Anda di halaman 1dari 8

Perihal Perkawinan Pada Makhluk Hidup

Resume Ke-5
disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Genetika yang dibimbing oleh Prof. Dr. Siti
Zubaidah, M. Pd dan Deny Setiawan, M.Pd

Oleh:
Offering H / Kelompok 16
Nadzifa (200342616875)
Syilfia Ayu Kurnia Romadhon (200342616880)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Februari 2022
ISI RESUME

Materi 1: Gen Kelamin (Syilfia Ayu Kurnia Romadhon_200342616880)


EKSPRESI KELAMIN PADA MAKHLUK HIDUP PROKARIOTIK
 Salah satu perkelaminan pada makhluk hidup adalah Escherichia coli. Siklus E. coli
memiliki ciri yang berbeda. Sel kelamin jantan dan betina E. coli dapat dibedakan
berdasarkan karakter morfologisnya.
 Sel kelamin jantan dan betina E. coli dikenal atas ada tidak adanya suatu kromosom
kelamin tidak lazim  faktor F (fertility atau kesuburan).
 Faktor F di dalam E. coli dapat berupa suatu badan atau bentukan terpisah, ada juga
yang berada dalam keadaan terintegrasi dengan kromosom utama sel.
 Faktor F merupakan DNA unting ganda yang sirkuler (Watson, dkk., 1987). Dalam
setiap sel terdapat satu kopi faktor F yang terdiri dari 94 x 10 3 pasang basa (1/40) dari
jumlah informasi genetika yang terkandung pada kromosom utama. 1/3 DNA faktor F
mengandung 19 gen transfer (tra).

Sel-sel Escherichia coli jantan (F+)


 E. coli jantan  dalam sel terdapat faktor F berupa badan yang terpisah dari
kromosom utama.
 Sel berkelamin jantan  F+
 Sel berkelamin betina  F-
 Sel berkelamin jantan (F+) mampu mentransfer gen-gen ke dalam sel-sel berkelamin
betina (F-). Gen-gen transfer tersebut berperan dalam transfer materi genetik.
 Transfer materi genetik dari sel E. coli berkelamin jantan ke betina didahului oleh
terbentuknya pasangan konjugasi antara kedua sel. Pasangan konjugasi terbebntu
melalui pelekatan antara ke dua sel. Pasangan konjugasi akan terbentuk melalui
pelekatan suatu pilus kelamin jantan pada permukaan suatu sel kelamin betina.

Gambar Pasangan Konjugasi antara Sel E. coli


 Pelekatan pilus ini akan merangsang suatu rangkaian kejadian dan rangkaian kejadian
akan mendorong terjadinya replikasi DNA faktor F dan selanjutnya menggiring
transfer suatu DNA faktor F (hasil replikasi) ke sel F- (Watson dkk., 1987).
 DNA faktor F (hasil replikasi) yang ditransfer dan tidak ada gen-gen yang terletak
pada kromosom utama ikut ditransfer. Akibat adanya transfer materi genetik faktor F
dari sel kelamin betina disekitarnya akan berubah menjadi sel berkelamin jantan.

Gambar Proses Transfer Materi Genetik Faktor F dari E. coli

Sel-sel Escherichia coli berkelamin jantan (Hfr)


 Faktor F dalam sel E. coli dapat berintegrasi ke dalam kromosom utama sel. Dimana
proses integrasi ini berlangsung melalui peristiwa pindah silang.
 Sel-sel E. coli berkelamin jantan (F +) yang faktor F-nya terintergrasi ke dalam
kroosom utama sel akan berubah menjadi sel Hfr yang tetap membentuk polus
konjugasi dan tetap dapat berfusi dengan sel berkelamin betina (F -) yang
memungkingkan transfer materi genetik.
EKSPRESI KELAMIN PADA MAKHLUK HIDUP EUKARIOTIK
Ekspresi Kelamin Pada Tumbuhan eukariotik
Chlamydomonas
 Sel-sel chlamydomonas dapat bereproduksi secara vegetatif dengan pembelahan.
 Tiap sel berpotensi sebagai gamet dan reprodyksi seksual terjadi di sel-sel motil yang
berkelamin berlawanan saling bersatu membentuk zigot yang diploid.
 Setelah terbentuk zigot akan terjadi meiosis yang menghasilkan 4 sel haploid yang
dapat bereprodyksi secara vegetatif dan menghasilkan banyak sel lagi.
 Perkawinan pada sel chlamydomonas berpaut dengan kerja senyawa-senyawa berupa
hormon.
 Senyawa tersebut berfungsi sebagai pertumbuhan flagel, konjugasi gamet, penentuan
jenis kelamin, faktor kemandulan, dan prekusor dari senyawa penyebab kemandulan.
 Secara genetik kelamin pada chlamydomonas ada 2 tipe yaitu tipe (+) dan tipe (-).
 Jenis kelamin pada chlamydomonas bersifat jantan dan betina  perkawinan relatif.
Saccharomuces dan Neurospora
 S. cerevisiae dan N. crassa materi genetiknya bersifat monogenik dan berada dibawah
kontrol satu gen.
 Secara genetik kelamin pada S. cerevisiae dan N. crassa ada 2 tipe yaitu tipe (+) dan
tipe (-) yang secara morfologi tidak dapat dibedakan.
 Pada S. cerevisiae dan N. crassa individu-individu haploid yang memiliki alela
berkelamin sama biasanya tidak bergabung satu sama lain membentuk zigot, sel-sel
haploid yang memiliki konstitusi alela berlawanan dapat bergabung (Stansfield, 1963).
Kelas Jamur Basidiomycotes
 90% spesies jamur kelas Basidiomycetes tergolong heterotalik. Dan 37% spesies
heterotalik tersebut bipolar, kompatibilitas kelamin dipengaruhi oleh 1 pasang faktor
Aa.
 Pada N. crassa 63% spesies heterotalik yang tetrapolar, kompatibilitas kelamin secaar
dasar dipengaruhi oleh 2 pasang faktor AaBb yang terletak pada kromosom berbeda.

