Anda di halaman 1dari 94

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakanng Penelitian

“Indonesia merupakann negara berkembang dan sangat membutuhkan

pemasukan baik yg berasal dari dlm maupun luar negeri.”Pendptan tsb

digunaknn utk menjalankan anggaran dan sistem ketatanegaaan. “Salah satu

pendptan terbesar dari negara ini adlh pajak.”“Pajak memberikan kontribusi

yg sangat besar bagi kesejahteraan negara dan digunaknn utk

mensejahterakann rakyat.”“Pajak merupakann suatu sumber pendptan yg

berasal dari rakyat dan digunaknn utk kesejateraan rakyat.”

“Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH dlm buku Mardiasmo

(2016) pajak merupakann iuran yg harus dibayarkan rakyat ke kas negara

bedasarkan ketentuan perundang-undangan yg bersifat memaksa dan tdk

mendptkan timbal balik (kontraprestasi) secara langsung dan digunaknn utk

pembiayaan umum.”.“Indonesia menganut sistem perpajakann Self asesment

sytem.”“Sistem ini merupakann pemungutan pajak yg memberikan wewenang

kpd Wajib Pajak menghitung, membayar, dan melapokan sendiri besarnya

pajak yg terutang (Waluyo, 2013).”“Dlm hal ini Ditjen Pajak bertugas hanya

mengawasi dan memberikan sanksi thd Wajib Pajak yg tdk menuhin

ketentuan perundang-undangan perpajakann.”“Oleh krn itu, apabila Wajib

Pajak memiliki tingkat kesadaran yg tinggi dlm menuhin kewajiban

perpajakannya maka sistem perpajakannya akann berjalan dgn baik

1
(Suminarsasi dan Supriyadi, 2011).”“ Hal tsb masih menjadi kendala sistem

perpajakann di Indonesia sampai saat ini.”

“Fakte di lapangan menunjukan bhwa belum optimalnya penerimaan

pajak di Indonesia dpt dilihat dari tabel target dan realisasi penerimaan pajak

selama 4 taun terakhir, yaituu dari taun 2016 sampai taun 2019.”

“Tabel 1.1
Target dan Realisasi Penerimaan Pajak”
“Taun” “Target “Realisasi “Pe rsentase
Penerimaan Penerimaan Penerimaan
Pajak” Pajak” Pajak”
2016 1.355,20 T 1.105,73 T 81,59 %
2017 1.283,57 T 1.151,03 T 89,67 %
2018 1.424,00 T 1.315,51 T 92,23 %
2019 1.283,57 T 1.332,06 T 84,48 %
Sumber: Laporan Kinerja Penerimaan Portal DJP
“Selain terdpt tabel target dan realisasi penerimaan pajak, terdpt pula

tabel rasio kepatuhan penyampaian SPT Taunan Pajak Pengasilan Wajib

Pajak taun 2016 sampai taun 2019”.

“Tabel 1.2
Rasio Kepatuhan Penyampaian SPT Taunan”
“Uraian” “2016” “2017” “2018” “2019”
Wajib Pajak 20.165.718 16.598.887 17.653.046 18.334.683
Terdaftar Wajib
SPT
SPT Taunan 12.249.793 12.047.967 12.551.444 13.394.502
PPh
Rasio 60,75 % 72,58 % 71,10 % 73,06 %
Kepatuhan
Sumber: Laporan Taunan DJP

“Bedasarkan tabel yg tlh disajikan dpt dilihat bhwa realisasi penerimaan

maupun rasio kepatuhan penyampaian SPT masih rendah dan belum sesuai

dgn target yg tlh ditetapkan.”“Pemerintah berupaya mencapai tingkat

kepatuhan Wajib Pajak sebesar 85 persen sesuai standar OECD. Namun,

meskipun tingkat kepatuhan Wajib Pajak taunan terus meningkat, tingkat

2
kepatuhan tdk pernah mencapai 75 persen (Suwiknyo, 2020).”Salah satu

faktor mengapa target penerimaan dan target rasio kepatuhan belum tercapai

secara maksimal dpt disebabkan oleh bbrp hal, salah satunya adlh pengelapan

pajak yg dillakukan oleh Wajib Pajak.”“Hal ini menunjukan bhwa Wajib

Pajak pd umumnya cenderung mengupayakann utk membayar pajak

serendah-rendahnya, bahkan jika memungkinkan akann mencoba menghidari

kewajiban membayar pajak.”

“Pengelapan pajak (tax avesion) merupakann salah satu perlawanan

pajak yg melangar undang-undang dgn maksud mengurangi dasar pengenaan

pajak/melepaskan diri dgn cara menyembunyikan pengasilannya.”Pengelapan

pajak (tax avesion) dillakukan dgn cara ilegal, dikrnkan pengelapan pajak tsb

melangar undang-undang.” “Wajib Pajak mengabaikan ketentuan fomal

perpajakann yg sudah menjadi kewajibannya, memalsukan dokumen, serta

mengisi data dgn tdk lengkap dan tdk benar (Abrahams dan Kristanto,

2016).”“Alasan Wajib Pajak melakukan hal tsb dikrnkan bhwa pajak

dipandang sbg beban yg dpt mengurangi pengasilannya.”

“Pengelapan pajak masih menjadi fenomena yg belum bisa dihilangkan

dari sistem perpajakann di Indonesia. “Hal ini terbukti dgn mencuatnya kasus

pengelapan pajak yg seringkali dillakukan oleh aparat pajak maupun Wajib

Pajak.”“Kasus mengenai pengelapan pajak yg dillakukan oleh aparat negara

yg sudah tdk asing lagi di telinga masyarakat yaituu kasus Gayus Halomoan

Partison Tambunan sbg mantan PNS di DJP Kementerian Keuangan pd taun

2011.”“Ia dipenjara krn menyalahgunakann kekuasaannya, nerima suap dari

pembayar pajak dan kejahatan umum lainnya.”“Gayus adlh PNS Golongan

3
IIIA, tapi konon hartanya mencapai puluhan miliar rupiah. Gayus dituduh

nerima suap dari konsultan PT Metropolitan Retailmart Roberto Santonius

(Roberto Santonius) senilaii Rp 925 juta.”“Gayus dinilaii lalai menangani

keberatan pajak PT Surya Alam Tunggal (SAT) yg merugikan negara sebesar

Rp 570 juta.”“Gayus juga turut serta dlm kasus pengelapan pajak PT Megah

Citra Raya.”“Gayus divonis nerima gratifikasi saat menjabat sbg pemeriksa

keberatan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Negara.”“Gayus nerima

gratifikasi senilaii US $ 659.800 dan Gayus juga didakwa dgn undang-

undang pencucian uang (Lumbanrau, 2016).”

“Selain itu kasus lain mengenai pengelapan pajak juga dillakukan oleh

notaris Pejabat Pembuat Akte Tanah (PPAT).”“Pengadilan Negeri Cibinong

memutuskan bhwa tiga notaris Pejabat Pembuat Akte Tanah (PPAT) Makbul

Suhada merugikan negara sekitar Rp. 5M.”“Ketiganya tdk membayar pajak

pengasilan (PPh) final atas jual-beli tanah yg dibayarkan oleh penjual tanah.

Tulisno dijatuhi hukuman 3 taun 6 bln penjara dan denda Rp. 5M subsider 5

bln penjara.”“Selanjutnya, Achmat Muzamil divonis 2 taun 6 bln penjara dan

denda Rp. 5M subsider 4 bln penjara.” “Sedangkan Masni divonis 2 taun 6

bln penjara dan denda Rp.5M subsider 4 bln penjara.”“Menurut Kepala

Kanwil DJP Jawa Barat III, mereka menggelapkan uang negara selama 2013

hingga 2017 atas 326 transaksi jual-beli tanah.”“Masalah ini ditemukan

ketika Kantor Pajak melakukan verifikasi sistem dan menemukan data yg

janggal dan kemudian penyidik PNS melakukan penyelidikan

mendlm.”“Akibatnya, ketiga tergugat menggelapkan pajak sebedar Rp. 4,9M.

Selain PPh, mereka juga menggemplang pajak BPHTB (Sugiharto, 2019).”

4
“Dari sebagian permasalahan pengelapan pajak yg tlh tejadi di

Indonesia dpt memunculkan pemikiran yg negatif ttg pajak.”“Anggapan

Wajib Pajak mengenai pengelapan pajak disebabkan adanya fakte ttg aparat

pajak maupun Wajib Pajak yg melakukan korupsi atas pembayaran pajak,

sehingga mereka beranggapan bhwa pengelapan pajak (tax avesion) dianggap

etis krn uang yg mereka bayarkan tdk digunaknn utk membiayai keperluan

Negara (Tobing, 2015).”

“Keadilan pajak merupakann salah satu faktor yg menyebabkan Wajib

Pajak melakukan tindakann pengelapan pajak.”“Keadilan pajak akann

mempengaruhi tindakann pengelapan pajak yg dillakukan oleh Wajib Pajak.”

“Apabila pajak yg dipungut sebanding dgn kemampuan membayar dan

manfaat yg diperoleh, maka Wajib Pajak berpendpt bhwa pajak tsb adil,

sehingga Wajib Pajak akann mendptkan manfaat dari beban yg tlh

dibayarkannya.”“Semakin tdk adil sistem perpajakann yg berlaku maka

tingkat kepatuhan akann semakin rendah, yg berarti tren penghindaran pajak

dan pengelapan pajak semakin meningkat.”“Meskipun pengelapan pajak tdk

dpt dibenarkan krn melangar hukum dan peraturan yg berlaku, tindakann tsb

menjadi etis (Indriyani dkk, 2016).”

“Selain itu, sistem perpajakann juga menjadi salah satu faktor penentu

keberhasilan pemungutan pajak.”“Secara umum terdpt tiga sistem

perpajakann antaraa lain: official asesment sistem, self asesment sytem, dan

withholding sistem.”“Sejak taun 1983 tlh terjadi reformasi sistem perpajakann

di Indonesia yg merubah official asesment sistem menjadi self asesment

sytem, dimana Wajib Pajak yg berperan aktif dlm menghitung, membayar,

5
dan melaporkan pajak terutangnya sendiri.” “Perubahan sistem perpajakann

ini dillakukan utk menjadi tolak ukur perilaku Wajib Pajka, yaituu seberapa

besar tingkat kepatuhan Wajib Pajak dlm menuhin kewajiban menghitung,

membayar, dan melaporkan Surat Pemberitauan (SPT) secara tepat dan

benar.”“Namun sistem ini juga dpt memberikan celah kpd Wajib Pajka utk

menghitung dan melaporkan kewajiban perpajakannya dgn tdk benar (Utami

dan Aji, 2015).” “Bedasarkan penelitian Suminarsasi dan Supriyadi (2011)

ditemukan adanya pengaruh antaraa sistem self asesment thd persepsi Wajib

Pajak mengenai etika pengelapan pajak (tax avesion).”“Dlm hal ini Wajib

Pajak menganggap bhwa semakin baik sistem perpajakannya maka perilaku

pengelapan pajak dipandang sbg perilaku yg tdk etis.”“Namun apabila sistem

perpajakannya semakin buruk, maka pengelapan pajak dipandang sbg

perilaku yg cenderung etis (Suminarsasi dan Supriyadi, 2011).”

“Utk mempermudah self asesment sytem, saat ini Ditjen Pajak berupaya

mengembangkan sistem informmasi pelayanan pajak yg diharapkan dpt

mempermudah Wajib Pajak dlm menuhin kewajiban perpajakannya seperti

menghitung, membayar, dan melaporkan pajaknnya.”“Tekhnologi

informmasi modern yg digunaknn yaituu e-SPT, e-filing, e-biling, e-

registration, dan online payment.”“Dgn adanya modernisasi pelayanan pajak

ini, Wajib Pajak tdk diharuskan datang ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

terdekat utk membayar dan melaporkan kewajiban perpajakannya.” “Dgn

adanya pembaharuan sistem ini diharapkan persepsi Wajib Pajak mengenai

sistem perpajakann akann meningkat dgn adanya kemudahan dlm

melaksanakann kewajiban perpajakann.”

6
“Selain memberikan kemudahan kpd Wajib Pajak, modernisasi sistem

informmasi juga bertujuan utk mempermudah penyimpanan data base Wajib

Pajak.”“Sbg organisasi pemerintah yg berwenang melakukan pengelolaan

pajak, Direktorat Jendral Pajak menyadari sepenuhnya bhwa tanpa adanya

improvisasi tekhnologi informmasi, dinamika yg sedang berkembang di

masyarakat terutama dinamika bisnis tdk akann dpt

diantisipasi.”“Memaksimalkan penggunaan tekhnologi informmasi akann

mendukung program transparansi dan keterbukaan yg memungkinkan

terjadinya korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Selain itu, perilaku yg

termasuk penyalahgunaan kekuasaan juga dpt diminimalisir (Utami dan

Helmi, 2016).”

“Selain berupaya mengembangkan sistem modernisasi pelayanan pajak,

pemerintah juga mengeluarkan Instruksi Presiden No. 10 Taun 2016

mengenai Aksi pencegahan dan Pemberantasan Korupsi yg menitikberatkan

pd Automatic Exchange of Information (AEOI) dlm upaya mengurangi

pelanggaran di sektor perpajakann.”“AEOI adlh sistem pertukaran

informmasi rekening Wajib pajak antar negara. Direktorat Jendral Pajak

(DJP) dpt mengakses secara otomatis seluruh data nasabah Wajib

Pajak.”“Akses ke database nasabah tdk akann dibatasi dlm hal terkait

pemeriksaan /pun melewati perizinan dari Otoritas Jasa Keuangan

(OJK)/Menteri Keuangan.”

“Dlm sistem AEOI ini transparasi tdk hanya dillakukan di dlm negeri,

tetapi juga di dunia internasional (Andiani dkk, 2017).”“Tetapi, pertukaran

data tsb hrs dillakukan sesuai dgn prosedur dan kesepakatan antar negara,

7
pertukaran data dillakukan antar otoritas pajak yg berwenang pd setiap

negara.”“Singkatnya, masing-masing negara yg sudah bergabung dlm AEOI

ini akann mengirim dan nerima informmasi awal (informmasi yg tlh

disepakati sebelumnya), setiap taun tanpa harus mengajukan persyaratan

khusus (Onasis, 2019).”“Dgn adanya AEOI ini diharapkan dpt meningkatkan

kepatuhan membayar pajak dan mengurangi peluang penggemplang pajak utk

ngehindarin pembayaran pajak sehingga berpotensi meningkatkan

penerimaan negara di sektor perpajakann.”

“Penelitian terdahulu yg berkaitan dgn pengelapan pajak (tax avesion)

yg terjadi dari pengaruh keadilan pajak, sistem perpajakann, dan tekhnologi

informmasi perpajakann tlh dillakukan oleh bbrp peneliti diantaraanya

dillakukan oleh Anggayasti dan Padnyawati (2020), Fatimah dan

Wardani(2017), Yuliyanti dan Titisari (2017), dan Sasmito (2017).”“Dari

bbrp penelitian di atas menunjukan hasil yg tdk konsisten antaraa peneliti satu

dgn yg lainnya.”“Bedasarkan penelitian terdahulu, peneliti menambahkan

variable Automatic Exchange of Information sbg pembaruan yg belum diteliti

oleh peneliti terdahulu terkait pengelapan pajak.”“Dan dlm penelitian ini

mengunakann Theory of Planned Behavior (TPB) dan Technology

Acceptance Model (TAM) sbg grand teori.”

“Bedasarkan uraian latar belakanng di atas penulis tertarik utk

mengambil judul penelitian ini adlh “Pengaruh Keadilan Pajak, Self

asesment sytem, Tekhnologi Informmasi Perpajakann, dan Automatic

Exchange of Information Thd Tindakann Pengelapan pajak (Tax

avesion)”.”

8
B. Perumusan Masalah Penelitian

“Berdasakann latar belakanng yg tlh dijelaskan di atas dpt diketaui bhwa

permasalahan yg akann dibahas dlm penelitian ini adlh sbg berikut:”

1. “Apakah keadilan pajak berpengaruh thd tindakann pengelapan pajak (tax

avesion)?”

2. “Apakah self asesment sytem berpengaruh thd tindakann pengelapan

pajak (tax avesion)?”

3. “Apakah tekhnologi informmasi perpajakann berpengaruh thd tindakann

pengelapan pajak (tax avesion)?”

4. “Apakah automatic exchange of information berpengaruh thd tindakann

pengelapan pajak (tax avesion)?”

5. “Apakah keadilan pajak, self asesment sytem, tekhnologi informmasi

perpajakann, dan automatic exchange of information secara bersama-

sama berpengaruh thd tindakann pengelapan pajak (tax avesion)?”

C. Tujuan Penelitian

“Bedasarkan rumusan masalah yg tlh diuraikan di atas maka tujuan dari

penelitian ini adlh sbg berikut:”

1. “Mengetaui pengaruh keadilan pajak thd tindakann pengelapan pajak (tax

avesion).”

2. “Mengetaui pengaruh self asesment sytem thd tindakann pengelapan pajak

(tax avesion).”

9
3. “Mengetaui pengaruh tekhnologi infomasi perpajakann thd tindakann

pengelapan pajak (tax avesion).”

4. “Mengetaui automatic exchange of information thd tindakann pengelapan

pajak (tax avesion).”

5. “Mengetaui pengaruh keadilan pajak, self asesment sytem, tekhnologi

informmasi perpajakann, dan automatic exchange of information secara

bersama-sama thd tindakann pengelapan pajak (tax avesion).”

D. Manfaat Penelitian

Bedasarkan tujuan penelitian di atas, manfaat penelitian yg diperoleh adlh:

1. “Bagi Akademisi”

“Penelitian ini diharapkan dpt menambah wawasan serta pengetauan bagi

pembaca.”

2. “Bagi Wajib Pajak”

“Diharapkan penelitian ini memberikan manfaat bagi Wajib Pajak dlm

memahami dan mahir dlm mempersiapkan diri, menjalani, dan

menyelesaikan pemeriksaan, serta mematuhi kewajiban perpajakann,

sehingga dpt melindungi diri dari sanksi perpajakann.”

