Anda di halaman 1dari 23

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Penelitian Yang Relevan

Telah terdapat beberapa penelitian yang dilakukan terkait dengan

kemampuan VO2Max seperti yang telah dilakukan oleh :

2.1.1 Ya’ Agus Sumatri (2013), dengan judul “Pengaruh permainan futsal

terhadap kemampuan VO2Max siswa di SMP. Subjek yang di gunakan pada

penelitian ini adalah siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di SMP N 3

Sungai Raya. Metode penelitian yang di gunakan yaitu dengan metode peneltian

eksperimen. Hasil penelitian ini adalah terjadi peningkatan kemampuan VO2Max

sebesar 7,15 % setelah diberikan latihan.

2.1.2 Wisnu Dhewangga (2014), dengan judul “Pengaruh peningkatan intensitas

latihan futsal terhadap VO2Max. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini

adalah anggota UKM futsal di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Surakarta. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui

pengaruh peningkatan intensitas latihan futsa terhadap VO2Max. Metode

penelitian ini yang digunakan yaitu metode quasi eksperimental. Hasil penelitian

ini adalah terjadi peningkatan kemampuan VO2Max sebesar 4,87 % setelah

diberikan latihan.

2.1.3 Saefudin Abd Hamid (2016), dengan judul “Pengaruh permainan futsal

terhadap peningkatan kemampuan VO2Max siswa di SMA N 5 Palu”. Subjek

yang digunakan pada penelitian ini adalah siswa di SMA N 5 Palu. Tujuan dari

7
8

penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh permainan futsal terhadap

peningkatan kemampuan VO2Max sisa di SMA N 5 Palu. Hasil penelitian ini

adalah terjadi peningkatan kemampuan VO2Max sebesar 5,47 % setelah diberikan

latihan.

Perbedaan dengan penelitian yang telah di sebutkan di asat yaitu penelitian

ini akan meneliti mengenai pengaruh High Intensity Interval Training (HIIT)

terhadap peningkatan VO2Max pemain futsal siswa ekstrakulikuler di SMA

Negeri 4 Poso.

2.2 Kajian Pustaka

2.2.1 Futsal

Futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua tim, yang masing-

masing beranggotakan lima orang. Tujuannya adalah memasukkan bola ke

gawang lawan, dengan memanipulasi bola dengan kaki. Selain lima pemain

utama, setiap regu juga diizinkan memiliki pemain cadangan. Tidak seperti

permainan sepak bola dalam ruangan lainnya, lapangan futsal dibatasi garis,

bukan net atau papan. Futsal turut juga dikenali dengan berbagai nama lain. Istilah

"futsal" adalah istilah internasionalnya, berasal dari kata Spanyol atau Portugis,

futbol dan sala.

2.2.2 Sejarah Futsal

Futsal dipopulerkan di Montevideo, Uruguay pada tahun 1930, oleh Juan

Carlos Ceriani. Keunikan futsal mendapat perhatian di seluruh Amerika Selatan,

terutamanya di Brasil. Ketrampilan yang dikembangkan dalam permainan ini

dapat dilihat dalam gaya terkenal dunia yang diperlihatkan pemain-pemain Brasil
9

di luar ruangan, pada lapangan berukuran biasa. Pele, bintang terkenal Brasil,

contohnya, mengembangkan bakatnya di futsal. Sementara Brasil terus menjadi

pusat futsal dunia, permainan ini sekarang dimainkan di bawah perlindungan

Fédération Internationale de Football Association di seluruh dunia, dari Eropa

hingga Amerika Tengah dan Amerika Utara serta Afrika, Asia, dan Oseania.

Pertandingan internasional pertama diadakan pada tahun 1965, Paraguay

menjuarai Piala Amerika Selatan pertama. Enam perebutan Piala Amerika Selatan

berikutnya diselenggarakan hingga tahun 1979, dan semua gelaran juara disapu

habis Brasil. Brasil meneruskan dominasinya dengan meraih Piala Pan Amerika

pertama tahun 1980 dan memenangkannya lagi pada perebutan berikutnya tahun

1984. Kejuaraan Dunia Futsal pertama diadakan atas bantuan FIFUSA (sebelum

anggota-anggotanya bergabung dengan FIFA pada tahun 1989) di Sao Paulo,

Brasil, tahun 1982, berakhir dengan Brasil di posisi pertama. Brasil mengulangi

kemenangannya di Kejuaraan Dunia kedua tahun 1985 di Spanyol, tetapi

menderita kekalahan dari Paraguay dalam Kejuaraan Dunia ketiga tahun 1988 di

Australia. Pertandingan futsal internasional pertama diadakan di AS pada

Desember 1985, di Universitas Negeri Sonoma di Rohnert Park, California.