HERMAPRODITISMA DAN BEBERAPA FENOMENA AKIBAT ANEUPLOIDI


KROMOSOM KELAMIN PADA MANUSIA
 Penelitian terkait dengan perkelaminan manusia dilakukan sehingga terungkap
beberapa fenomena yang tak lazim seperti hemaproditisme sejati, syndrom, serta
penyimpangan aneuploidi kromosom.
 Fenomena tak lazim ini terlihat pada fenotip alat-alat kelamin yang tak lazim.
Hermaproditisma Sejati (True Hermaphroditism)
 Individu hermaprodit sejati diidentifikasi saat kelahiran karena adanya struktur alat
kelamin yang tidak jelas atau mergaukan.
 Pemeriksaan histologisnya dan sitologisnya megungkapkan bahwa hermaprodit ini
terdiri dari dua tipe sel yang memiliki kariotip yang berbeda.
 Hal ini merupakan hasil dari mekanisme fusi sel dimana individu tersebut merupakan
hasil fusi sel pada awal perkembangan antar zigot-zigot yang berbeda. Individu-
individu ini  chimera.
 Individu hemarpeodit sejati juga dapat muncul sebagai suatu akibat dari kejadian gagal
berpisah mitosis yang berlangsung pada awal perkembangan suaru embrio berkroosom
kelamin XY atau XXY yang menghasilkan suaru mosaik dari galur-galur sel XO/XY,
XX/XY, dan sebagainya.
 Chimera rata-rata ditemukan karena zigot-zigot mengalami fusi berkelamin brbeda.
Kariotip chimera semacam ini  chi 46XX/46XY.
 Chimera dapat juga terbentuk melalui cara lain seperti contoh polar body dibuahi
sperma pada wkatu bersamaan di saat ovum dan se telur dibuahi sperma lain.
 Kariotip chimera paling bermacam-macam, diantaranya:
-chi 45, XO/46, XY
-chi 46, XX/47, XXY
-chi 45, XO/46, XY/47, XYY
Feminzing Male Pseudohermaphroditism
 Feminizing Male Pseudohermaphroditism  pseudohermaproditisma jantan yang
bersifat kebetinaan.
 Kariotip dari pseudohermaproditisma ini  46, XY ada juga yang 46, XY/45, X
 Pengidap pseudohermaphroditism ini berfenotip perempuan dan seringkali
berkarakteristik kelamin sekunder kurang berkembang.
Masculinizing Male Pseudohermaphroditism
 Kariotip pseudohermaphroditism ini  46, XY atau mosaik 46 XY/45, X
 Penderita ini tiak tampak sebagai laki-laki atau perempuan, testis todak sempurna,
penis mergaukan, tetapi memiliki payudara tidak berkembang, dan tubuh berambut
seperti laki-laki (Suryo, 1989).
Guevodoces
 Penis pada usia ke-12
 Tergolong masculinizing male pseudohermaphroditism
 Guevodoces disebaban karena suatu alela autosomal resesif yang mempengaruhi
penggunaan testosteron (Maxson dkk., 1985).
 Penderita ini memiliki ciri-ciri suara menjadi besar, perkembangan otot bersifat
maskulin, dan klitoris membesar menjadi penis.
Female Pseudohermaphroditism
 Disebabkan karena proliferasi kelenjar adrenalin janin perempuan atau karena
ketidakseimbangan hormonal ibu sebelum kelahiran anak pseudohermaphroditism.
 Proliferasi ini pada korteks kelenjar anak, ginjal, dan akibat adanya hormon laki-laki
yang berlebih.
 Pada umur lanjut female pseudohermaphroditism ini disebabkan tumor kelenjar.
Sindrom Turner
 Akibat aneuploidi pada kromosom kelamin
 Frekuensi penderita sindrom ini 1/5000 atau satu di dalam 5000 kelahran. Ada yang
menyatakan satu di dalam 2500 perempuan yang terlahir hidup (Gardner dkk., 1991).
 Kariotip sindrom ini  45, XO
 Ciri-ciri sindrom ini:
-Kelamin sekunder tidak berkembang sempurna
-Fenotip betina namun ovariumnya kurang berkembang
-Tubuh pendek, leher bergelembir dan adanya keterbelakangan mental
-Bersangkut paut dengan peristiwa gagal berpisal selama meiosis pada gametogenesis
-Bersangkut paut dengan peristiwa gagal berpisah selama mitosis pada perkembangan
embrio awal
Sindrom Klinefelter
 Terjadi karena aneuploidi kromosom kelamin
 Penderitannya berkelamin jantan
 Frekuensi penderita sindrom ini 1/500 atau diantara 500 pria yang lahir
 Kariotip sindrom ini 17, XY
 Ciri-ciri sindrom klinefelter:
-Testis kecil dan tidak normal
-Tidak mengalami spermatogenesis
-Steril, sering berinteligensi rendah
-Anggota gerak lebih panjang daripada biasanya
-Adanya gangguan keterbelakangan mental
-Mengalami feminisasi
Pria XYY
 Frekuensi sindrom pria XYY adalah satu dalam 1000 pria yang terlahir hidup
 Kariotip sindrom  47, XYY
 Ciri-ciri sindrom ini:
-IQ agak rendah
-Bersifat antisosial dan agresif
-Terjadinya kelainan alat kelamin eksternal dan internal
-Fertil dan cenderung lebih tinggi daripada tinggi rata-rata pria normal
Penyimpangan Karena Aneuploidi Kromosom Kelaminan Yang Lain
 Pengidap berkariotip 47, XXX (trisomi) dan 48, XXXX (tetrasomi), serta 49, XXXXX
(pentasomi)
 Metafemasles (betina super)  sebutan untuk penyimpangan ini
 Ciri-ciri penyimpangan ini:
-Kesuburan terbatas
-Alat kelamin kurang berkembang
-Adanya keterbelakangan mental
Pembalikan Kelamin Pada Ragi
 Strain pada ragi tidak punya kelamin yang stabil sehingga cepat beralih antara kelamin
an dan a
 Ragi homotalus  gen-gen kelamin dari sel-sel haploid beruabh atau berbalik jaih
lebih cepat
 Terdapat alela  Ho pada kromosom 4
 Bersangkut paut dengan alela MAT
Pembalikan Kelamin Pada Ikan
 Pembalikan ini dari kelamin betina  ke jantan (atau sebaliknya)
 Berkaitan dengan transformasi struktur dan fungsi hipofise atau gonad juga. Dimana
pembalikan kelamin ini mentransformsikan warna individu betina yang sedang
berbalik kelamin.
 Adanya sex induver berupa hormon steroid yang tergolong inducer jantan
 Pada pembalikan kelamin dari individu jantan menjadi betina akan dilakukan dengan
hormon-hormon steroud yang tergolong inducer betina.
Pembalikan Kelamin Pada Burung
 Hal ini akibat kerusakan jaringan ovarium akibat penyakit dan adanya proliferasi
 Perubahan ciri-ciri kelamin sekudner sepeti adanya perkembangan bulu jantan,
kemapuan berkokok, dan perkembangan testis yang menghasilkan sperma.

