (2)
Akuntansi Adalah Suatu Proses yang terdiri dari 3 aktivitas penting yaitu:
1. Pengidentifikasian
2. Pencatatan
3. Pengkomunikasian
Informasi Akuntansi atau transaksi atau event – event ekonomi kepada pihak – pihak yang
membutuhkan (pihak – pihak yang berkepentingan) informasi tersebut untuk mengambil
keputusan.
Pengguna data akuntansi terdiri atas 2 pengguna, yaitu:
1. Pengguna Internal (Internal Users)
Adalah pengguna informasi akuntansi yang ada di dalam suatu perusahaan.
Contoh: Manajer Keuangan, Manajer Operasi, Manajer Investasi, Manajer pemasaran, dll
2. Pengguna Eksternal (Eksternal Users)
Adalah pengguna informasi akuntansi yang ada di luar suatu perusahaan yang dibedakan atas:
a. Pengguna Eksternal – Kepentingan Langsung (Direct Interest)
Adalah pengguna eksternal yang memiliki kepentingan langsung terhadap perusahaan.
Seperti Investor dan Kreditor karna mereka memberikan sejumlah uang atau modal untuk
suatu perusahaan dengan harapan mendapatkan Return dari uang yang mereka investasikan
dengan melihat kinerja keuangan perusahaan dalam suatu laporan keuangan. Informasi
akuntansi juga digunakan sebagai alat pengambil keputusan dalam hal membeli, menahan
ataupun menjual saham perusahaan ataupun sebagai tolak ukur peminjaman kredit yang
diberikan dari pihak bank kepada perusahaan .
b. Pengguna Eksternal – Kepentingan Tidak Langsung (Indirect Interest)
Adalah pengguna eksternal yang tidak memiliki kepentingan secara langsung kepada
perusahaan. Seperti Kantor Pelayanan Pajak, Perserikatan buruh, perencana ekonomi.
dagang mengelola barang maka terdapat beban seperti harga pokok penjualan (HPP) atau
Cost of Goods Sold (COGS). Didalam Neraca Saldo (Balance Sheet) terdapat Merchadise
Inventory dalam kolom Asset.
Perusahaan Manufaktur (Manufactur)
Adalah perusahaan dimana produk yang dihasilkan adalah barang. Biasanya perusahaan yang
bergerak pada bidang Manufaktur memiliki produk. Produk yang dimaksud adalah produk
yang memiliki wujud (tangible Goods) yang dibedakan menjadi 3 jenis barang, yaitu:
i. Raw Material
ii. Work In Process
iii. Finished Goods
Mengapa demikian? Karena perusahaan manufaktur selain mejual barang kepada konsumen
mereka juga memproses barang tersebut yang berawal dari pembelian bahan-bahan
dasar,pemerosesan barang hingga menjadi barang yang siap dijual. Didalam laporan
keuangan didalam bagian pendapatan (revenue) biasanya ditulis pendapatan dari penjualan
atau sales revenue. Karna perusahaan dagang mengelola barang maka terdapat beban seperti
harga pokok penjualan (HPP) atau Cost of Goods Sold (COGS). Didalam Neraca Saldo
(Balance Sheet) terdapat Merchadise Inventory dalam kolom Asset.
Persamaan Akuntansi
Asset = Kewajiban (Liabilities) + Owner’s Equity
Assets
Asset adalah harta yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Asset dinilai berdasarkan tingkat
likiuditasnya. Asset memiliki saldo normal debet, Asset terdiri dari:
Current Asset
Adalah harta yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang memiliki tingkat likiuditas tertinggi,
seperti:
1. Cash
2. Marketable Securities
3. Account Receivable
4. Prepaid Expenses
5. Mercahdise Inventory
6. Supplies
Contingent Liabilities
Adalah suatu kewajiban yang harus dibayar kepada pihak ketiga tetapi kewajiban tersebut
memiliki ketidak jelasan karena mungkin dalam proses hukum.
Contoh: warranty,etc.
Owner’s Equity
Adalah besarnya klaim pemilik terhadap total asset perusahaan. Saldo normalnya adalah
kredit apabila terjadi peningkatan terhadap akun tersebut.
Contoh: Capital, Saham, dll.
Investment By Owner
Adalah besarnya setoran modal yang ditanamkan kepada perusahaan dari pemilik dengan
harapan mendapatkan return dalam bentuk dividend.
Drawings
Adalah penarikan pribadi yang dilakukan oleh pemilik terhadap perusahaan. Saldo normal
debet apabila terjadi peningkatan pada akun tersebut.
Revenues
Arus kas masuk akibat dari peningkatan asset atau penyelesaian kewajiban pada periode
tertentu dari operasi umum. Besarnya pendapatan yang diterima dari pelayanan jasa atau
penjualan barang. Saldo normal kredit.
Expenses
Arus kas keluar akibat dari penurunan asset atau penyelesaian kewajiban pada periode
tertentu dari operasi umum. besarnya biaya yang diterima oleh perusahaan sebagai akibat
terjadinya kegiatan operasi dalam menghasilkan barang dan jasa. Saldo normal debet.
