Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA ISTIRAHAT

DAN TIDUR PADA Tn. R DENGAN DIAGNOSA HEADACHE SINUSITIS

RUMAH SAKIT SAWERIGADING PALOPO

RUANG CEMARA

DI SUSUN OLEH :

PIKA PAGENO

032022061

CI LAHAN CI INSTITUSI

Zulqarnain,S.Kep,Ns

FAKULTAS KESEHATAN PROGRAM STUDI PROFESI NERS


INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS
KURNIA JAYA PERSADA
TAHUN 2021/2023

LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN
1. Istirahat
Kata istirahat mempunyai arti yang sangat luas meliputi bersantai menyegarkan diri, diam
menganggur setelah melakukan aktivitas, serta melepaskan diri dari apa pun yang
membosankan, menyulitkan, atau menjengkelkan. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa istirahat merupakan keadaan yang tenang, rileks, tanpa tekanan emosional dan
bebas dari kecemasan (ansietas) .Tidur merupakan fungsi protektif yang dimiliki semua
organisme memungkinkan terjadinya perbaikan dan pemulihan jaringan setelah aktivitas.
Seseorang dapat benar-benar istirahat bila:
a. Merasa segala sesuatu dapat diatasi dan di bawah kontrolnya;
b. Merasa diterima eksistensinya baik di tempat tinggal, kantor, atau di manapun juga
termasuk ide-idenya diterima oleh orang lain;
c. Mengetahui apa yang terjadi;
d. Bebas dari gangguan dan ketidaknyamanan;
e. memiliki kepuasan terhadap aktivitas yang dilakukannya;
f. Mengetahui adanya bantuan sewaktu-tvaktu bila memerlukannya.
2. Tidur
Tidur adalah suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status kesadaran yang terjadi
selama periode tertentu. Jika seseorang memperoleh periode tidur yang cukup, mereka
merasa tenaganya telah pulih, hal ini diyakini bahwa tidur memberikan waktu untuk
perbaikan dan penyembuhan system tubuh untuk periode keterjagaan yang berikutnya
(Perry & Potter, 2006). Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar di mana persepsi dan
reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan kembali
dengan indra atau rangsangan yang cukup. tidur diperlukan untuk menjaga keseimbangan
mental emosional, fisiologis, dan kesehatan. Seseorang dapat dikategorikan sedang tidur
apabila terdapat tanda tanda sebagai berikut:
a. Aktivitas fisik minimal
b. Tingkat kesadaran yang bervariasi
c. Terjadi perubaban-perubaban proses fisiologis tubuh
d. Penurunan respons terhadap rangsangan dari luar.
Selama tidur, dalam tubuh seseorang terjadi perubaban proses fisiologis. Perubahan
tersebut, antara lain:
a. Penurunan tekanan darah, denyut nadi;
b. Dilatasi pembuluh darab perifer;
c. kadang-kadang teriadi peningkatan aktivitas traktus gastrointestinal;
d. Relaksasi otot-otot rangka;
e. Basal metabolisme rate (BMR) menurun 10-30%.

B. FISIOLOGIS TIDUR
Tidur melibatkan suatu urutan keadaan fisiologis yang dipertahankan oleh integrasi tinggi
aktivitas system saraf pusat yang berhubungan dengan perubahan dalam system saraf
peripheral, endokrin, kardiovaskuler, pernapasan dan muscular. Tiap rangkaian diidentifikasi
dengan respon fisik tertentu dan pola aktivitas otak. Peralatan seperti elektroensefalogram
(EEG), yang mengukur aktivitas listrik dalam korteks serebral, elektromiogram (EMG), yang
mengukur tonus otot dan elektrookulogram (EOG) yang mengukur gerakan mata,
memberikan informasi struktur aspek fisiologis tidur. Kontrol dan pengaturan tidur tergantung
pada hubungan antara dua mekanisme serebral yang mengaktivasi secara intermitten dan
menekan pusat otak tertinggi untuk mengontrol tidur dan terjaga. Sebuah mekanisme
menyebabkan terjaga dan yang lain menyebabkan tertidur.
System aktivasi reticular ( SAR ) berlokasi pada batang otak teratas. SAR dipercaya
terdiri atas sel khusus yang mempertahankan kewaspadaan dan terjaga. SAR menerima
stimulus sensori visual, auditori, nyeri dan taktil. Aktivasi korteks serebral (mis. Proses emosi
atau pikiran) juga menstimulasi SAR. Saat terbangun merupakan hasil neuron dalam SAR
yang mengeluarkan katekolamin seperti norepinefrin. Tidur dapat dihasilkan dari pengeluaran
serotonin dari sel tertentu dalam system tidur raphe pada pons dan otak depan bagian tengah.
Daerah otak juga disebut daerah sinkronisasi bulbar (bulbar synchronizing region, BSR ).
Ketika seseorang mencoba tertidur, mereka akan menutup mata dan berada dalam posisi
relaks. Stimulus ke SAR menurun. Jika ruangan gelap dan tenang, maka aktivasi SAR
selanjutnya menurun. Pada beberapa bagian, BSR mengambil alih, yang menyebabkan tidur.

C. SIKLUS TIDUR
Secara normal pada orang dewasa, pola tidur rutin dimulai dengan periode sebelum tidur,
selama orang terjaga hanya pada rasa kantuk yang bertahap berkembang secara teratur.
Periode ini secara normal berakhir 10-30 menit, tetapi untuk seseorang yang memiliki
kesulitan untuk tidur, akan berlangsung satu jam atau lebih, tahapan tidur dibagi dalam
beberapa tahap antara lain :
1. Tidur Non Rapid Eye Movement ( NREM)
a. Tahap 1 tidur NREM
1) Tahap meliputi tingkat paling dangkal dari tidur
2) Tahap berakhir beberapa menit
3) Pengurangan aktivitas fisiologis dimulai dengan penurunan secara bertahap
tanda-tanda vital dan metabolisme
4) Seseorang dengan mudah terbangun oleh stimulus sensori seperti suara
5) Ketika terbangun, seseorang merasa seperti telah melamun