Materi 2: (Nadzifa_200342616875)

Materi 3: (Nadzifa_200342616875)

PERTANYAAN DAN JAWABAN


1. Jelaskan bagaimana ciri-ciri dari individu yang mengalami penyimpangan karena
aneuploidi kelamin lain? (Syilfia Ayu Kurnia Romadhon_200342616880))
Jawab:
Pengidap berkariotip 47, XXX (trisomi) dan 48, XXXX (tetrasomi), serta 49,
XXXXX (pentasomi). Individu berkariotip 47, XXX menunjukkan ciri-ciri dengan
adanya alat kelamin yang kurang berkembang, kesuburan terbatas, adanya
keterbelakangan mental, fenotip yang relatif normal. Individu berkariotip 48, XXXX
bersifat fertil sedangkan indiidu berkariotip 49 XXXXX juga memiliki
keterbelakangan mental.

2. Jelaskan bagaimana pernanan inducer dalam pemblikan kelamin buatan pada ikan?
(Syilfia Ayu Kurnia Romadhon_200342616880)
Jawab:
Dengan bantuan sex inducer berupa hormon steroid, dimana individu betina diubah
menjadi jantan dan sebaliknya. Pembalikan kelamin pada ikan dari individu betina
ini dilakukan dengan bantuan hormon-hormon steroid yang tergolong inducer betina.
Hormon-hormon steroid yang tergolong inducer jantan seperti androgen, sedangkan
hormon-hormon steroid yang tergolong inducer jantan seperti estrogen.

3. (Nadzifa_200342616875)
Jawab:

4. (Nadzifa_200342616875)
Jawab:
RUJUKAN
Corebima, A.D. 2004. Genetika Kelamin. Surabaya: Airlangga University Press.
Corebima. A. D. 2009. A Riview on One Gene One Polypeptide Hypothesis. Naskah
Pidato Pengukuhan Guru Besar. Malang: Universitas Negeri Malang.
Corebima, A. D. Hand Out Interaksi Kerja Gen. Malang: Universitas Negeri Malang.

Anda mungkin juga menyukai