3. “Bagi Peneliti Selanjutnya”

“Penelitian ini diharapkan dpt memberikan wawasan, informmasi, dan

membantu memberikan gambaran bagi pihak lain/peneliti selanjutnya yg

ingin melakukan studi pengelapan pajak (tax avesion).”

4. “Bagi Peneliti”

10
“Penelitian ini dpt menambah pengetauan dan wawasan bagi peneliti.

Penelitian ini dillakukan utk mengembangkan kemampuan peneliti dlm

menganalisis masalah pd topik ini.”

11
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur

1. Kajian Teori

a. Theory of Planned Behavior (TPB)

“Theory planned behavior (TPB) mrpkn hsl dari perluasan dari

teori utama di bidang kajian keyakinan, sikap dan perilaku yg disebut

dgn Theory of Reasoned Action (TRA).”“Teori ini dikemukakann oleh

Ajzen dan Fishbein pd taun 1975.”“Pd taun 1991, Ajzen dan Fishbein

mengembangkan teori ini yg dirancang utk menunjukan hubungan antar

tingkah laku yg muncul oleh individu utk menanggapi sesuatu. Theory

of planned behavior (TPB) memiliki variable kontrol perilaku yg tdk

ditemukan pd Theory of Reasoned Action (TRA).”“Variable kontrol

perilaku berarti tdk semua tindakann yg disebabkan oleh individu

berada di bwh kendali individu (Yezzie, 2017).”

“Ada tiga kemungkinn alsn yg dpt mempengaruhi tindakann yg

diambil oleh individu yg dijelaskan oleh Theory of Planned Behavior,

antaraa lain:”

1. “Behavioral believes”

“Behavioral believes adlh kepercayan thd keyakinan akann

kemungkinan terjadinya sebuah aksi.”“Behavioral believes

merupakann keyakinan atas keinginan pribadi akann hasil (outcome)

12
dari suatu perilaku dan evaluasi.”“Dlm Theory of Reasoned Action

(TRA) disebut sikap thd perilaku.”

2. “Normative believes

“Normative belifies yaituu keyakinan pd ekspetasi normatif yg

timbul dari pengaruh orang lain dan motivasi utk menuhin harapan

tsb (normative believes and motivation to comply).” “Dlm Theori of

Reason Action (TRA) disebut dgn norma subjektif sikap (subjektive

norms) thd tingkah laku.”

3. “Control believes”

“Control believes yaituu keyakinan akann adany hal2 yg

mendukung/menghambat perilaku yg ditampilkan dan seberapa

besar persepsinya mendukung/menghambat perilakunya tsb.”“Hal2

yg dpt menghambat perilaku yg ditampilkan dpt berasal dari faktor

pribadi maupun eksternal, faktor lingkungan.”

“Dari sudut pandang di atas dpt disimpullkan bhwa sikap individu

utk berperilaku baik saat menjalankan ketentuan perpajakann, secara

langsung memudahkan Wajib Pajak dlm melakukan aktivitas

perpajakann.”“Sehingga kesempatan melakukan tindakann ilegal seperti

pengelapan pajak dianggap salah.”

“Penggunaan Theory planned behavior (TPB) pd penelitian ini sbg

salah satu landasan utk menganalisis pengaruh keadilan pajak dan self

asesment sytem thd upaya tindakann pengelapan pajak (tax avesion)

khususnya dimensi control belief.”“Control believes yaituu keyakinan

akann adanya hal2 yg mendukung/menghambat perilaku yg ditampilkan

13
dan seberapa besar persepsinya mendukung/menghambat perilakunya

tsb.”

b. Technology Acceptance Model (TAM)

“Technology Acceptance Model (TAM) adlh model yg dirancang

utk menganalisis dan memahami faktor-faktor yg mempengaruhi

penerimaan pengunaan tekhnologi komputer.”“Fred Davis pertama kali

memperkenalkan TAM pd taun 1986.”“TAM merupakann hasil

pengembangan dari Theory of Reasoned Action (TRA).”“Menurut

Davis, perilaku pengunaan tekhnologi informmasi diawali dgn

pengetauan ttg kegunaan dan kemudahan penggunaan (ease of use).”

“David mengartikan pandangan kegunaan bedasarkan definisi dari kata

“berguna”. Kata “berguna”dpt digunaknn utk tujuan yg bermanfaat dan

juga dpt digunaknn utk memperoleh manfaat apabila mengunakann

tekhnologi informmasi (Sasmito, 2017).”

“Dpt disimpullkan bhwa reaksi dan persepsi pengguna tekhnologi

informmasi dpt mempengaruhi sikap pengguna tsb dlm nerima

penggunaan tekhnologi informmasi.”“Salah satu faktor yg

mempengaruhi yaituu adanya persepsi pengguna thd manfaat dan

kemudahan penggunaan tekhnologi informmasi.”“Dgn adanya persepsi

mengenai manfaat dan kemudahan dlm penggunaan terknologi

informmasi menjadikan tindakann seseorang dpt nerima penggunaan

tekhnologi informmasi (Hanggono dkk. 2015).”

14
“TAM berasumsi bhwa ada dua faktor yg mempengaruhi pengguna

akann mengunakann tekhnologi informmasi yg baru (Fatmawati, 2015)

yaituu:”

1. “Persepsi Kemudahan Pengunaan (Ease of Use Perceived)”

“Mencakup kemudahan penggunaan sistem informmasi sesuai

dgn keinginan pengguna.”“Persepsi kemudahan penggunaan dpt

menjelaskan mengapa pengguna mengunakann sistem dan

menjelaskan bhwa sistem baru tsb diterima oleh pengguna.”

2. “Persepsi Kebermanfaatan (Usefulness Perceived)”

“Menunjukan manfaat yg dpt dikaitkan dgn penggunaannya dlm

berbagai aspek.”“Dgn rasa kebermanfaatan ini, maka terbentuklah

keyakinan dlm memutuskan pertu/tdknya mengunakann sistem

informmasi.” “Asumsinya jika pengguna menganggap sistem

informmasi berguna maka akann mengunakannnya.”“Dan

sebaliknnya, jika asumsi pengguna sistem tsb tdk berguna maka

jwbannya pasti tdk akann mengunakannnya.”

Model TAM menciptakann konsep ttg bagaimana pengguna

nerima dan mengunakann tekhnologi baru. “Ciri khas dari model

TAM adlh sederhana tetapi dpt memprediksi penerimaan dan

penggunaan tekhnologi.”“Dlm penelitian ini mengunakann model

TAM utk mengkaji variable tekhnologi informmasi perpajakann,

dimana saat ini Direktorat Jendral Pajak sedang berupaya

mengembangkan sistem informmasi pelayanan pajak yg diharapkan

dpt mempermudah Wajib Pajak dlm menuhin kewajiban

15
perpajakannya dan mempermudah Direktorat Jendral Pajak dlm

menyimpan data base Wajib Pajak.”

Selain digunaknn sbg modernisasi sistem informmasi

pelayanan perpajakann, tekhnologi informmasi juga digunaknn

oleh Direktorat Jendral Pajak sbg akses data keuangan kpd otoritas

pajak baik dlm /pun luar negeri sehingga dgn sistem ini Direktorat

Jendral Pajak bisa melakukan pelacakann seluruh rekening Wajib

Pajak di dlm maupun luar negeri secara otomatis/yg disebut dgn

AEOI semenjak taun 2017.

2. Kajian Pustaka

a. Pengelapan pajak (Tax avesion)

1) Pengertian Pengelapan pajak (Tax avesion)

“Pengelapan pajak (tax avesion) merupakann tindakann

penghindaran pajak ilegal yg dillakukan oleh Wajib Pajak sehubungan

dgn kewajiban perpajakann mereka.”“Tindakann pengelapan pajak (tax

avesion) ini dillakukan oleh Wajib Pajak dgn mengabaikan peraturan

perpajakann yg harus dipatuhi, memalsukan dokumen pemeriksaan

pajak, dan mengisi data yg tdk lengkap/tdk benar.”

“Definisi pengelapan pajak (tax avesion) menurut Siti Kurnia

Rahayu (2013:147)”

“Pengelapan pajak (tax avesion) yaituu usaha aktif yg dillakukan oleh


Wajib Pajak utk mengurangi, menghapus, dan memanipulasi hutang
pajak secara ilegal/meloloskan diri agar tdk membayar pajak yg tlh
terutang menurut peraturan perundang-undangan.”

16
Menurut Erly Suandy (2014:21)
“Pengelapan pajak (tax avesion) yaituu mengurangi pajak dgn cara
melangar undang-undang perpajakann (memberikan data yg
palsu/menyembunyikan data). Oleh krn itu, pengelapan pajak dpt
dikenakann sanksi pidana.”
Menurut Siahaan (2010:11)
“Pengelapan pajak merupakann usaha yg dillakukan oleh Wajib Pajak
yg sebenarnya merupakann pelanggaran thd undang-undang
perpajakann yg menimbulkan konsekuensi, yg melibatkan berbagai
bidang kehidupan publik termasuk keuangan, ekonomi, dan psikologi.”

“Bedasarkan bbrp definisi yg dikemukakann oleh para ahli diatas,

dpt disimpullkan bhwa pengelapan pajak (tax avesion) merupakann cara

yg ilegal (upaya yg tdk wajar) yg dillakukan oleh Wajib Pajak utk

ngehindarin/melarikan diri dari kewajiban perpajakann seperti

mengurangi, menghapus, dan memanipulasi jumlah pajak yg

terutang.”“Tindakann ini merupakann tindak pidana krn sbg

pelanggaran thd undang-undang perpajakann.”

“Pengelapan pajak (tax avesion) mengacu pd penghindaran pajak

oleh Wajib Pajak dgn berbagai cara yg melangar undang-undang dan

peraturan perpajakann.”“Apabila Wajib Pajak diketaui melakukan

pengelapan pajak selama pemeriksaan pajak, maka akann dikenakann

sanksi administratif dan pidana kpd Wajib Pajak sesuai dgn peraturan

perpajakann yg berlaku (Sasmito, 2017).”

2) Faktor-Faktor Pengelapan pajak (Tax avesion)

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:149) alasan yg menyebabkan

Wajib Pajak berusaha ngehindarin diri dari kewajiban perpajakann

diantaraanya:

17
1. Kondisi Lingkungan

“Kondisi lingkungan social masyarakat menjadi hal yg

terpisahkan dari manusia sbg makhluk social, manusia akann tetap

saling terkait satu sama lain.”“Hampir tdk ditemukan manusia di

dunia ini yg hidupnya hanya terkait pd diri sendiri tanpa

memperdulikan orang lain.”

“Begitu pula di dlm dunia perpajakann, manusia akann

memandang lingkungan sekitar yg selayaknya tau ketetapan

perpajakann.”“Jika kondisi lingkungannya baik (taat pd aturan),

masing-masing individu akann termotivasi utk mematuhi ketetapan

perpajakann dgn membayar pajak sesuai dgn ketentuan yg berlaku.”

2. Pelayanan Fiskus Mengecewakann

“Pelayanan fiskus thd masyarakann dpt menentukan dlm

pengambilan keputusan Wajib Pajak utk membayar Pajak.” “Hal ini

disebabkan krn perasaan Wajib Pajak dlm memulai dirinya tlh diberi

tambahan kontribusi kpd negara dgn membayar pajak.”“Jika

pelayanan yg diberikan oleh fiskus tlh memuaskan Wajib Pajak,

maka Wajib Pajak berasumsi bhwa kontribusinya tlh dihargai

walaupun hanya sekedar dgn layanan pajak yg ramah, dan begitu

pun sebaliknnya.”

3. Tinginya Tarif Pajak

“Pemberlakuan tarif pajak mempengaruhi Wajib Pajak dlm hal

membayar pajak.”“Pembebanan pajak yg rendah menyebabkan

18
masyarakat tdk terlaku keberatan utk menuhin kewajiban

perpajakannya.”“Dgn pembebanan tarif yg tinggi, masyarakat

semakin berusaha utk terlepas dari jeratan pajak. Wajib Pajak.”

“Penetapan tarif pajak harus bedasarkan dgn keadilan.”

“Pemungutan pajak harus adil dan merata, dlm arti pajak yg

dipungut oleh Wajib Pajak harus proposional dgn kemampuannya

membayar pajak dan sepdn dgn manfaat yg diterima”

4. Sistem Adm Perpajakann Yg Buruk

“Penerapan sistem Adm perpajakann mempunyaii peran yg

sangat penting dlm sistem pemungutan pajak suatu negara.” “Dgn

sistem Adm yg baik, pengelolaan perpajakann akann berjalan lancar

dan tdk terlalu banyak hambatan yg tdk berarti.”“Sistem perpajakann

yg baik akann menciptakann manajemen pajak yg profesional, dan

prosedur berlangsung secara sistematis.” “Hal ini dpt membuat

masyarakat lebih terbantu krn pengelolaan pajak transparan dan tdk

membingungkan.”

“Menurut Oliver Oldman yg dikutip oleh Sasmito (2017)

pengelapan pajak tdk terbatas pd kecurangan dan pengelapan pajak,

tetapi juga termasuk kegagalan dlm menuhin kewajiban oleh tindakann

berikut:”

1. “Ketdktauan, yaituu Wajib Pajak tdk mengetaui ketentuan undang-

undang perpajakann yg berlaku.”

19
2. “Kesalahan, yaituu Wajib Pajak memahami peraturan perundang-

undangan perpajakann tetapi salah menghitung data terkait pajak yg

terutang.”

3. “Kesalahpahaman, yaituu Wajib Pajak tlh salah memahami

ketentuan peraturan perundang-undangan yg berlaku.”

4. “Kealpaan, yaituu Wajib Pajak lupa menyimpan pembukuan dan tdk

memiliki bukti yg lengkap utk membuktikan jumlah kena pajak.”

3) Dampak Pengelapan pajak (Tax avesion)

Tindakann pengelapan pajak (tax avesion) mempunyaii dampak di

berbagai bidang, antaraa lain:

1. “Pengelapan pajak merupakann kerugian keuangan negara, krn

mengurangi sumber dana negara.”“Pengelapan pajak dpt Dlm bidang

keuangan

menimbulkan konsekuensi lain terkait hal tsb, seperti kenaikan tarif

pajak dan konsekuensi lainnya.”

2. Dlm bidang ekonomi

a. “Penghindaran pajak tlh menyebabkan pertumbuhan ekonomi

mandek diroda perekonomian. Jika mereka terbiasa melakukan

pengelapan pajak, mereka tdk akann meningkatkan produktivitas

mereka.”“Utk memperoleh keuntungan yg lebih besar, mereka

ngehindarin pajak.”

b. “Modal langka krn wajib pajak berusaha menyembunyikan

pengasilannya sehingga otoritas pajak tdk mengetaui hal ini.” “Krn

20
itu, mereka tdk berani memberikan uang hasil pengelapan pajak ke

pasar modal.”

3. Dlm bidang psikologi

“Apabila pembayar pajak terbiasa melakukan pengelapan pajak, itu

sama saja dgn melangar hukum.”“Jika otoritas pajak tdk mengetaui

bhwa perilakunya melangar hukum, maka wajib pajak tdk akann

dikenakann sanksi dan akann menimbulkan harapan bhwa

perilakunya akann terulang kembali di masa mendatang, dan tdk

hanya melangar undang-undang perpajakann tetapi juga undang-

undang lainnya (Sumarsan, 2017).”

Dari uraian di atas dijelaskan bhwa pengelapan pajak (tax avesion)

merupakann tindakann tdk etis yg dillakukan oleh Wajib Pajak krn

pengelapan pajak merupan tindakann yg melangar undang-undang.

Penilaiian etis/tdk etis dari pengelapan pajak (tax avesion) dpt

dillakukan dari perspektif sistem perpajakann yg berlaku, tarif pajak,

keadilan, korupsi pemerintah, dan kemungkinan ditemukannya perilaku

tsb/memperoleh imbalan dlm jumlah kecil atas pembayaran pajak. Dlm

penelitian ini peneliti mengambil empat variable yg dpt dikaitkan dgn

pengelapan pajak (tax avesion) antaraa lain: keadilan pajak, self

asesment sytem, tekhnologi informmasi perpajakann, dan automatic

exchange of information.

b. Kewajiban Perpajakann Wpop

21
“Wajib Pajak Oang Pribadi adlh subjek pajak perorangan yg

memperoleh pengasilan dari usaha mereka sendiri/terlibat dlm

pekerjaan tdk bebas (seperti pegawai/pegawai yg hanya nerima

pengasilan pasif dan pengasilannya di atas pengasilan Tdk Kena Pajak

(PTKP) yaituu Rp. 54.000.000,00, setiap Wajib Pajak terdaftar dan

memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).”

“Bedasarkan perubahan keempat atas Undang-Undang Nomor 7

Taun 1983, Undang-Undang Nomor 36 Taun 2008 ttg Pajak Pengasilan

(PPh), Wpop dibedakann menjadi delapan antaraa lain:”

1) “Wpop yg hanya nerima pengasilan dari pekerjaan. Misalnya:

pegawai swasta, pegawai negeri sipil.”

2) “Wpop yg hanya nerima pengasilan dari perusahaan. Misalnya:

Pengusaha.”

3) “Wpop yg memperoleh pengasilan dgn bekerja mandiri. Misalnya:

dokter, notaris, akuntan, konsultan.”

4) “Wpop yg hanya nerima pengasilan lain bersifat tdk final. Misalnya

seperti: bunga pinjaman, royalti.”

5) “Wpop yg hanya nerima pengasilan lain brsifat final. Misalnya:

bunga deposito, hadiah lotere.”

6) “Wpop yg hanya nerima pengasilan bukan subjek pajak. Misalnya:

bantuan donasi.”

7) “Wpop yg hanya nerima pengasilan dari luar negeri. Misalnya:

bunga, royalti PPh 24.”

22
8) “Wpop yg nerima pengasilan dari berbagai sumber. Misalnya:

pegawai swasta mempunyaii bisnis restoran, dan pegawai negeri

membuka praktek dokter.”

