Anda di halaman 1dari 17

MANAJEMEN BENCANA

“Surveilans Kegawatdaruratan Atau Bencana”

Disusun Oleh :

KELOMPOK 5

Muh. Ainun Jannah (J1A116320)

Riska Mulyani (J1A121066)

Rizka Nur Rahmadani (J1A121067)

Salfina (J1A121070)

Sarmila (J1A121071)

Shira Nopales (J1A121073)

Ulfa Hardianti (J1A121086)

Vina Auraningtyas (J1A121087)

Wa Ode Sitti Aminah (J1A121092)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2022
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Surveilans Kegawatdaruratan Atau Bencana” dengan
tepat waktu.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk adalah untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah Manajemen Bencana selain itu makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang konsep dan fungsi administrasi publik dan
bisnisb bagi para pembaca dan juga para penulis.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan peengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan

Kendari, 28 Februari 2023

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................


DAFTAR ISI ..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................
1.3 Tujuan .............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Surveilans Kegawatdaruratan Atau Bencana .......................
2.2 Peran Dalam Surveilans Kegawatdaruratan Atau Bencana ...............
2.3 Masalah Epidemiologi Dalam Surveilans Bencana ...........................
2.4 Sistem Pelaporan Surveilans Kegawatdaruratan Atau Bencana .........
2.5 Cara Analisis Surveilans Bencana ....................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................................................
3.2 Saran................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manajemen bencana dan kesehatan masyarakat sangat berkaitan satu sama
lain. Kesehatan masyarakat memperluas sudut pandang pencegahan dan
pengelolaan manajemen bencana pada segi dampak kematian akibat bencana,
masalah kesehatan pasca bencana sampai pengurangan bahaya dan peningkatan
kapasitas untuk mengurangi risiko dampak bencana. Semakin berkembangnya
waktu dan teknologi, manajemen bencana berorientasi pada manajemen kasus dan
kegawatdaruratan terhadap bencana termasuk bencana alam atau wabah penyakit.
Menurut undang-undang nomor 24 tahun 2007 bencana didefinisikan
sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam
dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis.
Pada saat bencana terjadi, kegiatan tanggap darurat bencana merupakan hal
yang penting untuk dilakukan. Kegiatan ini untuk menangani dampak buruk yang
ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta
benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi,
penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana. Penanganan bencana
merupakan tanggung jawab dari pemerintah dan pemerintah daerah. Prinsip-prinsip
dalam penanggulangan bencana antara lain adalah cepat dan tepat, prioritas,
koordinasi dan keterpaduan, berdaya guna dan berhasil guna. Tujuan utama
penanggulangan bencana adalah memberikan perlindungan kepada masyarakat dari
ancaman bencana dan menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara
terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh.
Kejadian bencana di seluruh dunia hampir tidak dapat dihindari dan
tentunya menimbulkan dampak yang berat bagi korban bencana. Hal ini terjadi juga
di wilayah Indonesia. Kejadian bencana di Indonesia sangat tinggi bahkan menurut
laporan Badan Nasional Penanggulanggan Bencana (BNPB) kejadian bencana di
Indonesia mengalami kenaikan dan umumnya bencana yang terjadi meliputi banjir,
puting beliung, tanah longsor, banjir dan tanah longsor, kekeringan, kebakaran
hutan dan lahan, gelombang pasang, letusan gunung merapi, gempa bumi, gempa
bumi dan tsunami, serta tsunami. Kejadian bencana yang terjadi menimbulkan
beban (burden) dan dampak yang serius sehingga membutuhkan bantuan dari
semua pihak (Melisa Oktavia and Sy. Effi Daniati 2021).
Banyaknya kejadian bencana di dunia dengan total korban bencana yang
besar mengharuskan perlunya suatu sistem yang tepat untuk mempersiapkan jika
bencana datang. Hal ini perlu mendapatkan perhatian bagi masyarakat Indonesia
karena dari data CRED tahun 2019 korban yang meninggal diakibatkan bencana
gempa bumi-tsunami, gempa bumi, dan gunung merapi. Merujuk pada jumlah
korban yang besar diperlukan persiapan yang matang dan tertata pada tatanan
masyarakat di tingkat bawah sampai tingkat atas di negara. Manajemen resiko
bencana perlu dilakukan dengan baik sehingga dapat mengurangi jumlah korban
akibat bencana. Hal ini didukung oleh yang UNISDR tahun 2019 menjelaskan
tentang pentingnya keberlanjutan program untuk peningkatkan manajemen resiko
bencana dalam beradaptasi dengan perubahan iklim dan kerugian akibat bencana.
Kejadian kegawatdaruratan dan manajemen bencana yang berasal dari
sistem dan struktur komando, peran dan tanggung jawab untuk semua bencana,
kekurangan personil potensial yang memiliki kesadaran dalam kesehatan bencana
serta sistem surveilans termasuk mekanisme efisiensi dan pedoman terintegrasi
untuk rencana aksi insiden dalam hubungannya dengan pengguna kebijakan
(Prasetyo 2019).

