1)
Surat Setoran Pajak (SSP) yang telah diisi secara lengkap dan benar
atau data yang lengkap dan benar tentang :
2)
WP menyampaikan SSP yang telah diisi secara lengkap dan benar
atau Data yang lengkap dan benar serta alat pembayaran sebagaimana
dimaksud dalam angka 1 huruf a dan b diatas kepada Teller Bank
Persepsi/Devisa Persepsi Online.
3)
WP menjawab kebenaran identitas WP tentang Nama WP dan
Alamat WP.
4)
WP menerima Kembali SSP yang telah disahkan dengan tanda
tangan petugas teller dan cap Bank serta diberi Nomor Transaksi
Pembayaran Pajak (NTPP) dan atau Nomor Transaksi Bank (NTB), dan atau
SSP yang dicetak oleh Bank yang telah diberi NTPP dan atau NTB dari
Teller.
5)
6)
1)
WP mendatangi alat transaksi bank dengan membawa data yang
lengkap dan benar tentang:
2)
3)
WP mengisi elemen dalam tampilan dengan data sebagaimana
dimaksud dalam angka 1 diatas secara tepat, lengkap dan benar.
4)
WP meneliti Identitas WP yang terdiri dari nama dan Alamat WP
yang muncul pada tampilan. Apabila Identitas WP yang terdiri dari nama
dan Alamat WP pada tampilan tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya,
maka proses berikutnya harus dibatalkan dan kembali kepada menu
sebelumnya untuk mengulang pemasukan data yang diperlukan.
5)
WP mengisi elemen data lainnya yang diperlukan dalam tampilan
berikutnya secara tepat.
6)
7)
8)
1)
Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara yang berdasarkan
UU tersebut harus dijamin kelancarannya.
2)
Jaminan hukum bagi para wajib pajak untuk tidak diperlakukan
secara umum.
3)
pajak dalam menghitung beban pajak yang harus dibiayai sehingga akan
memberikan dapat positif bagi para wajib pajak untuk meningkatkan
kesadaran dalam pembayaran pajak. Sebaliknya, jika sistem pemungutan
pajak rumit, orang akan semakin enggan membayar pajak. Contoh:
1)
Bea materai disederhanakan dari 167 macam tarif menjadi 2 macam
tarif.
2)
Tarif PPN yang beragam disederhanakan menjadi hanya satu tarif,
yaitu 10%.
3)
Pajak perseorangan untuk badan dan pajak pendapatan untuk
perseorangan disederhanakan menjadi pajak penghasilan (PPh) yang
berlaku bagi badan maupun perseorangan (pribadi)
3.4
FUNGSI
biaya.Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan pajak. Dewasa ini pajak
digunakan untuk pembiayaan rutin seperti belanja pegawai, belanja
barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya. Untuk pembiayaan
pembangunan, uang dikeluarkan dari tabungan pemerintah, yakni
penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin. Tabungan
pemerintah ini dari tahun ke tahun harus ditingkatkan sesuai kebutuhan
pembiayaan pembangunan yang semakin meningkat dan ini terutama
diharapkan dari sektor pajak.
Fungsi stabilitas
Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai
semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai
pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada
akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
MANFAAT
Penyetoran Pajak
1) PPh Pasal 4 ayat (2) yang dipotong oleh Pemotong Pajak Penghasilan
harus disetor paling lama tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah
Masa Pajak berakhir kecuali ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan.
2) PPh Pasal 4 ayat (2) yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak harus
disetor paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir kecuali ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan.
3) PPh Pasal 15 yang dipotong oleh Pemotong PPh harus disetor paling
lama tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
4) PPh Pasal 15 yang harus dibayar sendiri harus disetor paling lama
tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
5) PPh Pasal 21 yang dipotong oleh Pemotong PPh harus disetor paling
lama tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
6) PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 26 yang dipotong oleh Pemotong PPh
harus disetor paling lama tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah
Masa Pajak berakhir.
7) PPh Pasal 25 harus dibayar paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan
berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
8) PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPnBM atas impor harus dilunasi
bersamaan dengan saat pembayaran Bea Masuk dan dalam hal Bea
Masuk ditunda atau dibebaskan, PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPnBM
atas impor harus dilunasi pada saat penyelesaian dokumen
pemberitahuan pabean impor.
9) PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPnBM atas impor yang dipungut oleh
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, harus disetor dalam jangka waktu 1
(satu) hari kerja setelah dilakukan pemungutan pajak.