“Menurut Mardiasmo (2016: 70). Kewajiban wajib pajak adlh sbg

berikut:”

a) “Mendaftarkan diri utk memperoleh NPWP.”

b) “Melaporkan bisnisnya agar diakui sbg pengusaha kena pajak

(PKP).”

c) “Menghitung dgn benar dan membayar sendiri kewajiban

perpajakannya.”

d) “Mengisi SPT dgn benar, lalu melaporkannya sesuai dgn batas waktu

pelaporan yg tlh ditentukan.”

e)” Membuat pembukuan dan pencatatan.”

“Selain itu, hak2 Wajib Pajak Menurut Mardiasmo (2016: 72), adlh

sbg berikut:”

a) “Mengajukan permohonan perhitungan pajak yg dikenakann dlm

Surat Ketetapan Pajak (SKP).”

b) “Nerima tanda bukti pelapoan SPT.”

c) “Melakukan pembetulan SPT yg tlh dimasukkan.”

d) “Meminta pengembalian atas kelebihan pembayaran pajak.”

e) “Meminta bukti pemotongan dan pemungutan pajak.”

Apabila Wajib Pajak tdk menuhin kewajiban perpajakannya dan

berusaha menyembunyikan objek perpajakannya maka akann

dikenakann sanksi. “Pengenaan sanksi perpajakann kpd Wajib Pajak

23
dpt membuat Wajib Pajak menuhin kewajiban perpajakannya, sehingga

meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak.”“hal ini terjadi krn Wajib Pajak

merasa terbebani dan takut dikenakann sanksi atas kelalaian kewajiban

perpajakannya (Ayem dan Listiani, 2018).)”

“Dari uraian di atas dpt dijelaskan bhwa kewajiban perpajakann

Wpop adlh subjek pajak perorangan yg memperoleh pengasilan dari

usaha mereka sendiri/terlibat dlm pekerjaan tdk bebas yg mempunyaii

kewajiban dlm perpajakannya.”“Dlm penelitian ini peneliti

mengunakann Wajib Pajak Oang Pribadi sbg subjek yg akann diteliti

mengenai pengelapan pajak ditinjau dari sisi keadilan pajak, self

asesment sytem, tekhnologi informmasi perpajakann, dan automatic

exchange of information.”

c. Keadilan Pajak

Menurut Adam Smith dlm bukunya “The Wealth of Nations”

memberikan pedoman/asas-asas mengenai keadilan dlm pemungutan

pajak yg dikenal dgn ajaran “The Four Maxims” yg didlmnya

terkandung empat syarat, yaituu: equality, certainty, convenience, dan

economy. Keempat asas ini perlu dipahami oleh pembuat undang-

undang agar pemungutan pajak dpt dilaksanakann dgn baik (Sambodo,

2015: 9).

1. “Equality, yaituu pajak yg dikenakann harus adil dan merata, pajak

yg dipungut harus proporsional dgn kemampuan perpajakannya

dan sepdn dgn maenfaat yg diterima”. “Adil yg dimaksudkan

24
berarti bhwa setiap Wajib Pajak memberikan kontribusi utk

pengeluaran pemerintah sebanding dgn kepentingan dan manfaat

yg dibutuhkan.”

2. “Centainty, yaituu penetapan pajak tdk ditentukan secara

sewenang-wenang, Wajib Pajak perlu mengetaui secara jelas dan

pasti besarnya pajak yg terutang, kapan harus dibayar, dan batas

waktu pembayaran.”“Bagi Adam Smith kepastian lebih penting

daripd keadilan, jika tdk ada kepastian maka ketdkadilan dpt

terjadi.”“Dasar kepastian Adam Smith harus bisa menjamin

keadilan dlm proses pemungutan pajak yg diinginkan, yaituu

kepastian ttg subjek, objek, tarif yg berlaku, serta prosedur

perpajakann.”

3. “Convenience, yaituu kapan Wajib Pajak harus membayar pajak

hendaknya sesuai dgn saat yg tdk mempersulit Wajib Pajak.”

4. “Economy, yaituu biaya penagihan dan biaya pemenuhan

kewajiban pajak oleh Wajib Pajak sebaiknya sekecil

mungkin.”“Pajak seharusnya tdk menghalangi pembayar pajak utk

terus terlibat dlm kegiatan ekonominya, pajak harus dpt

memberikan manfaat yg lebih besar kpd masyarakann daripd beban

social.”

“Asas keadilan menurut Richard A. Musgrave dan Peggy B.

Musgrave dlm buku Waluyo (2013) terdpt dua asas keadilan

pemungutan pajak, yaituu:”

1. Prinsip Manfaat (Benefit Principle)

25
“Prinsip ini menyatakann bhwa suatu sistem perpajakann

dianggap adil jika kontribusi yg diberikan oleh Wajib Pajak sesuai

dgn manfaat yg diterimanya dari layanan pemerintah.”“Oleh krn itu,

prinsip manfaat ini tdk hanya menygkut kebijakann pajak saja, tetapi

juga menygkut kebijakann pengeluaran pemerintah yg dibiayai oleh

pajak.”

2. Prinsip Kemampuan Membayar (Ability Principle)

“Dlm prinsip ini, persoalan perpajakann hanya dpt dilihat dari

perspektif perpajakann itu sendiri terlepas dari pengeluaran publik

(pengeluaran pemerintah adlh pengeluaran fiskal utk kepentingan

umum).”“Prinsip kemampuan membayar digunaknn sbg pedoman

pembebanan pajak.”“Metode prinsip kemampuan membayar

dianggap dpt menyelesaikan masalah dgn baik terkait redistribusi

pendptan di masyarakat, tetapi mengabaikan masalah terkait dgn

penyediaan layanan publik.”

“Sementara itu, masalah keadilan dlm pemungutan pajak,

dibedakann antaraa lain sbg berikut:”

a. Keadilan Horizontal

“Keadilan horizontal berarti bhwa Wajib Pajak memiliki

pengasilan yg sama harus membayar dgn jumlah pajak yg sama

tanpa membedakann jenis pengasilan/sumber pengasilan.”

b. Keadilan Vertikal

“Prinsip ini berarti bhwa Wajib Pajak yg mempunyaii

kemampuan lebih besar harus membayar pajak yg lebih besar.”

26
“Dlm hal ini, prinsip keadilan vetikal memberikan perlakuan yg

sama dgn prinsip keadilan horizontal, namun diasumsikan bhwa

Wajib Pajak dgn kemampuan berbeda harus membayar pajak dgn

jumlah yg berbeda.”

“Keadilan perpajakann didasarkan thd pengelolaan pengenaan

pajak utk menuhin belanja publik yg didasarkan thd pembagian

kekayaan dan pendptan masyarakatnya.”“Prinsip ini dianut oleh seluruh

negara didlm rangka menuhin tuntutan keadilan didlm

hukum.”“Secara konsep, keadilan perpajakann mengimplikasikan

sistem redistribusi kekayaan masyarakat dimana orang yg mempunyaii

pendptan lebih besar membayar lebih banyak dari orang yg

mempunyaii pendptan lebih kecil (dimensi vertikal).” “Persepsi

masyarakat berkenaan keadilan sistem perpajakann yg berlaku di suatu

negara mempengaruhi pelaksanaan perpajakann yg baik di negara

tsb.”“Persepsi masyarakat ini akann mempengaruhi perilaku kepatuhan

pajak dan perilaku pengelapan pajak (Averti dan Suryaputri, 2018).”

Dari uraian di atas dijelaskan bhwa keadilan pajak memiliki peran

yg sangat penting terkait pemenuhan kewajiban perpajakann. Adanya

sistem perpajakann yg adil bedasarkan kemampuan membayar dpt

mempengaruhi masyarakat yg mengamati pengelapan pajak (tax

avesion) tdk ikut serta dlm penghindaran pajak secara ilegal.

d. Self asesment sytem

27
Sejak taun 1983 tlh terjadi reformasi sistem perpajakann di

Indonesia yg merubah official asesment sistem dimana fiskus

berwenang utk mementukan,“menghitung, dan menetapkan besarnya

pajak terutang yg harus dibayar oleh Wajib Pajak menjadi self asesment

sytem dimana Wajib Pajak yg berperan aktif dlm menghitung,

membayar, dan melaporkan pajak terutangnya sendiri.”

“Self asesment sytem menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:101)

yaituu suatu sistem perpajakann yg memberikan kepercayan kpd Wajib

Pajak utk menuhin dan melaksanakann kewajiban dan hak

perpajakannya sendiri. Dlm hal ini dikenakann dgn:”

1. “Mendaftarkan diri ke kantor pelayanan pajak”

2. “Menghitung sendiri jumpah pajak yg terutang”

3. “Menyetorkan pajak ke bank persepsi/kantor pos”

4. “Melaporkan pajak yg tlh dibayar kpd Direktorat Jendral Pajak”

5. “Menetapkan jumlah pajak yg terutang melalui pengisian secara

tepat dan benar.”

“Menurut Ilyas dan Burton (2013), self asesment sytem

mempunyaii makna yg jelas, yg secara jelas diatur dlm UU No. 16 taun

2009 ttg KUP yaituu:”

1. “Memungkinkan seluruh Wajib Pajak aktif dlm menuhin kewajiban

perpajakannya tanpa menunggu fiskus mengeluarkan surat ketetapan

pajak.”

2. “Jumlah pajak yg dibayarkan dlm periode berjalan dihitung sesuai

dgn ketentuan yg berlaku.”

28
3. “Fiskus mempunyai hak utk mnghitung jumlah pajak yg dilaporkan

oleh Wajib Pajak, selama fiskus mempunyaii data bhwa Wajib Pajak

belum melakukan perhitungan dgn benar.”“Setlh melakukan

pemeriksaan sesuai dgn undang-undang perpajakann, surat ketetapan

pajak akann diterbitkan”

Dlm hal2 yg berkaitan dgn sistem, tdk dpt terlepas dari kelebihan

dan kekurangan. Utami dan Aji (2015) menunjukan bhwa self

asesment sytem memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari

self asesment sytem antaraa lain: “(1) Uang pajak dpt langsung masuk

ke negara tanpa melalui proses yg rumit, krn tanpa melalui proses

penagihan thd semua Wajib Pajak, maka ada unsur efesiensi biaya

pemungutan pajak,”“(2) Adanya sanksi perpajakann bagi Wajib Pajak

yg gagal melaksanakann kewajiban perpajakannya dgn benar,”“dan (3)

Meningkatnya kebanggaan masyarakat krn tlh dipercaya oleh negara

utk menuhin hak dan kewajibannya.”Sedangkan kelemahan dari self

asesment sytem adlh sistem sangat rawan penipuan, seperti pengelapan

pajak legal dan penghindaran pajak ilegal

Menurut Friskianti (2014)“self asesment sytem akann berhasil

apabila menuhin syarat yg diharapkan ada di dlm Wajib Pajak, yaituu:”

1. Kesadaran Wajib Pajak.

“Kesadaran Wajib Pajak adlh suatu keadaan dimana Wajib Pajak

mengerti/mengetaui hak dan kewajiban dlm menuhin

perpajakannya.”“Kesadaran berarti Wajib Pajak mau melaksanakann

29
kewajiban perpajakann seperti mendaftarkan diri, menghitung,

membayar, dan melaporkan jumlah pajak yg terutangnya sendiri.”

2. Wajib Pajak yg jujur.

“Artinya bhwa Wajib Pajak melakukan kewajiban perpajakannya

dgn sebaik-baiknya dan sebenar2nya tanpa melakukan manipulasi,

perihal ini diperlukan di dlm sistem ini krn fiskus memberikan

wewenang/kepercayan kpd Wajib Pajak utk mendaftarkan diri,

menghitung, membayar, dan melapor jumlah pajak terutangnya

sendiri.”

3. Kesediaan Wajib Pajak utk membayar pajak.

“Bermakna bhwa Wajib Pajak tdk hanya memiliki kesadaran dlm

kewajiban perpajakannya, tetapi juga di dlm dirinya mempunyaii

kemauan dan keinginan yg tinggi dlm membayar pajak

terutangnya.”“Wajib pajak bersedia menuhin kewajiban

perpajakannya sesuai dgn peraturan dlm situasi di mana tdk

diperlukan inspeksi, investigasi menyeluruh, peringatan/ancaman

dan penerapan hukum dan sanksi administratif.”

4. Melaksanakann peraturan perpajakann dgn disiplin.

“Kedisiplinan Wajib Pajak berarti bhwa Wajib Pajak dlm

melaksanakann kewajiban perpajakannya dijalankan dgn tepat sesuai

dgn ketentuan dan peraturan perpajakann yg berlaku.” “Selain itu

kedisiplinan Wajib Pajak memili arti bhwa Wajib Pajak tdk

mempunyaii tunggakann pajak utk semua jenis pajak serta tdk

30
pernah dijatuhi hukuman tindak pidana krn melakukan tindak pidana

di bidang perpajakann.”

“Darci uraian di atas dpt dijelaskan kembali bhwa self asesment

sytem merupakann sistem pemungutan pajak yg memberikan wewenang

kpd Wajib Pajak mulai darci mendaftarkan diri, menghitung, membayar

dan melaporkan kewajiban perpajakannya sendiri bedasarkan peraturan

perUUan perpajakann.” “Melaui self asesment sytem diharapkan dpt

meningkatkan kesadaran dan tanggung jwb masyarakat dlm menuhin

kewajiban perpajakannya dan upaya penghidaran pajak secara ilegal dpt

dihindarci.”

e. Tekhnologi Informmasi Perpajakann

“Menurut definisi Uno dan Lamatenggo (2010: 57), tekhnologi

informmasi adlh alat/media utk mengolah data. Pengolahan data

meliputi meproses, memperoleh, nyusun, nyimpan dan mengolah data

dgn berbagai cara utk menghasilkan informmasi yg berkualitas yaituu

informmasi yg relevan, akurat dan tepat waktu.” Kebutuhan akann

tekhnologi informmasi saat ini semakin berkembang, terlebih dikala

Direktoral Jendral Pajak gencar lakukan reformasi perpajakann di awal

taun 2002.“Pd awal taun 2002 Ditjen Pajak mulai memperkenalkan

Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar (Large Tax Office, KPP

LTO) dgn memanfaatkan sistem informmasi tersendiri.”“Kemudian pd

taun 2005 Ditjen Pajak memperkenalkan KPP Pratama bersama KPP

Pratama Jakarta Gambir Dua sebagi piloting-nya sejalan bersama

31
berdirinya KPP Madya, sbg pilot project modernisasi KPP.”“Sistem

informmasi terhitung merasa dibenahi bersama diperkenalkannya

Sistem Informmasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP).” “Beragam

inovasi terus dikembangkan, tekhnologi terkini Big Data pun

diperkenalkan di lingkungan Ditjen Pajak di 2015.” “Perubahan

infrastruktur sistem informmasi pun juga dirancang (Nasirudin n.d).”

“Sbg bentuk konsolidasi, percepatan, dan perubahan sistem

perpajakann secara terus menerus, darci taun 2017 hingga 2020

dillakukan reformasi perpajakann jilid III.”“Reformasi perpajakann jilid

III didorong oleh sejumlah isu yg menjadi tantangan DJP saat ini dan di

masa mendatang.”“Tantangan tsb antaraa lain perlambatan ekonomi

global, pesatnya perkembangan ekonomi digital, target perpajakann yg

sejalan dgn pertumbuhan produk domestik bruto (PDB), jumlah SDM

DJP yg tdk proporsional dgn pertumbuhan jumlah wajib pajak, dan

rendahnya tingkat kepatuhan wajib pajak.”“Reformasi perpajakann jilid

III berfokus pd penyempurnaan lima pilar lembaga.” “Kelima pilar tsb

adlh bidang organisasi, sumber daya manusia (SDM), tekhnologi

informmasi dan database, proses bisnis, serta peraturan perundang-

undangan (Mardlo n.d).”

Tekhnologi informmasi dan database merupakann pilar ketiga darci

reformasi perpajakann jilid III dan menjadi fondasi reformasi

perpajakann jilid III. Di bidang tekhnologi informmasi dan bassis data,

DJP tlh menyusun sistem dan bassis data tekhnologi informmasi dan tlh

menjalin kerja sama dgn pihak terkait. Database milik pemerintah dpt

32
mengumpulkan data kekayaan wajib pajak. Dgn mengunakann sistem

yg baik utk mengolah kumpulan data ini dpt mendorong pengawasan

fiskus thd Wajib Pajak utk melakukan pengawasan pajak di masa

mendatang. Sinergi antaraa database dan perkembangan tekhnologi dpt

mengontrol dan memeriksa pihak mana yg tdk mematuhi kewajiban

perpajakannya (Safarina, 2018).

Darci berbagai kebijakann yg dirumuskan selama ini, kita bisa

melihat upaya penguatan database perpajakann Indonesia.“Kebijakann

tsb antaraa lain berupa pengapunan pajak (tax amnesty), akses

pertukaran informmasi perpajakann, dan akses ke sistem pembayaran

nasional/National Payment Gateway (NPG)/Gerpang Pembayaran

Nasional (GPN).”“Hal ini dillakukan utk menciptakann tekhnologi

informmasi dan database yg andal, mendukung proses bisnis DJP, dan

menghasilkan output yg akurat bedasarkan core business DJP

(Indaryani dan Juliarini, 2020).”“DJP tlh melakukan bbrp hal terkait

reformasi sistem tekhnologi informmasi perpajakann, antaraa lain

mengurangi interaksi secara langsung dgn Wajib Pajak dgn menyiapkan

service berbassis tekhnologi informmasi seperti Click, Call and

Counter.”“DJP juga tlh mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 80

Taun 2019.”

“Saat ini, DJP mengembangkan sistem Adm perpajakann (core tax

sistem) yg menjadi tempat tinggal baru bagi semua data yg

tersedia.”“Core tax sistem juga dilengkapi dgn sistem compliance risk

management yg dpt mendeteksi profil risiko Wajib Pajak.”“Saat itu

33
juga, DJP juga membuat taxpayer account yg terintegrasi secara

langsung dgn core tax sistem, dan mengembangkan sistem bisnis

berbassis tekhnologi informmasi seperti e-FIN, e-SPT, e-filing, e-form,

e-registration, e-biling, e-faktur, e-service, e-PHTB, e-KSWP, yg dpt

mempermudah Wajib Pajak dlm menuhin kewajiban

perpajakannya.”“DJP akann memakai big data analytics utk

memprediksi perilaku Wajib Pajak yg tdk hanya terbatas pd sarana

namun juga aturan.”“Selain itu, DJP membangun kolaborasi bersama

dgn membuat sistem open application programming interface untu

menaikkan pelayanannya (Lestari, 2020).”

