Anda di halaman 1dari 4

Jawaban nomor 1:

Pemahaman aqidah Islam sangat penting dalam membentuk pandangan hidup dan tindakan seorang
muslim, termasuk seorang mahasiswa yang tumbuh dalam lingkungan beragama Islam di Indonesia. ada
dua tujuan dalam mempelajari akidah islam Pertama, untuk mengetahui petunjuk hidup yang benar
serta dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah sehingga hidupnya mendapat rida
Allah swt. Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an sebagai berikut.

Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia
dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil) ….
QS Al-Baqarah (2: 185)

Kedua, untuk menghindarkan dari kehidupan yang sesat atau jauh dari petunjuk hidup yang benar. Allah
swt berfirman.

Dan sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus. Maka ikutilah! Jangan kamu ikuti jalan-jalan (yang lain) yang
akan mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu
bertakwa. QS Al-An’am (6: 153)

Yang dimaskud jalan-Ku yang lurus pada ayat di atas adalah islam (akidah islam). Kita diwajibkan untuk
mengikuti jalan yang lurus (akidah islam) karena islam dalah satu-satunya jalan hidup yang benar di sisi
Allah swt. Adapun Aqidah Islam iman kepada Allah, rasul-rasul-Nya, kitab-kitab suci, malaikat-malaikat,
hari akhir, dan qadar (takdir). Pemahaman ini memengaruhi cara seorang mahasiswa Muslim melihat
dunia, tindakan moral, tujuan hidup, dan keterlibatannya dalam masyarakat. Berikut adalah bagaimana
pemahaman aqidah Islamiyah memengaruhi pandangan hidup dan tindakan seorang mahasiswa
Muslim:

1. Pandangan dunia siswa: Mahasiswa Muslim yang menganut keyakinan Islam biasanya melihat dunia
sebagai ciptaan Allah yang harus dihargai dan dijaga. Karena mereka tahu bahwa Allah adalah Pencipta
segalanya, mereka termotivasi untuk menjaga sumber daya alam dan lingkungan dengan baik.

2. Tujuan Hidup: Aqidah Islamiyah membantu mahasiswa Muslim mengidentifikasi tujuan hidup yang
lebih besar, yaitu beribadah kepada Allah. Ini juga dapat membantu mereka menetapkan tujuan yang
lebih tinggi dalam pendidikan dan karir mereka, dengan niat untuk meraih keberkahan dan
berkontribusi positif pada masyarakat.

3. Etika dan Moral: Mahasiswa Muslim menerima dasar etika dan moral yang kuat dari memahami
aqidah Islam. Mereka bertindak dan berinteraksi berdasarkan prinsip seperti belas kasih, kejujuran,
keadilan, dan integritas. Selain itu, aqidah mendorong mereka untuk menghindari tindakan yang
dilarang dalam Islam dan mengajarkan mereka untuk menghindari hal-hal yang buruk.

4. Keterlibatan Sosial: Mahasiswa Muslim yang beragama Islam sering terlibat dalam kegiatan sosial dan
kemanusiaan yang terkait dengan agama mereka. Mereka dapat berpartisipasi dalam pengabdian
kepada masyarakat, kegiatan amal, atau proyek yang mendukung pendidikan dan kesejahteraan
masyarakat.

5. Pendekatan terhadap Pendidikan: Jika siswa Muslim memiliki pemahaman tentang keyakinan Islam.
Mereka melihat pendidikan sebagai alat untuk mencapai tujuan hidup mereka dan meningkatkan
pemahaman agama mereka.
6. Pendekatan Terhadap Konflik dan Tantangan: Mahasiswa Muslim yang kuat dalam pemahaman
aqidah Islamiyah cenderung memiliki ketabahan dan sikap sabar saat menghadapi konflik dan tantangan
dalam kehidupan. Mereka meyakini bahwa Allah akan membantu mereka melewati masa-masa sulit ini.

7. Kehidupan Ibadah: Pemahaman aqidah Islamiyah mendorong mahasiswa Muslim untuk menjalankan
ibadah dengan tekun. Mereka melaksanakan shalat, puasa, zakat, dan ibadah-ibadah lainnya sebagai
bagian dari rutinitas harian mereka.

1. Fadil, Z., & Rifa'i, A. (2019). Religious Commitment and Coping Mechanisms of Muslim Students in
Indonesia. International Journal of Islamic Thought, 15, 13-28.

https://smamuh5yk.sch.id/pengertian-akidah-islam-dasar-dasar-dan-tujuannya/#:~:text=Sehingga%2C
%20pengertian%20akidah%20Islam%20adalah,dalil%2Ddalil%20naqli%20dan%20aqli.

