Bunda sibuk memberesi rumah. Banyak sekali pekerjaan rumah yang dilakukan Bunda. Mulai dari
mencuci pakaian, menyapu, mengepel, menyetrika, memasak, membereskan mainan adik. Suatu hari
Bunda yang tengah sibuk itu menciu bau gosong.
BUNDA: Masya Allah, gosong.. Nilam sayang.. tolong beresin maenan adek ya sayang..?
Nilam sibuk bermain sendiri mencorat-coret di kertas. Dia tidak menjawab ibunya.
BUNDA : Sayang.. kalo bunda ngomong sama kamu dijawab yah? Jangan diam aja..
BUNDA : Rehan… Kalo udah kelar gambarnya, tolong dirapiin lagi yah?
NILAM : Udah..!
NARATOR : Suatu hari, Nilam mendengarkan percakapan ayahnya dengan pimpinan proyek. Ayahnya
meminta agar gaji buruh segera dibayar, jika tidak maka buruh akan mogok kerja. Ayah Nilam bilang
bahwa buruh telah menyelesaikan tugasnya dengan baik, maka sudah sepantasnya mereka dibayar
dengan sesuai.
Nilam yang mendengar percakapan ini serta merta terbersit ide. Bahwa orang yang telah bekerja akan
mendapatkan upah sesuai kerjanya. Sejak saat itu, Nilam mengerjakan apa saja yang disuruh bundanya.
Bahkan yang tidak disuruh pun dilakukannya.
Nilam menyapu.
Nilam ngepel.
Nilam memasak.
NILAM :
“Wahai Rasulullah, siapakah yang paling berhak mendapatkan layanan istimewa dariku?”
Kemudian??? “Ibumu..”
Kemudian??? “Ibumu…..”
Kemudian Rasulullah menjawab, ” Baru Kemudian ayahmu dan setelah itu saudara-saudara
terdekatmu.”
Puisi 1
Ibu…
Di sini kutulis cerita tentangmu
Nafas yang tak pernah terjerat dusta
Tekad yang tak koyak oleh masa
Seberapa pun sakitnya kau tetap penuh cinta
Ibu…
Tanpa lelah kau layani kami
Dengan segenap rasa bangga dihati
Tak terbesit sejenak fikirkan lelahmu
Kau terus berjalan diantara duri-duri
Ibu…
Tak pernah kuharap kau cepat tua dan renta
Tak pernah ku ingin kau lelah dalam usia
Selalu kuharapkan kau terus bersamaku
Dengan cinta berikan petuahmu
Ibu..
Kaulah malaikatku
Penyembuh luka dalam kepedihan
Penghapus dahaga akan kasih sayang
Sampai kapanpun itu..
Aku akan tetap mencintaimu..
Puisi 2