Pengembangan sistem informmasi pelayanan pajak yg dillakukan

oleh Ditjen Pajak salah satunya sbg upaya mempermudah dlm

menjalankan self asesment sytem yg diharapkan dpt mempermudah

“Wajib Pajak dlm menuhin kewajiban perpajakannya seperti

menghitung, membayar, dan melaporkan pajaknnya.”“Dgn adanya

pembaharuan sistem ini diharapkan persepsi Wajib Pajak mengenai

sistem perpajakann akann meningkat dgn adanya kemudahan dlm

melaksanakann kewajiban perpajakann (Sasmito, 2017).”

Darci uraian di atas dpt dijelaskan bhwa tekhnologi informmasi

merupakann upaya reformasi yg dillakukan oleh Direktorat Jendral

Pajak dlm memodernisasi sistem informmasi dan pelayanan

perpajakannya mengingat bhwa kebutuhan akann tekhnologi

informmasi saat ini semakin berkembang. Dan prediksi penggunaan

terknologi perpajakann yaituu semakin maju dan modernnya terknologi

34
informmasi perpajakann yg digunaknn oleh pemerintah maka akann

semakin rendah tingkat pengelapan pajak (tax avesion). Dgn semakin

majunya penggunaan tekhnologi informmasi akann mendukung adanya

transparansi dan keterbukaan sehingga perilaku seperti tindakann

pengelapan pajak dpt diminimalisir.

f. Automatic Exchange of Information (AEOI)

AEOI ialah suatu standar yg merupakann konvensi bersama utk

membuka serta saling membagikan akses data keuangan kpd otoritas

pajak baik dlm /pun luar negeri sehingga dgn sistem ini Direktorat

Jendral Pajak dpt melakukan pelacakann seluruh rekening Wajib Pajak

di dlm maupun luar negeri secara otomatis (Aprilina, 2020).“DJP mulai

mengembangkan langkah-langkah strategis utk menghadapi Automatic

Exchange of Information (AEOI) di Indonesia pasca berakhirnya

program pengampunan pajak (tax amnesty) dan diterapkan mulai

September 2018 lalu.” Pengampunan pajak (tax amnesty) dianggap sbg

langkah awal reformasi perpajakann, memasuki era keterbukaan

informmasi, khususnya di bidang perpajakann. Pengampunan pajak

berakhir pd 31 Maret 2017. Setlh tiga periode pengampunan pajak,

penerimaan pajak masih berada di bwh target yg tlh ditetapkan. Atas

dasar itu, pemerintah mengoperasikan fasilitas automatic exchange of

information (AEOI) antar negara melalui Direktorat Perpajakann (DJP)

utk menelusuri potensi penerimaan pajak di luar negeri (Agustin, 2017).

35
Adapun yg melatar belakanngi pemerintah menerapkan kebijakann

AEOI adlh sbg berikut:

1) “Rendahnya tingkat kepatuhan Wajib Pajak terkait transaksi lintas

negara (low offshore compliance);”

2) “Otoritas pajak/fiskus memiliki kemampuan terbatas utk memantau

kepatuhan wajib pajak (WP);”

3) “EoI on Request dan Spontaneous EoI dirasa belum efektif utk

mengawasi kepatuhan Wajib Pajak Multinational Enterprises dan

High Wealth Individual Tax Payer.”

“Menurut OECD dlm jurnal Selvi (2018) pertukaran informmasi

utk kepentingan perpajakann memiliki tujuan utama, yaituu utk

memastikan fakte yg terkait dgn aturan konvensi pajak pengasilan harus

diterapkan.”“Selain itu, pertukaran informmasi diperlukan utk

membantu para pihak dlm penegakann hukum di bidang perpajakann

dlm negeri.”“Berbeda dgn OECD, di Indonesia tujuan pertukaran

informmasi lebih rinci dijelaskan dlm PMK No. 70/PMK.03/2017 ttg

Petunjuk Teknis Mengenai Akses Informmasi Keuangan utk

kepentingan Perpajakann.”“Tujuanya adlh utk mencegah penggelapan

dan penghindaran pajak, mencegah pihak-pihak yg tdk berkepentingan

utk menyalahgunakann P3B dan// memperoleh informmasi terkait

pelaksanaan kewajiban perpajakann Wajib Pajak.”“Dlm PMK ini

ditegaskan bhwa pertukaran informmasi dianggap dpt menghambat

praktik penghindaran pajak dan pengelapan pajak.”

36
“Pertukaran informmasi pajak berupa nama Wajib Pajak, NPWP

negara tempat tinggal, alamat sementara dan tetap Wajib Pajak, jenis

dan jumlah pengasilan dlm jangka waktu tertentu, serta informmasi

rinci Wajib Pajak di negara sumber.”“Selain itu, pertukaran informmasi

juga mencakup aset keuangan, harta tak bergerak, dan sbgnya

(Slancheva, 2017).”

“OECD (2012) menunjukan bhwa AEOI memiliki tujuh proses

dasar, yaituu:”

1. “Pembayar/agen pembayaran (darci negara sumber) mengumpulkan

informmasi darci Wajib Pajak dan/menghasilkan informmasi

sendiri.”

2. “Pembayar/agen pembayaran melaporkan informmasi tsb ke otoritas

pajak negara sumber.”

3. “Otoritas pajak negara sumber merangkum informmasi tsb ke negara

tempat tinggal Wajib Pajak.”

4. “Informmasi dienkripsi dan dikirimkan ke otoritas negara tempat

tinggal.”

5. “Informmasi diterima dan dideskripsi.”

6. “Negara tempat tinggal secara otomatis/manual memasukan

informmasi yg relevan ke dlm proses pencocokan.”

7. “Negara tempat tinggal menganalisa hasil dan mengambil tindakann

kepatuhan yg sesuai.”

“AEOI merupakann kesempatan bagi Indonesia utk mencegah dan

mengurangi praktik penghindaran dan pengelapan pajak, krn AEOI

37
merupakann Big Data di bidang perpajakann yg memberikan

informmasi keuangan secara rinci dan legal darci berbagai negara

pejanji.”“Dgn bantuan AEOI diharapkan kepatuhan Wajib Pajak dpt

ditingkatkan melalui pelaporan yg lebih transparan.”

B. Penelitian Terdahulu

“Penelitian ini merujuk pd bbrp penelitian terdahulu dlm melakukan

penelitian ini, yg ditunjukkan dlm tabel sbg berikut:”

“Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu”
No Peneliti Variable Data Hasil Penelitian
(Taun)
1. Utami dan Variable “Wajib Pajak“Hasil penelitian
Helmi dependen: Orang Prinadi
menunjukan bhwa
(2016) Pengelapan pajak yg melakukantarif pajak,
Variable usaha di Kota
tekhnologi
independen: Pdng” informmasi
- Tarif pajak perpajakann, dan
- Tekhnologi keadilan sistem
informmasi berpengaruh
perpajakann signifikan thd
- Keadilan sistem pengelapan pajak
di KPP Pratama
Kota Pdng.”
2. Fatimah dan Variable “Wpop pd “Hasil penelitian
Wardani dependen: KPP Pratama menunjukan bhwa
(2017) Pengelapan pajak Temanggung” sistem
Variable perpajakann,
independen: norma subjektif,
- Sistem diskriminasi,
perpajakann kualitas pelayanan,
- Norma subjektif dan kemungkinan
- Diskriminasi terjadinya
- Kualitas kecurangan tdk
pelayanan pajak berpengaruh thd
- Kemungkinan pengelapan pajak.
terdeteksinya sedangkan
kecurangan keadilan pajak dan
- Keadilan pajak kepatuhan bapak
- Kepatuhan pajak berpengaruh thd

38
pengelapan pajak”.
3. Yuliyanti Variable “Wajib Pajak “Hasil penelitian
dkk dependen: yg terdaftar menunjukan bhwa
(2017) Pengelapan pajak pd KPP keadilan pajak,
Variable Boyolali” sanksi
independen: perpajakann, dan
- Keadilan pajak tekhnologi
- Tarif pajak informmasi
- Sanksi perpajakann
perpajakann berpengaruh thd
- Sistem persepsi
perpajakann pengelapan pajak.
- Tekhnologi sedangkan tarif
informmasi pajak dan sistem
perpajakann perpajakann tdk
berpengaruh thd
persepsi
pengelapan pajak.”
4. Onasis Variable “Wajib Pajak “Hasil penelitian
(2019) dependen: yg terdaftar di menunjukan bhwa
Kepatuhan KPP AEOI berpengaruh
membayar pajak Pekanbaru thd kepatuhan
Variable Senapelan” wajib pajak.
independen: Sedangkan sanksi
- Penerapan AEOI pajak dan
- Saksi pajak kesadaran wajib
- Kesadaran wajib pajak tdk
pajak berpengaruh thd
kepatuhan.”
5. Anggayasti Variable “Wajib Pajak “Hasil penelitian
dan dependen: di KPP menunjukan bhwa
Padnyawati Pengelapan pajak Pratama keadilan pajak,
(2020) Variable Denpasar diskriminasi,
independen: Timur” sistem perpajaka,
- Keadilan pajak dan tekhnologi
- Diskriminasi informmasi
- Sistem perpajakann
perpajakann berpengaruh thd
- Tekhnologi pengelapan pajak.”
informmasi
perpajakann
6. Aprilina Variable “Wpop yg “Hasil penelitian
(2020) dependen: melakukan menunjukan bhwa
Niat penghindaran bisnis online e-commerce
pajak di Bekasi” berpengaruh thd
Variable niat penghindaran
independen: pajak. Sedangkan
- E-commerce automatic

39
- Automatic exchange of
exchange of information dan
information self asesment
- Self asesment sytem tdk
sytem berpengaruh thd
niat penghindaran
pajak.”

C. Kerangka Berpikir

Variable tindakann pengelapan pajak dlm penelitian ini diduga

dipengaruhi oleh variable keadilan pajak, self asessment sistem, tekhnologi

informmasi perpajakann, dan automatic exchange of information. Adapun

model kerangka berpikir yg dimaksud sbgmana gambar berikut ini:

Gambar 2.1
Kerangka Berpikir

Keadilan Pajak (X1)

H1
Self asesment sytem (X2) Tindakann
H2 Pengelapan pajak
(Tax avesion)
Tekhnologi Informmasi
H3 (Y)
Perpajakann (X3)
Automatic Exchange of
H4
Information (X4)

H5

Keterangan:
= Pengaruh secara parsial
= Pengaruh secara simultan

D. Hipotesis

40
1. Pengaruh Keadilan Pajak Thd Tindakann Pengelapan pajak (Tax

avesion).

“Teori keadilan Rawles (1971) dlm Ardhyaksa (2014) menunjukan

bhwa pemungutan pajak harus bersifat final, adil dan merata.”“Adanya

pemikiran ttg pentingnya keadilan bagi Wajib Pajak dlm perpajakann

akann mempengaruhi sikap Wajib Pajak thd pembayaran pajak.” “Namun,

keadilan dlm perpajakann ditentukan oleh pandangan masyarakar, jika

kontribusi yg diberikan oleh masyarakat dpt mensejahterakann.”

“Asas keadilan sangat penting bagi pemerintah khususnya utk

dijadikan pedoman merumuskan kebijakann terkait pengenaan dan

pemungutan pajak.”“Keadilan yg dimaskud adlh Wajib Pajak diperlakukan

secara adil dlm pengenaan dan pemungutan pajak (UMN)).”

“Bedasarkan penelitian Wahyuningratri (2018) menunjukan adanya

pengaruh negatif dan signifikan antaraa keadilan pajak thd perpsepsi etis

Wajib Pajak mengenai etika pengelapan pajak.”“Semakin tinggi keadilan

dlm pengenaan dan pemungutan pajak, maka tindakann pengelapan pajak

akann semakin rendah.”“Sebaliknnya, apabila semakin rendak keadilan

dlm pengenaan dan pemungutan pajak maka tindakann pengelapan pajak

akann semakin tinggi. Bedasarkan uraian tsb dpt dirumuskan hipotesis sbg

berikut:”

H1: “Keadilan pajak berpengaruh thd tindakann pengelapan pajak (tax

avesion).”

41
2. Pengaruh Self asesment sytem Thd Tindakann Pengelapan pajak (Tax

avesion).

“Saat ini Indonesia menganut sistem perpajakann self asesment sytem.

Sistem self asesment diharapkan dpt meningkatkan kesadaran Wajib Pajak

dlm menuhin kewajiban perpajakannya.”“Namun, sistem self asesment

memungkinkan wajib pajak melakukan kecurangan (Friskianti,

2014).”“Fenomena yg terjadi di Indonesia pd umumnya sama, seperti

Wajib Pajak tdk mendaftarkan diri, adanya Wajib Pajak yg tdk

menyampaikan SPT/menyampaikan SPT yg tdk benar, serta tdk membayar

pajak yg seharusnya terutang.”

”Berdarakann penelitian Damayanti (2017) menyatakann bhwa self

asesment sytem berpengaruh thd tindakann pengelapan pajak.”“Hal ini

menunjukan bhwa semakin baik pelaksanaan self asesment sytem maka

tindakann pengelapan pajak rendah.”“Namun, apabila semakin buruk

pelaksanaan self asesment sytem maka tindakann pengelapan pajak akann

semakin tinggi.”“Bedasarkan uraian tsb dpt dirumuskan hipotesis sbg

berikut:”

H2: “Self asesment sytem berpengaruh thd tindakann pengelapan pajak

(tax avesion).”

3. Pengaruh Tekhnologi Informmasi Perpajakann Thd Tindakann

Pengelapan pajak (Tax avesion).

“Selain melakukan reformasi perpajakann, Direktorat Jendral Pajak

juga tlh mengunakann kemajuan tekhnologi utk memodernisasi Adm

42
perpajakann.”“Modenisasi pelayanan perpajakann yg dillakukan olh

pemerintah diharapkan dpt meningkatkan kualitas pelayanan, sehingga dgn

adanya kemudahan pembayaran dan pelaporan pajak diharapkan

kepatuhan Wajib Pajak akann meningkat (Friskianti, 2014).”

“Sbg organisasi pemerintah yg berwenang melakukan pengelolaan

pajak, Direktorat Jendral Pajak menyadarci sepenuhnya bhwa tanpa

adanya improvisasi tekhnologi informmasi, dnamika yg sedang

berkembang di masyarakat terutama dinamika bisnis tdk akann dpt

diantisipasi.”“Memaksimalkan penggunaan tekhnologi informmasi akann

mendukung program transparansi dan keterbukaan yg memungkinkan

terjadinya korupsi, kolusi, dan nepotisme. Selain itu, perilaku yg termasuk

penyalahgunaan kekuasaan juga dpt diminimalisir (Utami dan Helmi,

2016)”

“Hasil penelitian yg dillakukan oleh Permatasari (2013) menunjukan

indikasi yg bersifat signifikan thd variable tekhnologi informmasi

perpajakann.”“Hal ini menunjukan bhwa semakin baik tekhnologi

informmasi perpajak yg ada maka perilaku penghindaran pajak dianggap

buruk, dan sebaliknnya. Bedasarkan uraian tsb dpt dirumuskan hipotesis

sbg berikut:”

H3: “Tekhnologi informmasi perpajakann berpengaruh thd tindakann

pengelapan pajak (tax avesion).”

4. Pengaruh Automatic Exchange of Information Thd Tindakann

Pengelapan pajak (Tax avesion).

43
“Transaksi keuangan lintas negara merupakann salah satu upaya

Wajib Pajak dlm kegiatan penggelapan dan penyelundupan pajak.”

“Pengungkapan informmasi transaksi bank/Automatic Exchange of

Information akann membantu Direktorat Jendral Pajak utk menegakkan

hukum dan melacak penggelapan dana di dlm dan di luar negeri (Lestari,

2017).”

AEOI merupakann standar global baru yg digunaknn utk ngehindarcin

kemungkinan penggelapan dana yg dillakukan oleh para penggemplang

pajak. Dlm sistem AEOI ini, Direktorat Jendral Pajak (DJP) dpt

mengakses secara otomatis seluruh data nasabah Wajib Pajak. “Akses ke

database nasabah tdk akann dibatasi dlm hal terkait pemeriksaan /pun

melewati perizinan darci Otoritas Jasa Keuangan (OJK)/Menteri

Keuangan. Transparasi tdk hanya dillakukan didlm negeri, tetapi juga di

dunia internasional (Andiani dkk, 2017).”

Bedasarkan penelitian Ispriyarso (2019) memberikan bukti bhwa

keberadaan AEOI dpt mewadai negara-negara yg ikut serta utk bekerja

sama dlm pertukaran informmasi, melalui kerjasama ini praktik seperti

penghindaran dan pengelapan pajak dpt diminimalisir dan dpt

mengembalikan pendptan negara. Bedasarkan uraian tsb dpt dirumuskan

hipotesis sbg berikut:

H4: Automatic exchange of information berpengaruh thd tindakann

pengelapan pajak (tax avesion).

44
5. Pengaruh Simultan Variable Independen Thd Tindakann Pengelapan

pajak (Tax avesion).

Hipotesis ini menguji secara simultan variable keadilan pajak, self

asesment sytem, tekhnologi informmasi perpajakann, dan automatic

exchange of information berpengaruh thd tindakann pengelapan pajak (tax

avesion). Dlm menganalisis dgn lebih darci dua variable independen,

pengujian ini dillakukan utk mengerahui pengaruh keempat variable

independen secara bersama-sama (simultan) thd variable dependennya.

Menurut penelitian yg dillakukan oleh Anggayasti dan Padnyawati

(2020) menunjukan bhwa keadilan pajak dan tekhnologi informmasi

perpajakann berpengaruh thd tindakann pengelapan pajak. Dlm hal ini

berarti bhwa pengelapan pajak dpt diatasi/dikurangi apabila keadilan dlm

sistem perpajakann semakin baik. Selain itu dgn meningkatnya

penggunaan tekhnologi informmasi perpajakann yg tersedia juga akann dpt

mengatasi/mengurangi tindakann pengelapan pajak yg dillakukan oleh

Wajib Pajak.