10

2.2.3 Peraturan

Luas lapangan

1. Ukuran: panjang 25-43 m x lebar 15-25 m


2. Garis batas: garis selebar 8 cm, yakni garis sentuh di sisi, garis gawang di
ujung-ujung, dan garis melintang tengah lapangan; 3 m lingkaran tengah;
tak ada tembok penghalang atau papan
3. Daerah penalti: busur berukuran 6 m dari masing-masing tiang gawang
4. Titik penalti: 6 m dari titik tengah garis gawang
5. Titik penalti kedua: 10 m dari titik tengah garis gawang
6. Zona pergantian: daerah 5 m (5 m dari garis tengah lapangan) pada sisi
tribun dari pelemparan
7. Gawang: tinggi 2 m x lebar 3 m
8. Permukaan daerah pelemparan: halus, rata, dan tak abrasive

Gambar 2.1 Luas Lapangan Futsal


(Saefudin Abd Hamid, 2016:8)
Bola
1. Ukuran: 4
2. Keliling: 62-64 cm
3. Berat: 0,4 - 0,44 kg
4. Lambungan: 55-65 cm pada pantulan pertama
11

5. Bahan: kulit atau bahan yang cocok lainnya (yaitu bahan tak berbahaya)

Gambar 2.2 Bola Futsal


(Saefudin Abd Hamid, 2016:9)
2.2.4 Pengertian Latihan

Pencapaian prestasi sepak bola hanya dapat dicapai dengan pengembangan

terhadap unsur-unsur pendukungnya melalui latihan. Latihan atau training adalah

proses yang sistematis dari berlatih yang dilakukan secara berulang-ulang dengan

kian hari kian menambah jumlah beban latihan serta intensitas latihannya

(Tangkudung James, 2006: 45).

Latihan olahraga adalah suatu aktivitas olahraga yang dilakukan dengan

berulang-ulang secara kontinyu dengan peningkatan beban secara periodik dan

berkelanjutan yang dilakukan berdasarkan pada jadwal, pola dan sistem serta

metodik tertentu untuk mencapai tujuan yaitu untuk meningkatkan prestasi

olahraga. Aspek-aspek yang dikembangkan dalam latihan meliputi aspek fisik,

teknik, taktik dan mental. Aspek teknik merupakan suatu landasan pokok dalam

usaha mencapai prestasi yang optimal. Untuk dapat bermain sepak bola dengan

baik pemain harus melakukan latihan teknik secara intensif.


12

Latihan menurut (Sukadiyanto, 2011: 5) adalah suatu proses

penyempurnaan kemampuan berolahraga yang berisikan materi teori dan praktek

menggunakan metode dan aturan pelaksanaan dengan pendekatan ilmiah,

memakai prinsip pendidikan yang terencana dan teratur sehingga tujuan latihan

dapat tercapai pada waktunya. Dalam susunan latihan satu kali pertemuan

berisikan antara lain (1) pembukaan dan pengantar latihan, (2) pemanasan

(warning up) , (3) latihan inti, (4) latihan tambahan (suplemen), dan (5)

pendinginan (cooling down).

Dalam pelaksanaan latihan tentunya para pelatih, pembina mempunyai

sasaran-sasaran tertentu. Hal ini disebabkan karena kesuksesan dalam berlatih

banyak ditentukan oleh perencanaan dan penerapan sasaran yang efektif.

Penetapan sasaran penting bagi atlet karena dapat membantu atlet dalam

mencurahkan perhatiannya pada sasaran yang akan dicapai. Selain itu secara

mental atlet akan merasa berkewajiban untuk mencapai sasaran yang telah

ditetapkan. Menurut Bismar (2007:2) mengemukakan bahwa : “Latihan-latihan

untuk meningkatkan prestasi baru berarti apabila di lakukan oleh atlet berbakat

yang dipengaruhi oleh lingkungan, baik masyarakat, keluarga maupun pekerjaan

yang mendukung, dilatih oleh pelatih yang berkemampuan tinggi serta adanya

sarana olahraga”.

Kemampuan fisik atlet yang prima tidak hanya berperan dalam mencapai

keterampilan teknik tinggi, tetapi juga dapat berperan penting terhadap

peningkatan kondisi psikologis atlet. Namun perlu diketahui bahwa untuk

memiliki kemampuan fisik yang prima diperlukan suatu kerja keras dan saling
13

pengertian antara pelatih dan atlet dalam suatu latihan, sehingga dosis latihan

yang telah disusun dalam suatu program latihan jangka panjang dapat dicapai

secara bertahap. Latihan yang baik bukan karena lamanya suatu latihan

berlangsung, namun yang penting adalah bagaimana latihan tersebut dapat

memberikan pembebanan yang optimal sesuai tujuan latihan.

