Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM DAN TUGAS KELOMPOK

MATA KULIAH INTERNET OF THINGS

A. IDENTITAS
Kelompok : 10
Nama Anggota : NIKEN ANDINI (2203022)
Nama Anggota : RISKI FIRMANSAH (2203026)
Nama Aggota : WIRANTO (2203030)
Kelas : D3TI.2A
Program Studi : D3 Teknik Informatika
Jurusan : D3 Teknik Informatika

B. DESKRIPSI MATA KULIAH


Nama Matakuliah : Internet of Things
Dosen Pengampu : Ahmad Rifa’l, M.Kom
Pertemuan ke :6
Materi : Tugas Pertemuan 6
Tanggal/ Waktu : 13 September 2023/13.30-16.00
Laboratorium : Laboratorium IoT

C. TUGAS

Carilah referensi (Artikel, Jurnal, Conference atau Buku) di internet atau di perpustakaan
minimal masing-masing 3 referensi dari tiap-tiap topik pembahasan hari ini:
 Definisi IoT
 Arsitektur IoT
a) Sensor dan Actuators
b) Sistem Akuisisi data
c) Edge Analytics
d) Cloud Analytics
 Layer IoT
 Basic Elements Arsitektur IoT
D. Definisi IoT

Internet of things(iot) didefinisikan sebagai sebuah penemuan yang mampu menyelesaikan


permasalahan yang ada melalui penggabungan teknologi dan dampak sosial. Jika ditinjau dari
standarisasi secara teknik , IoT dapat digambarkan sebagai infrastuktur global untuk memenuhi
kebutuhan informasi masyarakat, memungkinkan layanan canggih dengan interkoneksi baik
secara fisik dan virtual berdasarkan pada yang telah ada dan perkembangan informasi serta
teknologi komunikasi(ICT). Selain itu, Kevin Ashton sang pencetus istilah Internet of Things,
menyampaikan definisi berikut dalam e-book berjudul “Making Sense of IoT”. Pengertian
Internet of Things adalah sensor-sensor yang terhubung ke internet dan berperilaku seperti
internet dengan membuat koneksi-koneksi terbuka setiap saat, serta berbagi data secara bebas
dan memungkinkan aplikasi-aplikasi yang tidak terduga, sehingga komputer-komputer dapat
memahami dunia di sekitar mereka dan menjadi bagian dari kehidupan manusia.

Internet of Things sebagai sebuah infrastuktur jaringan global, yang menghubungkan benda-
benda fisik dan virtual melalui eksploitasi data capture dan kemampuan komunikasi (Casagras).
Internet of Things sebagai interkoneksi perangkat sensor dan akuatot yang memliki kemampuan
berbagi(sharing) informasi antar platform melalui framework yang terintegrasi (Gubbi).
Membuat terminologi yang jelas mengenai definisi Things dapat dilakukan dengan penelitian
yang berlandaskan real issues sepereti bagaimana koneksi dan internet of things diantaranya
adalah embedded system dan intrnet protocol. Sehingga tidak semua obyek real world masuk
ke dalam ‘things’.

Internet of Things atau IoT merupakan sebuah konsep/gagasan yamg tujuannya adalah untuk
memperluas manfaat dari konektivitas jaringan internet yamg terkoneksi secara penuh dan dapat
dihubungkan pada perangkat, mesin, dan benda fisik lainnya dengan mempergunakan jaringan,
sensor, dan akuator untuk mendapatkan data dan mengelolanya, sehingga mesin dapat
berkolaborasi dan bertindak sesuai dengan informasi baru yang di dapat secara mandiri.
Menurut IEEE(Institute of Electrical and Electronics Engineers) Internet of Things (IoT)
didefinisikan sebagai sebuah jaringan dengan masing-masing benda yang tertanam dengan
sensor yang terhubung kedalam jaringan internet(Setiadi & Abdul Muhaemin, 2018).