1.2 Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud dengan surveilans kegawatdaruratan?
2. Siapa saja yang berperan dalam surveilans tersebut?
3. Apa saja masalah epidemiologi yang terdapat dalam surveilans
kegawatdaruratan atau bencana?
4. Bagaimana sistem pelaporan surveilans kegawatdaruratan atau bencana?
5. Bagaimana cara menganalisis surveilans kegawatdaruratan atau bencana?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari surveilans kegawatdaruratan.
2. Untuk mengetahui siapa saja yang berperan dalam surveilans tersebut.
3. Untuk memahami masalah epidemiologi yang terdapat dalam surveilans
kegawatdaruratan atau bencana.
4. Untuk mengetahui sistem pelaporan surveilans kegawatdaruratan atau
bencana.
5. Untuk mengetahui cara menganalisis surveilans bencana.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Surveilans Kegawatdaruratan Atau Bencana


Surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan
interpretasi data secara sistematik dan terus menerus serta penyebaran informasi
kepada unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan. Sistem
surveilans epidemiologi merupakan tatanan prosedur penyelenggaraan surveilans
epidemiologi yang terintegrasi antara unit-unit penyelenggara surveilans dengan
laboratorium, sumber-sumber data, pusat penelitian, pusat kajian dan
penyelenggara program kesehatan meliputi tata hubungan surveilans epidemiologi
antar wilayah Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat.
Bencana adalah peristiwa/rangkaian cerita yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidup masyarakat yang disebabkan baik oleh
faktor alam atau faktor non alam serta faktor manusia, sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan
dampak psikologis dan diluar kemampuan masyarakat dengan segala sumber
dayanya.
Surveilens bencana adalah upaya untuk mengumpulkan data pada situasi
bencana, data yang dikumpulkan berupa jumlah korban meninggal, luka sakit, jenis
luka, pengobatan yang dilakukan, kebutuhan yang belum dipenuhi, jumlah korban
anak-anak, dewasa, lansia. Surveilans sangat penting untuk monitoring dan evaluasi
dari sebuah proses, sehingga dapat digunakan untuk menyusun kebijakan dan
rencana program (Purnama 2016).