Berdasarkan pendapat tersebut , maka dapat dikemukakan bahwa latihan

adalah suatu aktifitas fisik yang dilakukan secara sistematis, teratur, konstruktur

dan terorganisasi dengan dosis latihan ditingkatkan secara progresif dan overssif

yang bertujuan meningkatkan kemampuan fungsional clan psikologi tubuh

sehingga mempermudah mempelajari gerakan-gerakan teknik olahraga dan

akhirnya dapat mencapai prestasi optimal dalam suatu cabang olahraga.

2.2.5 Tujuan Latihan

Tujuan latihan yaitu untuk mengembangkan kondisi fisik, meningkatkan

kemampuan komponen-komponen biomotorik khusus yang diperlukan cabang

olahraga, menanamkan karakteristik psikologi yang khusus untuk cabang olahraga

yang bersangkutan, melatih dan mengembangkan keterampilan teknik spesifik

cabang olahraga serta mengajarkan pengetahuan teoritis mengenai teori dan

metodologi latihan untuk cabang olahraga yang bersangkutan (Harsono, 2004:40).

Dengan demikian dari pendapat di atas maka dapat ditarik suatu kesimpulan

bahwa tujuan latihan adalah untuk membantu atlet meningkatkan kemampuan

fisik, teknik, taktik, dan mental guna mencapai prestasi semaksimal mungkin,

khususnya untuk persiapan dalam menghadapi kompetisi.


14

2.2.6 Prinsip-Prinsip Latihan

Prinsip latihan merupakan hal-hal yang harus ditaati, dilakukan atau

dihindari agar tujuan latihan tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Prinsip

latihan juga merupakan landasan garis pedoman secara ilmiah yang harus

dipegang teguh dalam melakukan latihan.

Berikut akan dijabarkan beberapa prinsip-prinsip latihan menurut

(Sukadiyanto dan Muluk, 2011:14), antara lain sebagai berikut: (1) prinsip

kesiapan, (2) prinsip individual, (3) prinsip beban latihan, (4) prinsip progresif

(peningkatan), (5) prinsip spesifik (kekhusuasan), (6) prinsip variasi (7) prinsip

pemanasan dan pendinginan, (8) prinsip berbalikan, (9) prinsip tidak berlebihan,

(10) prinsip sistematik.

1) Prinsip Kesiapan

Pada prinsip kesiapan, materi dan dosis latihan harus disesuaikan dengan usia

olahragawan. Oleh karena usia olahragawan berkaitan erat dengan kesiapan

kondisi karena secara fisiologis dan psikologis dari setiap olahragawan.

Prinsip Individual

Dalam merespon beban latihan untuk setiap olahragawan tertentu akan

berbeda, sehingga beban latihan bagi setiap orang tidak dapat disamakan antara

orang yang satu dengan yang lainnya.

2) Prinsip Beban Lebih

Beban latihan harus mencapai atau melampaui sedikit di atas ambang

rangsang. Sebab beban yang terlalu berat akan mengakibatkan tidak mampu di

adaptasi oleh tubuh, sedang bila terlalu ringan tidak berpengaruh terhadap
15

peningkatan kualitas fisik, sehingga beban latihan memenuhi prinsip beban

berlebih ini.

3) Prinsip Progresif (peningkatan)

Agar terjadi proses adaptasi pada tubuh , maka diperlukan prinsip beban lebih

yang diikuti dengan prinsip progresif. Latihan bersifat agresif, artinya dalam

pelaksanaan latihan dilakukan dari yang mudah ke yang sukar, sederhana ke

kompleks, umum ke khusus, bagian keseluruhan, ringan ke berat, dan dari

kuantitas ke kualitas serta dilaksanakan secara ajeg, maju dan berkelanjutan.

4) Prinsip sepesifik (Kekhusuasan)

Prinsip spesifikasi tidak berarti bahwa dalam latihan menghindari pembebanan

pada otot yang berlawanan. Artinya, tujuan latihan hanya melatih otot yang

digunakan dalam melakukan gerak saja, tetapi otot antagonisnya atau yang

berdekatanpun juga harus dilatihkan.

5) Prinsip variasi

Program latihan yang baik harus disusun secara variatif untuk menghindari

kejenuhan, keengganan, dan keresahan yang merupakan kelelahan secara

psikologis. Ada beberapa komponen utama yang diperlukan untuk memvariasi

latihan menurut Martens yang dikutip oleh Sukadiyanto dan Muluk (2011:20)

adalah “perbandingan antara 1). Kerja dan istirahat, 2). Latihan berat dan ringan.