Internet of Things atau IoT merupakan gagasan dimana benda-benda yang ada di dunia nyata
dapat berkomunikasi satu dengan yang lainnya sebagai kesatuan sistem yang terpadu yang
menggunakan jaringan internet sebagai media penghubungnya. Misalnya ada CCTV yang
terpasang di sepanjang jalan, teknologi tersebut dihubungkan dengan jaringan internet lalu
disatukan kembali pada ruang kontrol yang jaraknya bisa saja jauh. Atau sebuah runah
cerdas/smart home dapat dikontrol lewat smartphone dengan bantun jaringan internet. Pada
dasarnya IoT terdiri dari berbagai sensor sebagai media pengumpulan data, jaringan internet
sebagai media penghubung dan server sebagai perangkat pengumpul hasil informasi yang di
dapat dari sensor yang akan digunakan untuk analisa.

E. Arsitektur IoT
a) Sensor dan Actuators

Sensor adalah perangkat yang digunakan untuk mengukur suatu parameter tertentu seperti
suhu, tekanan, ketinggian, kelembaban, dan lain-lain. Prinsipnya adalah sensor ini merubah
energi fisik seperti suhu menjadi besaran listrik yang mampu dibaca oleh mikrokontroler.
Aktuator merupakan suatu alat yang digunakan sebagai penggerak atau pengontrol suatu
mekanisme tertentu. Mekanisme yang dimaksud bisa berupa suatu sistem kendali atau sistem
otomasi di industri. Sensor adalah perangkat yang mengubah parameter fisik menjadi output
listrik. Sebagai lawannya, aktuator adalah perangkat yang mengubah sinyal listrik menjadi
output fisik. Sensor terletak di port input untuk mengambil input, sedangkan aktuator
ditempatkan di port output. Sensor adalah perangkat yang mendeteksi peristiwa atau
perubahan di lingkungan dan mengirimkan informasi itu ke perangkat elektronik lainnya,
sedangkan aktuator adalah komponen mesin yang bertanggung jawab untuk menggerakkan
dan mengendalikan mekanisme. Jadi, inilah Perbedaan yang menonjol antara sensor dan
aktuator.

b) Sistem Akuisisi Data

Sistem akuisisi data yaitu, banyaknya tranduser atau kanal yang digunakan, kecepatan
pemrosesan data, dan letak masing-masing komponen pada sistem akuisisi data. Artikel ini
juga menjelaskan bahwa sistem akuisisi data menkonversikan besaran fisis sumber data ke
bentuk sinyal digital dan diolah oleh suatu komputer. Akuisisi data adalah proses pengolahan
data dari sinyal analog menjadi sinyal digital dan disajikan serta disimpan melalui sistem
tertentu ². Tujuan dilakukannya akuisisi data dapat bervariasi tergantung pada konteksnya.
Beberapa tujuan umum dari akuisisi data antara lain:

1. Memantau, menganalisis, dan mengendalikan sistem: Akuisisi data dapat membantu


pengguna dalam memantau, menganalisis, dan mengendalikan sistem.

2. Meningkatkan kualitas data: Akuisisi data dapat membantu meningkatkan kualitas data
dengan menghilangkan noise atau gangguan yang tidak diinginkan.

3. Mengurangi biaya: Akuisisi data dapat membantu mengurangi biaya dengan mempercepat
proses pengolahan data dan menghindari kesalahan manusia.
4. Meningkatkan efisiensi: Akuisisi data dapat membantu meningkatkan efisiensi dengan
mempercepat proses pengolahan data dan menghindari kesalahan manusia.

pengambilan dan pemrosesan data dari suatu besaran tertentu yang ingin diukur. Pengambilan
data dari proses-proses pengerjaan suatu mesin ataupun penggunaan sistem akuisisi data dapat
mempermudah proses pengambilan data sehingga data langsung dapat digunakan. Sistem
akuisisi data adalah suatu sistem yang berperan dalam pengambilan dan pemrosesan data dari
besaran fisik atau sumber data tertentu. Sistem ini mengintegrasikan berbagai komponen,
termasuk transduser atau kanal, dan memiliki kecepatan pemrosesan data yang penting. Selain
itu, sistem akuisisi data bertujuan untuk mengkonversi besaran fisik menjadi sinyal digital
yang dapat diolah oleh komputer. Selain itu, ada juga fokus pada berbagai tujuan dari akuisisi
data, seperti pemantauan, analisis, pengendalian sistem, peningkatan kualitas data dengan
menghilangkan noise, pengurangan biaya, dan peningkatan efisiensi proses pengolahan data.
Akuisisi data dapat memudahkan pengambilan data dari berbagai proses, seperti pengukuran
mesin, sehingga data dapat langsung digunakan.