10) PPh Pasal 22 yang dipungut oleh bendahara harus disetor pada hari
yang sama dengan pelaksanaan pembayaran atas penyerahan barang
yang dibiayai dari belanja Negara atau belanja Daerah, dengan
menggunakan Surat Setoran Pajak atas nama rekanan dan ditandatangani
oleh bendahara.
11) PPh Pasal 22 atas penyerahan bahan bakar minyak, gas, dan
pelumas kepada penyalur/agen atau industri yang dipungut oleh Wajib
Pajak badan yang bergerak dalam bidang produksi bahan bakar minyak,
gas, dan pelumas, harus disetor paling lama tanggal 10 (sepuluh) bulan
berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
12)
PPh Pasal 22 yang pemungutannya dilakukan oleh Wajib Pajak
badan tertentu sebagai Pemungut Pajak harus disetor paling lama tanggal
10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
13)
PPN yang terutang atas kegiatan membangun sendiri harus disetor
oleh orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun
sendiri paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir.
(13a) PPN yang terutang atas pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak
berwujud dan atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean harus disetor
oleh orang pribadi atau badan yang memanfaatkan Barang Kena Pajak
tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean, paling
lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah saat terutangnya
pajak.
14)
PPN atau PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh
Bendahara Pengeluaran sebagai Pemungut PPN, harus disetor paling lama
tanggal 7 (tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir
(14a) PPN atau PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh
Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar sebagai Pemungut PPN,
harus disetor pada hari yang sama dengan pelaksanaan pembayaran
kepada Pengusaha Kena Pajak Rekanan Pemerintah melalui Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara.
15) PPN atau PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh
Pemungut PPN selain Bendahara Pemerintah yang ditunjuk, harus disetor
paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir.
16) PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak dengan kriteria tertentu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3b) Undang-Undang KUP yang melaporkan
beberapa Masa Pajak dalam satu Surat Pemberitahuan Masa, harus
dibayar paling lama pada akhir Masa Pajak terakhir.
17) Pembayaran masa selain PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak dengan
kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3b) UndangUndang KUP yang melaporkan beberapa masa pajak dalam satu Surat
Pemberitahuan Masa, harus dibayar paling lama sesuai dengan batas
waktu untuk masing-masing jenis pajak.
3.7. Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak
a)
Wajib Pajak (WP) dapat mengajukan permohonan restitusi ke
Direktur Jenderal Pajak melalui Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat WP
terdaftar atau berdomisili.
b)
Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan atas
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak, menerbitkan
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) dalam hal:
c)
SKPLB diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak paling lama 12 (dua
belas) bulan sejak surat permohonan diterima secara lengkap.
Pajak yang yang seharusnya tidak terutang adalah pajak yang telah
dibayar oleh WP yang bukan merupakan objek pajak yang terutang atau
kesalahan pemotongan atau pemungutan yang mengakibatkan pajak
yang dipotong atau dipungut lebih besar daripada pajak yang seharusnya
dipotong atau dipungut berdasarkan ketentuan perundang-undangan
perpajakan atau bukan merupakan objek pajak.
Wajib Pajak (WP orang pribadi dan badan termasuk orang pribadi
yang belum memiliki NPWP) dapat mengajukan permohonan restitusi ke
kantor Direktur Jenderal Pajak melalui KPP tempat WP terdaftar atau
berdomisili, apabila terjadi kesalahan pembayaran pajak atas pajak yang
seharusnya tidak terutang. Surat permohonan harus melampirkan:
SANKSI ADMINISTRASI
Penerapan sanksi administrasi atas terbitnya SKPKB dibedakan menjadi:
a. Jika SKPKB dikeluarkan kerena alasan a, maka sanksi administrasi
berupa jumlah kekurangan pajak terutang ditambah bunga sebesar 2%
(dua persen,~ sebulan (maksimum 24 bulan) dihitung sejak saat
terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, Tahun Pajak sampai
dengan diterbitkannya SKPKB.
b. Jika SKPKB dikeluarkan karena alasan b, c, d maka sanksi administrasi
berupa kenaikan sebesar:
50% (lima puluh persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang
dibayar dalam satu tahun pajak.
100% (seratus persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang
dipotong, tidak atau kurang dipungut, tidak atau kurang disetor, dan yang
dipotong/dipungut tetapi tidak atau kurang disetor.