b. Tahap II NREM
1) Tahap II merupakan periode tidur bersuara
2) Tahap berakhir beberapa menit
3) Untuk terbangun masih relative mudah
4) Tahap berakhir 10 hingga 20 menit
5) Kelanjutan fungsi tubuh menjadi lamban
c. Tahap III NREM
1) Tahap III merupakan tahap awal dari tidur yang dalam
2) Orang yang tidur sulit dibangunkan dan jarang bergerak
3) Otot-otot dalam keadaan santai penuh
4) Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur
5) Tahap berakhir 15 hingga 30 menit
d. Tahap IV NREM
1) Tahap IV merupakan tahap tidur terdalam
2) Sangat sulit untuk membangunkan orang yang tidur
3) Jika terjadi kurang tidur, maka orang tidur akan menghabiskan porsi malam
yang seimbang pada tahap ini
4) Tanda-tanda vital menurun secara bermakna dibanding selama jam terjaga
5) Tahap berakhir kurang lebih 15 sampai 30 menit
6) Tidur sambil berjalan dan enuresis dapat terjadi
2. Rapid Eye Movement (REM)
a. Mimpi yang penuh warna dan tampak hidup dapat terjadi pada REM. Mimpi yang
kurang hidup dapat terjadi pada tahap yang lain.T
b. ahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah mulai tidur
c. Hal ini dicirikan oleh respon otonom dari pergerakan mata yang cepat, fluktuasi
jantung dan kecepatan respirasi dan peningkatan atau fluktuasi tekanan darah
d. Terjadi tonus otot skelet penurunan
e. Peningkatan sekresi lambung
f. Sangat sulit sekali membangunkan orang yang tidur
g. Durasi dari tidur REM meningkat pada tiap siklus rata-rata 20 menit
(Aziz, 2008)
D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ISTIRAHAT TIDUR
Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur setiap orang berbeda-beda. Ada yang kebutuhannya
terpenuhi dengan baik. Ada pula yang mengalami gangguan. Seseorang bisa tidur maupun
tidak dipengaruln oleh beberapa faktor, di antaranya sebagai berikut (Asmadi, 2008):
1. Status kesehatan
Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan dia dapat ndur dengan nyenyak.
Tetapi pada orang yang sakit dan rasa nyeri, maka kebutuhan istirahat dan tidurnya tidak
dapat dipenuhi dengan baik sehingga ia tidak dapat tidur dengan nyenyak. Misalnya, pada
klien yang menderita gangguan pada sistem pernapasan. Dalam kondisinya yang sesak
napas, maka seseorang tidak mungkin dapat istirabat dan tidur.
2. Lingkungan
Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang untuk tidur. Pada lingkungan
yang tenang memungkinkan seseorang dapat tidur dengan nyenyak. Sebaliknya lingkungan
yang ribut, bising, dan gaduh akan menghambat seseorang untuk tidur.
3. Stres psikologis
Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal ini disebabkan
karena pada kondisi cemas akan meningkatkan nonepinefrin darah melalui sistem saraf
simpatis. Zat ini akan mengurangi tahap IV NREM dan REM. Berdasarkan penelitian
Desita Febriana tahun 2011 tentang “Kajian Stres Hospitalisasi Terhadap Pemenuhan Pola
Tidur Anak Usia Prasekolah Di Ruang Anak Rs Baptis Kediri”, Keadaan hospitalisasi
dapat menjadi stresor bagi anak saat dirawat di rumah sakit, sehingga anak akan
mengalami stres hospitalisasi yang ditunjukkan dengan adanya perubahan beberapa
perilaku pada anak. Apabila masalah tidak teratasi, maka hal ini akan menghambat proses
perawatan anak dan kesembuhan anak itu sendiri. Dalam penelitin tersebut terbukti 85%
anak mengalami stres hospitalisasi sedang pada anak di Ruang Anak Rumah Sakit Baptis
Kediri dan 62% anak mengalami gangguan pola tidur pada anak usia prasekolah.
4. Diet
Makanan yang banyak mengandung L-Triptofan seperti keju, susu, daging, dan ikan tuna
dapat menyebabkan seseorang mudah tidur. Sebaliknya, minuman yang mengandung
kafein maupun alkohol akan mengganggu tidur.
5. Gaya hidup
Kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Kelelahan tingkat menengah orang
dapat tidur dengan nyenyak. Sedangkan pada kelelahan yang berlebihan akan
menyebabkan periode tidur REM lebih pendek.
6. Obat-obatan
Obat-obatan yang dikonsumsi seseorang ada yang berefek menyebabkan ada pula yang
sebaliknya mengganggu tidur. Misalnya, obat golongan amfetamin akan menurunkan tidur
REM

E. POLA TIDUR BERDASARKAN TINGKAT USIA.


Tingkat
Perkembangan/ Pola Tidur Normal
F.
Usia

Tidur 14-18 jam sehari, pernafasan teratur, gerak tubuh


sedikit, 50% tidur NREM, banyak waktu tidurnya dilewatkan
Bayi baru lahir
pada tahap III dan IV tidur NREM. Setiap siklus sekitar 45-
60 menit.

Tidur 12-14 jam sehari, 20-30% tidur REM, tidur lebih lama
Bayi
pada malam hari dan punya pola terbangun sebentar

Tidur sekitar 10-12 jam sehari, 25% tidur REM, banyak tidur
Toddler pada malam hari, terbangun dini hari berkurang, siklus
bangun tidur normal sudah menetap pada umur 2-3 tahun

Tidur sekitar 11 jam sehari, 20% tidur REM, periode


Pra sekolah terbangun kedua hilang pada umur 3 tahun. Pada umur 5
tahun, tidur siang tidak ada kecuali kebiasaan tidur sore hari.

Tidur sekitar 10 jam sehari, 18,5% tidur REM. Sisa waktu


Usia sekolah
tidur relatif konstan.

Remaja Tidur sekitar 8,5 jam sehari, dan 20% tidur tahap III-IV.

Tidur sekitar 7-9 jam sehari, 20-25% tidur REM, 5-10% tidur
Dewasa muda
tahap I, 59% tidur tahap II, dan 10-20% tidur tahap III-IV.