c) Edge Analytics

Edge analytics adalah metode analisis yang dilakukan pada komponen non-pusat sistem
seperti sensor, saklar, dan berbagai perangkat terhubung. Edge analytics memungkinkan
organisasi untuk mencapai perilaku mesin otonom, tingkat keamanan data yang lebih tinggi,
dan biaya transfer data yang lebih rendah. Dalam industri seperti ritel, energi, keamanan,
manufaktur, dan logistik, edge analytics dapat memberikan manfaat dalam pengambilan
keputusan yang cepat. Alur kerja umum dari alat edge analytics mengikuti pola berikut:
Sensor atau perangkat di tepi mengumpulkan data. Kemampuan analisis dalam perangkat
memungkinkan melakukan analisis di tepi. Untuk informasi lebih lanjut tentang edge
analytics, Anda dapat membaca artikel ini .

d) Cloud Analytics

Cloud Analytics (Analitika Awan) adalah proses analisis data yang dilakukan
menggunakan sumber daya komputasi dan penyimpanan awan (cloud computing). Dalam
konteks cloud analytics, data yang dianalisis disimpan, diakses, dan diproses di lingkungan
awan, yang dapat mencakup berbagai layanan seperti infrastruktur komputasi awan, database
awan, alat analitika, dan alat visualisasi data yang disediakan oleh penyedia layanan awan
F. Layer IoT

Gambar 1 Arsitektur 3-layer pada IoT


IoT harus mampu menghubungkan miliaran benda heterogen melalui
internet, jadi ada kebutuhan kritis akan arsitektur layer yang fleksibel. Dari model-
model yang diusulkan, model dasar dari IoT adalah model arsitektur 3-layer
yang terdiri dari Application Layer, Network Layer, dan Perception Layer.
a) Perception Layer. Layer ini berisi jenis data yang berbeda pada data sensor
seperti RFID, barcode atau jaringan sensor lainnya. Tujuan dasar pada layer
ini alahah untuk mengenali objek yang unik dan berurusan dengan data yang
dikumpulkan dari dunia nyata dengan bantuan sensor masing-masing [9].
b) Network Layer. Tujuan dari layer ini adalah untuk mengirimkan kumpulan
informasi yang diperoleh dari lapisan persepsi, ke sistem pemrosesan informasi
tertentu melalui jaringan komunikasi yang ada seperti Internet, Mobile
Network, atau jaringan terpercaya lainnya.
c) Application Layer. Application layer menyediakan layanan yang diminta oleh
pengguna. Contohnya, application layer dapat memberikan pengukuran suhu
dan kelembaban udara kepada pengguna yang meminta data tersebut. Yang
penting dalam layer ini pada IoT adalah bahwa layer ini memiliki kemampuan
untuk menyediakan smart service berkualitas tinggi untuk memenuhi
kebutuhan pengguna. Layer ini menyadari berbagai practical application pada
IoT berdasarkan kebutuhan pengguna dan berbagai jenis industri seperti Smart
Home, Smart Environment, Smart Transport, Smart Hospital, dan sebagainya.

