I. LATAR BELAKANG:
Sampai saat ini, belum ada metode yang direkomendasikan untuk menentukan
parameter strength dari material waste tambang. Sedangkan dalam praktiknya,
tumpukan material waste terutama bagi tambang-tambang yang besar harus
didesain dan direncanakan dengan baik oleh karena akan membentuk lereng
yang cukup tinggi. Oleh karena itu, harus tetap ada cara pendekatan untuk
menaksir atau memperkirakan parameter material waste tersebut.
II. TUJUAN :
Modul penentuan parameter geoteknik material waste ini bertujuan untuk
menyajikan suatu cara pendekatan dalam menentukan parameter kohesi (c)
dan sudut geser dalam (Ø) dari material waste tambang, khususnya tambang
batubara di Indonesia, yang akan dipakai dalam menganalisis stabilitas lereng
tanah timbunan.
Data kohesi, c dan sudut geser dalam, Ø dan bobot isi, dari material waste
dibutuhkan dalam menganalisis stabilitas lereng tanah timbunan (waste
dumped slope). Analisis biasanya, dapat menggunakan metode kesetimbangan
batas (LEM), dengan Hoek’s Charts, dan atau cara Bishop, menggunakan
Program Slide atau sejenis.
Densitas :
Parameter geoteknik tanah timbunan yang utama adalah densitas, kohesi, dan
sudut geser dalam. Densitas adalah perbandingan antara massa batuan dalam
gram atau kg, dengan volume batuan, dalam cm3, atau m3. Densitas batuan
ada 3 (tiga) macam yaitu densitas asli (natural density), densitas kering (dry
density), dan densitas jenuh (saturated density).
. F-1
Densitas diperoleh dari hasil uji sifat fisik batuan di laboratorium terhadap
sample asli (undisturbed sample). Pada tabel berikut ini adalah contoh hasil uji
densitas dari beberapa jenis batuan di Laboratorium.
Tabel 1. Densitas Batuan
Jenis batuan Densitas, gr/cm3
Basalt 2,12 – 2,20
Granit 2,20 – 2,30
Batukapur 1,76 – 1,84
Batupasir 1,67 – 1,73
Batulanau 1,60 – 1,65
Batulempung 1,65 – 1,70
Marmer 1,86 – 1,94
Persamaan :
V _ loose
Percent _ Swell 1 x100%
V _ undisturbed
V _ undisturbed
Swell _ Factor x100%
V _ loose
Contoh perhitungan :
Density insitu = 1,70 gr/cm3
Swell factor = 80%
Density loose (tanah timbunan) = 1,70 gr/cm3 * 0,8 = 1,36 gr/cm3
. F-2
Kekuatan Batuan:
Kekuatan batuan dapat dinyatakan dalam; kuat tekan (unconfined compressive
strength), kuat tarik (tensile strength), dan kuat geser (shear strength).
Dalam konteks stabilitas lereng, dari ketiga kekuatan batuan tersebut di atas,
kuat geser berperan paling penting. Kuat geser batuan dapat dinyatakan dalam
persamaan umum sebagai berikut :
= c + (-u) tan
Keterangan : = kuat geser batuan (Pa, kPa, MPa)
c = kohesi batuan (Pa, kPa, MPa)
= tegangan normal (Pa, kPa, MPa)
u = tekanan air pori (Pa, kPa, MPa)
= sudut geser dalam (internal friction angle), (degree)
. F-3
n
Peak
Residu
Shear Strength, MPa
Deformasi, mm
p
Shear Strength, MPa
r
Cp
Cr
Normal Stress, MPa
Gambar 1. Kekuatan batuan puncak dan residu
. F-4
Parameter kekuatan tanah disposal (waste materials) yang terdiri dari kohesi (c)
dan sudut geser-dalam () dapat ditentukan dengan 4 cara pendekatan,
sebagai berikut :
a. Menggunakan parameter kohesi residu (cr) dan sudut geser dalam residu (r).
Namun, beberapa pakar meragukan akan kebenaran pendekatan ini.
b. Menggunakan anggapan kohesi, c = 0 dan sudut geser dalam () adalah
fungsi dari Plasticity Index, dalam kurva hubungan ( - Ip) pada Gambar 2.
Pendekatan ini cocok hanya untuk material berbutir halus atau “clay”.
c. Menggunakan anggapan, kohesi, c = 0 dan sudut geser dalam () adalah
fungsi dari densitas batuan, dalam kurva hubungan (- ) pada Gambar 3.
Pendekatan ini cocok hanya untuk material berbutir kasar “sandstone”.
d. Menggunakan pendekatan “analisis balik” (back analyses) pada lereng waste
material yang sudah pernah longsor.
Penetuan sudut geser dalam () batuan berbutir halus (claystone), dilakukan
secara grafis dengan menggunakan kurva hubungan antara sudut geser dalam
() dengan Plastisity Index (Ip), pada Gambar 2. Sedangkan, penentuan sudut
geser dalam () batuan berbutir kasar (sandstone), dilakukan secara grafis
dengan menggunakan kurva hubungan antara sudut geser dalam () dengan
Unit berat batuan () pada Gambar 3.
. F-5
Gambar 2. Hubungan sudut geser dalam () dengan Plasticity Index (Ip)
. F-6
. F-7
Catatan :
1. Jika nilai kohesi (c) input ditentukan berdasarkan sifat dan jenis tanah
timbunan, yaitu antara 5 – 10 kPa, maka hasil yang diperoleh dari
analisis adalah nilai sudut geser dalam () material waste.
2. Jika niai sudut geser dalam () input ditentukan berdasarkan sifat dan
jenis tanah timbunan ( dari Gambar 2 dan Gambar 3), maka hasil yang
diperoleh adalah nilai kohesi (c) material waste.
. F-8