Transaksi adalah kejadian – kejadian ekonomi yang tercatat di dalam suatu perusahaan.
Transaksi dibedakan atas 2 macam transaksi, yaitu:
iv. Transaksi Eksternal (External Transactions)
Adalah suatu jenis transaksi antara pihak perusahaan dengan pihak dari luar perusahaan.
v. Transaksi Internal (Internal Transactions)
Adalah suatu jenis transaksi yang terjadi didalam perusahaan itu sendiri.
Laporan Keuangan:
adalah suatu bentuk pertanggung jawaban manajemen kepada pihak – pihak yang
berkepntingan didalam perusahaan dalam hal pengelolaan keuangan perusahaan dan sumber
daya yang ada didalam suatu perusahaan. Dimana laporan keuangan dibagi atas 4 macam,
yaitu:
1. Income Statement
Adalah suatu laporan keuangan rugi laba perusahaan yang memiliki fungsi untuk mengukur
kinerja perusahaan selama periode akuntansi. Dimana tingkat pengukuran kinerja perusahaan
dilihat dengan membandingkan besarnya laba bersih (net income) perusahaan antara tahun
sekarang dengan tahun sebelumnnya.
2. Owner’s Equity Statement
Adalah suatu bentuk laporan keuangan yang memiliki fungsi untuk mengetahui besarnya
modal serta besarnya perubahan yang terjadi pada modal yang dimiliki oleh perusahaan yang
merupakan hasil investasi dari pemilik.
3. Balance Sheet
Adalah suatu jenis laporan keuangan perusahaan yang memiliki fungsi untuk mengetahui
posisi keuangan perusahaan atau kondisi pada saat sekarang.
4. Cash Flow Statement
Adalah suatu jenis laporan keungan yang memiliki fungsi untuk mengetahui arus kas masuk
dan arus kas keluar suatu perusahaan yang terlihat dari 3 aktivitas yaitu aktivitas investasi,
operasi dan pembiayaan atau financing.
Comments (1)
News
Kompas, 11-Oktober-2006
Jakarta, Kompas – Dalam keadaan normal Badan Pemeriksa Keuangan tidak dapat
memeriksa wajib pajak. Pemeriksaan hanya dapat dilakukan jika terdapat indikasi tindak
pidana.
Jakarta, Kompas – Dalam keadaan normal Badan Pemeriksa Keuangan tidak dapat
memeriksa wajib pajak. Pemeriksaan hanya dapat dilakukan jika terdapat indikasi tindak
pidana.
“Akses BPK atas data wajib pajak (WP) akan diatur dalam UU Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan (KUP),” ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati usai menghadiri
Sidang Paripurna DPR yang mengagendakan pandangan fraksi atas Rancangan Undang-
Undang (RUU) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) di Jakarta, Selasa (10/10).
Sidang Paripurna yang dipimpin Wakil Ketua DPR Soetardjo Soerjogoeritno mengesahkan
RUU BPK sebagai UU setelah disetujui sepuluh fraksi.
Hal baru dalam UU BPK, antara lain kewajiban membukakantor perwakilan di seluruh
provinsi. Penambahan anggota BPK dari tujuh menjadi sembilan orang, pembentukan Majelis
Kehormatan Kode etik BPK dalam enam bulan.
Pada prinsipnya, BPK dapat mengakses ke pusat data WP yang dikelola Ditjen Pajak dengan
syarat status WP tersebut sedang berada dalam proses penyidikan perkara atau sudah
ditetapkan sebagai tersangka. “Asal ada permintaan jelas dari pimpinan BPK atau Komisi
Pemberantasan Korupsi ke pimpinan Depkeu dengan menyebutkan kasus yang jelas,”
katanya.
Sri Mulyani mengatakan, ketegasan itu untuk menghormati kerahasiaan wajib pajak. Namun,
kerahasiaan itu tidak menghalangi penggalian informasi oleh pemeriksa BPK yang menyidik.
“Seluruh informasi dapat diperoleh melalui prosedur,” katanya.
Di luar data wajib pajak, BPK dapat mengakses pusat data Depkeu, termasuk untuk
memastikan keabsahan penerimaan pajak. BPK tetap diperkenankan mengaudit Ditjen Pajak
secara keseluruhan, termasuk kinerja petugasnya.
Ditambahkan, Depkeu akan mengatur penggunaan informasi wajib pajak dan mekanisme
perolehan informasi itu dalam RUU KUP yang saat ini dibahas di DPR. Pengaturan itu
diperlukan karena data wajib pajak harus digunakan secara bertanggung jawab.
Masalah akses yang terbatas atas informasi perpajakan dikeluhkan Kepala BPK Anwar
Nasution ketika menyampaikan hasil pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
(LKPP) tahun 2005 kepada DPR, awal Oktober lalu. Pemeriksaan LKPP 2005 tidak
mencakup penerimaan pajak.