G. Basic Elements Arsitektur IoT

Memahami blok bangunan IoT membantu untuk mendapatkan wawasan


yang lebih baik tentang makna dan fungsi dari IoT. Berikut ini akan membahas
elemen utama yang diperlukan untuk mengirim fungsi dari IoT, seperti yang
diilustrasikan pada Gambar 2.3, dan Tabel 1 menunjukkan kategori dari elemen-
elemen ini beserta contohnya pada setiap kategori.
Gambar 2 Elemen IoT
a. Identification. Identification sangat penting bagi IoT untuk memberi nama dan
mencocokkan layanan dengan permintaan. Banyak metode identification yang
tersedia untuk IoT seperti Electronic Product Codes (EPC) dan Ubiquitous
Codes (uCode). Selanjutnya, menangani objek IoT sangat penting untuk
membedakan antara ID objek dan alamatnya. Sebagai tambahan, mengatasi
metode objek IoT termasuk IPv6 dan IPv4. membedakan antara identifikasi
dan alamat objek sangat penting karena metode identifikasi tidak unik secara
global, sehingga membantu mendeteksi objek secara unik. Selain itu, objek di
dalam jaringan mongkin menggunakan IP publik dan bukan domain pribadi.
Metode identifikasi digunakan untuk memberikan identitas yang jelas untuk
setiap objek dalam jaringan.
b. Sensing. Penginderaan (sensing) IoT berarti mengumpulkan data dari benda-
benda terkait di dalam jaringan dan mengirimkannya kembali ke warehouse,
database, atau cloud. Data yang terkumpul dianalisis untuk mengambil
tindakan spesifik berdasarkan layanan yang dibutuhkan. Sensor IoT bias
berupa smart sensor, actuator atau perangkat penginderaan yang dapat dipakai.
Single Board Computer (SBC) yang terintegrasi dengan sensor dan built-in
TCP/IP dan fungsi keamanan biasanya digunakan untuk mewujudkan produk
IoT seperti Arduino Yun, Raspberri PI, BeagleBone Black, dan sebagainya.
Perangkat seperti itu biasanya terhubung ke portal manajemen pusat untuk
menyediakan data yang dibutuhkan oleh pelanggan.
c. Communication. Teknologi komunikasi IoT menghubungkan objek heterogen
bersama untuk memberikan smart service tertentu. Biasanya, node IoT harus
beroperasi dengan menggunakan daya rendah di hadapan link komunikasi yang
lossy dan berisik. Contoh dari protokol komunikasi yang digunakan untuk IoT
adalah WiFi, Bluetooth, IEEE 802.15.4, Zwave, dan LTE-Advanced. Beberapa
teknologi komunikasi yang spesifik juga digunakan oleh RFID, Near Field
Communication (NFC) dan ultra-wide bandwidth (UWB). RFID adalah
teknologi pertama yang mengetahui konsep M2M (RFID tag dan reader). Tag
RFID merupakan chip atau label sederhana yang melekat untuk memberikan
identitas objek. RFID reader mentransmisikan sinyak kueri ke tag dan
menerima sinyal yang dipantulkan dari tag, yang kemudian beralih ke
database. Database terhubung ke pusat pemrosesan untuk mengidentifikasi
objek berdasarkan sinyal yang dipantulkan dalam jarak 10 cm sampai dengan
200 m. Protokol NFC bekerja pada pita frekuensi tinggi pada 13,56 MHz dan
mendukung kecepatan data hingga 424 kbps. Rentang yang berlaku adalah
sampai 10 cm dimana komunikasi antara pembaca aktif dapat terjadi.
Teknologi komunikasi UWB dirancang untuk mendukung komunikasi dalam
area jangkauan rendah dengan menggunakan energi rendah dan bandwidth
tinggi yang mana aplikasi untuk menghubungkan sensor telah meningkat baru-
baru ini. Teknologi komunikasi lainnya adala WiFi, yang menggunakan
gelombang radio untuk bertukar data antar benda dalam jarak 100 m. WiFi
