Anda di halaman 1dari 8

A.

Definisi

Guna lahan adalah penataan, pengaturan, dan penggunaan suatu lahan dimana dalam guna lahan itu juga
diperhitungkan faktor geografi budaya dan faktor geografi alam serta relasinya (Buku Tata Guna Tanah
Dalam Perencanaan Pedesaan Perkotaan dan Wilayah oleh Johara T. Jayadinata).

Guna lahan merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi perkembangan struktur kota.
Menurut Chapin dalam Fonataba (2010), ada 3 sistem yang berhubungan dengan penggunaan lahan kota,
yaitu :

1. Sistem kegiatan, berkaitan dengan cara manusia dan kelembagaannya mengatur urusannya sehari-hari
untuk memenuhi kebutuhannya dan saling berinteraksi dalam waktu dan ruang.

2. Sistem pengembangan lahan, berfokus pada proses pengubahan ruang dan penyesuaiannya untuk
kebutuhan manusia dalam menampung kegiatan yang ada dalam susunan sistem kegiatan.

3. Sistem lingkungan, berhubungan dengan unsur-unsur biotik dan abiotik yang dihasilkan dari proses
alamiah. Sistem ini berfungsi untuk menyediakan tempat bagi kehidupan dan keberadaan manusia dan
habitat serta sumber daya untuk mendukung kelangsungan hidup manusia.

Ketiga sistem di atas akan saling mempengaruhi dalam membentuk struktur dan pola penggunaan lahan
kota. Pada dasarnya apabila ketiga sistem tersebut saling berinteraksi dan saling berhubungan satu dengan
yang lain akan membentuk suatu pola penggunaan lahan kota.

B. Klasifikasi

Pada buku “Aspects of Land Economics” 1996, Lean dan Goodall berpendapat bahwa komponen
penggunaan lahan dapat dibagi menjadi penggunaan lahan yang menguntungkan (profit uses of land) dan
yang tidak menguntungkan (non profit uses of land).

a. Penggunaan lahan yang menguntungkan (profit uses of land) Penggunaan lahan yang menguntungkan
tergantung pada penggunaan lahan yang tidak menguntungkan. Hal ini disebabkan guna lahan yang tidak
menguntungkan tidak dapat bersaing secara bersamaan dengan lahan untuk fungsi yang menguntungkan.
Guna lahan yang menguntungkan meliputi lahan untuk pertokoan, industri, dan kantor bisnis tergantung
pada penggunaan lahan untuk sekolah, rumah sakit, taman, tempat pembuangan sampah, dna sebagainya.
Pengadaan prasarana dan sarana yang lengkap merupakan contoh bagaimana guna lahan yang
menguntungkan dari suatu lokasi dapat mempengaruhi guna lahan yang lain. Jika lahan digunakan untuk
suatu tujuan dengan membangun kelengkapan/complementary untuk guna lahan lain di sekitarnya, maka
hal ini dapat meningkatkan profitabilitas (nilai keuntungan) secara umum, dan meningkatkan nilai lahan.
Dengan demikian akan memungkinkan beberapa guna lahan bekerjasama meningkatkan keuntungan
dengan berlokasi dekat dengan salah satu guna lahan yang profitable.

b. Penggunaan lahan yang tidak menguntungkan (non profit uses of land) Penggunaan lahan yang paling
tidak berorientasi untuk mencapai keuntungan adalah jalan, kecuali jalan tol, taman, aktifitas pendidikan,
dan kantor pemerintahan. Perubahan kelas jalan dari jalan lokal/sekunder menjadi jalan primer akan
mengakibatkan peningkatan penggunaan lahan di kedua sisinya yang cenderung pada penggunaan lahan
yang menguntungkan.

Sedangkan menurut Sandy (1975) pada buku “Penggunaan Tanah (Land Use) di Indonesia”, klasifikasi
penggunaan lahan adalah sebagai berikut:

1. Lahan permukiman, meliputi perumahan termasuk perkarangan dan lapangan olahraga.

2. Lahan jasa meliputi kantor pemerintahan, sekolahan, puskesmas, dan tempat ibadah.

3. Lahan perusahaan, meliputi pasar, toko, kios, dan tempat hiburan.

4. Lahan industri, meliputi pabrik dan percetakan.

5. Lahan kosong yang sudah diperuntukkan, yakni lahan kosong yang sudah dipatok namun belum
didirikan bangunan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun
1997, jenis penggunaan lahan diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Lahan perumahan, adalah areal lahan yang digunakan untuk kelompok rumah berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
lingkungan.

2. Lahan perusahaan, adalah areal lahan yang digunakan untuk suatu badan hukum dan atau badan usaha
milik pemerintah maupun swasta untuk kegiatan ekonomi yang bersifat komersial bagi pelayanan
perekonomian dan atau tempat transaksi barang dan jasa.