6) Prinsip pemanasan dan pendinginan (warm-up dan cool down)

Pemanasan (warm-up) bertujuan untuk mempersiapkan fisik dan psikis

olahragawan memasuki latihan inti.


16

7) Prinsip berkebalikan (reversibilty)

Prinsip berkebalikan (reversibilty) artinya, biar olahragawan berhenti dari

latihan dalam waktu tertentu bahkan dalam waktu lama, maka kualitas organ

tubuhnya akan mengalami penurunan fungsi secara otomatis.

8) Prinsip tidak berlebihan

Keberhasilan latihan jangka panjang sangat ditentukan oleh pembebanan

yang tidak berlebihan. Artinya, pembebanan harus disesuaikan dengan tingkat

kemampuan, pertumbuhan, dan perkembangan olahragawan, sehingga beban

latihan yang diberikan benar-benar tepat (tidak terlalu berat dan tidak terlalu

ringan).

9) Prinsip sistematik

Prestasi olahragawan sifatnya labil dan sementara, sehingga prinsip ini

berkaitan dengan ukuran (dosis). Pembebanan dan skala prioritas sasaran latihan.

Prinsip latihan adalah garis pedoman yang hendaknya yang dipergunakan

dalam latihan yang terorganisir dengan baik. Prinsip semacam itu menunjuk pada

semua aspek dan tugas pelatihan, prinsip itu menentukan corak dan isi pelatihan,

sasaran dan metode pelatihan, serta organisasi pelatihan. Program latihan perlu

disusun dengan memperhatikan prinsip-prinsip dasar latihan melalui pentahapan,

teratur dan berkesinambungan (Rosdiyanto dan Budiwanto, 2008: 9).


17

2.2.7 Hakikat Intensitas

Intensitas adalah sebuah fungsi dari aktivitas neuromuskuler, dengan

intensitas lebih tinggi (power yang lebih tinggi, beban eksternal yang lebih tinggi)

menuntut aktivitas neuromuskuler yang lebih tinggi (Bompa, 2009) dalam Emral

(2017:44). Adapun Sukadiyanto (2005) dalam Emral (2017:44) mengatakan

intensitas adalah ukuran yang menunjukkan kualitas (mutu) suatu rangsang atau

pembebanan. Dengan demikian, dapat dikatakan intensitas adalah kualitas, level,

atau mutu dari suatu aktivitas gerakan.

Intensitas latihan dapat diukur dengan cara menghitung denyut

jantung/nadi dengan rumus : denyut nadi maksimum (DNM) = 220 – umur (dalam

tahun). Jadi seseorang yang berumur 20 tahun, DNM-nya = 220 – 20 = 200.

Untuk olahraga prestasi : antara 80%-90% dari DNM. Jadi atlet yang berumur 20

tahun tersebut takaran intensitas yang harus dicapainya dalam latihan adalah 80%-

90% dari 200 = 160 sampai dengan 180 denyut nadi/menit. Untuk olahraga

kesehatan antara 70%-85% dari DNM. Jadi untuk orang yang berumur 40 tahun

yang berolahraga menjaga kesehatan dan kondisi fisik, takaran intensitas

latihannya sebaiknya adalah 70%-85% kali (220-40), sama dengan 126 s/d 180

denyut nadi/menit. Angka-angka 160%-180% denyut nadi/menit dan 126 s/d 153

denyut nadi/menit menunjukkan bahwa atlet yang berumur 20 tahun dan orang

yang berumur 40 tahun tersebut berlatih dalam training sensitive zone, atau secara

singkat biasanya disebut training zone. Lamanya berlatih di dalam training zone :

untuk olahraga prestasi : 45 - 120 menit, sedangkan untuk olahraga kesehatan : 20

– 30 menit.
18

2.2.8 Hakikat Interval

Latihan interval merupakan program latihan yang terdiri dari periode

pengulangan kerja yang diselingi oleh periode istirahat (Fox,E.l, 1984: Smith,N.J.

1983) dalam Emral (2017:56) atau merupakan serangkaian latihan yang diulang-

ulang dan diselingi dengan periode istirahat. Latihan ringan biasanya dilakukan

pada periode istirahat ini (Fox, Bowers & Foss, 1984; Fox & Mathews, 1981)

dalam Emral (2017:56)

Pengertian antara recovery dan interval adalah sama yaitu pemberian

waktu istirahat pada antar-aktivitas. Interval adalah waktu istirahat yang diberikan

pada saat antarseri, antarsirkuit, atau antarsesi per unit latihan. Perbedaannya

kalau recovery diberikan pada saat antarset atau antar-repetisi (ulangan), sedang

interval diberikan pada saat antarseri, antarsirkuit, atau antarsesi per unit latihan.