Dewasa Tidur sekitar 7 jam sehari, 20% tidur REM, mungkin


pertengahan mengalami insomnia dan sulit untuk dapat tidur.

Tidur sekitar 6 jam sehari, 20-25% tidur REM, tidur tahap IV


nyata berkurang kadang-kadang tidak ada. Mungkin
Dewasa tua
mengalami insomnia dan sering terbangun sewaktu tidur
malam hari.

GANGGUAN TIDUR
1. Insomnia
Insomnia merupakan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik secara
kualitas maupun kuantitas. Seseorang yang terbangun dari tidur, tetapi merasa belum
cukup tidur dapat disebut mengalami insomnia Ada tiga jenis insomnia diantaranya:
a. Insomnia inisial: ketidakmampuan seseorang untuk dapat memulai tidur
b. Insomnia intermitten: ketidakmampuan untuk memepertahankan tidur atau keadaan
sering terjaga tidur.
c. Insomnia terminal: bangun secara dini dan tidak dapat tidur lagi
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami insomnia
diantaranya adalah rasa nyeri, kecemasan, ketakutan, tekanan jiwa, dan kondisi yang
tidak menunjang untuk tidur. Perawat dapat membantu klien mengatasi insomnia
melalui pendidikan kesehatan, menciptakan lingkungan yang nyaman, melatih klien
relaksasi, dan tindakan lainnya. Ada beberapa tindakan atau upaya-upaya yang dapat
dilakukan untuk mengatasi insomnia yaitu:
1) Memakan makanan berprotein tinggi sebelum tidur, seperti keju atau susu
2) Usahakan agar selalu beranjak tidur pada waktu yang sama
3) Hindari tidur di waktu siang atau sore hari
4) Berusaha untuk tidur hanya apabila merasa benar-benar kantuk dan tidak pada waktu
kesadaran penuh
5) Hindari kegiatan-kegiatan yang membangkitkan minat sebelum tidur
6) Lakukan latihan-latihan gerak badan setiap hari, tetapi tidak menjelang tidur
7) Gunakan teknik-teknik pelepasan otot-otot serta meditasi sebelum berusaha untuk
tidur
d. Somnambulisme
Somnambulisme merupakan gangguan tingkah laku yang sangat kompleks mencakup
adanya otomatis dan semipurposeful aksi motorik, seperti membuka pintu, menutup
pintu, duduk di tempat tidur, emnabrak kursi, berjalan kaki, dan berbicara.
Somnambulisme ini lebih banyak terjadi pada anak-anak dibandingkan orang dewasa.
Seseorang yang mengalami somnabulisme mempunyai risiko terjadinya cedera.Upaya
yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi somnabulisme yaitu dengan membimbing
anak. Upaya lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi somnabulisme adalah dengan
membuat lingkungan yang nyaman dan aman, serta dapat pula dengan menggunakan
obat seperti Diazepam dan Valium.
1) Enuresis
Enuresis adalah kencing yang tidak disengaja (mengompol). Terjadi pada anak-anak
dan remaja, paling banyak terjadi pada laki-laki. Penyebab secara pasti belum jelas,
tetapi ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan enuresis seperti gangguan pada
bladder, stres, dan toilet training yang kaku. Upaya yang dapat dilakukan untuk
mencegah enuresis anatara lain: hindari stres, hindari minum yang banyak sebelum
tidur, dan kosongkan kandung kemih (berkemih dulu) sebelum tidur.
2) Narkolepsi
Narkolepsi merupakan suatu kondisi yang dicirikan oleh keinginan yang tak
terkendali untuk tidur. Dapat dikatakan pula narkolepsi adalah serangan mengantuk
yang mendadak sehingga ia dapat tertidur pada setiap saat di mana serangan tidur
(kantuk) tersebut datang. Penyebab narkolepsi secara pasti belum jelas, tetapi diduga
terjadi akibat kerusakan genetika sistem saraf pusat dimana periode REM tidak dapat
dikendalikan. Serangan narkolepsi ini dapat menimbulkan bahaya apabila terjadi
pada waktu mengendarai kendaraan, pekerja yang bekerja pada alat-alat yang
berputar-putar, atau berada di tepi jurang. Obat-obat agripnotik dapat digunakan
untuk mengendalikan narkolepsi yaitu sejenis obat yang membuat orang tidak dapat
tidur. Obat tersebut diantarnya jenis ampetamin.
3) Night terrors
Night terrors adalah mimpi buruk. Umumnya terjadi pada anak usia 6 tahun atau
lebih. Setelah tidur beberapa jam, anak tersebut langsung terjaga dan berteriak, pucat
dan ketakutan.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR
A. Pengkajian
Aspek yang perlu dikaji pada klien untuk mengidentifikasi mengenai gangguan kebutuhan
istirahat dan tidur meliputi pengkaiian mengenal:
1. Riwayat tidur
a. Pola tidur, seperti jam berapa klien masuk kamar untuk tidur, jam berapa biasa bangun
tidur, dan keteraturan pota tidur klien;
b. Kebiasaan yang dilakukan klien menjelang tidur, seperti membaca buku, buang air
kecil, dan lain-lain;
c. Gangguan tidur yang sering dialami klien dan cara mengatasinya;
d. Kebiasaan tidur siang;
e. lingkungan tidur klien. Bagaimana kondisi lingkungan tidur apakah kondisinva bising,
gelap, atau suhunya dingin
f. Peristiwa yang baru dialami klien dalam hidup. Perawat mempelajari apakah peristiwa,
yang dialami klien, yang menyebabkan klien mengalami gangguan tidur
g. Status emosi dan mental klien. Status emosi dan mental memengaruhi terhadap
kemampuan klien untuk istirahat dan tidur. Perawat perlu mengkaji mengenai status
emosional dan mental klien, misalnya apakah klien mengalami stres emosional atau
ansietas?, juga dikaji sumber stres yang dialami klien.
h. Perilaku deprivasi tidur yaitu manifestasi fisik dan perilaku yang timbul sebagai akibat
gangguan istirahat tidur, seperti:
i. Penampilan wajah, misalnya adakah area gelap di sekitar mata, bengkak di kelopak
mata, konjungtiva kemerahan, atau mata yang terlihat cekung;
j. Perilaku yang terkait dengan gangguan istirabat tidur, misalnya apakah klien mudah
tersinggung, selalu menguap, kurang konsentrasi, atau terlihat bingung;
k. Kelelahan, misalnya apakah klien tampak lelah, letih, atau lesu.
B. Gejala Klinis
Gejala klinis yang mungkin muncul: perasaan lelah, gelisah, emosi, apetis, adanya kehitaman
di daerah sekitar mata bengkak, konjungtiva merah dan mata perih, perhatian tidak fokus,
sakit kepala.
1. Penyimpangan Tidur
Kaji penyimpangan tidur seperti insomnia, somnambulisme, enuresis, narkolepsi, night
terrors, mendengkur, dll
C. Pemeriksaan fisik
1. Tingkat energy, seperti terlihat kelelahan, kelemahan fisik, terlihat lesu
2. Ciri-ciri diwajah, seperti mata sipit, kelopak mata sembab, mata merah, semangat
3. Ciri-ciri tingkah laku, seperti oleng/ sempoyongan, menggosokgosok mata, bicara lambat,
sikap loyo
4. Data penunjang yang menyebabkan adanya masalah potensial, seperti obesitas, deviasi
septum, TD rendah, RR dangkal dan dalam
D. Diagnosa keperawatan gangguan pemenuhan istirahat tidur
1. Insomia berhubungan dengan faktor lingkungan, pola aktivitas, ansietas, konsumsi obat-
obatan dan stimulan
2. Deprivasi tidur berhubungan dengan aktivitas yang tidak adekuat, mimpi buruk, dimensia,
nyeri saat tidur
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan faktor lingkungan
4. Kesiapan meningkatkan tidur
E. Intervensi dan rasional
1. Insomia berhubungan dengan faktor lingkungan, pola aktivitas, ansietas, konsumsi obat-
obatan dan stimulan
a. Tujuan
Setelah dilakukan ti dakan keperawatan selama 1 x 24 jam insomnia teratasi
Kriteria hasil :
Pasien tertidur dalam waktu cukup (6 jam) tekanan daran normal nadi 60-100 x/ menit
irama reguler, wajah tidak pucat
b. Intervensi dan rasional
1) Kaji penyebab insomnia
R : insomnia dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti lingkungan, cemas atau
obat-obatan
2) Kondisikan lingkungan sesuai dengan kenyamanan pasien
R : lingkungan yang nyaman dapat meningkatkan kualitas tidur pasien
3) Anjurkan pasien untuk berdoa sebelum memulai tidur
4) R : kebutuhan spiritual pasien saat memulai tidur merupakan bagian yang penting
untuk memperoleh ketenangan
2. Deprivasi tidur berhubungan dengan aktivitas yang tidak adekuat, mimpi buruk, dimensia,
nyeri saat tidur
a. Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam deprivasi tidur dapat teratasi
b. Kriteria hasil
c. Pasien tertidur dimalam hari dalam waktu yang cukup (6-8 jam )
d. Intervensi dan rasional
1) Kaji penyebab terjadinya deprivasi tidur
R : deprivasi tidur dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya karena kondisi
lingkungan, kecemasan, pengalaman mimpi buruk
2) Berikan lingkungan yang nyaman untuk tidur
R : lingkungan yang nyaman dapat meningkatkan kualitas tidur pasien
3) Anjurkan pasien rileks saat memulai tidur
R : rileks dapat mengendurkan otot-otot yang tegang sehingga dapat menenangkan
pikiran
R : motivasi dibutuhkan untuk mempertahankan kualitas tidur
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika.