Jawaban nomor 2:

2. Pendidikan agama di lingkungan keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan
kepribadian anak-anak, karena di lingkungan keluarga lah anak-anak pertama kali menerima pendidikan
yang dapat mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya. Pendidikan agama dalam keluarga berjalan
sepanjang masa, melalui proses interaksi dan sosialisasi di dalam keluarga itu sendiri. Esensi
pendidikannya tersirat dalam integritas keluarga, baik di dalam komunikasi antara sesama anggota
keluarga, dalam tingkah laku keseharian orang tua dan anggota keluarga lainnya juga dalam hal-hal
lainnya yang berjalan dalam keluarga semuanya merupakan sebuah proses pendidikan bagi anak-anak.
Karena itu sebagai orang tua dan keluarga yang baik mengajarkan pendidikan tentang akidah islam
harus dilakukan agar anak-anak bisa berprestasi dalam kegiatan akademik maupun nonakademik.
Berikut adalah cara pendidikan agama di rumah tangga memengaruhi pemahaman aqidah anak-anak
dalam konteks pendidikan formal dan informal:

1. Pembentukan Dasar Aqidah yang Kokoh:

Pendidikan agama di rumah tangga membantu membentuk dasar pemahaman aqidah yang kokoh pada
anak-anak. Dengan mengajarkan kepada mereka rukun iman seperti iman kepada Allah, rasul-rasul-Nya,
kitab-kitab suci, malaikat-malaikat, hari akhir, dan qadar (takdir). Dasar ini akan membantu mereka
dalam memahami dan mengamalkan ajaran agama dalam pendidikan formal dan dalam kehidupan
sehari-hari.

2. Pengembangan Moral dan Etika:

Pendidikan agama di rumah tangga juga membentuk etika dan moral anak-anak. Mengajarkan nilai-nilai
seperti kejujuran, keadilan, kasih sayang, dan integritas diajarkan dalam konteks agama Islam. Anak-
anak akan menerapkan nilai-nilai ini dalam tindakan mereka di sekolah, perguruan tinggi, dan
masyarakat.

3. Pelatihan Ibadah dan Amal Kebaikan:

Pendidikan agama di rumah tangga mencakup pelatihan dalam melakukan ibadah seperti shalat, puasa,
dan membaca Al-Quran. Anak-anak diajarkan tentang beribadah kepada Allah dan melakukan amal
kebaikan. Mereka akan menerapkan praktik-praktik ini dalam kehidupan sehari-hari dan mungkin juga
berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan di luar rumah tangga.
4. Toleransi dan Keterbukaan:

Pendidikan agama di rumah tangga juga mencakup ajaran toleransi dan keterbukaan terhadap orang
dari berbagai latar belakang agama dan budaya. Anak-anak diajarkan untuk menghormati perbedaan
dan bekerja sama dengan individu yang memiliki keyakinan yang berbeda dalam konteks pendidikan
formal dan dalam kehidupan sehari-hari.

5. Sikap Terhadap Konflik dan Tantangan:

Pengajaran agama juga membantu anak-anak dalam menghadapi konflik dan tantangan dalam hidup.
Dengan menyakini bahwa Allah akan membantu mereka melewati masa-masa sulit ini dan ini dapat
memberikan ketenangan dan ketabahan dalam menghadapinya.

Sumber: Fahrudin. (2015). Peranan Pendidikan Agama Dalam Keluarga Terhadap Pembentukan
Kepribadian Anak-Anak. Jurnal Ilmiah Didaktika: Media Ilmiah Pendidikan dan Pengajaran, 15(2), 201-
212.

PERAN PENDIDIKAN AQIDAH DAN AKHLAK BAGI ANAK DALAM KELUARGA SINGLE PARENT DI DUSUN
GALINGAN DESA BORENG KECAMATAN LUMAJANG

https://alazharasysyarifsumut.sch.id/pentingnya-peranan-orangtua-dalam-pendidikan-anak/
#:~:text=Oleh%20karena%20itu%20orang%20tua,agar%20tetap%20semangat%20dalam%20belajar.

Jawaban nomor 3

Penyimpangan aqidah dalam gerakan ekstremis di Timur Tengah berkembang dan menyebar karena
berbagai faktor kompleks yang menciptakan kondisi yang mendukung ideologi radikal. Berikut adalah
beberapa faktor spesifik yang berkontribusi pada bahaya penyimpangan aqidah di lingkungan ini:

1. Krisis Identitas dan Ketidakpuasan Sosial: Beberapa individu di Timur Tengah mungkin mengalami
krisis identitas dan ketidakpuasan sosial sebagai akibat dari ketidakstabilan politik dan konflik di wilayah
tersebut. Ini bisa membuat mereka lebih rentan terhadap pengaruh ekstremis. Sebagai contoh,
berdasarkan riset oleh Tafheem, W. (2018), beberapa pemuda di Timur Tengah merasa frustrasi dengan
kondisi sosial dan ekonomi yang sulit dan mencari "identitas" dalam gerakan ekstremis.

