antara
RS UNIMEDIKA SEPATAN TANGERANG
dengan
……………………………………….
tentang
PELAYANAN PASIEN
Nomor : …………………………………..
Nomor : …………………………………..
Pada hari ini …….., Tanggal ………. Bulan ………. Tahun ……….., yang bertanda tangan di bawah ini :
I. RS UNIMEDIKA SEPATAN TANGERANG, berkedudukan di Jl. Raya Pakuhaji RT. 02 RW. 01, Kel.
Sepatan, Kec. Sepatan, Kab. Tangerang, Banten 15520, milik PT. Hera Yoyo Sudarsa, dalam hal ini
diwakili oleh dr. Andri Firman Saputra, MMR., dalam kedudukannya sebagai Direktur Rumah Sakit
tersebut dan selaku demikian berdasarkan Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital by Laws) sah
bertindak untuk dan atas nama serta mewakili RS UniMedika Sepatan Tangerang.
Selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA ------------------------------------
II. ………………………………., berkedudukan dan berkantor di ……………………………………………,
dalam hal ini diwakili oleh ………………………………………………….., dalam kedudukannya sebagai
…………………………. sah bertindak untuk dan atas nama serta mewakili ………………………………………….
Selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA ------------------------------------
PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA yang secara bersama-sama disebut PARA PIHAK dan masing-
masing disebut PIHAK dalam kesepakatan kerjasama ini, dengan memperhatikan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku:
1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lambaran Negaran Republik Indonesia Nomor
4431);
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5063);
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5072);
PASAL 1
DEFINISI DAN PENGERTIAN
Dalam pasal-pasal Perjanjian Kerjasama ini kecuali ditentukan lain, maka istilah-istilah yang tertulis
harus ditafsirkan sebagai berikut:
1. Puskesmas ……………………. adalah Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Mampu PONED.
2. RS UniMedika Sepatan Tangerang adalah Rumah Sakit Swasta dengan tipe C non pendidikan
yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan.
3. Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas masalah kesehatan
masyarakat dan kasus-kasus penyakit yang dilakukan secara timbal balik baik vertikal maupun
horizontal, meliputi sarana, rujukan teknologi, rujukan tenaga ahli, rujukan profesional, rujukan
kasus, rujukan ilmu pengetahuan dan rujukan bahan pemeriksaan laboratorium.
4. Sistem Rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan
pelimpahan tanggung jawab, timbal balik terhadap suatu kasus penyakit atau masalah
kesehatan secara vertikal atau horisontal, dalam arti dari unit yang kemampuannya kurang ke
unit yang lebih mampu.
5. Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera, guna
menyelamatkan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut.
6. Rujukan pasien adalah rujukan kasus yang berkaitan dengan diagnosa, terapi dan tindakan
medik berupa pengiriman pasien.
7. Jenjang rujukan adalah tingkatan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan kemampuan
pelayanan medis dan penunjang.
8. Tata Kelola Klinis (Good Clinical Governance) adalah penerapan tata kelola yang baik dalam
pelayanan medis sesuai standar, manajemen resiko, keterbukaan, pendidikan dan pelatihan,
audit klinis, efektivitas klinis, penelitian dan pengembangan.
PASAL 3
SISTEM RUJUKAN
Rujukan diberlakukan bagi :
a. Pasien Umum;
b. Pasien yang merupakan peserta BPJS;
c. Peserta asuransi kesehatan komersial mengikuti aturan yang berlaku sesuai dengan ketentuan
dalam polis asuransi dengan tetap mengikuti pelayanan kesehatan yang berjenjang.
PASAL 4
OBJEK DAN RUANG LINGKUP PERJANJIAN
Ruang lingkup perjanjian kerjasama ini meliputi: hak dan Kewajiban Para Pihak, Tatacara Penagihan
dan Pembayaran, Jangka Waktu dan lain-lain dalam pelayanan kesehatan rujukan pasien yang
meliputi:
PASAL 5
PROSEDUR MERUJUK DAN MENERIMA RUJUKAN PASIEN
(1) Prosedur yang dilakukan PIHAK KEDUA dalam merujuk pasien :
a. Prosedur Klinis
1) Melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medik untuk
menentukan diagnosa utama dan diagnosa banding.