Aziz, H. A. (2018). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika.

Doengoes, M. E. (2002). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

NANDA. (2013). Diagnosis Keperawatan, Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC.

Perry, P., & Potter, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. R

DENGAN DIAGNOSA HEADACHE SINUSITIS

RUMAH SAKIT SAWERIGADING PALOPO

RUANG CEMARA
DI SUSUN OLEH :

PIKA PAGENO

032022061

CI LAHAN CI INSTITUSI

(………………………………..) (…………………………….)

FAKULTAS KESEHATAN PROGRAM STUDI PROFESI NERS


INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS
KURNIA JAYA PERSADA
TAHUN 2021/2022

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. IDENTITAS KLIEN

INISIAL KLIEN : Tn.R

No. RM : 39 54 43

Tgl MRS : 08 Desemberr 2022

Tgl. Pengkajian : 09 November 2022

Alamat : salupao

Status pernikahan : Menikah

Agama : Kristen
Suku : Toraja

Pendidikan terakhir : SMA

Pekerjaan : wiraswasta

Lama bekerja :-

Sumber informasi : Suami

Kontak keluarga dekat :-

2. Keluhan utama

Saat MRS : Klien masuk rumah sakit dengan keluhan hidung tersumbat dan

terasa nyeri pada kepala

Saat pengkajian : Pasien nampak meringis

P: headache sinusitis

Q: nyeri hilang timbul seperti tertusuk-tusuk

R: Hidung

S:4

T: dirasakan sejak beberapa hari yang lalu

Ttv:

TD: 100/70 mmHg

N: 80 x/m

R:20x/m

S: 36,7 0C

Spo2 : 98

3. Riwayat penyakit sekarang


Klien mengatakan kurang lebih 1 minggu klien mengalami nyeri di bagian kepala,

nyeri yang dirasakan seperti berdenyut-denyut, lokasi nyeri merambat ke seluruh bagian

kepala, skala nyeri yang dirasakan dari 1-10 berada di 5 (sedang), dan terdapat rasa mual

dan ingin muntah.