2.2 Peran Dalam Surveilans Kegawatdaruratan Atau Bencana


Jejaring kerja atau peran surveilans adalah suatu mekanisme koordinasi
kerja antar unit penyelenggara Surveilans Kesehatan, sumber-sumber data, pusat
penelitian, pusat kajian dan penyelenggara program kesehatan, meliputi tata
hubungan Surveilans Kesehatan antar wilayah Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat.
Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan dilaksanakan melalui jejaring kerja
Surveilans Kesehatan antara unit surveilans dengan sumber data, pusat penelitian
dan kajian, program intervensi kesehatan, dan unit surveilans lainnya. Jejaring kerja
Surveilans Kesehatan bertujuan untuk menguatkan kapasitas surveilans,
tersedianya data dan informasi yang komperehensif, meningkatkan kemampuan
respon cepat terhadap kejadian penyakit dan faktor risiko dalam rangka
menurunkan angka kesakitan, kematian serta kecacatan.
Jejaring kerja Surveilans Kesehatan diselenggarakan oleh seluruh unit
penyelenggara Surveilans Kesehatan baik di pusat, provinsi, dan kabupaten/kota
berupa pertukaran data dan informasi epidemiologi, serta peningkatan kemampuan
Surveilans Kesehatan yang terdiri dari :
1. Jaringan kerjasama antara unit-unit surveilans dengan penyelenggara
pelayanan kesehatan, laboratorium dan unit penunjang lainnya.
2. Jaringan kerjasama antara unit-unit Surveilans Kesehatan dengan pusat-
pusat penelitian dan kajian, program intervensi kesehatan dan unit-unit
surveilans lainnya.
3. Jaringan kerjasama unit-unit Surveilans Kesehatan antara kabupaten/kota,
provinsi dan nasional.
4. Jaringan kerjasama unit surveilans dengan berbagai sektor terkait nasional,
bilateral negara, regional, dan internasional.
Penyelenggaraan jejaring kerja Surveilans Kesehatan dilaksanakan oleh
unit penyelenggara Surveilans Kesehatan baik di unit-unit utama pusat danUPT
pusat (UPT Kementerian Kesehatan), pusat-pusat penelitian dan pengembangan,
pusat-pusat data dan informasi, Dinas Kesehatan Provinsi dan UPT Dinas
Kesehatan Provinsi, serta Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan UPT Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, baik pada kondisi normal maupun sedang terjadi KLB
atau wabah (nel arianty 2014)