Menurut Anwar, penerimaan pajak mencakup 70 persen dari pendapatan negara. Namun,
akses BPK pada pemeriksaan pajak dibatasi UU Nomor 16 Tahun 2000 tentang KUP maupun
peraturan pemerintah. “Pembatasan itu mengakibatkan BPK tidak dapat meyakini kewajaran
penerimaan pajak yang dilaporkan pemerintah. Prosedur pencatatan dan pelaporan realisasi
penerimaan perpajakan sebesar Rp 347,03 triliun atau 70 persen dari pendapatan negara
senilai Rp 493,92 triliun tidak memadai,” kata Anwar.
Harmoni
Sementara itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan, pemerintah akan mengatur tarif pajak
agar lebih harmonis, khususnya Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) terhadap
kendaraan roda empat berbahan premium dan solar.
Dulu, pajak bagi kedua jenis kendaraan tersebut, malah sangat jauh berbeda. Mobil berbahan
bakar solar untuk kendaraan komersial atau angkutan seperti truk ataupun pick-up, PPnBM-
nya lebih rendah karena mendapat insentif. Sementara kendaraan jenis lainnya bagi
penumpang yang berbahan bakar premium, PPnBM-nya jauh lebih mahal. Itu karena harga
solar dan premium berbeda. Padahal, sekarang harga kedua bahan bakar minyak itu hampir
sama.
“Sekarang ini pajaknya berbeda antara mobil berbahan minyak dengan solar, meskipun
harusnya sama. Solar biasanya digunakan untuk mobil komersial seperti angkutan, sehingga
mendapat insentif. Tetapi, sekarang ini, harga solar mendekati harga bensin, sehingga
pajaknya harusnya sama. Karena itu, kami ingin menciptakan harmonisasi dalam sistem
perpajakan kendaraan bisnis juga,” ujar Wapres menjawab anggota US-ASEAN Business
Council di aula Istana Wapres.
Menurut Kalla, hal ini penting bagi pemerintah agar pembayar pajak memahami efisiensi
penggunaan kendaraan yang berbahan bakar minyak, yang hingga kini masih disubsidi
pemerintah.
“Jadi, tarif pajak yang tinggi untuk membantu pemerintah mengurangi konsumsi BBM di
Indonesia. Khususnya, setelah harga minyak mentah menjadi masalah. Karena itulah kami
segera mengharmonisasikan tarif pajaknya,” tambah Kalla.
Wakil Direktur, Governmental Affairs Asia Pacific & Africa Ford Motor Company, Liam
Benham meminta agar pemerintah Indonesia menurunkan PPn-BM sektor otomotif.
Pasalnya, Indonesia merupakan pasar yang cukup potensial bagi industri otomotif.
Liam menyarankan agar pajak terhadap otomotif berdasarkan harga kendaraan, bukan tipe
atau kapasitas mesin (cc) kendaraan.
Rombongan 45 pengusaha asal Amerika Serikat itu dipimpin Direktur US-ASEAN Business
Matthew P Daley. Sebanyak 45 pengusaha AS itu di antaranya berasal dari ExxonMobil
Corporation, Freeport McMoran Copper & Gold Inc, CocaCola Indonesia, ConocoPhillips,
General Electric Company, Johnson & Johnson, Marathon Oil, McDermott International dan
Microsoft Corporation serta UPS dan Monsanto Company. (oin/har)
Filed under: Peraturan Mentri Keuangan Republik Indonesia — Dian Arief Wahyudi @ 4:01
am
Per-137/PMK.03/2005
MENTERI KEUANGAN,
Menimbang:
a. bahwa besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang berlaku saat ini berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan No. 564/KMK.03/ 2004 tentang Penyesuaian Besarnya
Penghasilan Tidak Kena Pajak sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan di bidang
ekonomi dan moneter serta perkembangan harga kebutuhan pokok yang semakin meningkat;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan dalam rangka
melaksanakan ketentuan Pasal 7 ayat (3) Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 17
Tahun 2000, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Penyesuaian Besarnya
Penghasilan Tidak Kena Pajak;
Mengingat:
1. Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
(LN RI Tahun 1983 No. 49, TLN RI No. 3262) sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-Undang No. 16 Tahun 2000 (LN RI Tahun 2000 No. 126, TLN RI
No. 3984);
2. Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (LN RI Tahun 1983 No. 50,
TLN RI No. 3263) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
No. 17 Tahun 2000 (LN RI Tahun 2000 No. 127, TLN RI No. 3985);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan:
Pasal 1
(1) Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak disesuaikan menjadi sebagai berikut:
a. Rp 13.200.000,00 (tiga belas juta dua ratus ribu rupiah) untuk diri Wajib Pajak Orang
Pribadi;
b. Rp 1.200.000,00 (satu juta dua ratus ribu rupiah) tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin;
c. Rp 13.200.000,00 (tiga belas juta dua ratus ribu rupiah) tambahan untuk seorang istri yang
penghasilannya digabung dengan penghasilan suami;
d. Rp 1.200.000,00 (satu juta dua ratus ribu rupiah) tambahan untuk setiap anggota keluarga
sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi
tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mulai berlaku sejak Tahun Pajak 2006.
Pasal 2
Ketentuan yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan ini diatur
dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak.
Pasal 3
Pada saat Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 564/KMK.03/2004 tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 4
Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2006.
Ditetapkan di Jakarta