Bedasarkan penelitian Razif dan Rasyidah (2019) menunjukan bhwa

self asesment sytem berpengaruh thd pengelapan pajak. dlm hal ini

menunjukan apabila semakin baik Wajib Pajak menerapkan self asesment

sytem/semakin baik Wajib Pajak menunjukan tingkat kebenaran

menghitung, membayar, dan melaporkan SPT nya maka akann

mengurangi kecenderungan Wajib Pajak melakukan tindakann pengelapan

pajak. Selain itu penelitian Onasis (2019) menunjukan bhwa Automatic

Exchange of Information (AEOI) berpengaruh atas kepatuhan membayar

45
pajak. AEOI mempunyaii tujuan salah satunya yaituu mencegah praktik

pengelapan pajak yg dillakukan oleh Wajib Pajak yg menyembunyikan

pengasilannya naupun asetnya di luar negeri. Bedasarkan uraian tsb dpt

dirumuskan hipotesis sbg berikut:

H5: Keadilan pajak, self asesment sytem, tekhnologi informmasi

perpajakann, dan automatic exchange of information berpengaruh secara

simultan thd tindakann pengelapan pajak (tax avesion).

46
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Bedasarkan jenisnya penelitian dibagi menjadi dua, yaituu penelitian

kuantitatif dan penelitian kualitatif. Penelitian kuantitatif pd dasarnya utk

mengubah data penelitian ke dlm bentuk angka-angka yg mudah dipahami,

seperti persentase. Sedangkan penelitian kualitatif merupakann penelitian yg

bersifat apa adanya darci kondisi yg kita teliti (Hikmawati, 2017).

Desain penelitian ini mengunakann jenis penelitian kuantitatif dan sifat

penelitian dlm penelitian ini yaituu kausalitas. Penelitian kuantitatif

merupakann metode yg berdasar filsafat positivisme mempunyaii tujuan

melukiskan dan menguji hipotesis yg dibuat oleh peneliti. Penelitian

kuantitatif memuat banyak angka-angka darci pengumpulan, pengolahan, serta

hasil yg didominasi dgn angka (Sugiyono, 2018). Penelitian kuantitatif yg

akann di teliti dlm penelitian ini yaituu dgn meneliti pengaruh keadilan pajak,

self asesment sytem, tekhnologi informmasi perpajakann, dan automatic

exchange of information thd tindakann pengelapan pajak (tax avesion).

B. Operasional Variable

“Variable yg digunaknn dlm penelitian ini terdiri darci keadilan pajak,

self asesment sytem, tekhnologi informmasi perpajakann, dan automatic

exchange of information sbg variable independen dan pengelapan pajak (tax

avesion) sbg variable dependen.”

47
1. Variable Independen

a. Keadilan Pajak (X1)

“Keadilan pajak berkaitan dgn persepsi Wajib Pajak mengenai

prosedur, kebijakann dan ketetapan perpajakann yg diterapkan oleh

sistem perpajakann Indonesia dirasa tlh adil perlakuannya.”“Dlm hal

ini, keadilan pajak dianggap adil saat besaran pajak terutang seimbang

dgn kemampuan Wajib Pajak masing-masing. (Friskianti dan

Handayani, 2014).”“Skala pengukuran yg digunaknn dlm keadilan

pajak adlh skala likert 6 poin. Angka 1 utk Sangat Sangat Tdk Setuju

(SSTS), angka 2 utk Sangat Tdk Setuju (STS), angka 3 utk Tdk Setuju

(TS), angka 4 utk Setuju (S), anga 5 utk Sangat Setuju (SS), dan

angka 6 utk Sangat Sangat Setuju (SSS).”

b. Self asesment sytem (X2)

“Sistem perpajakann self asesment sytem sistem pemungutan

pajak yg menberikan kepercayan kpd Wajib Pajak utk menghitung,

membayar dan melaporkan pajaknnya sendiri, sehingga diharapkan

Wajib Pajak dpt menerapkan sistem perpajakann dgn cara yg

sederhana, terkendali, dan mudah dipahami (Indraswari,

2016).”“Skala pengukuran yg digunaknn dlm self asesment sytem adlh

skala likert 6 poin.”“Angka 1 utk Sangat Sangat Tdk Setuju (SSTS),

angka 2 utk Sangat Tdk Setuju (STS), angka 3 utk Tdk Setuju (TS),

angka 4 utk Setuju (S), anga 5 utk Sangat Setuju (SS), dan angka 6 utk

Sangat Sangat Setuju (SSS).”

48
c. Tekhnologi Informmasi Perpajakann (X3)

“Direktorat Jendral Pajak (DJP) tlh melakukan bbrp reformasi

perpajakann dan manajemen perpajakann modern.”“Penerapan

tekhnologi informmasi terkini dlm pelayanan perpajakann seperti

online payment, e-SPT, e-filing, e-registration, dan e-

biling.”“Modernisasi layanan perpajakann diharapkan dpt

memberikan kemudahan bagi wajib pajak menuhin kewajiban

perpajakannya utk meminimalkan perilaku pengelapan pajak (Ulfa,

2015).”“Skala pengukuran yg digunaknn dlm tekhnologi informmasi

perpajakann adlh skala likert 6 poin. Angka 1 utk Sangat Sangat Tdk

Setuju (SSTS), angka 2 utk Sangat Tdk Setuju (STS), angka 3 utk Tdk

Setuju (TS), angka 4 utk Setuju (S), anga 5 utk Sangat Setuju (SS),

dan angka 6 utk Sangat Sangat Setuju (SSS).”

d. Automatic Exchange of Information (X4)

AEOI adlh sistem pertukaran informmasi rekening wajib pajak

antar negara. Melalui sistem ini, otoritas pajak negara asal dpt secara

otomatis melacak semua wajib pajak yg tlh membuka rekening di

negara lain. Pemahaman Wajib Pajak ttg AEOI sangat penting utk

menentukan sikap dan perilaku wajib pajak dlm menuhin

kewajibannya (Andiani dkk, 2017). Skala pengukuran yg digunaknn

dlm automatic exchange of information adlh skala likert 6 poin.

Angka 1 utk Sangat Sangat Tdk Setuju (SSTS), angka 2 utk Sangat

49
Tdk Setuju (STS), angka 3 utk Tdk Setuju (TS), angka 4 utk Setuju

(S), anga 5 utk Sangat Setuju (SS), dan angka 6 utk Sangat Sangat

Setuju (SSS).

2. Variable Dependen

a. Pengelapan pajak (Tax avesion) (Y)

Pengelapan pajak (tax avesion) adlh usaha yg dillakukan oleh

Wajib Pajak utk mengelak/ngehindarcin diri darci kewajiban

perpajakannya, dan merupakann perbuatan yg melangar undang-

undang perpajakann. (Ardian & Pratomo, 2015). Skala pengukuran yg

digunaknn dlm pengelapan pajak adlh skala likert 6 poin. Angka 1 utk

Sangat Sangat Tdk Setuju (SSTS), angka 2 utk Sangat Tdk Setuju

(STS), angka 3 utk Tdk Setuju (TS), angka 4 utk Setuju (S), anga 5

utk Sangat Setuju (SS), dan angka 6 utk Sangat Sangat Setuju (SSS).

Tabel 3.1
Operasional Variable
Skala
No Variable Definisi Indikator
Pengukuran

1. Keadilan Masyarakat 1. Pengenaan pajak Ordinal.


Pajak (X1) perlu adil dan merata.
memastikan 2. Pengenaan pajak
bhwa mereka adil bedasarkan
(Friskianti diperlakukan undang-undang
dan dgn adil ketika pajak.
Handayani, negara 3. Pajak yg
2014) mengenakann disetorkan
dan memungut proporsional dgn
pajak. manfaat yg
diterima.
4. Kemampuan dlm
pembayaran pajak.

50
5. Keadilan aparat
pajak dlm
melaksanakann
ketentuan pajak.

2. Self asesment Sistem 1. Mendaftarkan diri Ordinal.


sytem (X2) perpajakann yg sbg Wajib Pajak.
memberikan 2. Menghitung pajak
wewenang kpd yg terutang sesuai
(Indraswari, Wajib Pajak dgn undang-
2016) utk undang
melaksanakann perpajakann.
hak dan 3. Menyetorkan pajak
kewajiban terutang sesuai dgn
perpajakannya kewajiban.
sendiri. 4. Mengisi surat
pemberitauan
pajak (SPT)
5. Melaporkan SPT
sesuai dgn tanggal
jatuh tempo
pelaporan

3. Tekhnologi Penerapan 1. Ketersediaan dan Ordinal.


informmasi tekhnologi memadainya
perpajakann informmasi yg tekhnologi
(X3) terkini dlm informmasi
pelayanan perpajakann.
perpajakann. 2. Akses informmasi
(Ulfa, 2015) yg mudah.
3. Memanfaatkan
fasilitas tekhnologi
informmasi yg
tersedia.
4. Adanya
peningkatan dlm
fasilitas pelayanan.
5. Tekhnologi
informmasi
perpajakann
mudah dipelajari.

4. Automatic Sistem 1. Pemahaman Wajib Ordinal.

51
exchange of pertukaran Pajak mengenai
information data rekening sistem AEOI.
(X4) bank otomatis 2. Penerapan AEOI
antar negara. dlm informmasi
Wpop.
(Andiani dkk, 3. Kesesuaian sistem
2017) pelaporan pajak.
4. Kesesuaian
tekhnologi
informmasi bassis
data yg kuat dan
sesuai dgn standar.
5. Peraturan yg
menerapkan.

5. Pengelapan Cara ilegal 1. Pengelapan pajak Ordinal.


pajak (Y) (upaya yg tdk terjadi krn kondisi
wajar) yg lingkungan.
dillakukan 2. Pengelapan pajak
(Ardian & oleh Wajib terjadi krn
Pratomo, Pajak utk pelayanan fiskus
2015) ngehindarcin/ mengecewakann.
melarikan diri 3. Pengelapan pajak
darci terjadi krn
kewajiban tingginya tarif
perpajakann pajak.
seperti 4. Pengelapan pajak
mengurangi, terjadi krn sistem
menghapus, Adm perpajakann
dan yg buruk.
memanipulasi 5. Pengelapan pajak
jumlah pajak terjadi krn
yg terutang. ketdktauan WP
mengenai UU
perpajakann.

C. Sumber Data, Tempat dan Waktu Penelitian

“Sumber data yg digunaknn dlm penelitian ini yaituu mengunakann

sumber data primer.”“Dlm penelitian ini, peneliti akann menyebarkan

52
kuisioner kpd responden yaituu Wpop yg melakukan pekerjaan bebas seperti

notaris, akuntan, konsultan, pengacara, dokter, dan sbgnya.”“Adapun tempat

penelitian ini dillakukan di wilayah Jakarta Selatan dan waktu yg digunaknn

pd penelitian ini dillakukan mulai darci bln Januari sampai dgn

selesai.”“Alasan peneliti melakukan penelitian pd Wpop yg melakukan

pekerjaan bebas yaituu sesuai dgn fenomena yg diambil yaituu adanya

pengelapan pajak yg dillakukan oleh pekerja bebas dan peneliti ingin

mengetaui persepsi Wpop yg melakukan pekerjaan bebas thd tindakann

pengelapan pajak (tax avesion) ditinjau darci sisi keadilan pajak, self

asesment sytem, tekhnologi informmasi perpajakann, dan automatic exchange

of information.”

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

“Populasi yg digunaknn dlm penelitian ini yaituu Wpop yg melakukan

pekerjaan bebas di Jakarta Selatan.” “Alasan peneliti mengambil Wpop yg

melakukan pekerjaan bebas krn sesuai dgn fenomena dlm penelitian ini

yaituu Wpop yg berkewajiban mendaftarkan diri, menghitung, membayar,

dan melaporkan kewajiban perpajakannya sendiri.”

2. Sampel

“Sampel yg diambil dlm penelitian ini mengunakann metode simple

random sampling/probability sampling.”“Simple random sampling yaituu

pengambilan sampel dipilih secara acak darci populasi tanpa

memperhatikan kelas yg ada dlm populasi (Sugiyono, 2018).”“Dlm

53
menentukan jumlah sampel dlm penelitian ini, peneliti mengunakann

rumus Lemeshow krn jumlah populasi tdk diketaui.”“Adapun rumus

Lemeshow adlh sbg berikut:”

Z 2 x p (1− p)
“n= ”
d2

Di mana:

n = “jumlah minimal sampel yg diperlukan”

Z = “tingkat kepercayan (90%)”

p = “maximal estimation (0,5)”

d = “limit darci error/presisi absolut (10%)”

Bedasarkan rumus maka penentuan sampel adlh:

( 1,64 )2 x 0,5(1−0,5)
n= =67,24
0,12

Bedasarkan perhitungan rumus Lemeshow di atas, maka jumlah sampel yg

digunaknn sbg syarat dlm penelitian ini sebanyak 67,24 responden. Utk

menambah akurasi data dlm penelitian ini maka peneliti mengambil

sampel sebanyak 70 responden.

E. Metode Pengumpulan Data

“Metode pengumpulan data yg dillakukan dlm penelitian ini dgn data

primer yg diperoleh oleh peneliti berasal darci pihak pertama yakni dgn

teknik kuisioner.”“Kuisioner yaituu teknik menyatukan informmasi dgn cara

membuat daftar pertanyaan yg mempunyaii tujuan utk mempelajari sikap,

keyakinan, perilaku san karakteristik responden (Indraswari, 2016). Kuisioner

dibagikan kpd Wpop yg melakukan pekerjaan bebas di Jakarta Selatan.”

54
“Adapun skala pengukuran yg digunaknn dlm penelitian ini adlh skala

likert 6 poin dgn keterangan sbg berikut:”

“Tabel 3.2
Skala Pengukuran”
Angka Keterangan

1 Sangat Sangat Tdk Setuju

2 Sangat Tdk Setuju

3 Tdk Setuju

4 Setuju

5 Sangat Setuju

6 Sangat Sangat Setuju

F. Metode Analisis Data

“Analisis data dlm penelitian ini dillakukan dgn mengunakann bantuan

program aplikasi statistik komputer, yaituu SPSS Versi 25 (Software Statistic

Product For the Social Science).”“Adapun metode analisis data dlm penelitian

ini sbg berikut:”

1. Uji Kualitas Data

a. Uji Validitas

“Validitas merupakann suatu ukuran yg menunjukan bhwa alat

ukur tsb dpt mengukur derajat pengukurannya.”“Uji validitas

digunaknn utk mengukur valid tdknya kuesioner.”“Jika pertanyaan dlm

kuesioner dpt mengungkapkan apa yg akann diukur dgn kuesioner tsb,

maka kuesioner tsb dianggap valid (Ghozali, 2018).”“Uji validitas

mengunakann dua aspek dgn tingkat signifikansi 0,05. Standar

pengujiannya adlh sbg berikut:”

55
(1) “Jika rhitung > rtabel (uji dua sisi mengunakann Sig. 0,05), maka

instrumen/soal memiliki korelasi yg signifikan dgn skor total

(pernyataan tsb valid)”

(2) “Jika rhitung < rtabel (uji dua sisi mengunakann Sig. 0,05), maka

tdk terdpt korelasi yg signifikan antaraa instrumen/soal dgn skor total

(dinyatakann tdk valid)”

b. Uji Reliabilitas

“Reliabilitas mengacu pd tingkat kepercayan yg tinggi pd suatu

alat, krn alat tsb baik, sehingga dpt digunaknn sbg alat pengumpul

data.”“Instrumen yg andal juga dpt menghasilkan data yg andal.”“Uji

reliabilitas ini digunaknn utk menguji konsistensi data dlm periode

waktu tertentu, yaituu waktu utk menentukan

kepercayan/ketergantungan pengukuran.”“Tujuan darci uji reliabilitas

ini adlh utk melihat konsistensi.”“Kesepakatan secara umum reliabilitas

dianggap sudah cukup memuaskan apabila cronbach alpha ≥ 0,700.”

“Jika nilaii cronbach alpha > 90 maka reliabilitas sempurna.”“Jika

cronbach alpha berada diantaraa 0,50 – 0.70 maka reliabilitas

moderat.” “Dan jika cronbach alpha < 50 maka reliabilitas

rendah.”“Apabila reliabilitas rendah, maka kemungkinan satu/bbrp item

tdk reliabel.”

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

56
“Tujuan pengujian normalitas adlh apakah variable dependen

(terikat) dan variable independen (bebas) berdistribusi normal dlm

model regresi.”“Seperti yg kita ketaui bersama, uji t dan uji F

mengansumsukan nilaii residual mengukuti distribusi ormal. Jika

asumsi ini dilanggar, maka uji statistik utk ukuran sampel yg kecil tdk

valid (Ghozali, 2018).”“Analisis One-Sample Kolmogorov Smirnov

digunaknn dlm penelitian ini. Pedoman pengumpulan data kesimpulan

adlh sbg berikut:”

1) “Jika nilaii sig (2-tailed) > 0,05 maka sebaran data normal.”

2) “Jika nilaii sig (2-tailed) < 0,05 maka sebaran data tdk normal.”

“Selain mengunakann analisis One-Sample Kolmogorov Smirnov,

yaituu dgn melihat peta probabilitas normal utk menguji apakah data

berdistribusi normal.”“Model regresi yg baik adlh berdistribusi

normal/mendekati data berdistribusi normal.” “Normalitas dpt dideteksi

dgn melihat sebaran data pd sumbu diagonal pd diagram.”

b. Uji Multikolinearitas

“Uji multikoliniaritas bertujuan utk menguji apakah model regresi

memiliki korelasi antaraa variable independen.”“Uji multikolinearitas

dpt dilihat darci nilaii VIF (Variiance Inflation Faktor) dan

toleransi.”“Toleransi mengukur variabilitas variable yg dipilih,

sedangkan variable independen lainya tdk menjelaskan hal ini. Nilaii

cut of yg biasa digunaknn utk menyatakann multikoliniaritas adlh nilaii

Tolerance < 0,10/sama dgn nilaii VIF > 10 (Ghozali, 2018).”