100% (seratus persen) dari Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah yang tidak atau kurang dibayar.
Apabila Wajib Pajak setelah jangka waktu 10 (sepuluh) tahun dipidana
karena melakukan tindak.pidana di bidang perpajakan berdasarkan
putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, maka
SKPKB tetap dapat diterbitkan ditambah dengan sanksi administrasi
berupa bunga sebesar 48% (empat puluh delapan persen) dari jumlah
pajak yang tidak atau kurang bayar.
SANKSI ADMINISTRASI
Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan, ditambah dengan sanksi administrasi berupa
kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak
tersebut. Kecuali apabila Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
itu diterbitkan berdasarkan keterangan tertulis dari Wajib Pajak atas
kehendak sendiri, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum mulai
melakukan tindakan pemeriksaan.
SKPLB diterbitkan jika ada permohonan tertulis dari Wajib Pajak, Dirjen
Pajak (melalui KPP) harus memberikan keputusan dalam jangka waktu 12
bulan jika tidak, permohonan Wajib Pajak dianggap dikabulkan. SKPLB
harus diterbitkan paling lambat 1 bulan setelah keputusan, jika terlambat
dikenakan sanksi bunga 2% per bulan maksimal 24 bulan.
Pengembalian Kelebihan pembayaran pajak. Restitusi terjadi apabila
jumlah pajak yang telah dibayar lebih besar dari jumlah pajak yang
seharusnya.
Proses pengajuan restitusi:
a. Mengisi kolom permohonan pada SPT
-pajak lebih bayar menjadi kurang bayar atau lebih bayar lebih kecil dari
lebih bayar menurut SKPLB kecuali dalam hal seperti pada butir a dan b,
maka pembetulan ketetapan menurut kuasa Pasal 16 UU KUP tidak dapat
dilakukan akan tetapi diproses melalui kuasa Pasal 15 UU KUP, dengan
menerbitkan SKPKBT.
. Jika pembetulan atau penghitungan kembali sanksi dalam surat
ketetapan pajak yang mengakibatkan jumlah sanksi menjadi lebih kecil
atau bahkan dihapuskan, maka pembetulan ketetapan menurut kuasa
Pasal 16 UU KUP tidak dapat dilakukan akan tetapi pengurangan atau
penghapusan sanksi dapat diproses melalui kuasa Pasal 36 ayat (1).
2.Dapat, dalam hal masih terdapat sengketa materi dan masih belum
melewati jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak skp diterbitkan, kecuali apabila
Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat
dipenuhi karena keadaan di luar keuasaannya.
Jangka Waktu Penerbitan SKP
Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat terutangnya pajak atau
berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, Direktur
Jenderal Pajak dapat menerbitkan surat ketetapan pajak yang meliputi :
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB);
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT);
Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN);
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB).
Namun demikian, Direktur Jenderal Pajak tetap dapat menerbitkan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan setelah jangka waktu 5 (lima) tahun terlampaui, dalam hal
Direktur Jenderal Pajak menerima Putusan Pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap terhadap Wajib Pajak yang dipidana
karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan atau tindak pidana
lainnya yang dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.
Surat ketetapan pajak diterbitkan untuk suatu Masa Pajak, Bagian Tahun
Pajak, atau Tahun Pajak. Surat ketetapan pajak untuk suatu Masa Pajak
diterbitkan sesuai dengan Masa Pajak yang tercakup dalam Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan atau Pajak Pertambahan Nilai.
Surat ketetapan pajak untuk Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak
diterbitkan sesuai dengan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan.
Surat ketetapan pajak harus diterbitkan berdasarkan nota penghitungan.
Penerbitan surat ketetapan pajak harus dilakukan paling lambat 3 (tiga)
hari sejak tanggal pembuatan nota penghitungan. Nota penghitungan ini
dibuat berdasarkan laporan atas hasil Penelitian, Pemeriksaan,
Pemeriksaan Ulang, atau Pemeriksaan Bukti Permulaan.Nota
penghitungan diterbitkan paling lambat 3 (tiga) hari kerja sejak tanggal
laporan penelitian, pemeriksaan, pemeriksaan ulang, atau pemeriksaan
bukti permulaan.Dalam hal Pemeriksaan, Pemeriksaan Ulang, atau
Pemeriksaan Bukti Permulaan dilakukan oleh Unit Pelaksana Pemeriksaan
selain Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar, surat