2.3 Masalah Epidemiologi Dalam Surveilans Bencana


Setiap bencana dengan skala yang besar memberikan resiko dan dampak
yang besar, sehingga diperlukan penanganan yang lebih ekstra, sebagai contoh
bencana biologis dapat mengakibatkan banyaknya korban meninggal, cedera parah
serta hilangnya tempat untuk berlindung. Epidemiologi bencana memiliki ruang
lingkup yang cukup penting dalam penanganan setiap bencana (Logue, 1996).
Epidemiologi memiliki metode yang dikembangkan untuk memberikan informasi
terkait dampak dari bencana dalam aspek fisik, mental, dan social dengan harapan
dapat menyelamatkan kehidupan dan dapat mengendalikan penyebaran penyakit
akibat dari bencana yang terjadi. Hasil dari metode ini nantinya akan digunakan
untuk membantu dan memberi pelajaran kedepannya jika terjadi bencana yang
sama kemungkinan apa yang akan terjadi, diupayakan memakan korban yang lebih
sedikit dan lebih cepat dalam penangan serta lebih mempersiapkan sebaik mungkin
mitigasi, kesiapsiagaan dan perencanaanya.
1. Pertolongan pada pasien / korban bencana terhadap kelaparan
Para ahli epidemiologi telah mengembangkan survei baru dan metode untuk
secara cepat menilai status nutrisi penduduk yang mengungsi, dan usaha
pertolongannya sebagai prioritas utama. Selanjutnya memonitor status nutrisi
populasi sebagai respon atas kualitas dan tipe makanan yang dibagikan.
Perkiraan epidemiologi secara cepat membuktikan ketidaktersediaan secara
optimal dari distribusi makanan, sementara kondisi kesehatan terus-menerus
berubah, sejak itulah pengawasan nutrisi dan distribusi makanan menjadi bagian
dari usaha pertolongan penanggulangan kelaparan terhadap penduduk yang
mengungsi.
2. Melakukan pengontrolan epidemik dan layanan pengaduan
Para epidemiogis selanjutnya mesti terlibat dalam aspek lain kondisi pasca
bencana yaitu berupa: Antisipasi berkembangnya desas-desus tentang
penyebaran/mewabahnya penyakit kolera ataupun typus. Untuk itulah sebuah
kantor pengaduan dapat memberikan fungsi yang amat penting dalam
memonitor berkembangnya issu-issu yakni dengan menyelidiki yang benar-
benar bermanfaat serta kemudian menginformasikan kepada khalayak umum
akan bahaya yang mungkin terjadi. Konsep ini amat bermanfaat tidak hanya
untuk penduduk terkena musibah dinegara-negara berkembang tetapi juga
terhadap lingkungan kota, negara-negara industri
3. Surveilans Pencegahan Kematian, sakit dan cedera
Masalah kesehatan yang berkaitan dengan bencana besar biasanya lebih luas,
tidak hanya ketakutan terhadap penyakit-penyakit wabah yang mungkin terjadi,
namun sering diukur berapa jumlah orang yang meninggal, terluka parah atau
berapa banyak yang jatuh sakit.
4. Surveilans Kebutuhan Perawatan Kesehatan
Pada bencana yang terkait dengan jumlah korban yang cukup banyak dengan
cedera yang berat (contoh: ledakan, tornado) ataupun untuk mencegah kematian
dan menurunkan kesakitan yang berat akan sangat tergantung pada perawatan
medis yang tepat dan adekuat (memadai) atau tergantung pada pengiriman
korban pada pusat-pusat layanan yang menyediakan perawatan medis yang
optimal.
5. Penelitian untuk menghindari tindakan tidak perlu
Setelah bencana banyak lembaga dan donor yang menawarkan bantuan peralatan
dan tenaga untuk usaha-usaha pertolongan yang tidak selalu sesuai dengan
kebutuhan. Sebagai contoh: pengiriman obat-obatan yang tidak penting,
kadaluarsa ataupun yang tidak berlabel pada daerah-daerah terkena bencana,
seringkali justru mengganggu usaha pertolongan sebab menyebabkan beberapa
personil terpaksa harus mengidentifikasi bantuan yang relevan dari sekumpulan
material yang tidak diperlukan.
6. Analisis Epidemiologi dan Konsekuensi Pencegahan Kesehatan pada Bencana
yang akan datang.
Pada beberapa bencana seperti; gempa bumi, tornado atau pun angin ribut,
jumlah kematian atau terluka parah terutama terjadi akibat kejadian bencana itu
sendiri. Pada masing-masing pencegahan ini strategi-strategi pencegahan sering
direkomendasikan, padahal belum melalui suatu penelitian epidemiologi yang
mendalam.
7. Analisis peringatan dari usaha pertolongan.
Konsekuensi bencana jangka panjang dampaknya tidak dapat diperkirakan.
Tidak ada evaluasi yang dibuat 5 atau 10 tahun sesudah bencana, untuk
menentukan apakah perubahan dalam epidemiologi atau praktik pertolongan
yang telah dilakukan, pemberian ulang dana atau anggaran untuk tujuan
perbaikan dampak jangka panjang akan mengakibatkan perubahan dari pola dan
kebiasaan masyarakat dalam membuat bangunan dan perilaku serta memiliki
pengaruh jangka panjang terhadap respon masyarakat terhadap bencana.
Meskipun demikian, kebanyakan masyarakat yang mengalami bencana, lebih-
peduli terhadap usaha-usaha persiapan dimasa yang akan datang.
Kompleksnya masalah surveilans pasca bencana membuat indikator
kelengkapan dan ketepatan laporan surveilans mengalami penurunan. Sebagai
contoh, pada pandemi COVID-19, penanganan surveilans menjadi sangat
sistematik karena tidak hanya pelaporan dan pemantauan berdasarkan dari satu
sumber data tetapi juga bersumber dari data lain seperti rumah sakit, laboratorium,
dan kantor kesehatan pelabuhan. Kompleksitas permasalahan ini membuat
penanganan sistem kewaspadaan dini dalam bencana menjadi terkendala dan belum
lagi masalah tentang sumber daya manusia yang terdampak bencana (ni Mahawati,
et al 2020).