57
1) “Apabila nilaii tolerance > 10 dan nilaii VIF < 10 berarti tdk terjadi

multikoliniaritas.”

2) “Apabila nilaii tolerance < 10 dan nilaii VIF > 10 berarti tlh terjadi

multikoliniaritas.”

c. Uji Heterokedastisitas

“Uji heterokedatisitas bertujuan utk menguji apakah terdpt

ketimpangan pd residual darci satu observasi ke observasi lainnya dlm

model regresi.”“Jika varians darci residual darci satu pengamatan ke

pengamatan lainnya konstan disebut homoskedastisitas, dan jika

berbeda disebut heterokedatisitas (Ghozali, 2018).”“Tdk/adanya

heterokedatisitas terdeteksi dgn melihat plot grafis (Scatterplot) antaraa

nilaii prediksi variable terikat (ZPRED) ke residual

(SRESID).”“Adapun dasar yg digunaknn dlm uji heterokedatisitas adlh

sbg berikut:”

1) “Jika gambarnya terlihat pola titik bergelombang/melebar dan

kemudian menyempit dpt disimpullkan bhwa terdpt

heterokedatisitas.”

2) “Jika tdk ada pola yg jelas, serat yg menghiasi akann berserakann di

bwh angka 0 pd sumbu Y tdk terdpt heterokedatisitas.”

3. Uji Regresi Linear Berganda

Secara umum rumus persamaan regresi linear berganda adlh:

Y =α + β 1 X 1+ β2 X 2 + β 3 X 3 + β 4 X 4 + ε

58
Koefisien-koefisien persamaan regresi linear berganda di atas apat

diartikan sbg berikut:

Y = “subjek nilaii dala variable dependen yg diprediksi”

α = “nilaii Y apabila X = 0”

β = “angka arak koefisien regresi masing-masing variable”

X= “subjek masing-masing variable independen yg memiliki nilaii

tertentu.”

a. Koefisien Determinasi

“Tujuan darci koefisien determinasi adlh utk mengukur

kemampuan model dlm menjelaskan perubahan variable dependen.”

“Saat menguji hipotesis pertama, koefisien determinasi dpt dilihat darci

nilaii (adjusted R2) utk mengetaui sejauh mana variable independen

berpengaruh thd variable dependen.”“Nilaii R2 mempunyaii inteval

antaraa 0 dan 1.”“Jika nilaii R2 mempunyaii nilaii besar (mendeteksi 1),

berarti variable independen dpt memberikan hampir semua informmasi

yg dibutuhkan utk memprediksi variable dependen.”“Sedangkan jika

(adjusted R2) kecil, berarti kemampuan variable independen dlm

menjelaskan variable dependen sangat terbatas.”“Secara umum, krn

perbedaan yg besar antaraa masing-masing pengamatan, koefisien

determinasi data cross-sectional relatif rendah, sedangkan utk data time

series, koefisien determinasi biasanya lebih tinggi (Ghozali, 2018).”

b. Uji Hipotesis

1) Uji t (Uji Secara Parsial/Individu)

59
“Uji t bertujuan utk mengetaui secara parsial pengaruh antaraa

variable bebas dan variable terikat.”“Utk menentukan apakah setiap

variable independen yaituu: keadilan pajak, self asesment sytem,

tekhnologi informmasi perpajakann, dan automatic exchange of

information thd pengelapan pajak, maka nilaii signifikan t

dibandingkan dgn tingkat kepercayan.”

“Jika sig t lebih besar darci 0,05 maka Ho diterima.

Sebaliknnya jika sig t lebih kecil darci 0,05 maka Ho ditolak. Jika

Ho ditolak berarti terdpt hubungan yg signifikan antaraa variable

independen dgn variable dependen (Ghozali, 2018).”

2) Uji F (Uji Secara Simultan/Bersama-Sama)

“Model regresi linier berganda di atas adlh utk membuktikan

apakah variable independen berpengaruh pd variable dependen

secara bersamaan.”“Tujuan uji F utk menguji semua variable

independen yaituu: keadilan pajak, self asesment sytem, tekhnologi

informmasi perpajakann, dan automatic exchange of information

thd pengelapan pajak. Secara bebas sampai pd signifikansi 0,05:”

1) “Jika nilaii signifikan <0,05 maka Ha diterima tetapi Ho ditolak

yg artinya semua variable independen tdk memiliki pengaruh

secara bersama-sama thd variable dependen.”

2) “Jika nilaii signifikan> 0,05, maka Ha ditolak dan Ho diterima

yg artinya semua variable independen mempunyaii pengaruh secara

bersama-sama thd variable dependen (Ghozali, 2018).”

60
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Responden

“Penelitian ini membahas mengenai pengaruh keadilan pajak, self

asesment sytem, tekhnologi informmasi perpajakann, dan automatic

exchange of information thd tindakann penggelapan pajaj (tax

avesion).”“Sampel yg dtentukan dlm penelitian ini mengunakann simple

random sampling dgn perhitungan mengunakann rumus Lemeshow (1997)

yg menghasilkan 70 kuesioner yg disebar.” “Dgn responden yg digunaknn

adlh Wpop yg melakukan pekerjaan bebas di wilayah Jakarta Selatan.”

“Penyebaran kuesioner ini dillakukan dgn cara mendatangi instansi

maupun responden langsung yaituu Wpop yg melakukan pekerjaan bebas

di wilayah Jakarta Selatan dan bbrp responden yg tdk dpt didatangi

peneliti mengisi kuesioner mengunakann google form.”“Penyebaran

kuesioner dillakukan darci tanggal 20 Januari sampai 3 Februari 2021.”

“Adapun hasil penyebaran dan instansi yg menjadi objek penelitian

dpt dijabarkan dlm tabel sbg berikut;”

Tabel 4.1
Hasil Penyebaran dan Pengembalian Kuesioner
No Nama Instansi Disebar Dikembalikan Persentase

1. Notaris-PPAT
Oktaviana Kusuma 3 3 100%
Anggraini, SH.,M.Kn

2. Notaris-PPAT Patricia
Bunandi Panggabean, 4 4 100%
SH

61
3. KAP Ispiady & Dande 7 7 100%

4. KAP Krisnawan,
20 20 100%
Nugroho, & Fahmy

5. KAP Bharata, Arifin,


10 10 100%
Mumajad, & Sayuti.

6. KAP Luqman &


5 5 100%
Sarifuddin

7. ITM & Partners


6 6 100%
Consulting

8. SSP Consulting 6 6 100%

9. KKP Syaifullah Noor


3 3 100%
& Rekan

10. Lainnya 6 6 100%

Sumber: Data diolah, 2021


“Bedasarkan hasil penyebaran kuesioner pd tabel 4.1 dpt dijelaskan

kuesioner yg dibagikan kpd responden sebanyak 70 kuesioner/100%.

Berikut daftar instansi yg menjadi objek penelitian, yaituu:”

Tabel 4.2
Daftar Instansi yg Menjadi Objek
No Nama Instansi Alamat

1. Notaris-PPAT Oktaviana “Graha 415, Jl. Ciputat Raya No.47


Kusuma Anggraini, Pondok pinang, Jakarta Selatan”
SH.,M.Kn

2. Notaris-PPAT Patricia “Griya d’Ros Jl. KH. Abdullah


Bunandi Panggabean, SH Syafe’I No.1, Tebet, Jakarta
Selatan”

3. KAP Ispiady & Dande “Jl. Ciputat Raya No. 14B, Pondok
Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta
Selatan”

4. KAP Krisnawan, Nugroho, “Pesanggrahan Office R. 102 Jl.


& Fahmy Lebak Bulus III No.30, Jakarta
Selatan”

5. KAP Bharata, Arifin, “Jl. Raya Rawa Bambu No.17D,


Mumajad, & Sayuti Pasar Minggu, Jakarta Selatan,

62
12520”

6. KAP Luqman & Sarifuddin “Gd. Imajaya No.1 Lantai 3, Jl. RS


Fatmawati, Cilandak Barat, Jakarta
Selatan 12430”

7. ITM & Partners Consulting “Perkantoran Center, Blok B No. 8


12230, Cipulir, Kebayoran Lama,
Jakarta Selatan”

8. SSP Consulting “Gd. Imajaya No.1 Lantai 2, Jl. RS


Fatmawati, Cilandak Barat, Jakarta
Selatan 12430”

9. KKP Syaifullah Noor & Jl. Warung Buncit Raya No.18-20,


Rekan Pejaten Barat, Jakarta Selatan
12510

Sumber: Data diolah, 2021

2. Karakteristik Responden

“Darci kuesioner yg dijelaskan di atas menunjukan bhwa total

sampel yg dpt diolah dlm penelitian ini sebanyak 70 responden.

Respondentsb terdiri darci bbrp karakteristik. Karakteristik dibagi

menjadi 5 kelompok bedasarkan jenis kelamin, umur, pendidikan

terakhir, lama bekerja, dan jenis pekerjaan yg dijabarkan dlm tabel

berikut ini:”

a. Bedasarkan Jenis Kelamin

Bedasarkan data responden yg diperoleh menghasilkan kelompok

jenis kelamin yg dijabarkan pd tabel sbg berikut:

“Tabel 4.3
Responden Bedasarkan Jenis Kelamin”
Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Laki-Laki 41 59%

Perempuan 29 41%

Total 70 100%

63
Sumber: Data diolah, 2021
Darci tabel di atas dpt dilihat bhwa 70 Wpop yg melakukan

pekerjaan bebas di wilayah Jakarta Selatan sebanyak 41 Wajib

Pajak/59% berjenis kelamin Laki-Laki dan 29 Wajib Pajak/41%

berjenis kelamin Perempuan.

b. Bedasarkan Umur

Bedasarkan data responden yg diperoleh menghasilkan kelompok

umur yg dijabarkan pd tabel sbg berikut:

“Tabel 4.4
Responden Bedasarkan Umur”
Umur Jumlah Persentase

17-25 Taun 33 47%

26-35 Taun 23 33%

>35 Taun 14 20%

Total 70 100%

Sumber: Data diolah, 2021


Darci tabel di atas dpt dilihat bhwa 70 Wpop yg melakukan
pekerjaan bebas di wilayah Jakarta Selatan sebanyak 33 Wajib
Pajak/47% berusia 17-25 Taun. Kemudian sebanyak 23 Wajib
Pajak/33% berusia 26-35 Taun, dan 14 Wajib Pajak/20% berusia >35
Taun.

c. Bedasarkan Pendidikan Terakhir

Bedasarkan data responden yg diperoleh menghasilkan kelompok

pendidikan terakhir yg dijabarkan pd tabel sbg berikut:

“Tabel 4.5”

64
“Responden Bedasarkan Pendidikan Terakhir”
Pendidikan
Jumlah Persentase
Terakhir

D3 3 4%

S1 47 67%

S2 20 29%

Total 70 100%

Sumber: Data diolah, 2021


Bedasarkan tabel diatas menunjukan bhwa responden yg memiliki

latar belakanng pendidikan D3 sebanyak 3 Wajib Pajak/4%. Diikuti

dgn responden yg memiliki latar belakanng pendidikan S1 sebanyak

47 Wajib Pajak/67%. Kemudia responden yg memiliki latar belakanng

pendidikan S2 sebanyak 20 Wajib Pajak/29%.

d. Bedasarkan Lama Bekerja

Bedasarkan data responden yg diperoleh menghasilkan kelompok

lama bekerja yg dijabarkan pd tabel sbg berikut:

“Tabel 4.6”
“Responden Bedasarkan Lama Bekerja”
Lama Bekerja Jumlah Persentase

<1 Taun 11 16%

1-5 Taun 34 48%

>5 Taun 25 36%

Total 70 100%

Sumber: Data diolah, 2021


Bedasarkan tabel diatas menunjukan bhwa darci 70 responden
Wajib Pajak yg melakukan pekerjaan bebas di wilayah Jakarta Selatan
sebanyak 11 Wajib Pajak/16% tlh bekerja <1 Taun. Kemudian

65
sebanyak 34 Wajib Pajak/48% tlh bekerja 1-5 Taun, dan sebanyak 25
Wajib Pajak/36% tlh bekerja selama >5 Taun.

e. Bedasarkan Jenis Pekerjaan


Bedasarkan data responden yg diperoleh menghasilkan kelompok
jenis pekerjaam yg dijabarkan pd tabel sbg berikut:
“Tabel 4.7”
“Responden Bedasarkan Jenis Pekerjaan”
Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase

Notaris 7 10%

Akuntan 42 60%

Konsultan 15 21%

Lainnya 6 9%

Total 70 100%

Sumber: Data diolah, 2021


Bedasarkan tabel di atas, menunjukan bhwa darci 70 responden

Wajib Pajak yg melakukan pekerjaan bebas di wilayah Jakarta Selatan

sebanyak 7 Wajib Pajak/10% bekerja sbg notaris. Diikuuti dgn 42

Wajib Pajak/60% bekerja sbg akuntan, kemudian sebanyak 15 Wajib

Pajak/21% bekerja sbg konsultan. Dan 6 Wajib Pajak/9% dgn

pekerjaan lainnya.

3. Hasil Uji Kualitas Data

a. Uji Validitas dan Reliabilitas

Hasil uji dpt dikatakann valid jika Rhitung > Rtabel, dan hasil uji

dpt dikatakann reliabilitas sudah cukup memuaskan jika nilaii

cronbach alpha ≥ 0,700. Tabel di bwh ini adlh uji validitas darci

variable keadilan pajak, self asesment sytem, tekhnologi informmasi

66
perpajakann, dan automatic exchange of information, dan pengelapan

pajak dgn 70 responden. Dgn hasil perhitungan pd tabel sbg berikut:

Tabel 4.8
Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Variable Keadilan Pajak
Pernyataan Rhitung

Cronbach alpha 0,767

X1.1 0,409

X1.2 0,613

X1.3 0,600

X1.4 0,314

X1.5 0,679

X1.6 0,632

X1.7 0,613

X1.8 0,673

X1.9 0,492

X1.10 0,615

Sumber: Output SPSS Versi 25 (2021)


“Bedasarkan tabel di atas, dpt dilihat bhwa semua butir

pertanyaan utk keadilan pajak memiliki rhitung lebih besar darci

rtabel (>0,2352), dpt diketaui bhwa butir-butir pernyataan yg

digunaknn utk mengukur keadilan pajak adlh valid dan dpt digunaknn

dlm pengujian.”“Dan hasil uji reliabilitas thd variable keadilan pajak

dgn mengunakann cronbach alpha bhwa variable ini memilliki nilaii

alpha >0,700 yaituu sebesar 0, 767 maka dpt disimpullkan bhwa

variable keadilan pajak dlm penelitian ini reliabel.”

Tabel 4.9
Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Variable Self asesment
sytem

67
Pernyataan Rhitung

Cronbach Alpha 0,943

X2.1 0,738

X2.2 0,638

X2.3 0,756

X2.4 0,881

X2.5 0,822

X2.6 0,899

X2.7 0,789

X2.8 0,899

X2.9 0,845

X2.10 0,8856

Sumber: Output SPSS Versi 25 (2021)


“Bedasarkan tabel di atas, dpt dilihat bhwa semua butir

pertanyaan utk self asesment sytem memiliki rhitung lebih besar darci

rtabel (>0,2352), dpt diketaui bhwa butir-butir pernyataan yg

digunaknn utk mengukur self asesment sytem adlh valid dan dpt

digunaknn dlm pengujian.”“Dan hasil uji reliabilitas thd variable self

asesment sytem dgn mengunakann cronbach alpha bhwa variable ini

memilliki nilaii alpha >0,700 yaituu sebesar 0, 943 maka dpt

disimpullkan bhwa variable self asesment sytem dlm penelitian ini

reliabel.”

Tabel 4.10
Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Variable Tekhnologi
Informmasi Perpajakann
Pernyataan Rhitung

Cronbach Alpha 0,967

X3.1 0,692

68
X3.2 0,873

X3.3 0,890

X3.4 0,870

X3.5 0,932

X3.6 0,920

X3.7 0,924

X3.8 0,851

X3.9 0,942

X3.10 0,920

Sumber: Output SPSS Versi 25 (2021)


“Bedasarkan tabel di atas, dpt dilihat bhwa semua butir

pertanyaan utk tekhnologi informmasi perpajakann memiliki rhitung

lebih besar darci rtabel (>0,2352), dpt diketaui bhwa butir-butir

pernyataan yg digunaknn utk mengukur tekhnologi informmasi

perpajakann adlh valid dan dpt digunaknn dlm pengujian.”“Dan hasil

uji reliabilitas thd variable tekhnologi informmasi perpajakann dgn

mengunakann cronbach alpha bhwa variable ini memilliki nilaii

alpha >0,700 yaituu sebesar 0, 967 maka dpt disimpullkan bhwa

variable tekhnologi informmasi perpajakann dlm penelitian ini

reliabel.”

Tabel 4.11
Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Variable Automatiic
Exchange of Information
Pernyataan Rhitung

Cronbach Alpha 0,926

X4.1 0,747

X4.2 0,664

69
X4.3 0,757

X4.4 0,725

X4.5 0,829

X4.6 0,859

X4.7 0,795

X4.8 0,826

X4.9 0,827

X4.10 0,750

Sumber: Output SPSS Versi 25 (2021)


“Bedasarkan tabel di atas, dpt dilihat bhwa semua butir

pertanyaan utk automatic exchange of information memiliki rhitung

lebih besar darci rtabel (>0,2352), dpt diketaui bhwa butir-butir

pernyataan yg digunaknn utk mengukur automatic exchange of

information adlh valid dan dpt digunaknn dlm pengujian.”“Dan hasil

uji reliabilitas thd variable automatic exchange of information dgn

mengunakann cronbach alpha bhwa variable ini memilliki nilaii

alpha >0,700 yaituu sebesar 0, 926 maka dpt disimpullkan bhwa

variable automatic exchange of information dlm penelitian ini

reliabel.”