Pada prinsipnya, pemberian waktu recovery selalu lebih pendek (singkat) dari

pemberian waktu interval.

2.2.9 Hakikat High Intensity Interval Training (HIIT)

High Intensity Interval Training adalah program latihan yang di rancang

dengan sifat menantang, dengan format bentuk latihan di selingi waktu interval

istirahat sifat aktivitasnya adalah aerobik dengan intensitas tinggi ke intensitas

sangat tinggi (kapasitas maksimal 80-90%) setiap latihan diikuti oleh intensitas

rendah sampai sedang dengan interval rasio kerja dengan istirahat adalah 1:1/3.

Latihan ini memberikan manfaat kesehatan dan kebugaran yang lebih besar dari

program intensitas rendah tradisional (Hoeger,2014).


19

High Intensity Interval Training atau Latihan interval intensitas tinggi

adalah bentuk latihan kardio yang menggunakan kombinasi antara Latihan

intensitas tinggi dengan intensitas sedang atau rendah dalam selang waktu tertentu

salah satu latihan aerobik untuk membakar kalori dan meningkatkan kekuatan,

daya tahan, dan kebugaran fisik. Pelatihan interval ini di lakukan dengan interval

tinggi yang tinggi selama 4-30 menit untuk latihan kardiovaskuler kemudian di

lakukan bergantian dengan latihan intensitas rendah. Porsi melakukan latihan

intensitas tinggi dan latihan intensitas rendah harus di lakukan dengan rentang

waktu yang sama (Barrlet, 2013).

High Intensity Interval Training atau latihan interval intensitas tinggi ini

terdiri dari periode melakukan lari dengan intensitas tinggi yang di selingi dengan

periode istirahat yaitu berjalan. Hal ini menyebabkan tubuh secara efektif

membentuk dan menggunakan energi yang berasal dari sistem anaerobik.

Penambahan interval membantu pembuangan metabolisme dari otot selama

periode istirahat pada saat latihan interval intensitas tinggi sedang di lakukan oleh

tubuh. Perubahan periode latihan yang dilakukan berggantian ini membantu tubuh

meningkatkan volume dalam mengkonsumsi oksigen saat latihan pada volume

dan kapasitas maksimum (VO2max) selama latihan (kolt, 2007).

Menurut American College Of Sports Medicine menyatakan bahwa lebih

banyak oksigen yang digunakan pada saat melakukan latihan interval intensitas

tinggi dari pada latihan noninterval. Kecepatan metabolik rate meningkat untuk 90

menit sampai dengan 24 jam setelah sesi latihan interval intensitas tinggi.

Peningkatan metabolisme tubuh membakar lemak dan kalori dengan cepat.


20

Latihan intensitas tinggi memacu kerja jantung dengan lebih keras

sehingga konsumsi oksigen pun meningkat yang berarti metabolisme tubuh juga

meningkat makin banyak lemak yang di pakai untuk pembakaran. Selain

metabolisme pada saat kita melakukan latihan yang meningkat, metabolisme pada

saat kita beristirahat pun meningkat, hal ini dikenal dengan istilah “Resting

Metabolic Rate (RMR) atau tingkatan metabolisme pada saat kita beristirahat

selama 24 jam setelah melakukan latihan interval intensitas tinggi (kafiz, 2014).

Sama seperti latihan aerobik lainnya, latihan interval intensitas tinggi ini

meningkatkan fungsi sel otot, membakar lemak dan meningkatkan kapasitas paru.

Latihan interval intensitas tinggi selama 30 menit sama dengan 90 menit latihan

intensitas rendah. Sehimgga latihan interval intensitas tinggi membutuhkan waktu

yang lebih singkat untuk mencapai manfaat kebugaran (Hoeger, 2014).

2.2.10 Hakikat Volume Oksigen Maksimal (VO2Max)

VO2Max adalah kemampuan organ penapasan manusia untuk menghirup

oksigen sebanyak-banyaknya saat latihan (aktivitas fisik) (Sukadiyanto &

Dangsina, 2011:83). VO2Max atau tenaga aerobik maksimal atau disebut juga

penggunaan oksigen maksimal adalah tempo terceoat dimana seseorang dapat

menggunakan oksigen selama berolahraga. Vo2Max sangat penting untuk

menuunjang kerja otot dengan mengambil oksigen dan menyalurkan ke seluruh

jaringan otot yang sedang aktif, sehingga dapat digunakan sebagai proses

metabolisme.