4. Riwayat penyakit terdahulu


· Penyakit yang pernah dialami, sebutkan : tidak ada
· RIWAYAT :
a. Kecelakaan : tidak
Sebutkan : ...............
b. Operasi : Ya
Sebutkan : headache sinusitis tindakan FESS
c. Alergi Obat : tidak, sebutkan............................................................
d. Alergi Makanan : tidak ,
sebutkan............................................................
e. Alergi lain-lain : tidak,
sebutkan............................................................
f. Merokok Tidak
Sebutkan : .......................................................
g. Alkohol : Tidak
Sebutkan: .........
h. Kopi : Tidak
Sebutkan:...................
i. Obat yang pernah digunakan : tidak ada
j. Obat-obatan yang pernah digunakan tidak ada

5. Riwayat keluarga
6. POLA AKTIVITAS – LATIHAN

NO AKTIVITAS SMRS (SKOR) MRS (SKOR)


1 Makan/Minum 0 0
2 Mandi 0 0
3 Berpakaian/berdandan 0 3
4 Toileting 0 2
5 Berpindah 0 0
6 Berjalan 0 0
7 Naik tangga 0 2
Ket : :
0 = mandiri 3 = dibantu orang lain
1 = alat bantu
2 = dibantu orang lain 4 = tidak mampu
Alat bantu : tongkat/splint/brace/kursi roda/pispot/walker/kacamata/dan lain-lain :……

7. POLA NUTRISI-METABOLIK
N SMRS MRS
O
1 Jenis Nasi,ikan, sayur Nasi,ikan, sayur
makanan/diet
2 Frekuensi 3x sehari 2x sehari
Teratur tidak teratur
3 Porsi yang 2300 kkl 1400 kkl
dihabiskan
4 Komposisi Menu Nasi,ikan, sayur Bubur,ikan, sayur
5 Pantangan tidak ada Ada
Ket Ket
6 Nafsu makan Normal turun

7 Fluktuasi BB 6 - -
bln terakhir
8 Sukar menelan Tidak Tidak

9 Riw.penyembuhan Normal Normal


luka Ket :

8. POLA ELIMINASI
NO SMRS MRS
Buang Air Besar (BAB) :
1 Frekuensi 1x/ hari 1x/2hari

2 Konsistensi Lunak Lunak


feces
3 Warna Kuning Kuning

4 Bau - -
5 Kesulitan tidak Tidak
BAB
6 Upaya Tidak ada Tidak ada
mengatasi
Buang Air Kecil (BAK):
Frekuensi 4x/hari/ minggu/bln 5x/hari/ minggu/bln

Jumlah Tidak terhitung Tidak terhitung


Warna Kuning Kuning

Bau - -
Kesulitan tidak tidak
BAK Ket : tidak terhitung Ket : tidak terhitung

Upaya Tidak ada Tidak ada


mengatasi

9. POLA TIDUR-ISTIRAHAT
N SMRS MRS
O
1 Tidur siang Jam 12:00.s/d 13: 00 Jam 12: 00s/d13:00
Nyaman Nyaman

2 Tidur malam Jam 21:00 s/d 05:00 Jam 19: 00 s/d 05.00
Nyaman Nyaman
3 Kebiasaan Tidak ada tidak ada,
sebelum tidur Ket :
4 Kesulitan tidur tidak ada, Ada
Ket : Nyeri hidung skala 4
5 Upaya mengatasi Tidak ada Pemberian analgesik
10. POLA KEBERSIHAN DIRI
NO SMRS MRS
1 Mandi 2 x/hari 1 x/ hari
Sabun : ya Sabun : ya
2 Handuk Ya Ya
Pribadi Pribadi
3 Keramas 1 x/hari 2x/ 3 hari
Shampoo : ya Shampoo : ya
4 Gosok gigi 3x/hari 3x/hari
Pasta gigi : ya Sikat gigi : Pasta gigi : ya Sikat gigi : pribadi
pribadi
5 Kesulitan tidak tidak
Ket : Ket :
6 Upaya Tidak ada Bantuan keluarga
mengatasi

XI. POLA TOLERANSI-KOPING STRESS


a. Pengambil keputusan : sendiri ( ) / dibantu orang lain ( √) sebutkan
keluarga
b. Masalah utama terkait dengan perawatan di RS / penyakit : biaya / perawatan diri /
lainlain: tidak ada
c. Hal yang biasa dilakukan jika mengalami stress/ masalah : Berdiskusi dengan keluarga
d. Harapan setelah menjalani perawatan : Klien dan keluarga berharap klien segera
sembuh dan dapat melakukan aktivitas seperti dahulu.
e. Perubahan yang dirasakan setelah sakit : klien mengatakan terbatas dalam melakukan
aktivitas karena nyeri ulu hati

11. POLA PERAN HUBUNGAN


a. Peran dalam keluarga :
b. Sistem pendukung : suami / istri / anak / tetangga / teman / saudara / tidak ada /
lainnya, sebutkan: orang tua
c. Masalah peran/ hubungan dengan keluarga selama perawatan di RS : tidak
d. Upaya untuk mengatasi :

12. POLA KOMUNIKASI


a. Bahasa utama : Indonesia/ daerah / lain-lain . ket :….
b. Bicara : normal / tidak jelas / berputar-putar / mengerti pembicaraan orang
lain
c. Afek :
d. Tempat tinggal : sendiri / kos / asrama / bersama orang lain, yaitu …
e. Penghasilan keluarga :
( ) < Rp.500.000 ( √ ) Rp. 3 juta – 5 juta
( ) Rp. 1 juta – 1,5 juta ( ) Rp. 5 juta – 8 juta
( ) Rp. 1.5 juta – 3 juta ( ) > Rp. 8 juta

13. POLA SEKSUALITAS


a. Masalah hubungan seksual selama sakit : tidak ada
b. Upaya mengatasi : tidak ada

14. POLA NILAI & KEPERCAYAAN


a. Apakah Tuhan, agama penting untuk anda : ya
b. Kegiatan agama yang dilakukan selama di RS : shalat duduk

15. PEMERIKSAAN FISIK


a. Keadaan Umum :
1) Kesadaran : compos mentis
2) GCS : 15
3) Ttv:
- TD: 100/70 mmHg
- N: 80 x/m
- R:20x/m
- S: 36,7 0C
- Spo2 : 98

b. Kepala&Leher

1) Kepala
Keluhan :pusing / sakit kepala / migren / lainnya, ket :
Inspeksi :bentuk
Distribusi rambut : rata
Warna kulit kepala : Normal
Kebersihan kulit kepala : Bersih
Palpasi : teraba adanya benjolan massa : ada / tidak, ket : post op kll.
Krepitasi : - , ket
Nyeri tekan : + , ket