memungkinkan smart device untuk berkomunikasi dan bertukar informasi
tanpa menggunakan router dalam beberapa konfigurasi ad hoc. Bluetooth
menghadirkan teknologi komunikasi yang digunakan untuk bertukar data antar
perangkat jarak dekat menggunakan radio gelombang pendek untuk
meminimalkan konsumsi daya. Akhir-akhir ini, Bluetooth special interestgroup
(SIG) mencitakan Bluetooth 4.1 yang menyediakan Bluetooth LowEnergy serta
konektivitas dengan kecepatan tinggi dan IP untuk mendukung IoT. Long-Term
Evolution (LTE) sebenarnya adalah standard wireless communication untuk
pengririman data dengan kecepatan tinggi antara mobile phone
berbasisteknologi jaringan GSM/UMTS. Hal ini dapat mencakup perangkat
yang melaju cepat dan menyediakan layanan multicasting dan broadcasting.
LTE-A (LTE Advanced) adalah versi yang lebih baik dari LTE termasuk
perpanjangan bandwidth yang mendukung hingga 100 MHz, downlink dan
multiplexing spasial uplink, cakupan yang diperluas, throughput yang lebih
tinggi dan latency yang lebih rendah.
d. Computation. Unit-unit pengolahan (seperti mikrokontrolerdan
mikroprosesor) dan aplikasi perangkat lunak mewakili “otak” dan kemampuan
komputasi dari IoT. Berbagai platform perangkat keras dikembangkan untuk
menjalankan aplikasi IoT seperti Arduino, UDOO, FriendlyARM, Intel
Galileo, Raspberry Pi, Gadgeteer, BeagleBone, Cubieboard, Z1, WiSense,
Mulle, dan T-Mote Sky. Selanjutnya, banyak platform perangkat lunak
digunakan untuk menyediakan fungsionalitas IoT. Diantara platform-platform
ini, Real Time Operating System (RTOS) sangat penting karena dijalankan
untuk seluruh waktu aktivasi perangkat. Ada banyak Real Time Operating
System (RTOS) yang merupakan kandidat untuk pengembangan aplikasi IoT
berbasis RTOS. Seperti RTOS Contiki yang telah banyak digunakan dalam
skenario IoT. Contiki memiliki simulasi yang disebut Cooja yang
memungkinkan peneliti dan pengembang untuk mensimulasi dan meniru IoT
dan Wireless Sensor Network (WSN).
e. Services. Secara keseluruhan, layanan IoT dapat dikategorikan atas 4 kelas
[20]: Information Aggregation, Identity-related Services, Collaborative Aware
Services dan Ubiquitous Services. Identity-related Services adalah layanan
paling dasar dan paling penting yang digunakan pada tipe layanan lainnya.
Setiap aplikasi yang perlu membawa hal-hal dari dunia nyata ke dunia maya
harus mengidentifikasi objek tersebut. Layanan Information Aggregation
mengumpulkan dan meringkas pengukuran sensorik mentah yang perlu
diproses dan dilaporkan ke aplikasi IoT. Collaborative Aware Services
bertindak di atas layanan Information Aggregation dan menggunakan data
yang telah dikumpulkan untuk membuat keputusan dan bertindak sesuai.
Ubiquitous Services bertujuan untuk menyediakan Collaborative Aware
Services kapanpun dan dimanapun dibutuhkan, serta untuk siapa saja yang
membutuhkan. Tujuan akhir seluruh aplikasi IoT adalah untuk mencapai
tingkat Ubiquitous Services. Namun tujuan akhir ini tidaklah mudah untuk
dicapai karena ada banyak kesulitan dan tantangan. Sebagian besar aplikasi
yang ada menyediakan layanan identity-related, Information Aggregation, dan
collaborative aware. Smart healthcare dan smart grid termasuk kategori
information aggregation. Smart home, smart buildings, intelligent
transportation system, dan industrial automation lebih dekan dengan kategori
collaborative aware.
Halaman
LAPORAN PRAKTIKUM 16 of 11