Orang dengan tingkat kebugaran yang baik memiliki nilai VO2Max lebih

tnggi dan dapat melakukan aktivitas lebih kuat dibanding mereka yang tidak
21

dalam kondisi baik. Tenaga aerobik maksimal, seringkali disebut penggunaan

oksigen maksimal adala tempo tercepat dimana seseorang dapat menggunakan

oksigen dalam olahraga yang dalam litelatur fisiologis tenaga aerobik maksimal

disingkat sebagai VO2Max (Pate, 1993) dalam Saefudin Abd Hamid (2016:15).

Berikutnya Pate juga menjelaskan bahwa VO2Max kecepatan terbesar pemakaian

oksigen dan merupakan ukuran mutlak kecepatan terbesar dimana seseorang dapat

menyediakan energi ATP dengan metabolisme aerobik.

VO2Max adalah volume maksimal yang akan diproses oleh tubuh manusia

pada saat melakukan kegiatan intensif. VO2Max ini adalah suatu tingkatan

kemampuan tubuh yang dinyatakan dalam liter per menit atau mililiter/menit/kg

berat badan. Setiap sel membutuhkan oksigen untuk mengubah makanan menjadi

(adenosine triphoxphate) yang siap pakai untuk kerja, tiap sel yang paling sedikit

mengkonsumsi oksigen adalah otot dalam keadaan istirahat. Semakin tinggi

VO2Max seorang atlet yang bersangkutan juga akan memiliki daya tahan dan

stamina sekaligus istimewa, atlet harus memiliki penguasaan teknik cabangnya

dengan baik. Demgam teknik yang baik bagi atlet akan efisien dalam bertarung.

Berdasarkan study yang dilakukan oleh Gregory (dalam Rushall dan Pyke,

1990:) dalam Saefudin Abd Hamid (2016:15) dikatakan bahwa pertandingan

latihan kontinyu lambat memperbaiki gaya aerobik dan ambang batas asam laktat.

Ambang batas asam laktat dalam teori paling baik ditingkatkan dalam intensitas

yang tinggi, meskipun pada praktik pelaksanaannya lebih efektif dan efisien

dengan latihan kontinyu panjang pada intensitas 1-2% dibawah ambang asam

laktat yang ada.


22

Meningkkatkan intensitas kerja sampai batas VO2Max akan menyebabkan

terjadinya salah satu dalam konsumsi oksigen yaitu terjadi keadaan stabil atau

sedikit menurun dalam hal denyut nadi (Willmore dan Costill, 2005) dalam

Saefudin Abd Hamid (2016:16). Terjadinya stabil tersebut menunjukkan bahwa

akhir aktivitas semakin sekat karena suplai oksigen tidak dapat memenuhi

kebutuhan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa VO2Max membatasi rata-

rata kerja atau kecepatan kerja yang dapat dilakukan. Jika aktivitas dilakukan

sampai beberapa waktu setelah mencapai VO2Max, sumber energi aerobik akan

habis dan harus segera disuplai dari sumber energi anaerobik dengan kapasitas

sedikit, sehingga tidak dapat berlangsung dalam waktu lama. Untuk orang awam,

atlet maupun seorang pelatih yang ingin meningkatkan daya tahan (endurance)

harus mengetahui bahwa yang perlu ditingkatkan adalah kemampuan daya tahan

sistem kardiovaskuler. Dengan kardiovaskuler yang bai, maka kebutuhan biologis

tubuh pada waktu kerja akan lancar.

Pengertian endurance adalah kemampuan seseorang dalam melaksanakan

gerak dengan seluruh tubuhnya dalam waktu yang cukup lama dan dengan tempo

sedang sampai cepat, tanpa mengalami rasa sakit kelelahan berat (Sajoto 1995:8).

Endurance menyatakan keadaan yang menekankan pada kapasitas melakukan

kerja secara terus-menerus dalam suasana aerobik. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa olahragawan sukses dalam nomor endurance secara tetap menunjukkan

nilai VO2Max yang tinggi. Nilai VO2Max tertinggi dicapai pada olahragawan

yang memerlukan penggunaan energi yang relatif sangat besar dalam jangka

waktu yang lama. Penelitian lain telah mengamati hubungan yang erat antara
23

VO2Max dan prestasi olahraga nomor endurance seperti lari jarak jauh, renang,

dan bersepeda (Pate, 1993) dalam Saefudin Abd Hamid (2016:17).

Metode untuk menjaga dan meningkatkan VO2Max, antara lain :

1) Intensitas Latihan

Kualitas yang menunjukkan berat ringannya latihan disebut sebagai

intensitas. Besarnya intensitas bergantung pada jenis dan tujuan latihan.

Latihan aerobik menggunakan patokan kenaikan detak jantung seperti yang

dikatakan Djoko (2004:17) secara umum intensitas latihan kebugaran adalah

60% - 90% detak jantung maksimal dan secara khusus besarnya intensitas

latihan bergantung pada tujuan latihan.