2) Mata
Visus : Normal ka / Normal ki; Lapang pandang : normal
Inspeksi :
bentuk Simetris antara kiri dan kanan
Konjunctiva = anemis : + ka/+ ki sclera = icterik : Normal
Palpebra = edema : tidak ka/tidak ki ; lesi : tidak ada ka/tidak ada ki
Perdarahan = Tidak ka/tidak ki
Tanda peradangan : -
Fungsi penglihatan : baik
lainnya
Penggunaan alat bantu : ya /tidak, ket :
( ) minus ….ka/….ki ; ( ) plus ….ka/….ki ; ( ) silinder ….ka/….ki
3) Hidung
Inspeksi :
Bentuk :Simetris kiri dan kanan tidak nampak adanya benjolan
warna : normal
Perdarahan : -
Palpasi :-
Nyeri tekan : nyeri tekan

4) Mulut&Tenggorokan
Inspeksi :
Warna bibir : normal
Mukosa bibir : kering / pecah-pecah
Mukosa dalam : lesi/ ulkus / kemerahan / lainnya
Gigi : Utuh
Gusi : normal
Lidah : kotor
Pembengkakan tonsil : -
Sakit tenggorok : -
Gangguan bicara : -

5) Telinga
Inspeksi : Nampak simetris kiri dan kanan, nampak adanya
serumen
Bentuk : Normal
Warna :
Posisi : Sejajar
Perdarahan : - , massa : -
Serumen : + , warna : jernih
Aroma : tidak berbau
Palpasi :Nyeri : -
Gg : - ; Alat bantu dengar : -
pendengaran

6) Leher
Inspeksi/ : Nampak simetris kiri dan kanan tidak teraba adanya
Palpasi : pembesaran kejenjar tiroid dan vena jugularis
Kekakuan : -
JVD : -
Deviasi trakea : -
Pembesaran kelj. Tyroid : -
Pembesaran kelj.limfe : -
Nyeri : -
c. Dada/ Thorax
Inspeksi :
Bentuk dada : normal
Warna kulit dada : normal
Kondisi kulit dada : intake
Ekspansi dinding dada : asimetris
Tanda peradangan : -,
Otot bantu nafas : retraksi interostae : - retraksi suprasternal : -
Palpasi :
Massa abnormal : - , ket : mobilisasi / terfiksasi ; ukuran : -
Krepitasi : - ;
Nyeri tekan : - ; edema : - ; emfisema sub cutis : -
Letak ictus cordis :
Taktil fremitus :
Auskultasi:
JANTUNG
Aortic : Normal Tricuspidal : Terdengar dalam batas norma
Pulmonal : vocal premitus Mitral : Normal
BJ abnormal : ( - ) , murmur / gallop / lainnya tidak ada keluhan
PARU :
Suara nafas : normal / abnormal, ket : di daerah C2 dan C3
Jenis suara nafas normal yang ditemukan: vesikuler
Wheezing : - Rhonki : - Crakles : -
JANTUNG
Pekak / lainnya , …………………………………
Batas jantung : normal.
PARU
sonor / hipersonor / pekak / tympani , ket

d. Payudara&Ketiak
Inspeksi : Ukuran & bentuk : simetris / asimetris ,
ket ......................................
Putting susu : menonjol / tenggelam /
lainnya ....................................
Kondisi kulit : bersih / kotor /
lainnya .....................................
Palpasi : Edema : - , ket ...........................................................
Massa abnormal : - , ket ..................................................
Nyeri : - , ket ............................................................

e. Abdomen
Inspeksi :
Bentuk : Normal
Bayangan vena abnormal (caput medussae) : -
Kondisi kulit : Normal
Palpasi : Penegangan dinding abdomen : +
Edema : -

Nyeri tekan : +
Massa abnormal : -
Auskultasi: Bising usus : + ,
ket 10x/m
Perkusi : pekak

f. Genetalia
Inspeksi & Palpasi (wanita) :
Perineum : bersih / kotor / lesi / luka / nyeri / lainnya ............................................
Labia mayora : simetris / asimetris / bersih / kotor / nyeri / lainnya ...............................
Labia minora : simetris / asimetris / bersih / kotor / nyeri / lainnya ................................
Orificium urethra : rabas / lesi / edema / lainnya .......................................................
Canal inguinal : normal / hernia /
lainnya
Inspeksi & Palpasi (pria):
Kondisi kulit : bersih / kotor / lesi / luka / lainnya ...........................................................
Penis : normal / benjolan / lesi / lepuh / nyeri / lainnya .................................................
Orificium uretra : rabas / lesi / hipospadia / epispadia / lainnya .......................................
Skrotum : normal / lesi / penebalan / pengerasan / lainnya ............................................
Canal inguinal : normal/ hernia / lainnya

g. Rectum & Anus


Inspeksi :
Kondisi kulit sekitar anal : ruam
Hemoroid : -
Palpasi (rectal tusse):
Massa abnormal : - ; Nodul : - ; Nyeri : - ; Pembesaran prostat : -
h. Ekstremitas
Kontraktur : -
Deformitas: -
Edema : -
Nyeri / nyeri tekan : -
Kekuatan otot :
Reflek : Bisep : + / ++/ +++/ ++++ Trisep : + / ++/ +++/ ++++
Patella : + / ++/ +++/ ++++ Achiles : + / ++/
+++/ ++++
Plantar (babinski ) : +

i. Kulit& Kuku
Kulit : Warna : Normal
Tekstur : kasar
Jaringan parut : -
Turgor : Normal Suhu (akral) : Teraba dingin Kuku : Normal Warna : pucat
Cappilary Refill Time (CRT) : <2 detik
Bentuk : normal