Tabel 4.12
Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Variable Pengelapan pajak
Pernyataan Rhitung

Cronbach Alpha 0,903

Y.1 0,674

Y.2 0,759

Y.3 0,778

70
Y.4 0,760

Y.5 0,691

Y.6 0,723

Y.7 0,758

Y.8 0,775

Y.9 0,701

Y.10 0,767

Sumber: Output SPSS Versi 25 (2021)

“Bedasarkan tabel di atas, dpt dilihat bhwa semua butir

pertanyaan utk pengelapan pajak memiliki rhitung lebih besar darci

rtabel (>0,2352), dpt diketaui bhwa butir-butir pernyataan yg

digunaknn utk mengukur pengelapan pajak adlh valid dan dpt

digunaknn dlm pengujian.”“Dan hasil uji reliabilitas thd variable

pengelapan pajak dgn mengunakann cronbach alpha bhwa variable ini

memilliki nilaii alpha > 0,700 yaituu sebesar 0, 903 maka dpt

disimpullkan bhwa variable pengelapan pajak dlm penelitian ini

reliabel.”

4. Hasil Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

“Menurut Palagan dkk (2018) uji normalitas digunaknn utk

menguji apakah model regresi mempunyaii distribusi normal /kah

tdk.”“Dlm penelitian ini, suatu data dikatakann berdistribusi normal

jika sebaran data yg ada menyebar merata ke semua daerah kurva

71
normal yg ditunjukkan pd hasil grafik, normal P-Plot, dan nilaiiai

Kolmogorov Smirnov test. Dpt dilihat darci gambar sbg berikut:”

Gambar 4.1
Hasil Grafik Histogram
“Bedasarkan gambar hasil grafik histogram menunjukan bhwa

bentuk kuva ada di dlm garis normal. Maka bedasarkan grafik

histogram, model regresi pd penelitian ini bersifat normal.”

Gambar 4.2
Hasil Grafik Normal P-Plot
“Bedasarkan uji normalitas dilihat grafik Normal P-Plot, sebaran

data mengikuti garis diagonal. Hal ini menunjukan model regresi pd

penelitian ini berdistribusi normal.”

72
Tabel 4.13
Hasil Uji Normalitas Kormogorov Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual
N 70
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 4.88186606
Most Extreme Absolute .090
Differences Positive .044
Negative -.090
Test Statistic .090
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Sumber: Outpot SPSS Versi 25 (2021)
“Bedasarkan uji normalitas dilihat darci tabel, nilaii Kolmogorov

Smirnov sebesar 0,090 dgn nilaii Asymp Sig (2-tailed) sebesar 0,200

> 0,05. Hal ini menunjukan bhwa model regresi dlm penelitian ini

berdistribusi normal.”

b. Uji Multikolinearitas
“Uji multikolinearitas ini bertujuan utk menguji apakah suatu

model regresi ditemukan adanya korelasi antar variable independen.”

“Pengujian multikolinearitas dilihat darci nilaii VIF dan Tolerance.

Berikut tabel hasil pengujian multikolinearitas:”

Tabel 4.14
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF

73
1 (Constant)
Keadilan pajak .521 1.921
Self asesment sytem .822 1.216
Tekhnologi informmasi.855 1.169
perpajakann
AEOI .506 1.976
a. Dependent Variable: Pengelapan pajak
Sumber: Output SPSS Versi 25 (2021)

“Bedasarkan tabel di atas, dpt dilihat bhwa data dlm penelitian ini

tdk terdpt multikolinearitas atai tdk terdpt hubungan antaraa variable

independen.”“Dlm hal ini dpt dilihat darci nilaii VIF semua variable

independen berada di bwh 10 yaituu pd variable keadilan pajak (X1)

sebesar 1,921.” Pd variable self asesment sytem nilaii VIF sebesar

1,216. Kemudian pd varibel tekhnologi informmasi perpajakann nilaii

VIF sebesar 1,169 dan pd variable automatic exchange of information

nilaii VIF sebesar 1,976. Selain itu nilaii tolerance setiap variable

berada di atas 0,10 yaituu pd variable keadilan pajak sebesar 0,521, pd

variable self asesment sytem sebesar 0,822, pd variable tekhnologi

informmasi perpajakann sebesar 0,855, dan pd variable automatic

exchange of information sebesar 0,506. Oleh krn itu dpt disimpullkan

bhwa variable independen yg digunaknn dlm penelitian ini terbebas

darci masalah multikolinearitas.

c. Uji Heterokedatisitas

“Uji heterokedatisitas bertujuan utk menguji apakah terdpt

ketimpangan pd residual darci satu observasi ke observasi lainnya dlm

model regresi (Ghozali, 2018).”“Berikut hasil uji heterokedatisitas:”

74
Gambar 4.2
Hasil Uji Heterokedatisitas
“Darci gambar di atas terlihat bhwa titik-titik menyebar secara

acak serta tersebar baik di atas maupun di bwh angka 0 pd sumbu

Y.”“hal ini dpt disimpullkan bhwa tdk terjadi heterokedatisitas pd

model regresi dlm penelitian ini, sehingga model regresi layak utk

digunaknn dlm pengujian.”

5. Hasil Uji Regresi Linear Berganda

“Analisis ini dillakukan utk melihat apakah ada hubungan sebab

akibat antaraa 4 variable independen dan variable dependen.”“Hasil uji

regresi linear berganda dpt dilihat pd tabel berikut:”

Tabel 4.15
Hasil Uji Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients

Model B Std. Error


1 (Constant) 8.197 6.314

Keadilan pajak -.370 .151

Self asesment sytem .299 .092

75
Tekhnologi informmasi.598 .087
perpajakann
AEOI .303 .136

a. Dependent Variable: Pengelapan pajak


Sumber: Output SPSS Versi 25 (2021)

Bedasarkan hasil perhitungan regresi linear berganda di atas, dpt

diperoleh nilaii a= 8,197, β1= -0,370, β2= 0,299, β3= 0,598, dan β4=

0,303 dgn persamaan linear sbg berikut:

Y= 8,197 - 0,370X1 + 0,299X2 + 0,598X3 + 0,303X4

Koefisien-koefisien persamaan regresi linear berganda diatas dpt diartikan

sbg berikut:

1) a= 8,197 mempuntai jika variable X (keadilan pajak, self asesment

sytem, tekhnologi informmasi perpajakann, dan automatic exchange of

information)=0, maka nilaii Y (pengelapan pajak) akann menunjukan

tingkat/sebesar 8,197/dlm arti lain jika tdk ada keadilan pajak, self

asesment sytem, tekhnologi informmasi perpajakann, dan automatic

exchange of information maka pengelapan pajak sebesar 8,917 point.

2) β1= -0,370 ini menunjukan koefisien regresi variable keadilan pajak

memiliki arah negative, dimana setiap kenaikan 1 point pd nilaii X1

keadilan pajak maka nilaii Y (pengelapan pajak) akann menurun

sebesar 0,370 point.

3) β2= 0,299 ini menunjukan koefisien regresi variable self asesment

sytem memiliki arah positif, dimana setiap kenaikan 1 point pd nilaii X2

self asesment sytem maka nilaii Y (pengelapan pajak) akann meningkat

sebesar 0,299 point.

76
4) β3= 0,598 ini menunjukan koefisien regresi variable tekhnologi

informmasi perpajakann memiliki arah positif, dimana setiap kenaikan

1 point pd nilaii X3 tekhnologi informmasi perpajakann maka nilaii Y

(pengelapan pajak) akann meningkat sebesar 0,598 point.

5) β4= 0,303 ini menunjukan koefisien regresi variable automatic

exchange of information memiliki arah positif, dimana setiap kenaikan

1 point pd nilaii X2 automatic exchange of information maka nilaii Y

(pengelapan pajak) akann meningkat sebesar 0,303 point.

a. Koefisien Determinasi

“Koefisien determinasi pd intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dlm menerangkan variasi variable terikat.” “Hasil

uji koefisien determinasi adlh sbg berikut:”

Tabel 4.16
Hasil Ujji Koefisien Determinasi
Model Summary
Std. Error of the
Model R R Square Adjusted R Square Estimate
a
1 .779 .607 .583 5.02983
a. Predictors: (Constant), X4, X3, X2, X1
Sumber: Output SPSS Versi 25 (2021)

“Bedasarkan tabel di atas menunjukan nilaii Rsquare sebesar 0,607.”

“Hasil tsb menunjukan bawa variable tindakann pengelapan pajak

dipengaruhi oleh variable keadilan pajak (X1), self asesment sytem

(X2), tekhnologi informmasi perpajakann (X3), dan automatic

exchange of information (X4) sebesar 0,607/60,7%, sehingga 39,3%

ditentukan oleh variable lain.”

b. Uji Hipotesis

77
1. Uji t (Uji Secara Parsial/Individu)
“Dlm penelitian ini, uji t digunaknn utk menguji ada/tdknya

pengaruh signifikan secara parsial darci masing-masing variable

independen (X) dgn variable dependen (Y), yaituu pengaruh

keadilan pajak (X1), self asesment sytem (X2), tekhnologi

informmasi perpajakann (X3), dan automatic exchange of

information (X4) secara signifikan thd tindakann pengelapan pajak

(Y).” Hasil uji t (uji secara parsial) dpt dilihat dlm tabel berikut ini:

Tabel 4.17
Hasil Uji t (Uji Secara Parsial/Individu)
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1(Constant) 8.197 6.314 1.298 .199
X1 -.370 .151 -.264 -2.447 .017
X2 .299 .092 .278 3.240 .002
X3 .598 .087 .578 6.874 .000
X4 .303 .136 .244 2.233 .029
a. Dependent Variable: Y
Sumber: Output SPSS Versi 25 (2021)

Darci hasil output dpt ditarik kesimpulan bhwa:

a) Pengaruh keadilan pajak thd tindakann pengelapan pajak (tax

avesion).

“Bedasarkan pengujian di atas, variable keadilan pajak

memiliki nilaii signifikansi 0,017 < 0,05.”“Hal ini berarti H1

diterima dan Ho ditolak, sehingga dpt disimpullkan bhwa

keadilan pajak secara parsial berpengaruh signifikan thd

tindakann pengelapan pajak (tax avesion).” Nilaii t yg

78
menunjukan -2,447 menunjukan pengaruh yg diberikan bersifat

negative thd variable dependen.

b) Pengaruh self asesment sytem thd tindakann pengelapan pajak

(tax avesion).

“Bedasarkan pengujian di atas, variable self asesment sytem

memiliki nilaii signifikansi 0,002 < 0,05.”“Hal ini berarti H1

diterima dan Ho ditolak, sehingga dpt disimpullkan bhwa self

asesment sytem secara parsial berpengaruh signifikan thd

tindakann pengelapan pajak (tax avesion).” Nilaii t yg

menunjukan 3,240 menunjukan pengaruh yg diberikan bersifat

positif thd variable dependen.

c) Pengaruh tekhnologi informmasi perpajakann thd tindakann

pengelapan pajak (tax avesion).

“Bedasarkan pengujian di atas, variable tekhnologi

informmasi perpajakann memiliki nilaii signifikansi 0,000 <

0,05.” “Hal ini berarti H1 diterima dan Ho ditolak, sehingga dpt

disimpullkan bhwa tekhnologi informmasi perpajakann secara

parsial berpengaruh signifikan thd tindakann pengelapan pajak

(tax avesion).” Nilaii t yg menunjukan 6,874 menunjukan

pengaruh yg diberikan bersifat positif thd variable dependen.

d) Pengaruh automatic exchange of information thd tindakann

pengelapan pajak (tax avesion).

“Bedasarkan pengujian di atas, variable automatic

exchange of information memiliki nilaii signifikansi 0,029 <

79
0,05.”“Hal ini berarti H1 diterima dan Ho ditolak, sehingga dpt

disimpullkan bhwa automatic exchange of information secara

parsial berpengaruh signifikan thd tindakann pengelapan pajak

(tax avesion).” Nilaii t yg menunjukan 2,233 menunjukan

pengaruh yg diberikan bersifat positif thd variable dependen.

2. Uji F (Uji Secara Simultan/Bersama-Sama)


Pengujian simultan dillakukan utk mengetaui apakah

keadilan pajak (X1), self asesment sytem (X2), tekhnologi

informmasi perpajakann (X3), dan automatic exchange of

information (X4) secara bersama-sama (simultan) berpengaruh

signifikan thd tindakann pengelapan pajak (tax avesion). Hasil uji

F (uji secara simultan) dpt dilihat darci tabel berikut ini:

Tabel 4.18
Hasil Uji F (Uji Secara Parsial/Bersama-Sama)
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean SquareF Sig.
1Regression 2536.821 4 634.205 25.068 .000b
Residual 1644.451 65 25.299
Total 4181.271 69
a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: (Constant), X4, X3, X2, X1
Sumber: Output SPSS Versi 25 (2021)

Darci hasil perhitungan F di atas dpt diketau nilaii

signifikansi sebesar 0,000 < 0,05/5%. Maka dpt disimpullkan

bhwa H1 diterima dan Ho ditolak, artinya bhwa keadilan pajak

(X1), self asesment sytem (X2), tekhnologi informmasi

perpajakann (X3), dan automatic exchange of information (X4)

80
secara bersama-sama (simultan) berpengaruh positif dan

signifikan thd tindakann pengelapan pajak (tax avesion).

B. Pembahasan

Bedasarkan hasil pengujian yg tlh dillakukan, diperoleh hasil penelitian

masing-masing variable dpt diuraikan sbg berikut:

1. Pengaruh Keadilan Pajak Thd Tindakann Pengelapan pajak (Tax avesion).

Bedasarkan hasil pengujian, dpt diketaui bhwa t hitung < t tabel

(-2,447 < 1,997) dgn nilaii signifikansi 0,000 < 0,017. Maka H1 diterima

dan Ho ditolak dimana keadilan pajak berpengaruh negative dan signifikan

thd tindakann pengelapan pajak (tax avesion).“Selaras dgn penelitian

Wahyuningratri (2018) menunjukan adanya pengaruh positif dan

signifikan antaraa keadilan pajak thd perpsepsi etis Wajib Pajak mengenai

etika pengelapan pajak.”“Semakin tinggi keadilan dlm pengenaan dan

pemungutan pajak, maka tindakann pengelapan pajak akann semakin

rendah.”“Artinya, apabila fiskus tlh memungut pajak dgn adil sesuai dgn

kemampuan membayar dan manfaat yg Wajib Pajak terima maka

tindakann pengelapan pajak (tax avesion) akann semakin rendah.”

Sesuai dgn Theory planned behavior (TPB) bhwa hal yg dpt

menghambat perilaku yg ditampilkan dpt berasal darci faktor eksternal.

Adanya keyakinan yg mendukung/menghambat perilaku seseorang

berkaitan dgn keadilan pajak dlm hal ini maka akann mempengaruhi

persepsinya thd tindakann pengelapan pajak.

81
2. Pengaruh Self asesment sytem Thd Tindakann Pengelapan pajak (Tax

avesion).

Bedasarkan hasil pengujian diketaui bhwa nilat t hitung > t tabel

(3,240 > 1,997) dgn nilaii signifikansi 0,002 < 0,05. Maka H 1 diterima dan

Ho ditolak dimana self asesment sytem berpengaruh positif dan signifikan

thd tindakann pengelapan pajak (tax avesion). “Selaras dgn penelitian

Damayanti (2017) menyatakann bhwa self asesment sytem berpengaruh

thd tindakann pengelapan pajak.”“Yg berarti bhwa semakin baik

penerapan self asesment sytem maka tindakann pengelapan pajak

rendah.”“Artinya, apabila Wajib Pajak dpt menerapkan self asesment

sytem (mendaftarkan diri, menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri

kewajiban perpajakannya) dgn tepat dan benar maka pemenuhan

kewajiban membayar pajak akann semakin baik juga.”

Sesuai dgn Theory planned behavior (TPB), bhwa sikap individu utk

berperilaku baik saat menjalankan ketentuan perpajakann terutama dlm

menerapkan self asesment sytem dpt mempengaruhi Wajib Pajak utk

melakukan tindakann pengelapan pajak. Sehingga kesempatan melakukan

tindakann ilegal seperti pengelapan pajak dianggap salah.

3. Pengaruh Tekhnologi Informmasi Perpajakann Thd Tindakann Pengelapan

pajak (Tax avesion).

Bedasarkan hasil pengujian diketaui bhwa nilat t hitung > t tabel

(6,874 > 1,997) dgn nilaii signifikansi 0,000 < 0,05. Maka H 1 diterima dan

Ho ditolak dimana tekhnologi informmasi perpajakann berpengaruh positif

82
dan signifikan thd tindakann pengelapan pajak (tax avesion). “Selaras dgn

penelitian yg dillakukan oleh Permatasari (2013) menunjukan indikasi yg

bersifat signifikan thd variable tekhnologi informmasi perpajakann.”“Hal

ini menunjukan bhwa semakin baik tekhnologi informmasi perpajak yg

ada maka perilaku penghindaran pajak dianggap buruk dikrnkan adanya

kemudahan dlm melaksanakann kewajiban perpajakannya.”“Selain ini dgn

adanya penggunaan tekhnologi informmasi perpajakann dpt mendukung

program transparansi dan keterbukaan yg memungkinkan terjadinya

korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) sehingga dpt meminimalisir adanya

tindakann pengelapan pajak (tax avesion).”

Sesuai dgn Technology Acceptance Model (TAM) bhwa salah satu

faktor yg mempengaruhi penggunaan tekhnologi informmasi yaituu

adanya persepsi pengguna thd manfaat dan kemudahan penggunaan

tekhnologi informmasi. Dgn adanya tekhnologi informmasi di bidang

perpajakann dpt mempermudah Wajib Pajak dlm menuhin kewajiban

perpajakannya dan mempermudah Direktorat Jendral Pajak dlm

menyimpan data base Wajib Pajak sehingga tindakann pengelapan pajak

dpt diminimalisir.

4. Pengaruh Automatic Exchange of Information Thd Tindakann Pengelapan

pajak (Tax avesion).