2) Durasi Latihan

Takaran lamanya latihan untuk olahraga prestasi adalah 45 – 120 menit

dalam training zone, sedangkan untuk olahraga kesehatan seperti program

latihan untuk menurunkan berat badan antara 20 – 30 menit dalam training

zone. Maksudnya yaitu bahwa latihan-latihan tidak akan efisien, atau kurang

membuahkan hasil jika takaran latihan di atas tidak terpenuhi. Takaran lama

latihan untuk meningkatkan kebugaran dan menurunkan berat badan

dilakukan selama 20 – 60 menit Djoko (2004:21).

3) Frekuensi Latihan

Frekuensi latihan berhubungan erat dengan intensitas latihan dan lama

latihan. Dalam melakukan latihan sebaiknya frekuensi latihan dilaksanakan


24

paling sedikit 3 kali seminggu, baik untuk olahraga kesehatan maupun

olahraga prestasi. Untuk meningkatkan kebugaran perlu latihan 3 – 5 kali per

minggu (Djoko, 2004:17).

Bagi seorang pemain futsal yang memiliki kebugaran yang kuat dan baik

akan mempunyai kemampuan fisik seperti kekuatan, daya tahan, kecepatan, daya

tahan jantung, daya tahan otot, dan daya tahan paru-paru. Kebugaran yang optimal

dapat meningkatkan penampilan olahragawan dan mengurangi kemungkinan

terjadinya cedera. Unsur yang terpenting dalam kebugaran adalah daya tahan

kardiorespirasi. Daya tahan kardiorespirasi adalah kesanggupan jantung dan paru

serta pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal dalam keadaan istirahat serta

latihan untuk mengambil oksigen kemudian mendistribusikannya ke jaringan yang

aktif untuk digunakan pada proses metabolisme tubuh (Sharkey, 2003:71). Dapat

disimpulkan bahwa dalam permainan futsal dibutuhkan kondisi fisik yang sangat

baik.

Untuk mengetahui tingkat kebugaran jasmani seseorang dapat dilihat dari

indikator-indikator yang terjadi. “Indikator tingkat kebugaran jasmani seseorang

adalah kemampuan atau kapasitas seseorang untuk menggunakan oksigen

sebanyak-banyaknya (Kapasitas Aerobik Maksimal = VO2Max)” (Sastropanoelar,

1992:7). Salah satu cara penting untuk menentukan kesegaran kardiovaskuler

adalah mengukur besarnya VO2Max. Menurut Mahardika (2008:83-98), jenis tes

kebugaran jasmani yang paling baik dan fisibel untuk dilaksanakan diantaranya

sebagai berikut :
25

1) Tes jalan lari 15 menit (Tes Balke)

2) Multistage Fitness Test (MFT) atau 20 meter shuttle run test

3) Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI)

4) Tes Kebugaran Jasmani Lari 2.4 Km Cooper

5) Tes Kebugaran Jasmani Lari 12 menit Cooper

6) Naik Turun Bangku

Tabel 2.1 Klasifikasi Kemampuan VO2Max

Putra Umur 13-19 Putri Umur 13-19


Kategori
Tahun Tahun
<35,0 Sangat Kurang <25,0
35,0 – 38,3 Kurang 25,0 – 30,9
38,4 – 45,1 Cukup 31,0 – 34,9
45,2 – 50,9 Baik 35,0 – 38,9
51,0 – 55,9 Sangat Baik 39,0 – 41,9
>55,9 Luar Biasa >41,9
Sumber : Ichsan (1994:41)

Dari beberapa metode tes yang bisa digunakan, Test MFT atau Multistage

Fitness Test adalah metode tes yang paling mudah untuk digunakan. Hal ini

karena pada saat pelaksanaan tes MFT tidak memerlukan lintasan lari yang terlalu

panjang yaitu hanya sekitar 20 meter. Selain itu, hasil tes yang berupa tingkat

VO2Max dapat dilihat langsung pada tabel MFT tanpa perlu melakukan

perhitungan terlebih dahulu. Prngukuran ini dianggap yang terbaik untuk

mengukur indikator atlet dari cardiovascular daya tahan aerobik dan kebugaran.

Secara teoritis, semakin banyak oksigen yang digunakan selama latihan tingkat
26

tinggi, semakin banyak ATP (energi) yang dihasilkan. Hal ini sering terjadi

dengan ketahanan atlet berprestasi yang biasanya sangat tinggi nilai VO2Max.