16. PEMERIKSAAN PENUNJANG


(lampirkan)
Tidak ada

17. Dx. MEDIS


Headache sinusitis

18. TERAPI/ PENGOBATAN (sebutkan nama obat dan dosis) (lampirkan)


Dexketoprofen 1gr/8 jam/Iv
Cefotaxim 1ap/12 jam/Iv
Dexa 1ap/8 jam/Iv
As.intranexa 1ap/8 jam/Iv

19. PERSEPSI KLIEN TENTANG PENYAKITNYA


Klien berharap agar segera sembuh dari penyakitnya dan dapat berkumpul kembali bersama
keluarganya

20. PERENCANAAN PULANG


a. Tujuan Pulang : ke rumah
b. Transportasi pulang : mobil
c. Dukungan keluarga : ada
d. Antisipasi biaya setelah pulang : ada
e. Antisipasi perawatan setelah pulang : Ya
f. Rawat jalan ke : Poli Frekuensi : sesuai anjuran
g. Hal-hal yang perlu diperhatikan di rumah :
- Ajarkan Keluarga dan klien memperbaiki pola hidup sehat termaksud pemenuhan nutrisi
yang baik
- Ajarkan klien ara membersihkan hidung yang baik dan benar

RESUME KEPERAWATAN

IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : Tn.R
Umur : 33 tahun
DiagnosaMedis : Headache sinusitis
TanggalPengkajian :08/12/2022
DATA SUBJEKTIF : Klien masuk dengan keluhan hidung tersumbat dan rasa nyeri
pada hidung sebelah kanan serta kepala
DATA OBJEKTIF : Pasien nampak meringis
P: Saat ditekan
Q: nyeri hilang timbul pada kepala seperti tertusuk-tusuk
R: Hidung sebelah kanan

S:4 skala
T: dirasakan 5-6 menit

- Nampak produksi sekret meningkat, hidung terpasang

tampon, klien tidak leluasa dalam bernafas

- Ttv:

TD: 100/70 mmHg


N: 82 x/m
R:23x/m
S: 36,50C
Spo2 : 98
- GCS: 15

ANALISA DATA
No. DATA MASALAH ETIOLOGI
1. Ds: Bersihan jalan Peradangan sinus
nafas tidak efektif
- Klien mengatakan hidung
Nyeri
terasa tersumbat dan sekret
Pembedahan
berlebih
Do: Efek anastesi
- Nampak produksi sekret
Hipersekresi
meningkat, hidung
Jalan nafas tidak
terpasang tampon, klien
efektif
tidak leluasa dalam bernafas
- Ttv:
Dx: Bersihan
- TD: 100/70 mmHg jalan nafas tidak
efektif
- N: 82 x/m
- R:23x/m
- S: 36,50C
- Spo2 : 98
- GCS: 15
2. Ds: Nyeri Akut headache sinusitis
- Klien mengatakan nyeri
post op
hidung post op
pelepasan
Do:
mediator kimia
- Pasien nampak meringis
- Pengkajian nyeri
mengiritasi ujung-
- P: Post op ujung saraf
- Q: Nyeri tertusuk-tusuk
merangsang
- R: Hidung respon nyeri
- S: 4 Dx: Nyeri Akut
- T: Dirasakan 5-6 menit
3. Ds: Klien mengatakan post op Resiko Infeksi headachesinusitis
headache sinusitis
pembedahan
Do: Nampak adanya tampon
insisi
didalam hidung sebelah kanan
TTV: Td: 100/70 mmHG
luka
N: 80 x/m
S: 36.70C port de entri
RR: 23x/m
kemungkinan
kuman masuk

Dx: Risiko
Infeksi

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d agen pencedera fisik
2. Risiko Infeksi b/d efek prosedur invasif

RENCANA KEPERAWATAN
- Inisial Klien : Tn.R
- Umur : 33 tahun
- Dx Medis : haedache sinusitis
No. DIAGNOSA Perencanaan
KEP. (SDKI) Tujuan Dan kriteria Intervensi (SIKI) Rasional
Hasil (SLKI )
1. Bersihan jalan Pertukaran gas ManajemenJalanNa
napas tidak Tujuan: Setelah pas - Untuk
efektif b/d dilakukan Tindakan Observasi: mengetahui
mukus keperawatan 3x24 jam 1) Monitor kepatenan
berlebih oksigenasi dan eliminasi polanapas jalan nafas
karbondioksida pada 2) Monitor bunyi - Untuk
membran alveolus- napas tambahan mengetahui
kapiler Normal. 3) Monitor sputum adanya
Kriteria Hasil: (jumlah,warna,ar masalah aoda
- Batuk efektif oma) saluran nafas
meningkat Terapeutik - Agar klien
- Sputum menurun 1) Pertahankan mampu
kepatenan jalan bernafas
napas bebas
2) Posisikan semi - Untuk
fowler atau memaksimal
fowler kan ventilasi
3) Lakukan - Untuk
fisioterapi dada, membantu
jikaperlu mengeluarka
4) Berikan oksigen, n dahak
jika perlu - Untuk
memaksimal
kan suplay
Kolaborasi o2
1) Kolaborasi - Untuk
pemberian membantu
bronkodilator, mengurangi
ekspektoran, sesak
mukolitik,
jikaperlu