2.4 Sistem Pelaporan Surveilans Kegawatdaruratan Atau Bencana


Berikut ketentuan sistem pelaporan Surveilans dalam kondisi bencana:
1. Menggunakan form khusus laporan Surveilans bencana, seperti form
penyakit diare, ISPA, pneumonia, DBD, malaria, campak dan lokal spesifik
(Lepto Spirosis) yang bisa dalam bentuk laporan harian atau mingguan.
2. Menggunakan form W.1 bila ada kejadian luar biasa (KLB) terutama terkait
penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
3. Menggunakan form khusus untuk menggambarkan kondisi lingkungan dan
keadaan gizi masyarakat dilokasi bencana.
4. Contoh Form khusus laporan Surveilans bencana:
Tabel 1.1: Register Harian Korban Bencana
Form Register Harian Korban Bencana

No Nama Umur L/P Alamat Diagnosa


Penderita
Tabel 1.2: Laporan Mingguan Penyakit Pada Korban Bencana Form BA-5
Laporan Mingguan Penyakit Pada Korban Bencana
Poskes : …… Desa : …….
Tanggal : ……. Kecamatan/Kabupaten : …….

Penyakit < 1 th 1 – 4 th 5 – 14 th > 15 th Total


Diare
DBD
ISPA
Campak
Scabies
Malaria
Lepto Spirosis

Tabel 1.3: Register Harian kematian Korban Bencana

Nama Nama Umur L/P Alamat Tanggal Sebab


KK Kematian Kematian

Bentuk data-data dan laporan lainnya yang dibutuhkan dalam kegiatan Surveilans
bencana di antaranya adalah:
1. Data Pengungsi (Mingguan - Bulanan)
 Total
 Menurut lokasi
 Menurut Golongan umur
 Menurut Jenis Kelamin
 Kepadatan
2. Surveilans Kematian / Data kematian
 Nama
 Tempat (Barak)
 Umur (tahun
 Jenis kelamin
 Tanggal meninggal
 Diagnosi
 Gejala
 Identitas pelapor
3. Surveilans Penyakit (Data morbiditas)
 Nama satuan klinik
 Tempat
 Tanggal/Minggu

