Materi : PENGANTAR MANAJEMEN, PERPAJAKAN DAN HUKUM BISNIS (MPHB)
Oleh: Bapak Rianto Abimail, SE, SH, M.Ak, Ak, CA, CPA, CPA (Aust.), BKP, CRA
Rabu, 8 Juli 2020
(melalui Daring Via Zoom) Learning Outcomes: 1. Menjelaskan persyaratan kepatuhan perpajakan dan sistem pelaporannya di Indonesia. 2. Menjelaskan SPT WP OP, SPT WP Badan, SPT PPN. 3. Menjelaskan Pemeriksaan Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. (Pasal 1 angka 1 UU No. 28 Tahun 2007) SISTEM PERPAJAKAN 1. Seperti kita ketahui bahwa sistem perpajakan yang berlaku di Indonesia adalah Self Assessment System. 2. Sehingga pada wajib pajak diberikan kebebasan dan kepercayaan untuk menghitung sendiri besarnya pajak terhutang, membayar dan menyetorkan ke Kas Negara / bank Persepsi yang ditunjuk dan melaporkan ke KPP dimana WP domisili dalam bentuk SPT baik masa maupun tahunan.
• Karena WP telah diberikan suatu kepercayaan maka sebagai otoritas
pajak Ditjen Pajak akan melakukan pemeriksaan atas pemenuhan pajak tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau tidak. Kriteria Pemeriksaan Pajak Dikelompokkan : 1. Pemeriksaan rutin 2. Pemeriksaan kriteria seleksi 3. Pemeriksaan khusus 4. Pemeriksaan tahun berjalan 5. Pemeriksaan WP lokasi 6. Pemeriksaan terintegrasi 7. Pemeriksan Bukti Permulaan (PMK 18/2013) 1. Pemeriksaan Kantor (PK) Pemeriksaan yang dilakukan di kantor Direktorat Jenderal Pajak.
2. Pemeriksaan Lapangan (PL)
Pemeriksaan yang dilakukan di tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak, dan/atau tempat lain yang dianggap perlu oleh Pemeriksa Pajak. Biasakan membuat rincian yang diperlukan berupa : 1. Berikan data yang diminta dalam jangka waktu yang ditentukan (7 hari). 2. Siapkan Ekualisasi dan Rekonsiliasi Pajak. 3. Siapkan perhitungan arus kas dan arus piutang dan hutang. 4. Buat dokumen Transfer Pricing (Master File, Local File, dan CBCR), apabila memenuhi persyaratan transaksi afiliasi. 5. Buat perhitungan Debt to Equity (DER) jika memiliki Utang. 6. SPT ditandatangani oleh Pengurus Perusahaan atau Kuasa yang ditunjuk dengan membuat Surat Kuasa Khusus. Pajak penghasilan final 1. Penghasilan tidak digabungkan dengan penghasilan lainnya. 2. PPh yang telah dipotong atau dibayar sendiri tidak dapat dikreditkan. 3. Biaya-biaya terkait dengan penghasilan final tidak dapat diperhitungkan.
• Pajak tidak final
Pajak yang dihitung berdasarkan tarif pasal 17 dan pasal 31 E Penghasilan tidak digabungkan dengan penghasilan lainnya. PPh yang telah dipotong atau dibayar sendiri tidak dapat dikreditkan. Biaya-biaya terkait dengan penghasilan final tidak dapat diperhitungkan. Tarif untuk PPH badan 1. Yang beromset < = Rp. 4.800.000.000,-- per tahun berlaku PP 23 tahun 2018 yaitu 0,5% dari omset. 2. Yang beromset < = Rp. 50.000.000.000,-- per tahun berlaku tarif ps. 17 B dan ps. 31 E 3. Yang beromset > Rp. 50.000.000.000,-- per tahun berlaku tarif pasal 17 B. • s/d 50.000.000 5 % • Di atas 50 jt s/d 250 jt 15% • Di atas 250 jt s/d 500 jt 25% • Di atas 500 jt 30% • Terhitung 1 Juli 2018 hanya diperuntuk bagi orang pribadi yang punya usaha omset lebih dari Rp. 4.8 M, atau mempunyai pekerjaan bebas. Sedangkan yang omset kurang dari Rp. 4.8 M dapat memilih pajaknya dikenakan 0,5% dari omset final atau menggunakan pasal 17. KOREKSI POSITIF DAN NEGATIF KOREKSI POSITIF DAN NEGATIF – BEDA WAKTU MENGHITUNG PPH BADAN 1. Pajak tidak langsung 2. Dikenakan secara bertingkat 3. Pajak konsumsi 4. Bersifat netral 5. Pajak obyektif 6. Menggunakan sistem faktur Obyek PPN adalah keadaan, peristiwa atau perbuatan hukum tertentu yang ditetapkan oleh undang-undang yang berkaitan dengan barang dan jasa.