2. Nyeri akut b/d Kontrolnyeri IntervensiUtama :


agenpencedera Setelah dilakukan Dukungan Nyeri Akut 1. Untuk
fisik intervensi keperawatan :Pemberian Analgesik mengetahui
selama 3 x 24 jam, Observasi kualitas nyeri
diharapkan tingkat nyeri 1. Identifikasi yg dirasakan
menurun dan control karakteristik nyeri klien
nyeri meningkat dengan (mis. pencetus, 2. Untuk
kriteri hasil : pereda, kualitas, mengetahui
a. Tidak mengeluh nyeri lokasi, intensitas, adanya alergi
b. Tidak meringis frekuensi, durasi) obat pada
c. Tidak bersikap 2. Identifikasi klien
protektif Riwayat alergi 3. Agar klien
d. Tidak gelisah obat diberikan
3. Identifikasi obat sesuai
kesesuaian jenis dengan
analgesik (mis. gejala yang
narkotika, dirasakan
nonnarkotika, atau 4. Untuk
NSAID) dengan mengetahui
tingkat keparahan adanya
nyeri perubahan
4. Monitor tanda- tanda-tanda
tanda vital sebelum vital setelah
dan sesudah pemberian
pemberian obat
analgesik 5. Agar klien
Terapeutik mendapatkan
1. Diskusikan jenis analgesik
analgesik yang yang sesuai
disuka untuk 6. Agar cairan
mencapai analgesia tubuh klien
optimal, jika perlu seimbang
2. Pertimbangkan
penggunaan
infuskontinu, atau
bolus oploid untuk
mempertahankan
kadar dalam serum
3. Risikoinfeksi Tingkat Infeksi Pencegahan infeksi
1. Untuk
b/d prosedur Observasi:
mengedeteksi
invasif Tujuan: Setelah dilakukan 1) Monitor tanda dini adanya
Tindakan keperawatan infeksi
gejala
3x24 jam glukosa derajat
infeksilokaldan 2. Untuk
infeksi menurun. mengurangi
sistemik
Kriteria Hasil: kontaminasi
Terapeutik mikroorganis
1) Demam menurun me
1) Batasi jumlah
2) Kemerahan 3. Agar tidak
pengunjung terjadi infeksi
menurun
2) Berikan
3) Nyeri menurun 4. Untuk
perawatan kulit memanimalisir
4) Bengkak menurun migroorganis
pada daerah
5) Kadar sel darah me
edema
putuh membaik 5. Agar tidak
3) Cuci tangan
terjadi infeksi
sebelum dan
6. Agar klien dan
sesudah kontak
keluarga
dengan pasien mengerti tanda
dan gejala
dan lingkungan
infeksi
pasien
7. Agar klien dan
4) Pertahankan
keluarga
teknika septik mengerti
pada pasien tanda-tanda
infeksi pada
berisiko tinggi
luka
Edukasi 8. Agar kulit
tetap lembab
1) Jelaskan tanda
dan gejala infeksi
2) Ajarkan cara
memeriksa luka
3) Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan

CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal No. Catatan Perkembangan Evaluasi Paraf
Dx
02/11/2022 1. Manajemen Jalan Napas 21:00
Observasi: S: Klien
1) Memonit orpola napas mengatakan
H: TTV: RR: 23 x/m sekret sudah
2) Memonitor bunyi napas tambahan berkurang dan
H: Tidak ada suara nafas tambahan mampu bernafas
3) Memonitor sputum (jumlah,warna,aroma) biasa
H: produksi sekret berwarna kekuningan O: Ku baik
Terapeutik - Klien
1) Mempertahankan kepatenan jalan napas nampak
H: terpasang tampon pada hidung bernafas
2) Memposisikan semi fowler atau fowler normal,
H: klien dalam posisi semi fowler - Tidak
3) Melakukan fisioterapi dada, jika perlu ada
H: tidak di lakukan fisioterpi dada batuk
4) Memberikan oksigen, jika perlu dan flu
H: tidak di berikan o2 - TTV:
Kolaborasi - TD:
1) Mengkolaborasi pemberian bronkodilator, 100/70
ekspektoran, mukolitik, jika perlu mmHg
H: tidak dilakukan Nebulizer - S:
36,90C
- RR: 22
x/m
- Spo2:
98%
A: Bersihan
jalan napas tidak
efektif teratasi
P: Masalah
teratasi
2 Pemberian Analgesik 21:05
S: Klien
Observasi
mengatakan nyeri
1. Mengidentifikasi karakteristik nyeri (mis.
hidung post op
pencetus, pereda, kualitas, lokasi, intensitas,
berkurang
frekuensi, durasi) O: Klien
H: Nyeri berkurang
Nampak rileks
2. Mengidentifikasi Riwayat alergi obat
H: Klien tidak memiliki riwayat alergi obat dan tenang
3. Mengidentifikasi kesesuaian jenis analgesik A: Nyeri akut
(mis. narkotika, nonnarkotika, atau NSAID)
mulai teratasi
dengan tingkat keparahan nyeri
H: Klien telah diberikan terapi obat P:Masalah
Dexcetopropen 1 amp/ 8 jam/ iv teratasi
4. Memonitor tanda-tanda vital sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
H:
- TD: 100/70 mmHg

- N:80x/m

- R:20x/m

- S:36,70c

Terapeutik
1. Mendiskusikan jenis analgesik yang disukai
untuk mencapai analgesia optimal, jika perlu
H: Klien diberikan terapi obat analgetik
antrain 1 amp/ 8 jm/ iv
2. Mempertimbangkan penggunaan
infuskontinu, atau bolus oploid untuk
mempertahankan kadar dalam serum
H: Telah terpasang infus RL 20 tpm
2 Pencegahan infeksi 07:00
S: Klien
Observasi:
mengatakan
1) Memonitor tanda gejala infeksilokal dan
Tampon pada
sistemik
hidung sudah di
H: tidak nampak adanya tanda-tanda infeksi
keluarga, dan
pada luka
nyeri sudah
Terapeutik
berkurang
1) Membatasi jumlah pengunjung
O: Ku baik,
H: Pengunjung hanya 2 orang
tidak nampak
2) Memberikan perawatan kulit pada daerah
adanya tanda-
edema
tanda infeksi
H: telah dilakukan pembersihan luka
TTV:
3) Mencuuci tangan sebelum dan sesudah
- TD: 100/80
kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien mmhg
H: Mencuci tangan dengan baik dan benar
- N:80x/m
4) Mempertahankan Teknik aseptik pada
pasien berisiko tinggi - R:20x/m
H: klien telah diberikan tindakan aseptik
- S:36,70c
Edukasi
A: Risiko
4) Menjelaskan tanda dan gejala infeksi
infeksi tidak
H: klien mengerti tentang tanda dan gejala
terjadi
infeksi
P: Masalah
5) Mengajarkan cara memeriksa luka
teratasi
H: klien dan keluarga mengerti cara
memeriksa luka
6) Menganjurkan meningkatkan asupan cairan
H: klien nampak terpasang infus dan klien
rajin minum air

Anda mungkin juga menyukai