2) Memberikan tindakan pra rujukan sesuai kasus berdasarkan Standar Prosedur
Operasional.
3) Dalam melakukan rujukan kegawatdaruratan medis harus didampingi oleh tenaga
medis/paramedis yang kompeten dibidangnya dan mengetahui kondisi pasien.
b. Prosedur Administrasi
1) Membuat catatan rekam medik pasien.
2) Membuat surat rujukan pasien rangkap 2 (dua). Lembar pertama dikirim ke tempat
rujukan bersama pasien yang bersangkutan. Lembar kedua disimpan sebagai arsip.
3) Mencatat identitas pasien pada buku register rujukan pasien.
4) Menyiapkan sarana transportasi dan sedapat mungkin menjalin komunikasi dengan
tempat rujukan.
b. Prosedur Administrasi
1) PIHAK KEDUA meneliti isi surat balasan rujukan dan mencatat informasi tersebut di
buku register pasien rujukan, kemudian menyimpannya pada rekam medis pasien yang
bersangkutan dan memberi tanda tangan, tanggal/ jam telah ditindaklanjuti.
2) PIHAK KEDUA segera memberi kabar kepada PIHAK PERTAMA bahwa surat balasan
rujukan telah diterima.
PASAL 6
PERSETUJUAN TINDAKAN RUJUKAN
(1) Rujukan harus mendapat persetujuan dari pasien dan/atau keluarganya.
(2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien dan/atau
keluarganya mendapatkan penjelasan dari tenaga kesehatan yang berwenang.
(3) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya meliputi :
a. Diagnosa dan terapi dan/atau tindakan medis yang diperlukan;
b. Alasan dan tujuan dilakukan rujukan;
c. Resiko yang dapat timbul apabila rujukan tidak dilakukan;
d. Transportasi rujukan;
e. Resiko atau penyulit yang dapat timbul selama dalam perjalanan.
PASAL 8
KEWAJIBAN PIHAK KEDUA DALAM MENGIRIM RUJUKAN
Kewajiban PIHAK KEDUA dalam mengirim rujukan:
1. Pasien yang akan dirujuk harus diperiksa dan layak untuk dirujuk.
2. Memberi penjelasan kepada pasien atau keluarganya bahwa karena alasan medis, sarana dan
prasarana pasien harus dirujuk, atau karena ketiadaan tempat tidur pasien harus dirujuk.
3. Rujukan harus mendapat persetujuan dari pasien/ keluarga.
4. Melaksanakan konfirmasi dan memastikan kesiapan PIHAK PERTAMA sebelum merujuk untuk
kondisi tertentu.
5. Membuat surat pengantar rujukan yang memuat: identitas pasien, hasil pemeriksaan
(anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang) yang telah dilakukan, diagnosis
kerja, terapi dan/atau tindakan yang telah diberikan, tujuan rujukan dan nama serta tanda
tangan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan.
6. Mencatat pada register dan membuat laporan rujukan.
7. Dalam keadaan kegawatdaruratan sebelum dikirim, keadaan umum pasien sudah distabilkan
lebih dahulu dan stabilitas pasien dipertahankan selama dalam perjalanan.
8. Pada kondisi kegawatdaruratan, pasien harus didampingi oleh tenaga kesehatan yang
mengetahui keadaan umum pasien dan mampu menjaga stabilitas pasien sampai pasien tiba di
tempat rujukan.
9. Tenaga Kesehatan yang mendampingi pasien menyerahkan surat rujukan kepada petugas yang
ditunjuk PIHAK PERTAMA.
PASAL 10
PENCATATAN
(1) Pencatatan
Pencatatan kasus rujukan menggunakan 1 (satu) Buku Register Rujukan, dimana setiap pasien
rujukan yang diterima dan yang akan dirujuk dicatat dalam buku register rujukan.