2.5 Cara Analisis Surveilans Bencana


Dalam melakukan analisis Surveilans bencana data yang kita butuhkan
adalah data Surveilans penyakit, data kondisi air dan sanitasi serta data Gizi
pengungsi, kemudian data tersebut dihubungkan dengan data penduduk, data
pengungsi dan data program di wilayah bencana, setelah kita mendapatkan semua
data tersebut dalam menganalisis kita perlu berkoordinasi dengan jaringan
Surveilans yang ada, kemudian mencari dan mempelajari beberapa referensi
tentang kondisi bencana yang terjadi serta melakukan konsultasi dengan beberapa
ahli epidemiologi.
Alur kegiatan yang dilakukan dalam rangka analisis Surveilans bencana yaitu:
1. Melakukan kegiatan analisis tim (Tim gerak cepat dll)
2. Melakukan pertemuan berkala tingkat kabupaten/kota
3. Menghasilkan suatu rekomendasi Surveilans dalam bentuk penelitian dan
intervensi.
Indikator yang bisa digunakan untuk melakukan analisis Surveilans bencana :
1. Orientasi tidak cukup hanya penyakit
2. Pertimbangkan faktor risiko diluar sektor kesehatan.
3. Ketajaman analisis tidak cukup hanya deskriptif
4. Pertimbangkan lintas batas wilayah, tidak cukup hanya pertimbangan
wilayah administrasi pemerintahan.
Tujuan desiminasi Informasi Surveilans Bencana: Agar Tim dapat
mendapatkan bantuan sarana dengan prioritas yang jelas, mendapatkan assistensi
strategi penanggulangan yang tepat, serta mampu menjelaskan kondisi pengungsi
sebagai pertanggung jawaban Publik, Management et al., (2019).
Sementara sasaran dari desiminasi Informasi dalam Surveilans bencana di
antaranya adalah unit pelayanan pemerintah,swasta dan lembaga lain, unit
pengendali program dan pendukung, unit Surveilans lain, riset dan penyelidikan
serta lembaga bantuan pemerintah ataupun swasta.Unit-unit Surveilans dalam
desiminasic informasi pada kondisi bencana dapat menerapkan beberapa stategi di
antaranya melakukan pembahasan dan tukar menukar informasi dalam pertemuan
terencana, selalu terlibat dalam perencanaan, pengendalian dan evaluasi program
penanggulangan bencana, menyebarkan informasi dalam bentuk media buletin atau
media sosial (terbuka, umum) serta melakukan kegiatan berkala yang sifatnya
rahasia dan khusus.
Ada beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan dalam kegiatan
Desiminasi informasi bencana, Pengembangan, (2012):
1. Komitmen dan dukungan politis dari Pimpinan yang kuat dan sustainable
2. Dukungan anggaran yang memadai dari Pemerintah
3. Komunikasi yang efektif untuk memperkuat keikut sertaaan berbagai pihak
terkait.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyajian data, antara lain:
1. Puskesmas menyiapkan data masalah kesehatan dalam bentuk tabel, grafik,
pemetaan, dll untuk dilaporkan kepada Dinas Kesehatan kabupaten/Kota.
2. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan penyajian data dapat dalam
bentuk bentuk tabel, grafik, pemetaan, dll.
3. Dinas Kesehatan Provinsi melakukan penyajian data dapat dalam bentuk
tabel, grafik, pemetaan, dll.
Pusat Penanggulangan Krisis Departemen Kesehatan melakukan penyajian
data dalam bentuk tabel, grafik, Pemetaan dan dimuat dalam web-site, dan lain-lain.
Kemudian Informasi yang diperoleh dapat disampaikan dengan menggunakan :
1. Kurir
2. Radio Komunikasi
3. Telepon
4. Faksimili
5. E-mail
6. SMS/WhatApp/dll.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Surveilens bencana adalah upaya untuk mengumpulkan data pada situasi
bencana, data yang dikumpulkan berupa jumlah korban meninggal, luka sakit, jenis
luka, pengobatan yang dilakukan, kebutuhan yang belum dipenuhi, jumlah korban
anak-anak, dewasa, lansia. Surveilans sangat penting untuk monitoring dan evaluasi
dari sebuah proses, sehingga dapat digunakan untuk menyusun kebijakan dan
rencana program. Jejaring kerja atau peran surveilans adalah suatu mekanisme
koordinasi kerja antar unit penyelenggara Surveilans Kesehatan, sumber-sumber
data, pusat penelitian, pusat kajian dan penyelenggara program kesehatan, meliputi
tata hubungan Surveilans Kesehatan antar wilayah Kabupaten/Kota, Provinsi dan
Pusat. Epidemiologi bencana memiliki ruang lingkup yang cukup penting dalam
penanganan setiap bencana (Logue, 1996). Epidemiologi memiliki metode yang
dikembangkan untuk memberikan informasi terkait dampak dari bencana dalam
aspek fisik, mental, dan social dengan harapan dapat menyelamatkan kehidupan
dan dapat mengendalikan penyebaran penyakit akibat dari bencana yang terjadi.

3.2 Saran
Masalah penanggulangan bencana tidak hanya menjadi beban pemerintah
atau lembaga-lembaga yang terkait. Tetapi juga diperlukan dukungan dari
masyarakat umum. Diharapkan masyarakat dari tiap lapisan dapat ikut
berpartisipasi dalam upaya penanggulangan bencana. Serta perlunya dditingkatkan
jumlah petugas yang mempunyai bagian khusus untuk melakukan surveilans
kegawatdaruratan atau bencana.
DAFTAR PUSTAKA

Melisa Oktavia, Melisa Oktavia, and Sy. Effi Daniati Sy. Effi Daniati. 2021.
“Tinjauan Pelaksanaan Pelaporan Bencana Alam Di Puskesmas Sidomulyo
Rawat Inap Pekanbaru Tahun 2020.” Jurnal Rekam Medis (Medical Record
Journal) 1 (1): 50–64. https://doi.org/10.25311/jrm.vol1.iss1.336.
nel arianty. 2014. “PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA” 14 (02): 144–50.
ni Mahawati, Dkk. 2020. Surveilans Bencana.
Prasetyo, Wijar. 2019. “Literature Review: Kesadaran Dan Kesiapan Dalam
Manajemen Bencana.” Jurnal Ners Lentera 7 (2): 153–66.
http://journal.wima.ac.id/index.php/NERS/article/view/2130.
Purnama, Tri Bayu. 2016. “Bahan Ajar Epidemiologi Bencana,” 1–101.

Anda mungkin juga menyukai