Bedasarkan hasil pengujian diketaui bhwa nilat t hitung > t tabel

(2,233 > 1,997) dgn nilaii signifikansi 0,029 < 0,05. Maka H 1 diterima dan

Ho ditolak dimana automatic exchange of information berpengaruh positif

83
dan signifikan thd tindakann pengelapan pajak (tax avesion). Bedasarkan

penelitian Ispriyarso (2019) memberikan bukti bhwa keberadaan AEOI dpt

mewadai negara-negara yg ikut serta utk bekerja sama dlm pertukaran

informmasi, melalui kerjasama ini praktik seperti pengelapan pajak dpt

diminimalisir dan dpt mengembalikan pendptan negara.

Sesuai dgn Technology Acceptance Model (TAM) bhwa rasa

kebermanfaatan dpt membentuk keyakinan dlm memutuskan perlu/tdknya

mengunakann sistem informmasi. Penggunaan sistem informmasi dlm

penerapan automatic exchange of information dpt digunaknn oleh

Direktorat Jendral Pajak utk mengakses data keuangan/rekening bank

seluruh Wajib Pajak di dlm maupun luar negeri secara otomatis. Dgn

adanya sistem ini maka tindakann seperti pengelapan pajak dpt dihindarci.

C. Refleksi Tauhid

“Dlm istilah bahasa Arab, pajak dikenal dgn nama ‫( ْال ُع ْش ُر‬Al-Usyr)/ ُ‫ْال َم ْكس‬

(Al-Maks),/bisa juga disebut ُ‫ ِر ْيبَة‬fff‫لض‬


َّ (Adh-Dharibah), yg artinya adlh ;

“Pungutan yg ditarik darci rakyat oleh para penarik pajak” Sedangkan para

ِ ‫صا ِحبُ ْال َم ْك‬


pemungutnya disebut ‫س‬ َ (Shahibul Maks)/‫( ْال َع َّشا ُر‬Al-Asysyar) (Ali,

n.d).”“Pd dasarnya pajak (dharibah) adlh sumber pendptan nasional yg dlm

Alquran dan Sunnah tdk dibenarkan, krn Islam tlh mewajibkan membayar

zakat bagi masyarakat yg sudah terpenuhi ketentuan mengenai

zakat.”“Namun, mungkin ada situasi di mana zakat tdk lagi mencukupi utk

membiayai negara, pd saat itu peraturan yg sangat ketat diperbolehkan dan

84
ahlil halli wal aqdi memutuskan utk memungut pajak (dharibah) (Surahman

dan Ilahi, 2017).”

“Allah SWT berfirman dlm Al-Qur’an surat Al-Hujurat (49) ayat 15 yg

artinya:”

““Sesungguhnya orang-orang mukmin yg sebenarnya adlh mereka yg

beriman kpd Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tdk ragu-ragu dan

mereka berjihad dgn harta dan jiwanya di jalan Allah. Mereka itulah orang-

orang yg benar.””

“Sudah diketaui bhwa berjihad dgn harta diwajibkan kpd kaum

muslimim merupakann kewajiban yg lain di samping kewajiban

berzakat.”“Akann tetapi, masih banyak Wajib Pajak yg merasa pajak sbg

beban yg harus mereka keluarkan sehingga membuat seseorang melakukan

tindakann pengelapan pajak.”“Pengelapan pajak diartikan sbg tindakann

penyimpangan/penyelewengan uang pajak.”“Tindakann pengelapan pajak tdk

jarang dillakukan oleh oknum pegawai pajak maupun Wajib

Pajak.” “Hukuman bagi pelaku pengelapan pajak bisa diterapkan hukum

rajam seperti hadis Rasulullah SAW yg artinya:”

““Akhirnya wanita itu ditanam dlm tanah hingga sebatas dada. Setlh itu

beliau memerintahkan orang-orang supaya melemparinya dgn batu.

Sementara itu, Khalid bin Walid ikut serta melempari kepala wanita tsb dgn

batu, tiba-tiba percikan darahnya mengenai wajah Khalid, seketika itu dia

mencaci maki wanita tsb.””

“Allah SWT memerintahkan setiap manusia utk dpt berperilku adil thd

sesama.”“Manusia dpt menunjukan prilaku adil itu dlm memutuskan perkara

85
dan adil dlm memberikan kesaksian.”“Menegakann kebenaran,

melaksanakann amal sholeh, dan bertaqwa kpd Allah SWT adlh hal yg

identik dlm berprilaku adil. Allah SWT tlh berfirman dlm surat An-Nahl Ayat

90 yg berbunyi :”

‫ئ ِذى ْالقُرْ ٰبى َويَ ْن ٰهى َع ِن ْالفَحْ َش ۤا ِء‬ ۤ ‫هّٰللا‬


ِ ‫اِ َّن َ يَأْ ُم ُر بِ ْال َع ْد ِل َوااْل ِ حْ َس‬
ِ ‫ان َواِ ْيتَا‬

َ‫ر َو ْالبَ ْغ ِي يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُوْ ن‬fِ ‫" َو ْال ُم ْن َك‬

““Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat

kebajikan,memberi kpd kaum kerabat, dan Allah melarang darci perbuatan

keji, kemungkaran dan permusuhan. dia memberi pengajaran kpdmu agar

kamu dpt mengambil pelajaran”.”

“Bila dikelompokan, terdpt bbrp pengertian yg berkaitan dgn keadilan

dlm Al-Qur’an yg berasal darci kata 'adl itu sendri, yaituu sesuatu hal yg

benar, sikap yg tdk memihak, penjagaan hak2 seseorang dan cara yg tepat

dlm mengambil keputusan hendaknya kalian menghukum/mengambil

keputusan atas dasar keadilan.”“Secara keseluruhan, pengertian-pengertian di

atas terkait langsung dgn sisi keadilan, yaituu sbg penjabaran bentuk-bentuk

keadilan dlm kehidupan (Rangkuti, 2017).”

“Pemerintah berupaya utk mewujudkan kesejahteraan masyarakat

melalui pajak dgn self assesment sistem.”“Hal ini perlu didukung oleh

kesadaran masyarakat itu sendiri utk dpt mewujdkan kesejahteraan

masyarakat melalaui perpajakann.”“Agama Islam mengajarkan umatnya utk

menaati Ulul Amri yg dlm hal ini berarti pemegang kekuasaan.” “Melalui

firman Allah SWT Surat An-Nisa ayat 59 yg berbunyi:”

86
‫ٰۤيـاَيُّهَا الَّ ِذ ۡينَ ٰا َمنُ ۡۤوا اَ ِط ۡيـعُوا هّٰللا َ َواَ ِط ۡيـعُوا ال َّرس ُۡو َل َواُولِى ااۡل َمۡ ِر ِم ۡن ُك ۚمۡ‌ فَا ِ ۡن‬

‫تَنَازَ ۡعتُمۡ فِ ۡى َش ۡى ٍء فَ ُر ُّد ۡوهُ اِلَى هّٰللا ِ َوال َّرس ُۡو ِل اِ ۡن ُك ۡنـتُمۡ تُ ۡؤ ِمنُ ۡونَ بِاهّٰلل ِ َو ۡاليَ ۡـو ِم‬

‫خَي ٌر َّواَ ۡح َس ُن ت َۡا ِو ۡي ًل‬


ۡ ‫ك‬ َ ِ‫ااۡل ٰ ِخ ِ‌ر ؕ ٰذ ل‬

““Wahai orang-orang yg beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul

(Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antaraa kamu.

Kemudian, jika kamu berbeda pendpt ttg sesuatu, maka kembalikanlah kpd

Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kpd Allah dan

hari kemudian. Yg demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik

akibatnya”.”

“Allah SWT menjelaskan melalui ayat tsb bhwa taat kpd pemegang

kekuasaan/pemimpin ada pd urutan ketiga setlh taat kpd Allah dan Rasul-

nya.”“Namun utk taat thd pemegang kekuasaan disini tdk datang melalui

kalimat perintah “taatilah” hal ini dikrnkan ketaatan thd seorang pemegang

kekuasaan merupakann ikutan darci ketaatan kpd Allah SWT dan ketaatan pd

Rasul-nya.”“Oleh krn itu, ketika pemegang kekuasaan memerintahkan hal yg

mengarah kpd kemaksiatan putuslah disana kewajiban utk taat kpd Ulil

Amri.”

“Perkembangan tekhnologi informmasi saat ini bberkembang dgn pesat

seiring dgn penemuan dan pengembangan Ilmu Pengetauan dlm bidang

informmasi dan komunikasi.”“Pemanfaatan tekhnologi informmasi sbg media

utk menghasilkan, memanipulasi, menyimpan, mengkomunikasikan, dan

menyampaikan informmasi, serta sistem informmasi perpajakann sbg suatu

87
perangkat yg terdiri darci manusia dan sumber modal yg berkontribusi dlm

proses penyusunan laporan keuangan sehingga didpt informmasi yg berkaitan

dgn perpajakann secara bersamaan dpt mempengaruhi pencapaian kunci

indikator kinerja (Andriana dkk, 2020).” “Kemajuan tekhnologi informmasi

perpajakann memberikan kemudahan bagi sistem perpajakann dan

merupakann wujud kesempurnaan manusia sbg hamba Allah dan khilafah-

nya.”“Krn Allah memberikan anugerah nikmat kpd manusia yg bersifat saling

melengkapi, yaituu anugerah agama dan kenikmatan tekhnologi. Allah SWT

berfirman dlm Surat Ar-Rahman ayat 33 yg berbunyi:”

‫ار السَّمٰ ٰو ِ اۡل‬ ۡ ۡ


ِ ‫ت َوا َ ۡر‬
"‫ض‬ ِ َ‫استَطَ ۡعتُمۡ اَ ۡن ت َۡنفُ ُذ ۡوا ِم ۡن اَقط‬ ِ ‫ٰي َم ۡع َش َر ال ِجنِّ َوااۡل ِ ۡن‬
ۡ ‫س اِ ِن‬

‫"فَا ْنفُ ُذ ۡوا‌ؕ اَل ت َۡنفُ ُذ ۡونَ اِاَّل بِس ُۡل ٰط ٍن‬

“Wahai golongan jin dan manusia! Jika kamu sanggup menembus (melintasi)

penjuru langit dan bumi, maka tembuslah. Kamu tdk akann mampu

menembusnya kecuali dgn kekuatan (darci Allah)”.

“Bbrp ahli menjelaskan kata sulthan dgn berbagai macam arti, ada yg

mengartikan dgn kekuatan, dan kekuasaan, ada pula yg mengartikan dgn ilmu

pengetauan, kemampuan dan sbgnya.”“Maka yg dimaksud darcinya adlh

kelapangan dan kedlman ilmu (Tafsir Ar-Razii;306).”

“Al-Qur’an tdklah memberi petunjuk secara terperinci terkait hal tsb,

Namun Al-Quran memberikan modal yg mendasar yaituu barupa akal dan

sarananya utk ditelusuri lebih jauh dan diolah sehingga membawa

kebermanfaatan bagi kehidupan umat mansuia.”“Krn kelebihan memiliki akal

manusia ditunjuk oleh Allah SWT sebgai khalifah di muka bumi. Sbg mahluk

88
hidup yg dijadikan khalifah Allah SWT di muka bumi, manusia harus bisa

utk mengurus dan memakmurkannya krn manusia merupakann mahluk yg

mulia dibandingkan mahluk lainnya.”

“Surat Ar-Rahman ayat 33 menjadi rujukan bagi setiap umat manusia

yg bekerja dan mengembangkan bidang Ilmu Pengetauan dan Tekhnologi

(IPTEK).”“Mengembangkan kemampuan sejauh-jauhnya hingga menembus

(melintas) penjuru langit dan bumi”. “Sejati demikian manusia perlu berpikir

realistis dgn mempersiapkan sebaik mungkin kelengkapan yg

diperlukan.”“Kelengkapan tsb adlh kekuasaan/kekuatan yakni Ilmu

Pengetauan dan Tekhnologi.”“Manusia haruslah menguasai IPTEK sehingga

dpt mewujdkan harapannya utk menjelajahi luar angkasa.” “Oleh krn itu,

manusia dianjurkan utk selalu mengembangkan ilmu pengetauan dan

tekhnologi.”

89
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

“Penelitian ini dillakukan bertujuan utk mengetaui adanya pengaruh

darci Keadilan Pajak, Self asesment sytem, Tekhnologi Informmasi

Perpajakann, dan Automatic Exchange of Information Thd Tindakann

Pengelapan pajak (Tax avesion).”“Adapun sampe yg digunaknnn dlm

penelitian ini yaituu sebanyak 70 responden yg disebar kpd Wpop yg

melakukan pekerjaan bebas di wilayah Jakarta Selatan.”“Bedasarkan data yg

sudah diperoleh dan tlh dihasilkan pd proses pengujian darci penelitian ini,

maka dpt ditarik kesimpulan sbg berikut:”

1. “Bedasarkan hasil penelitian yg tlh dillakukan menghasilkan bhwa

variable Keadilan Pajak berpengaruh secara negatif dan signifikan thd

tindakann pengelapan pajak (tax avesion), dgn nilaii kekuatan statistika

sebesar -0,370/37%.”

2. “Bedasarkan hasil penelitian yg tlh dillakukan menghasilkan bhwa

variable Self asesment sytem berpengaruh secara positif dan signifikan thd

tindakann pengelapan pajak (tax avesion), dgn nilaii kekuatan statistika

sebesar 0,299/29,9%.”

3. “Bedasarkan hasil penelitian yg tlh dillakukan menghasilkan bhwa

variable Tekhnologi Informmasi Perpajakann berpengaruh secara positif

dan signifikan thd tindakann pengelapan pajak (tax avesion), dgn nilaii

kekuatan statistika 0,598/59,8%.”

90
4. “Bedasarkan hasil penelitian yg tlh dillakukan menghasilkan bhwa

variable Automatiic Exchange of Information berpengaruh secara positif

dan signifikan thd tindakann pengelapan pajak (tax avesion), dgn nilaii

kekuatan statistika 0,303/30,3%.”

5. “Bedasarkan hasil penelitian yg tlh dillakukan menghasilkan bhwa

variable Keadilan Pajak, Self asesment sytem, Tekhnologi Informmasi

Perpajakann, dan Automatic Exchange of Information secara simultan

berpengaruh secara positif dan signifikan thd tindakann pengelapan pajak

(tax avesion), dgn nilaii kekuatan statistika sebesar 0,607/60,7%, sehingga

39,3% ditentukan oleh variable lain.”

B. Implikasi

“Implikasi darci penelitian ini didasarkan pd kesimpulan yaituu variable

keadilan pajak, self asesment sytem, tekhnologi informmasi perpajakann, dan

automatic exchange of information berpengaruh mempengaruhi tindakann

pengelapan pajak (tax avesion).”“Hal ini menunjukan bhwa semakin Semakin

tinggi keadilan dlm pengenaan dan pemungutan pajak, maka tindakann

pengelapan pajak akann semakin rendah.”“Begitu pun sebaliknnya, semakin

rendah keadilan dlm pengenaan dan pemungutan pajak, maka tindakann

pengelapan pajak akann semakin tinggi.”

“Selain keadilan pajak, self asesment sytem dpt mempengaruhi Wajib

Pajak utk melakukan tindakann pengelapan pajak. Semakin baik penerapan

self asesment sytem maka tindakann pengelapan pajak rendah. Begitu pun

91
sebaliknnya, semakin buruk penerapan self asesment sytem maka tindakann

pengelapan pajak semakin tinggi. “

“Penggunaan tekhnologi informmasi perpajak juga dpt mempengaruhi

seseorang melakukan tindakann pengelapan pajak. Dgn semakin baiknya

tekhnologi informmasi perpajakann yg ada maka perilaku penghindaran pajak

dianggap buruk dikrnkan adanya kemudahan dlm melaksanakann kewajiban

perpajakannya, dan sebaliknnya.”

“Sementara itu, utk variable automatic exchange of information juga

mempunyaii pengaruh kpd Wajib Pajak utk melakukan tindakann pengelapan

pajak.” Keberadaan AEOI dpt mewadai negara-negara yg ikut serta utk

bekerja sama dlm pertukaran informmasi, melalui kerjasama ini praktik

seperti pengelapan pajak dpt diminimalisir dan dpt mengembalikan pendptan

negara.”

“Hasil penelitian ini juga diharapkan dpt memberikan wawasan thd

masyarakat terutama Wajib Pajak dan dpt memberi kesadaran serta

meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dlm menuhin kewajiban perpajakannya

dan tdk melakukan tindakann pengelapan pajak sehingga target penerimaan

pajak yg tlh ditetapkan oleh pemerintah dpt terealisasi.”

C. Keterbatasan

“Dlm penelitian ini terdpt keterbatasan dan hambatan yg peneliti alami,

diantaraanya yaituu:”

92
1. “Peneliti hanya mengunakann empat variable independen yaituu keadilan

pajak, self asesment sytem, tekhnologi informmasi perpajakann, dan

automatic exchange of information.”

2. “Peneliti hanya mengambil objek penelitian pd Wpop yg melakukan

pekerjaan bebas di wilayah Jakarta Selatan sehingga belum mewakilkan

wilayah lain dan seluruh Indonesia.”

3. “Peneliti hanya mengunakann kuesioner utk pengambilan data, tdk

mengunakann wawancara sehingga ada kemungkinan jwban responden yg

tdk jujur.”

D. Saran

“Dlm penelitian ini peneliti menyadarci bhwa memiliki banyak

kekurangan. Oleh krn itu, peneliti mengajukan saran utk peneliti selanjutnya

agar lebih baik lagi, antaraa lain yaituu:”

1. “Peneliti selanjutnya disarankan utk dpt menambahkan variable moderasi,

mediasi, intervening utk variable independen,/mengganti/menambahkan

variable lain yg dpt pempengaruhi tindakann pengelapan pajak.”“Krn dlm

penelitian ini hanya mengamarkan 60,7% pengaruh variable indepennden

thd variable dependen.”

2. “Penelitian selanjutnya diharapkan dpt memperluas penelitian dgn

melakukan penelitian di kota lain selain Jakarta Selatan dan menambahkan

jumlah sampel menjadi lebih banyak dan mengganti objek penelitian

selain Wajib Pajak yg melakukan pekerjaan bebas.”“Sehingga hasil

93
penelitian yg dihasilkan berada pd pengukuran yg lebih luas.”

94

Anda mungkin juga menyukai