(2) Alur registrasi pasien rujukan :
a. Pasien yang datang dengan surat rujukan dari PIHAK KEDUA dicatat pada buku register
pasien dan selanjutnya juga dicatat pada buku registrasi rujukan;
b. Apabila pasien telah mendapatkan perawatan baik di IGD, rawat inap dan unit pelayanan
lainnya, maka langsung dicatat pada buku register rujukan pasien;
c. Pada setiap akhir bulan, semua pasien rujukan (asal rujukan, dirujuk dan rujukan balasan)
dijumlahkan dan dicatat pada baris terakhir format buku register rujukan pasien dan
dilaporkan sesuai ketentuan.
PASAL 11
PEMBIAYAAN
(1) Biaya transportasi rujukan merupakan bagian dari tarif yang menjadi tanggung jawab pasien
atau pihak penjamin sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(2) Sebelum dilakukan rujukan pasien, dipastikan pasien sudah membayar administrasi sesuai
status pasien (pasien umum, pasien BPJS, pasien asuransi komersial).
(3) Biaya pemeriksaan medis di fasilitas kesehatan penerima rujukan menjadi tanggung jawab
pasien atau pihak penjamin.
PASAL 13
JANGKA WAKTU
(1) Perjanjian ini berlaku selama 2 (Dua) tahun dan secara efektif berlaku terhitung sejak tanggal
…………………………. s/d ………………………………..
(2) Jangka Waktu Perjanjian ini akan diperpanjang secara otomatis jika tidak ada pemberitahuan
pemutusan perjanjian secara tertulis paling lambat 3 (tiga) bulan sebelumnya dari salah satu
pihak.
(3) Dalam hal terjadi perpanjangan perjanjian ini, ketentuan-ketentuan pada perjanjian ini dapat
berubah.
(4) Jangka waktu perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku jika terjadi
pembatalan atau pemutusan perjanjian ini secara sepihak.
PASAL 14
BERAKHIRNYA PERJANJIAN
Perjanjian ini berakhir dalam hal:
a. Jangka waktu perjanjian ini telah habis;
b. Pembatalan atau pemutusan perjanjian atas kesepakatan kedua belah pihak;
c. Pembatalan atau pemutusan perjanjian secara sepihak dan Perjanjian gugur demi hukum.
PASAL 16
PEMUTUSAN PERJANJIAN
(1) Dengan mengesampingkan ketentuan Pasal 1266 dan Pasal 1267 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata, salah satu pihak dapat memutuskan perjanjian ini secara sepihak tanpa menunggu
keputusan hakim apabila salah satu pihak melanggar salah satu ketentuan dalam Perjanjian
Kerjasama ini termasuk tidak mengindahkan surat peringatan/teguran I, II, III yang diterbitkan
oleh salah satu pihak.
(2) Pengakhiran berlaku efektif secara seketika pada tanggal surat pemberitahuan pengakhiran
Perjanjian Kerjasama ini dari pihak yang dirugikan.
(3) Perjanjian ini dapat pula diakhiri oleh salah satu pihak sebelum berakhirnya Perjanjian
Kerjasama dalam hal:
a. Ijin usaha atau operasional salah satu pihak dicabut oleh Pemerintah. Pengakhiran berlaku
efektif pada tanggal pencabutan ijin usaha atau operasional pihak yang bersangkutan oleh
Pemerintah;
b. Salah satu pihak melakukan merger, konsolidasi, atau diakuisisi oleh perusahaan lain.
Pengakhiran berlaku efektif pada tanggal disahkannya pelaksanaan merger, konsolidasi atau
akuisisi tersebut oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia;
PASAL 17
FORCE MAJEURE
(1) Yang dimaksud dengan keadaan memaksa (selanjutnya disebut Force Majeure) adalah suatu
keadaan yang terjadinya diluar kemampuan, kesalahan, atau kekuasaan PARA PIHAK dan yang
menyebabkan pihak yang mengalaminya tidak dapat melaksanakan atau terpaksa menunda
pelaksanaan kewajibannya dalam perjanjian ini. Force Majeure tersebut meliputi banjir, wabah,
perang (yang dinyatakan maupun yang tidak dinyatakan), pemberontakan, huru-hara,
pemogokkan umum, kebakaran dan kebijaksanaan Pemerintah yang berpengaruh secara
langsung terhadap pelaksanaan perjanjian ini.