3. Lahan industri/pergudangan, adalah areal lahan yang digunakan untuk kegiatan ekonomi berupa proses
pengolahan bahan-bahan baku menjadi barang jadi/setengah jadi dan atau barang setengah jadi menjadi
barang jadi.
4. Lahan jasa, adalah areal lahan yang digunakan untuk suatu kegiatan pelayanan sosial dan budaya
masyarakat kota, yang dilaksanakan oleh badan atau organisasi kemasyarakatan, pemerintah maupun
swasta yang menitikberatkan pada kegiatan yang bertujuan pelayanan non komersial.

5. Persawahan, adalah areal lahan pertanian yang digenangi air secara periodic dan atau terus-menerus
ditanami padi dan atau diselingi dengan tanaman tebu, tembakau, dan atau tanaman semusim lainnya.

6. Pertanian lahan kering semusim, adalah areal lahan pertanian yang tidak pernah diairi dan mayoritas
ditanami dengan tanaman umur pendek.

7. Lahan tidak ada bangunan, adalah tanah di dalam wilayah perkotaan yang belum atau tidak digunakan
untuk pembangunan perkotaan.

8. Lain-lain, adalah areal tanah yang digunakan bagi prasarana jalan, sungai, bendungan, serta saluran
yang merupakan buatan manusia maupun alamiah.

C. Studi Kasus

1. Penggunaan Lahan di Kota Salatiga, Jawa Tengah

Disekitar Alun-Alun Pancasila Salatiga dikelilingi oleh beberapa bangunan dan pusat kegiatan lainnya.
Berikut adalah keadaan di sekeliling Alun-Alun Pancasila Salatiga dan letak tata guna lahannya:
Alun-Alun Pancasila Salatiga yang dipergunakan sebagai ruang public kota dikelilingi dengan bangunan-
bangunan disekelilingnya yang membuat tata guna lahan area alun-alun relative cukup padat. Fungsi
utama tata guna lahan di kawasan Alun-Alun Pancasila adalah untuk kegiatan ekonomi yang cukup tinggi
seperti perdagangan dan jasa, kegiatan Pendidikan, kegiatan peribadatan dan permukiman warga
disekitarnya.
2. Penggunaan Lahan di Kota Jakarta

Pada kota Jakarta terdapat 12 pembagian penggunaan wilayah. Berikut adalah keadaan di kota Jakarta
letak tata guna lahannya:
Menurut peta penggunaan lahan, perumahan teratur tersebar di hampir seluruh kota Jakarta,
Perkantoran/Perdagangan Jasa tersebar di Sebagian Jakarta Utara dan Jakarta Pusat, sementara ruang
terbuka hijau terletak di pinggiran Jakarta, dan ruang terbuka hijau di tengah kota terlihat sangat kecil,
yaitu hanya sekitar 5% dari luas Jakarta. Padahal, menurut Peraturan Menteri Agraria dan Tata
Ruang/Kepala Badan Pertahanan Nasional tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau
pasal 3 ayat 2 tentang Tipologi Ruang Terbuka Hijau, RTH public dan privat paling sedikit 30% dari
Luas Wilayah Kota atau Kawasan Perkotaan.

Hal ini menyebabkan kurangnya resapan air dan pengendali banjir yang dapat mengakibatkan banjir.
Selain itu, polusi Jakarta yang meningkat juga disebabkan oleh fungsi ekologis paru-paru kota yang
kurang. Berikut alasan banjir di Jakarta terkait penataan penggunaan lahan:

1. Kurangnya ruang terbuka hijau sebagai daerah resapan hujan


2. Banyaknya limbah rumah tangga akibat terlalu padatnya permukiman, dan perletakannya pada
daerah rawan banjir seperti pada gambar

Diketahui daerah Jakarta Utara menjadi daerah dengan tingkat rawan banjir tertinggi. Namun,
Kawasan permukiman dan perdagangan jasa/perkantoran diketahui cukup padat di wilayah
Jakarta Utara yang menyebabkan limbah perkantoran dan limbah rumah tangga yang terlalu
banyak.
3. Penggunaan Lahan di Banda Aceh

Kawasan Cagar Budaya Perdagangan dan Jasa Kawasan Pelabuhan


Kawasan Hutan Bakau Kawasan Perkantoran
Pelayanan Umum
Ruang Terbuka Hijau Kawasan Pariwisata
Jalan
Sempadan Sungai Ruang Terbuka non Hijau
Air
Budaya
Kawasan Perumahan Kawasan Perikanan

Seperti pada peta, perletakan pusat pelayanan umum adalah di tengah (pusat) kota. Kawasan
perumahan terbagi menjadi sisi Barat dan Timur Banda Aceh.

Anda mungkin juga menyukai