Adapun petunjuk pelaksanaan selengkapnya dari tes multistage, menurut

Sukadiyanto & Dangsina (2011:85) adalah sebagai berikut :

1) Halaman, lapangan atau permukaan datar dan tidak licin, sekurang-


kurangnya sepanjang 22 meter, yang terdiri dari 20 meter digunakan
sebagai lintasan lari dan 2 meter sisanya

Gambar 2.3 Lari bolak-balik tes bleep


Sumber : Hairy, (2009) dalam Husen (2013:11)
2) Hidupkan tape recorder yang berisi kaset atau CD panduan tes multistage
kemudian ikuti petunjuknya.
3) Pada permulaan, jarak dua sinyal ini menandai satu interval satu menit
menandai suatu interval satu menit yang terukur secara akurat.
4) Selanjutnya terdengar penjelasan ringkas mengenai pelaksanaan tes yang
mengantarkan pada perhitungan mundur selama lima detik menjelang
dimulainya tes.
5) Setelah itu akan keluuar sinyal tut pada beberapa interval yang teratur.
6) Peserta tes diusahakan agar dapat sampai ke ujung yang berlawanan
bertepatan dengan sinyal tut yang pertama berbunyi, untuk kemudian
berbalik dan berlari kearah yang berlawanan.
7) Setiap kali sinyal tut berbunyi peserta tes harus sudah sampai di salah satu
ujung lintasan lari yang ditempuhnya.
8) Selanjutnya interval satu menit akan berkurang sehingga untuk
melanjutkan level berikutnya peserta tes harus berlari lebih cepat.
9) Setiap kali peserta tes menyelesaikan jarak 20 meter, posisi salah satu kaki
harus tepat menginjak atau melewati batas 20 meter, selanjutnya berbalik
dan menunggu sinyal berikutnya untuk melanjutkan lari ke arah yang
berlawanan.
10) Setiap peserta tes harus bertahan selama mugkin, sesuai dengan
kecepatan yang telah di atur. Jika peserta tes tidak berlari mengikuti
kecepatan tersebut maka peserta harus berhenti atau dihentikan dengan
ketentuan : Jika peserta tes gagal mencapai dua langkah atau lebih dari
garis batas 20 meter setelah sinyal tut berbunyi, pengetes memberi
27

toleransi 1X20 meter, untuk memberi kesempatan peserta tes


menyesuaikan kecepatannya, jika pada masa toleransi itu peserta tes gagal
menyesuaikan kecepatannya, maka peserta diberhentikan dari tes tersebut.

2.3 Kerangka Pemikiran

Kebugaran jasmani adalah kesanggupan dan kemampuan tubuh melakukan

penyesuaian (adaptasi) terhadap pembebanan fisik yang diberikan kepadanya (dari

kerja yang dilakukan sehari-hari) tanpa menimbulksn kelelahan yang berlebihan.

Latihan kondisi fisik (physical connditioning) memegang peranan yang

sangat pentiing untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kebugaran

jasmani (physical fitness). Proses latihan kondisi fisik yang dilakukan secara

cermat, berulang-ulang dari hari ke hari meningkat beban latihannya,

kemungkinan kebugaran jasmani seseorang semakin meningkat. Hal ini akan

menyebabkan seorang menjadi terampil, kuat dan efisien dalam gerakannya.

Tes yang dilakukan untuk mengukur daya tahan atau VO2Max siswa di

SMA Negeri 4 Poso menggunakan multistage fitnes test (MFT). Pelaksanaan tes

ini dapat dilakukan dengan beberapa orang sekaligus, asalkan yang mengetes

dapat mencatat dengan tetap dan cermat setiap tahapan tes, serta dapat

menghentikan dengan tepat sesuai dengan ketentuan. Tes MFT sangatlah mudah

dilakukan karena dibandingkan dengan tes-tes kebugaran lainnya tes ini tidak

rumit dalam pelaksanaannya. Peserta tes akan berlari sejauh 20 meter secara bolak

balik. Peserta yang tidak kuat akan diberhentikan.


28

Siswa SMA Negeri 4 Poso


(populasi)

Sampel

Pretest Perlakuan (High Intensity Posttest


Interval Training)

Pengolahan data

Kesimpulan

Gambar 2.4 Kerangka pemikiran

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap tumusan-rumusan

masalah atau sub masalah yang diajukan oleh peneliti, yang dijabarkan dari

landasan teori atau kajian teori dan masih harus diuji kebenarannya (Riduwan,

2004:35). Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan, maka penulis dapat

merumuskan suatu hipotesis penelitian yang akan diuji kebenarannya yaitu ada

pengaruh high intensity interval training (HIIT) terhadap peningkatan VO2max

pemain futsal siswa ekstrakulikuler di SMA Negeri 4 Poso.


29

Anda mungkin juga menyukai