f. Semantic. Semantik dalam IoT mengacu pada kemampuan untuk


mengekstrakpengetahuan dengan cerdas oleh mesin yang berbeda untuk
menyediakan layanan yang dibutuhkan. Pengekstrakan knowledge
termasuk penemuan dan penggunaan sumber daya dan informasi
permodelan. Selain itu, termasuk mengenali dan menganalisis data untuk
memahami keputusan yang tepat untukmemberikan layanan yang tepat .
Dengan demikian, semantic mewakili otak IOC dengan mengirimkan
permintaan ke sumber daya yang tepat.

IoT Elements Samples

Identification Naming EPC, uCode


Addressing IPv4, IPv6
Sensing Smart Sensors, Wearable
sensing devices, Embedded
sensors, Actuators, RFID tag
Communicaton RFID, NFC, UWB,
Bluetooth,BLE, IEEE
802.15.4, Z-Wave,
WiFi, WiFiDirect, LTE-A
Computation Hardware SmartThings,Arduino,
Phidgets, Intel
Galileo, Raspberry Pi,
Gadgeteer,
BeagleBone,
Cubieboard,
Smart Phones
Software OS (Contiki, TinyOS,
LiteOS, Riot OS,
Android);
Cloud (Nimbits, Hadoop,
etc.)
Services Identity-related (shipping),
Information Aggregation
(smartgrid),
CollaborativeAware
(smart home), Ubiquitous
(smart city)
Semantic RDF, OWL, EXI
Tabel 1 : Elemen IoT

H. Referensi
Halaman
LAPORAN PRAKTIKUM 17 of 11

 Nahdi, Analisis Dampak Internet of Things (IoT) Pada Perkembangan Teknologi di


Masa Yang Akan Datang 33 INTEGER: Journal of Information Technology
published by the Faculty of Information Technology, Adhi Tama Institute of
Technology Surabaya.

 J. Gubbi, R. Buyya, S.Marusic, and M.Palaniswami, “Internet of Things (IoT): A


vision, architectural elements, and Future Directions,” Future Generation Computer
System, vol. 29, pp. 1645–1660, Nov. 2013.
 SURYANI, MEILINDA EKA and Stiawan, Deris (2018) PENGENALAN POLA
SERANGAN PING FLOOD DENGAN ALGORITMA K-MEANS PADA JARINGAN
INTERNET of THINGS (IoT). Undergraduate thesis, Sriwijaya University.
 Department of Computer Science and Engineering, Jaypee Institute of Information
Technology, Noida 201309, India; k.rajalakshmi@jiit.ac.in (R.K.);
dhanalekshmi.g@jiit.ac.in (D.G.)(2020) An Overview of IoT Sensor Data
Processing, Fusion,and Analysis Techniques
 https://www.teknikelektro.com/2021/10/sensor-dan-aktuator.html
 https://id.gadget-info.com/difference-between-sensors
 https://apayangdimaksud.com/ciri/cara-membedakan-sensor-dan-aktuator.html
 https://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/15210/ens-jun2005-
1.pdf?sequence=2
 Perancangan Dan Pembuatan Sistem Akusisi Data Pada Eddy Current Dynamometer
Berbasis Esp32 Dan Intellij Idea Untuk Sepeda Motor-Jurnal Teknik Mesin
Universtitas Diponegoro, Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas
Diponegoro, Jl. Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang, Jawa Tengah, 50275,
Indonesia
 https://www.bing.com/ck/a?!&&p=2ffb9a3ea9d01361JmltdHM9MTY5NTYwMDA
wMCZpZ3VpZD0xNWVjZWZjZi05NTBhLTY4YWQtMmZmOS1mZTk4OTRhNj
Y5NzUmaW5zaWQ9NTQ5OQ&ptn=3&hsh=3&fclid=15ecefcf-950a-68ad-2ff9-
fe9894a66975&psq=tujuan+dari+akuisisi+data&u=a1aHR0cHM6Ly9lcHJpbnRzLnV
tbS5hYy5pZC80NDc0OS8zL0JBQiUyNTIwSUkucGRm&ntb=1
 https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jtm/article/view/34296
 Jurnal Teknik Elektro ENSIKOM Vol. 3, No. 1 – Juni 2005 (1-4)
 https://sis.binus.ac.id/2022/05/12/edge-computing/
 https://azure.microsoft.com/id-id/resources/cloud-computing-dictionary/what-is-the-
cloud/
 https://www.ridge.co/blog/what-is-cloud-analytics/

Anda mungkin juga menyukai