(2) Dalam hal terjadinya peristiwa Force Majeure, maka pihak yang terhalang untuk melaksanakan
kewajibannya tidak dapat dituntut oleh pihak lainnya. Pihak yang terkena Force Majeure wajib
memberitahukan adanya peristiwa Force Majeure tersebut kepada pihak yang lain secara
tertulis paling lambat 14 (empat belas) hari kalender sejak saat terjadinya peristiwa Force
Majeure, yang dikuatkan oleh surat keterangan dari pejabat yang berwenang yang
menerangkan adanya peristiwa Force Majeure tersebut. Pihak yang terkena Force Majeure
wajib mengupayakan dengan sebaik-baiknya untuk tetap melaksanakan kewajibannya
sebagaimana diatur dalam Perjanjian Kerjasama ini segera setelah peristiwa Force Majeure
berakhir.
(3) Apabila peristiwa Force Majeure tersebut berlangsung terus hingga melebihi atau diduga oleh
pihak yang mengalami Force Majeure akan melebihi jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kalender,
maka PARA PIHAK sepakat untuk meninjau kembali jangka waktu perjanjian ini.
(4) Semua kerugian dan biaya yang di derita oleh salah satu pihak sebagai akibat terjadinya
peristiwa Force Majeure bukan merupakan tanggung jawab pihak yang lain.
PASAL 19
PEMBERITAHUAN
(1) Semua komunikasi resmi surat-menyurat atau pemberitahuan-pemberitahuan atau pernyataan-
pernyataan atau persetujuan-persetujuan yang wajib dan perlu dilakukan oleh salah satu pihak
kepada pihak lainnya dalam pelaksanaan Perjanjian Kerjasama ini, harus dilakukan secara
tertulis dan disampaikan secara langsung, melalui email, ekspedisi, pos atau melalui faksimili
dan dialamatkan kepada:
Atau kepada alamat lain yang dari waktu ke waktu diberitahukan oleh PARA PIHAK, satu kepada
yang lain, secara tertulis.
PASAL 20
KERAHASIAAN
(1) PARA PIHAK selama pelaksanaan Perjanjian Kerjasama ini maupun setelah selesainya perjanjian
ini, wajib senantiasa menjaga data/identitas pasien dan hasil pemeriksaan sebagaimana
ketentuan perundang-undangan yang mengatur kerahasiaan medis.
(2) Semua data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dibuka :
a. Untuk kepentingan kesehatan pasien;
b. Memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum atas
perintah pengadilan;
c. Atas permintaan dan/atau persetujuan pasien sendiri;
d. Permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan perundang-undangan, dan untuk
kepentingan penelitian, pendidikan dan audit medis, sepanjang tidak menyebutkan
identitas pasien.
PASAL 21
LAIN-LAIN
(1) Pengalihan Hak dan Kewajiban
Hak dan kewajiban berdasarkan Perjanjian Kerjasama ini tidak boleh dialihkan, baik sebagian
maupun seluruhnya kepada pihak lain, kecuali dengan persetujuan tertulis PARA PIHAK.
(2) Keterpisahan
Jika ada salah satu atau lebih ketentuan dalam Perjanjian Kerjasama ini ternyata tidak sah, tidak
berlaku atau tidak dapat dilaksanakan berdasarkan hukum atau keputusan yang berlaku, maka
PARA PIHAK dengan ini setuju dan menyatakan bahwa ketentuan lainnya dalam perjanjian ini
tidak akan terpengaruh olehnya, tetap sah, berlaku dan dapat dilaksanakan.
Demikian Perjanjian Kerjasama ini dibuat dalam rangkap 2 (dua) bermaterai cukup dan masing-
masing sama bunyinya, sah serta mempunyai kekuatan hukum yang sama setelah ditandatangani
oleh PARA PIHAK.