2. Pendidikan yang Terbatas atau Tidak Memadai: Pendidikan yang terbatas atau tidak memadai,
terutama dalam hal ajaran agama, dapat menciptakan celah di mana kelompok ekstremis dapat
memasukkan interpretasi radikal aqidah. Brown, N. J. (2019) dalam penelitiannya menyoroti pentingnya
pendidikan agama yang benar dan moderat sebagai kontrapeso terhadap penyimpangan aqidah.

3. Propaganda dan Rekruitmen Online: Penggunaan internet dan media sosial oleh kelompok ekstremis
untuk menyebarkan propaganda dan merekrut pengikut telah menjadi masalah yang signifikan.
Menurut Neumann, P. R. (2013), media sosial memberikan platform yang efektif bagi ekstremis untuk
memengaruhi dan merekrut individu, terutama generasi muda.

4. Konflik dan Ketidakstabilan Regional: Konflik bersenjata, seperti di Suriah dan Irak, telah menciptakan
kekacauan di Timur Tengah dan memungkinkan kelompok ekstremis untuk merekrut pejuang asing dan
memperluas pengaruh mereka. Penelitian oleh Gambhir, H., & Byman, D. L. (2020) menyoroti
bagaimana konflik regional dapat memengaruhi radikalisasi dan ekstremisme di Timur Tengah.
5. Keterlibatan Asing dan Pendanaan Ekstremis: Faktor eksternal seperti dukungan dan pendanaan dari
kelompok ekstremis di luar Timur Tengah juga dapat mempengaruhi perkembangan penyimpangan
aqidah. Byman, D. L. (2005) dalam penelitiannya mengulas keterlibatan asing dalam konflik di Timur
Tengah dan dampaknya pada ekstremisme.

6. Ketidakstabilan Pemerintah dan Represi: Ketidakstabilan pemerintahan, terutama pada masa-masa


perang saudara dan revolusi, dapat menciptakan kekacauan politik dan ketidakpastian hukum, yang
dapat dimanfaatkan oleh kelompok ekstremis. Faktor ini dibahas dalam penelitian oleh Wiktorowicz, Q.
(2004) tentang radikalisasi di Timur Tengah.

7. Sosio-Ekonomi yang Buruk: Ketidaksetaraan ekonomi dan rendahnya tingkat pekerjaan di beberapa
wilayah Timur Tengah juga menciptakan ketidakpuasan dan frustrasi yang dapat dimanfaatkan oleh
kelompok ekstremis. Hafez, M. M. (2016) dalam studinya menggambarkan hubungan antara faktor
sosio-ekonomi dan radikalisasi.

8. Karena tidak mau (enggan) mempelajari dan mengajarkannya, atau karena kurangnya perhatian
terhadapnya. Sehingga tumbuh suatu generasi yang tidak mengenal aqidah shahihah dan juga tidak
mengetahui lawan atau kebalikannya.Akibatnya, mereka meyakini yang haq sebagai sesuatu yang batil
dan yang batil dianggap sebagai yang haq.

Sebagaimana yang pernah dikatakan oleh Umar Radhiallaahu anhu :

“Sesungguhnya ikatan simpul Islam akan pudar satu demi satu, manakala di dalam Islam terdapat orang
yang tumbuh tanpa mengenal kejahiliyahan.”

9. TA’ASHSHUB Yaitu fanatik kepada sesuatu yang diwarisi dari bapak dan nenek moyangnya, sekali pun
hal itu batil, dan mencampakkan apa yang menyalahinya, sekali pun hal itu benar.

Sebagaimana yang difirmankan Allah Subhannahu wa Ta’ala: “Dan apabila dikatakan kepada mereka:

“Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah” mereka menjawab: “(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa
yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami”. “(Apakah mereka akan mengikuti juga),
walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?”
(Al-Baqarah: 170)

10. TAQLID BUTA Dengan mengambil pendapat manusia dalam masalah aqidah tanpa mengetahui
dalilnya dan tanpa menyelidiki seberapa jauh kebenarannya.

Penting untuk diingat bahwa penyimpangan aqidah bukan representasi dari mayoritas penduduk Timur
Tengah, dan banyak warga Muslim yang menolak ajaran ekstremis. Masalah penyimpangan aqidah
cenderung lebih kompleks dan terkait dengan faktor sosial, politik, dan ekonomi yang lebih luas di
wilayah tersebut. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan
komunitas internasional untuk memerangi radikalisasi dan ekstremisme di Timur Tengah melalui
pendidikan, deradikalisasi, dan upaya pencegahan.

Anda mungkin juga menyukai